DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS LUBUK ALUNG
Jln.Raya Padang- Bukittinggi,Sungai Abang Lubuk ALung
Email: puskeslubukalung@gmail.com. Kode Pos 25581
A. PENDAHULUAN
Rabies yang disebut juga penyakit anjing gila yang merupakan suatu penyakit
infeksi akut pada susunan saraf pusat(SPP) yang disebut virus rabies melalui gigitan
hewan menular, anjing,kucing, kera. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat
ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies.
Penyakit ini telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan merupakan penyakit
yang menakutkan bagi manusia karena penyakit ini selalu diakhiri dengan kematian.
Penyakit ini menyebabkan penderita tersiksa oleh rasa haus namun sekaligus merasa
takut terhadap air (hydrophobia). Rabies bersifat fatal baik pada hewan maupun
manusia, hamper seluruh pasien yang menunjukkan gejala – gejala klinis rabies
(encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan rabies
namun penyakit ini dapat dicegah melalui penanganan kasus gigitan hewan penular
rabies (GHPR) sedini mungkin.
B. LATAR BELAKANG
Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti dan
dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari hewan yang sudah terkena
virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies ini bersifat
akut dan dapat menularkan dengan secara cepat kepada satu penderita dengan penderita
lain melalui saliva (air liur) penderita yang sudah terkena virus rabies. Penyakit rabies
disebabkan oleh virus rabies dan penularannya kepada manusia dapat terjadi melalui
gigitan hewan penular rabies (HPR) terutama anjing, kucing dan kera.
Hal-hal yang menjadi faktor risiko penularan penyakit rabies adalah sarana
transportasi, khususnya pelabuhan yang tidak resmi, hewan peliharaan yang Tidak di
vaksinasi di daerah tertular, hewan liar di daerah tertular, pekerja yang berisiko spt
dokter hewan, penangkap anjing, petugas laboratorium, pemburu dll. Wisatawan ke
daerah tertular tapi tidak diberi pre exposure, tranplantasi terutama cornea.
Timbulnya penyakit ini pada manusia dapat dicegah dengan pemberian
vaksinasi anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) setelah digigit hewan yang
menderita rabies (Soeharsono, 2002) Seperti kita ketahui bersama bahwa kebiasaan
memelihara anjing, kucing ataupun monyet yang sebenarnya memiliki suatu resiko yang
cukup besar bagi kehidupan terutama dalam bidang kesehatan yakni berkaitan dengan
penularan penyakit rabies. Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu
berakhir dengan kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti
kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-
orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi
karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya postexposure
treatment. Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama di
daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia, seperti Bali, dapat saja terjadi jika
tingkat kejadian rabies sangat tinggi.
Karena kasus Gigitan Hewan Penular Rabies masih ada walau di masa pandemi
Covid ini, maka sangat diperlukan protokol kesehatan untuk layanan kasus ini agar
nantinya dapat dilaksanakan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Ada 2 cara pasien
mendapatkan layanan kesehatan ketika di gigit Hewan Penukar Rabies (HPR) yaitu
datang langsung ke Fasyankes atau melapor melalui telpon/daring/petugas kesehatan
terdekat/perangkat desa. Setelah itu dilakukan pelayanan dengan mengikuti juknis
yankes Puskesmas pada masa pandemi covid-19 dipilah mana yang termasuk dalam
Orang Tanpa Gejala (OTG) / Orang Dalam Pemantauan (ODP) / Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) / yang tidak diketahui atau yang bukan OTG/ODP/PDP. “Karena
pelayanan untuk kedua kategori pasien di atas tentu berbeda”.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian antiseptik untuk mencegah terjadinya
infeksi. Yang kemudian diikuti dengan penanganan pasien sesuai pedoman dan
pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR). Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap virus penyebab GHPR dan Rabies tersebut.
D. TATA NILAI
Tata Nilai UPTD Puskesmas Lubuk Alung, yaitu PRIMA :
1. Profesional : Memiliki kompetensi dan kemampuan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik
2. Ramah : memiliki sikap yang sopan dan santun kepada seluruh masyarakat dan
rekan kerja
3. Insiatif dan inovatif : memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri dengan ide ide
kreatif serta memberi terobosan bagi penngkatan pelayanan kesehatn
4. Malu : memiliki budaya malu bila tidak melaksanakan tugas dengan sebaik
baiknya
5. Akuntabel : memberikan pelayanan kesehatan sesuai pedoman dan standar
pelayanan yang di tetapkan dapat di ukur dan dipertanggung jawabkan
G. SASARAN
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Alung
H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
2020
No KEGIATAN
Apr
Des
Okt
Peb
Sep
Jun
Ma
Me
Jan
Ag
No
Jul
DALAM GEDUNG
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1 Penyuluhan perorangan
LUAR GEDUNG
1 Sosialisasi Penyakit Rabies
NB. Jadwal pelayanan dalam gedung jika ada kasus
K. SUMBER DANA
Sumber dana kegiatan Program Rabies berasal dari Anggaran Dana Alokasi Khusus
(DAK) BOK Puskesmas Lubuk Alung Tahun 2020