Anda di halaman 1dari 16

BAB II

Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit

A. Peningkatan kesehatan
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan
klien saat ini.

B. Cara-cara Peningkatan Kesehatan


1. Health promotion
a. Perbaikan dan peningkatan gizi ibu dan anak
b. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perseorangan
c. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
d. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
e. Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
f. Kesempatan memperoleh hiburan
g. Nasihat perkawinan dan pendidikan sek yang bertanggungjawab
2. General and specific protection
a. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit-
penyakit tertentu.
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular
c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan tempat
kerja
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat kasinogenik, racun, alergan.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran

3. Early diagnosis and prompt treatment


a. Case finding
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
c. Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu seperti kusta, TBC.
d. Case holding
e. Contact person
f. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus
4. Dissabilty limitation
a. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar terarah dan tidak
menimbulkan komplikasi
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
c. Perbaiakan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif
5. Rehabilitation
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rahabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mengembangkan diri
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah
ia sembuh dari suatu penyakit.

C. Pencegahan Penyakit
Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman
kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial.

D. Persamaan dan Perbedaan


1. Persamaan
Keduanya berorientasi pada masa depan.
2. Perbedaan
Terletak pada Motivasi dan Tujuan
a. Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak
secara positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil
b. Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari
penurunan tingkat kesehatan atau fungsi
E. Fokus Kegiatan
1. Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif :
a. Peningkatan Kesehatan Pasif
Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya sendiri, Misal
- Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM)
- Portifikasi (Pembetengan) pada susu dengan vitamin D.
b. Peningkatan Kesehatan Aktif
Pada strategi ini, setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan
tertentu.Misal:
- Program Penurunan BB,
- Program pemberantasan rokok, menuntut keikutsertaan klien secara aktif.
2. Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan all:
a. Pencegahan Primer
- Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguanfungsi, dan
diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental.
- Tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik, dan tidak
menggunakan identifikasi gejala penyakit
- Terdiri dari :
o Peningkatan Kesehatan : pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi, perhatian terhadap
perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan sehat, skrining genetik. Dll
o Perlindungan Khusus : imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasilingkungan,
perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungankarsinoge dan alergen.
b. Pencegahan Sekunder
- Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang mengalamimasalah
kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalamikomplikasi atau kondisi yang
lebih buruk.
- Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberianintervensi yang
tepat sehingga akan mengurangi keparahan kondisi danmemungkinkan klien kembali pada
kondisi kesehatan yang normal sedinimungkin.
- Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat pelayanankesehatan lain
yang memiliki fasilitas memadai.
- Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit padatahap dini
untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan ataumenunda akibat yang
ditimbulkan dari perkembangan penyakit.
c. Pencegahan Tersier
- Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanen dan
atau tidak dapat disembuhkan.
- Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atauketidakmampuan melalui
intervensi yang bertujuan untuk mencegahkomplikasi dan penurunan kesehatan
- Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa
dan tindakan penyakit.
- Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu klien mencapai tingkat fungsi setinggi
mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
- Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, karenadidalamnya terdapat
tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunanfungsi lebih jauh. Misal: dalam
merawat orang yang Buta, disampingmemaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas
sehari-hari, juga mencegahterjadinya kecelakaan pada klien.

Untuk anda bisa lebih memahami materi KONTIMUN SEHAT SAKIT Silakan di baca disini:

KONSEP SEHAT SAKIT

A. Definisi sehat sakit


Sehat dalam arti luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan
kesehatannya.

Perawat dapat memiliki definisi yang berbeda-beda tentang kesehatan, mereka membuat rencana
perawatan berdassarkn pada definisi sehat dan standar pelayanan kesehatan yang diterapkan
Beberapa definisi sehat:
1. Perkins (1939), sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya
2. WHO (1974), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari aspek fisik, mental, soaial dan
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
3. Neuman (1989) sakit sebagai totalitas dari seluruh proses kehidupan, termasuk memandang sakit
sebuah proses
4. UU NO.23, 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi

5. Perkins (1937), sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
6. WHO (1974), sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang/sempurna seseorang dari aspek
medis, fisik, mental, sosial, psikologis dan bukan hanya mengalami kesakitan tetapi juga
kecacatan
7. Raverlyy (1940an), sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan, agen dan individu
8. UU NO.23, 1992,sakit adalah jika seseorang menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.

