Selaku pimpinan STAN saya sangat bangga dengan kegiatan ini dan
peningkatan yang telah dicapai khususnya dalam hal pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) aparatur negara, namun tidak cukup sampai di sini, kita
harus dapat mencapai kinerja yang lebih baik di masa mendatang.
Daftar
Isi
Daftar Isi.............................................................................................. i
Bab 1 Pendahuluan........................................................................... 01
A. Latar Belakang..................................................................... 01
B. Tujuan Pembelajaran Umum............................................... 02
C. Tujuan Pembelajaran Khusus.............................................. 03
D. Deskripsi Singkat Struktur Modul......................................... 03
E. Metodologi Pembelajaran.................................................... 04
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
daerah, terutama berkaitan dengan masalah etika dan moral dari oknum
pejabat pemerintahan daerah tersebut yang rendah. Di sisi lain, masih menjadi
tanda tanya besar di kalangan profesi audit internal mengenai sejauh mana
peran serta dari fungsi pengawasan termasuk para pejabat pengawas yang
berada di lingkungan fungsi pengawasan atau inspektorat daerah, baik tingkat
provinsi, kabupaten, maupun kota, terutama dalam upaya untuk mengawal
berbagai kegiatan dan program pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang memenuhi prinsip tata kelola pemerintahan daerah
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
E. Metodologi Pembelajaran
A. Pendahuluan
peran dan fungsi pengawasan inspektorat. Di satu sisi, harus disadari bahwa
gejala tersebut timbul disebabkan karena perilaku auditor inspektorat itu sendiri
yang kurang persuasif dalam melaksanakan penugasan auditnya ataupun
juga karena rendahnya kompetensi teknis yang dimiliki para auditor Inspektorat.
Sedangkan di sisi lainnya, masih banyak para pimpinan atau kepala daerah
serta sebagian aparat pemerintah daerah yang belum memahami sepenuhnya
arti penting dan peran fungsi pengawasan yang dijalankan oleh Inspektorat
Daerahnya. Banyak juga yang masih berpendapat bahwa auditor inspektorat
adalah pemeriksa yang dalam melaksanakan pekerjaan auditnya hanya
berusaha mencari kesalahan-kesalahan auditi dan tidak mempertimbangkan
hal yang sudah dicapai oleh audit.
• Sosialisasi dan promosi mengenai arti penting dan arah strategi dari
inspektorat daerah sebagai mitra kerja pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berhasil.
rencana strategis dan kerja pemerintahan daerah serta didukung oleh berbagai
upaya perbaikan dan peningkatan pengelolaan fungsi pengawasan Inspektorat
Daerah yang efektif. Diharapkan Inspektorat dan seluruh pejabat pengawasnya
mengikuti terus perkembangan dan arah aktivitas kegiatan dan penyelenggaraan
program yang dilaksanakan oleh setiap satuan kerja perangkat daerah di
masing-masing daerahnya.
• Harus diperoleh komitmen yang tegas dan kontinyu dari pimpinan atau
kepala daerah serta seluruh jajaran satuan kerja perangkat daerah, yaitu
mengenai status, kedudukan, fungsi dan peran inspektorat di lingkungan
pemerintah daerah, bahwa unit kerja inspektorat merupakan bagian dari
struktur organisasi di pemerintahan daerah yang tidak dapat dipisahkan.
Jangan sampai ada kesan unit kerja inspektorat hanya sekadar melengkapi
struktur organisasi di pemerintahan daerah.
• Kepala inspektorat harus selalu siap untuk memberikan para staf terbaiknya
untuk dipromosikan atau kembali bergabung di berbagai aktivitas operasional
kegiatan atau program pada satuan kerja perangkat daerah.
Catatan:
Untuk selanjutnya, pada bab-bab berikut akan dibahas secara lebih rinci masing-
masing komponen yang menjadi fondasi dan pilar utama keberhasilan manajemen
fungsi pengawasan Inspektorat di lingkungan pemerintahan daerah.
Bab 3
Membangun Organisasi
Inspektorat yang Kokoh
di Sektor Publik
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan konsep dasar keberhasilan fungsi pengawasan
inspektorat.
• Menjelaskan kedudukan organisasi Inspektorat dalam struktur
organisasi di Pemerintahan Daerah
• Menjelaskan arti penting independensi dan obyektivitas organisasi
fungsi pengawasan Inspektorat.
• Menjelaskan perlunya pedoman atau manual kebijakan dan prosedur
audit untuk menciptakan konsistensi pelaksanaan pekerjaan audit.
A. Pendahuluan
Harus diakui bahwa pekerjaan audit yang efektif merupakan hasil dari
berbagai aktivitas yang dikoordinasikan, direncanakan, dan dilaksanakan
dengan memadai. Untuk memenuhi keinginan ini, dibutuhkan manajemen yang
baik, dimulai dari sebelum pekerjaan audit dilaksanakan, pelaksanaan auditnya,
dan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian laporan, dan pemantauan
tindak lanjutnya. Manajemen fungsi pengawasan yang dimaksudkan di sini
adalah berbagai keputusan dan aktivitas yang berhubungan langsung dengan
pekerjaan audit, termasuk penugasan audit itu sendiri, supervisi, reviu, dan
• Pekerjaan penugasan audit telah memenuhi atau sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan dalam persyaratan profesi.
