Anda di halaman 1dari 16

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


PRIMA HUSADA SUKOREJO
NOMOR: 0386/RSPHS/I-PER/DIR/XI/2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

PEDOMAN PELAYANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMAN RUMAH SAKIT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rumah Sakit sering mengalami kesulitan dalam pengelolaan informasi baik untuk
kebutuhan internal maupun eksternal. sehingga perlu diupayakan peningkatan
pengelolaan informasi yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan
akuntabel. Salah satu bentuk penerapannya melalui sistem pelayanan dengan
memanfaatkan teknologi informasi melalui penggunaan sistem Sistem Informasi
berbasis komputer.

Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi
dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu, aman dan
efisien, khususnya membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan
kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
penyelenggaraan Rumah Sakit.

Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras dengan
bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk informasi
riwayat kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien), informasi
kegiatan operasional (termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat
kesehatan, penelitian serta bank data.

1.2. TUJUAN

a) mengidentifikasi kebutuhan informasi


b) merancang suatu sistem manajemen informasi
c) mendefinisikan serta mendapatkan data dan informasi
d) menganalisis data dan mengolahnya menjadi informasi
e) mengirim serta melaporkan data dan informasi
f) mengintegrasikan dan menggunakan informasi

1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN

1. Identifikasi Kebutuhan Informasi


Sistem informasi Rumah Sakit harus memiliki informasi riwayat kesehatan pasien
atau rekam medis (tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional
(termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian
serta bank data).

1
2. Rancangan Sistem Manajemen Informasi
Informasi dikumpulkan dan digunakan selama asuhan pasien untuk mengelola
sebuah rumah sakit yang aman dan efektif. Kemampuan menerima dan
memberikan informasi memerlukan perencanaan yang efektif. Perencanaan rumah
sakit menggabungkan masukan dari berbagai sumber, antara lain:
a) para profesional pemberi asuhan (PPA)
b) para kepala bidang/divisi dan kepala unit pelayanan
c) badan/pihak lain di luar rumah sakit yang membutuhkan data atau informasi
tentang operasional dan pelayanan rumah sakit.
Perencanaan juga mempertimbangkan misi rumah sakit, pelayanan yang
diberikan, sumber daya, akses teknologi yang dapat dicapai, dan dukungan
komunikasi efektif antara pemberi pelayanan.

3. Struktur Data dan Jaringan Komputer Rumah Sakit;


a) Sentral data rumah sakit merupakan ruang penyimpanan data digital. Dimana di
dalam ruangan tersebut terdapat server-server yang digunakan oleh rumah sakit
baik untuk program internal rumah sakit.
b) Sentral panel area jaringan merupakan sentralisasi switch yang digunakan
sebagai induk jaringan komputer per area yang sudah dimapping atau dipetakan
oleh tim IT. Dalam panel tersebut terdapat switch sentral yang terhubung dengan
server pusat rumah sakit.
c) Distribusi jaringan untuk komputer user merupakan mekanisme dan prosedur
pendistribusian jaringan dari sentral panel area jaringan kepada komputer-
komputer user yang terdapat pada area tersebut.

4. Analisis Data dan mengolahnya menjadi informasi


a) Kodefikasi
Kodefikasi selain keharusan untuk otomatisasi/komputerisasi, juga diperlukan
untuk integrasi dan penglolaan lebih lanjut terkait kebutuhan relasi data tersebut
dengan data yang lain.
b) Mapping
Karena sering berbeda keperluan kodefikasi data, maka diperlukan
pengelompokan data. Pengelompokan data ini untuk meminimalisir adanya
redundansi data atau kode data yang ganda akibat kesamaan kode antar tabel
dalam database.
c) Standar pertukaran data antar aplikasi
Beberapa software aplikasi yang terpisah, membutuhkan standard pertukaran
data agar dapat berkomunikasi satu aplikasi dengan lainnya. Dalam hal ini
salah satu kebutuhannya adalah pertukaran data SIMRS dengan aplikasi-
aplikasi pendukung lain baik resmi dari internal maupun instansi-instansi
kesehatan terkait.
d) Database Desain struktur database
Database yang kami gunakan adalah database bersumber terbuka dengan
struktur data yang disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan di Rumah
Sakit Prima Husada. Struktur database tersebut juga disesuaikan dengan
kebutuhan singkronisasi data dengan aplikasi-aplikasi pendukung lainnya,.

