Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Resiko Audit terhadap Siklus

Keuangan Perusahaan

1. Devita Ayuningtyas (C0C020012)


2. Nadya Hesti Salsabila (C0C020027)
3. Ameliana Sari (C0C020028)
4. Dian Aziz Afaithoni (C0C020032)
5. Faraby Muhammad Zabari (C0C020039)

D3 Akuntansi 2020

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2021/2022
Pendahuluan

Dalam sebuah perusahaan tentunya banyak sekali kendala-kendala dan risiko


yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan ekonomi dalam rangka memajukkan
perusahaan. Baik itu kendala internal maupun eksternal. Contoh yang paling bisa kita
tahu yaitu misalnya kendala dalam hal pengendalian sistem organisasinya, lalu juga
bisa jadi masalah dalam hal pencatatan keuangan yang bisa saja terjadi kecurangan.
Hal tersebut tentunya tak lepas dari sistem pengendalian internal dan juga risiko audit.
Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik, tentunya perusahaan harus memiliki
sistem pengendalian yang baik. Lalu apa sih Pengendalian Internal?

Pengendalian internal yang sering juga disebut sebagai pengendalian


manajemen dalam pengertian yang paling luas mencakup lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi,
dan pemantauan. Pengendalian internal berfungsi sebagai lini depan untuk
menjaga aktiva dan mendeteksi terjadinya kesalahan, kecurangan, penyimpangan
dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan-undangan (Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara, 2007:72).

Konsep COSO mendefinisikan Pengendalian internal sebagai sebuah proses


yang mencakup kegiatan operrasional dalam suatu organisasi dan juga merupakan
bagian integral dari kegiatan manajemen. Tujuan dari suatu sistem pengendalian
internal yang baik yaitu untuk memberikan reliabilitas atas pelaporan keuangan,
efisiensi dan efektivitas operasi, dan ketaatan pada hukum serta peraturan (Arens
20011, 370-371). Pengendalian Internal sangat beguna untuk melindungi aktiva
perusahaan terhadap kecurangan, pencurian serta pemborosan yang bisa saja
dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Selain pengendalian internal, masalah dalam hal siklus keuangan perusahaan


bisa saja terjadi, hal itu terjadi karena salah saji laporan keuangan yang terjadi karena
ketidaksengajaan auditor ataupun kesalahan dari auditor. Hal tersebut biasa kita sebut
dengan Risiko Audit. Laporan keuangan merupakan faktor utama dalam risiko bisnis
(Yudha, 2012).

Risiko audit (audit risk) adalah kesalahan yang terjadi atas laporan keuangan
yang mengandung salah saji material dan terjadi tanpa disadari oleh auditor atau
kesalahan auditor dalam memberikan opini audit. Menurut Beattie (2005) Kegagalan
seorang auditor dalam mendeteksi kesalahan material atau salah saji informasi
akuntansi dapat disebabkan seorang auditor yang tidak kompeten atau di bawah
standar audit, seorang auditor yang kurang memiliki independensi akan sulit dalam
memberikan keputusan atas hasil auditnya.

2|Page
Dalam merecanakan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit, SA 312.02
(PSA No.25) mendefinisikan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor
tanpa sadar tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu
laporan keuangan yang memiliki salah saji matreial. Menurut SAS 39 tentang
sampling audit dan SAS 47 tentang materialitas dan risiko, risiko audit terdiri dari tiga
komponen yaitu risiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk),
risiko deteksi (detection risk).

1) Risiko Bawaan (Inherent Risk)


Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji
material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam suatu bagian pengauditan
sebelum melakukan pertimbangan efektivitas pengendalian internal klien (Elder, R. J.
et al., 2011). Risiko bawaan meliputi suatu kententuan saldo rekening atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
2) Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian merupakan suatu salah saji material yang dapat terjadi apabila
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern pihak klien. Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor
akan kemungkinan adanya kekeliruan salah saji dalam segmen audit yang melewati
batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern
klien (Arens dan Loebbecke, 1997).
3) Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Dalam hal mengetahui risiko tersebut dapat
dilakukan uji analitis (analytical procedure) dan tes uji atas transaksi (test of detail).