SEKDA
Inspektorat
BAPPEDA
Komitmen dari pemerintah daerah akan peran dan fungsi inspektorat sangat
diperlukan, terutama dalam menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang
disarankan. Dokumen audit charter yang harus dimiliki oleh inspektorat
umumnya terdiri dari dua dokumen penting yang ada di dalamnya, yaitu:
Pada halaman berikut dapat dilihat contoh dari dokumen audit charter Inspektorat
yang merupakan wujud peran dan fungsi pengawasan Inspektorat di lingkungan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dokumen audit charter ini terdiri dari
dua bagian atau dokumen sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
yaitu dokumen yang memuat (1) Pernyataan Wewenang dan Tanggungjawab
Inspektorat dan (2) Pernyataan Kebijakan Fungsi Pengawasan, yang merupakan
dua dokumen dari dokumen audit charter sebagai satu kesatuan dokumen
yang tidak dapat dipisahkan dan harus dimiliki setiap fungsi pengawasan
Inspektorat sebagai wujud dukungan dan komitmen pemerintah daerah dan
seluruh satuan kerja perangkat daerah terhadap keberadaan dan peran
penting dari fungsi pengawasan inspektorat.
Wewenang
Inspektur (Kepala Inspektorat) memiliki wewenang untuk mengarahkan
program kerja pengawasan secara luas dan komprehensif di lingkungan
Pemerintahan Daerah. Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota melalui Pejabat
Pengawas Pemerintah (auditor) melakukan pengujian dan evaluasi kecukupan
dan efektivitas sistem pengendalian manajemen yang diselenggarakan Satuan
Kerja Perangkat Daerah yaitu untuk mengarahkan berbagai aktivitas menuju
pencapaian tujuan sesuai dengan kebijakan dan rencana Pemerintah Daerah.
Dalam pencapaian aktivitas-aktivitas tersebut, Inspektur Provinsi/Kabupaten/
Kota dan seluruh Pejabat Pengawas Pemerintah (auditor) memiliki wewenang
untuk dapat melakukan akses yang penuh, luas, bebas, dan tidak terbatas
terhadap Adminsitrasi Umum Pemerintahan dan Urusan Pemerintahan
Daerah.
Tanggungjawab
Inspektur (Kepala Inspektorat) bertanggung jawab terhadap:
PERNYATAAN KEBIJAKAN
Tidak etis bagi seorang auditor inspektorat untuk menerima uang atau
hadiah dari auditinya, yaitu para penyelenggara pemerintahan daerah dan
atau dari yang terkait dengan auditi. Penerimaan uang atau hadiah dapat
menimbulkan suatu kesan bahwa auditor tersebut dapat terganggu
obyektivitasnya. Kesan bahwa obyektivitas tersebut terganggu bukan hanya
untuk penugasan audit yang sedang berlangsung, tetapi juga kemungkinannya
di masa datang. Penerimaan hadiah atau barang dalam bentuk, misalnya:
pulpen, kalender, atau barang sampel/contoh yang sudah berlaku umum
dengan nilai terbatas harus tidak boleh mempengaruhi obyektivitas dan
judgment profesional auditor dan kalau hal tersebut terjadi, wajib bagi auditor
untuk menolaknya. Auditor wajib melaporkan barang-barang atau hadiah yang
diterimanya segera kepada atasan atau supervisor auditnya (pengendali teknis
dan/atau pengendali mutu). Penerimaan barang atau hadiah dimaksud juga
harus diungkapkan (disclosed) di dalam laporannya kepada pihak-pihak yang
memiliki wewenang.
yang diberikan kepada auditor yang berprestasi, agar hal ini dapat menjadi
daya tarik yang tinggi bagi siapapun auditornya, yaitu dalam rangka untuk
memberikan yang terbaik untuk setiap penugasan audit yang dilaksanakan.
Lebih rinci, pokok-pokok uraian tugas dan tanggung jawab dari inspektur dan
para kepala bidang pengawasan yang berada di bawah inspektur adalah
sebagai berikut:
Berikut contoh butir-butir dalam manual kebijakan dan pedoman audit yang
perlu dimuat di dalam manual kebijakan dan pedoman audit:
• Perencanaan meliputi suatu gambaran kertas kerja audit yang akan dibuat
atau dikembangkan, metode atau cara penyimpanan (filing systems), dan
beberapa estimasi ukuran atau bentuk kerja kerja yang dibutuhkan.
• Setiap staf auditor harus diberikan pedoman yang jelas dan tertulis mengenai
bagaimana penyiapan kertas kerja.
