IRIDESCENT
Malam itu aku tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 11
malam dan harusnya aku sudah tertidur 2 jam yang lalu. Dari
sebelah kamarku terdengar suara gaduh dan erangan dari
kakakku yang sedang berhubungan seks dengan pacarnya.
Mentang-mentang Ibu dan Ayah sedang tidak di rumah dia
seenaknya membawa pacarnya kemari dan berhubungan seks di
sini. Seperti tidak mampu menyewa hotel saja.
“Yang diundang kan kau, lalu kenapa aku harus ikut? Lagi pula
aku hanya keluar untuk membeli susu, bukannya ke pesta.”
“Akhirnya kau datang juga, Rev. Ku kira kau tidak akan ke sini.”
Matthew tersenyum dan terlihat lesung pipi di kedua pipinya.
“Masuklah, kami sedang bermain beer-pong.”
“Oh ya? Bagaimana bisa aku tak pernah melihatmu?” ujar Syn
sambil tertawa.
***
9
Pagi itu aku masih berbaring di tempat tidur saat aku samar-
samar mendengar suara Elliot menggedor pintu kamarku dengan
brutal.
Aku dan Jimmy pulang dari pesta jam 3 dini hari dan sekarang
mataku sangat berat untuk dibuka. Aku memaksakan diriku untuk
bangkit dari tempat tidur dan berpakaian. Saat tiba di lantai
bawah aku melihat Elliot yang sedang memberi makan anjing
kami, Morbid.
“Mereka berbohong pada kita, El. Tapi aku tahu yang sebenarnya.
Aku menemukan ini di laci kamar mereka.” Elliot menunjukkanku
selembar kertas.
Aku hanya terdiam sambil memandangi kertas itu. Aku tidak ingin
orang tuaku bercerai. Anak di belahan bumi manapun pasti tidak
ingin orang tuanya bercerai.
“Jika mereka cerai nanti, kau akan ikut siapa?” tanya Elliot dengan
mata berkaca-kaca.
“Kau tahu kawan, saat aku bangun tadi pagi di rumah Matt aku
mendapati penisku bau sekali. Tidak tahu tadi malam aku bercinta
dengan siapa.” Kata Johnny.
“Setelah ini kami mau ke rumahku untuk latihan band. Kau ingin
ikut?” ajak Matthew.
“Lalu apa yang kau lakukan? Kau lebih memilih ikut siapa?”
tanyaku.
“Harusnya kau doakan hal itu tidak terjadi, dasar bodoh!” ucap
Johnny tidak terima.
“Elora!”
Ayah menghela nafas panjang. “Ternyata kau sudah tahu, ya? Itu
benar, kami berdua akan cerai. Tapi jangan khawatir, kami akan
terus ada untuk kalian kapan saja. Kami tetap menyayangi kalian.”
Ujar Ayah.
“Kalau kalian menyayangi kami, kertas ini tidak akan pernah ada.”
Elliot mengeluarkan selembar kertas yang ia tunjukkan padaku
tadi pagi.
“Kami sudah tidak cocok lagi, dan juga Ibumu berpikir ia telah
menemukan pria lain yang lebih baik dari Ayah. Jadi, Ayah
memilih pergi.”
17
“Itu tidak benar! Dia hanya teman kerjaku! Dan juga kenapa kau
mengatakan hal ini di hadapan anak-anak? Bukankah kita sudah
bicarakan ini sebelumnya?” Ibu membela diri.
Akus berdiri dari kursi dan pergi ke lantai atas disusul Elliot di
belakangku. Aku mendengar ibu menangis sesenggukan dan Ayah
membanting pintu rumah, entah mau pergi ke mana dia. Aku
benar-benar tidak peduli. Semuanya kacau.
***
Aku membaca pesan teks dari Elliot. Rupanya ia sudah pergi sejak
kemarin setelah Ibu dan Ayah bertengkar. Sebenarnya aku tidak
peduli dia akan pergi ke mana, aku hanya butuh ketenangan. Aku
sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Jika itu yang akan
terjadi, maka terjadilah.
Hari ini aku berdua saja dengan Ayah di rumah karena Ibu sedang
pergi entah ke mana. Sama sekali bukan urusanku.
