Anda di halaman 1dari 18

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Andalas

Fanny Elsya Putri (1910851001)


Afni Rahma Sari (1910851027)
Annisha Dinda Mutiara (1910852009)
Salshabila Zopiyen (1910853009)
Nama
Zahara Yusminda (1910853005)
Ulva Ananda Taufik (1910853041)
Reski Ananda Putri (1910851025)
Muhammad Handrea Jovano (1910852015)

Mata Kuliah HI Kawasan Eropa (A)

Inda Mustika Permata, S.I.P., M.A.


Dosen Pengampu
Rifki Dermawan, S.Hum., M.Sc.
Apakah Pengembangan Teknologi 5G oleh Huawei
Judul/Topik Tugas
merupakan ancaman atau peluang bagi EU? Jelaskan.

Pernyataan

Kecuali pada bagian yang sengaja dikutip, seluruh tugas tulisan ini merupakan buah dari
karya dan pemikiran saya sendiri. Tugas ini belum pernah sekalipun diberikan pada
perkuliahan yang lain. Seandainya ditemukan adanya penjiplakan pada tulisan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Ditandatangani Oleh: Tanggal:

Kelompok 4 26 Mei 2022

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021


http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi merupakan suatu hal yang menjadi
keharusan dimana tingginya tingkat interaksi dan kebutuhan manusia untuk penggunaan
teknologi dalam menunjang aktivitasnya, mulai dari berinteraksi sesama manusia, perpolitikan
hingga perdagangan semuanya hari ini tidak luput dari yang namanya teknologi, oleh karena itu
pada saat ini banyak negara-negara yang berlomba-lomba untuk menjadi negara dengan
perkembangan teknologi terbaik. Amerika Serikat merupakan negara yang dikenal dengan
perkembangan teknologi terbaik, namun dalam beberapa tahun belakangan Tiongkok hadir
sebagai pesaing Amerika Serikat untuk perkembangan teknologi dimana pada tahun 2018
Tiongkok memperkenalkan teknologi internet 5G melalui perusahaan teknologi perangkat dan
jaringan komunikasi Huawei. Keberhasilan tiongkok dalam mengembangkan teknologi internet
5G nya ini membuat Tiongkok menjadi negara yang berada di urutan pertama untuk memimpin
penyebaran jaringan internet 5G global. Kehadiran teknologi internet 5G oleh Huawei sendiri
merupakan bentuk penyempurnaan dari jaringan nirkabel generasi sebelumnya (4G LTE)
membuat kecepatan data berkali-kali lipat lebih cepat 1. Filipina menjadi negara pengguna
jaringan 5G pertama di Asia Tenggara pada tahun 2019 yang dimana melibatkan Huawei sebagai
alat penyedia jaringan tersebut, namun tindakan yang diambil oleh Filipina ini nyatanya
mendapatkan kecamanan dari Amerika Serikat yang mana sebelumnya Amerika Serikat sudah
memberikan peringatan terhadap negara Filipina agar tidak menggunakan jaringan 5G Huawei
buatan Tiongkok tersebut2. 
1
Bayuaji Pradipta Arinanda, Reni Windiani, and Satwika Paramasatya, “Perang Teknologi Amerika Serikat vs
Tiongkok : Kebijakan Penolakan Teknologi 5G Huawei Tiongkok Oleh Amerika Serikat” 8 (2022): 72–81.
2
Luh Putu Mastaridevi, “Dukungan Filipina Terhadap Teknologi 5G Huawei Di Tengah Tekanan Politik Amerika
Serikat” (2019): 1–15.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Kemunculan teknologi internet 5G oleh Huawei nyatanya mendapat respon negatif dari negara
Amerika Serikat yang mana Amerika Serikat melihat perkembangan teknologi internet 5G yang
dikembangkan Tiongkok ini akan dapat membawa ancaman keamanan bagi negara-negara di
dunia khususnya dalam hal spionase dan sabotase karena tingginya kecepatan menyalin data
yang disediakan oleh jaringan ini, sehingga pada tahun 2019 di bawah pemerintahan Donald
Trump Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan berupa penolakan dan pelarangan
pengoperasian perusahaan internet 5G Huawei asal Tiongkok atas dasar adanya ancaman
keamanan siber3. Amerika Serikat juga mengajak negara-negara dunia lain untuk tidak
menggunakan jaringan internet 5G buatan Tiongkok tersebut karena dinilai akan membahayakan
data-data yang terdapat di negara tersebut, sebagian besar negara di Eropa juga memperlihatkan
dukungan mereka terhadap penolakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Beberapa negara di
Eropa ini juga memiliki kekhawatiran yang sama akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
jaringan internet 5G Huawei karena kemampuannya yang dapat membaca dan menyalin data
dengan cepat, sehingga dikhawatirkan hal ini akan dapat membuat data-data yang bersifat
rahasia akan bocor ke negara Tiongkok. Namun, sebelumnya ada beberapa negara di Eropa yang
sudah memberikan izin untuk penggunaan jaringan internet 5G Huawei ini untuk instalasi non-
strategis4. Berdasarkan hal tersebut, maka paper ini disusun untuk melihat apakah dengan adanya
perkembangan jaringan internet 5G Huawei oleh Tiongkok  dapat menjadi ancaman atau peluang
bagi Uni Eropa?

