A. Peningkatan kesehatan
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan
klien saat ini.
C. Pencegahan Penyakit
Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman
kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial.
Untuk anda bisa lebih memahami materi KONTIMUN SEHAT SAKIT Silakan di baca disini:
Perawat dapat memiliki definisi yang berbeda-beda tentang kesehatan, mereka membuat rencana
perawatan berdassarkn pada definisi sehat dan standar pelayanan kesehatan yang diterapkan
Beberapa definisi sehat:
1. Perkins (1939), sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya
2. WHO (1974), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari aspek fisik, mental, soaial dan
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
3. Neuman (1989) sakit sebagai totalitas dari seluruh proses kehidupan, termasuk memandang sakit
sebuah proses
4. UU NO.23, 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi
5. Perkins (1937), sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
6. WHO (1974), sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang/sempurna seseorang dari aspek
medis, fisik, mental, sosial, psikologis dan bukan hanya mengalami kesakitan tetapi juga
kecacatan
7. Raverlyy (1940an), sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan, agen dan individu
8. UU NO.23, 1992,sakit adalah jika seseorang menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang berubah
secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan lingkungan internal
dan eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat.
Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relative, yang mempunyai beberapa tingkat,
maka akan lebih akurat bila ditentukan sesui dengan titik tertentu pada skala kontimum sehat
sakit:
Rentang sehat renatang sakit
Sjahtera sht skali sht normal stengah skit sakit skit kronis mati
Ket gambar:
Rentang sakit dapat digambarkan mulai setengah sakit, sakit, sakit kronis dan berakhir dengan
kematian, sedangkan rentang sehat dapat digambarkan mulai dari sehat normal, sehat sekali dan
sejahtera sebagai status sehat yang paling tinggi.
Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut, maka paradigma keperwatan dalam konsep sehat sakit,
memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang akan biberikan selama rentang sehat
sakit, akan melihat terlebih dahulu status kesehatan dalam rentang sehat sakit tersebut, apakah
statusnya dalam keadaan sakit atau sakit kronis sehingga dapat diketahui tingkatan asuhan
keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan status
kesehatannya.
2. Model kesejahteraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada
setiap individu utuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki
tujuan tertentu dalam lingkungan.
Model ini mencakup kemajuan tingkat fungsi ke arah yang lebih tinggi, yang menjadi suatu
tantangan yang luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal,
merupakan suatu proses yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif.
3. Model agen-penjamu-lingkungan
Menurut pendekatan ini, tingkat sehat sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan
yang dinamis antara ketiga variable agen, pejamu dan lingkungan.
Agen: factor internal atau eksternal yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
Ex: seseorang terkena penyakit typoid, dimana agen adalah bakteri
Pejamu: seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu.ex:
riwayat keluarga, usia, gaya hidup
Lingkungan: seluruh factor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik antara lain tingkat
ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal. Lingkungan soaial terdiri dari interaksi seseorang dengan
orang lain, termasuk stress, konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian
pasangan.
komponen pertama adalah persepsi individu tentang kerentangan dirinya terhadap suatu
penyakit, ex: klien perlu mengenal adany penyakit diabetes militus melalui riwayat keluarganya,
terutama jika dalam empat decade ada keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut, maka
klien munngkin akan merasakan risiko mengalami penyakit diabetes militus. Komponen kedua
adalah persepsi indiividu terhadap keseriusan penyakit tertentu, dipengaruhi oleh variable
demaografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit dan tanda-tanda untuk
bertindak, komponen ketiga dimana seseorang akan mengambil tindakan preventif, missal
mengubah gaya hidup.
Model keyakinan kesehatan menbantu perawat memahami berbagai factor yang dapat
mempengaruhi persepsi, keyakinan, perilaku klien serta membantu perawat membuat rencana
paling efektif untuk membantu klien memelihara atau memperoleh kembali status kesehatannya
dan mencegah terjadinya penyakit.