Pengendalian Bab 4
Pekerjaan Audit
di Inspektorat
A. Pendahuluan
setiap penugasan audit yang dilakukan sudah memenuhi standar audit yang
telah ditetapkan. Dalam pengendalian pekerjaan audit, banyak hal yang perlu
dipertimbangkan, di antaranya:
1. Kompleksitas pekerjaan audit yang dilaksanakan.
2. Kompetensi dan keterampilan serta pengalaman auditor.
3. Sumberdaya yang digunakan untuk pelaksanaan penugasan audit.
4. Lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penugasan audit.
Inspektorat
Prov/Kab/Kota.……..
KARTU PENUGASAN AUDIT
No.………………………
estimasi anggaran biaya dan alokasi waktu pertimbangannya sudah tidak cost
beneficial (biaya lebih besar dari manfaatnya), pekerjaan tersebut ditunda dan
bahkan dihentikan. Di sisi lain, sangat memungkinkan jika memang manfaat
yang akan diperoleh lebih besar dari biaya dan waktu yang dialokasikan, maka
perlu ada revisi yang segera. Apalagi, kalau tambahan biaya yang diusulkan
dikaitkan dengan identifikasi berbagai risiko signifikan memiliki potensi untuk
dapat diungkapkan.
Agar efektif, anggaran biaya dan waktu sebagai alat kendali ini harus
mencakup catatan dan pelaporan terkini yang diharapkan mampu untuk
menyajikan informasi:
1. Bagaimana cara seorang pengendali teknis dan tim audit yang ditugaskan
untuk mampu membagikan anggaran biaya dan waktu ke dalam berbagai
segmen audit dari pekerjaan auditnya dan membuat catatan waktu yang
dipergunakan untuk melakukan audit atas segmen-segmen tersebut.
2. Bagaimana cara tim audit yang ditugaskan, khususnya anggota tim untuk
membuat laporan waktu yang dipakai selama periode waktu berjalan (dapat
harian atau mingguan), serta membuat ikhtisar dari hasilnya.
3. Bagaimana cara unit kerja inspektorat membuat laporan berjalan (laporan
progress), umumnya bulanan, yaitu mengenai status dari seluruh proyek
pekerjaan audit yang sedang dilaksanakan atau berjalan.
INSPEKTORAT
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA :………………..
Nomor Pekerjaan:
Mg Mg Mg
KKA TAHAPAN ANGG. ANGG. ANGG. Mg
(kumulatif) (kumulatif) (kumulatif)
Ref. AUDIT ORIG. REV. TOT. 1
2 3 4
Perencanaan
Prelim. Survey
Evaluasi ICS
Fieldwork
1. Segmen A
2. Segmen B
3. Segmen C
4. dst
Total Fieldwork
Penulisan Lap
Tanggapan
TOTAL WAKTU
pekerjaan staf dan juga pedoman bagi setiap auditor yang bertugas. Estimasi
waktu ini kemudian diperbandingkan dengan waktu sebenarnya yang digunakan
selama pekerjaan, dan bila perlu estimasi waktu penyelesaian dapat dimodifikasi,
meskipun patut juga dipertimbangkan bahwa modifikasi ini akan mempengaruhi
anggaran waktu dan biaya serta dampak untuk pekerjaan audit lainnya.
Umumnya, dibuatkan laporan penggunaan waktu (time report), khususnya
bila terjadi perbedaan waktu yang terpakai antara yang dianggarkan dengan
realisasinya.
Permasalahan Potensial :
………………………………………………………………………………………………
Ttd
…………………………
Ketua Tim Audit
Contoh format dari laporan progres mingguan ini sangat fleksibel. Bentuk dan
informasi yang disajikan di dalam laporan progres dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Contoh dari laporan progres tersebut lebih difokuskan untuk
kebutuhan pengendalian jumlah hari yang dialokasikan untuk pekerjaan audit.
F. Risiko Audit
Risiko audit terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: risiko bawaan (inherent
risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Risiko
bawaan adalah risiko yang disebabkan karena adanya potensi kerentanan yang
terkandung di dalam setiap pekerjaan, kegiatan, atau aktivitas yang dilaksanakan.
Kerentanan aktivitas, kegiatan ataupun aktiva yang digunakan dapat menimbulkan
terjadinya kesalahan atau ketidakberesan atas pelaksanaan kegiatan atau
penggunaan aktiva tersebut. Risiko pengendalian adalah kemungkinan kelemahan
pengendalian yang terjadi walaupun sudah dipasangkan pengendalian atas
suatu kegiatan dimaksud. Risiko deteksi adalah risiko tidak terdeteksinya suatu
masalah meskipun prosedur audit yang normal sudah dilaksanakan.
Bab 5
Pengelolaan dan
Pengembangan Staf Audit
di Inspektorat
Daerah
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan persyaratan kualitas yang harus dimiliki auditor di
Inspektorat Daerah dan sumber darimana dapat diperolehnya.
• Menjelaskan bagaimana sistem rekrutasi yang efektif untuk
mendapatkan staf audit yang berkualitas.
• Menjelaskan bagaimana pengembangan staf audit agar selalu dapat
ditingkatkan kompetensinya untuk pelaksanaan tugas pekerjaan
auditnya.
A. Pendahuluan
B. Persyaratan Kualitas
yang tersedia. Ia juga harus mampu untuk menentukan ruang lingkup pekerjaan
yang sesuai untuk auditornya, termasuk tingkat tanggung jawab yang dibebankan
sesuai posisi dimaksud. Jaminan yang semestinya juga harus diperoleh atas
kualifikasi dan kecakapan auditor yang akan direkrutnya.
Calon untuk posisi auditor internal dapat diperoleh atau datang dari
berbagai sumber. Berikut ini merupakan sumber-sumber yang umumnya
menjadi alternatif untuk memperoleh auditor internal yang dibutuhkan:
1. Perguruan Tinggi
Dewasa ini mulai ada kecenderungan meningkatnya minat para lulusan
dari perguruan tinggi untuk menjadi internal auditor. Dalam sebuah artikel
berjudul “A Good Time To Be An Internal Auditor” dan ditulis di majalah
Internal Auditor terbitan bulan Juni 2004, diuraikan hasil penelitian di
Amerika Serikat yang menunjukkan meningkatnya minat para lulusan
perguruan tinggi yang ingin menjadi auditor internal. Beberapa alasan yang
dikemukakan di artikel tersebut mengapa mereka tertarik untuk menjadi
auditor internal, antara lain adalah: penghasilan yang memadai, jenjang
karir yang jelas, pengalaman berharga yang akan diperoleh, tempat
pelatihan, dan peran sebagai konsultan.
upaya yang juga dilakukan asosiasi profesi untuk mengenalkan profesi ini
di kalangan kampus yaitu dengan mengadakan sosialisasi pengenalan
profesi audit internal ini di kalangan mahasiswa.
Calon dari Akuntan Publik, perlu diberi “penyesuaian“ dahulu, karena sudut
pandang eksternal auditor berbeda dengan internal auditor.
3. Internal Organisasi
Cara memperoleh calon auditor internal yang berasal dari dalam organisasi
sendiri merupakan cara yang paling efektif. Hal ini disebabkan karena
calon auditor internal ini umumnya sudah sangat memahami budaya atau
kultur yang berkembang di organisasi. Yang dibutuhkan oleh mereka adalah
bagaimana mereka mampu untuk mempelajari atau mendalami ilmu auditing
sebagai bekal mereka untuk melakukan penugasan audit. Banyak pihak
menyatakan bahwa pemilihan calon auditor internal yang berasal dari
dalam organisasi sendiri merupakan cara yang paling ampuh untuk
mendapatkan auditor internal yang siap pakai karena mereka sudah paham
dengan budaya organisasi dan tinggal memperdalam ilmu auditing.
5. Sumber-sumber Lainnya
Di samping berbagai sumber yang sudah dipaparkan untuk kebutuhan
tenaga auditor internal, banyak sumber lain yang cukup potensial untuk
mendapatkan auditor internal. Satu hal yang dapat disampaikan di sini
adalah melalui organisasi profesi audit internal. Umumnya organisasi profesi
audit internal dapat membantu untuk mendapatkan auditor internal yang
dibutuhkan. Salah satu media yang biasa digunakan adalah iklan melalui
majalah profesi. Organisasi internasional untuk profesi audit internal memiliki
media majalah “Internal Auditor” yang penyebarannya sudah mendunia,
termasuk di Indonesia. Umumnya, di majalah tersebut dapat dicari kebutuhan
tenaga auditor internal yang sesuai dengan persyaratannya. Sumber lain
untuk mendapatkan auditor internal adalah melalui internet. Kemajuan
teknologi informasi telah sangat memungkinkan setiap orang dengan mudah
mendapatkan apa yang diinginkannya melalui internet, termasuk kebutuhan
akan tenaga auditor internal. Satu sumber yang umum adalah iklan melalui
media masa. Dari iklan di media masa baik cetak maupun elektronik, dapat
diperoleh informasi auditor internal yang dibutuhkan.
(catatan: sistem rekrutasi auditor internal akan dibahas berikut ini). Seringkali
juga kebutuhan tenaga auditor inspektorat di daerah diperoleh atau pindahan
dari BPKP, yaitu karena pengalaman yang sudah teruji di bidang audit. Harus
disadari bahwa cara mendapatkan auditor internal dari lingkungan organisasi
sendiri merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan auditor internal yang
kompeten. Satu hal yang sangat mendasar dan berperan penting untuk
mendapatkan auditor internal yang profesional adalah keinginan atau minat
untuk menjadi auditor internal harus timbul dari diri masing-masing auditor
internal tersebut dan bukan dipaksakan karena tugas yang harus dilaksanakan.
1. Wawancara (interviu)
Proses wawancara dengan calon auditor harus direncanakan dan diorganisir
dengan baik. Data berkaitan dengan calon auditor ini harus sudah dibaca/
dipelajari dengan hati-hati dan cermat dan bila mungkin menghubungi pihak
yang memberikan referensi untuk menanyakan hal ikhwal berkaitan dengan
latar belakang dan pengalaman si calon auditor internal tersebut. Sebaiknya
dalam menghubungi pihak yang memberikan referensi diusahakan tidak
melalui surat melainkan langsung menghubungi via telepon. Pihak yang
melakukan interviu harus sudah mengatur waktu agar tidak mengganggu
pekerjaan yang harus diselesaikan. Pimpinan audit internal bertanggung
jawab untuk menyeleksi lebih dahulu calon yang akan dipanggil untuk
diinterviu. Pimpinan unit audit internal dapat dibantu oleh asisten atau
wakilnya untuk melakukan seleksi awal terhadap calon auditor internal yang
akan dipanggil.
Karena proses interviu ini merupakan suatu seni dan layak untuk
dikembangkan, maka pihak yang menginterviu harus betul-betul ahli atau
menguasai proses ini, baik isi (content expert) maupun cara menginterviunya
(process expert). Oleh karenanya, pihak yang menginterviu harus memiliki
latar belakang ilmu dan pengetahuan audit internal yang memadai, teknik
berkomunikasi yang efektif, serta pengalaman audit yang luas.
Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan pada saat proses interviu, khususnya
untuk calon auditor yang sudah berpengalaman melaksanakan penugasan
audit internal, antara lain:
1. Penugasan audit apa yang telah anda laksanakan?
2. Bagaimana pendekatan audit yang anda lakukan?
3. Laporan audit yang seperti apa yang pernah anda buat?
4. Apa yang anda ingin pertahankan dari pendidikan yang pernah anda ikuti?
5. Mengapa anda mau melakukan perubahan?
6. Apa yang anda suka dari profesi audit internal?
7. Apa yang anda tidak suka dari profesi audit internal?
8. Penugasan apa yang anda sukai?
9. Apa tujuan hidup anda?
10. Coba anda tunjukkan satu situasi tersulit yang harus anda hadapi?
Seluruh data hasil interviu ini harus diorganisir dan disimpan dengan baik
dan bila diperlukan sewaktu-waktu dapat dengan mudah diperoleh kembali,
khususnya bila ingin memperbandingkan kualitas dan kualifikasi antara
satu calon auditor dengan calon auditor lainnya untuk posisi yang sama.
Oleh karenanya, untuk setiap calon harus ada dokumen/catatan (record)
tersendiri dari hasil interviu yang telah dilakukan.
2. Test Tertulis
Di samping wawancara atau interviu yang dilaksanakan, bagi calon auditor
internal juga diberikan test tertulis yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Test Kemampuan Menulis
b. Test Kemampuan Mengorganisir Ide/Pemikiran
c. Test Kemampuan untuk Membedakan Fakta dan Dugaan
Kejelasan (clarity) 35
Saling Keterkaitan (coherence) 30
Struktur Kalimat 20
Bahasa (Language) 15
Total 100
terus kualitas pekerjaan audit. Program pelatihan yang dirancang ini harus
mampu untuk memberikan manfaat yang memadai baik kepada auditor itu
sendiri maupun organisasi audit secara keseluruhan.
Banyak topik yang dapat diangkat untuk menjadi bahan atau masukan
dalam pertemuan rutin yang diadakan. Beberapa topik berikut ini umumnya
menjadi bahan untuk didiskusikan di pertemuan rutin staf:
1. Teknik penyusunan audit program.
2. Teknik penyusunan dan penyajian kertas kerja audit.
3. Laporan audit dan pengembangan temuan.
4. Teknik identifikasi temuan dan pengambilan sampel audit.
5. Proses dan teknik audit.
6. Pengenalan teknik audit berbantuan komputer.
7. Permasalahan-permasalahan di lingkungan kantor.
8. Pengendalian mutu pekerjaan audit.
9. Pengenalan teknik audit berbasis risiko.
10. Teknik analisa dan pemecahan masalah dalam audit.
H. Penilaian Staf
Hal lainnya yang dapat juga menjadi dasar penilaian adalah bagaimana
progres yang dicapai dari periode sebelumnya. Apakah kinerja auditor menjadi
lebih baik dibandingkan dahulu yaitu dengan melihat ada tidak peningkatan
dari evaluasi tahun lalu dibandingkan dengan yang sekarang. Seberapa besar
auditor berhasil mencapai tujuan dan sasarannya, peningkatan pengalaman
dan pendidkan auditor, baik pendidikan profesi maupun akademisi. Bagaimana
partisipasi auditor dalam melakukan pendidikan profesi yang berkelanjutan,
kompleksitas dari pekerjaan audit yang dilaksanakan. Semua ini merupakan
faktor-faktor yang dipertimbangkan di dalam penilaian kinerja auditor.
Penilaian atas kedua hal ini adalah penting. Peringkat pencapaian harus
ditujukan pada penyelesaian proyek pekerjaan audit tertentu karena setiap
penugasan memiliki permasalahan yang berbeda. Penilaian karakter atau
pembawaan auditor berhubungan dengan kualitas personal dari auditor
yang dinilai, yaitu bagaimana cara auditor menyelesaikan penugasan dalam
kehidupan dan keseharian pekerjaannya. Harus diakui bahwa penilaian
karakter atau pembawaan auditor sulit dilakukan karena evaluator mungkin
akan terbawa faktor subyektivitasnya. Perlu kehati-hatian dalam melakukan
penilaian karakter atau pembawaan auditor karena ini akan berpengaruh untuk
penugasan audit yang bersangkutan.
I. Penugasan Audit
2. Objektivitas.
Auditor yang melaksanakan penugasan audit tidak boleh menempatkan atau
memposisikan dirinya dalam suatu keadaan yang membuat objetivitasnya
menjadi terganggu di mana ada pihak atau orang lain memiliki persepsi bahwa
auditor yang melaksanakan penugasan audit tidak dapat bersikap independen.
Penugasan audit harus mempertimbangkan kemungkinan adanya potensi
konflik kepentingan yang terjadi dalam penugasan audit yang dilaksanakan.
3. Rotasi penugasan.
Dibuatkannya rotasi penugasan yang periodik diharapkan dapat tetap mampu
mempertahankan dan meningkatkan obyektivitas karena bagaimana pun
penugasan berulang (repeat audit) oleh auditor yang sama dikhawatirkan
dapat mengurangi objektivitas auditor yang ditugaskan. Di samping itu, rotasi
penugasan di antara auditor yang ditugaskan akan mampu memperkaya
pendekatan dan kemampuan auditor dalam suatu perspektif penugasan
yang baru.
4. Supervisi.
Seluruh penugasan pada prinsipnya harus disupervisi. Luas dan dalamnya
supervisi sangat tergantung pada sifat dan kompleksitas penugasan,
termasuk juga pengalaman, pengetahuan, dan tingkat kecakapan auditor.
6. Promosi.
Agar seseorang dapat dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi harus
memiliki pengalaman audit untuk area tertentu secara memadai; (baik
luasnya cakupan audit, keanekaragaman jenis penugasan dan banyaknya
serta kompleksitas penugasan).
Bab 6
Program Kerja Pengawasan
Tahunan dan Perencanaan
Audit Jangka Panjang
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan bagaimana Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
disusun dan penentuan auditi (obyek audit) dengan menggunakan
penilaian risiko makro.
• Menjelaskan arti penting perencanaan audit jangka panjang untuk
fungsi pengawasan di Inspektorat Daerah.
• Menjelaskan tanggung jawab inspektur di Inspektorat Daerah untuk
menyusun PKPT dan rencana audit jangka panjang.
A. Pendahuluan
2. Urusan pemerintahan
a. Urusan wajib.
1) Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan.
2) Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengawasan Tata Ruang.
3) Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil.
Auditable unit dapat berupa bagian dari struktur organisasi, proyek, kegiatan
dan aset organisasi. Beberapa contoh dari auditable unit yaitu:
a. Struktur organisasi: unit instansi, satuan kerja (satker), dan lain-lain.
b. Proyek: pembangunan fisik, sarana prasarana, pengembangan sistem
prosedur dan program, pengembangan produk, dan lain-lain.
c. Kegiatan: pelaksanaan tugas, unit usaha, fungsi, proses, dan lain-lain.
2. Pengidentifikasian Risiko
Pengidentifikasian risiko yang dibahas di dalam suatu audit universe biasa
disebut sebagai risiko makro.Terdapat tiga pendekatan untuk mengidentifikasi
risiko makro, yaitu analisis kerentanan (exposure analysis), analisis lingkungan
(environmental analysis), dan skenario ancaman (threat scenario).
Dengan demikian seluruh auditable unit dalam siklus tiga tahunan minimal
akan diaudit satu tahun sekali.
Cara lain untuk penjadwalan audit adalah menggunakan tabel matrik risiko
dengan variable lainnya, seperti kinerja dan arti penting masing-masing
auditable unit. Berikut adalah contoh tabel matrik risiko:
a. Tabel matrik risiko dengan menggunakan ukuran kinerja dari auditable unit.
dengan periode lainnya atau antara satu tahun dengan tahun sebelum dan
berikutnya. Dengan perkembangan pendekatan audit yang berbasis risiko,
maka penyusunan rencana kerja pengawasan tahunan oleh fungsi pengawasan
juga harus didasarkan pada berbagai risiko atau kemungkinan hambatan yang
dialami daerah dalam mencapai tujuan dan sasaran daerah yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, penyusunan audit tahunan merupakan wujud
turunan (derivatif) dan didasarkan dari pemetaan risiko (risk mapping) dalam
suatu penyelenggaraan aktivitas atau kegiatan pemerintahan daerah untuk
mencapai rencana strategis dan tujuannya.
pemahaman yang jelas mengenai tujuannya, yaitu sebagai langkah awal untuk
menyusun perencanaan audit yang formal. Harus diperoleh suatu klarifikasi
yang jelas mengenai apa yang diharapkan pemerintah daerah dan seluruh
jajaran satuan kerja perangkat daerah dari keberadaan fungsi pengawasan
Inspektorat. Apa yang diharapkan untuk cakupan dan temuan yang harus
diidentifikasi, serta peran dan fungsi penting fungsi pengawasan di lingkungan
pemerintahan daerah. Konsep ini harus dirumuskan secara khusus dan jelas
oleh inspektur di Inspektorat Daerah dan juga oleh berbagai pihak di lingkungan
pemerintahan daerah yang menaruh perhatian terhadap aktivitas kegiatan
fungsi pengawasan ini.
Bab 7
Quality Assurance
Fungsi Pengawasan
Inspektorat
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan pengertian program quality assurance dan arti pentingnya
bagi fungsi pengawasan Inspektorat.
• Menjelaskan elemen-elemen untuk penilaian jaminan kualitas (quality
assurance) dan alat-alat yang digunakan dalam program quality
assurance fungsi pengawasan Inspektorat.
• Menjelaskan tahapan atau proses pekerjaan quality assurance,
khususnya untuk pelaksanaan reviu eksternal.
A. Pendahuluan
2. Reviu Internal
Merupakan program quality assurance yang memberikan kepastian kepada
pimpinan fungsi pengawasan bahwa seluruh staf audit (auditor, supervisor,
dan manajer audit) melaksanakan pekerjaan audit dan aktivitas fungsi
pengawasan dengan semestinya. Reviu internal dilakukan untuk memastikan
keakuratan dan keandalan pekerjaan audit dan penyelenggaraan fungsi
pengawasan.
judul Penilaian Internal (SPAI, 2004: 17). Disebutkan bahwa Fungsi Audit
Internal harus melakukan penilaian internal yang mencakup reviu yang
kontinyu atas kegiatan dan kinerja fungsi audit internal dan reviu berkala
yang dilakukan melalui penilaian mandiri (Self Assessment) atau oleh pihak
lain dari dalam organisasi yang memiliki pengetahuan memadai tentang
standar dan praktik audit internal.
Reviu internal dapat dilakukan secara kontinyu dan berkala. Penilaian atau
reviu internal yang dilakukan secara kontinyu dilaksanakan melalui:
a. Pelaksanaan supervisi atas pekerjaan audit yang sedang berjalan.
b. Penggunaan daftar check list dan sarana lain untuk memberikan jaminan
bahwa proses-proses yang ditetapkan di dalam kebijakan dan manual
audit telah diikuti.
c. Pemanfaatan umpan balik (feedback) dari auditi dan pihak-pihak lainnya
berkaitan dengan pekerjaan audit yang dilaksanakan.
d. Pengukuran kinerja dan analisis atas kinerja yang digunakan, misalnya:
temuan yang berhasil diselesaikan dan rekomendasi yang diterima.
e. Penilaian yang terus menerus melalui anggaran biaya untuk setiap
pekerjaan audit yang dilaksanakan.
f. Penggunaan sistem monitoring atau pemantauan atas waktu penyelesaian
untuk setiap pekerjaan audit.
Verifikasi merupakan satu hal yang esensial karena laporan hasil audit
yang ditandatangani merupakan hasil dari akumulasi data yang banyak
dan komplek, termasuk keputusan atau judgment yang diambil auditor
dalam penugasan audit yang dilaksanakan. Oleh karenanya, kemungkinan
terjadinya kesalahan yang dilakukan auditor bisa saja terjadi dan jika
kesalahan yang seharusnya tidak terjadi kemudian timbul, maka hal ini
tentunya akan membuat malu pimpinan fungsi pengawasan yang
menandatangani hasil pekerjaan audit tersebut. Dengan demikian, baik
pimpinan, manajer, supervisor, ketua tim, maupun staf audit harus melakukan
verifikasi yang dirancang untuk dapat dengan segera meneliti atau mengecek
kemungkinan kesalahan mekanis dan judgment yang keliru dari pekerjaan
audit yang dilaksanakan. Begitu pula, seluruh kertas kerja audit dan draft
laporan audit harus diperiksa dan diverifikasi untuk memastikan keakuratan,
kepatutan, atau kelengkapannya.
Salah satu program reviu internal yang cukup efektif adalah melalui penilaian
sendiri oleh rekan sejawat (peer review) di lingkungan fungsi pengawasan.
Peer review bukan suatu pekerjaan penilaian yang mudah untuk diterapkan
karena budaya bangsa Indonesia yang umumnya kurang enak untuk mem-
berikan penilaian buruk kepada rekan sejawatnya atau pun tidak terbiasa
untuk menceritakan kekurangan rekan sendiri dan bahkan cenderung untuk
menutupinya atau membiarkannya. Budaya timur ini memang baik dan cocok
untuk masyarakat Indonesia, namun kadangkala menjadi hambatan untuk
penerapan peer review yang efektif atas suatu pekerjaan audit yang dinilai
kualitas dan kinerjanya.
Tingkatan akhir dalam reviu internal adalah penilaian yang dilakukan oleh
auditi. Penilaian yang dilakukan oleh auditi merupakan penilaian yang
harusnya menjadi tolok ukur yang sangat penting. Bagaimana pun, auditi
adalah pihak yang paling merasakan secara langsung manfaat keberadaan
auditor dan fungsi pengawasan. Ukuran keberhasilan pekerjaan audit yang
paling utama adalah bagaimana rekomendasi yang disampaikan ditindaklanjuti
oleh auditi dan permasalahan yang diiindikasikan dalam pekerjaan audit
berhasil diminimalkan atau tidak terulang kembali. Upaya-upaya ini tentunya
membutuhkan kerjasama dengan auditi. Auditi harus dapat diyakini bahwa
keberadaan auditor dan pekerjaan audit yang dilakukan auditor dapat
memberikan manfaat yang berarti untuk perbaikan kegiatan operasional dan
semakin mempermudah auditi untuk mencapai tujuan operasinya.
Oleh karena itu, evaluasi auditi atas pekerjaan audit sangat mencerminkan
bagaimana kualitas pekerjaan audit itu dapat diberikan kepada auditi.
Melalui penilaian auditi ini, beberapa pertanyaan yang dapat disiapkan dan
dimintakan kepada auditi untuk merespon atau menjawabnya, antara lain
adalah:
a. Apakah pekerjaan audit sesuai dengan harapan anda?
b. Apakah pekerjaan audit memberikan bantuan yang positif atau gangguan
yang negatif?
c. Apakah auditor melakukan audit dengan cara yang profesional?
d. Apakah auditor memberikan bantuan langsung terhadap permintaan
yang anda sampaikan?
e. Apakah temuan auditor membantu untuk mencapai:
• Peningkatan kepatuhan pada kebijakan dan prosedur?
• Peningkatan efisiensi operasi?
• Peningkatan efektivitas operasi?
f. Apakah pekerjaan audit dilakukan pada waktu yang tepat?
3. Reviu Eksternal
Merupakan evaluasi keseluruhan atas berbagai pekerjaan audit, aktivitas
kegiatan dan pengelolaan fungsi pengawasan Reviu eksternal dimaksudkan
untuk memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders)
mengenai kinerja fungsi pengawasan yang direviu.
Sesuai dengan buku Standar Profesi Audit Internal (SPAI), reviu eksternal
dilakukan secara periodik tiga tahun sekali oleh pihak di luar fungsi pengawasan
yang memiliki independensi, integritas, dan kompetensi yang memadai.
Ruang lingkup penilaian yang dilakukan oleh pereviu eksternal, mencakup:
a. Ketaatan terhadap standar audit dan kode etik.
b. Ketaatan terhadap berbagai persyaratan yang termuat di charter audit,
rencana audit, kebijakan audit, prosedur audit, dan persyaratan legal lain.
c. Pengetahuan, pengalaman, dan disiplin dari staf audit.
Tujuan pokok dari reviu eksternal untuk suatu program quality assurance
yang dilaksanakan adalah:
a. Menilai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan fungsi pengawasan,
terutama dinilai mengenai kesesuaian aktivitas fungsi pengawasan dengan
charter auditnya dan harapan dari pemangku kepentingan (stakeholders)
atas fungsi pengawasan.
b. Memberikan penilaian kemungkinan risiko yang dapat terjadi terhadap
organisasi secara keseluruhan jika kinerja fungsi pengawasan di bawah
atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
c. Mengidentifikasi dan menawarkan peluang kepada pimpinan dan staf
• Orang-orang yang dipilih dalam tim QA dapat berasal dari auditor internal
fungsi pengawasan lain, konsultan luar organisasi, atau auditor eksternal
dari Kantor Akuntan Publik (KAP), sepanjang KAP yang bersangkutan
tidak mengaudit organisasi di mana fungsi pengawasan berada.
• Tim QA harus memiliki akses yang segera bila dibutuhkan tim ahli atau
• Tim QA juga harus memiliki minimal satu orang dalam tim yang memiliki
pengetahuan organisasi dan pelayanan yang diberikan organisasi.
• Jumlah orang yang terlibat dalam tim QA tergantung pada tujuan, ruang
lingkup pekerjaan reviu, ukuran, lokasi geografis, dan struktur fungsi
pengawasan, serta organisasi secara keseluruhan. Namun demikian, tim
QA terdiri dari dua orang atau lebih, yaitu untuk memberikan perspektif
yang lebih luas dan lengkap untuk penyelesaian satu tugas reviu eksternal.
kembali hasil survai yang diperoleh, serta analisis yang memadai atas
tanggapan survai yang diterima.
bagaimana arti penting dan nilai dari pekerjaan audit dan penugasan
konsultasi yang diberikan oleh fungsi pengawasan, khususnya dalam
memberikan kontribusi yang berarti bagi Pemerintah Daerah dan SKPD
untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
efektif dan berhasil.
Daftar
Pustaka
1. Buku pedoman Standar Profesi Audit Internal, Konsorsium Organisasi
Profesi Audit Internal, YPIA 2004.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tanggal 22 Mei 2007
tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
5. Robert Moeller and Herbert N. Witt, Brink’s Modern Internal Auditing, 6th,
2005