Faktor yang mempengaruhi audit risk

Faktor-faktor yang mempengaruhi inherent risk

1) Sifat bisnis klien


a) Inherent risk yang terdapat pada sejumlah akun yang dipengaruhi dari sifat
bisnis klienseperti contohnya akun persediaan, piutang dagang, dan aktiva
tetap,
b) Sifat dari bisnis hanya memberi pengaruh kecil pada akun kas, hutang wesel,
dan hutang hipotik.
2) Temuan dari audit sebelumnya
a) Temuan salah saji dalam audit sebelumnya kemungkinan besar akan
ditemukan kembali dalam penugasan audit berjalan.
b) Bisanya salah saji yang terjadi bersifat sistematik atau teratur, atau perusahaan
seringkali melakukan keterlambatan dalam melakukan perubahan menghapus
salah saji yang terjadi.

3|Page
c) Auditor kebanyakaan menetapkan tingkat inherent risk yang tinggi di awal
tahun penugasan dan akan mengurangi tingkat inherent risk pada tahun
berikutnya setelah menerima sejumlah bukti.
3) Pihak Terkait
a) Menurut SFAS 57 berbagai transaksi yang terjadi antar perusahaan induk dan
anak, serta transaksi anatara pihak manajemen dengan entitas perusahaan.
b) Transaksi dari pihak yang tidak independen akan meningkatkan terjadinya
salah saji material, sehingga akan meningkatkan risiko bawaan.
c) Transaksi non rutin. Klien yang kurang memiliki pengalaman akan
mengakibatkan transaksi yang tidak rutin dicatat dan kemudian dicatat tidak
benar. Contoh dari transaksi tersebut adalah leasing
d) Pertimbangan atas sejumlah akun. Beberapa saldo emmerlukan sejumlah
estimasi dari pertimbangan besar pihak manajemen seperti misalnya cadangan
atas piutang tak tertagih, nilai persediaan yang rusak, hutang garansi, dan
transaksi atas penggantian sebagian aktiva.
Faktor-faktor yang mempengaruhi control risk, dan ada dua cara yang dilakukan oleh
auditor dalam mengevaluasi control risk :

1) Mendapat pengetahuan dan pemahaman atas internal control suatu perusahaan. Hal
ini berlaku terhadap semua jenis jasa audit.
2) Melakukan tes keefektifan dari internal control. Hal tersebut berlaku apabila auditor
menetapkan control risk di bawah tingkat maksimum.
Faktor faktor yang mengurangi detection risk adalah dengan melakukan kegiatan
subtantif test dalam jumlah yang lebih banyak.

4|Page
Kasus : Dalam sebuah perusahaan yang mengelola pembuatan dan pendistribusian
produk, perusahaan menjual produk dan juga membeli bahan pembuatan produk dari
perusahaan lain. Pada tahap awal perusahaan didirikan, pemilik perusahaan
menentukan produk apa yang akan diproduksi serta dijual. Perusahaan juga harus
mencari supplier serta distributor untuk mendapatkan bahan produk yang diproduksi
dan diperjualbelikan. Lalu perusahaan juga harus mencari karyawan untuk perusahaan
tersebut agar bisa berjalan.

Pendirian sebuah perusahaan tentunya tidak mudah, ada banyak kendala dan resiko
yang dihadapi. Kendala awal tentunya yaitu dalam pengajuan izin perusahaan yang
memakan waktu dan membuat semua tidak sesuai dengan rencana awal. Lalu
tentunya ada kendala lain seperti susahnya mencari bahan yang pas untuk membuat
produk agar produk berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi.

