Laporan Praktikum Fisika Macelino
Laporan Praktikum Fisika Macelino
Disusun Oleh:
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan YME atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisika
Dasar I dengan tepat waktu.
Saya dapat menyelesaikan Laporan Pratikum Fiska Dasar I ini, tidak
terlepas dari doa dan dorongan semangat rekan-rekan Mahasiswa Universitas
Medan Area dan Dosen Fisika Dasar I yang telah membimbing saya serta
memberi bantuan moral maupun materi kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Laporan Fisika Dasar I ini. Laporan ini saya susun
berdasarkan hasil praktikum selama 10 kali pertemuan mulai dari tanggal 14
Oktober 2021 hingga 16 Desember 2021.
Akhirnya, saya menyadari bahwa Laporan Praktikum Fisika Dasar I ini
jauh dari kesempurnaan, mempunyai kesalahan dan kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembutan laporan ini.
Demikian laporan praktikum saya ini, semoga bermanfaat bagi semua
pihak khususnya kepada kami sebagai mahasiswa teknik elektro.
Marcelino Tambunan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
HUKUM ARCHIMEDES
KOEFISIEN GESEKAN
PESAWAT ATWOOD
KONSTANTA PEGAS
DAFTAR PUSTAKA
PRACTICAL TEST
BAB 1
HUKUM ARCHIMEDES
I. Tujuan
II. Teori
berat benda di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air. Sehingga
memperoleh persamaan Hukum Archimedes :
F a = wu - w f
Keterangan:
F a = wf
Fa = ρf . g . vbf
Keterangan:
Fa = Gaya keatas yang dialami benda (N)
ρf = Massa jenis zat cair (kg/m3)
vbf = Volume benda tercelup (m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
F a = wf
wu - wf = ρf . g . vbf
Pada ketiga jenis benda yang ada di dalam air ataupun keadaan benda pada
saat dimasukkan ke dalam air, yakni : benda terapung, benda melayang dan benda
tenggelam, juga memperoleh persamaan yaitu :
1. Benda Terapung
Gambar 1.2 : Benda Terapung
Pada keadaan ini, berat jenis benda lebih kecil daripada berat jenis zat cair
dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair. Pada peristiwa mengapung,
hanya sebagian volume benda yang tercelup di dalam fluida sehingga volume
fluida yang berpindah lebih kecil dari volume total benda yang mengapung.
Karena
vbf (volume benda yang tercelup) lebih kecil daripada vb (volume benda total),
maka syarat benda mengapung adalah:
vb > vbf
ρb < ρf
2. Benda Melayang
Pada keadaan ini, berat jenis benda sama dengan berat jenis zat cair dan
berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair. Pada peristiwa melayang, volume
fluida yang dipindahkan (volume benda yang tercelup) sama dengan volume total
benda yang melayang. Karena vbf (volume benda yang tercelup) sama dengan vb
(volume benda total), maka syarat benda
melayang adalah:
vb = vbf
ρb = ρf
3. Benda Tenggelam
Karena vbf (volume benda yang tercelup) sama dengan vb (volume benda
total), maka syarat benda tenggelam adalah :
vb = vbf
ρb > ρf
1. Balon udara
Udara dan atmosfer termasuk jenis fluida. Balon udara kemudian diisi gas
yang memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara sekitar. Karenanya balon
udara bisa terangkat dan mengapung di udara.
2. Kapal selam
Besi dan kebanyakan mineral memiliki massa yang lebih besar dari air.
Namun demikian, kapal selam bisa melayang di dalam laut. Penerapan Hukum
Archimedes berjalan dengan baik di alat ini. Kapal selam dilengkapi dengan
tangki yang bisa diisi udara atau air. Saat kapal selam akan muncul ke permukaan,
tangki akan diisi dengan udara. Hal ini menyebabkan kapal tersebut bisa terangkat
naik. Saat akan menyelam, udara akan diganti dengan air.
3. Kapal laut
Seperti halnya kapal selam, kapal laut juga dibuat dengan penerapan
Hukum Archimedes. Kapal laut memiliki rongga yang memungkinkan gaya
angkat air lebih besar dibandingkan massa kapal.
1) Statif
Berfungsi untuk menjepit peralatan gelas seperti buret dalam proses
filtrasi, perlengkapan soxhlet, atau penjepit kondensor pada proses pemanasan
dengan pendingin balik.
2) Neraca Pegas
Berfungsi sebagai alat timbangan untuk melakukan pengukuran massa
suatu benda. Benda yang akan diukur massanya, digantung pada pengait neraca.
skala yang di tunjukan oleh penunjuk neraca, sama dengan nilai massa benda yang
diukur.
3) Neraca Digital
Berfungsi untuk mengukur berat atau massa suatu benda atau zat, dengan
penggunaannya yang lebih mudah.
4) Beaker Glass
Berfungsi sebagai tempat untuk mencampur, mengaduk dan memanaskan
bahan – bahan kimia yang bersifat cair
5) Gelas Berpancuran
Berfungsi untuk mengukur takaran benda cair, bisa jaga untuk mengukur
benda padat seperti tepung terigu, gula pasir, dan lain sebagainya.
9) Air
Berfungsi sebagai campuran zat cair untuk menentukan keadaan benda
V.TABEL DATA
Tabel 1.1: Hasil Percobaan
V. ANALISA DATA
1. Perbedaan apakah yang nampak dalam pengukuran berat benda sebelum dan
sesudah di Celupkan ?
Perbedaan yang nampak pada kedua benda saat sebelum dicelupkan dan
sesudah dicelupkan Ialah massa dan berat kedua benda tersebut berbeda
2. Apakah massa benda yang tumpah sama dengan volume benda yang di
celupkan ?
Dapat di lihat bahwa Ketika benda di celupkan ke dalam gelas berpancuran
yang berisi air ,
Massa benda yang akan tumpah sama dengan volume benda tersebut .
3. Apakah eksperimen ini dapat di gunakan untuk mengukur massa jenis masing-
masing benda?
Jelaskan secara rumus hasil percobaan yang di lakukan terhadap masing-masing
benda,
Sehingga terbukti bahwa benda tersebut mengapung, melayang atau tenggelam!
Data 1 :
Jenis Benda = Silinder Besi
Jenis Fluida = Air
massa Gelas Kosong (mk ) = 100 gram
Maka :
- Berapakah Fa (gaya Archimedes)....?
