Anda di halaman 1dari 120

Manajemen

Fungsi Audit Internal


Sektor Publik
Disusun Oleh:
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara


2007
Manajemen Fungsi Audit Internal Sektor Publik
Oleh Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)

Desain sampul dan isi : Tim YPIA

Diterbitkan pertama kali oleh :


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Jl. Bintaro Utama Sektor V
Bintaro Jaya Tangerang 15223
Indonesia
Telp : 021 7361654 - 56
Fax : 021 7361653

Cetakan Pertama : Desember 2007

Buku ini bisa di download bebas melalui Website :


www.stan-star.ac.id
Kata
Sambutan
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah pada tahun 2007 ini
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dipercaya oleh Asian Development
Bank (ADB) untuk melaksanakan salah satu kegiatan reformasi birokrasi yakni
penyusunan program pelatihan auditor internal non-gelar bagi Inspektorat di
daerah. Hal ini didasarkan pada tekad pemerintah untuk melakukan reformasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka good governance
mencakup reformasi audit pemerintahan daerah.

Dalam hubungan ini, pemerintah telah menetapkan proyek yang


disebut dengan State Audit Reform Sector Development Project (STAR-SDP).
Pelaksanaan STAR-SDP mendapat dukungan pendanaan yang berasal dari
Asian Development Bank (ADB) dan pemerintah Belanda.

Sejalan dengan tekad untuk menyukseskan penyelenggaraan otonomi


daerah, pemerintah juga menetapkan bahwa STAR-SDP mencakup proyek
peningkatan kuantitas dan kualitas auditor di lingkungan pemerintah daerah
melalui program pendidikan jangka pendek (non-gelar). Proyek pendidikan
non-gelar bagi auditor inspektorat daerah ini diserahkan kepada STAN –
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan
RI dan pelaksanaannya harus melibatkan konsultan independen serta didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Modul ini merupakan bagian dari kegiatan STAR-SDP tersebut yang


dikhususkan bagi auditor inspektorat daerah. Semoga modul ini bermanfaat
bagi para auditor inspektorat daerah dan para instruktur pelatihan audit internal
sektor publik serta pihak lain yang tertarik untuk mendalami audit internal
sektor publik.

Selaku pimpinan STAN saya sangat bangga dengan kegiatan ini dan
peningkatan yang telah dicapai khususnya dalam hal pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) aparatur negara, namun tidak cukup sampai di sini, kita
harus dapat mencapai kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Akhirnya pada kesempatan ini, atas nama Direktur Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
penuh dedikasi telah bekerja keras dalam pembuatan modul ini dan juga pihak
BAPPENAS serta Tim Teknis STAR-SDP STAN yang telah mendukung dengan
kemampuan profesionalisme sehingga proyek ini dapat berhasil dengan baik.
Semoga di tahun-tahun mendatang kita tetap meningkatkan kinerja.

Suyono Salamun, Ph.D

Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Daftar
Isi
Daftar Isi.............................................................................................. i

Bab 1 Pendahuluan........................................................................... 01
A. Latar Belakang..................................................................... 01
B. Tujuan Pembelajaran Umum............................................... 02
C. Tujuan Pembelajaran Khusus.............................................. 03
D. Deskripsi Singkat Struktur Modul......................................... 03
E. Metodologi Pembelajaran.................................................... 04

Bab 2 Arti Penting dan Peran Inspektorat di Lingkungan


Pemerintah Daerah................................................................. 05
A. Pendahuluan........................................................................ 05
B. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah........ 06
C. Bagaimana Pengelolaan Inspektorat Daerah Saat Ini?........ 07
D. Tantangan Masa Depan Fungsi Pengawasan Inspektorat..... 09
E. Pengelolaan Fungsi Pengawasan Inspektorat..................... 14

Bab 3 Membangun Organisasi Inspektorat yang kokoh


di Sektor Publik...................................................................... 17
A. Pendahuluan........................................................................ 17
B. Fondasi Keberhasilan Fungsi Pengawasan Inspektorat...... 18
C. Kedudukan Inspektorat di Struktur Organisasi
Pemerintahan Daerah.......................................................... 22
D. Audit Charter Inspektorat..................................................... 24
E. Independensi dan Obyektivitas Inspektorat.......................... 29
F. Uraian Tugas Auditor Inspektorat......................................... 32
G. Pengembangan Manual Kebijakan dan Pedoman Audit...... 38