B. Model sehat sakit


1. Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit
Neuman (1990) “sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu,
yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengn energy yang paling
maksimum, sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya energy total”

Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang berubah
secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan lingkungan internal
dan eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat.
Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relative, yang mempunyai beberapa tingkat,
maka akan lebih akurat bila ditentukan sesui dengan titik tertentu pada skala kontimum sehat
sakit:
Rentang sehat renatang sakit

Sjahtera sht skali sht normal stengah skit sakit skit kronis mati

Ket gambar:
Rentang sakit dapat digambarkan mulai setengah sakit, sakit, sakit kronis dan berakhir dengan
kematian, sedangkan rentang sehat dapat digambarkan mulai dari sehat normal, sehat sekali dan
sejahtera sebagai status sehat yang paling tinggi.
Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut, maka paradigma keperwatan dalam konsep sehat sakit,
memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang akan biberikan selama rentang sehat
sakit, akan melihat terlebih dahulu status kesehatan dalam rentang sehat sakit tersebut, apakah
statusnya dalam keadaan sakit atau sakit kronis sehingga dapat diketahui tingkatan asuhan
keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan status
kesehatannya.
2. Model kesejahteraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada
setiap individu utuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki
tujuan tertentu dalam lingkungan.

Model ini mencakup kemajuan tingkat fungsi ke arah yang lebih tinggi, yang menjadi suatu
tantangan yang luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal,
merupakan suatu proses yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif.
3. Model agen-penjamu-lingkungan
Menurut pendekatan ini, tingkat sehat sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan
yang dinamis antara ketiga variable agen, pejamu dan lingkungan.

Agen: factor internal atau eksternal yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
Ex: seseorang terkena penyakit typoid, dimana agen adalah bakteri
Pejamu: seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu.ex:
riwayat keluarga, usia, gaya hidup
Lingkungan: seluruh factor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik antara lain tingkat
ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal. Lingkungan soaial terdiri dari interaksi seseorang dengan
orang lain, termasuk stress, konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian
pasangan.

4. Model keyakinan kesehatan


Menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya.

komponen pertama adalah persepsi individu tentang kerentangan dirinya terhadap suatu
penyakit, ex: klien perlu mengenal adany penyakit diabetes militus melalui riwayat keluarganya,
terutama jika dalam empat decade ada keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut, maka
klien munngkin akan merasakan risiko mengalami penyakit diabetes militus. Komponen kedua
adalah persepsi indiividu terhadap keseriusan penyakit tertentu, dipengaruhi oleh variable
demaografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit dan tanda-tanda untuk
bertindak, komponen ketiga dimana seseorang akan mengambil tindakan preventif, missal
mengubah gaya hidup.
Model keyakinan kesehatan menbantu perawat memahami berbagai factor yang dapat
mempengaruhi persepsi, keyakinan, perilaku klien serta membantu perawat membuat rencana
paling efektif untuk membantu klien memelihara atau memperoleh kembali status kesehatannya
dan mencegah terjadinya penyakit.

5. Model peningkatan kesejahteraan


“Peningkatan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan klien” (Pender 1993,
1996). Model tersebut mengidentifikasi beberapa factor (demografi dan sosial) yang dapat
meningkatkan atau menurunkan partisipasi untuk meningkatkan kesehatan. Model tersebut juga
mengatur berbagai tanda kedalam sebuah pola untuk menjelaskan kemungkinan munculnya
partisipasi klien dalam perilaku peningkatan kesehatan (Pender, 1993, 1996)

C. Variable yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan


Variable internal dan eksternal dapat mempengaruhi bagaimana individu berfikir dan bertindak,
pemahaman cara bagaimana variable ini mempengaruhi klien memungkinkan perawat
merencanakan dan memberikan perawatan individual.
1. Variable internal
1.1 tahap perkembangan, contoh: secara umum seoarang anak belum mampu mengenal potensi
penyakit serius dan mereka perlu diberikan motivasi untuk berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
1.2 latar belakang intelektual
1.3 persepsi tentang fungsi, cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan
terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang
kronik akan merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak
mengalami masalah kesehatan yang berarti.
1.4 faktor emosional, seseorang yang tidak mampu melakukan koping scara emosional terhadap
ancamman penyakitnya, mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan
tidak mau menjalani pengobatan. Contoh, seseorang dengan nafas yang terengah-engah dan
sering batuk mungkina akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat
menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernafasan.
1.5 Faktor spiritual
Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan
secara utuh.
Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual. Ada
beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, perawat harus
memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara aktif dalam asuhan
keperawatan.
2. Variable eksternal
1.1 prakti dikeluarga
cara bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya akan mempengaruhi
cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Contoh, seorang anak yang diajak orang tuannya
untuk memeriksakan kesehatan rutin, kemungkinan besar ketika mereka dewasa juga akan
membawa anaknya untuk melakukan pemeriksaan yang sama.