Selain berbicara tentang kendala-kendala eksternal, tentunya ada juga kendala internal
perusahaan. Pemilik perusahaan bertugas untuk mengawasi segala sesuatu yang
terjadi dalam perusahaannya serta memiliki tanggung jawab untuk mengambil segala
keputusan untuk kemajuan perusahaan yang dimilikinya. Lalu juga ada satu
bendahara yng tugasnya tentu juga tak kalah banyak, bendahara harus mengelola
semua penerimaan serta pengeluaran keuangan perusahaan. Lalu ada satu pengawas
karyawan yang tentunya harus mengawasi seluruh karyawan yang ada . Ada juga dua
karyawan yang bertugas dibagian yang sama yaitu mengurus penjualan produk dan
pembelian bahan baku ke supplier. Lalu pada akhir periode ternyata laporan keuangan
perusahaan tersebut terdapat kesalahan, yang seharusnya perusahaan mengalami
kerugian tetapi dalam laporan keuangan perusahaan tersebut mengalami laba.

5|Page
Pembahasan :

Kasus yang terjadi pada perusahaan diatas disebabkan karena kurangnya


pengendalian internal dalam perusahaan tersebut. Dalam kasus di atas perusahaan
dalam perkembangannya masih banyak menghadapi kendala, dari sisi internal
maupun eksternal. Dalam perusahaan tersebut juga masih ada unsur pengendalian
yang belum terpenuhi.

Pengendalian Internal memiliki banyak pengaruh terhadap kegiatan perekonomian,


salah satunya yang paling sering terjadi yaitu pada siklus pendapatan. Masalah yang
sering terjadi yaitu pengaruh pengendalian Internal terhadap siklus pendapatan itu
sendiri. Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas dalam bisnis dan kegiatan
pemrosesan informasi yang berulang dengan menyediakan barang serta jasa kepada
pelanggan, yang dimana hal tersebut bergantung pada bagaimana sistem
pengendaliannya berjalan. Pengendalian internal dibuat untuk semua tindakan oleh
organisasi untuk memberi keamanaan terkait pemborosan, kecurangan dan
ketidaksesuaian penggunaan laporan keuangan.

Dalam pengendalian internal ancaman yang bisa terjadi yaitu mengenai siklus
pendapatan diantaranya yaitu ancaman pada entry pesanan penjualan dimana pesanan
tidak lengkap atau juga kredit yang jelek pada penjualan kredit. Pengendalian untuk
ancaman tersebut bisa dilakukan dengan mengecek check pada entry data atau
persetujuan kredit oleh manajer kredit. Ancaman lain contohnya yaitu pada kas, yang
dimana bisa saja terjadi pencurian.

Penyelesaian untuk kasus di atas bisa dilakukan dengan memperbaiki sistem


pengendalian perusahaan, misalnya dalam hal pembagian tugas agar karyawan tidak
mengemban terlalu banyak tugas bisa dilakukan dengan menambah karyawan agar
tidak ada lagi karyawan yang mengemban dua tugas yang seharusnya dilakukan dua
orang. Hal itu juga untuk mengurangi risiko kesalahan dan juga agar mempercrpat
penyelesaian tugas. Lalu juga dalam hal pengawasan karyawan, perusahaan bisa
menambah lagi satu karyawan yang dipercaya untuk membantu dalam pengawasan.
Perbendaharaan dan pengelola uang perusahaan hanya dilakukan oleh satu orang, hal
itu bisa menyebabkan salah pencatatan dan perhitungan uang yang masuk dan keluar.
Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya perusahaan mencari karyawan yang ahli
dalam pencatatan transaksi keuangan dalam perusahaan agar bendahara tidak harus
mengemban banyak tugas dan bisa fokus dalam hal mengelola uang perusahaan.

6|Page
Lalu untuk masalah kesalahan pencatatan laporan keuangan, sebaiknya auditor perlu
memahami bisnis klien yang akan diaudit agar auditor dapat mengidentifikasi dan
mengetahui kegiatan perusahaan yang menurut auditor mungkin berdampak signifikan
dengan laporan audit (Ribery, 2010). Pemahaman pada bisnis klien dapat mencerminkan
kualitas audit yang dihasilkan seorang auditor. Semakin besar pemahaman auditor tentang
bisnis klien maka semakin besar efesien informasi yang diperoleh. Oleh karena itu,
pemahaman bisnis pada klien dapat berpengaruh terhadap menentukan risiko audit.

Kasus
Fenomena praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih sering
dijumpai pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK-RI atas 504
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2014 sesuai Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester II Tahun 2015, ditemukan 5.993 masalah ketidakpatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan senilai Rp. 3,2 triliun dengan rinciannya,
kerugian sebesar Rp.1,42 triliun; potensi kerugian sebesar Rp.1,41 triliun dan
kekurangan penerimaan sebesar Rp.373,70 miliar. Penyimpangannya berupa mark-up
anggaran, pengaturan pemenang lelang, kekurangan volume pekerjaan, pekerjaan
tidak sesuai spesifikasi, penggunaan anggaran perjalanan fiktif dan rekayasa bukti
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Jika dilihat dari penyebab terjadinya
penyimpangan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya penyimpangan terjadi
karena belum efektifnya pengendalian intern. Oleh karena itu Aparat Pengawas Intern
Pemerintah (APIP) dituntut mengoptimalkan perannya untuk memastikan bahwa
semua kegiatan dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui penguatan sistem
pengendalian intern auditi sehingga penyimpangan dapat dicegah.

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI atas LKPD Provinsi


Sulawesi Utara Tahun 2014, terdapat temuan kerugian daerah/negara yang disebabkan
oleh kecurangan yaitu, (1) Pungutan pajak penghasilan atas pembayaran insentif
pemungutan pajak tidak disetor ke kas negara; (2) Terdapat SP2D-LS untuk
pembelian aset Tahun Anggaran 2013 namun tidak diadakan. Aset tersebut nanti
diadakan melalui SP2D-TU Tahun Anggaran 2014; (3) Terdapat rekayasa pada nota
pembelian yang digunakan sebagai pertanggungjawaban Ganti Uang (GU) dan
Tambahan Uang (TU); (4) Pengeluaran atas pekerjaan jasa konsultansi direkayasa; (5)
Biaya sewa kendaraan dan biaya komunikasi pada pekerjaan konsultansi terindikasi
direkayasa; dan (6) Terdapat kekurangan volume pekerjaan atas pekerjaan kontruksi
yang telah dibayar 100% pada Tahun Anggaran 2014. Kerugian daerah/negara
tersebut disebabkan oleh pihak internal pemerintah yaitu Kepala SKPD beserta
pengelola keuangan dan pihak eksternal yaitu pihak ketiga yang terikat kontrak
dengan pemerintah.

7|Page
Pembahasan

Sistem Pengendalian Intern Auditi Terhadap Kemampuan Pendeteksian


Kerugian Daerah

Pemahaman atas SPI auditi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan


pendeteksian kerugian daerah. Beradasarkan hipotesis penelitian yang telah terbukti
dapat diberlakukan pada populasi auditor di Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
Hasil pengujian hipotesis ini diperkuat dengan nilai koefisien regresi pemahaman atas
SPI auditi sebesar 0,423 yang menunjukkan bahwa penambahan satu satuan
pemahaman atas SPI auditi akan menambah kemampuan pendeteksian kerugian
daerah sebesar 0,423 satuan. Artinya pemahaman atas SPI auditi yang dimiliki oleh
auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara sudah baik sehingga mampu untuk
memberikan dampak terhadap kemampuan pendeteksian kerugian daerah.

The Institute of Internal Auditor (2009) menyatakan internal auditors usually


have acontinual presence in the organization that provides them with a better
understanding of the organization and its control systems. Specifically, internal
auditors can assist in the deterrence of fraud by examining and evaluating the
adequacy and the effectiveness of internal controls. Jadi auditor internal biasanya
selalu berada dalam organisasi sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih baik
mengenai organisasi dan sistem kontrolnya. Secara khusus, auditor internal dapat
membantu dalam pencegahan penipuan dengan memeriksa dan mengevaluasi
kecukupan dan efektivitas pengendalian internal. Pada pemerintah daerah, dengan
adanya pemahaman atas sistem pengendalian intern SKPD, seorang auditor dapat
melakukan pencegahan terjadinya kerugian daerah lewat memberikan jasa konsultasi
kepada SKPD dan juga dapat mendeteksi kelemahan SKPD yang rentan terhadap
kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Salem (2012) menunjukkan bahwa


pemahaman yang baik oleh auditor akan sistem pengendalian internal auditi akan
membantu auditor dalam mendeteksi terjadinya kecurangan. Rozmita (2012) dalam
penelitiannya menunjukkan pentingnya pemahaman atas sistem pengendalian intern
auditi karena merupakan langkah awal untuk mendeteksi terjadinya kecurangan yang
berakibat pada kerugian.