2
e) Mengirim serta melaporkan data dan informasi
Sistem pelaporan data dan informasi yang diterapkan dalam sistem informasi
rumah sakit ini menggunakan beberapa metode sesuai kebutuhan dari masing-
masing unit tentang informasi tersebut. Beberapa unit membutuhkan data
berbentuk file excel agar bisa digunakan untuk laporan SIRS di Dinas
Kesehatan Provinsi. Sedangkan beberapa unit lain hanya membutuhkan
informasi berupa tampilan yang bisa dilihat dan diakses melalui sistem informasi
rumah sakit.
f) Mengintegrasi dan menggunakan Informasi
Desain sistem informasi rumah sakit yang diterapkan adalah pemberian batasan
akses di setiap unit yang menggunakan sistem informasi tersebut, akan tetapi
data dari masing-masing unit tersebut sudah terintegrasi. Dan jika ada transaksi
antar unit yang saling terkait, maka data maupun transaksi tersebut pun juga
terintegrasi.

1.4. BATASAN OPERASIONAL

Batasan operasional dari unit SIMRS mencakup proses:


1) Pengelolaan fasilitas IT baik hardware, software maupun jaringan.
2) Pengembangan dan optimasi fasilitas dan layanan IT.

1.5. LANDASAN HUKUM


1) Peraturan Menteri Kesehatan Republic Idonesia Nomor 82 Tahun 2013 Tentang
System Informasi Manajemen Rumah Sakit

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Dalam menyelenggarakan pelayanan SIMRS dilakukan oleh


a. Kepala unit Sistem Informasi Rumah Sakit
b. Pelaksana

Penyelenggaraan pelayanan SIMRS, dilaksanakan oleh tenaga IT professional yang


berpotensi di bidangnya. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban
kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.

No Nama jabatan Kualifikasi pendidikan Jam kerja jumlah


1 S1 Teknik Komputer 06.30-14.00 1 orang
Kepala Unit Sistem Informatika
Informasi Rumah Sakit
S1 Teknik Komputer 06.30-14.00 1 orang
2 Pelaksana Informatika

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Tabel 2.1 Distribusi Ketenagaan

NAMA JABATAN WAKTU JUMLAH


KERJA SDM
Kepala Unit Sistem Informasi Rumah Sakit 1 shift 1 orang
Pelaksana 1 shift 1 orang

2.3 PENGATURAN JAGA

Tabel 2.2 Pengaturan Jaga

NAMA JABATAN WAKTU DEFINISI


KERJA WAKTU
KERJA
Kepala Unit Sistem Informasi Rumah 1 shift 06.00-14.00
Sakit
Pelaksana 1shift 06.00-14.00

BAB III

4
STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH RUANG.

(Terlampir)

3.2 STANDAR FASILITAS

1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Lokasi satu blok dengan pelayanan administratif karyawan rumah sakit.
b) Luas yang cukup untuk ruang kantor, ruang servis dan gudang IT.
c) Ruang server terpisah dengan ruang IT dan berada di area yang terdapat banyak
user atau pengguna fasilitas IT antara lain, pendaftaran, rekam medis dan
verifikasi.

2. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
menunjang fungsi dan proses Pelayanan SIMRS, menjamin lingkungan kerja yang
aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit. Fasilitas
utama dalam kegiatan pelayanan di Unit SIMRS, terdiri dari:
a) Ruang kantor / administratif dan desain.
b) Ruang servis + gudang IT
c) Ruang Server

3. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan penanganan secara teknis. Peralatan minimal yang harus tersedia:
a) Peralatan instalasi jaringan
b) Peralatan servis.
c) Peralatan maintenance komputer dan hardware.

BAB IV

5
KEMAMPUAN PELAYANAN

1. Pendaftaran pasien (IGD, IRJA, dan IRNA)


2. Input data anamnesis pasien
3. Input data diagnosis
4. Input data tindakan medis dan keperawatan
5. Input data pemeriksaan penunjang lab / radiologi
6. Input resep rawat jalan dan rawat inap
7. Total biaya pembayaran
8. Kunjungan pasien rawat inap
9. Kunjungan pasien rawat jalan
10. Mutu rumah sakit
11. Surveilans infeksi

6
BAB V

TATA LAKSANA

5.1 PENGELOLAAN FASILITAS IT

Pengelolaan fasilitas IT atau sistem manajemen perbekalan fasilitas IT merupakan suatu


siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara
satu dengan yang lain. Kegiatan yang mencakup merancang proses yang efektif,
penerapan, dan perbaikan terhadap fasilitas IT yang sudah dipetakan untuk dilalukan
maintenance.