3
Yasin Yayang Malendra Sibarani, “Alasan Di Balik Kebijakan Restriktif Pemerintah Amerika” (2020): 1–16.
4
Yusliandi Ginting, “Kemungkinan Cara Bertindak Inggris , Perancis Dan Jerman,” Jurnal Maritim Indonesia 9, no. 2
(2021): 169–187.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Teknologi 5G oleh Huawei

Tahun 2019 merupakan momen penting di sektor telekomunikasi. Huawei sebagai


perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi, informasi, dan teknologi melihat
peningkatan yang tinggi dalam pengguna internet karena peluncuran teknologi 5G meningkat
dalam kecepatan dan cakupan jaringan 5G akan dimasukkan ke dalam beberapa sektor vertikal,
memungkinkan sejumlah besar munculnya aplikasi dan teknik baru.

Teknologi 5G dari Huawei dicanangkan akan merevolusi model bisnis sekaligus


meningkatkan layanan dan operasi jaringan. Penetapan harga berdasarkan nilai dapat menjadi
standar baru. Baru-baru ini, ada tiga operator utama China menyatakan bahwa, untuk pertama
kalinya, mereka akan membebankan tarif harga tergantung pada kecepatan jaringan 5G mereka5.
Akibatnya, pengalaman layanan akan menjadi salah satu indikator terpenting dalam
menghasilkan nilai. Jaringan yang memberikan pengalaman pengguna yang luar biasa akan
menuai manfaat besar, memungkinkan pembangunan jaringan yang lebih kuat.

Ini akan menghasilkan rencana Huawei untuk mempromosikan siklus yang baik dan
menawarkan insentif positif. Di Korea Selatan, misalnya, dalam setengah tahun penyebaran
jaringan 5G, jumlah pelanggan 5G melampaui 3,5 juta. Karena layanan seperti virtual reality
(VR) dan augmented reality (AR), lalu lintas harian rata-rata per pengguna seluler telah
meningkat lebih dari 300 persen menjadi 1,3 GB. Layanan baru ini meningkatkan lalu lintas

5
“Powering Industries and a Smart World with 5G, Cloud & AI,” Huawei (Huawei Technologies Co., Ltd., April
24, 2020), last modified April 24, 2020, accessed May 24, 2022, https://www.huawei.com/en/technology-
insights/publications/winwin/36/powering-industries-smart-world-5g-cloud-ai.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

operator; yang lebih penting, model bisnis baru, seperti streaming langsung VR dan game AR,
telah membuka prospek baru untuk sektor ini6.

Akan tetapi, ada suatu kekurangan dari teknologi 5G ini, yaitu besarnya kemungkinan
atau kerentanan teknologi ini untuk disalahgunakan sebagai alat spionase dan sabotase daripada
jaringan telekomunikasi seluler generasi sebelumnya. Apalagi, jika jaringan 5G dimonopoli oleh
satu perusahaan saja. Argumen yang mengatakan kekurangan teknologi 5G ini berbasis akan
bahwa selama dua dekade terakhir, semua peradaban modern telah mengubah dan menggeser
infrastruktur esensial mereka di atas fondasi sistem digital. Tren ini telah didorong oleh
kemajuan teknis, faktor ekonomi, dan keinginan untuk layanan masyarakat yang lebih baik.
Sejalan dengan perkembangan ini, kerentanan baru muncul, yang diperdebatkan dan ditangani
saat muncul. Kerentanan yang terkait dengan rantai pasokan layanan dan peralatan digital hanya
mendapat sedikit perhatian dan tidak menjadi topik studi ilmiah utama hingga saat ini. Ada
beberapa area yang menonjol jika dilihat teknis memiliki potensi gangguan espionase dan
sabotase yang cukup signifikan7.

Sebagai permulaan, 5G sebenarnya dimaksudkan untuk menjadi teknologi komunikasi


nirkabel tunggal yang mampu memenuhi tuntutan semua kasus penggunaan. Situasi yang sering
terjadi di negara mana pun saat ini adalah bahwa ada satu infrastruktur untuk distribusi telepon
seluler, satu untuk distribusi saluran radio, satu untuk distribusi sinyal TV, satu untuk
keselamatan publik, dan satu lagi untuk melayani tuntutan angkatan bersenjata. 5G dimaksudkan
untuk memfasilitasi konvergensi semua jaringan yang berbeda ini dengan fitur yang berbeda ke
dalam satu infrastruktur, jika misalanya suatu area tersebut diputus dengan fasilitas 5G akibat
ketergantungannya, maka bisa terjadi kekacauan dan kepanikan di dalam wilayah negara.

