1 Tingkatan Pencegahan Primer Komunitas
1 Tingkatan Pencegahan Primer Komunitas
Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Penejelasan; keadilan adalah sikap perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien harus sama atau adil sesuai dengan
standar keperawatan. Dengan cara :
1. Memberitahukan tujuan dengan dilakukan tes skrining
2. Perawat dan pasien harus saling memberikan kepercayaan, perawat
wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien / klien.
Kendalanya ;
1. Memiliki suatu kendala pada pasien yang memiliki sikap acuh tak
acuh ( tidak mau tahu ) sehingga, menyebabkan perawat kesulitan dalam
memberikan keyakinan pada pasien tersebut.
2. Tidak adanya partisipasi pada pasien atau klien terhadap
perawat ( tenaga kesehatan ).
3. Pengecualian, pasien yang memilki hati yang lemah( semangat lemah
) untuk memberitahukan hal yang demikian.
Kesimpulan:
Tindakan kita sebagai seorang perawat memberikan Pen.Kes, pendekatan
diri terhadap pasien, diberikan siraman rohani ( spiritual ) dan melihat
tindakan pasien, serta meringkan penderitaan pasien dengan tidak
mengucilkan ia dari orang lain. ( memebrikan rasa nyaman dan tenang
pada psikologis pasien ).
1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka
yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas harus mengenalkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan
pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan
deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak
awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit
menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan
kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini
mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi
upaya rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan
kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien (Allender &
Spradley, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
1. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
2. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi Benson, relaksasi
progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual
3. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan orthomolekuler
(terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva
4. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi, akupresur,
perawatan kaki, latihan kaki, senam
5. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
6. Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer memerlukan kajian dan pengembangan yang
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .
Keterangan:
S : subjek
P : predikat
K.1 : kondisi
K.2 : kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan:
• Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapakan
• Perilaku yang diharapkan berubah
• S : spesifik
• M : measurable atau dapat diukur
• A : attainable atau dapat dicapai
• R : relevant / realistic atau sesuai
• T : time-bound atau waktu tertentu
• S : sustainable atau berkelanjutan
Contoh:
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :
No Tanggal diterapkan Tujuan Tanggal
dicapai (Anderson dan Mc.Farlane, 1988: 264)
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa kandangan Cerme
kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam
waktu 1,5 bulan
Jadi kaitan dengan rumus di atas dapat diketahui bahwa:
Subjek : mahasiswa akper gersik
Predikat : membuat jamban umum
Kondisi : swdaya dan gotong royong
Criteria : waktu 1,5 bulan
Contoh kasus:
Mahasiswa Akper Gersik melakukan praktek keperawatan komunitas di Desa Kandangan Crème
Kabupaten Gersik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam
waktu 1,5 bulan.
Dari contoh di atas, maka rencana tindakan yang dibuat adalah:
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topic “Pentingnya Jamban
Bagi Kesehatan Masyarakat” sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di
balai desa).
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupu
informal untuk mengalang dukungan.
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk
pembuatan jamban umum melalui Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM) yang ada atau
iuran desa.
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala desa dan
tokoh- tokoh masyarakat yang lain.
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak
masyarakat secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum
yang emnuhi syarat kesehatan (tenaga sanitaria