Anda di halaman 1dari 26

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

Standar Kompetensi:
1. Mengenal Kehidupan Nabi Muhammad SAW di masa kecil

Kompetensi Dasar
1.1. Menyimak peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW
1.2. Menyimak figur ayah dan Ibu Nabi Muhammad SAW

Indikator Pencapaian Hasil Belajar


Menjelaskan silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW
Menceritakan kelahiran Nabi Muhammad SAW
Menunjukkan perilaku yang mencerminkan penjiwaan terhadap
peristiwa sebuah kelahiran
Menceritakan keadaan keluarga Nabi Muhammad SAW
Menjelaskan tanggung jawab orang tua mendidik anaknya
Menunjukkan perilaku yang mencerminkan penjiwaan terhadap
makna kehidupan

Materi Pembelajaran
A. Keadaan Kota Mekah
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari senin tanggal 12
Rabi'ul Awwal, tahun gajah bertepatan dengan dengan tanggaS 20
April 571 Masehi. Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kampung Bani
Hasyim di kota Mekah dan yang menjadi bidannya adalah Siti Syifa
yaitu sahabat Abdurrahman bin Auf.
Ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya bernama
Abdulloh bin Abdul Muthalib. Ayahnya meninggal tujuh bulan
sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Abdul Muthalib kakeknya
member nama Muhammad nama yang belum pernah ada
sebelumnnya di tanah arab. Muhammad artinya terpuji.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah,
karena pada saat itu kota Mekah diserang oleh pasukan
berkendaraan gajah, dibawah pimpinan Abrahah. Dia adalah salah
seorang gubernur dari kerajaan Nasrani Abesinia (Habsyi) di Yaman.
Mereka bermaksud menghancurkan Ka'bah. Namun ditengah jalan
pasukan mereka diserang oleh gerombolan burung.
Ababil yang diutus Allloh SWT masing-masing burung
membawa tiga buah batu, dua pada kakinya dan satu pada
paruhnya. Dengan demikian hancurlah pasukan Abrahah dan
Ka'bah selamat dari kehancuran.
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan suku Quraisy yang
sangat berpengaruh di kota Mekah. Bahkan diseluruh Jazirah Arab.
silsilah keturunan ayah dan ibunya bertemu pada Kilab bin Murah.
Kedua keluarga kakek dan nenek Nabi Muhammad SAW termamsuk
golongan orang yang dihormati dikalangan kabilah-kabilah arab.
Kakeknya Abdul Muthalib setelah mendengar kelahiran
cucunya, beliau sangat gembira. Lalu beliau membawa cucunya
yang baru lahir itu thawaf keliling Ka'bah, lalu diberi nama
Muhammad artinya orang yang terpuji. Nama tersebut jarang ditemui
pada bangsa arab waktu itu, dan itu merupakan takdir Alloh
sebagaimana tercantum dalam kitab taurat dan injil.
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan suku Quraisy yang
sangat berpengaruh, bukan saja di kota Mekah bahkan diseluruh
Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW disusui ibunya sendiri selama
tiga hari lalu disusukan kepada Tsuwaibah, budak perempuan Abu
Lahab yang sudah dimerdekakan,-
Kemudian Nabi Muhammad SAW diserahkan Ibunya kepada
seorang perempuan yang baik akhlaknya bernama Halimatuz binti
Abi Dzuaib untuk disusui. Halimah adalah istri Harits bin Abdul Uzza
(Abu Kabsyah). la berasal dari Bani Sa'ad kabilah Hawazin terletak
antara Mekah dan Thaif 60 Km sebelah timur kota Mekah
Silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai
berikut:
Kilab

