Kapitan Pattimura atau Pattimura lahir pada 8 Juni 1783 di Haria, Saparua, Maluku Tengah.
Beliau lahir di keluarga Matulessy, dengan nama asli Thomas Matulessy. Ayahnya bernama
Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi.Sebelum maju dalam peperangan
melawan Vereenigde Oost Indische Compagnie atau VOC, Pattimura pernah berkarir di militer
sebagai mantan sersan Militer Inggris. Nama beliau semakin dikenal karena memimpin
perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda di perang Pattimura.
SEJARAH
Maluku merupakan salah satu daerah yang pernah dijajah oleh Belanda karena hasil rempah-
rempahnya yang berkualitas dan melimpah. Selama diduduki oleh Belanda, rakyat Maluku
mengalami banyak penindasan.Belanda melalui VOC menjajah bumi Nusantara selama
bertahun-tahun dengan mengambil keuntungan dan menindas rakyat.Praktik penindasan
kolonialisme Belanda beragam mulai dari kerja paksa, monopoli perdagangan, pelayaran hongi,
dan praktik lainnya.Penindasan yang dilakukan Belanda mengakibatkan kerugian di semua sisi
kehidupan rakyat, tidak hanya dari segi sosial ekonomi, tetapi juga politis, sosial, hingga
psikologis.
Inggris mengambil alih kependudukan Maluku dari Belanda untuk kedua kalinya yaitu pada
1810-1817. Pada tanggal 25 Maret 1817, kependudukan Inggris berakhir setelah Belanda
kembali menguasai wilayah Maluku. Tindakan penindasan Belanda membuat rakyat Maluku
menolak tegas negara ini dengan membuat "Proklamasi Haria" dan "Keberatan Hatawano"
Proklamasi tersebut disusun oleh Pattimura. Perlawanan rakyat Maluku pecah setelah Belanda
memaksakan kekuasaannya melalui Gubernur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes
Rudolf van der Berg. Pattimura dipilih sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan dalam
musyawarah dan konsolidasi kekuatan. Thomas Matulessy dikukuhkan sebagai "Kapitan Besar"
dalam upacara adat saat rapat umum di Baileu negeri Haria pada 7 Mei 1817. Beliau kemudian
memilih beberapa orang pembantunya yang juga berjiwa ksatria yaitu Anthoni Rhebok, Philips
Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha
Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.
PERJUANGAN PATTIMURA MENGUSIR BELANDA
Pattimura bersama dengan Philips Latumahina dan Lucas Selano menyerbu ke benteng
Duurstede. Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede dan penyerangan pasukan Pattimura
menggoncang pemerintah Belanda di Kota Ambon. Mendengar berita tersebut, Gubernur Van
Middelkoop dan komisaris Engelhard mengutus mayor Beetjes bersama pasukan militer yang
besar ke Saparua. Ekspedisi ini kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes. Mengetahui
datangnya pasukan Belanda, Kapitan Pattimura dengan segera mengatur taktik dan strategi
pertempuran. Bersama dengan pasukan rakyat Maluku sebanyak sekitar 1.000 orang, Pattimura
berhasil menaklukkan pasukan Belanda. Pasukan rakyat diatur dalam pertahanan sepanjang
pesisir mulai dari teluk Haria sampai ke teluk Saparua. Melalui rapat raksasa yang diadakan di
Haria pada 20 Mei 1817, diadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perlawanan terhadap
Belanda. Peringatan kebulatan tekad tersebut dikenal dengan Proklamasi Portho Haria yang
berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan
Nusalaut. Dengan adanya Proklamasi ini semangat juang rakyat menjadi bangkit dan mendorong
tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat bahkan hingga ke Maluku Utara.