Tema : Pattimura, sang tokoh pengusir penjajah dari Maluku
Kerangka Cerita Sejarah 1. Biografi Kapitan Pattimura 2. Awal singkat perjuangan Pattimura 3. Pertempuran hebat antara rakyat Ambon dan Kolonial Belanda 4. Wafatnya Kapitan Pattimura 5. Sikap yang dapat diteladani dari seorang tokoh Kapitan Pattimura
Biografi Kapitan Pattimura
Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 di Saparua, Maluku dari ayah Frans Matulesi dengan Ibu Fransina Silahoi. Nama kecil beliau adalah Thomas Matulessy. Pattimura tergolong turunan bangsawan dari Raja Sahulau, sebuah kerajaan yang berada di Teluk Seram Selatan. Pattimura memiliki seorang adik laki-laki bernama Yohanis. Pada 1810, Kepulauan Maluku diambil alih Belanda oleh Inggris. Pattimura kemudian menerima pelatihan militer dari pasukan Inggris dan mencapai pangkat Mayor.
Awal singkat perjuangan Pattimura
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongitochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan korps Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahan dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja- raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.Belanda mengerahkan armada kora- kora untuk melawan Pattimura, teluk Ambon, 1817.
Pertempuran hebat antara rakyat Ambon dan Kolonial Belanda
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebook, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede di Saparua, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jazirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda.
Kapitan Pattimura bersama beberapa anggota pasukannya ditangkap pasukan
Belanda disebuah rumah di daerah Siri Sori lalu dibawa ke Ambon. Di Ambon Pattimura dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.
Wafatnya Kapitan Pattimura
Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Atas kegigihan dan perjuangan dalam memperjuangkan kemerdekaan, Kapitan Pattimura oleh pemerintah Republik Indonesia nobatkan sebagai “Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan”.
Sikap yang dapat diteladani dari seorang tokoh Kapitan Pattimura
1. Ikhlas/Rela Berkorban Untuk kehidupan bangsa yang lebih sejahtera, para pahlawan perlu mengorbankan waktu, tenaga, hingga nyawanya. Ini bukan berarti kita semua harus meninggal seperti para pahlawan. Namun, kerelaan mereka memberikan hal-hal yang berharga untuk kepentingan bangsa bisa menjadi panutan bagi kita. 2. Membela Keadilan Ketidakadilan dapat menimbulkan perpecahan. Jika tidak diatasi, maka orang bisa kehilangan hak asasi manusia. Ini sebabnya para pahlawan tergerak untuk melawan penjajah ketika sesamanya diperlakukan tidak adil. 3. Keberanian Keberanian bukan berarti tanpa rasa takut. Membela kebenaran pasti memiliki resiko yang perlu disadari. Namun rasa takut tidak membuat mereka mundur atau menyerah begitu saja. Mereka akan tetap berpegang teguh pada prinsip. 4.Persatuan dalam Kebinekaan Sebagai negara kesatuan, Indonesia dianugerahi keragaman. Oleh karena itu,istilah “Bhinneka Tunggal Ika” (beraneka tapi satu) digunakan untuk menjadi semboyan bangsa. Indonesia dibangun dengan ideologi ini karena pahlawan para pahlawan perintis kemerdekaan mengerti bahwa perbedaan bukanlah hambatan untuk menjadi bangsa yang besar dan kuat.