Kedua, 5G bertujuan untuk mengurangi pembatasan praktis pada jumlah perangkat yang
terhubung. Ini akan mempersiapkan kita untuk masa depan di mana banyak, jika bukan sebagian

6
Ibid.
7
“5G Services,” Huawei (Huawei Technologies Co., Ltd., February 17, 2020), last modified February 17, 2020,
accessed May 24, 2022, https://carrier.huawei.com/en/products/service-and-software/5G-Services.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

besar, barang kita memiliki sensor dan terhubung ke internet. Hal ini akan menyebabkan banyak
benda elektronik bisa dikendalikan secara jarak jauh dan cukup berbahaya karena bisa
menyebabkan sabotase dan spionase dengan mudah ke wilayah negara. Selain itu, 5G juga
merupakan teknologi yang menyokong teknologi baru masa depan seperti AI dan Robotika, yang
akan memiliki sejumlah masalah jika terjadi sabotase dan penyalahgunaan8.

Huawei sendiri saat ini sedang menguji teknologi 5G, meluncurkan perangkat dan
aplikasi 5G, membantu operator Eropa meluncurkan jaringan dan berkontribusi pada debat
kebijakan seputar spektrum dan penerapan. Huawei juga memasang target agar teknologi 5G
dapat mendukung hingga 100 miliar perangkat pada tahun 2025, yang membutuhkan jaringan 5G
untuk menyediakan 1 juta koneksi per kilometer persegi9. Agar dapat mencapai target ini Huawei
bekerja sama dengan Uni Eropa sebagai tempat pengujiannya. The European Electronic
Communications Code adalah salah satu kode yang penting dalam Implementasi Kode yang
cepat dan efektif oleh Negara-negara Anggota UE akan sangat penting untuk mencapai tujuan
Huawei ini.

2.2 Pengaruh Amerika Serikat terkait Kebijakan Pelarangan Teknologi Internet 5G


Huawei Tiongkok

Pada tahun 2018, Tiongkok berhasil menjadi negara dengan posisi utama untuk
memimpin perkembangan teknologi Internet 5G secara global dan dikembangkan oleh Huawei
sebagai sebuah perusahaan teknologi perangkat dan jaringan komunikasi. Teknologi Internet 5G
ini sendiri merupakan pembaruan atau upgrade dari 4G LTE sehingga dengan perkembangan ini
akan menyebabkan jaringan nirkabel menjadi kecepatan data yang berakali-kali lebih cepat. Lalu
hal ini dinilai oleh Amerika Serikat menjadi ancaman bagi keamanan dengan potensi peluang
sabotase dan spionase yang semakin besar. Pada akhirnya pertentangan Amerika Serikat yang
dipimpin oleh Donald Trump membuat dikeluarkannya kebijakan penolakan Internet 5G
8
Karsten Friis and Olav Lysne, “Huawei, 5G and Security: Technological Limitations and Political Responses,”
Development and Change 52, no. 5 (October 3, 2021): 1174-1195.
9
“5G For Europe,” Huawei (Huawei Technologies Co., Ltd., May 29, 2021), last modified May 29, 2021, accessed
May 24, 2022, https://huawei.eu/what-we-do/5g-europe.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Huawei. Tentu dengan penolakan ini menambah konflik setelah terjadinya perang dagang
merambat menjadi perang teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Namun, sejak tahun 2016 ternyata konflik antara Amerika Serikat dengan Huawei
Tiongkok sudah mulai terlihat karena Huawei dianggap sebagai tangan kanan Pemerintah
Tiongkok dibandingkan sebuah perusahaan multinasional. Lalu hal ini terus berlanjut dengan
pernyataan Donald Trump di Gedung Putih pada tahun 2019 yang menyatakan “The race to 5G
is on and American must win” dan ia menjelaskan bahwa industri nirkabel berencana untuk
melakukan investasi USD 275 miliar terhadap jaringan 5G dan menciptakan 3 juta lapangan
pekerjaan serta menambah USD 500 miliar ke pemasukan ekonomi Amerika Serikat. 10 Dengan
bantuan teknologi 5G Huawei ini Tiongkok dapat menggantikan Silicon Valley sebagai pusat
inovasi dunia.

Selain itu, dengan perkembangan teknologi internet berpotensi menghadirkan sebuah


revolusi industri dan tentunya akan sangat membantu suatu negara dalam mendominasi teknologi
tersebut. Lalu teknologi ini juga bisa digunakan sebagai alat politik dalam penguatan ekonomi
yang pada akhirnya akan meningkatkan distribusi kekuatan pada politik internasional. Dalam hal
ini bisa dicontohkan oleh Tiongkok yang memiliki ambisi besar untuk mewujudkan BRI (Belt
and Road Initiative). Tidak hanya itu terdapat dugaan bahwa Presiden Xi Jinping juga ingin
membuat adanya Digital Silk Road dengan mengintegrasikan jaringan infrastruktur digital dan
jangkauan di generasi mendatang.11 Hal ini lalu dibuktikan dengan menjamin negara-negara yang
termasuk di dalam jalur sutra digital ini akan menggunakan Teknologi Internet 5G Huawei yang
membentang dari kawasam Asia hingga Eropa melalui Afrika bersama dengan anggota-anggota
BRI.