1.2 Faktor sosioekonomik


Factor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi
cara seseorang mendefinisikan dan bereraksi terhadap penyakit. Contoh, jika masyarakat
menerima perilaku dari sekelompok gadis remaja tertentu yang mempunyai kebiasaan merokok,
maka dorongan untuk menerima kebiasaan tersebut lebih besar daripada perhatian tentang
bahaya merokok.
1.3 Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu. Budaya juga
mempengaruhi tempat masuk ke dalam system pelayanan kesehatan dan mempengaruhi cara
melaksanakan kesehatan pribadi. Contoh, sebuah studi tentang pendidikan kesehatan yang
dilakukan pada penduduk Amerika keturunan Afrika sebagian besar tidak mempunyai akses
untuk mendapatkan pendidikan kesehatan yang dapat digunakan sebagai cara pencegahan primer
(Airhihenbuwa, 1989).

Oleh karena itu perawat harus menyadari pola dan budaya yang berhubungan dengan perilaku
dan bahasa yang digunakan oleh diri sendiri maupun orang lain, maka mereka akan mampu
mengenal, memahami perilaku dan keyakinan klien. Perawat harus mengidentifikasi dan
memasukkan factor budaya kedalam rencana perawatan klien untuk menghindari terjadinya
konflik antara tujuan dan metode perawatan dengan latar belakang budaya klien

D. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,


Preventif:
- Primer
Pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan
fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental, tidak menggunakan
tindakan terapetik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit (Edelman dan Mandle,
1994). Contoh, program pendidikan kesehatan, imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik,
kesegaran fisik

- Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah kesehatan atau penyakit.
Dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau penyakit yang labih buruk. Dengan cara
pembuatan diagnose dan pemberian intervensi yang tepat untuk menghindari kondisi yang lebih
parah dan memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan yang normal (Pender, 1993;
Edelman dan Mandle, 1994).
Sebagian besar dilakukan dirumah, rumah sakit atau fasilitas yang memadai. Pencegahan
sekunder terdiri dari teknik screening dan pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi
kecacatan.
- Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanaen dan
tidak dapat disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau
ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan
kondisi kesehatan (Edelman dan Mandle, 1994).
Tingkat perawatan ini disebut perawatan preventif karena didalamnya mencakup tindakan
pencegahan terjadinya ketidakmampuan atau penurunan fungsi yang lebih jauh. Contoh,
pemberian perawatan tersier pada klien yang telah mengalami kebutaan, tidak hanya membantu
klien untuk beradaptasi dengan kecacatannya, tapi juga ditujukan untuk mencegah timbulnya
masalah dimasa yang akan dating (ex: terjadinya kecelakaan dirumah, dalam pengasuhan
anaknya)
E. Factor resiko,
1. Factor genetic dan fisiologis
Factor resiko fisiologis mencakup funngsi tubuh secara fisik.seperti kelebihan berat badan dan
tempat yang dapat meningkatkan stress pada sisitem fisik. (Cotoh, system sirkulasi) dapat
meningkatkan kerentanan seseoranng terhadap penyakit pada area ini.

Factor genetic, keturunan terhadap penyakit tertentu. Seseorang dengan riwayat keluarga yang
menderita penyakit diabetes militus akan berisiko untuk mengalami penyakit tersebut
dikemudian hari.

2. Usia
Usia dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Contoh, resiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler meningkat sesuai dengan peningkatan usia untuk kedua jenis kelamin,
resiko terjadinya kecacatan saat lahir dan komplikasi kehamilan meningkat pada wanita yang
melahirkan setelah usia 35 tahun
3. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal juga dapat meninngkatkan
terjadinya penyakit tertentu. Contoh, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya mempunyai
kemungkinan yang lebih besar terjadi pada pekerja didaerah industri yang terpajan dengan zat
kimia tertentu; polusi udara,air dan suara juga dapat menimbulkan penyakit
4. Gaya hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung factor resiko.
Contoh, makan yang berlebihan, nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istrahat, kebiasaan
merokok dll

F. Sakit dan perilaku sakit


Sakit bukan hanya keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit, tapi suatu keadaan dimana
funngsi fisik, emosional,, intelektual, sosial, perkembangan seseorang terganggu bila
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

Kanker merupakan sebuah proses penyakit, tetapi klien dengan leukemia yang sedang menjalani
pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasa, sedang klien dengan kanker payudara
yang sedang mempersiapkan diri untuk operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada
dimensi lain selain dimensi fisik.

