Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN DESA GUNUNGPUTRI

NOMOR 4 TAHUN 2021

TENTANG

KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASAL-USUL


DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA

DESA GUNUNGPUTRI
KECAMATAN GUNUNGPUTRI
KABUPATEN BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT
KEPALA DESA GUNUNGPUTRI
KECAMATAN GUNUNGPUTRI
KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DESA GUNUNGPUTRI


NOMOR 4 TAHUN 2021

TENTANG

KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASAL-USUL


DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA GUNUNGPUTRI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 23


ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun
2016 tentang Kewenangan Desa, Pemerintah Desa
menetapkan Peraturan Desa tentang kewenangan
berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal
berskala Desa dan Desa Adat;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pada Pasal 7
dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 53 Tahun 2020
tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa di Kabupaten
Bogor, perlu membentuk Peraturan Desa tentang
Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa di Desa Gunungputri
Kecamatan Gunungputri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Desa tentang Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa di Desa
Gunungputri Kecamatan Gunungputri.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 31, Tambahan Lembaran
Negera Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-Undang ...
-2-

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor159);
6. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2014 tentang Pendampingan Desa, (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 160);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2091);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2093);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2094);

10. Peraturan ...


-3-

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016


tentang Kewenangan Desa, (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2017
tentang Standar Pelayanan Minimal Desa, (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 611);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 6 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Bogor Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2018 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat: 6/188/2018);
14. Peraturan Bupati Bogor Nomor 59 Tahun 2018 tentang
Pedoman Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah
Desa, (Berita Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2018 Nomor
59), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati
Bogor Nomor 108 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Bogor Nomor 59 Tahun 2018 tentang
Pedoman Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah
Desa, (Berita Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2020 Nomor
109);
15. Peraturan Bupati Bogor Nomor 44 tahun 2015 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten
Bogor Tahun 2015 Nomor 45);
16. Peraturan Bupati Bogor Nomor 53 Tahun 2020 tentang
Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa di Kabupaten Bogor,
(Berita Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2020 Nomor 54);
17. Peraturan Desa Gunungputri Nomor 2 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDesa) Tahun 2020-2025 Desa Gunungputri
Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor (Lembaran
Desa Gunungputri Tahun 2020 Nomor 2);

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA GUNUNGPUTRI
dan
KEPALA DESA GUNUNGPUTRI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan ...
-4-

Menetapkan : PERATURAN DESA GUNUNGPUTRI TENTANG KEWENANGAN


BERDASARKAN HAK ASAL-USUL DAN KEWENANGAN LOKAL
BERSKALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bogor.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bogor.
3. Bupati adalah Bupati Bogor.
4. Kecamatan adalah perangkat daerah sebagai unsur
pelaksana kewilayahan pada tingkat kecamatan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, merupakan
wilayah kerja Camat.
5. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan.
6. Kecamatan adalah Kecamatan Gunungputri.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan
dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8. Desa adalah Desa Gunungputri.
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
11. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang
mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
12. Perangkat Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang
terdiri dari sekretariat desa atau Sekretaris Desa dan
Kepala Urusan, pelaksana kewilayahan atau Kepala
Dusun dan pelaksana teknis atau Kepala Seksi.

13. Badan ...


-5-

13. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat


BPD adalah Lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat
Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintah Desa.
14. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
selanjutnya disingkat RPJMDesa adalah Rencana Kegiatan
Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
15. Rencana Kerja Pemerintah Desa selanjutnya disebut
RKPDesa Adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1(satu) tahun.
16. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa
meliputi kewenangan berdasarkan hak asal-usul,
kewenangan lokal berskala Desa, kewenangan yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta
kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
17. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang
merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa
atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat.
18. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan
efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena
perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.
19. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan
Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa
untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
20. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas
hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa
21. Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi
Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan
Peraturan Kepala Desa.
22. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
23. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang
ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat
mengatur.