Oleh karena itu perawat harus menyadari pola dan budaya yang berhubungan dengan perilaku
dan bahasa yang digunakan oleh diri sendiri maupun orang lain, maka mereka akan mampu
mengenal, memahami perilaku dan keyakinan klien. Perawat harus mengidentifikasi dan
memasukkan factor budaya kedalam rencana perawatan klien untuk menghindari terjadinya
konflik antara tujuan dan metode perawatan dengan latar belakang budaya klien
- Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah kesehatan atau penyakit.
Dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau penyakit yang labih buruk. Dengan cara
pembuatan diagnose dan pemberian intervensi yang tepat untuk menghindari kondisi yang lebih
parah dan memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan yang normal (Pender, 1993;
Edelman dan Mandle, 1994).
Sebagian besar dilakukan dirumah, rumah sakit atau fasilitas yang memadai. Pencegahan
sekunder terdiri dari teknik screening dan pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi
kecacatan.
- Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanaen dan
tidak dapat disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau
ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan
kondisi kesehatan (Edelman dan Mandle, 1994).
Tingkat perawatan ini disebut perawatan preventif karena didalamnya mencakup tindakan
pencegahan terjadinya ketidakmampuan atau penurunan fungsi yang lebih jauh. Contoh,
pemberian perawatan tersier pada klien yang telah mengalami kebutaan, tidak hanya membantu
klien untuk beradaptasi dengan kecacatannya, tapi juga ditujukan untuk mencegah timbulnya
masalah dimasa yang akan dating (ex: terjadinya kecelakaan dirumah, dalam pengasuhan
anaknya)
E. Factor resiko,
1. Factor genetic dan fisiologis
Factor resiko fisiologis mencakup funngsi tubuh secara fisik.seperti kelebihan berat badan dan
tempat yang dapat meningkatkan stress pada sisitem fisik. (Cotoh, system sirkulasi) dapat
meningkatkan kerentanan seseoranng terhadap penyakit pada area ini.
Factor genetic, keturunan terhadap penyakit tertentu. Seseorang dengan riwayat keluarga yang
menderita penyakit diabetes militus akan berisiko untuk mengalami penyakit tersebut
dikemudian hari.
2. Usia
Usia dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Contoh, resiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler meningkat sesuai dengan peningkatan usia untuk kedua jenis kelamin,
resiko terjadinya kecacatan saat lahir dan komplikasi kehamilan meningkat pada wanita yang
melahirkan setelah usia 35 tahun
3. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal juga dapat meninngkatkan
terjadinya penyakit tertentu. Contoh, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya mempunyai
kemungkinan yang lebih besar terjadi pada pekerja didaerah industri yang terpajan dengan zat
kimia tertentu; polusi udara,air dan suara juga dapat menimbulkan penyakit
4. Gaya hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung factor resiko.
Contoh, makan yang berlebihan, nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istrahat, kebiasaan
merokok dll
Kanker merupakan sebuah proses penyakit, tetapi klien dengan leukemia yang sedang menjalani
pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasa, sedang klien dengan kanker payudara
yang sedang mempersiapkan diri untuk operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada
dimensi lain selain dimensi fisik.
Seseorang yang sedang sakit pada umumnya mempunyai perilaku yang menurut istilah sosiologi
kedokteran disebut perilaku sakit. Perilaku sakit mencakup cara seseorang memantau tubuhnya,
mendefinisikan dan menginterprestasikan gejala yang dialaminya, melakukan upaya
penyembuhan dan menggunakan system pelayanan kesehatan (Mechanic, 1982)
Selain itu perilaku sakit juga dapat terjadi pada klien yang mengalami kehilangan peran, harapan
sosial atau tanggung jawab. Contoh, ibu rumah tangga yang sedang terkena flu mungkin harus
berhenti sementara dari tanggung jawabnya menjaga anak dan mengurus rumah.
1. Variabel yang mempengaruhi sakit
1) Variabel internal
Tetgantung pada persepsi terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami,
jika klien merasa gejala sakit tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari maka mereka
cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala tersebut
menjadi gangguan baginya. Contoh, tukang kayu yang menderita sakit punggung, jika klien
yakin bahwa gejala tersebut adalah hal yang serius dan mengancam kehidupannya, maka klien
tersebut akan segera mencari bantuan kesehatan.contoh 2, seseorang yang terbangun dari
tidurnya ditengah malam karena nyeri dada, umumnya memandang peristiwa ini sebagai suatu
gejala yang berpotensi serius sebagai sakit yang mengancam kehidupan dan mungkin ia akan
termotivasi untuk mancari bantuan, akan tetapi persepsi seperti itu dapat juga mempunyai akibat
yang sebaliknya. Individu mungkin akan merasa takut mengalami sakit yang serius, bereaksi
dengan cara menyangkal dan tidak mau mencari bantuann kesehatan
2) Variable eksternal
Variable eksternal yang mempengaruhi perilaku sakit antara lain:
gejala yang dapat dilihat, suatu penyakit dapat berpengaruh terhadap citra tubuh dan perilaku
sakit contoh, seseorang yang mengalami bibir pecah-pecah akn lebih cepat mencari solusi
daripada seseorang yang terkena sakit tenggorok, karena mungkin orang lain akan member
komentar terhadap gejala pecah-pecah yang terlihat.
Kelompok sosial,klien akan membantu mereka untun menngenali ancaman penyakit atau
memberi dukungan kepada klien untuk menyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Conth,
dua orang wanita usia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah
menemukan adanya benjolan pada payudara ketika mereka sedang memeriksa payudara sndiri,
kemudian keduanya mendiskusikan kepada teman mereka massing-masing, teman pertama
munngkin akan mendoronng untuk mencari penngobatan untuk menentukan apakah perlu
dilakukan biopsy, sedang teman yang kedua mungkin akan mengatakan kepadanya bahwa
benjolan tersebut hanya merupakan bentuk dari penyakit fibrosistik sehingga ia tidak perlu ke
dokter untuk segera memeriksakan diri.
Latar belakang budaya dan etnik mengajarkan seorang individu bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit dan menjadi sakit. Pemberian arti sehat dan sakit berhubungan dengan nilai
budaya dasar yang digunakan oleh seseorang untuk mendefinisikan spengalaman persepsi yang
diterimanya (Spector, 1991), oleh karena itu perawat perlu memahami latar belakang budaya
yang dimiliki klien agar bias mengembangkan terapi yang individual.
Akses klien kedalam system pelayanan kesehatan sangat erat hubungannya dengan pengaruh
factor ekonomi, sisitem layanan kesehatan merupakan suatu system sosioekonomi dimana klien
harus masuk, berinteraksi dengannya dan kemudian keluar dari system tersebut.
Seringkali klien merasakan bahwa pusat pelayanan kesehatan yang besar kurang menghargai
mereka, dan pelayanan yang diberikan besifat seperti mesin satu arah, dan tenaga kesehatan
selalu memcari hal yang paling buruk, tetapi ada beberapa klien yang mungkin hanya mau
mencari pelayanan dari tempat pelayanan kesehatan yang besar karena mereka percaya bahwa
diagnose dan prosedur yang dilakukan lebih akurat.
2. Tahap perilaku sakit
a. tahap gejala
merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanyan perasaan
tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll sebagai manifestasi terjadinya
ketidak seimbangan dalam tubuh.
b. tahap asumsi terhadap sakit
tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam bentuk
emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan /kecemasan – konsultasi dengan
orang yang dianggap lebih tau/ yankes.
c. tahap kontak dengan palayanan kesehatan
tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes, meminta nasuhat dari
profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari
pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien
mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan
datang ke yankes kembali.
d. tahap ketergantungan
tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat bantuan
pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai
tingkat katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga
penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap
ketergantungan dan diberi support agar agar seseorang mengalami kemandirian.
e. tahap penyembuhan
merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi kembali
dengan lilngkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social.
Peran tenkes disini adalah membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan
harapan dan kehidupan menuju kesejahteraans