Seseorang yang sedang sakit pada umumnya mempunyai perilaku yang menurut istilah sosiologi
kedokteran disebut perilaku sakit. Perilaku sakit mencakup cara seseorang memantau tubuhnya,
mendefinisikan dan menginterprestasikan gejala yang dialaminya, melakukan upaya
penyembuhan dan menggunakan system pelayanan kesehatan (Mechanic, 1982)
Selain itu perilaku sakit juga dapat terjadi pada klien yang mengalami kehilangan peran, harapan
sosial atau tanggung jawab. Contoh, ibu rumah tangga yang sedang terkena flu mungkin harus
berhenti sementara dari tanggung jawabnya menjaga anak dan mengurus rumah.
1. Variabel yang mempengaruhi sakit
1) Variabel internal
Tetgantung pada persepsi terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami,
jika klien merasa gejala sakit tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari maka mereka
cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala tersebut
menjadi gangguan baginya. Contoh, tukang kayu yang menderita sakit punggung, jika klien
yakin bahwa gejala tersebut adalah hal yang serius dan mengancam kehidupannya, maka klien
tersebut akan segera mencari bantuan kesehatan.contoh 2, seseorang yang terbangun dari
tidurnya ditengah malam karena nyeri dada, umumnya memandang peristiwa ini sebagai suatu
gejala yang berpotensi serius sebagai sakit yang mengancam kehidupan dan mungkin ia akan
termotivasi untuk mancari bantuan, akan tetapi persepsi seperti itu dapat juga mempunyai akibat
yang sebaliknya. Individu mungkin akan merasa takut mengalami sakit yang serius, bereaksi
dengan cara menyangkal dan tidak mau mencari bantuann kesehatan
2) Variable eksternal
Variable eksternal yang mempengaruhi perilaku sakit antara lain:
gejala yang dapat dilihat, suatu penyakit dapat berpengaruh terhadap citra tubuh dan perilaku
sakit contoh, seseorang yang mengalami bibir pecah-pecah akn lebih cepat mencari solusi
daripada seseorang yang terkena sakit tenggorok, karena mungkin orang lain akan member
komentar terhadap gejala pecah-pecah yang terlihat.
Kelompok sosial,klien akan membantu mereka untun menngenali ancaman penyakit atau
memberi dukungan kepada klien untuk menyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Conth,
dua orang wanita usia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah
menemukan adanya benjolan pada payudara ketika mereka sedang memeriksa payudara sndiri,
kemudian keduanya mendiskusikan kepada teman mereka massing-masing, teman pertama
munngkin akan mendoronng untuk mencari penngobatan untuk menentukan apakah perlu
dilakukan biopsy, sedang teman yang kedua mungkin akan mengatakan kepadanya bahwa
benjolan tersebut hanya merupakan bentuk dari penyakit fibrosistik sehingga ia tidak perlu ke
dokter untuk segera memeriksakan diri.

Latar belakang budaya dan etnik mengajarkan seorang individu bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit dan menjadi sakit. Pemberian arti sehat dan sakit berhubungan dengan nilai
budaya dasar yang digunakan oleh seseorang untuk mendefinisikan spengalaman persepsi yang
diterimanya (Spector, 1991), oleh karena itu perawat perlu memahami latar belakang budaya
yang dimiliki klien agar bias mengembangkan terapi yang individual.

Akses klien kedalam system pelayanan kesehatan sangat erat hubungannya dengan pengaruh
factor ekonomi, sisitem layanan kesehatan merupakan suatu system sosioekonomi dimana klien
harus masuk, berinteraksi dengannya dan kemudian keluar dari system tersebut.
Seringkali klien merasakan bahwa pusat pelayanan kesehatan yang besar kurang menghargai
mereka, dan pelayanan yang diberikan besifat seperti mesin satu arah, dan tenaga kesehatan
selalu memcari hal yang paling buruk, tetapi ada beberapa klien yang mungkin hanya mau
mencari pelayanan dari tempat pelayanan kesehatan yang besar karena mereka percaya bahwa
diagnose dan prosedur yang dilakukan lebih akurat.
2. Tahap perilaku sakit
a. tahap gejala
merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanyan perasaan
tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll sebagai manifestasi terjadinya
ketidak seimbangan dalam tubuh.
b. tahap asumsi terhadap sakit
tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam bentuk
emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan /kecemasan – konsultasi dengan
orang yang dianggap lebih tau/ yankes.
c. tahap kontak dengan palayanan kesehatan
tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes, meminta nasuhat dari
profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari
pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien
mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan
datang ke yankes kembali.
d. tahap ketergantungan
tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat bantuan
pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai
tingkat katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga
penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap
ketergantungan dan diberi support agar agar seseorang mengalami kemandirian.
e. tahap penyembuhan
merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi kembali
dengan lilngkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social.
Peran tenkes disini adalah membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan
harapan dan kehidupan menuju kesejahteraans