10
Infrastructure & Technology “Remarks by President Trump in United States 5G Deployment” diakses pada 24 Mei
2022, https://trumpwhitehouse.archives.gov/briefings-statements/remarks-president-trump-united-states-5g-
deployment/
11
Richard Ghiasy, Rajeshwari Krisnamurthy, “ China’s Digital Silk Road and the Global Digital Order” The Diplomat,
diakses melalui https://thediplomat.com/2021/04/chinas-digital-silk-road-and-the-global-digital-order/ pada 24
Mei 2022.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Tindakan yang dilakukan oleh Tiongkok dianggap sebagai sebuah ancaman bagi Amerika
Serikat sebagai great power. Amerika Serikat melihat bahwa Tiongkok sedang berusaha untuk
menjadi hegemoni baru melalui teknologi 5G. Hal ini juga tercermin melalui tindakan Amerika
Serikat yang memutuskan untuk melarang 5G Huawei Tiongkok dengan Donald Trump
menandatangani perintah eksekutif sebagai kondisi darurat internasional dan melarang
perusahaan AS untuk menggunakan peralatan telekomunikasi yang dibuat oleh perusahaan yang
dianggap mengancam keamanan nasional. Amerika Serikat juga secara aktif untuk
mempengaruhi negara-negara lain untuk tidak menerima dan menggunakan teknologi 5G asal
Tiongkok tersebut terutama ke sekutunya.

Amerika Serikat melarang negara-negara sekutunya menggunakan Teknologi Internet 5G


Huawei seperti minsalnya Inggris yang pada awalnya menolak namun akhrinya ikut mendukung
pelarangan penggunaan Teknologi Internet 5G oleh Huawei di Inggris. 12 Lalu, Jerman menjadi
negara yang sempat menolak dengan keras karena memiliki kerjsama dengan Huawei untuk
membangun infrastruktur namun diancam oleh Amerika Serikat dan pada akhirnya Jerman pun
ikut melakukan pelarangan perusahaan Tiongkok untuk membangun infrastruktur 5G di negara
mereka. Pelarangan ini juga terjadi di negara-negara lainnya seperti Swedia, Singapura,Perancis,
Australia, Kanada,Jepang,Selandia Baru dan Rumania dengan alasan keamanan negara.

Selain itu, Amerika Serikat telah menandatangani serangkai deklarasi bilateral dengan negara-
negara di Eropa Tengah dan Timur untuh mengurangi pengaruh Tiongkok dalam infrastruktur
pengembangan Teknologi Internet 5G. Amerika Serikat telah mencapai sebuah kesepakatan
dengan Slovakia,Makedonia Utara,Kosova, dan Bulgaria pada teknologi jaringan nirkabel dan
dalam perjanjian tersebut menekankan bahwa setiap sistem 5G baru harus mempertimbangkan
apakah pemasok jaringan dianggap agar tidak mengikuti pemerintahan negara asing dengan

12
Luke Baker, Jhon Chalmers “as Britain bans Huawei, U.S pressure mounts on Europe to follow suit” diakses
melaui https://www.reuters.com/article/us-britain-huawei-europe-idUSKCN24F1XG pada 24 Mei 2022.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

membidik secara tidak langsung perusahaan telekomunikasi China seperti Huawei dan ZTE yang
membangun infrastruktur 5G di seluruh dunia, termasuk di Eropa.13

2.3 Pandangan Teori Neorealisme mengenai Teknologi 5G oleh Huawei terhadap Uni
Eropa

Neorealisme menjelaskan kondisi sistem internasional yang berisikan upaya struggle


for power sebagai hasil dari sebuah struktur dominan yang anarkis. Anarki dimaknai sebagai
ketiadaan otoritas tunggal dengan posisi di atas masing-masing aktor, sehingga polainteraksi
antaraktor menjadi tidak teratur. Di level masyarakat domestik, institusi negara dan
pemerintahnya menjadi satu upaya pembentukan otoritas tunggal yang menjamin keteraturan
atau order Pola interaksi yang tergambarkan antara Cina dan Amerika Serikat
menggambarkan ketidakaturan karena ambisi masing – masing aktor untuk memperoleh power
sebesar – besarnya yang dalam hal ini adalah dominasi ekonomi. Peningkatan tarif impor
barang-barang Cina digunakan oleh Trump sebagai senjata untukbernegosiasi seperti
yang dikicaukan pada media sosial pribadinya. Trump menegaskan bahwa AS akan
menaikkan tarif impor Tiongkok lebih lanjut jika dia tidak dapat membuat kemajuan
dalam pembicaraanperdagangan dengan Presiden Cina Xi Jinping di KTT G20 akhir
bulan ini. Terkait dengan hal ini, Cina menanggapi bahwa mereka tidak ingin berperang
tetapi tidak takut untuk berperang apabila Amerika Serikat hanya ingin meningkatkan friksi
perdagangan di antara mereka.

Teori neorealisme sebagai alat analisis memilih kebijakan penolakan teknologi internet
5G Huawei untuk melawan Tiongkok sehingga menyebabkan perang teknologi. Neorealisme
dianggap dapat menjelaskan tujuan atau ambisi apa yang dimiliki oleh Amerika serikat sehingga
menjadi dorongan negara untuk membuat kebijakan tersebut. penelitian ini yaitu kebijakan
penolakan teknologi 5G Huawei Tiongkok oleh Amerika Serikat dilakukan sebagai implementasi
13
Robbie Gramer, “Trump Turning More Countries in Europe Against Huawei” diakses melalui
https://foreignpolicy.com/2020/10/27/trump-europe-huawei-china-us-competition-geopolitics-5g-slovakia/ pada
22 Mei 2022.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

dari Amerika Serikat agar bisa mendominasi Tiongkok secara agresif demi meningkatkan power
dalam kapabilitasnya di struktur internasional dengan penguasaan teknologi Internet 5G dan
penambahan kekuatan ekonomi atas Tiongkok. Pasalnya, mereka khawatir investasi tersebut
tidak akan menguntungkan untuk jangka panjang.Mayoritas operator Eropa kurang dalam
meraup untung, ditambah regulator telah memblokir merger yang memungkinkan peningkatan
beban operator. Pun, spektrum yang dibutuhkan untuk 5G belum sepenuhnya ditetapkan.

2.4 Dampak Perkembangan Teknologi 5G Huawei bagi Eropa


2.4.1 Peluang
Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini sehingga digital diplomacy
menjadi bagian penting untuk melakukan kegiatan diplomasi oleh negara-negara di dunia salah
satunya China. China membentuk program dengan nama Digital Silk Road yang merupakan
bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) sebagai alat digital diplomacy yang dilakukan oleh
China. Beberapa perusahaan teknologi asal China tergabung ke dalam Digital Silk Road ini
antara lain Alibaba, Tencent, ZTE, Huawei, Xiaomi, Didi Chuxing, Baidu, dan lain-lain. 14
Perkembangan teknologi membawa perkembangan juga terhadap teknologi jaringan seluler
dimana baru-baru ini diketahui bahwa Huawei meluncurkan jaringan 5G mereka pada tahun
2020.15 5G merupakan jaringan seluler generasi kelima yang merupakan perkembangan dari
jaringan seluler sebelumnya yaitu 4G.
Perkembangan jaringan 5G ini tentunya menjadi salah satu perkembangan teknologi
penting di dunia serta diperkiarakan mampu menembus pasar masyarakat Eropa. Negara-negara
Uni Eropa menjadi salah satu tujuan perkembangan teknologi 5G ini oleh Huawei dan China.
Pengenalan jaringan seluler 5G pertama kali di Eropa dilakukan melalui non stand-alone (NSA)
5G yang menggunakan insfrastruktur 4G sehingga mampu menyediakan kualitas jaringan yang
lebih tinggi. Dewan Uni Eropa mengatakan bahwa pentingnya untuk memiliki beberapa

14
Firman Maulana Pramono, “Program Digital Silk Road sebagai Media Digital Diplomacy Tiongkok untuk
Optimalisasi Belt and Road Initiative (BRI),” (Skripsi, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember
2020): 50.
15
Huawei Europe, 5G for Europe Pushing the Boundaries, diakses pada 21 Mei 2022 melalui 5G for Europe |
Huawei
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

perusahaan teknologi jaringan sehingga mampu untuk meningkatkan ketahanan dan keamanan
apabila terjadi kendala jaringan oleh perusahaan lain. Selain itu, pakar teknologi Eropa juga
mengatakan bahwa teknologi 5G yang disediakan oleh Huawei ini sangan berkualitas. Tidak
hanya itu, Eropa juga bergantung terhadap teknologi China. Di Eropa, ketergantungan terhadap
insfrastruktur teknologi dari China terutama Huawei cukup tinggi dimana 80-90% untuk di
Belgia dan Republik Ceko, 60% di Jerman dan Polandia, 50-60% di Inggris, 50% di Denmark,
dan 30% di Prancis.16 Hal tersebut tentunya menjadi peluang yang bagus untuk masuknya
Huawei ke pasar Eropa sebagai perusahaan jaringan seluler 5G terbaru.
Portugal merupakan salah satu negara yang memilih untuk menjalin kerjasama dengan
China dibidang teknologi jaringan seluler 5G yang disediakan oleh Huawei ini. Inggris juga
sempat memberikan izin kontrak kepada Huawei untuk memasuki pasar Inggris. Namun, izin
yang berikan oleh Inggris hanya sampai pada tanggal 31 Desember 2020.17 Setelah 31 Desember
2020 Inggris tidak memperpanjang kontrak mereka dengan Huawei. Selain Portugal dan Inggris
juga terdapat Jerman yang menjalin kerjasama teknologi dengan China dibidang jaringan seluler
5G milik Huawei ini. Jerman menjadi salah satu negara penting dan besar bagi China untuk
menjalin kerjasama dagang. Jerman ingin menerapkan kemajuan teknologi jaringan 5G untuk
meningkatkan kualitas telekomunikasi mereka. Huawei menjadi salah satu pilihan alternative
Jerman. Untuk menjadikan Huawei sebagai kemajuan teknologi yang memiliki jaringam 5G,
Jerman harus melalui perdebatan dengan parlemen sehingga untuk menjalin kerjasama tersebut
maka dibentuklah undang-undang sebagai syarat yang wajib dilakukan oleh Huawei selama
mereka berada di pasar Jerman. Huawei diharuskan untuk membuat jaringan yang aman dan
bebas dari aksi spionase sehingga mampu meningkatkan akses jaringan dan integrasi keamanan
di Jerman. Meskipun Jerman telah menjalin kerjasama dengan China dibidang teknologi jaringan
5G melalui Huawei ini, namun Jerman juga tetap mewaspadai Pemerintah China untuk
melakukan spionase di Jerman. Untuk provider yang akan digunakan di jaringan 5G Huawei di

