Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315
Tujuan:
Dengan adanya praktikum peta topography diharapkan peserta praktikum dapat
membaca dan menggunakan peta topography, membuat garis kontur peta dan
membuat profil topography
I. PENDAHULUAN
Peta adalah gambaran pada suatu permukaan datar dari seluruh atau bagian dari permukaan
bumi, untuk memperlihatkan kenampakan fisik, politik atau yang lainnya, tiap titik pada diagram
dihubungkan dengan posisi geografi menurut skala dan proyeksi tertentu.
Gambaran konvensional dari permukaan bumi sering disebut dengan symbol. Symbol ini bisa
berupa:
Satu dimensional : titik, garis
Dua dimensional : bentuk-bentuk luas
Tiga dimensional : bentuk-bentuk isi
permukaan bumi, maka diperlukan peta topografi sebagai unsur pembentuknya. Peta topografi
adalah peta yang menggambarkan penyebaran, bentuk dan ukuran dari roman muka bumi.
Yang dimaksud dengan roman muka bumi (Earth’s Features) adalah :
1. Relief : yaitu perbedaan ketinggian suatu tempat dengan tempat lain, dan juga derajat
kecuraman lereng-lereng yang ada. Termasuk dalam pengertian ini adalah bentuk-
bentuk bukit, lembah, dataran, tebing, gunung, pegunungan dan lainnya.
2. Drainage : yaitu pola-pola pengaliran, termasuk semua jalan air seperti sungai, danau,
rawa-rawa, laut dan sebagainya.
3. Culture : yaitu semua bentuk hasil karya manusia, seperti kota, desa, jalan raya, jalan
kereta api, batas administrasi daerah dan sebagainya.
Dalam suatu peta topografi yang baik dan dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan
penelitian atau kemiliteran, harus memiliki keterangan-keterangan berikut:
1. Skala
Skala adalah perbandingan jarak horizontal dua titik pada peta dengan jarak sebenarnya
di lapangan. Skala dapat digambarkan dalam tiga cara:
a. Skala fraksional, yaitu skala yang digambarkan dengan suatu bilangan pecahan.
Contoh; 1 ; 5.000, 1 (satu) bagian dalam peta sama besarnya dengan 5.000 bagian
dalam jarak sebenarnya.
b. Skala grafis, yaitu skala yang ditunjukkan dengan sepotong garis, contoh:
0 5 10 km
Artinya panjang garis tersebut sama dengan panjang 10 km di lapangan. Skala ini
sangat baik karena tidak terpengaruh oleh pembesaran ataupun pengecilan peta.
c. Skala verbal, yaitu skala yang dinyatakan dengan satuan jarak. Contoh : 1 cm = 10
km, artinya 1 cm pada peta sama dengan 10 km di lapangan. Skala ini sebenarnya
sama dengan skala fraksional
2. Arah utara
Pada setiap peta harus diketahui mana arah utaranya. Dalam peta dikenal tiga macam
arah utara, yaitu:
a. Utara Magnetik ( Magnetic North atau MN), yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh
jarum magnet dalam kompas. Arah ini sesuai dengan arah utara kutub magnet bumi
b. Utara sebenarnya (True North atau TN), yaitu arah utara yang sesuai dengan arah
utara sumbu bumi atau arah utara geografis.
c. Utara Kotak (Grid North atau GN), yaitu arah utara yang sesuai dengan arah utara
tepi peta.
3. Legenda
Legenda adalah penjelasan-penjelasan mengenai tanda tanda atau symbol-simbol yang
dipergunakan dalam peta.
4. Judul Peta
Judul peta biasanya memakai nama daerah atau tempat atau pulau.
Salah satu cara untuk membuat peta garis tinggi (peta kontur) yaitu dengan cara
menarik garis yang mempunyai ketinggian yang sama dari data penyebaran titik-titik
ketinggian pada suatu daerah dan titik ketinggian tersebut dihitung dari ketinggian di
atas permukaan laut. Titik ketinggian tertentu tersebut dapat berupa titik trianggulasi,
titik dasar teknik (TDT), titik puncak bukit, titik pada garis pantai sebagai titik nol (0 m)
atau titik tertentu yang mempunyai nilai ketinggian.
