BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Air-conditioning atau AC merupakan sebuah sistem atau alat yang befungsi
untuk mendinginkan atau mengkondisikan udara pada suatu ruangan. Sistem air-
conditioning memiliki empat komponen utama yaitu evaporator, kondensor,
kompresor dan katup ekspansi. Terdapat tiga macam sistem air-conditioning yang
umum dijumpai yaitu tipe split, window dan central. Sistem air-conditioning
menggunakan freon atau refrigerant sebagai fluida yang berfungsi untuk menukar
panas pada ruangan.
Sudah sangat banyak yang menggunakan sistem air-conditioning untuk
mendinginkan atau mengkondisikan ruangan. Sistem air-conditioning itu sendiri
menghasilkan kalor buang dari kondensor yang dibuang sia-sia ke lingkungan,
sedangkan kalor buang tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Kebanyakan pemanas
air menggunakan listrik atau gas, namun banyak juga yang belum mengetahui akan
potensi pemanfaatan kalor buang dari sistem air-conditioning, contohnya seperti
untuk memanaskan air. Terdapat dua tipe pemanasan pada pada sistem air-
conditioner water heater ini, yaitu indirect heating yang sistem pemanasannya secara
tidak langsung dan direct heating yang sistem pemanasannya secara langsung.
Wijaya Karya Solar Water Heater (WIKA SWH) merupakan salah satu
pelopor water heater berbasis air-conditioning sebagai sistem yang digunakan untuk
memanaskan air. Terinspirasi dari PT Wijaya Karya Solar Water Heater yang
bergerak di sektor water heater yang salah satunya menggunakan sistem air-
conditioning sebagai pemanas air yang peduli akan pemanasan global maka air-
conditioning water heater dapat dijadikan solusi sebagai sistem atau alat yang dapat
mengurangi dampak pemanasan global.
Membuat sebuah water heater yang nantinya terpasang pada sistem AC split 1 ½
PK yaitu untuk memanfaatkan kalor yang terbuang ke lingkungan dan mengakibatkan
I-1
I-2
pencemaran
udara. Water Heater ini berfungsi untuk memanaskan air melalui heat
exchanger dengan memanfaatkan refrigerant yang memiliki temperatur dan tekanan
yang cukup tinggi dari kompresor, sehingga refrigerant juga telah melewati fase
pendinginan karena panasnya telah diserap oleh air.
Air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari,
contohnya digunakan untuk keperluan mandi air hangat. Pada umumnya manusia
mandi dalam sehari yaitu dua kali, pagi dan sore. Sedangkan kebiasaan manusia
menggunakan
AC hampir setiap waktu. Hal tersebut membuat air yang terdapat pada
water heater tank memiliki temperatur yang sangat tinggi. Kemampuan heat
I-3
menjadi acuan yaitu Tair in, Tair out, Trefrigerant in dan Trefrigerant out dengan persamaan (Qtube
= Qwater) sebagai acuan dibuatnya coil atau heat exchanger itu sendiri.
Menggunakan
parameter awal Tair in sebesar 25°C, Tair out sebesar 65°C , Trefrigerant in
sebesar 90°C dan Trefrigerant out sebesar 50°C dapat diketahui kalor yang dibutuhkan
untuk memanaskan air, hambatan termal, hambatan fouling (Rf), hambatan konveksi
air (Rc), hambatan termal dinding pipa (Rw), hambatan total (Ro) dan hambatan
konveksi refrigerant (Rh) di dapatkan (Qwater = Qtube) dengan panjang bentang pipa
sepanjang 6,0994 m. Setelah didapatkan perhitungan desain panjang pipa maka dapat
dibuat heat
exchanger yang diinginkan. Heat exchanger yang dibuat adalah tipe “U”
yang merupakan salah satu modifikasi dari heat exchanger tipe double pipe. Dari
jurnal internasional, laporan serta buku refrensi yang didapat, banyak sekali tipe heat
exchanger yang dijadikan sebagai objek penelitian diantaranya tipe shell and tube,
helical, spiral, double pipe, plate atau plat dan tipe tubular. Untuk tipe “U” ini sendiri
diperuntukan untuk tangki dengan pemasangan menyamping atau horizontal, akan
tetapi kali ini penulis menggunakan heat exchanger tipe “U” ini dengan posisi
vertikal guna mengetahui performa heat exchanger tipe horizontal apabila dipasang
secara vertical. Selain pemilihan posisi dipasangnya heat exchanger, tipe refrigerant
juga mempengaruhi lama atau cepatnya proses pemanasan air di dalam tangki, yang
disebabkan oleh perbedaan karakteristik atau komposisi refrigerant itu sendiri.