Qushai Zuhrah

Abdi Manaf Abdil Manaf

Hasyim Wahab

Abdul Muthalib

Abdulloh Aminah

Muhammad SAW
B. Tanggapan Masyarakat Mekah
Kelahiran Muhammad ditengah-tengah masyarakat Mekah
mendapat perhatian yang luar biasa dari berbagai kalangan. Hal ini
antaralain disebabkan karena Muhammad berasal dari keluarga
yang cukup disegani dan cukup berpengaruh bukan saja di kota
Mekah tetapi diseluruh Jazirah Arab.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah.
Tahun tersebut ditandai dengan datangnya tentara bergajah
dibawah pimpinan Raja Abrahah dengan 60.000 bala tentaranya
untuk menghancurkan Ka'bah. Raja Abrahah berasal dari negeri
Yaman. Dia mempunyai pasukan bergajah yang ditugaskan
menghancurkan Ka'bah.
Pada waktu itu Ka'bah dijaga oleh Kakek Nabi Muhammad
SAW yang bernama Abdul Muthalib. Namun demikian, wlaupun
Ka'bah sudah dijaga oleh Abdul Muthalib dan penduduk Mekah
lainnya, pasukan Abrahah tidak dapat dicegah.
Untuk menjaga keselamatan, Abdul Muthalib dan Penduduk
Mekah lainnya menyingkir sebelum Raja Abrahah datang ke Mekah.
Dalam keadaan pasrah Abdul Muthalib berdo'a kepada Alloh agar
Ka'bah diselamatkan dari tangan-tangan orang yang ingin
menghancurkannya.
Alloh SWT mengabulkan do'a Abdul Muthalib yaitu dengan
mendatangkan pasukan burung ababil yang melemparkan batu-batu
kerikil yang tajam dan beracun. Batu-batu kerikil tersebut mengenai
pasukan Abrahah sehingga mereka mati sebagaimana tercantum
dalam Surat Al-Fil ayat 1-5 yaitu:

Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah
menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu
sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu
(berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka
seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Dengan demikian musnahlah pasukan bergajah pimpinan Raja


Abrahah dan akhirnya Ka'bah selamat dari kehancuran.
MASA KANAK-KANAK NABI
MUHAMMAD SAW

Standar Kompetensi:
1. Mengenal Kehidupan Nabi Muhammad SAW di masa kecil

Kompetensi Dasar
1.3. Menyimak sejarah Nabi Muhammad SAW dalam asuhan ibunya
1.4. Menyimak sejarah Nabi Muhammad SAW dalam asuhan orang
lain
1.5. Menyimak sejarah wafatnya Ibu Kandung Nabi Muhammad SAW
1.6. Menyimak sejarah Nabi Muhammad SAW dalam asuhan kakeknya
Abdul Muthalib
1.7. Menyimak sejarah Nabi Muhammad SAW dalam asuhan
pamannya Abu Thalib

Indikator Pencapaian Hasil Belaiar


• Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW pada masa dalam
asuhan Halimah
• Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW pada masa dalam
asuhan Aminah
• Menecritakan kisah wafatnya Aminah
• Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW pada masa dalam
asuhan Abdul Muthalib
• Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW pada masa dalam
asuhan Abu Thalib
A. Muhammad di Bawah Asuhan Halimah
Kebiasaan bangsa arab menyusukan anak-anak diserahkan
kepada wanita-wanita desa agar menjadi anak yang cerdas karena
lingkungan sekitarnya dan udaranya masih segar. Wanita bani Sa'ad
terkenal sebagai pengasuh dan penyusuan anak-anak kota.
Datanglah Halimah Sa'diyah ke rumah Aminah, agar dapat
menyusukan Nabi Muhammad SAW. Aminah pun menyerahkan
Muhammad kepada Halimah untuk disusukan. Selama tiga hari
sebelumnya disusukan oleh Aminah sendiri.
Kasih sayang Halimah kepada Muhammad sama dengan
kasih saying yang diberikan kepada anak-anaknya sendiri, bahkan
Muhammad lebih dicintai. Untuk menghilangkan rasa rindu Aminah
kepada anaknya, beliau sering berkunjung ke rumah halimah. Begitu
pula Halimah setiap kali berkunjung ke Mekah tidak lupa membawa
Muhammad.
Setelah menjadi pengasuh Muhammad, kehidupan keluarga
Halimah bertambah baik begitu juga kegembiraan anak-anaknya.
Setelah empat tahun dalam asuhan Halimah, dengan berat hati
Muhammad dikembalikan kepangkuan ibunya di kota Mekah.