- Berapakah Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3)....?
- Berapakah massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg)....
Jawaban :
- Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
Fa (gaya Archimedes) = ρfluida .Vfluida .g
Fa (gaya Archimedes) = ρf . g .Vbf
dimana :
ρfluida = massa jenis fluida
g = gravitasi
Vbf = Volume benda tercelup
Pembuktian
Balok Data 2 :
Jenis Benda = Kayu
Jenis Fluida = Air massa Gelas Kosong (mk ) = 100 gram
Maka :
- Berapakah Fa (gaya Archimedes)....?
- Berapakah Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3)....?
- Berapakah massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg).....?
Jawaban :
- Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
Fa (gaya Archimedes) = ρfluida .Vfluida .g
Fa (gaya Archimedes) = ρf . g .Vbf
dimana :
ρfluida = massa jenis fluida
g = gravitasi
Vbf = Volume benda tercelup
Pembuktian :
Fa (gaya Archimedes) = wbu - wbf
Fa (gaya Archimedes) = 0,15 N - 0 N
Fa (gaya Archimedes) = 0,15 N
Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
= mf . g
= −3
15 x 10 kg . 10 N/kg
= −2
15 x 10 N
= 0,15 N
4.tuliskankah jenis aplikasi apa saja yang tercipta dari penerapan hukum
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari ?
Adapun jenis aplikasi yang tercipta dari penerapan Hukum Archimedes di
dalam kehidupan sehari-hari antara lainHidrometer, kapal selam, dan kapal laut
adanya Hukum Archimedes menyebabkan benda yang dimasukkan ke dalam
akan mengalami tiga kemungkinan yaitu terapung,melayang dan tenggelam.
1.Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan pada percobaan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Massa dan berat dari kedua benda akan berkurang apabila
kedua benda tersebut di celupkan/ Di masukkan ke dalam air.
2. Saran
Didalam melakukan percobaan ini kita harus teliti bagian menimbang benda yang
sebelum di celupkan dan sesudah di celupkan agar data yang akan di hasilkan
lebih akurat dan memperoleh hasil yang sebagaimana mestinya.
BAB 2
KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN
I. Tujuan
1. Menentukan koefisien kekentalan (Coeficient of Viscosity) cairan, dengan
mempergunakan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kefisien kekentalan
suatu cairan.
II. Teori
Jika ada gerak antara fluida (cairan atau gas) dengan benda lain, selalu terjadi
kakas yang melawan gerak tersebut yang disebut gaya kekentalan. Bila sebuah
benda berbentuk bola, bergerak dengan kecepatan rendah didalam suatu medium
(cairan atau gas) yang tepat sifat-sifatnyany, maka besar gaya kekentalan adalah:
Fv = - 6 π η r v ...................(1)
Dimana : Fv = gaya yang melawan gerakan (N)
η = koefisien kekentalan (Pa.s)
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola relatif terhadap medium (m. s-1)
Tanda minus menunjukan arah Fv berlawanan dengan arah v. Rumus ini
dikenal sebagai hukum Stokes. Adapun syarat-syarat pemakaian hukum Stokes
tersebut diatas:
a. Ruangan tempat medium tak terbatas (ukurannya cukup besar)
b. Tidak ada turbulensi (penggelinciran) pada medium. Praktisnya ini berarti
kecepatan v tidak besar.
Satuan SI untuk η adalah Newton meter-2 atau N.m-2. Nilai η bergantung pada
jenis cairan dan terpengaruh suhu. Dalam metode bola jatuh, sebuah bola kecil
dijatuhkan dalam tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya
rendah tetapi percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga
kakas Fv bertambah besar. Kakas yang dialami bola adalah gaya gravitasi F g
(kebawah), gaya apung Fb (keatas) dan gaya gesekan Fv (keatas) dan pada suatu
nilai kecepatan tertentu, akan terjadi keseimbangan :
Fg + Fb + Fv = 0............. (2)
Dimana gaya kebawah dianggap positif sehingga gaya resultan menjadi nol.
Maka kecepatan bola tidak berubah lagi melainkan pada nilai maksimum atau
nilai akhir yang dinotasikan sebagai Va. Kecepatan ini juga disebut kecepatan
akhir (terminal velocity). Gaya Fb dan Fg dapat ditulis sebagai fungsi jari-jari bola
R, rapat bola ρo dan rapat cairan ρc :
13
Perhatikan arah kebawah diberi tanda tambah dalam semua persamaan setelah
Substitusi kedalam pers. (1) dan (2) diperoleh :
Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat
dihitung menurut pers (5) perbandingan R2/va seharusnya konstan dan percobaan
juga dapat membuktikan besar tidaknya hal ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kekentalan dengan metode ini adalah:
a) Perlu diperhatikan bahwa kecepatan yang
diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir).
b) Rumus (1) di atas hanya berlaku jika bola
jatuh lebih kecil dari ukuran tabung
(paling tidak1/10) dari diameter tabung.
c) Suhu harus konstan, khususnya untuk
jenis-jenis minyak.
14
Untuk mengukur jarak setiap lintasan dalam tabung
Jangka sorong, cairan yang akan dilalui bola.
4.
mistar
15
c) Ditimbang kembali gelas ukur + cairan lalu dicatat massanya. (Rapat
cairan ).
5. Ditempatkan satu kawat pada jarak ± 20 cm dibawah permukaan cairan
dan kawat kedua pada jarak d = 100 cm dibawahnya.
6. Diambil satu bola dengan pinset atau sendok agar suhu tidak naik,
kemudian dilepaskan bola perlahan dari jarak 1 cm di atas permukaan
cairan dipertengahan tabung. Diukur waktu jatuh t dari kawat atas ke-
kawat bawah.
7. Diubah jarak d menjadi 0,9; 0,8; 0,7;....0,4 meter dan mengukur waktu (t)
untuk setiap jarak d seperti pada point (6) diatas.
8. Diulangi prosedur diatas (6 & 7) untuk 2 buah bola lain yang berbeda
diameternya.
V. Analisis Data
Jenis cairan = Minyak goreng (Bimoli Spesial)
Bola 1 = Bola 2 = Bola 3
Diameter = 2 R2 = 0.00684 mm
Jari-jari R1 = 0,00342 mm
Massa bola m1 = 0,001 kg
Rapat cairan ρ0 = 845 kg. m –3
Suhu semula T0 = 31 oC
Suhu akhir T1 = 31 oC
Tabel 2.2 Hasil Percobaan
Waktu rata-
Jarak Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
rata
X (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s)
trata-rata
16
Grafik x -vs- ̅t untuk setiap bola.
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
x (m)
Jarak
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Waktu
t (s)
Δx x 2−x 1
Slope (Vt) = =
Δ t rata−rata t 2−t 1
0,9−0,25 0,9−0,25
= = = 0.62 m. s -1
1,4−0,35 1,4−0,35
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
m 0,001
ρ0 = v = 0,0000001674
= 5971,6 kg/m3
2 r2 g 2 r2 g
Vt = ( ρ0 −ρc ¿ η = ( ρ0 −ρc ¿
9 η 9 Vt
2 0,003422 x 10 1,22
η =9 (5.971,6 – 845) η= η = 0,22 N/m2 s
0,62 5,58
17
dipengaruhi juga oleh gaya Archimedes dan Gaya Berat. Dari hasil percobaan
diketahui bahwa jarak yang ditempuh oleh bola pejal berbanding lurus dengan
waktu yang dipergunakan untuk menempuh jarak tersebut. Namun yang
memepengaruhi waktu tempuh bola pejal untuk mencapai dasar tabung adalah
diameter bola pejal tersebut. Semakin diameter bola pejal, maka semakin besar
juga kecepatannya dan waktu tempuhnya akan semakin kecil.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Sebaiknya sebelum praktikum praktikan harus menguasai materi dan
langkah percobaan sehingga percobaan berjalan dengan lancar dengan
tingkat kesalahan yang rendah.
2. Saat melakukan pengambilan data, perlu ketepatan dan ketelitian dalam
menggunakan stopwatch serta kefokusan dalam pengamatan praktikum.
18
BAB 3
NILAI KALOR SPESIFIK AIR DENGAN METODE JOULE
I. Tujuan
1. Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
2. Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.
II. Teori
Dalam sebuah kawat penghantar yang dialiri arus listrik terjadi pemanasan
akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh
arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I, V, maka dalam waktu t,
energi panas yang dihasilkan adalah :
E = V . I . t ........................................................(1)
Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (atau
cairan lain) di dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut
teori kalor dasar, energi E yang diperlukan untuk memanaskan sesuatu benda
bermassa m melalui suhu adalah :
E = m . c . ΔT .............................................................(2)
Bila diterapkan pada kalorimeter massa dan nilai bahang yang berisi
air bermassa dengan nilai bahang maka persamaan (2) menjadi.
E = (ma . ca + mk . ck) ΔT............................(3)
Bila disamakan energi listrik pers (1) dengan persamaan (3) maka diproleh :
19
Nilai dapat ditentukan dalam eksperimen dimana diketahui dan semua
besaran lain diukur.
1.Magnetik stirrer
2.Termometer
3.Tabung calorimeter
4.Pengaduk
5.Stopwach
6.Es batu
20
Massa kalorimeter serta pengaduk ( ) = 0,081 kg
Massa air + massa kalorimeter ( + ) = 0,219 kg
Massa air = 0,138 kg
Tabel Hasil percobaan
Waktu Suhu Daya Listrik
t (s) T (oC) P (W)
31 25
0
30 32 25
60 25
33
90 34 25
37 25
120
150 39 25
41 25
180
210 43 25
45 25
240
270 47 25
48 25
300
330 49 25
50 25
360
Ket: Kalor jenis Air = 4.200 J/kgoC
V. Analisa Data
Grafik (T -vs- t). Tandai suhu kamar.
400
350
300
250
Waktu
200 Δt = t2-t1
t (s)
= 360-5
150
= 355 s
100
50
0
30 35 40 45 50 55
21
Suhu
T (0c)
ΔT = T2-T1
= 50-32,5
= 17,5 oC
Nilai Slope (Kemiringan grafik):
Δt t 2−t 1
Slope = =
ΔT T 2−T 1
360−5 355
= = = 20,3
50−32,5 17,5
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
Ca Experiment:
P x Slope−(mk x ck ) 25 x 20,3−(0,081 x 386)
Ca = =
ma 0,138
507,5−31,3
= = 3.451 J/kg0c
0,138
22
2. Sebaiknya praktikan memahami cara menggunakan alat-alat ukur yang
digunakan dalam percobaan
23
BAB 4
KOEFISIEN GESEKAN
I. TUJUAN
1. Memahami pengertian koefisien gesekan
2. Menentukan koefisien gesekan berbagai jenis benda dengan metode bidang
miring
II. TEORI
Sebuah benda bermassa m diluncurkan di atas permukaan yang datar dan rata
dengan kecepatan awal v0, benda akhirnya berhenti. Hal ini berarti, bahwa dalam
geraknya, benda mengalami percepatan dan kecepatan rata-rata yang berlawana
arah dengan arah gerakannya. Jika dikaitkan dengan inersia, pada suatu benda
yang dipercepat, maka pada geraknya selalu dikaitkan dengan gaya yang sesuai
dengan hukum Newton II. Dalam hal ini permukaan bidang datar melakukan
gaya gesek (friction) pada benda yang meluncur yang nilai rata-ratanya adalah :
Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda yang lain,
maka masing-masing benda akan melakukan gaya gesekan satu sama lainnya
gesekan pada masing-masing benda ini berlawanan arah dengan gerak relatifnya
terhadap benda lainnya. Dengan perkataan lain gaya gesekan akan gaya geraknya.
Walaupun tidak ada gerak relatifnya, tetap ada gaya gesekan antar permukaan,
contoh benda tetap berada pada posisi stabilnya. tanpa gesekan suatu benda tidak
akan stabil pada posisi dimana benda berada.
Gaya gesekan dinyatakan dengan:
Dimana :
fc : Gaya gesekan
µ : Koefisien gesekan
N : Gaya normal
Sedangkan koefisien gesekan terdiri dari koefisien gesekan statis µs dan koefisien
gesekan kinetis (µk)
Balok dalam keadaan diam (setimbang) yang terletak pada permukaan datar
dipenga-ruhi oleh gaya N dan W. Balok tidak akan bergerak bila gaya F kecil,
balok tidak bergerak bila gaya F < gaya gesekan antara benda dan bidang datar
Jika gaya F diperbesar, pada suatu saat benda akan mulai bergerak. Sekali gerak
telah dimulai, gaya F akan menghasilkan percepatan. Gaya gesekan antara dua
permukaan yang diam disebut gaya gesekan statik. Gaya gesekan statik yang
maksimum sama dengan gaya minimum untuk membuat benda bergerak. Untuk
24
menentukan koefisien gesekan suatu benda, dapat digunakan metode bidang
miring. Benda diletakkan pada bidang miring yang kemiringannya dapat diatur.
(Gambar 2.2)
1. Memeriksa apakah jarum penunjuk pada busur derajat dapat bergerak bebas.
2. Meletakkan benda di atas bidang miring papan percobaan, catatlah jenis
bahan
(kayu, karet dan sebagainya) dan jenis permukaan benda (licin, kasar dan
sebagainya)
3. Menghubungkan gear box motor dengan power supply khusus
4. Menaikkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna merah)
sampai benda
mulai bergerak. Catatlah sudut yang terbaca pada busur derajat
5. Menurunkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna hijau)
25
6. Mengulangi percobaan beberapa kali (minta petunjuk pelaksana praktikum)
7. Mengulangi percobaan untuk benda-benda yang lain dengan permukaan
yang berbeda
(kasar dan halus)
8. Membuat tabel seperti berikut :
V.TABEL DATA
Tabel 4.2 Hasil percobaan balok kayu kasar
26
Koefisien Gesekan merupakan suatu nilai yang di hasilkan dari gaya gesek
terhadap gaya normal pada kedua permukaan yan saling bergesekan .
3. Apa perbedaan koefisien gesekan statis dengan koefisien gesekan kinetis?
Jelaskan secara singkat.
Koefisien statis memiliki arti tetap atau belum bergerak ,jadi koefisien ini
digunakan untuk menentetukan seberapa besar gaya gesek ketika bend aitu dalam
kradaan diam. Koefisien gesekan kinetis memiliki arti bergerak jadi koefisien ini
di gunakan Ketika Benda sudah bergerak atau meluncur.
4. Bagaimana cara untuk megurangi gaya gesekan pada benda yang bergerak ?
Jelaskan dan berikan contohnya.
Berikut beberapa cara yang dapat mengurangi gaya gesekan pada suatu benda
yang bergerak :
1.memakai pelumas
2.memperkecil luas permukaan
3.memberi roda pada benda
4.memperhalus permukaan benda
5. apakah koefisien gesekan bergantung pada berat benda ?jelaskan.
Koefisien gesekan suatu bidang bergantung pada halus atau kasarnya
permukaan benda tersebut gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar
krdua permukaan yang saling bersentuhan.
6. Tentukanlah koefisien gesekan kinetis dari hasil percobaan yang saudara
lakukan .
Koefisien gesekan kinetis dari hasil percobaan adalah sebagai berikut:
Tabel Koefisien gesekan kinetis
Benda 1 Benda 2
N0.
Ɵ μk Ɵ μk
1. 30 0,58 25 0,47
2. 29 0.55 22 0.47
3. 29 0,55 24 0,44
4. 30 0,58 25 0,47
5. 31 0,60 24 0,44
27
BAB 5
HUKUM OHM DAN KIRCHOFF
I. Tujuan
1. Mengetahui cara pemasangan alat ukur amperemeter dan voltmeter.
2. Mengukur arus dan tegangan pada percobaan Hukum Ohm dan Hukum
Kirchoff I dan II
3. Mengetahui sifat arus dan tegangan pada Hukum Kirchoff I dan II
II. Teori
A. Hukum Ohm
Hukum dasar pada sistem kelistrikan ada 2 yaitu:
1. Hukum Ohm
2. Hukum Kirchoff : a. Hukum Arus Kirchoff
b. Hukum Tegangan Kirchoff
Arus yang mengalir pada suatu konduktor tergantung pada nilai resistansi
konduktor tersebut. Beda potensial (V) yang terdapat pada terminal (ujungujung)
suatu resistansi (R) sebanding dengan arus (I) yang mengalir pada resistor
tersebut, lihat gambar 5.1
R V
V
V=IxR atau I=
R
Dimana : V : Tegangan (volt)
I : Arus (Ampere)
R : Tahanan (Ohm)
Rumus tersebut dikenal dengan Hukum Ohm (George Simon Ohm, 1826).
Hukum Ohm menyatakan bahwa bila pada suatu resistansi (R) terdapat tegangan
sebesar V, maka arus yang mengalir pada resistansi tersebut adalah I.
B. Hukum Kirchoff
28
Hukum Kirchoff ada 2 (dua) yaitu:
a. Hukum Kirchoff I, yang dinamakan juga Hukum Arus Kirchoff
(Kirchoff Current Law = KCL)
b. Hukum Kirchoff II, yang dinamakan juga Hukum Tegangan
Kirchoff (Kirchoff Voltage Law = KVL)
B.1. Hukum Arus Kirchoff
Hukum ini menyatakan : “Jumlah aljabar semua arus pada suatu titik sambung
(simpul) sama dengan nol”. Atau dengan kata lain jumlah semua arus yang
memasuki sebuah titik sambung adalah sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan titik sambung tersebut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
I2
I4
I1
I5
I3
∑ I n=0
n =1
Atau
I1 + I4 - I2 - I3 - I5 = 0
∑ V = ∑ IR
29
Dimana: ∑ V = Jumlah aljabar dari semua emf
∑ IR = Jumlah aljabar dari semua drop
Bila arah arus searah dengan arah arus yang keluar dari sumber maka
sumber bertanda positip dan sebaliknya bila arah arus melawan arah arus yang
keluar dari sumber maka sumber bertanda negatip. Sebelum melakukan
perhitungan diambil sembarang arah arus, bila diperoleh nilai arus negatip,
maka arah arus berlawanan dengan pemisalan arah arus.
30
Papan rangkaian Sebagai tempat penyusun komponen-komponen dari
6.
rangkaian yang akan digunakan.
S
A
PT DC V R
V. Analisa Data
Hukum Ohm
Tabel 5.2 Hasil percobaan hukum ohm
No. V (volt) I (mA) R (Ohm)
2. 5 0,1 50
31
4. 7,5 0,2 37,5
5. 10 0,26 38,5
Rreff = 32 Ohm
Maka;
∑R =
62,5+50+36,1+37.5+38,5
n 5
224,6
= = 45 Ohm
5
Nilai eksak−Nilai percobaan
Error % = x 100%
Nilai eksak
32Ohm−45 Ohm −13Ohm
= x 100 % = x 100 %
320 hm 32Ohm
= -0,406 Ohm x 100% = -41 %
1. 4 11,2 1 0,9 2
32
Dik : R1 = 100
R2 = 82
R3 = 150
RTotal = 332
Selisih 1,2−1
% Error = x 100% = x 100%
Teori 1
0,2
= x 100% = 17%
1,2
Selisih 0,98−0,9
% Error = x 100% = x 100%
Teori 0,98
0,08
= x 100% = 8%
0,98
33
R1 150
V1 = x Vs = x4 = 1,8 V
R total 332
Selisih 1,8−2
% Error = x 100% = x 100%
Teori 1,8
−0,2
= x 100% = |-11%| = 11%
1,8
17 %+8 %+11 %
% Error total= = 12 %
3
34
0.3
0.25
0.2
0.15
(mA)
Arus
0.1
0.05
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tegangan
(volt)
Dalam pengaplikasian Hukum Kirchoff I dan II, dapat dilihat pada rangkaian
lampu dan peristiwa mati lampu. Apabila lampu disusun dengan menggunakan
rangkaian seri maka lampu yang paling dekat dengan sumber listrik akan menyala
lebih terang. Sementara lampu yang jauh dari sumber listrik akan menyala redup.
Apabila disusun dengan rangkaian paralel, maka semua lampu akan punya
intensitas keterangan yang kurang lebih sama, meskipun jarak dengan sumber
listrik berbeda-beda. Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika di dalam
rumah.
Ketika semua lampu mati dan hanya satu lampu yang menyala, maka tegangan
dan juga arus di dalam rangkaian tersebut terfokus pada satu lampu saja. Hal itu
membuktikan hukum Kirchoff 1 dan 2 berjalan.
VI. Kesimpulan dan Saran
Arus yang mengalir pada sebuah resistor berbanding lurus dengan beda
potensial yang dihasilkan oleh sebuah resistor. Hal ini dapat terjadi,
karenategangan yang diresistansi pada resistor semakin besar jika tegangan
yangmasuk juga besar, sehingga arus yang mengalir pada resistor akan semakin
bertambah.Arus yang mengalir pada rangkaian yang tersusun secara parallel
memilikinilai yang berbeda sesuai nilai resistansi yang dilewatinya, sebaliknya
35
arusyang mengalir pada rangkaian yang tersusun secara seri memiliki nilai yang
sama.Nilai tegangan yang dihasilakan pada percobaan dengan teori memiliki
nilaiyang berbeda karena setiap rangkaian memiliki nlai tegangan jatuh pada
setiap penyambungan kabel dengan beban maupun saklar.
Pada hasil percobaan, banyak nilai yang berbeda dengan hasil teori yang
telahdidapatkan. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor kesalahan pengukuran
pada alat yang digunakan, seperti halnya pada alat ukur digital yang sangat
berpengaruh dengan suhu ruangan dan kelembapan ruangan dimana alattersebut
digunakan
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman antara lai; Praktikan
mempersiapkan materi sebelumnya mengenai percobaan yang akan dilakukan
terutama langkah kerja dan prosedur kerja yang akan dilakukan dan
memperhatikan intruksi dari asisten. Praktikan juga harus mengecek kesiapan
barang yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan data, dan lebih teliti
dalam pelaksanaan percobaan.
36
BAB 6
PESAWAT ATWOOD
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep Hukum Newton melalui sistem katrol.
2. Mempelajari Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB) pada sistem katrol.
3. Menentukan kecepatan dan percepatan gerak suatu benda dengan
menggunakan sistem katrol.
II. Teori
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad.
Hukum Newton II
37
akan konstan. Bila pada benda bekerja gaya, maka gaya akan mengalami
percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda mengalami
percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya.
Untuk persamaan yang dapat digunakan pada konsep GLBB adalah sebagai
berikut:
38
= Besar kecepatan setelah t sekon (ms-1)
= Besar percepatan (ms-2)
= Waktu (s)
= Jarak tempuh (m)
III. Alat dan Bahan Percobaan
Adapun bebetapa alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan ini, yaitu:
1. Tiang berskala
2. Katrol
3. Tali
4. Silinder besi
5. Penjepit beban
6. Penyangkut beban
7. Jangka sorong
8. Stopwatch
39
(gram) (meter) (sekon) (m/s2)
0,3 2,19 0,12
1. 5 0,3 3,51 0,06
0,3 3,73 0,04
Rata-rata 0,3 3,14 0,07
V. Analisa Data
Massa Silinder 1 (m1) = 68 gram
Massa Silinder 2 (m2) = 68 gram
Massa Benda 1 (m.3.a) = 5 gram
Massa Benda 2 (m.3.b) = 6 gram
40
Massa Benda 3 (m.3.c) = 10 gram
Jarak A – C = 30 cm = 0,3 meter
Persamaan 1:
Beban 1 (m.3.a)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= = 2 = = 0,125 m/s2
t2 (2,19) 4,38
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,060 m/s2
(3,51) 9,92
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,043 m/s2
(3,73) 13,91
Beban 2 (m.3.b)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= 2 = 2 =
5,10
= 1,17 m/s2
t (2,26)
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,079 m/s2
(2,74) 7,50
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,246 m/s2
(1,56) 2.43
Beban 2 (m.3.c)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= 2 = 2 =
1,82
= 0,32 m/s2
t (1,35)
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,263 m/s2
(1,51) 2,28
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,114 m/s2
(2,29) 5,24
Beban 2 (m.3.b)
m3 b+ m2−m1 6+68−68 6
ɑ = m3 b+ m2+m 1 x g =
6+68+ 68
x 9,8 =
142
x 9,8 = 0,414 m/s2
41
Beban 3 (m.3.c)
m3 c +m2−m1 10+68−68 10
ɑ = m3 c +m 2+ m1 x g =
10+68+68
x 9,8 =
146
x 9,8 = 0,671 m/s2
Tegangan Tali
Dikarenakan tali yang digunakan dikaitkan pada sebuah katrol, maka otomatis
beban akan diseimbangkan. Maka diperoleh gambaran bahwa tegangan pada m1
dan m2 adalah sama.
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,1−6,8 = 0,3 = 0,21 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,71 1,39
b. gaya tegang tali
Rumus : ∑ F = m . a T – W1= m1 x a
0,68 x 0,21 0,142
T = = = 0.021 N
6,8 6,8
Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 2:
m1= 68 gram = 0,68 kg
m2 = 68 gram + 6 gram (m3b) = 72 gram = 0,72 kg
W1 = m1 x g = 0,68 x 10 = 6,8 N
W2 = m2 x g = 0,72 x 10 = 7,2 N
a. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,2−6,8 = 0,4 = 0,28 m/s2
mtotal m 1+ m2 0,68+0,72 1,4
b. gaya tegang tali
Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a
0,68 x 0,28 0,190
T = = = 0.028 N
6,8 6,8
42
m1= 68 gram = 0,68 kg
m2 = 68 gram + 10 gram (m3c) = 78 gram = 0,78 kg
W1 = m1 x g = 0,68 x 10 = 6,8 N
W2 = m2 x g = 0,78 x 10 = 7,8 N
a. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,8−6,8 = 1 = 0,68 m/s2
mtotal m 1+ m2 0,68+0,78 1,46
b. gaya tegang tali
Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a
0,68 x 0,68 046
T = = = 0.06 N
6,8 6,8
VI. Kesimpulan dan Saran
Pesawat Adwood merupakan alat yang dapat dijadikan sebagai aplikai atau
sebagai alat yang dapat membantu dalam membuktikan Hukum –hukum Newton
ataupun gejala-gejala lainnya. Semakin berat beban yang digantung di salah satu
tali maka semakin cepat pula gerakan tali yang akan turun dan sebaliknya jika
kedua ujung tali tersebut diberi beban yang sama atau sedikit berbeda maka
gerakannya akan melambat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Koefisien Gesekan ini, maka
dapat disimpulkan:
1. Pesawat Atwood biasa digunakan untuk media penjelas antarahubungan
dari kinematika terhadap mekanika
2. Hukum Newton 1, 2, 3 nampaknya dapat bekerja dengan baik terhadap
sistem katrol pada pesawat atwood.
3. Terlihat fakta bahwa massa dan gaya dapat mempengaruhi nilai
percepatan.
43
BAB 7
AYUNAN BANDUL SEDERHANA
I. Tujuan
1. Mengukur nilai percepatan gravitasi bumi.
2. Menentukan nilai Periode ayunan bandul sederhana.
II. Teori
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Hukum gravitasi Newton dirumuskan
sebagai berikut:
“Setiap massa menarik massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis
yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan
perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua massa titik tersebut”.
44
m1 = Massa dari benda pertama
m2 = Massa dari benda kedua
r2 = Jarak antara dua massa tersebut.
g = Percepatan gravitasi
Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai suatu partikel yang terletak di
pusat massanya, diikat dan digantung dengan tali lentur pada sebuah titik tetap.
Bila benda itu diberi simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang cukup
kecil terhadap arah vertikal dan kemudian benda dilepaskan, maka benda akan
berayun disekitar titik setimbangnya pada sebuah bidang datar vertikal dengan
frekuensi tetap. Sistem yang demikian itu disebut bandul sederhana atau bandul
matematis (Herman, 2014).
Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa,
yang digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke
samping dari posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun
dalam bidang vertikal karena pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak
osilasi dan periodik (Giancoli, 2001).
a. Gerak Harmonis Sederhana
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda
akan diam di titik kesetimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan,
maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan
terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas
melakukan gerak harmonik sederhana.
b. Periode
45
Hubungan antara Periode (T) dan Frekuensi Getaran (f), Dari definisi periode
dan frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan :
T =
1
f f =
1
T f=
1
2π √ g
l f = 2π √ l
g
Keterangan :
T = periode, satuannya detik atau sekon
f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz
g = percepatan grafitasi
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
π = 3,14
l = panjang tali (m)
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana adalah benda bergerak bolak-
balik disekitar titik keseimbangannya. Titik terjauh
dari kesetimbangan yang disebut amplitudo (A).
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik
kesetimbangan disebut simpangan (x), yang berubah
secara periodik dalam besar dan arahnya. Kecepatan
(V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam
besar dan arah. Selama benda bergetar, ada
kecenderungan untuk kembali ke posisi setimbang.
Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk
mengembalikan benda ke posisi setimbang. Periode
adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap.
Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya (F) ini
disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi setimbang.
Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya pegas .
Gaya pegas selalu sebanding dengan simpangan dan berlawanan arah dengan
arah simpangan . Gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu
berlawanan arah dengan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulihan.
Gaya pemulihan menyebabkan benda bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya (gerak harmonik sederhana). Gaya pemulihan selalu
berlawanan arah dengan arah posisi (arah gerak) benda.
Bandul sederhana berupa benda dan tali sepanjang . Bila diberi simpangan
kecil kemudian dilepaskan, akan bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangan. Untuk bandul sederhana dengan panjang, diperoleh Periode (T)
sehingga, Grafitasi dapat dihitung dengan persamaan:
Ket:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
l = Panjang tali (m)
46
T = Perioda (s)
π = 3,14
III. Alat dan Bahan Percobaan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktukum ini,
antara lain:
Tabel 7.1 Peralatan dan fungsinya
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Benang Sebagai gantungan terhadap benda 1,2, dan 3.
47
IV. Prosedur Percobaan
Adapun beberapa prosedur yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
prektikum ini, yaitu:
1. Dipersiapkan alat dan bahan.
2. Dipasang rangkaian seperti gambar disamping.
3. Diikatkan benang pada penjepit dengan simpul
mati.
4. Digantungkan bandul yang sudah terikat dengan tali
tersebut sepanjang 10 cm pada gantungan klem
penjepit.
5. Diayunkan bandul dengan cara menarik bandul pada
simpangan 100 saat melepaskan bandul seraya
menghidupkan stopwatch.
6. Hitunglah waktu yang dibutuhkan oleh bandul
untuk melakukan 10 getaran.
7. Ulangilah percobaan yang sama dari nomor 4
sampai nomor 6 dengan panjang tali berikutnya
adalah 20 cm, 30 cm dan 40 cm.