24. Peraturan ...


-6-

24. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan


oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur.
25. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat
konkrit, individual, dan final.
26. Lembaga Kemasyarakatan di Desa atau yang disebut
dengan nama lain, adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat desa sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat.
27. Kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber
penghasilan bagi Desa yang bersangkutan.
28. Tanah Desa adalah tanah yang dikuasai dan atau dimiliki
oleh pemerintah Desa sebagai salah satu sumber
Pendapatan Asli Desa dan/atau kepentingan
sosial.sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Desa
dan/atau untuk kepentingan sosial
29. Unsur masyarakat desa adalah tokoh masyarakat,
perwakilan kelompok tani, perwakilan kelompok pengrajin,
perwakilan kelompok perempuan, dan perwakilan
kelompok lainnya sesuai kondisi desa yang bersangkutan.
30. Tokoh masyarakat desa, yang selanjutnya disebut tokoh
masyarakat, adalah tokoh adat, tokoh keagamaan, tokoh
pendidikan dan tokoh masyarakat lainnya.
31. Swadaya masyarakat adalah kemampuan dari masyarakat
yang dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan
usaha ke arah pemenuhan kebutuhan jangka pendek
maupun jangka panjang yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
32. Partisipasi masyarakat adalah peran serta masyarakat
yang dengan kesadaran dan inisiatif sendiri untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
33. Gotong royong adalah bentuk kerja sama yang spontan
dan sudah membudaya serta mengandung unsur timbal
balik yang bersifat suka rela antara warga Desa dengan
Pemerintah Desa, untuk memenuhi kebutuhan dalam
meningkatkan kesejahteraan Bersama.
34. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap
rancangan Peraturan Desa untuk mengetahui
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
35. Pengundangan adalah penempatan Peraturan di desa
dalam Lembaran Desa atau Berita Desa.
36. Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap
Peraturan di Desa untuk mengetahui bertentangan dengan
kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.

37. Bertentangan ...


-7-

37. Bertentangan dengan kepentingan umum adalah


kebijakan yang menyebabkan terganggunya kerukunan
antar warga masyarakat, terganggunya akses terhadap
pelayanan publik, terganggunya ketentraman dan
ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau
diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras,
antar golongan, dan gender.
38. Pengelolaan Sumber Pendapatan Desa adalah kegiatan
dan tindakan terhadap kekayaan Desa yang meliputi
perencanaan penentuan kebutuhan, penganggaran,
pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pengembangan,
pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan,
perubahan status hukum dan penatausahaan.
39. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya
disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui oleh
Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Maksud disusunnya Peraturan Desa ini adalah
memberikan pedoman dalam menata kewenangan desa
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Tujuan disusunnya Peraturan Desa ini adalah :
a. untuk memberikan kepastian hukum dalam penetapan
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala desa;
b. sebagai dasar bagi kebijakan, program, dan administrasi
desa dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa;
c. menyelaraskan penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa
dengan Program Pemerintah; dan
d. meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa
yang efektif dan efesien.
(3) Ruang lingkup Peraturan Desa ini meliputi:
a. pembentukan Tim Penyusun;
b. jenis dan daftar kewenangan desa;
c. mekanisme pelaksanaan kewenangan desa;
d. pungutan desa;
e. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kewenangan desa;
f. pembinaan dan pengawasan; dan
g. pembiayaan.
BAB III ...
-8-

BAB III
PERSIAPAN
Bagian Kesatu
Pembentukan Tim Penyusun
Pasal 3
(1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Desa,
Pemerintah Desa membentuk Tim Penyusun Rancangan
peraturan desa paling banyak 5 (lima) orang, yang terdiri
dari:
a. Sekretaris Desa selaku Ketua;
b. Kepala Urusan Perencanaan atau Kepala Urusan Tata
Usaha dan Umum selaku Sekretaris; dan
c. Unsur Kelembagaan atau Perwakilan Masyarakat
sebanyak 3 (tiga) orang anggota.
(2) Tim penyusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan keputusan kepala desa.
(3) Tugas Tim penyusun antara lain:
a. melakukan pengkajian terhadap kondisi dan
perkembangan dan potensi wilayah;
b. melakukan identifikasi terhadap kegiatan yang sudah
ditangani/dilaksanakan dan kegiatan yang mampu
ditangani/dilaksanakan tetapi belum dilaksanakan;
c. melakukan konsultasi kepada masyarakat diutamakan
kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang
terkait langsung dengan substansi materi pengaturan;
d. menyusun draf rancangan peraturan desa;
e. melakukan konsultasi kepada kecamatan dalam
penyusunan draf rancangan peraturan desa; dan
f. menyampaikan draf rancangan peraturan desa kepada
kepala desa untuk dikonsultasikan kepada BPD.
(4) Dalam menunjang program kegiatan mengenai penyusunan
peraturan desa dimasukan dalam Rencana Kerja
Pemerintah Desa.

Bagian Kedua
Musyawarah Desa
Pasal 4
(1) Kepala desa setelah menerima draf rancangan peraturan
desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (3) huruf f,
mengkonsultasikan kepada BPD untuk dibahas dan
disepakati bersama.
(2) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
kepala desa bersama BPD melakukan musyawarah desa.

(3) Musyawarah ...


-9-

(3) Musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat (2), dihadiri


oleh Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, Pengurus Lembaga
Kemasyarakatan di Desa, Pengurus BUM Desa, Tokoh
masyarakat, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan, dan unsur
kecamatan, yang hasilnya dituangkan dalam berita acara.
(4) Musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat (3)
membahas dan menerima masukan dari masyarakat
mengenai Daftar Kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan Kewenangan Lokal Bersakala Desa.
(5) Hasil musyawarah desa sebagaimana dimaksud ayat (4),
Pemerintah desa mengkonsultasikan kepada Camat untuk
mendapatkan masukan dan/atau perbaikan.
(6) Pemerintah desa dapat menetapkan peraturan desa setelah
diterimanya rekomendasi secara tertulis dari Camat.

BAB III
JENIS DAN DAFTAR KEWENANGAN DESA
Bagian Kesatu
Jenis Kewenangan Desa
Pasal 5
(1) Jenis Kewenangan desa yang diatur dan diurus oleh desa
dalam Peraturan Desa meliputi:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; dan
b. kewenangan lokal berskala Desa.
(2) Selain Kewenangan desa sebagaimana dimaksud ayat (1),
terdapat kewenangan yang diatur dalam Peraturan Bupati
tersendiri, yaitu:
a. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten; dan
b. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Jenis kewenangan desa masuk dalam Rencana Kerja
Pemerintah Desa.

Bagian Kedua
Paragraf 1
Daftar Kewenangan Desa
Pasal 6
Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala desa, meliputi:
a. Bidang Pemerintahan Desa;
b. Bidang Pembangunan Desa;
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa; dan
d. Bidang ...
-10-

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

Paragraf 2
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
Pasal 7
(1) Kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5ayat (1) huruf a, paling sedikit
terdiri dari:
a. sistem organisasi masyarakat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat dalam pembangunan
desa.
(2) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi, dan hasil
musyawarah desa, rincian kewenangan Desa berdasarkan
hak asal- usul sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa:
1. Penataan organisasi pemerintahan desa;
2. Penataan tata ruang desa;
3. Peningkatan kapasitas SDM bagi perangkat desa,
lembaga kemasyarakatan di desa dan masyarakat;
4. peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa
berbasis IT;
5. Tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan
desa;
6. Penerbitan produk hukum di desa;
7. Pengeloaan tanah-tanah kas desa;
8. Pengelolaan aset desa lainnya yang dimiliki oleh
desa;
9. Penataan tertib penetapan dan penegasan batas
desa;
10. Pendataan dan pengembangan potensi desa;
11. Fasilitasi sengketa tanah di desa;
12. Penataan dan pemetaan tata guna lahan desa;
13. Pengadaan juru kunci makam, penjaga kantor desa;
14. Peningkatan Kerjasama desa;
15. Perencanaan desa; dan
16. Keadaan dadurat.
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa:
1. Sarana dan prasarana desa;
2. Pelestarian budaya gotong royong kerja bakti dan
bakti sosial;
3. Pemugaran makan, situs, leluhur diutamakan dari
ahli waris; dan
4. Bersih-bersih makam.
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa:

1. Pembinaan ...
-11-

1. Pembinaan paguyuban warga, pembinaan rembug


desa/warga, pembentukan Lembaga
kemasyarakatan desa dan/atau pembentukan
lembaga adat; dan
2. Pembinaan shodaqoh, dan tradisi masyarakat.
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa:
1. Pembinaan pelestarian kelompok seni tradisional;
2. Pelestarian tradisi di desa, seperti muludan,
rajaban, likuran, syukuran, sya’banan, dan ziarah
kubur; dan
3. Pelestarian budaya seperti benjang, kuda lumping,
wayangan, reog, kendang penca, karinding, calung,
dan pencak silat.
(3) Rincian kewenangan berdasarkan hak asal usul
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki kriteria:
a. Merupakan warisan sepanjang masih hidup;
b. Sesuai perkembangan masyarakat;
c. Sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. kepentingan masyarakat desa;
e. kemampuan sumberdaya manusia di desa;
f. Kewenangan yang telah dijalankan oleh desa sesuai
dengan kemampuan dan efektifitas;
g. memperhatikan prinsip efesiensi dan peningkatan
akuntabilitas;
h. meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan desa;
i. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat;
j. memperhatikan perkembangan desa;
k. Memperhatikan prakarsa masyarakat desa; dan
l. Program atau kegiatan pemerintah yang telah
diserahkan kepada desa.

Paragraf 3
Kewenangan Lokal Berskala Desa
Pasal 8
(1) Rincian kewenangan lokal berskala Desa paling sedikit
terdiri dari:
a. Pengelolaan pasar desa;
b. Pengelolaan tempat pemandian umum;
c. Pengelolaan jaringan irigasi perdesaan;
d. Pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat desa;
e. Pembinaan Kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos
pelayanan terpadu;
f. Pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan
pelajar;
g. Pengelolaan perpustakaan desa dan taman bacaan;
h. Pengelolaan embung desa;
i. Pengelolaan ...
-12-

i. Pengelolaan menara telekomunikasi berskala desa;


j. Pengelolaan televisi sirkuit tertutup atau Closed Circuit
Television (CCTV) berskala desa;
k. Pengelolaan air minum berskala desa;
l. Pembuatan jalan desa antar permukiman ke wilayah
pertanian; dan
m. Pembuatan akses jalan dalam menggali potensi
desa/wisata desa dan pendapatan asli desa.
(2) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi di desa,
rincian kewenangan lokal berskala desa sebagaimana
dimaksud ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan patok dan dokumen;
b. Penataan dusun;
c. Pengembangan administrasi dan informasi desa serta
kearsipan desa;
d. Pendataan penduduk dan potensi desa serta
pendayagunaan profil desa;
e. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa;
f. Penetapan kerja sama antar desa;
g. Pengelolaan sarana dan prasarana milik desa;
h. Penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat
desa;
i. Fasilitasi berbaikan gizi untuk pencegahan kekurangan
gizi kronis (stunting);
j. Pengembangan tenaga Kesehatan Desa;
k. Penyuluhan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di desa;
l. Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman
kanak-kanak milik desa;
m. Pengelolaan dan pengembangan teknologi tepat guna;
n. Pengelolaan sanitasi lingkungan;
o. Pengelolaan dan budidaya perikanan, peternakan,
pertanian, perkebunan milik desa;
p. Pengembangan produk unggulan desa;
q. Pengembangan pusat perekonomian desa;
r. Pengelolaan keramba saring apung dan bagan ikan;
s. Pengelolaan lumbung desa dan penetapan cadangan
pangan desa;
t. Pengelolaan padang gembala;
u. Pengelolaan wisata desa pengelolaan lahan kritis skala
desa;
v. Pengembangan ekonomi masyarakat melalui
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam local di
desa bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
w. Pengelolaan persampahan desa;
x. Pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah dan
masyarakat desa;
y. Membina ...
-13-

y. Membina kerukunan warga masyarakat desa dan umat


beragama;
z. Memelihara perdamaian, menangani konflik dan
melakukan mediasi di desa;
aa. Fasilitasi pembinaan organisasi dan kegiatan pemuda
desa;
bb. Peningkatan kapasitas aparatur desa, BPD dan
Lembaga-lembaga desa lainnya;
cc. Fasilitasi dan penguatan kapasitas kelompok-kelompok
masyarakat;
dd. Penyuluhan Program program pemerintah dan
sosialisasi berbagai peraturan;
ee. Penanganan kebakaran hutan dan lahan;
ff. Kesiapsiagaan mengahadapi bencana alam dan non
alam;
gg. Pembinaan posyandu multifungsi;
hh. Pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat dan
fasilitas operasionalnya;
ii. Penanganan bencana alam dan non alam;
jj. Fasilitasi ketersediaan dan penanganan kerawanan
pangan;
kk. Pelestarian lingkungan hidup;
ll. Penanganan konflik social; dan
mm. Penanganan bencana sosial
(3) Rincian kewenangan lokal berskala desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Telah dijalankan oleh Desa;
c. Mampu dan efektif dijalankan oleh desa;
d. Muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa
masyarakat desa;
e. Program atau kegiatan sektor yang telah diserahkan ke
desa;
f. Sesuai kepentingan masyarakat Desa;
g. Sesuai kemampuan sumberdaya manusia di desa;
h. Memperhatikan prinsip efesiensi dan peningkatan
akuntabilitas;
i. Meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
j. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat
Desa;
k. Memperhatikan perkembangan Desa; dan
l. Memperhatikan prakarsa masyarakat Desa.

BAB IV
MEKANISME PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA
Pasal 9

(1) Pemerintah ...


-14-

(1) Pemerintah Desa dalam melakukan pelaksanaan


Kewenangan Desa dengan mekanisme antara lain:
a. Peraturan desa yang telah ditetapkan disampaikan
kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan pada
lembaran desa;
b. mensosialisasikan peraturan desa ini kepada
masyarakat;
c. melaksanakan ketentuan peraturan desa ini sepanjang
tidak bertentangan dengan kepentingan umum,
dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku; dan
d. mengatur pelaksanaan teknis kewenangan desa dengan
peraturan kepala desa dan/atau keputusan kepala desa.
(2) Pelaksanaan teknis kewenangan desa sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf c, mengatur penjabaran dari
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala desa yang belum diatur dalam peraturan
desa ini.

BAB V
PUNGUTAN DESA
Pasal 10
(1) Sesuai kewenangan desa dalam rangka peningkatan
Pendapatan Asli Desa, Pemerintah Desa dapat
melaksanakan pungutan dengan ketentuan:
a. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. dapat dilakukan dengan bagi hasil dari usaha bersama
antara Pemerintah Desa dengan masyarakat desa; dan
c. adanya kesepakatan bersama dengan masyarakat dan
pihak terkait.
(2) Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf c, ditempuh dengan mekanisme dan langkah-
langkah:
a. musyawarah desa, yang hasilnya dituangkan dalam
berita acara;
b. ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa; dan
c. Hasil Pendapatan Asli Desa masuk dalam rekening desa
dan tercatat dalam Pengelolaan Keuangan Desa
dan/atau APBdesa.

BAB VI
EVALUASI DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Evaluasi

Pasal 11 ...
-15-

Pasal 11
(1) Evaluasi pelaksanaan kewenangan desa di desa dilakukan
oleh Camat.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan
kepada Bupati melalui Kepala DPMD Kabupaten Bogor
dengan tembusan kepada Sekretaris Daerah dan Perangkat
Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan.

Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 12
(1) Pemerintah Desa melaksanakan pelaporan atas penataan
kewenangan desa dilaksanakan secara berjenjang paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sesuai
kebutuhan.
(2) Kepala Desa melaporkan secara tertulis sebagaimana
dimaksud ayat (1) kepada camat dijadikan lebih lanjut
sebagai bahan laporan kepada Bupati Bogor.
(3) Hasil pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (2) dijadikan
bahan lebih lanjut oleh Bupati untuk menyusun kebijakan
terkait pelaksanaan penataan kewenangan desa.

BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 13
Pembiayaan bagi pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi,
sosialisasi, pembuatan berita acara dan penyusunan peraturan
desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) Desa Gunungputri Kecamatan Gunungputri.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
(1) Dengan telah ditetapkan Peraturan Desa ini, maka
Peraturan Desa terdahulu yang mengatur tentang
Kewenangan Desa dinyatakan tidak berlaku dan dicabut.
(2) Dengan diundangkannya Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud ayat (1), Peraturan Desa lainnya yang telah
ditetapkan dan diundangkan sebelum diterbitkannya
Peraturan Desa tentang Kewenangan Desa ini dinyatakan
tetap berlaku selagi tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Hal-hal ...


-16-

(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini,


sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dapat diatur lebih lanjut melalui
petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis dengan
Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Desa ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 16
Peraturan Desa ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Desa Gunungputri.

Ditetapkan di Desa Gunungputri


Pada tanggal 5 Maret 2021
KEPALA DESA GUNUNGPUTRI,

TTD

DAMAN HURI

Diundangkan di Desa Gunungputri


Pada tanggal 8 Maret 2021
SEKRETARIS DESA GUNUNGPUTRI,

TTD

MUHAMMAD MUSTAQIM

LEMBARAN DESA GUNUNGPUTRI TAHUN 2021 NOMOR 4

Anda mungkin juga menyukai