B. Muhammad di Bawah Asuhan Ibu dan Kakeknya


Setelah Halimah mengembalikan Muhammad kepada
Ibunya, maka mulai saat itu Muhammad berada ditengah-tengah
Selanjutnya Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib
mengambil alih tanggung jawab untuk mengasuh Muhammad. Abu
Thalib sangat menyayangi Muhammad seprti anak sendiri dan Abu
Thalib juga melindungi Muhammad SAW dari ancaman orang-orang
Quraisy jahiliyah.
Pekerjaaan Abu Thalib adalah berdagang ke Syam. la adalah
orang yang sangat disegani dan dihormati di kalangan Quraisy.
MENGENAL SOSOK PRIBADI
NABI MUHAMMAD SAW

Standar Kompetensi :
1. Mengenal Kehidupan Nabi Muhammad SAW di masa kecil

Kompetensi Dasar :
1.8. Menyimak sosok Nabi Muhammad SAW sebagai penggembala
kambing
1.9. Menyimak perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Syam yang
pertama
1.10. Menyimak perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Syam yang kedua
1.11. Menyebutkan sifat-sifat terpuji yang dimiliki Nabi Muhammad SAW
di masa kecil
1.12. Menceritakan kejadian-kejadian luar biasa yang dialami Nabi
Muhammad SAW sebagai tanda-tanda kenabian
1.13. Menunjukkan perilaku mencontoh sifat-sifat terpuji yang dimiliki
Nabi Muhammad SAW di masa kecil

Indikator Pencapaian Hasil Belajar :


Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW sebagai penggembala
Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW saat mengikuti
pamannya berdagang
Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW saat mengikuti
pamannya berniaga ke negeri syam
Menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW ketika dipercaya
membawa barang dagangan Siti Khadijah
Menyebutkan sebab-sebab keberhasilan perdagangan Muhammad
Menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap penjiwaan
terhadap kisah keteladanan Muhmmad
Maten Pembelajaran:

A. Menggembala
Sewaktu Nabi Muhammad SAW masih anak-anak, beliau
rajin bekerja dan lebih menyukai pekerjaan menggembala kambing,
karena dengan pekerjaaan itu beliau dapat langsung bergaul dengan
anak-anak yang tergolong miskin yang tidak bias menyobongkan diri
seperti orang-orang jahiliyah yagng gemar membanggakan
kehormatan, kekayaan dan sebagainya.
Ketika beliau menggembala kambing maka hikmahnya
adalah dapat member bimbingan dan latihan jiwa kepada beliau
untuk bersabar, tabah, kasih saying dan menjaga serta menolong
makhluk lemah. Tidaklah mengherankan kalau kambing merupakan
salah satu bentuk pendidikan yang diberikan Allah SWT kepada para
Nabi agar mereka dengan rasa kasih sayang dan cinta kasih dapat
meminpin umat manusia.
Di antara Nabi yang pernah menggembala kambing ialah
Nabi Musa AS, Nabi Daud AS dan lain-lain. Pada waktu usia 12
tahun Abu Thalib mengajak beliau berdagang ke negeri Syam. Nabi
Muhammad SAW memegang baju Abu Thalib seolah-olah ia ingin
diajak. Abu thalib merasa kasihan dan tidak tega meninggalkannnya
di Mekah.
Berangkatlah Abu Thalib dan Nabi Muhammad serta
rombongan para pedagang lainnya. Ketika para pedagang sampai di
kota Bushra, suatu daerah perbatasan ahtara negeri Syam dan
Jazirah Arab. Pendeta Nasrani menghampiri rombongan tersebut
lalu memperhatikan Nabi Muhammad SAW.
Setelah mendapatkan tanda-tanda kenabian pada wajah
Nabi Muhammad seperti tercantum dalam kitab Taurat dan injil,
pendeta Bahira tersebut menasehatkan kepada Abu Thalib segera
kembali ke kota Mekah. Demi keselamatan Nabi Muhammad dan
gangguan pembunuhan orang yahudi dan agar ia menjaganya
dengan baik, karena kelak ia akan menjadi rasul.
Setelah mendengar nasihat pendeta Bahira dan telah
menyelesaikan urusan dagangannya di negeri syam, Abu Thalib
segera kembali ke kota Mekah.
Setelah peristiwa tersebut Abu Thalib menghentikan
kegiatannya untuk berdagang keluar kota Mekah. la merasa cukup
untuk dengan usahanya di negeri sendiri. la tidak mau lagi bepergian
jauh. la tinggal di rumah mengasuh anak-anaknya.