Bab 4 Pengendalian Pekerjaan Audit di Inspektorat....................... 45


A. Pendahuluan........................................................................ 45
B. Pengendalian Tugas Audit................................................... 46
C. Kartu Penugasan Setiap Pekerjaan Audit............................ 47
D. Anggaran dan Jadwal Rencana Penugasan Audit............... 49
E. Laporan Kemajuan Pekerjaan Audit (Laporan Progres)......... 53
F. Risiko Audit.......................................................................... 54

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik i


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bab 5 Pengelolaan dan Pengembangan Staf Audit


di Inspektorat Daerah................................................................ 57
A. Pendahuluan........................................................................... 57
B. Persyaratan Kualitas.............................................................. 58
C. Sumber untuk Mendapatkan Staf Audit................................. 62
D. Bagaimana Proses Menyeleksi Auditor Internal..................... 65
E. Orientasi untuk Auditor yang Baru.......................................... 68
F. Pendidikan dan Pelatihan....................................................... 69
G. Pertemuan rutin staf............................................................... 71
H. Penilaian staf.......................................................................... 73
I. Penugasan Audit.................................................................... 75

Bab 6 Program Kerja Pengawasan Tahunan dan Perencanaan


Audit Jangka Panjang............................................................... 77
A. Pendahuluan.......................................................................... 77
B. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)....................... 78
C. Penentuan Obyek Audit dengan Penilaian Risiko Makro........ 81
D. Perencanaan Audit Jangka Panjang....................................... 85
E. Penetapan Rencana Tujuan dan Sasaran Fungsi
Pengawasan........................................................................... 87

Bab 7 Quality Assurance Fungsi Pengawasan Inspektorat 91


A. Pendahuluan 91
B. Standar Profesi untuk Quality Assurance 92
C. Mengevaluasi Produktivitas Pekerjaan Audit 93
D. Quality Assurance di Inspektorat 97
E. Elemen Quality Assurance 97

Daftar Pustaka....................................................................................... 113

ii Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bab 1

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia sepuluh tahun


terakhir telah membawa banyak perubahan besar, baik di bidang politik, sosial,
ekonomi, maupun penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan-perubahan
tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan pusat, melainkan juga pada
sistem pemerintahan daerah di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu perubahan
yang mendasar dan cukup signifikan adalah berlakunya otonomi daerah.
Dengan berlakunya otonomi daerah, maka setiap daerah dapat mengatur
sendiri daerahnya dan tidak tergantung lagi kepada pusat. Perubahan ini tentu
membawa suatu konsekuensi yang berat bagi setiap kepala daerah, yaitu
berupa semakin besarnya tanggung jawab untuk mengelola daerah sesuai
dengan prinsip tatakelola pemerintahan daerah yang baik.

Kondisi saat ini, masih ada daerah dalam penyelenggaraan


pemerintahannya yang belum siap dengan sistem pemerintahan yang baru
untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai dengan tatakelola
pemerintahan yang baik. Banyak terjadi kasus di sejumlah daerah yang
berkaitan dengan masalah korupsi, ketidakberesan, penyalahgunaan wewenang
dan jabatan, pelanggaran, dan masih banyak lagi kasus pidana lainnya.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Lemahnya pengendalian internal dalam


penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu penyebab
terjadinya ketidakefisienan dan ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan tentunya berdampak pada pemborosan anggaran dan keuangan
daerah. Di samping itu, akibat lemahnya pengendalian internal dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, ada sebagian oknum di lingkungan
pemerintahan daerah yang tidak atau belum siap dengan berlakunya otonomi

