1. Pengertian Penyakit infeksi akut sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies
yang termasuk genus lyssa-virus, family rhobdoviridae dan menginfeksi
manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, kera, kucing, serigala,
kelelawar).
2. Tujuan Petugas dapat melakukan pengelolaan penyakit yang meliputi :
Anamnesa (subjective)
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederharan (objectife)
Penegakkan diagnosa (assessment)
Penatalaksanaan komprehensif (plan)
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Tentang Kebijakan Peningkatan Mutu Klinik dan
Keselamatan Pasien
4. Referensi Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies
di Indonesia, Kemenkes Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik Tahun 2017
5. Alat dan Alat :
bahan Cairan desinfektan
Masker
Hand Scound
Vaksin Anti Rabies (VAR)
Serum Anti Rabies (SAR)
6. Langkah- 1. Melakukan Anamnesa (Subjective)
langkah
Keluhan :
a. Stadium Prodromal
Gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan
selama beberapa hari.
b. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka
kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan
terhadap rangsang sensoris
c. Stadium Eksitasi
Tonus otot dan aktifitas simpatis menjadi meninggi dan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal yang
sangat khas pada stadium ini adalah munculnya macam-macam fobia
serperti hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernafasan dapat
ditimbulkan oleh rangsangan sensoris misalnya dengan meniupkan udara
kemuka penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnue, sianosis,
konvulsan, dan takikardia. Tindak tanduk penderita tidak rasional kadang
maniakal disertai dengan resposif. Gejala eksitasi terus berlangsung sampai
penderita meninggal.
d. Stadium paralisis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium sebelumnya,
namun kadang ditemukan pasien yang tidak menunjukkan gejala eksitasi
melainkan paralisis otot yag terjadi secara progresif karena gangguan pada
sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paralisis otot-otot
pernafasan.
Anamnesis penderita terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak
dengan anjing, kucing atau binatang lainnya yang :
Positif rabies (hasil pemeriksaan otak HPR)
Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh
Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dll)
Tersangka rabis (hewan berubah sifat, malas makan, dll)
Masa ingkubasi rabies 3-4 bulan (95%), bervariasi antara 7 hari
sampai 2 tahun. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan
besarnya luka gigitan dan lokasi luka gigitan ( jauh dekatnya ke sistem
sarag pusat, derajat patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan).
Luka pada kepal inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78 hari.
Menegakkan Diagnosa
8. Hal-hal yang Jadwal suntikan vaksin anti rabies harus tepat dan sesuai jadwal, sehingga
perlu dibutuhkan peran petugas dan pasien agar vaksinasinya berhasil.
diperhatikan