G. Dampak sakit pada klien dan keluarga


1. Perubahan perilaku dan emosi
Setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda terhadap kondisi sakit, tergantung pada
penyakit dan sikap klien dalam menghadapi penyakit tersebut. Contoh, penyakit dengan jangka
waktu singkat dan tidak mengancam kehidupan akan menimbulkan sedikit perubahan dan
perilaku dalam fungsii klien atau keluarga. Contoh, seorang suami yang mengalami sakit
demam, ia akan mengalami penurunan tenaga tau kesabaran, dan mungkin menjadi lebih mudah
marah, memilih untuk tidak berinteraksi dengan yang lain. Penyakit yang berat, yang
mengancam kehidupan, dapat menimbulkan perubahan emosi yang lebih luas, seperti ansietas,
syok, penolakan, marah, dan menatrik diri. Hal tersebut merupakan respon umum terhadap stress
yang disbabkan oleh sakit. Perawat mengembangkan berbagai intervensi untuk membantu klien
dan keluarga membentuk koping terhadap stress, karena stressor umumnya tidak dapat diubah
lagi.

2. Dampak sakit pada peraan keluarga


Setiap orang mempunyai berbagai peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, contoh seorang ibu dengan dua orang anak yang sedang mengalami inveksi virus, dan
sudah menderita sakit selama satu minggu, maka selama waktu tersebut ia tidak bisa merawat
anak-anaknya dan bekerja mengurus rumah tangganya. Pada awalnya dia mau melepaskan
tanggung jawabnya tersebur agar dia mampu merawat dirinya sendiri, setelah berangsur-anngsur
sembuh ia akan kembali melakukan peran-perannya tersebut. Dengan perubahan peran jangka
pendek seorang klien tidak akan mengalami tahap penyesuaian yang berkapanjangan. Tetapi
pada perubahan jangka panjang klien akan memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan
proses berduka.

3. Dampak pada citra tubuh


Merupakan konsep subyektif seseoranng terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat
mengakibatkan perubahan pada penampilan fisiknya, serta klien dan keluarga kan bereaksi yang
berbeda-beda. Reaksi klien dan keluarga terhadap gambaran tubuh tergantung pada antara lain:
jenis perubahan (kehilangan anggota badan), kapasitas adaptasi, kecepatan perubahan, dukungan
yang tersedia
Contoh, misal akibat amputasi kaki, maka umumnya klien akan mengalami tahap berikut:syok,
manarik diri, mengakui, menerima dan rehabilitasi

4. Dampak pada konsep diri


Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana
mereka melihat kekuatan dan kelemahan pada seluruh aspek kepribadiannya. Konsepnya ini
tidak hanya tergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimiliki tetapi juga bergantung
pada aspek psikologis juga spiritual diri. Akibat sakit terhadap konsep diri klien dan anggota
keluarga mungkin dapat bersifat kompleks dan kurang bisa diobservasi bila dibandingkan
dengan perubahan peran. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena kondisi sakitnya
mungkin tidak lagi mampu memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya akan menimbulkan
konflik atau ketegangan.
Contoh, klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan
mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarga yang lain atau kepada teman-tamanya.
Akhirnya klien akan merasa kehilangan funngsi sosialnya. Perawat berperan dalam pembuatan
asuhan keperawatan dalam membantu klien akibat kondisi sakit yang dialaminya tersebut.

5. Dampak pada dinamika keluarga


Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan,
member dukungan kepada anggota keluarganya dan melakukan koping terhadap perrubahan dan
tantangan hidup sehari-hari.
Contoh, akan mengalami rasa kehilangan jika salah satu orangtua harus dirawat dirumah sakit
atau jika orangtuanya tidak bisa memberikan kasih sayang dan rasa aman kepadanya, kesulitan
emosi mungkin tetep berlangsung meskipun peran orangtua telah digantikan oleh annggota
keluarga yang lain. Penggantian situasi tersebut dapat menimbulkan stres dan dapat
menyebabkan tanggung jawab yang bertentangan bagi anaknya atau menyebabkan konflik pada
saat pengambilan keputusan.

- See more at: http://www.murahhati.co.vu/2012/10/memahami-kontinum-sehat-


sakit.html#sthash.LLVNjITa.dpuf

Anda mungkin juga menyukai