Anda di halaman 1dari 4

Perang Pattimura

Tugas sejarah (u)

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

NAMA : JOSSEP TITIRLOLOBY

KELAS : XI IPS1

SMA NEGERI 6 AMBON


Perang Pattimura
Pattimura adalah salah satu tokoh pemimpin perlawanan melawan Belanda yang
membela tanah Ambon dan Maluku. Perang Padri Pattimura berlangsung disebabkan oleh
VOC yang kembali memonopoli ekonomi. Selain itu Sultan Patimura yang beragama Kristen
protestan merasa dihina karena Belanda mengacaukan hubungan antara agama Kristen
Katholik(Belanda)  dan Kristen protestan. 

Riwayat Pattimura
Patimura adalah seorang pemuda yang berani dan penuh strategi gerilya untuk
melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda berlansung selama Juli–
Desember 1817. Pattimura pemimpin perlawanan rakyat Maluku (Saparua) terhadap Belanda
pada tahun 1817, meninggal pada tanggal 16 Desember 1817 di tiang gantungan.Perang
maluku yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura pada awalnya terjadi ketika Belanda kembali
berkuasa pada tahun 1817, monopoli diberlakukan lagi. Diberlakukan lagi sistem ekonomi
uang kertas yang sangat dibenci dan keluar perintah sistem kerja paksa (rodi). Belanda
tampaknya juga tidak mau menyokong dan memerhatikan keberadaan gereja Protestan dan
pengelolaan sekolah-sekolah protestan secara layak, Pada masa pemerintahan kolonial Hindia
Belanda, monopoli di Maluku terus dijalankan. Beban rakyat semakin berat. Selain
penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin,
dendeng, dan kopi. Mereka yang melanggar ditindak tegas. Tindakan pemerintah Hindia
Belanda tersebut semakin menimbulkan penderitaandan kesengsaraan terhadap rakyat,inilah
yang menjadi penyebab rakyat marah dan meletusnya perang maluku. Rakyat Saparua
(Maluku) berjuang menentang pemerintah kolonial Belanda di bawah pimpinan Pattimura
atau Thomas Matulessy dan pejuang wanita Christina Martha Tiahahu.

Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura

Maluku termasuk daerah yang paling awal didatangi oleh Belandayang kemudian berhasil
memaksakan monopoli perdagangan. Rempah-rempah Maluku hanya boleh dijual kepada
Belanda. Kalau tidak dijual kepada Belanda, maka mereka dicap sebagai penyelundup dan
pembangkang. Maka latar belakang terjadinya perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan
Thomas Matulessi yang lebih dikenal dengan nama Kapiten Pattimura, adalah sebagai
berikut.

1. Kembalinya pemerintahan kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris. Perubahan


penguasa dengan sendirinya membawa perubahan kebijaksanaan dan peraturan. Apabila
perubahan itu menimbulkan banyak kerugian atau penghargaan yang kurang, sudah barang
tentu akan menimbulkan rasa tak puas dan kegelisahan.

2. Pemerintah kolonial Belanda memberlakukan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib.
Pada zaman pemerintahan Inggris penyerahan wajib dan kerja wajib (verplichte leverantien,
herendiensten) dihapus, tetapi pemerintah Belanda mengharuskannya lagi. Tambahan pula
tarif berbagai barang yang disetor diturunkan, sedang pembayarannya ditunda-tunda.

3. Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan uang kertas sebagaipengganti uang logam


yang sudah berlaku di Maluku, menambah kegelisahan rakyat.

4. Belanda juga mulai menggerakkan tenaga dari kepulauan Maluku untuk menjadi Serdadu
(Tentara) Belanda.

Jalannya dan Hasil Perang Ambon

Protes rakyat di bawah pimpinanPattimura diawali dengan penyerahan daftar keluhan-


keluhankepada Belanda. Daftar itu ditandatangani oleh 21 penguasa orang kaya, patih, raja
dari Saparuadan Nusa Laut. Namun tidak mendapat tanggapan dari Belanda.Pada tanggal 3
Mei 1817 kira-kira seratus orang, di antaranya Pattimura berkumpul di hutan Warlutun dan
memutuskan untuk menghancurkan benteng di Saparua dan membunuh semua penghuninya.
Pada tanggal 9 Mei berkerumunlah lagi sejumlah orangyang sama di tempat tersebut.
Dipilihnya Pattimura sebagai kapten.Serangan perang maluku dimulai pada tanggal 15 Mei
1817 dengan menyerbu pos Belanda di Porto. Residen Van den Berg dapat ditawan, namun
kemudian dilepas lagi. Keesokan harinya rakyat mengepung benteng Duurstede dan direbut
dengan penuh semangat. Seluruh isi benteng itu dibunuh termasuk residen Van den Berg
beserta keluarga dan para perwira lainnya. Rakyat Maluku berhasil menduduki benteng
Duurstede. Setelah kejadian itu, Belanda mengirimkan pasukan yang kuat dari Ambon
lengkap dengan persenjataan di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi ini berangkat
tanggal 17 Mei 1817. Dengan perjalanan yang melelahkan, pada tanggal 20 Mei 1817
pasukan itu tiba di Saparua dan terjadilah pertempuran denganpasukan Pattimura. Pasukan
Belanda dapat dihancurkan dan Mayor Beetjes mati tertembak.Belanda berusaha mengadakan
perundingan dengan Pattimura namun tidak berhasil sehingga peperangan di maluku terus
berkobar. Belanda terus-menerus menembaki daerah pertahanan Pattimura dengan meriam,
sehingga benteng Duurstede terpaksa dikosongkan. Pattimura mundur, benteng diduduki
Belanda,tetapi kedudukan Belanda dalam benteng menjadi sulit karena terputus dengan
daerah lain. Belanda minta bantuan dari Ambon. Setelah bantuan Belanda dari Ambon yang
dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Mayer datang, Belanda mengadakan serangan besar-besaran
(November 1817).
Akhir Perang Maluku dan Nilai Teladan

Serangan Belanda tersebut, menyebabkan pasukan Pattimura saat perang maluku semakin
terdesak. Banyak daerah yang jatuh ke tangan Belanda. Para pemimpinnya juga banyak yang
tertangkap yaitu Rhebok, Thomas Pattiwael, Pattimura, Raja Tiow, Lukas Latumahina, dan
Johanes Mattulessi. Pattimura sendiri akhirnya tertangkap di Siri Seri yang kemudian dibawa
ke Saparua.Belanda membujuk Pattimura untuk diajak kerja sama, namun Pattimura
menolak. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di
depan benteng Victoria Ambon. Sebelum digantung, Pattimura berkata ”Pattimura-Pattimura
tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu kelak Pattimura-Pattimura muda akan
bangkit”.Tertangkapnya para pemimpin rakyat Maluku yang gagah berani tersebut
menyebabkan perjuangan rakyat Maluku melawan Belanda melemah dan akhirnya Maluku
dapat dikuasai oleh Belanda.

Anda mungkin juga menyukai