B. Keberhasilan dalam Usaha


Pada waktu usia Abu Thalib semakin lanjut beliau selalu
memikirkan anak-anaknya terutama keponakannya Nabi Muhammad
SAW, agar mempunyai mata pencaharian yang tetap dan
mempunyai sumber kehidupan yang pasti untuk bekal hiduonya
serta mengurus rumah tangganya kelak.
Dalam pikiran Abu Thalib terlintas sebaiknya Nabi
Muhammad SAW itu berdagang sebagaimana yang dikerjakan
bangsa Quraisy dan biasa juga dilakukan oleh nenek moyangnya.
Pada waktu itu kota Mekah ada seorang sudagar besar
terkenal kkekayaannya, kebangsawanannya, kemuliaan budi
pekertinya dan keluasan pandangan fikiranya namanya Khadijah
binti Khuwalid. Di antara penduduk kota Mekah dan sekitamya baik
laki-laki maupun perempuan tidak sedikit yahg menjualkan
dagangannya ke luar kota Mekah seperti syam, Iraq dan lainnya.
Pada suatu hari Abu Thalib menemui Khadijah lalu
menceritakan maksud dan tujuannya. Dengan singkat Khadijah pun
menyetujuinya.
Setelah malam yang ditentukan berangkatlah Nabi
Muhammad SAW serta rombongan pedagang lainnya dari kaum
qurasiy menuju Negeri Syam. Dalam berdagang itu Nabi Muhammad
SAW ditemam oleh pelayan Khadijah sendiri yang setia dan sangat
dipercaya bernama Maisarah. Dalam perjalanan itu ia selalu
mengawasi gerak-gerik dan cara berdagang Nabi Muhammad SAW.
Disepanjang jalan sejak dari Mekah sampai syam, sifat
gerak-gerik dan cara berdagang Nabi jauh lebih berlainan
dibandingkan pedagang lainnya. Beliau berdagang dengan cara
menyebutkan harga pokok dari Khadijah kepada pembeli dan
mengenai keuntungan beliau serahkan kepada pembeli. Oleh karena
itu, sudagar negeri syam senang sekali membeli barang dagangan
beliau, karena mereka masing-masing tidak tertipu dalam perkara
harga yang akan dibelinya.
Tentang keuntungan beliau para pembeli telah
memperkirakan, mereka selalu memberikan keuntungan cukup
untuk menutupi biaya perjalanan antara Mekah dan syam pulang
pergi.
Melihat tindakan Nabi Muhammad SAW dalam berdagannya,
Maisarah sangat tercengang tetapi tidak berani menegur dan
menanyakannya. Oleh sebab itu, barang dagangan Nabi
Muhammad SAW habis terjual dalam waktu yang singkat dan
mendapat keuntungan yang luar biasa.

C. Sifat-Sifat Terpuji Nabi Muhammad pada Masa Kanak-Kanak


Berkat lindungan lindungan Allah SWT dan asuhan Halimah,
Aminah ibunya, Abdul Muthalib Kakeknya, pamannya Abu Thalib
serta bibinya Aminah binti As'ad, tertanamlah sifat-sifat terpuji pada
diri Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil beliau selalu giat bekerja,
sabar dalam menghadapi cobaan, jujur dlama perbuatan, sopan
santun dan lemah lembut dalam perkataan.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW penuh dengan
kesederhanaan, suka memaafkan kesalahan orang, murah hati
terhadap sesama kawan, tidak sombong dan tidak gila kehormatan.
Dalam pergaulan Nabi Muhammad SAW tidak pernah
menyakiti orang lain, segala perbuatannya selalu terpuji tidak pernah
berbuat maksiat apalagi menyembah berhala. Allah melindungi dan
menjaga kesucian beliau sebagai manusia yang akan memikul tugas
suci yang besar di dunia.
D. Kejadian Luar Biasa
Pada suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW dan anak-anak
Halimah sedang menggembala kambing, tiba-tiba datang dua
malaikat berbaju putih memegang Nabi lalu membaringkan dan
membelah dada Nabi membuang sifat-sifat kotor dan
menggantikannya dengan sifat bersih. Setelah itu mereka
meninggalkan Nabi Muhammad SAW yang masih berbaring. Melihat
peristiwa itu, anak-anak Halimah berlari memberitahu ibunya.
Halimah dan suaminya datang menghampiri Nabi
Muhammad menanyakan peristiwa yang baru dialami, Nabi
Muhammad SAW menceritakan peristiwa tersebut dari awal sampai
akhir pada mereka.
Setelah kejadian itu Halimah dan suaminya khawatir akan
keselamatan Nabi. Oleh karena itu, maka beliau dikembalikan pada
ibunya. Sambil menceritakan kejadian yang pemah dialaminya.
Setelah mendengar cerita Halimah, Aminah bertanya; "Apakah
kalian khawatir kalau-kalau diganggu setan?" Halimah menjawab:
"Ya, benar. "Aminah bertanya lagi "Tidak demi Allah SWT tidak akan
setan mengganggunya. Anak ini kelak akan menjadi manusia besar!
Maukah kalian mendengar ceritanya?" Halimah menjawab "Ya."
Aminah melanjutkan ceritanya: "Ketahuilah ketika ia masih dalam
kandunganku, aku melihat cahaya terang benderang keluar dari
diriku menyinari istana Bushra di Syam, demi Allah SWT selama aku
hamil aku tidak merasa sangat berat. Tidak ada wanita hamil yang
merasa seringan dan semudah yang kurasakan. Ketika lahir ia

Tarikh Kelas 1 16 DTAwwaliyah


meletakan telapak tangannya ke tanah sedangkan kepalanya
menengadah ke langit."
Kejadian luar biasa sebagaimana diceritakan di atas hanya
sebagian kecil saja, karena banyak kejadian-kejadian yang dialami
oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih kanak-kanak.
RUMAH TANGGA NABI MUHAMMAD SAW

Standar Kompetensi:
Memahami kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW

Kompetensi Dasar :
2.1. Menceritakan proses pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan
Siti Khadijah
2.2. Menceritakan pengorbanan Siti Khadijah dalam mendukung
perjuangan Nabi Muhammad SAW

Indikator Pencapaian Hasil Belajar :


Menceritakan proses pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan
Khadijah
Menyebutkan keteladanan Nabi Muhammad SAW dan Khadijah
dalam berumah tangga
Menyebutkan anak keturunan Nabi Muhammad SAW
Menjelaskan pengorbanan Siti Khadijah dalam mendukung
perjuangan Nabi Muhammad SAW
Menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap penjiwaan
terhadap kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW
A. Perkawinan dengan Siti Khadijah
Setelah pulang dari negeri syam membawa dagangan
Khadijah, datang lamaran dari pihak Khadijah kepada keluarga Nabi
Muhammad SAW.
Khadijah adalah seorang janda kaya, berakhlak mulia dan
berhati dermawan, telah banyak orang yang dating untuk melamar
menyatakan hasrat untuk menjadikan istri, namun itu ditolaknya
dengan baik dan sopan. Menurut penilaian Khadijah, semua laki-laki
yang datang melamar tersebut hanya ingin menguasai kekayaannya
dan tidak terbukti untuk membina rumah tangga yang baik dan
sejahtera. Lain halnya dengan kepribadian Nabi Muhammad SAW
yang jujur dan bertanggung jawab. Khadijah melihat ketulusan hati
dan ketekunan Muhammad dalam menjalankan tugas dan ditambah
lagi keterangan dari pembantunya yang menceritakan kepribadian
Nabi Muhammad SAW pada saat menjalankan usahanya ke negeri
syam. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah laki-laki pilihan yang dapat dijadikan pelindung
hidupnya.
Hasrat Khadijah untuk meminang Nabi Muhammad SAW
disampaikan melalui saudaranya Nafisah binti Munirah. Nafisah
mencoba mengadakan pembicaraan pendahuluan dengan Nabi
Muhammad SAW, meminta kepadanya bagaimana kalau dia
memperistri Khadijah. Mula-mula timbul keraguan di hati Nabi
Muhammad SAW mengingat keadaan dirinya yang tidak memiliki
harta kekayaan untuk mengawini wanita kaya dan berhati mulia
seperti Khadijah. Namun Nafisah meyakinkan Nabi Muhammad
SAW bahwa Khadijah memilihnya semata-mata karena akhlak dan
budinya yang mulia.
Setelah tercapai kata sepakat dan mendapatkan restu
pamannya pemikahan pun dilangsungkan pada waktu itu usian Nabi
Muhammad SAW 25 tahun dan Kahdijah 40 tahun. Pernikahan ini
telah memebrikan ketenangan dan ketentraman. Nabi Muhammad
SAW telah mendapatkan cinta kasih yang tulus dari seorang wanita
dikemudian hari wanita inilah yang pertama mengakui kerasulan dan
senantiasa menjadi pendamping setia dalam suka dan duka.
Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah dikaruniai beberapa
orang anak yaitu dua orang laik-laki dan empat orang perempuan.
Putranya yang sulung laki-laki diberi nama Qosim meninggal pada
usia dua tahun. Empat putrinya diberi nama masing-masing Zainab,
Ruqiayah, Ummu Kutsum dan Fatimah. Sedangkan putranya yang
keenam diberi nama Abdulloh meninggal ketika mamsih dalam
buaian.
Nabi Muhammad SAW sebagai seorang ayah yang sangat
kasih sayang kepada putra-putrinya. Demikian juga putra-putrinya
sangat hormat dan kasih kepada kedua orang tuanya. Sikap Nabi
Muhammad SAW kepada putra-putrinya tidak seperti perlakuan
orang tua pada masa itu. Beliau penuh kasih sayang mengasuh
seluruh putrinya hingga besar dan berkeluarga. Zainab dinikahkan
dengan Abil'ash bin Rabi' bin Abdi Syam, Ruqaiyah dinikahkan
dengan Uthbah. Ummu Kultsum dinikahkan dengan Utaibah.
Perkawinan Ummu Kutsum dan Ruqaiyah tidak berlangsung lama
karena kedua suami mereka dipaksa untuk menceraikan istrinya
oleh ayah mereka Abu Lahab. Kemudian Ruqoyah dinikahkan
dengan Utsman bin Affan dan setelah Ruqaiyah meninggal, Utsman
menikahi Ummu Kultsum sedangkan Fatimah dinikahkan dengan Ali
bin Abi Thalib.

B. Keteladanan Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah dalam


Hidup Berumah Tangga
Rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah
penuh berkah, bahagia dan sejahtera. Keduanya saling
menghormati, saling mencintai dan merupakan tauldan bagi
kehidupan rumah tangga seorang muslim.
Keadaan rumah tangga Nabi Muhammad SAW jauh berbeda
dengan rumah tangga orang-orang Quraisy dikala itu. Beliau dalam
pergaulan sehari-hari menunjukkan cinta kasih terhadap istrinya. Tak
speerti orang arab waktu itu yang selalu menghinakan dan
merendahkan pihak istrinya. Beliau selalu membantu mengurus
pemiagaan istrinya sebaliknya Khadijah selalu memperhatikan
segala gerak-gerik dan perangai suaminya.
Nabi Muhammad SAW meskipun mendapatkan istri yang
lebih kaya raya cara hidup beliau sederhana sepreti biasanya tidak
suka hidup mewah. Makanan, minuman dan pakaian selalu dtujukan
kepada fakir, miskin, yatim piatu dan para janda sehingga rumah
tangga menjadi tempat kembalinya orang-orang yang membutuhkan
pertolongan. Khadijah dengan tulus memberikan hartanya kepada
orang yang membutuhkan perolongan dengan tulus dan ikhlas.
Demikianlah sebagian keadaan rumah tangga Nabi
Muhammad SAW yang menjadi tualadan bagi sleuruh umat manusia
terutama bagi umat Islam.

C. Pengorbanan Khadijah dalam Membela Perjuangan Nabi SAW


Kecintaan Khadijah kepada suaminya sangat mendalam.
Khadijah sebagai istri Nabi dengan tulus ikhlas menyerahkan semua
kekayaannya guna diberikan kepada siapapun yang dating
mengharapkan bantuan dan pertolongan serta untuk kepentingan
dakwah Islam.
Khadijah adalah yang mengobati kepedihan Rasululloh SAW
akibat ditinggal wafat ayah bundanya sejak kecil. Khadijah yang
menyediakan dan mengorbankan segala-galanya bagai ketenangan
dan ketentraman beliau sewaktu menerima wahyu pertama
Khadijah dengan lembut dan penuh kasih dan sayang menyambut
kedatangan Nabi Muhammad SAW dari gua Hiro, lalu percaya,
membenarkan dan mengimani kenabian beliau ta'npa keraguan
sedikitpun.
Khadijah seorang wanita yang rela meninggalkan semua
kekayaannya, kemwahannya dan kenikmatan hidupnya untuk
mendampingi suaminya dan turut pula merasakan berbagai
kesukaran penderitaan dan cobaan berat dalam menghadapi
penindasan dan pengejaran kaum musyrikin Quraisy.
Bantuan. perlindungan, pembelaan dan pengorbanan Siti
Khadijah demi tegaknya kebenaran Allah SWt dimuka bumi akan
tetap petrtulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam.
KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW
SEBAGAI AL-AMIN

Standar Kompetensi :
3. Memahami sikap Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa peletakan
Hajar Aswad
4. Memahami kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai Al-Amien

Kompetensi Dasar :
3.1. Menyebutkan sikap Nabi Muhammad SAW pada peristiwa
peletakan Hajar Aswad
4.1. Merryebutkan kepribadian Nabi Muhammad SAW yang bergelar
Al-Amien
4.2. Menyebutkan kebiasaan Nabi Muhammad SAW menjelang
kerasulan

Indikator Pencapaian Hasil Belajar :


• Menceritakan kisah perletakan hajar aswad
• Menyebutkan keteladanan Nabi Muhammad SAW
• Menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap penjiwaan
terhadap kepribadian Nabi Muhammad SAW