“Makanlah, nak. Tadi Ayah sudah buat sarapan.” Ujar Ayah saat ia
sedang membereskan meja kerjanya.
“Ayah tahu kau pasti belum bisa menerima kenyataan yang terjadi
sekarang. Tapi cepat atau lambat kau akan mengerti, sayang.”
Ayah mengusap lembut kepalaku.
“Baiklah kalau begitu. Ini kan akhir pekan, kenapa kau tidak pergi
keluar dengan teman-temanmu?”
“Elora!!”
“Sekarang?”
“Mereka juga ikut? Ku pikir hanya kita berdua.” Ujarku seraya aku
masuk ke dalam mobilnya.
“Baiklah, 1,2,3!”
“Wow, two bestfriends in the beach. The may kiss!” olok Matt
seraya ia berjalan melewatiku dan Jimmy.
Kemudian aku menyadari bahwa Valary tidak ikut, Matt bilang Val
tidak bisa ikut karena ada acara keluarga di rumahnya. Aku
sedikit kecewa mendengarnya namun setelah itu Jimmy
mengajakku untuk membeli minuman di kafe di pinggir pantai.
“Aku sudah tidak mau membahasnya, Jim. Anggap saja hal itu
tidak pernah terjadi. Lupakan saja.”
“Jangan terlalu banyak melamun, itu tidak baik.” Ujar Syn sambil
memasukkan botol itu ke dalam tasnya.
“Aku tidak melamun.” Jawabku. “Aku hanya ingat dulu aku dan
keluargaku sering berkunjung ke sini.”
bahkan tidak peduli padaku. Ku rasa suatu saat aku akan pergi
dari rumah dan hidup sendirian di suatu tempat. Jauh dari
manapun.
“Biarkan pikiran buruk itu tetap ada di kepalaku. Aku tidak ingin
mengatakannya.”
“Baiklah. Apapun pikiran burukmu itu, itu tidak akan terjadi. Itu
semua hanya ada di kepalamu saja.”
“El, awas!”
***
“I-ini bukan seperti yang kau pikirkan, El. Aku memberimu nafas
buatan!” Jimmy menjelaskan.
Wajahku memerah.
Aku malu.
“Aku juga tidak suka saat orang tuaku bersikap seperti itu.
Mungkin minggu depan kita akan ke pantai lagi dan kau akan jadi
modelku, El.” Ujar Zacky yang sedang membersihkan lensa
kameranya.
Eh, tunggu, kenapa aku jadi begini? Dia hanya memberimu nafas
buatan, Elora!
27
“Bagus sekali, El. Kau berani pakai bikini sekarang, dan pergi
bersama teman priamu?” sindirnya.
“Kami hanya pergi ke pantai! Lagi pula aku pergi bersama Jimmy,
tetangga kita!”
“Apa yang salah dengan itu? Aku kan pergi ke pantai, tidak
mungkin aku memakai piyama ke pantai, Ayah!” Balasku dengan
suara bergetar.
“Kau tidak tahu apa yang ada di pikiran laki-laki saat melihat
perempuan berpakaian seperti itu!”
***
30
Aku diam saja, tetap pada posisiku. Elliot kemudian pergi setelah
ia mencium keningku. Aku merasa heran, tidak biasanya ia seperti
ini. Kami dulu memang dekat, tapi hubungan kami merenggang
31
Tiba-tiba aku melihat sebuah kepala muncul dari luar jendela. Aku
terkejut setengah mati, Jimmy memanjat ke jendela kamarku
dengan keadaan setengah basah.
“Apa yang kau lakukan di situ?” aku beranjak dari kasur dan
membukakan jendela. Jimmy melompat masuk.
“Kenapa harus lewat jendela? Kau kan bisa lewat pintu depan!”
“Aku akan latihan band di rumah Matt sore ini, kau ikut?”
“Ayahmu menghukummu?”
“Dengar El, Ayah tahu kau juga marah karena Ayah melarangmu
memakai bikini itu, dan juga tentang Jimmy. Tapi itu semua demi
kebaikanmu.”
“Sudah ku bilang, aku ini teman yang buruk, El. Aku hanya akan
berpengaruh buruk di dalam hidupmu. Bahkan Ayahmu tahu itu.”
Sejak kecil aku selalu kesulitan untuk memiliki teman. Aku tidak
berani menyapa mereka duluan kecuali mereka menyapaku.
Jimmy memang teman masa kecilku karena kebetulan rumah
kami bersebelahan, lalu bertahun-tahun kami tidak pernah
bermain bersama lagi hingga sekarang akhirnya kami bisa dekat
kembali. Aku ingin dia menjadi temanku selamanya. Atau mungkin
lebih dari teman.
“Jangan bersedih, El. Kita akan tetap berteman, oke? Aku tidak
akan menjauhimu walaupun Ayahmu berkata demikian.” Jimmy
tersenyum.
Aku memutar bola mataku. “Tidak. Aku tidak akan ikut. Kau tahu
kan hubunganku dengan Ayahku sedang tidak baik-baik saja?”
Aku menggeleng. Aku masih marah dengan Ayah dan aku tidak
ingin membahas ini. Mungkin akan ku pikirkan lagi mengenai
dansa itu.
“Aku akan pergi ke rumah Matt sekarang. Kau yakin tidak ingin
ikut?” tanya Jimmy.
“Kami baru saja menulis album baru yang terdiri dari 13 lagu. Kau
harus mendengarkannya, El.”
***
Aku baru saja mencapai bagian terbaik dari mimpiku ketika Elliot
membangunkanku. Elliot berdiri di depanku, di tangan kirinya ia
memakai sarung tangan bisbol dan tangan kanannya memengang
tongkatnya.
Mataku benar-benar sangat berat untuk dibuka. Lagi pula ini hari
Minggu dan aku hanya ingin bermalas-malasan seharian.
“Ayolah El, bukankah sudah lama kita tidak bermain bisbol? Derek
dan Gordon sudah menunggu kita di lapangan.” Elliot terus
bersikeras mengajakku.
Starbucks? Wah, sekarang ini jadi pilihan yang sulit. Aku sangat
suka Starbucks. Aku keluar dari selimutku dan memanggil Elliot
yang hendak berjalan keluar dari kamarku.
Lapangan tempat aku dan Elliot bermain letaknya tidak jauh dari
rumah, hanya berjalan kaki sebentar dan sampailah kami di sana.
“Maaf aku tidak bisa ikut. Aku harus mengantar istriku ke salon.”
Jawab Gordon.
“Kau ingin tahu kenapa? Itu karena Ayah pernah melihat Jimmy
menjatuhkan sekantung kokain dari saku jaketnya, dari situ Ayah
berpikir Jimmy bukanlah anak yang baik.” Elliot menjelaskan.
Well, ku rasa aku harus tanyakan langsung hal ini kepada Jimmy
nanti.
“Kau ingat waktu dulu saat kita masih kecil kita selalu
menginginkan berkemah di tengah hutan, tapi Ibu dan Ayah tidak
mengizinkan kita.” Elliot tertawa.
Aku ingat itu. Aku dan Elliot berkemah di halaman belakang dan
Ayah pergi mengecek kami dua jam sekali untuk memastikan
kami baik-baik saja.
41
“Aku baru sadar ternyata kita punya masa kecil yang indah.” Elliot
tersenyum, ia sepertinya sedang mengingat-ingat kenangan masa
kecil kami.
Aku terdiam sejenak. Jika Elliot pindah ke New York itu artinya
nanti aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Pasti aku akan
merasa kesepian.
sekali orang tua kita akan bercerai, padahal aku ingin sekali
membawa mereka untuk tinggal di sana.”
“Ku dengar tadi pagi, mereka berdua sudah resmi bercerai. Ibu
akan datang ke rumah besok untuk mengemasi barang-
barangnya, ia akan tinggal bersama dengan selingkuhannya.”
Bagaimana aku bisa baik-baik saja? Walaupun aku tahu hal ini
akan terjadi tapi entah kenapa hatiku rasanya sakit sekali.
“Kita pasti bisa melalui ini semua. Jangan khawatir, El. Kau tidak
sendirian, setidaknya kau punya aku dan Ayah yang selalu
menyayangimu.”
***
Sore ini aku baru saja pulang sekolah bersama Jimmy. Kami
sedang dalam perjalanan pulang saat aku ingat ada sesuatu yang
ingin ku tanyakan padanya.
“Apa itu?”
“Kau sangat bodoh jika kau percaya, El. Kau tahu apa ini? Ini
hanyalah gula yang telah dihaluskan.”
“Cobalah!”
“Hei El, kau sudah pulang rupanya.” Ujar Elliot tanpa mengalihkan
pandangannya dari layar TV.
“Oh ya? Jadi benda apa yang dilihat Ayah waktu itu?”
“Tentu saja! Aku selalu ingin bermain PS5 tapi orang tuaku tidak
punya uang untuk membelinya.”
Aku tak terlalu banyak bicara saat bersama Ayah di dapur. Aku
membantunya menyiapkan bahan makanan dan Ayah yang akan
memasak semuanya. Masakan Ayah memang selalu enak—dulu ia
pernah bekerja sebagai koki di hotel bintang lima tapi kemudian
berhenti dan sekarang ia bekerja sebagai manager di hotel
tersebut.
“Aw!”
“Dia telah melupakan semua hal-hal indah yang pernah kita lalui
bersama. Janji suci kita, semuanya lenyap begitu saja.”
Aku jadi merasa kasihan pada Ayah. Aku juga merasa tidak
sepantasnya aku bersikap buruk padanya. Selama ini aku hanya
memikirkan egoku sendiri saja, tanpa peduli apa yang orang lain
rasakan.
“Tidak apa-apa, nak. Aku sangat bersyukur aku masih bisa tinggal
bersama dua orang anakku yang sangat ku sayangi.”
“Tentu!” jawabku.
Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku memeluk Ayah, tapi kali
ini aku merasa sangat nyaman sekali.
***
“Syn!”
“Jim!” panggilku.
Aku tahu itu pertanyaan bodoh, tapi aku ingin tahu apa yang
terjadi padanya sehingga ia semarah itu.
“Apa?” tanyaku.
“Nah, begitu baru temanku. Kau tunggu di situ. Aku, Zack, dan
Johnny akan menyusulmu.”
***
“Ya.” Jawabku.
Elliot mengangkat bahu. “Itu semua di luar kendali kita. Aku sudah
memaafkan ibu, entah bagaimana denganmu. Tapi aku yakin
suatu saat kau akan berdamai dengan itu semua.”
“ELORA!”
54
Aku berjalan turun dari lantai atas dan pergi menghampiri Jimmy.
Ia terlihat sangat berbeda dari yang kemarin. Sekarang ia benar-
benar seperti Jimmy yang aku kenal.
“Kau mau pergi ke toko es krim? Aku punya dua kupon es krim
gratis!” Jimmy menunjukkan dua lembar kupon di tangannya.
hari.” Ujar Jimmy. “Tapi tak apa. Yang terpenting aku sudah
memberinya pelajaran.”
“Dan kemarin saat aku sedang asyik menyantap roti isi di kantin
sekolah, Cam tiba-tiba duduk di sebuah kursi kosong di depanku,
mengejekku anak miskin karena aku hanya bisa makan roti isi
untuk makan siang. Ia bahkan berkata semua makanan yang
keluargaku makan itu adalah makanan kotor karena dibeli oleh
uang hasil korupsi. Sakit sekali hatiku mendengarnya. Jadi saat
56
“Ku dengar dari Syn hidungnya patah. Aku yakin sekali setelah ini
ia tidak akan berani mengganggumu lagi.” Ujarku.
“Siapa yang tahu. Dia kan anak yang manja, bisa saja ia mengadu
pada ayahnya. Tapi aku sudah siap untuk segala resikonya. Aku
tidak peduli.”
“Tidak apa-apa, El. Itu baru sebagian kecil dunia yang kejam ini.”
“Oh ya?”
Aku segera beranjak dari kursiku dan berjalan menuju toilet. Aku
bahkan tidak tahu toiletnya di sebelah mana.
58
Aku jadi teringat saat Jimmy memberiku nafas buatan waktu itu.