16
Tim Rühlig and Maja Björk, “What to Make of the Huawei Debate? 5G Network Security and Technology
Dependency in Europe,” UI Paper 1 (2020): 23.
17
Yusliandi Gintingm “Kemungkinan Cara Bertindak Inggris, Prancis dan Jerman dalam Konflik Laut RRC Selatan,”
Jurnal Maritim Indonesia, 9, No. 2 (2021): 179.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Jerman ialah Telekom, Vodafone, O2, dan Mobile 1 yang dipilih karna memenangkan tender. 18
Selain itu, Telekom juga menjadi provider yang selalu bekerjasama setiap perkembangan
teknologi oleh Huawei.
2.4.2 Ancaman
Teknologi Huawei yang berasal dari Cina ini mulai berkembang menjadi jaringan 5G yan
g sangat berguna di setiap negara. Dengan kecepatan teknologi 5G ini dapat membantu meningk
atkan layanan dan operasi jaringan. Eropa yang berada si posisi ketergantungan nya yang sangat
besar kepada teknologi di Amerika Serikat dan Cina. Dengan begitu Eropa harus mengimpor tek
nologi dan bahan mentah dari berbagai negara pemasok yang berbeda. Namun di satu sisi Eropa
harus menghindari ketergantungan pada teknologi yang mengandalkan paten dari satu negara aga
r tidak menjadi bumerang kepada negara nya sendiri.19 Teknologi Huawei yang berasal dari Cina
ini sudah beroperasi di Eropa selama 20 tahun dan sudah menguasai pasar digital Eropa sebanya
k 24 persen penjualan pada tahun lalu. 20 Oleh karena itu Eropa harus hati-hati dalam mengambil
keputusan dan kebijakan dalam negaranya.

Hadirnya teknologi 5G Huawei yang akan di kembangan kan di Eropa ini menjadi ancam
an bagi negara-negara yang ada di Eropa sebab dapat membahayakan jaringan keamanan nasiona
l dan industri digital di negara mereka. Inggris yang merupakan bagian dari Eropa sudah resmi m
elarang Huawei membangun jaringan 5G demi menjaga keamanan nasional negaranya. Langkah
ini diambil oleh pemerintah Inggris karena mengikuti saran kebijakan sekutu nya yakni Amerika
Serikat yang sudah lebih dulu menolak adanya 5G Huawei di Amerika Serikat.21 Menurut penda
pat Menteri Digital dan Kebudayaan Inggris, Oliver Dowden bahwa kebijakan dalam menolak m
asuknya 5G Huawei ke Inggris ini harus dilakukan demi menjaga jaringan komunikasi Inggris, k

18
Ibid. Hal: 175.
19
Tim Rühlig, and Maja Björk. “What to Make of The Huawei Debate? 5G Network Security and Technology Dependency in Eu
rope,” UI Paper 2020. diakses pada 24 Mei 2022 https://www.ui.se/globalassets/ui.se-eng/publications/ui-publications/2020/ui-p
aper-no.-1-2020.pdf
20
CNN Indonesia, “Inggris Resmi Larang Huawei Kembangankan 5G,” 15 Juli 2020. diakses pada 24 Mei 2022 https:
//www.cnnindonesia.com/teknologi/20200715020658-185-524746/inggris-resmi-larang-huawei-kembangkan-5g
21
Ibid.
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

eamanan nasional dan perekonomian negaranya juga.22 Amerika Serikat memberikan dukungan k
epada Inggris untuk tidak memberikan izin operasi perusahaan Huawei, karena menurut Amerika
Serikat hal tersebut dapat mengancam keberlangsungan perusahaan-perusahaan Barat yang berba
sis 5G dengan kemampuannya yang bisa membaca pesan yang dikirim melalui jaringan atau bah
kan mematikan jaringan yang tentu akan menyebabkan gangguan serius kepada Inggris.23

Negara ke dua yang menolak perkembangan teknologi 5G Huawei yaitu Swedia. Pada ta
nggal 20 Oktober 2020, regulator telekomunikasi Swedia, yakni Swedish Post and Telecom Auth
ority (PTS) menyatakan pemblokiran Huawei dan ZTE Corp dalam jaringan 5G. Kebijakan ini di
ambil karena mengikuti saran dari angkatan bersenjata dan dinas keamanan negara Swedia, mere
ka menggambarkan bahwa Cina merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap Swedia.24

Rumania termasuk negara yang melarang adanya Huawei di negara mereka. Presiden Ru
mania yaitu Klaus Lohannis sudah menandatangani undang-undang yang berisikan tentang laran
gan adanya teknologi 5G Huawei yang berasal dari Cina dengan alasan masalah keamanan nasio
nal negaranya. Menurut Perdana Menteri Rumania, Ludovic Orban bahwa perusahaan teknologi
Huawei ini tidak memenuhi persyaratan keamanan dalam proses pembangunan jaringan 5G nya.
Rumania merupakan negara ketiga di Eropa setelah Inggris dan Swedia yang menolak Huawei m
engembangkan jaringan 5G nya.25

Secara keseluruhan, masuknya jaringan seluler 5G milik Huawei dari China ini menjadi
ancaman bagi Eropa. Tindakan Eropa melarang adanya teknologi 5G Huawei ini bertujuan untuk
menghindari risiko keamanan jaringan seperti sabotase dan spionase. Eropa khawatir bahwa
masuknya jaringan 5G milik Huawei dimanfaatkan oleh China untuk melakukan spionase dan
22
Ibid.
23
Yusliandi Ginting, “Kemungkinan Cara Bertindak Inggris, perancis dan Jerman dalam Konflik Laut RRC Selatan,” Ju
rnal Maritim Indonesia Vol. 9 No. 2 (2021). diakses pada 24 Mei 2022
24
Roy Franedya, “Swedia Blokir 5G Huawei & ZTE Corp, China Siapkan Balasan?”, CNBC Indonesia 2020. diakses pad
a 24 Mei 2022 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201021173113-37-196109/swedia-blokir-5g-huawei-zte-c
orp-china-siapkan-balasan
25
Reni Erina, “Rumania Jadi Negara Eropa Ketiga yang Melarang Huawei Karena Masala Keamanan,” Dunia Rmol.id
2021. diakses pada 24 Mei 2022 https://dunia.rmol.id/read/2021/06/14/492125/rumania-jadi-negara-eropa-ketig
a-yang-melarang-huawei-karena-masalah-keamanan
© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021
http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

sabotase sehingga mangancam keamanan Eropa. Oleh karena itu Eropa memilih untuk membloki
r teknologi 5G Huawei agar dapat mengurangi munculnya ancaman-ancaman yang dapat merusa
k keamanan nasional nya. Sehingga beberapa negara Eropa sepakat untuk melakukan pelarangan
masuknya jaringan 5G Huawei ke negara mereka termasuk Inggris dan Prancis.

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021


http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan jaringan internet 5G oleh Huawei mendapatkan respon negatif dari


Amerika Serikat dan sekutunya. Perusahaan asal Tiongkok ini dianggap dapat mengancam
keamanan nasional khususnya terkait spionase dan sabotase. Hal tersebut tidak terlepas dari
teknologi 5G itu sendiri yang menawarkan kecepatan pengiriman data dan dikhawatirkan dapat
membocorkan data rahasia ke pihak Tiongkok. Pengembangan jaringan 5G ini merupakan
bagian dari program Digital Silk Road yang tergabung dalam Belt and Road Initiative (BRI)
sebagai alat digital diplomasi. Secara umum memang terdapat penolakan dari negara-negara
Eropa dalam menerapkan dan menjalin kerjasama dengan Huawei tetapi bukan berarti tidak
terdapat sama sekali. Portugal dan Inggris merupakan negara-negara yang mau menjalin
kerjasama walaupun hanya dalam cakupan terbatas. Jerman juga menjadi negara yang menjalin
kerjasama setelah membentuk perundang-undangan khusus. Sulitnya Huawei dalam memasuki
pasar eropa dikarenakan sikap negara-negara tersebut yang berupaya menjaga perekonomian dan
industri telekomunikasi nasional mereka. Selain itu, ketergantungan akan teknologi terhadap
Cina juga berupaya dikurangi mengingat perusahaan asal tiongkok tersebut cukup mendominasi.

Ekspansi politik yang dilakukan Tiongkok melalui Huawei dinilai sebagai ancaman
serius bagi Amerika Serikat. Presiden Donald Trump kemudian menandatangani perintah eklusif
sebagai kondisi darurat internasional dan melarang perusahaan AS untuk menggunakan peralatan
telekomunikasi yang berasal dari Huawei. Kebijakan ini kemudian juga diserukan kepada
seukutu-sekutunya di Eropa. Sikap ini dapat dijelaskan melalui sudut pandang realisme
khususnya terkait security dilemma dimana suatu negara akan merasa terancam jika negara lain
mengalami perkembangan yang pesat dan menganggu keamanan nasionalnya. Dalam kasus ini,
Amerika Serikat merasa bahwa pengembangan jaringan 5G ini disusupi oleh tindakan spionase
dan dapat mengancam posisi Amerika Serikat sebagai hegemoni. Sehingga AS akan berupaya
mempertahankan keamanan nasionalnya termasuk melalui kerjasama bersama sekutu-sekutunya.

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021


http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Referensi

CNN Indonesia, “Inggris Resmi Larang Huawei Kembangankan 5G,” 15 Juli 2020. diakses pada
24 Mei 2022 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200715020658-185-524746/ing
gris-resmi-larang-huawei-kembangkan-5g
Gintingm, Yusliandi. “Kemungkinan Cara Bertindak Inggris, Prancis dan Jerman dalam Konflik
Laut RRC Selatan.” Jurnal Maritim Indonesia. 9. No. 2 (2021): 169-187.
Pramono, Firman Maulana. “Program Digital Silk Road sebagai Media Digital Diplomacy
Tiongkok untuk Optimalisasi Belt and Road Initiative (BRI).” Skripsi Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional. Universitas Jember: 2020.
Reni Erina, “Rumania Jadi Negara Eropa Ketiga yang Melarang Huawei Karena Masala Keaman
an,” Dunia Rmol.id 2021. diakses pada 24 Mei 2022 https://dunia.rmol.id/read/2021/06/1
4/492125/rumania-jadi-negara-eropa-ketiga-yang-melarang-huawei-karena-masalah-kea
manan
Roy Franedya, “Swedia Blokir 5G Huawei & ZTE Corp, China Siapkan Balasan?”, CNBC Indon
esia 2020. diakses pada 24 Mei 2022 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201021173
113-37-196109/swedia-blokir-5g-huawei-zte-corp-china-siapkan-balasan
Rühlig, Tim, and Maja Björk. "What to make of the Huawei debate? 5G network security and
technology dependency in Europe." UI Paper 1 (2020): 4-37.
Arinanda, Bayuaji Pradipta, Reni Windiani, and Satwika Paramasatya. “Perang Teknologi
Amerika Serikat vs Tiongkok : Kebijakan Penolakan Teknologi 5G Huawei Tiongkok Oleh
Amerika Serikat” 8 (2022): 72–81.

Ginting, Yusliandi. “Kemungkinan Cara Bertindak Inggris , Perancis Dan Jerman.” Jurnal
Maritim Indonesia 9, no. 2 (2021): 169–187.

Mastaridevi, Luh Putu. “Dukungan Filipina Terhadap Teknologi 5G Huawei Di Tengah Tekanan
Politik Amerika Serikat” (2019): 1–15.

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021


http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Sibarani, Yasin Yayang Malendra. “Alasan Di Balik Kebijakan Restriktif Pemerintah Amerika”
(2020): 1–16.

“5G For Europe.” Huawei. Huawei Technologies Co., Ltd., May 29, 2021. Last modified May
29, 2021. Accessed May 24, 2022. https://huawei.eu/what-we-do/5g-europe.

“5G Services.” Huawei. Huawei Technologies Co., Ltd., February 17, 2020. Last modified
February 17, 2020. Accessed May 24, 2022.
https://carrier.huawei.com/en/products/service-and-software/5G-Services.

Friis, Karsten, and Olav Lysne. “Huawei, 5G and Security: Technological Limitations and
Political Responses.” Development and Change 52, no. 5 (October 3, 2021): 1174–1195.

“Powering Industries and a Smart World with 5G, Cloud & AI.” Huawei. Huawei
Technologies Co., Ltd., April 24, 2020. Last modified April 24, 2020. Accessed May 24,
2022. https://www.huawei.com/en/technology-insights/publications/winwin/36/
powering-industries-smart-world-5g-cloud-ai.

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021


http://fisip.unand.ac.id/hi
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

Deskripsi pembagian tugas

Nama Deskripsi Tugas

Fanny Elsya Putri  Mencari materi paper - Pandangan Teori


(1910851001) Neorealisme mengenai Teknologi 5G oleh Huawei
terhadap Uni Eropa

Afni Rahma Sari  Mencari materi paper


(1910851027)  Menyusun latar belakang

Annisha Dinda Mutiara  Mencari materi paper - Pengaruh Amerika Serikat


(1910852009) terkait Kebijakan Pelarangan Teknologi Internet 5G
Huawei Tiongkok

Salshabila Zopiyen  Mencari materi paper – Ancaman Perkembangan


(1910853009) Teknologi 5G Huawei bagi Eropa

Zahara Yusminda  Mencari materi paper – Peluang Perkembangan


(1910853005) Teknologi 5G Huawei bagi Eropa

Ulva Ananda Taufik  Mencari materi paper - Perkembangan Teknologi 5G


(1910853041) oleh Huawei

Reski Ananda Putri  Menyusun dan mengedit paper


(1910851025)  Membuat slide presentasi

Muhammad Handrea Jovano  Menyusun kesimpulan dan saran


(1910852015)  Menyusun paper

© Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas, 2021


http://fisip.unand.ac.id/hi

Anda mungkin juga menyukai