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 01


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

daerah, terutama berkaitan dengan masalah etika dan moral dari oknum
pejabat pemerintahan daerah tersebut yang rendah. Di sisi lain, masih menjadi
tanda tanya besar di kalangan profesi audit internal mengenai sejauh mana
peran serta dari fungsi pengawasan termasuk para pejabat pengawas yang
berada di lingkungan fungsi pengawasan atau inspektorat daerah, baik tingkat
provinsi, kabupaten, maupun kota, terutama dalam upaya untuk mengawal
berbagai kegiatan dan program pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang memenuhi prinsip tata kelola pemerintahan daerah
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam modul ”Manajemen Fungsi Audit Internal Sektor Publik” ini,


dibahas mengenai peran inspektorat di lingkungan pemerintahan daerah,
termasuk permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan bagaimana
Inspektorat menerapkan peran dan fungsinya tersebut. Pembahasan dalam
modul juga mencakup berbagai elemen-elemen yang dibutuhkan agar
pengelolaan Inspektorat Daerah dapat efektif. Topik-topik yang dibahas pada
bab-bab di dalam modul ini, antara lain mengenai organisasi fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah saat ini dan bagaimana harapannya di masa depan,
terutama dalam pengelolaan sumber daya manusia (staf audit) di Inspektorat
Daerah, perencanaan audit jangka panjang, dan pengendalian mutu pekerjaan
audit.

Modul ”Manajemen Fungsi Audit Internal ” ini merupakan satu paket


dengan modul-modul lain yang dibuat untuk program pendidikan dan
peningkatan kompetensi auditor inspektorat. Tujuan penyusunan modul ini
adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme auditor inspektorat.
Setelah membaca dan mempelajari paket modul ini, para auditor inspektorat
dapat melaksanakan tugas auditnya dengan lebih berhasil.

B. Tujuan Pembelajaran Umum

Modul ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada para


auditor Inspektorat Daerah tentang mengelola dengan efektif fungsi pengawasan
inspektorat. Dengan mempelajari modul ini, para auditor inspektorat dapat
memperoleh pengetahuan mengenai pengelolaan inspektorat dan elemen-
elemen yang dibutuhkan untuk menciptakan fungsi pengawasan yang efektif.
Diharapkan setelah mempelajari modul ini, para auditor inspektorat dapat
lebih menempatkan dirinya sebagai mitra kerja manajemen pemerintahan
daerah untuk pencapaian tujuan dan sasaran penyelenggaraan daerah yang
ditetapkan.

02 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

C. Tujuan Pembelajaran Khusus

Modul ini diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan kepada


para auditor inspektorat untuk memahami dan menjelaskan pentingnya:
1. Peran dan arti penting fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di dalam
membantu penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan tatakelola
pemerintahan daerah yang baik.
2. Membangun struktur organisasi fungsi pengawasan yang efektif dengan
dukungan dan komitmen kepala daerah dan seluruh satuan kerja perangkat
daerah.
3. Menetapkan persyaratan kualitas yang dibutuhkan para auditor inspektorat
dan peningkatan kompetensi profesional secara kontinyu.
4. Membuat suatu perencanaan audit yang terpadu dan strategis dikaitkan
dengan rencana strategi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
5. Membuat program peningkatan mutu pekerjaan dan kinerja auditor dalam
pelaksanaan tugas auditnya.

D. Deskripsi Singkat Struktur Modul

Pembahasan materi dalam modul ini lebih dimaksudkan untuk meningkat-


kan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah. Topik-topik yang akan dibahas merupakan elemen-elemen
penting sebagai fondasi dan pilar yang sangat dibutuhkan untuk membangun
fungsi pengawasan yang efektif. Pada bagian awal dari modul, pembaca dapat
memperoleh gambaran mengenai bagaimana perkembangan dan arti penting
fungsi pengawasan inspektorat serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Pada bab-bab berikutnya, para pembaca akan memperoleh pengetahuan yang
lebih rinci mengenai pilar-pilar yang dibutuhkan sebagai elemen-elemen penting
untuk membangun fungsi pengawasan Inspektorat Daerah.