Rasanya sama persis, bedanya sekarang aku benar-benar melihat
ia menciumku begitu saja saat aku bahkan tidak siap. Jika seorang
laki-laki menciummu, maka itu artinya dia menykaimu kan? Jadi
Jimmy menyukaiku? Atau lebih dari itu? Oh, jangan terlalu
percaya diri, Elora. Mungkin saja Jimmy cuma iseng. Dia kan
memang anak yang suka bercanda. Jangan-jangan setelah ini ia
akan menertawaiku habis-habisan karena sudah bertingkah
bodoh seperti tadi.
“Sudah selesai?”
***
Aku rasa ini waktu yang tepat untuk bertanya padanya. “Kenapa
tadi kau menciumku?”
Aku diam. Tak bisa berkata-kata. Jadi selama ini aku punya
pengagum rahasia?
“Aku ingat sekali, sepuluh tahun lalu, seorang gadis kecil beserta
seluruh keluarganya pindah ke sebelah rumahku. Itu adalah kau,
gadis berambut pirang yang panjang, dengan sebuah jepit kupu-
62
“Aku mohon akan restumu, Tuan Crimson. Aku janji aku akan
membuktikan bahwa aku pantas menjadi pacar Elora.”
“Oh, ya? Well, kita akan lihat nanti. Bagaimana kalau kita makan
malam bersama? Ayah akan memasak steak wagyu A5.”
“Sudah lama sekali aku tidak makan steak wagyu. Terakhir kali
aku memakannya ketika aku masih kecil.” Ujar Jimmy. “Kau tahu
Elora, hari ini adalah hari paling membahagiakan di dalam
hidupku. Aku adalah laki-laki paling beruntung karena mencintai
gadis sempurna sepertimu.”
***
“Ya, aku dan adikmu sudah resmi berpacaran. Iya kan, El?” Jimmy
merangkulku. “Kami berdua serasi, kan?”
“Oh iya, mengenai PS5-ku itu, kau boleh memilikinya. Ku rasa aku
akan fokus belajar di dunia perkuliahan nanti jadi aku tidak akan
butuh itu.”
“Baiklah, sebentar lagi aku akan pergi. Ayah, terima kasih sudah
mendidikku selama 18 tahun ini, aku janji akan membuatmu
bangga dengan menjadi lulusan terbaik di sana. Dan Elora, kau
jangan mencemaskanku. Aku akan baik-baik saja di sana. Jaga
dirimu baik-baik, aku janji akan mengabarimu setiap hari. Aku
juga akan mengunjungi kalian saat liburan musim panas nanti.
Aku sayang kalian semua.”
“Ayah pulang saja duluan, aku dan Jimmy akan pergi ke kafe
menyusul teman-teman kami lainnya.” Ujarku.
“Dia bukan lawan yang setara untukmu, Jim. Ingat, waktu kelas 8
kita pernah berkelahi seperti itu juga tapi aku masih bisa
membalasmu.” Timpal Syn.
“Dia kakakku. Dia pergi ke New York untuk kuliah di sana. Oh, ku
harap dia baik-baik saja.” Ujarku cemas.
“Hahahahaha...”
***
“Kau tadi setengah sadar, mungkin itu sebabnya kau tidak ingat.”
Ujar Jimmy. Wajahnya terlihat tegang, aku tidak tahu kenapa.
“I-ibu?”
71
“Elora!”
Seandainya aku tahu tadi pagi itu adalah saat terakhir aku
melihatnya, aku tidak akan pernah membiarkannya pergi.
***
Sudah dua hari aku mengurung diri di kamar. Kalau bukan karena
jenazah Elliot sudah di temukan aku tidak akan mau keluar untuk
menemui orang-orang. Aku sudah bosan mendengar ucapan bela
sungkawa, itu semua tidak membuatku merasa lebih baik. Pagi-
pagi sekali rumahku sudah penuh oleh keluargaku yang datang
dari berbagai tempat. Rumahku dihiasi oleh karangan bunga duka
cita. Pandangan mataku tertuju pada sebuah peti mati berwarna
putih di ruang tengah.
“Ayahmu memang pria yang kuat. Dia tidak mau terlihat lemah di
hadapan putrinya.” Ujar Jimmy.