Materi Pembelajaran :
A. Nabi Muhammad SAW Bergelar Al-Amin
Semenjak Kakek Nabi Muhammad SaW meninggal dunia,
kota Mekah mengalami kekacauan dan kemerosotan. Ketertiban kota
Mekah tidak terjaga. Sering terjadi pemerasan, penganiayaan dan
pembunuhan yang dilakukan secara terang-terangan. Jika hal ini
dibiarkan terus berlangsung maka akan merugikan penduduk kota
Mekah itu sendiri.
Melihat keadaan tersebut peminpin Quraisy merasa perlu
untuk menjaga ketentraman dan mengembalikan keadaan kota
Mekah seperti semula. Berkumpulah para peminpin Quraisy untuk
bermusyawarah mengatasi kekacauan yang terjadi di kota Mekah.
Pemuka atau peminpin Quraisy tersebut terdiri dari Bani Hasyim,
Bani Muthalib, Bani As'ad, Bani Zuhrah dan Bani Tamim.
Dalam pertemuan tersebut para peminpin Quraisy
bersumpah tak akan membiarkan orang-orang Mekah teraniaya dan
apabila ada yang teraniaya akan dibela. Halful Fudhul artinya
perjanjian membela kehormatan bersama (kota Mekah). Pada waktu
itu Nabi berperan mewujudkan pertemuan tersebut. Hilful-Fudul
merupakan sebuah lembaga yang bertujuan membantu orang-orang
miskin dan teraniaya. Keadaan di Mekah pada waktu itu memang
sedang tidak kondusif, hai ini karena adanya perselisihan antara
suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudul inilah sifat-
sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW mulai tampak. Melalui
aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya
berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang
terpercaya. Kejujuran yang sudah kental dan melekat erat dalam
jiwa Nabi Muhammad saw akhimya menyebar dengan cepat dari
mulut ke mulut. Dengan kejujuran yang dlmilikinya, Nabi Muhammad
SAW akhirnya mampu memperluas relasi dagangnya. Dan dengan
keujurannya itulah, akhirnya Nabi Muhammad SAW memperoleh
gelar Al-Amin yang artinya orang dapat dipercaya.
Nabi semakin dikenal dikalangan penduduk Mekah terutama
perannnya mendamaikan sengketa yang terjadi antara pemuka
Quraisy dalam membangun kembali Ka'bah.
Pada mulanya mereka nampak bersatu dan bergotong
royong memperbaiki keadaan Ka'bah yang rusak akibat terjadi
banjir besar yang melanda kota Makkah.
Nabi Muhammad beserta masyarakat kota Makkah lainnya
bekerja memperbaiki keadaan Ka'bah. Akan tetapi ketika perbaikan
Ka'bah tersebut sampai pada tahap peletakan batu Hitam (Hajar
Aswad) ke tempat asalnya, terjadilah pertentangan sengit antara
para pemuka Quraisy. Mereka masing-masing merasa berhak dan
berebut kehormatan untuk mengembalikan Hajar Aswad ke tempat
Asalnya.
Pertentangan itu dapat teratasi setelah ada usulan dari salah
seorang pemuka Quraisy yang berwibawa di kota Makkah bernama
Abu Umayah bin Mugirah Al-Makhzumi.
Abu Umayah mengusulkan, bahwa untuk menyelesaikan
pertentangan tersebut harus ditunjuk seorang hakim. Menurut Abu
Umayah yang menjadi hakim haruslah orang yang pertama kali
masuk mesjid dari Babu Shafa (pintu Shafa) pada esok harirrya.
Temyata orang yang pertama kali masuk pintu tersebut adalah Nabi
Muhammad yang telah dikenal sebagai orang jujur dan dipercaya.
Mereka akan menerima dan akan melaksanakan keputusan dan
cara yang diambil Nabi Muhammad. Terlebih lagi cara itu mengikut
sertakan semua pemuka Quraisy yang bertentangan tadi.
Nabi Muhammad dengan bijaksana mengikatkan sehelai kain
di tanah dan batu Hitam (Hajar Aswad) tersebut diletakan di
tengahnya. Nabi Muhammad kemudian meminta kepada setiap
pemuka Quraisy yang bertentangan tersebut untuk memegang ujung
kain dan mengangkat Hajar Aswad tersebut secara bersama
ketempat semula. Akhirnya pertentangan itu selesai dengan semua
pemuka Quraisy merasa senang.

B. Kebiasaan Nabi Muhammad SAW Menjelang Kerasulan


Sebelun diangkat menjadi Rasul Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW memiliki kecintaan untuk mengasingkan diri,
dengan tujuan untuk beribadah. Nabi Muhammad mengasingkan diri
dari kaumnya yang Jahiliyah karena beliau tidak menyenangi agama
dan untuk menjauhi perbuatan keji yang biasa dilakukan kaumnya.
Dalam berkhalwat nabi Muhammad SAW lebih sering
memilih tempat yang jauh dari keramaian, dengan harapan lebih
tenang dan dapat berpikir secara jernih dan iebih khusyuk daiam
berzikir kepada Allah Salah satu tempat yang digunakan untuk
berkhalwat adalah di Gua Hira'. Letak gua itu berada di tempat yang
lebih tinggi dari ka'bah yaitu di Gunung Nur (Jabal Nur).
Selama menyendiri di Gua Hira, Nabi Muhammad melakukan
tiga bentuk ibadah sekaligus: menyepi, beribadah, dan melihat
Baitullah. Rasulullah menyendiri di gua yang sempit itu selama
beberapa malam, kemudian kembali kepada keluarganya, dan
kembali lagi untuk menyepi. Kebiasaan itu berlangsung hingga
turunnya wahyu dan diangkatnya Muhammad SAW sebagai Utusan
Allah.

Anda mungkin juga menyukai