5.2 PEMILIHAN

1) Proses Pengadaan Kebutuhan Fasilitas IT Rumah Sakit


Dalam proses pelayanan, dengan tujuan efektivitas dan efisiensi, Unit SIMRS
menentukan skala prioritas kebutuhan fasilitas IT pada masing-masing unit terkait.
Sehingga adapun proses pengadaan fasilitas IT tersebut tidak sepenuhnya
dilakukan karena harus dipilah mana yang perlu dan tidak, serta mana yang harus
didahulukan sesuai tingkat urgensinya.
2) Proses Pemeliharaan Fasilitas IT Rumah Sakit
Dalam proses pemeliharaan Fasilitas IT Rumah Sakit dengan tujuan efektivitas dan
efisiensi, Unit SIMRS menentukan pula kriteria untuk penambahan maupun
pengurangan dan penggantian fasilitas IT antara lain sebagai berikut: Kriteria
Penambahan Fasilitas Rumah Sakit :
a) Fasilitas IT yang belum tersedia dan kebutuhannya segera
b) Fasilitas IT di unit yang berkenaan langsung dengan pelayanan pasien.
c) Fasilitas IT di unit yang berkenaan dengan pelayanan administratif pasien.

Kriteria Pengurangan dan Penggantian Fasilitas IT Rumah Sakit :


a) Fasilitas IT yang sudah tidak diperlukan lagi.
b) Fasilitas IT yang dinilai kurang memberikan kontribusi positif terhadap unit-unit
terkait.
c) Fasilitas IT yang dinilai menghambat kinerja dari unit-unit terkait.

5.3. PELAYANAN SIM RS


Dalam pelayanan SIM RS harus dapat mengelola data dan informasi klinik serta
manajerial secara terintegrasi sesuai dengan kebutuhan untuk pengambilan keputusan.
Data dianalisis diubah menjadi informasi untuk mendukung asuhan paien, manajemen
rumah sakit dan program manajemen mutu serta pendidikan dan penelitian

1) Analisa dan Pembuatan Sistem Informasi Rumah Sakit.


Di awali dengan survey di setiap unit, menganalisa kebutuhan sistem komputer,
desain sistem, desain interface dan desain database. Sosialisasi, simulasi dan
review, simulasi ulang dan pasang.

7
Survey Analisa

Desain &
Implementasi pengembangan

Sosialisasi &
simulasi

2) Survey teknologi, perakitan, pemeliharaan dan pembelajaran.


Melakukan survey teknologi handal dipasaran, untuk dianalisa melengkapi
kebutuhan sistem informasi. Melakukan perakitan hardware beserta installasi
software secara optimal. Pemeliharaan alat bertujuan untuk mendukung ke
stabilan sistem informasi di Rumah Sakit
3) dalam proses perencanaan manajemen informasi rumah sakit
menggabungkan masukan dari berbagai sumber antara lain :
a) professional pemberi asuhan (PPA)
b) kepala bidang/divisi dan kepala unit pelayanan
c) badan/pihak lain diluar rumah sakit yang membutuhkan data dan informasi
tentang operasional dan pelayanana rumah sakit

5.4 PENGELOLAAN DATA

Pedoman ini meliputi pengelolaan data baik untuk internal rumah sakit maupun
eksternal rumah sakit. Jenis data yang dibutuhkan mencakup hal berikut:
a) Untuk mendukung proses asuhan pasien dibutuhkan data rekam medik pasien
dan data capaian mutu pelayanan (indikator area pelayanan).
b) Untuk mendukung proses manajerial dibutuhkan data analisa pasien, data
indikator area klinis, manajemen dan sasaran keselamatan pasien, serta data
sdm, sarana, dan keuangan.
c) Untuk mendukung proses mutu pelayanan dibutuhkan data capaian indikator mutu
dan insiden keselamatan pasien, termasuk manajemen risiko, manajemen sarana,
pencegahan infeksi, data kecelakaan kerja
d) Untuk keperluan pihak diluar rumah sakit seperti dinas kesehatan, kementerian
kesehatan, BPJS atau asuransi lainnya.

Khusus untuk penggunaan data terkait pihak luar, berlaku dua arah yaitu rumah sakit
menggunakan data dari pihak luar dan rumah sakit bisa juga berkontribusi ke pihak
luar berupa memberikan data yang dibutuhkan

Proses pengelolaan data di Rumah Sakit Prima Husada meliputi penetapan data dan
informasi yang diperlukan secara reguler, pengumpulan data, penggunaan data dan
atau hasil analisanya, serta diseminasi atau penyajian data dan pelaporan.

8
Dalam pengelolaannya data dibagi menjadi dua kategori yaitu data internal dan data
eksternal.

1. Data Internal
a) Penetapan Data yang Dibutuhkan
Rumah Sakit Prima Husada menetapkan beberapa jenis data yang dibutuhkan
untuk mendukungpengambilan keputusan

b) Pengumpulan dan Analisa Data


Data dikumpulkan melalui beberapa mekanisme sebagai berikut:
- Data terkait pasien dan pelayanannya dicatat dan dihimpun dalam dokumen
rekam medis, baik berbasis data elektronik maupun dokumen.
- Data terkait manajemen dihimpun dari laporan rekam medik, capaian indikator
mutu, laporan sarana, laporan sdm dan laporan keuangan
- Data terkait program mutu dihimpun dari laporan rekam medik, capaian
indikator mutu dan laporan insiden

c) Penyajian Data
Yang dimaksud penyajian data adalah penyajian hasil analisa data baik berupa
grafik maupun tabel data. Data yang disajikan dimaksudkan agar dapat ditelaah
dan dikaji untuk membantu pengambilan keputusan baik terkait asuhan pasien,
manajerial maupun program mutu. Data-data disajikan dalam bentuk sebagai
berikut:
1) Laporan pelayanan disajikan sebagai laporan rekam medik, termasuk data
kunjungan, data populasi pasien, indikator rawat inap serta KLPCM (ketiak
lengkapan pengisian catatan medis)
2) Laporan manajemen disajikan sebagai laporan kunjungan, laporan kinerja
unit/instalasi, laporan keuangan, dan laporan capaian indikator mutu
3) Laporan mutu disajikan sesuai data Indikator Area Klinis, Indikator Area
Manajemen, Indikator Sasaran Keselamatan Pasien, dan Indikator Mutu Unit

4. Penyebaran data / deseminasi


Penyebaran data ditentukan sebagai berikut :
1) Data pasien dalam rekam medik hanya bisa diakses oleh tenaga pelayanan
pasien (dokter, perawat, bidan, gizi, dan petugas yang telah disumpah untuk
menjaga kerahasiaan data pasien). Data rekam medik dapat diakses oleh
pasien atau pihak yang berwenang sesuai ketentuan tentang kerahasiaan data
pasien. Data rekam medik juga dapat dijadikan data dalam penyusunan Clinical
Pathways untuk meningkatkan mutu pelayanan.
2) Laporan pelayanan diberikan dari masing masing instalasi/divisi ke Direksi dan
hanya bisa diakses oleh Manajemen Rumah Sakit Prima Husada. Namun
dalam keperluan tertentu seperti presentasi atau menampilkan profil Rumah
Sakit Prima Husada data tersebut dapat ditampilkan
3) Data mutu dikumpulkan oleh tim mutu dan dilaporkan kepada Direksi. Data ini
dapat ditampilkan kepada publik dalam bentuk data analisa/ (tabel dan grafik)

2. Data Eksternal
Melalui partisipasi dalam kinerja data base eksternal, rumah sakit dapat
membandingkan kinerjanya dengan rumah sakit yang sejenis, baik lokal, secara
nasional maupun internasional. Pembandingan kinerja adalah suatu alat yang efektif
untuk mengidentifikasi peluang guna peningkatan dan pendokumentasian tingkat
kinerja rumah sakit.

9
Jaringan pelayanan kesehatan dan mereka yang berbelanja atau membayar untuk
pelayanan kesehatan memerlukan informasi demikian. Data base eksternal
variasinya sangat luas, dari data base asuransi hingga yang dikelola perhimpunan
profesi. Rumah sakit mungkin dipersyaratkan oleh perundang-undangan atau
peraturan untuk berkontribusi pada beberapa data base eksternal.

Dalam konteks Rumah Sakit Prima Husada, data untuk keperluan eksternal meliputi
namun tidak terbatas pada data untuk laporan rutin ke dinas kesehatan dihimpun dari
laporan rekam medis.

5.5. PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SIMRS

Pelaksanaan pengelolaan data dan pengembangan SIMRS harus mampu


meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit meliputi:
a) Kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi,
kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional.
b) Kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah
dan kecepatan identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi
dalam pelaksanaan manajerial
c) Budaya kerja, transparasi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan
pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.

10
BAB VI

LOGISTIK

Kebutuhan infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk kebutuhan


Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal,
seperti jalur telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical Equipment dan lain-lain.

Tabel Logistik SIMRS

NO NAMA BARANG
1 Perangkat Server
2 Perangkat computer
3 Perangkat Jaringan Komputer
4 Alat Tulis Dan Kantor

11
BAB VII

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Seperti:

1. Kesalahan dalam penginputan data pasien yang bisa menyebabkan tertukarnya


data paisen maka setiap penginputan data pasien dalam SIMRS selalu
menggunakan dasar identitas KTP maupun SIM
2. Tidak lengkapnya penginputan data pasien dalam SIMRS yang bisa
menyebabkan kesalamatan pasien seperti double Rekam Medik

12
BAB VIII

KESELAMATAN KERJA

1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu :
a) Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
b) Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll
c) Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah melayani di
lingkungan pasien dengan cara mencuci tangan
2. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
3. Menggunakan baju kerja yang bersih.
4. Tersedia alat pemadam kebakaran ringan di lingkungan yang rentan dengan
kebakaran.

13
BAB IX

PENINGKATAN MUTU

Dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien maka pengumpulan data
merupakan bagian penting dari penilaian kinerja untuk mendukung asuhan pasien dan
manajemen yang lebih baik

Rumah sakit memiliki system manajemen data yang didukung dengan teknologi informasi
mulai dari
1. pengumpulan,
2. pelaporan,
3. analisa dan validasi serta publikasi data untuk internal rumah sakit dan eksternal
rumah sakit,
data-data yang dimaksud meliputi data dari
a. indicator mutu unit dan indicator mutu prioritas rumah sakit,
b. data dari pelaporan insiden keselamatan pasien
c. data monitoring staf klinis (bila monitoring kerja menggunakan indicator mutu),
d. data hasil pengukuran budaya keselamatan,
seluruh data tersebut diintegrasikan di rumah sakit dan unit kerja meliputi ‘pengumpulan,
pelaporan, analisa, validasi dan publikasi indicator mutu

9.1 DEFINISI INDIKATOR

Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan.
Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.

9.2 KRITERIA

Spesifikasi dari indikator.

9.3 STANDART

1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggungjawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan


prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a) Keprofesian
b) Efisiensi
c) Keamanan unit pengguna fasilitas IT
d) Kepuasan unit pengguna fasilitas IT
e) Sarana dan lingkungan fisik

2. Indikator yang dipilih


a) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan

14
c) Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk di
monitor
e) Didasarkan pada data yang ada

3. Kriteria yang digunakan


Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.

4. Standar yang digunakan


Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan:
a) Acuan dari berbagai sumber
b) Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c) Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

15
BAB X

PENUTUP

Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para praktisi IT yang
bekerja di rumah sakit dalam pengelolaan fasilitas IT yang baik. Pengelolaan fasilitas IT yang
baik, efektif, dan efisien akan mengurangi adanya troubel dan kemacetan pelayanan unit-unit
terkait yang menggunakan fasilitas IT sebagai media kerja. Pengelolaan fasilitas IT yang
baik dan terintegrasi pada semua unit serta terintegrasi juga dengan aplikasi-aplikasi
pendukung dari pihak-pihak terkait, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja dari
masing-masing unit, sehingga bisa dialokasikan kepada beban kerja lain sesuai bidangnya.
Diharapkan dengan terlaksananya pengelolaan fasilitas IT yang baik, akan berkontribusi
terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Ditetapkan di Pasuruan
Pada tanggal 06 November 2018
Direktur Rumah Sakit Prima Husada
Sukorejo,

dr. Sadi Hariono. MMRS

16

Anda mungkin juga menyukai