8|Page
Pengaruh Pertimbangan Risiko Audit Terhadap Kemampuan Pendeteksian
Kerugian Daerah

Pertimbangan risiko audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan


pendeteksian kerugian daerah. Artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti tidak
dapat diberlakukan pada populasi auditor di Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara.
Hasil pengujian hipotesis ini diperkuat dengan nilai koefisien regresi pertimbangan
risiko audit hanya sebesar 0,273 yang menunjukkan bahwa penambahan satu satuan
kompetensi hanya akan menambah kemampuan pendeteksian kerugian daerah sebesar
0,273 satuan. Artinya pertimbangan risiko audit yang dimiliki oleh auditor pada
Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara masih terlalu rendah sehingga tidak mampu
untuk memberikan dampak terhadap kemampuan pendeteksian kerugian daerah.

Arens, et al (2014) menyatakan bahwa risiko audit berhubungan dengan


berbagai kerugian yang muncul setelah dilaksanakan kegiatan audit. Risiko inheren
yang rendah tidak selalu mengindikasikan bebas dari kecurangan karena pelaku
kecurangan seringkali sudah mengetahui prosedur audit yang akan dilaksanakan
sehingga standar audit mengharuskan auditor memasukkan unsur ketidakterdugaan
dalam rencana audit. Berdasarkan hasil perhitungan atas jawaban responden mengenai
adanya unsur ketidakterdugaan dalam rencana audit, terdapat 33% auditor yang
kadangkadang bahkan tidak melaksanakan metode sampling yang berbeda dalam
menentukan transaksi yang akan diuji. Hal ini merupakan salah satu penyebab dimana
pertimbangan risiko audit tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kerugian daerah.

Arens, et al (2014:41) menyatakan ketika mempertimbangkan keberadaan


salah saji yang material, auditor bertanggungjawab untuk menerapkan pelatihan,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan dalam membuat keputusan tentang
tindakan yang tepat dalam situasi penugasan audit.Berdasarkan hasil analisis
deskriptif, bisa diketahui bahwa 84,3% auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara
telah melaksanakan prosedur pemahaman SPI auditi dan 97,1% auditor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Utara memiliki pemahaman yang baik mengenai komponen SPI.
Hasil analisis ini ditunjang dengan hasil uji t dimana pemahaman atas SPI auditi
secara signifikan berpengaruh terhadap kemampuan pendeteksian kerugian daerah.
Seharusnya pemahaman SPI auditi menjadi dasar bagi auditor dalam menentukan
risiko salah saji material (kombinasi dari risiko inheren dan risiko pengendalian) yang
nantinya akan berpengaruh dalam penentuan jenis dan jumlah bukti yang diperlukan
untuk mengurangi risiko deteksi. Akan tetapi dalam penetapan ruang lingkup dan
bukti audit diperlukan pertimbangan auditor dimana dalam pertimbangannya auditor
harus menerapkan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan.

9|Page
Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Administrasi dan Umum
Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara, dari 51 auditor hanya 11 orang (21,6%) yang
berlatar belakang pendidikan akuntansi dan dari 43 orang JFP2UPD hanya 5 orang
(11,6%) yang telah bersertifikasi. Pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara
berdasarkan hasil analisis deskriptif, terdapat 50 orang auditor (71,4% ) mengikuti
diklat keuangan < 5 kali dan 3 orang auditor (4,3%) belum pernah mengikuti diklat
keuangan. Kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh auditor dan P2UPD
menyebabkan mereka dapat melakukan kesalahan saat menentukan lingkup audit dan
bukti audit yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko deteksi. Selain itu waktu audit
yang dibatasi menyebabkan sulit untuk menemukan adanya kerugian daerah.

Apabila pertimbangan risiko audit dihubungkan dengan hasil uji terhadap


skeptisme profesional pada dimensi memahami penyediaan informasi, berdasarkan
hasil kuesioner, terdapat 52,9% auditor atau sebanyak 37 orang auditor berada
kategori rendah sampai cukup yang artinya sebagian auditor pada Inspektorat Provinsi
Sulawesi Utara lebih pasif dalam menjalin komunikasi dengan auditi. Auditor
cenderung hanya menjadi “pendengar yang baik” tanpa ada dorongan untuk menggali
informasi secara mendalam melalui proses wawancara dengan auditi.

Menurut OrtwinRenn dalam Puspito (2015:4), pemahaman dan penilaian suatu


risiko dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dari hasil komunikasi. Jadi,
kurangnya komunikasi mempengaruhi informasi yang diterima sehingga risiko yang
ada pada auditi tidak dapat dipetakan secara keseluruhan. Hal ini menjadi salah satu
penyebab auditor tidak mampu mendeteksi adanya kerugian daerah. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Gusheruddin (2014) yang menunjukkan bahwa risiko audit
tidak berpengaruh terhadap pendeteksian temuan kerugian keuangan daerah dan
penelitian Suryani (2012) juga menunjukkan bahwa risiko audit tidak berpengaruh
terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan karena keterbatasan
kemampuan kognitif manusia dalam memproses informasi akan mengakibatkan
penilaian risiko kecurangan oleh auditor menjadi kurang ekstrim.

10 | P a g e
Solusi Kasus

Solusi untuk permasalahan kasus di atas terkait pengendalian internal dan


risiko audit, sebaiknya pemerintah daerah Sulawesi Utara tentu harus memperbaiki
sistem pengendalian internalnya dengan cara meningkatkan pengawasan terhadap
kinerja pegawai dan mencari sumber permasalahan siapa yang berbuat kecurangan
dan memberinya teguran dan apabila masih terus diulangi maka memberi tindakan
yang tegas dengan misalnya mengganti pegawai yang berbuat kecurangan tersebut
dan memberinya hukuman yang sebanding. Solusi lain juga bisa dilakukan dengan
mengganti pegawai yang berbuat kecurangan tersebut dengan orang yang memang
benar-benar bisa dipercaya dan bertanggungjawab. Lalu berdasarkan kasus tadi juga
disebutkan bahwa auditor di provinsi Sulawesi Utara hanya sebagian kecil yang
berlatar belakang pendidikan akuntansi, kesalahan dalam lingkup disebabkan karena
kurangnya kompetensi auditor, maka solusi yang tepat tentunya mencari auditor yang
lebih berkompetensi dan memiliki sertifikat serta yang paling penting juga harus jujur.

11 | P a g e
Kesimpulan

Dalam merecanakan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit, SA 312.02


(PSA No.25) mendefinisikan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor
tanpa sadar tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu
laporan keuangan yang memiliki salah saji material.

Penyelesaian untuk kasus di atas bisa dilakukan dengan memperbaiki sistem


pengendalian perusahaan, misalnya dalam hal pembagian tugas agar karyawan tidak
mengemban terlalu banyak tugas yaitu dapat dilakukan dengan menambah karyawan
agar tidak ada lagi karyawan yang mengemban dua tugas yang seharusnya dilakukan
dua orang.

Agar perusahaan dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan produk yang
bagus serta menghasilkan banyak laba, tentunya perusahaan harus memiliki sistem
pengendalian internal yang baik pula, karena sistem pengendalian internal sangat
berpengaruh terhadap jalannya perusahaan.

12 | P a g e
Daftar Pustaka

James A. Hall (2007). Sistem Informasi Akuntansi, terj Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta:
Salemba Empat.

Maruta, H. (2015). PENGENDALIAN INTERNAL DALAM SISTEM INFORMASI AKUNTANSI.

Mujennah. (2017). Jurnal Akuntansi Maranantha. Analisis Sistem Pengendalian Internal Melalui Audit
Berbasis Risiko (ABR) Oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Dalam Mencapai
Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Studi Kasus.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai