Anda di halaman 1dari 3

KAPITAN PATTIMURA

Pattimura lahir pada tanggal 8 juni 1783 dari Ayah Frans Mutulesi dengan Ibu Frastina
Silahoi. Dikatakan bahwa Pattimura termasuk keturunan bangsawan berasal dari Nusa Ina,
Pulau seram, Maluku.
Pada Mei 1817, rakyat Maluku mulai membuat beberapa pertemuan untuk membahas
strategi dan konsep perlawanan terhadap. Dalam pertemuan 14 Mei 1817, rakyat Maluku
mengangkat sosok Thomas Matulessy yang merupakan bekas tentara Korps Ambon sebagai
pemimpin pergerakan dengan sebutan Kapiten Pattimura. Setelah dilantik, Pattimura
kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu
Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan
Sarassa Sanaki, Christina Martha Tiahahu, dan Paulus Tiahahu
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 ke tanah maluku mendapat tantangan
keras dari rakyat. Karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang
buruk selama dua abad, rakyat maluku akhirnya bangkit dan mengangkat senjata di bawah
pimpinan Kapian Pattimura.
Penyebab Perang Pattimura
Terjadi sekitar abad 16-17 M, bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol dan
Portugis yang datang ke Maluku memang sudah mencoba memperebutkan kekuasaan dagang
di wilayah tersebut. Maluku sempat berada di bawah kekuasaan Inggris hingga pada awal
abad 19, kawasan Maluku kembali berada dibawah kekuasaan Belanda. Hal ini terjadi setelah
Inggris menandatangani perjanjian traktat London dengan menyerahkan wilayah kekuasaan
Indonesia kepada Belanda. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya
M.C Ricklefs, disebutkan beberapa alasan munculnya perlawanan masyarakat Maluku
terhadap Belanda pada 1817. Salah satuya adalah tindakan sewenang-wenang dari Residen
Saparua, Van den Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Maluku karena kerja paksa
yang sebelumnya dihapus pemerintah Inggris justru kembali diberlakukan. Rakyat Maluku
juga diwajibkan untuk menyediakan perahu (orambai) guna memenuhi keperluan
administrasi dan militer Belanda tanpa diberi bayaran. Selain di Saparua, rakyat Maluku di
tempat lain juga diharuskan untuk menyerahkan ikan asin, kopi, dan hasil laut lainnya kepada
Belanda.
Belanda juga melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah melalui pelayaran Hongi di
Maluku. Pada 15 Mei 1817, operasi penyerangan pos-pos dan benteng Belanda di Saparua
dimulai oleh Kapiten Pattimura bersama Philips Latumahina, Lucas Selano dan pasukannya.
Operasi yang dikenal dengan Perang Saparua tersebut berhasil merebut benteng Duurstede
dan menewaskan kepala residen Saparua bernama Van den Berg beserta pasukannya. Pada
tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan
kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda yang dikenal dengan nama
Proklamasi Portho Hari. Di waktu yang sama, Belanda juga melancarkan serangan balik
dengan mengerahkan 300 pasukan dari Ambon yang dipimpin oleh Mayor Beetjes untuk
merebut kembali benteng Duurstede yang kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes. Upaya
Mayor Beetjes tersebut nyatanya dapat digagalkan oleh Kapiten Pattimura dan pasukannya.
Kemenangan dalam pertempuran lain juga didapatkan oleh Pattimura di sekitar pulau Seram,
Hatawano, Hitu, Haruku, Waisisil dan Larike. Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat
Belanda yang dipimpin Overste de Groot berangkat menuju Saparua dengan tugas
menjalankan vandalisme. Wilayah Hatawano dibumi hanguskan dan Belanda memulai
berbagai siasat termasuk berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba yang
dijalankan silih berganti. Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Kapiten
Pattimura dan para pembantunya. Pada tanggal 11 November 1817 dengan didampingi
beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Kapiten Pattimura dan
Philips Latumahina saat berada di Siri Sori. Dilansir dari buku Kapitan Pattimura (1985)
karya I.O Nanulaitta, disebutkan bahwa Kapiten Pattimura dikhianati oleh raja Booi dari
Saparua. Ia membocorkan informasi tentang strategi Perang Pattimura dan rakyat Maluku
sehingga Belanda dengan mudah mampu merebut kembali Saparua para tokoh pejuang yang
ditangkap oleh Belanda yaitu Kapitan Pattimura, Anthony Rhebok, Philip Latumahina, dan
Said Parintah pun harus berakhir di tiang gantungan di depan Benteng Nieuw Victoria, Kota
Ambon. Hal inilah yang menjadi akhir dari Perang Pattimura, sekaligus sebagai pengorbanan
terakhir Kapiten Pattimura bagi bangsa dan negaranya.
Dalam perjuangan menentang Belanda, dia dipilih oleh rakyat Saparua untuk memimpin
perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan sebagai Kapitan Pattimura. Sebagai panglima
perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya
Dia berhasil mengoordinasi raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan,
memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan, dan membangun benteng-
benteng pertahanan. Ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore serta
raja-raja di Bali, Sulawesi, dan Jawa.
Pada tanggal 16 Mei 1817, sebuah pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua, di
bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura, berhasil merebut Benteng Duurstede. Tentara
Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.
Pasukan Belanda yang kemudian dikirim untuk merebut kembali benteng tersebut, juga
dikalahkan oleh pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan, benteng Duurstede
berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu
saja.
Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan lebih
banyak yang dilengkapi persenjataan modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan
terpukul mundur.
Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda.
Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana, beberapa kali ia
dibujuk agar bersedia bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Namun, selalu ditolaknya.
Para tokoh pejuang akhirnya berhasil ditangkap dan harus sebagai "Pahlawan Perjuangan
Kemerdekaan" oleh pemerintah Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai