Keuangan Perusahaan
D3 Akuntansi 2020
Risiko audit (audit risk) adalah kesalahan yang terjadi atas laporan keuangan
yang mengandung salah saji material dan terjadi tanpa disadari oleh auditor atau
kesalahan auditor dalam memberikan opini audit. Menurut Beattie (2005) Kegagalan
seorang auditor dalam mendeteksi kesalahan material atau salah saji informasi
akuntansi dapat disebabkan seorang auditor yang tidak kompeten atau di bawah
standar audit, seorang auditor yang kurang memiliki independensi akan sulit dalam
memberikan keputusan atas hasil auditnya.
2|Page
Dalam merecanakan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit, SA 312.02
(PSA No.25) mendefinisikan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor
tanpa sadar tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu
laporan keuangan yang memiliki salah saji matreial. Menurut SAS 39 tentang
sampling audit dan SAS 47 tentang materialitas dan risiko, risiko audit terdiri dari tiga
komponen yaitu risiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk),
risiko deteksi (detection risk).
3|Page
c) Auditor kebanyakaan menetapkan tingkat inherent risk yang tinggi di awal
tahun penugasan dan akan mengurangi tingkat inherent risk pada tahun
berikutnya setelah menerima sejumlah bukti.
3) Pihak Terkait
a) Menurut SFAS 57 berbagai transaksi yang terjadi antar perusahaan induk dan
anak, serta transaksi anatara pihak manajemen dengan entitas perusahaan.
b) Transaksi dari pihak yang tidak independen akan meningkatkan terjadinya
salah saji material, sehingga akan meningkatkan risiko bawaan.
c) Transaksi non rutin. Klien yang kurang memiliki pengalaman akan
mengakibatkan transaksi yang tidak rutin dicatat dan kemudian dicatat tidak
benar. Contoh dari transaksi tersebut adalah leasing
d) Pertimbangan atas sejumlah akun. Beberapa saldo emmerlukan sejumlah
estimasi dari pertimbangan besar pihak manajemen seperti misalnya cadangan
atas piutang tak tertagih, nilai persediaan yang rusak, hutang garansi, dan
transaksi atas penggantian sebagian aktiva.
Faktor-faktor yang mempengaruhi control risk, dan ada dua cara yang dilakukan oleh
auditor dalam mengevaluasi control risk :
1) Mendapat pengetahuan dan pemahaman atas internal control suatu perusahaan. Hal
ini berlaku terhadap semua jenis jasa audit.
2) Melakukan tes keefektifan dari internal control. Hal tersebut berlaku apabila auditor
menetapkan control risk di bawah tingkat maksimum.
Faktor faktor yang mengurangi detection risk adalah dengan melakukan kegiatan
subtantif test dalam jumlah yang lebih banyak.
4|Page
Kasus : Dalam sebuah perusahaan yang mengelola pembuatan dan pendistribusian
produk, perusahaan menjual produk dan juga membeli bahan pembuatan produk dari
perusahaan lain. Pada tahap awal perusahaan didirikan, pemilik perusahaan
menentukan produk apa yang akan diproduksi serta dijual. Perusahaan juga harus
mencari supplier serta distributor untuk mendapatkan bahan produk yang diproduksi
dan diperjualbelikan. Lalu perusahaan juga harus mencari karyawan untuk perusahaan
tersebut agar bisa berjalan.
Pendirian sebuah perusahaan tentunya tidak mudah, ada banyak kendala dan resiko
yang dihadapi. Kendala awal tentunya yaitu dalam pengajuan izin perusahaan yang
memakan waktu dan membuat semua tidak sesuai dengan rencana awal. Lalu
tentunya ada kendala lain seperti susahnya mencari bahan yang pas untuk membuat
produk agar produk berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi.
Selain berbicara tentang kendala-kendala eksternal, tentunya ada juga kendala internal
perusahaan. Pemilik perusahaan bertugas untuk mengawasi segala sesuatu yang
terjadi dalam perusahaannya serta memiliki tanggung jawab untuk mengambil segala
keputusan untuk kemajuan perusahaan yang dimilikinya. Lalu juga ada satu
bendahara yng tugasnya tentu juga tak kalah banyak, bendahara harus mengelola
semua penerimaan serta pengeluaran keuangan perusahaan. Lalu ada satu pengawas
karyawan yang tentunya harus mengawasi seluruh karyawan yang ada . Ada juga dua
karyawan yang bertugas dibagian yang sama yaitu mengurus penjualan produk dan
pembelian bahan baku ke supplier. Lalu pada akhir periode ternyata laporan keuangan
perusahaan tersebut terdapat kesalahan, yang seharusnya perusahaan mengalami
kerugian tetapi dalam laporan keuangan perusahaan tersebut mengalami laba.
5|Page
Pembahasan :
Dalam pengendalian internal ancaman yang bisa terjadi yaitu mengenai siklus
pendapatan diantaranya yaitu ancaman pada entry pesanan penjualan dimana pesanan
tidak lengkap atau juga kredit yang jelek pada penjualan kredit. Pengendalian untuk
ancaman tersebut bisa dilakukan dengan mengecek check pada entry data atau
persetujuan kredit oleh manajer kredit. Ancaman lain contohnya yaitu pada kas, yang
dimana bisa saja terjadi pencurian.
6|Page
Lalu untuk masalah kesalahan pencatatan laporan keuangan, sebaiknya auditor perlu
memahami bisnis klien yang akan diaudit agar auditor dapat mengidentifikasi dan
mengetahui kegiatan perusahaan yang menurut auditor mungkin berdampak signifikan
dengan laporan audit (Ribery, 2010). Pemahaman pada bisnis klien dapat mencerminkan
kualitas audit yang dihasilkan seorang auditor. Semakin besar pemahaman auditor tentang
bisnis klien maka semakin besar efesien informasi yang diperoleh. Oleh karena itu,
pemahaman bisnis pada klien dapat berpengaruh terhadap menentukan risiko audit.
Kasus
Fenomena praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih sering
dijumpai pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK-RI atas 504
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2014 sesuai Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester II Tahun 2015, ditemukan 5.993 masalah ketidakpatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan senilai Rp. 3,2 triliun dengan rinciannya,
kerugian sebesar Rp.1,42 triliun; potensi kerugian sebesar Rp.1,41 triliun dan
kekurangan penerimaan sebesar Rp.373,70 miliar. Penyimpangannya berupa mark-up
anggaran, pengaturan pemenang lelang, kekurangan volume pekerjaan, pekerjaan
tidak sesuai spesifikasi, penggunaan anggaran perjalanan fiktif dan rekayasa bukti
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Jika dilihat dari penyebab terjadinya
penyimpangan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya penyimpangan terjadi
karena belum efektifnya pengendalian intern. Oleh karena itu Aparat Pengawas Intern
Pemerintah (APIP) dituntut mengoptimalkan perannya untuk memastikan bahwa
semua kegiatan dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui penguatan sistem
pengendalian intern auditi sehingga penyimpangan dapat dicegah.
7|Page
Pembahasan
8|Page
Pengaruh Pertimbangan Risiko Audit Terhadap Kemampuan Pendeteksian
Kerugian Daerah
9|Page
Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Administrasi dan Umum
Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara, dari 51 auditor hanya 11 orang (21,6%) yang
berlatar belakang pendidikan akuntansi dan dari 43 orang JFP2UPD hanya 5 orang
(11,6%) yang telah bersertifikasi. Pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara
berdasarkan hasil analisis deskriptif, terdapat 50 orang auditor (71,4% ) mengikuti
diklat keuangan < 5 kali dan 3 orang auditor (4,3%) belum pernah mengikuti diklat
keuangan. Kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh auditor dan P2UPD
menyebabkan mereka dapat melakukan kesalahan saat menentukan lingkup audit dan
bukti audit yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko deteksi. Selain itu waktu audit
yang dibatasi menyebabkan sulit untuk menemukan adanya kerugian daerah.
10 | P a g e
Solusi Kasus
11 | P a g e
Kesimpulan
Agar perusahaan dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan produk yang
bagus serta menghasilkan banyak laba, tentunya perusahaan harus memiliki sistem
pengendalian internal yang baik pula, karena sistem pengendalian internal sangat
berpengaruh terhadap jalannya perusahaan.
12 | P a g e
Daftar Pustaka
James A. Hall (2007). Sistem Informasi Akuntansi, terj Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta:
Salemba Empat.
Mujennah. (2017). Jurnal Akuntansi Maranantha. Analisis Sistem Pengendalian Internal Melalui Audit
Berbasis Risiko (ABR) Oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Dalam Mencapai
Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Studi Kasus.
13 | P a g e