2. Garis kontur tidak pernah memotong garis kontur lainnya, namun selalu
menutup.
Garis kontur akan selalu menutup dengan garis yang memiliki nilai ketinggian
sama. Tidak mungkin garis berhenti tiba-tiba pada suatu ujung, kecuali jika
garis tersebut keluar dari area peta. Suatu lokasi tidak mungkin memiliki dua
nilai ketinggian yang berbeda.
3. Garis kontur jika memotong sungai, akan berbentuk V terbalik dengan arah ke
hulu sungai.
Gambar 2. Ketika garis kontur memotong suatu sungai garis kontur akan
cenderung berbentuk V terbalik ke arah hulu sungai
4. Garis kontur jika memotong jalan, akan selalu berbentuk U ke arah lokasi
yang lebih rendah.
5. Garis kontur selalu menunjukkan ketinggian yang sama
Slope atau kelerengan dari bentang alam tersebut dengan jarak antar garis.
Semakin renggang garis tersebut maka semakin landai lereng yang ada,
sedangkan semakin padat garisnya, semakin terjal lerengnya. Setiap garis kontur
melambangkan nilai ketinggian tertentu dari suatu obyek.
Garis-garis membulat yang ada pada peta kontur berkorelasi dengan garis-garis
yang ada pada bukit yang merupakan obyek yang dipetakan. Semakin dekat jarak
antar garis, semakin terjal pula kelerengan obyek yang dipetakan tersebut.
Punggungan dan jurang (valley) juga memiliki karakteristik kontur yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Punggungan umumnya memiliki bentuk kontur yang
lebih landai dan berbentuk U, sedangkan jurang umumnya memiliki kontur yang
lebih terjal dan berbentuk V.
Pada rumus tersebut, interval kontur memiliki nilai sama dengan skala peta dibagi
2000. Rumus diatas umumnya digunakan ketika hendak menggambar garis kontur
pada peta yang skalanya diketahui.
Rumus tersebut pun dapat diubah-ubah sesuai dengan informasi yang ada, berikut
adalah variasi rumus tersebut jika ditanya skala peta dan diketahui interval
konturnya.
e. Indeks Kontur
Indeks kontur adalah garis kontur yang ditebalkan. Indeks kontur berguna untuk
memudahkan pembaca peta dalam menganalisa pola kenaikan atau penurunan
ketinggian suatu tempat.
Indeks kontur umumnya ditempatkan pada garis kontur keempat atau kelima dalam
suatu peta topografi.
f. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah perbandingan antara tinggi dan jarak dua lokasi.
Semakin tinggi nilai kelerengannya, maka semakin terjal lereng tersebut dan juga
berkorelasi dengan sudut, semakin terjal lerengnya, semakin besar angka
sudutnya.
Kemiringan lereng pada peta dapat dihitung dengan menggunakan informasi jarak
antar dua titik serta perbedaan ketinggian antara dua titik.
Rumus diatas akan menghasilkan angka kelerengan yang jika dikalikan dengan
100, akan menjadi persen kelerengan.
2. Buat garis penampang pada peta kontur yaitu dengan membuat garis
melintang/garis horizontal.
4. Tepat di titik per potongan antara garis penampang dan kontur pada peta, tarik
garis ke bawah untuk dihubungkan ke grafik/diagram, sehingga dihasilkan titik
per potongan ketinggian pada grafik ketinggian.
Apabila ketinggian wilayah pada peta semakin keluar semakin tinggi maka,
hasil penampang nya berbentuk lembah.
Apabila ketinggian wilayah pada peta semakin ke dalam semakin tinggi maka,
hasil penampang nya akan berbentuk dataran tinggi seperti gambar berikut: