Anda di halaman 1dari 2

PROGRAM STUDI SENI MUSIK

FAKULTAS ILMU SENI DAN


SASTRA UNIVERSITAS PASUNDAN

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2020-2021


MATA KULIAH : KEWIRAUSAHAAN (BISNIS MUSIK
INDUSTRI) DOSEN : DR. RIDWAN, M.PD., M.AK.

1. Penarikan dan pendistribusian royalti atas penggunaan karya musik, berdasarkan


Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menjadi tanggung
jawab Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN). Lembaga itu adalah badan
hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau
pemilik hak terkait untuk mengelola hak ekonomi mereka.
Bagaimana pendapat Anda mengenai pembagian royalti bagi karya yang dibuat oleh
musisi?
2. Bagaimana pendapat Anda menangani penjualan karya seni musik bajakan yang
merugikan para musisi?
3. Bagaimana Menurut pendapat Anda solusi terbaik, mengenai sistem penjualan CD,
piringan hitam, vinyl, atau kaset di era digital ini?
4. Bagaimana pendapat Anda bagi pihak yang memutar/memainkan karya seni musik
(lagu) di tempat umum seperti mall, restoran dan cafe diharuskan membayar royalti?
5. Menurut pendapat Anda, mengapa kursus musik identik dengan biaya yang mahal,
bagaimana strategi bisnis yang tepat dalam bidang pendidikan Musik?

JAWAB:
1. Kalau menurut saya pembagian royalty dalam music yaitu harus dibagi dengan rata
dan tidak menguntungkan 1 orang saja. Karena kalua hanya menguntungkan 1 pihak
saja akan menimbulkan pertengkaran atau perdebatan yang tidak wajar, yah kan
banyak tuh kejadian dimana uang pembagian royalty dikorupsilah atau di bawa
kabur, sehingga pihak yang dirugikan kecewa dan marah.
2. Kalua untuk jaman sekarang sudah cukup canggih, karena setiap lagu pasti pencipta
akan mencantumkan hak cipta tersendiri, contoh simple yaitu Youtube. Ketika
sipembuat lagu sudah mendaftarkan hak cipta, maka lagu tersebut tidak akan bisa
sembarangan dicap, terkecuali mereka tidak mendaftarkan lagu tersebut ke hak cipta,
barulah akan berbahaya. Berbeda dengan jaman dulu yang sangat sulit untuk
membuat/mendaftar hak cipta pada lagu sehingga sangat gampang orang
membajak/mengambil lagu tersebut. Untuk penanganan penjualan karya seni music
dulu cukup sulit karena dan sangat banyak pembajakan, sebagai contoh lagu daerah
yang banyak dicap negara tetangga kita sendiri. Yah masih banyak lagilah, karena
jaman dulu karya hanya dihargai sebatas didengar saja, bukan dijaga, atau
diperhatikan.
3. dalam menyikapi format musik tidak bisa lepas dari sejarah teknologi rekaman. Era
analog yang meliputi format piringan hitam, 8-track, dan kaset memiliki persoalan
tersendiri, yaitu suara desis yang dihasilkan. Ini disebabkan kecepatan pita yang
lambat dan lebar pita yang kecil. Dalam hal ini, piringan hitam adalah format analog
paling sempurna dari segi suara jika dibandingkan kaset dan 8-track.
Perubahan besar terjadi pada masa CD. Kehadiran CD membuat kaset dan piringan
hitam mendadak jadi kuno. CD menyelamatkan kita semua dari suara-suara desis
yang tidak diinginkan.

Kehadiran CD tidak lantas menyelesaikan persoalan. Meski format CD hadir,


beberapa perusahaan rekaman masih menggunakan peralatan analog. Hal ini
membuat kualitas audio dari CD kurang maksimal. Tentu hal ini terjadi di awal
keberadaan CD.
4. Kalau pendapat saya sebenarnya emang wajib membayar royalti Ketika memutar
music atau lagu orang atau seniman music di mall, restoran dan café. Kenapa
begitu karena pihak mall, restoran dan cafe juga mendapatkan keuntungan Ketika
memutar mp3 ataupun live music di mall, restoran dan café. Sehingga bukan cumin
pihak kedua saja yang diuntungkan, melainkan pihak pertama juga. Yang saya
kurang setuju itu Ketika pemerintah sekarang meminta royalty juga kepada café
kecil, yang contohnya warung kopi atau café kecil, kalua bisa yang memberikan
royalty tersebut adalah mall, restoran dan café yang memiliki income yang cukup
besar. Kasihan juga buat para penjual café kopi yang masih kecil sudah diminta
untuk membayar royalty.
5. Kalau menurut saya adalah itu tergantung dari manajemen masing-masing. Yah
contohnya Yamaha yang bayaran perbulan buat 1 murid bisa membayar 600
sampai 700 ribu rupiah. Itupun masih tahap/grade 1, belum yang sampai grade 2.
Kenapa mereka memberikan harga yang cukup mahal, yah pengajaran mereka
sudah terjamin, ataupun memang sudah diakui orang-orang yang dulunya pernah
belajar di Yamaha tersebut, berbeda dengan tempat les yang masih kecil, dan
belum pernah didengar orang, yah mungkin biayanya masih cukup murah. Tidak
mungkin juga kalau tempat lesnya masih baru dan blm tau gimana pola
pembelajarannya sudah membuat harga yang tidak wajar itu tidak akan membuat
tempat lesnya lama buka, paling hanya memiliki murid yang sedikit.
Kalua strategi bisnis yang tepat dalam bidang pendidikan Musik adalah melihat
kualitas dan kuantitas tempat tersebut atau tempat Pendidikan tersebut, kalau asal
membuat harga yang tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitas pada Pendidikan
music tersebut orang tidak akan mau kesitu untuk belajar music.

NAMA: MIKAEL KRIS MANGAPUTRA SIRAIT


NPM: 186040014

Anda mungkin juga menyukai