Refrigerant yang digunakan dalam pembuatan alat pada tugas akhir ini adalah
refrigerant tipe R22 atau yang biasa disebut HCFC (hydrochlorofluorocarbon)
dengan rumus kimia CHCFL2 serta memiliki Ozone Depletion Potential sebesar 0,05,
Global Warming Potential sebesar 1810, Cooling index sebesar 100 dan tidak mudah
terbakar.
Berangkat dari masalah yang terjadi dengan demikian penulis mengangkat topik
dalam Tugas Akhir ini bagaimana air dalam water teater tank yang disimpan dengan
temperatur yang semakin tinggi, apakah akan mempengaruhi kinerja AC pada saat
sistem AC di operasikan untuk mendinginkan ruangan dengan judul ”PEMBUATAN
I-4
DAN PENGUJIAN
AIR-CONDITIONER WATER HEATER DENGAN TIPE
DIRECT HEATING”.
Kinerja air-conditioning dengan dipasangnya tangki pemanas air atau water
heater tergantung pada kerja sistem air-conditioning yang digunakan yaitu 1 ½ PK
atau 12000 Btu/h atau 3,52 kW dan menggunakan refrigerant tipe R22. Kuantitas dan
kualitas temperatur air panas yang didapatkan tergantung pada lama sistem air-
contioning
bekerja secara terus menerus dan seberapa besarnya kapasitas tangki yang
digunakan, serta tipe refrigerant yang digunakan pada sistem air-conditioning.
Tangki dalam dengan bahan stainless steel berdiameter 32 inch dan tinggi 64 cm,
pipa tembaga (Cu) dengan ukuran 3/8 inch berdiameter luar 9,5 mm dan 1/4 inch
berdiameter luar 6,4 mm, insulasi dalam berupa glasswoll dan casing luar berupa mat
atau serat fiber yang dicampur dengan resin dan katalis adalah komponen-komponen
utama yang akan menjadi pruduk atau alat yang penulis buat dalam tugas akhir ini.
Dengan beberapa parameter awal yang menjadi acuan yaitu Tair in, Tair out, Trefrigerant in
dan Trefrigerant out dengan persamaan (Qtube = Qwater) sebagai acuan dibuatnya coil atau
heat exchanger itu sendiri.
I.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan tugas akhir ini, antara lain:
1. membuat water heater dengan tipe direct heating untuk sistem air-
conditioning
2. menguji water heater dengan tipe direct heating untuk sistem air-
conditioning
3. menganalisa kinerja water heater dengan tipe direct heating pada sistem air-
conditioning
I-5
I.4. Batasan Masalah
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab yaitu:
1. BAB I (PENDAHULUAN)
Bab ini membahas tentang latar belakang dan tujuan dari pengambilan
objek atau materi tugas akhir, rumusan masalah, batasan masalah dan
sistematika penulisan dari alat yang dibuat.
2. BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)
Bab ini menampilkan tinjauan pustaka yang erat kaitannya dengan pokok
bahasan atau topik yang menjadi fokus pembahasan pada tugas akhir ini.
3. BAB III ( METODE DAN PERANCANGAN)
Bab ini menampilkan prosedur pembuatan dan pengujian alat
4. BAB IV (HASIL DAN ANALISIS)
Bab ini berisi pembahasan mengenai data dan hasil perhitungan pada
laporan tugas akhir yang berjudul PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AIR-
CONDITIONER WATER HEATER DENGAN TIPE DIRECT HEATING.
5. BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN)
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari data-data dan hasil
perhitungan yang didapat dari pengujian alat.
I-6
6. DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi data-data referensi yang digunakan dalam proses
penulisan laporan tugas akhir ini.
7. LAMPIRAN
Bagian ini berisi beberapa dokumen, data atau gambar yang telah
terlampir dalam laporan tugas akhir ini