Percobaan yang dilakukan terdiri dari 4 macam, dimana masing-masing
percobaan tersebut dilakukan sebnyak 3 kali, dengan ketentuan :
Percobaan I, dengan l1 = 20 cm
Percobaan II, dengan l2 = 40 cm
Percobaan III, dengan l3 = 60 cm
Percobaan IV, dengan l4 = 80 cm
Tabel 7.2 Data Hasil Percobaan Ayunan Bandul Sederhana
Percobaa
Panjang Tali Waktu rata- Periode Gravitasi
n T2
(L) rata (tr) (T) (m/s2)
Ke-
1. 20 cm 9,6 sekon 0,96 0,92 8,57
2. 40 cm 13 sekon 1,3 1,69 9,33
3. 60 cm 16 sekon 1,6 2,56 9,24
4. 80 cm 18 sekon 1,8 3,24 9,73
V. Analisis Data
Dik : l1 = 20 cm
: l2 = 40 cm
: l3 = 60 cm
: l4 = 80 cm
:n = 10
:π = 3,14
48
Dit :
1. Hitunglah nilai periode dari setiap percobaan dengan panjang tali yang
berbeda!
2. Hitunglah masing-masing percepatan gravitasi dari setiap panjang tali
yang berbeda!
3. Hitunglah rata-rata nilai gravitasi!
4. Jelaskan dengan singkat hubungan antara panjang tali dengan periode!
Jawab :
1. PERIODE (T)
Percobaan I, l = 20 cm
Dik: t1 = 10 sekon
t2 = 9 sekon
t3 = 10 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
10+9+10 29
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 9,6 sekon
t 9,6
T = = = 0,96
n 10
Percobaan II, l = 40 cm
Dik: t1 = 13 sekon
t2 = 13 sekon
t3 = 13 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
13+13+13 39
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 13 sekon
t 13
T = = = 1,3
n 10
Percobaan III, l = 60 cm
Dik: t1 = 16 sekon
t2 = 17 sekon
t3 = 15 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
49
16+17+15 48
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 16 sekon
t 16
T = = = 1,6
n 10
Percobaan IV, l = 80 cm
Dik: t1 = 10 sekon
t2 = 9 sekon
t3 = 10 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
18+18+18 54
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 18 sekon
t 18
T = = = 1,8
n 10
Percobaan III, l = 60 cm
Dik: T = 1,6
π = 3,14
Dit: g = .........?
Jawab
50
2 2
4π l 4 x (3,14) x 60
g = 2 = = 9,24 m/s2Percobaan IV, l
T (1,6)2
= 80 cm
Dik: T = 1,8
π = 3,14
Dit: g = .........?
Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 80
g = 2 = 2 = 9,73 m/s2
T (1,8)
2. RARA-RATA GRAVITASI
g rata-rata =
∑g
n
8,57+9,33+ 9,24+9,73
Rata-Rata Nilai Gravitasi = = 9,1 m/s2
4
Selisih 9,1−9,8
% Error = x 100% = x 100%
Teori 9,8
−0,7
= x 100% = |-7,14%| = 7,14%
9,8
51
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik kesetimbangan disebut simpangan
(x), yang berubah secara periodik dalam besar dan arahnya.
Kecepatan (V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam besar dan
arah.
Selama benda bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke posisi
setimbang.
Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk mengembalikan benda
ke posisi setimbang.
Periode adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran
lengkap. Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi.
Gaya (F) ini disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi
setimbang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Ayunan Bandul Sederhana
ini, maka dapat disimpulkan:
1. Hasil percobaan ternyata berbeda dengan hasil literatur nilai gravitasi
sebesar 9,8 m/s2 , hal ini membuktikan bahwa setiap tempat memiliki nilai
gravitasi yang berbeda-beda, tapi sesungguhnya rata-rata nilai gravitasi
yang ada di bumi adalah antara 9 m/s2 sampai dengan 10 m/s2 .
2. Apabila panjang tali yang digunakan lebih pendek maka waktu yang
diperlukan untuk menghitung waktu ayunan bandul lebih sedikit dan
sebaliknya.
3. Jumlah pengulangan percobaan sangat berpengaruh terhadap akurasi hasil
pengukuran. Semakin banyak jumlah pengulangan maka semakin
mendekati nilai sebenarnya.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Hukum archimedes ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Pada saat bandul berayun, statif tidak boleh bergerak. Agar statif tidak
bergerak, dapat kita lakukan dengan cara memegang tiang penyangganya.
2. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi
tiap-tiap orang agar pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.
52
BAB 8
KONSTANTA PEGAS
I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang
pegas
2. Menentukan besar konstanta elastisitas pegas
II. Teori
Pendekatan yang baik untuk berbagai gaya F dari pegas sebanding dengan
perpindahan d ujung bebas pegas dari posisinya ketika pegas dalam keadaan
relaks. Robert Hooke ilmuan Inggris di akhir tahun 1600-an. Tanda minus pada
persamaan Hukum Hooke menandakan bahwa arah gaya pegas selalu berlawanan
arah dengan perpindahan ujung bebas pegas. Konstanta k disebut dengan
konstanta pegas dan ini merupakan ukuran kekakuan pegas.Semakin besarnilai k,
semakin kaku pegas; ini menandakan bahwa semakin besar k semakinkuat tarikan
atau dorongan pegas untuk perpindahan tertentu. Satuan SI untuk k adalah newton
per meter (Halliday/Resnick/Walker.1960. 163 ).
Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis.
Pegas biasanya terbuat dari baja. Pegas juga ditemukan di sistem suspensi mobil.
Pada Mobil Pegas memiliki fungsi menyerap kejut dari jalan dan getaran roda
agar tidak diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung. Selain itu, pegas juga
berguna untuk menambah daya cengkerem ban terhadap permukaan jalan.
Penggunaan pegas dalam dunia keteknikan sangat luas,misalkan pada teknik
mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain.Dalam banyak hal, tidak
terdapat alternative lain yang dapat digunakan, Kecuali menggunakan pegas
dalam kontruksi dunia keteknikan. harus dapat berfungsi dengan baik, terutama
dari segi persyaratan,keamanan dan kenyamanan.
Tinjau sebuah pegas tergantung vertikal yang digantungi beban massa pada
ujung bagian bawah seperti pada Gambar 8.1 berikut:
53
Gambar 8.1 Pengaruh gaya pada pegas
Posisi pegas sebelum ditarik atau ditekan oleh beban massa berada pada titik
kesetimbangan. Apabila pegas ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar Δx
kemudian dilepaskan, maka pegas akan bergerak naik – turun di sekitar titik
kesetimbangannya secara berulang (periodik) selama simpangan tidak terlalu
besar. Dengan kata lain, pegas melakukan getaran. Getaran ini disebut gerak
harmonis sederhana. Pegas dapat melakukan gerak harmonik sederhana karena
adanya gaya pegas yang berfungsi sebagai gaya pemulih yang selalu melawan
arah simpangan. Besarnya gaya pemulih ini dinyatakan sebagai hukum Hooke :
Tanda minus pada hukum hooke timbul karena gaya pegas berlawanan arah
dengan simpangan. Dengan menggunakan persamaan hukum kedua newton maka
akan didapatkan bahwa percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan
dengan simpangan. Hal ini merupakan karakteristik umum gerak harmonik
sederhana. Susunan pegas terbagi dua, yaitu :
54
Gambar 8.2 Nilai pada rangkaian seri pegas
Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:
1 1 1 1
= + + ….. +
ks k 1 k 2 kn
Jika rangkaian pegas pararel maka total konstantanya sama dengan jumlah
seluruh konstanta pegas yang disusun pararel.
Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:
Kp=K 1+ K 2+…+ Kn
55
digunakan.
2. Penggantung Sebagai alat untuk penhubung beban terhadap pegas.
3. Pegas Sebagai alat yang akan diukur nilai konstanta nya.
4. Statif Sebagai tempat dam penyangga klem.
Untuk menjepit pegas yang digantungkan pada ujung
5. Klem
statif.
Untuk mengukur panjang pegas sebelum dan sesudah
6. Mistar 30 cm
diberikan beban.
Untuk mengukur panjang pegas sebelum dan sesudah
7. Mistar 100 cm
diberikan beban.
8. Benda 20 gram Sebagai Beban I pada pegas.
9. Benda 40 gram Sebagai Beban II pada pegas.
10. Benda 50 gram Sebagai Beban III pada pegas.
11. Benda 90 gram Sebagai Beban IV pada pegas.
56
Massa Beban Gaya Tarik Pegas Akhir L1 Pertambahan
No.
(kg) (N) (m) Panjang ∆x (m)
V. Analisa Data :
1. Hitunglah masing-masing nilai konstanta pegas untuk beban sebesar 0,02
kg s.d 0,09 kg!
57
F = m.g
F = 0,09 kg x 9,8 m/s2
F = 0,882 N
X0 = 0,073 m X1 = 0,136 m ∆x = 0,063 m
f
Maka : K=
Δx
0,882 N
K=
0,063 m
K = 14,00 N/m
2. Buatlah grafik hubungan antara gaya tarik pegas (F) terhadap pertambahan
panjang (∆x)!
1
0.9
0.8
0.7
Gaya Tarik Pegas
0.6
0.5
F (N)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Pertambahan Panjang
Δx (m)
Gambar 8.4 Grafik gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang (Δx)
VI. Kesimpulan dan Saran
58
2. Perubahan nilai panjang pegas memiliki perbandingan lurus atau linier
dengan gaya tekan maupun gaya tarik yang ada pada pegas tersebut. Jika
beban berat suatu benda semakin besar, maka konstanta pegasnya juga
akan semakin besar.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Konstanta Pegas ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Dalam melaksanakan praktikum dan pengulahan data praktikum
diperlukan ketelitian dan ketepatan.
2. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi
tiap-tiap orang agar praktikum berjalan dengan efektif dan efisien.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
PRACTICAL TEST
DATA :
Jenis cairan = Minyak Goreng
Rapat cairan = 845 kg/m3
Diameter = 0,00684 m
Jari-jari = 0,00342 m
Massa bola = 0,001 kg
Suhu awal = 31 oC
Suhu akhir = 31 oC
Δx x 2−x 1
Slope (Vt) = =
Δ t rata−rata t 2−t 1
0,8−0,2 0,6
= = = 0.32 m. s -1
2,16−0,34 1,82
Dari slope diperoleh Vt = 0.32 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
61
m 0,001kg
ρ0 = v =
0,0000001674 m3
= 5971,6 kg/m3
2 r2 g 2 r2 g
Vt = ( ρ0 −ρc ¿ η = ( ρ0 −ρc ¿
9 η 9 Vt
2 0,003422 x 10 2 0,00011
η =9 (5.971,6 – 845) η = 9 0,32 (5.126,6)
0,32
1,22
η = η = 0,42 N/m2 s
2,88
A. Percepatan Benda
Beban 2 (m.3.b)
m3 b+ m2−m1 10+60−60 10
ɑ = m3 b+ m2+m 1 x g =
10+60+60
x 10 =
130
x 10 = 0,77 m/s2
Beban 3 (m.3.c)
m3 c +m2−m1 15+60−60 15
ɑ = m3 c +m 2+ m1 x g =
15+60+60
x 9,8 =
135
x 9,8 = 1,11 m/s2
B. Tegangan Tali
62
m1= 60 gram = 0,60 kg
m2 = 60 gram + 5 gram (m3a) = 65 gram = 0,65 kg
W1 = m1 x g = 0,60 x 10 = 6,0 N
W2 = m2 x g = 0,65 x 10 = 6,5 N
c. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 6,5−6,0 = 0,5 = 0,40 m/s2
m total m 1+ m2 0,60+0,65 1,25
d. gaya tegang tali
Rumus : ∑ F = m . a T – W1= m1 x a
0,60 x 0,40 0,24
T = = = 0.04 N
6,0 6.0
Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 2:
m1= 68 gram = 0,60 kg
m2 = 68 gram + 10 gram (m3c) = 78 gram = 0,70 kg
W1 = m1 x g = 0,60 x 10 = 6,0 N
W2 = m2 x g = 0,70 x 10 = 7,0 N
c. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,0−6,0 = 1 = 0,77 m/s2
m total m 1+ m2 0,60+0,70 1,3
d. gaya tegang tali
Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a
0,60 x 0,77 046
T = = = 0.07 N
6,0 6,8
Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 3:
m1= 60 gram = 0,60 kg
m2 = 60 gram + 15 gram (m3c) = 75 gram = 0,75 kg
W1 = m1 x g = 0,60 x 10 = 6,0 N
W2 = m2 x g = 0,75 x 10 = 7,5 N
e. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,5−6,0 = 1,5 = 0,11 m/s2
mtotal m 1+ m2 0,60+0,75 1,35
f. gaya tegang tali
Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a
0,60 x 0,11 046
T = = = 0.01 N
6,0 6,8
63
64