Secara rinci, pembagian bab-bab dalam modul Manajemen Fungsi


Audit Internal Sektor Publik ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Arti Penting dan Peran Inspektorat di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Bab 3 Membangun Fungsi Pengawasan Inspektorat yang Kokoh di Sektor Publik.
Bab 4 Pengendalian Pekerjaan Audit di Inspektorat.
Bab 5 Pengelolaan dan Pengembangan Staf Audit di Inspektorat Daerah.
Bab 6 Program Kerja Pengawasan Tahunan dan Perencanaan Audit Jangka
Panjang.
Bab 7 Quality Assurance Fungsi Pengawasan Inspektorat.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 03


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

E. Metodologi Pembelajaran

Untuk mempelajari modul ini, peserta dianjurkan untuk membaca


seluruh materi yang ada serta mencoba latihan dan kasus yang disediakan
di dalam buku kerja (workbook) dari modul ini. Instruktur akan membantu
peserta untuk memahami materi melalui pemaparan di kelas. Agar proses
pendalaman materi dapat berlangsung secara baik, perlu dilakukan diskusi
kelompok sehingga seluruh peserta menjadi aktif dalam proses belajar-
mengajar.

04 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Arti Penting dan Peran Bab 2


Inspektorat di Lingkungan
Pemerintah Daerah
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan arti dan peran penting fungsi pengawasan yang dilaksana-
kan oleh Inspektorat Daerah dalam membantu dan mendukung
terciptanya penyelenggaraan pemerintahanan daerah sesuai dengan
tatakelola yang baik dan memadai.
• Menjelaskan bagaimana pengelolaan yang efektif dari fungsi pengawasan
di sektor publik, khususnya di lingkungan pemerintahan daerah.
• Menjelaskan permasalahan dan tantangan ke depan yang dihadapi
fungsi pengawasan Inspektorat Daerah dan strategi yang tepat untuk
pengelolaan fungsi pengawasan inspektorat yang efektif.

A. Pendahuluan

Badan Pengawas Daerah (Bawasda) atau yang sekarang ini lebih


dipopulerkan dengan sebutan Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota (selanjutnya
di singkat dengan Inspektorat) merupakan suatu lembaga pengawasan di
lingkungan pemerintahan daerah, baik untuk tingkat provinsi, kabupaten, atau
kota, memainkan peran yang sangat penting dan signifikan untuk kemajuan
dan keberhasilan pemerintah daerah dan perangkat daerah di lingkungan
pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah dan
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Berhasilnya penugasan audit sangat tergantung pada bagaimana


fungsi pengawasan yang dijalankan dapat dikelola dengan memadai. Untuk
itu, pimpinan Inspektorat harus mampu mengelola dengan baik agar fungsi
pengawasan dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi penyelenggaraan
pemerintahan daerah secara keseluruhan.

Paradigma baru fungsi pengawasan di lingkungan pemerintahan


daerah membuka suatu cakrawala baru bahwa peran dan fungsi auditor
inspektorat tidak hanya dimaksudkan untuk mencari kelemahan-kelemahan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 05


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

yang berhasil dijumpai atau diidentifikasi, melainkan juga berperan sebagai


mitra kerja pemerintah daerah untuk memudahkan setiap satuan kerja perangkat
daerah di unit kerja masing-masing agar dapat mencapai tujuan dan sasaran
kegiatan operasionalnya dengan efektif dan efisien. Begitu pula, ukuran
keberhasilan setiap pekerjaan audit tidak hanya tergantung dari banyaknya
temuan audit atau dapat dilaksanakannya seluruh rencana audit tahunan yang
telah ditetapkan, melainkan lebih ditekankan pada bagaimana rekomendasi
perbaikan yang disampaikan dapat ditindaklanjuti dengan baik dan berhasil.
Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian dan pertimbangan penting
auditor inspektorat dan pimpinan fungsi pengawasan di lingkungan pemerintahan
daerah. Untuk mencapai keinginan dan harapan tersebut, setiap pekerjaan
audit yang dilakukan harus terkoordinasi dengan baik antara fungsi pengawasan
dengan berbagai fungsi, aktivitas, kegiatan, ataupun program yang dijalankan
Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Bagaimanapun,
keberhasilan daerah untuk mencapai tujuannya tidak terlepas dari adanya
koordinasi yang efektif di antara berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
selaku pelaksana urusan pemerintahan di daerah. Koordinasi yang terjalin
baik ini tentunya akan menjadi semakin lengkap dan sempurna dengan
keterlibatan Inspektorat yang menjalankan fungsi pengawasannya dengan
efektif dan diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi daerah untuk
pencapaian tujuan dan sasarannya.

B. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pengawasan Penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilakukan


oleh berbagai pihak, antara lain oleh pejabat pemerintah daerah sebagai
jajaran manajemen dan oleh inspektorat. Pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah oleh pejabat pemerintah daerah dilakukan melalui
monitoring dan evaluasi atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Monitoring
adalah kegiatan mengamati, mengawasi keadaan dan pelaksanaan di tingkat
lapangan yang secara terus menerus atau berkala di setiap tingkatan untuk
program yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Sementara itu,
evaluasi adalah proses kegiatan penilaian kebijakan daerah, akuntabilitas
kinerja daerah atau program dan kegiatan pemerintahan daerah untuk
meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kegiatan monitoring
dan evaluasi yang dimaksudkan di sini dilakukan terhadap administrasi umum
pemerintahan dan urusan pemerintahan daerah.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan oleh inspektorat dikoordinasikan


oleh Kepala Inspektorat. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

06 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

No. 23 Tahun 2007, Kepala Inspektorat, baik di tingkat provinsi, kabupaten,


dan kota disebut dengan Inspektur Provinsi, dan Inspektur Kabupaten/Kota.
Kegiatan yang dilakukan oleh inspektorat adalah kegiatan pemeriksaan (audit),
yang meliputi:
1. Pemeriksaan secara berkala dan komprehensif terhadap kelembagaan,
pegawai daerah, keuangan daerah, barang daerah, dan urusan pemerintahan.
2. Pemeriksaan dana dekonsentrasi.
3. Pemeriksaan tugas pembantuan.
4. Pemeriksanaan terhadap kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.

Selain pemeriksaan tersebut, auditor Inspektorat dapat juga melakukan


pemeriksaan tertentu dan pemeriksaan terhadap laporan mengenai indikasi
kemungkinan terjadinya tindak penyimpangan, korupsi, kolusi, dan nepotisme
di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelaksanaan kegiatan
pengawasan ini dikoordinasikan oleh Kepala Inspektorat, yang dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 23 Tahun 2007, kepala
Inspektorat, baik di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota disebut dengan
Inspektur Jenderal, Inspektur Provinsi, dan Inspektur Kabupaten/Kota.

Setiap auditor di inspektorat daerah diharapkan dapat menerapkan


kecermatan profesinya dengan memadai. Dengan adanya berbagai perubahan
keadaan baik lingkungan pemerintahan daerah maupun di lingkungan inspektorat
itu sendiri, para auditor inspektorat juga dituntut untuk lebih memainkan peran
pentingnya sebagai konsultan internal pemerintah daerah dan mitra kerja yang
efektif dari para kepala daerah dan aparat pemerintah di Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di daerahnya masing-masing. Begitu pula, dengan melihat
berbagai kegiatan pengawasan yang harus dijalankan, para auditor atau pejabat
pengawas pemerintah di inspektorat dituntut untuk selalu siap dan sigap dalam
melaksanakan peran dan fungsi pengawasannya.

C. Bagaimana Pengelolaan Inspektorat Daerah Saat Ini ?

Sebagaimana diketahui dan bukan suatu hal yang baru bahwa


permasalahan saat ini adalah umumnya inspektorat, baik tingkat provinsi,
kabupaten, dan kota, masih banyak yang belum dikelola dengan efektif dan
memadai sesuai dengan standar profesi dan kompetensi yang dibutuhkan.
Fungsi pengawasan yang dilakukan Inspektorat belum berfungsi dengan baik
karena masih ditata atau dikelola dengan cara yang tradisional dan belum
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Masih banyak juga
persepsi yang keliru di lingkungan satuan kerja perangkat daerah mengenai

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 07


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

peran dan fungsi pengawasan inspektorat. Di satu sisi, harus disadari bahwa
gejala tersebut timbul disebabkan karena perilaku auditor inspektorat itu sendiri
yang kurang persuasif dalam melaksanakan penugasan auditnya ataupun
juga karena rendahnya kompetensi teknis yang dimiliki para auditor Inspektorat.
Sedangkan di sisi lainnya, masih banyak para pimpinan atau kepala daerah
serta sebagian aparat pemerintah daerah yang belum memahami sepenuhnya
arti penting dan peran fungsi pengawasan yang dijalankan oleh Inspektorat
Daerahnya. Banyak juga yang masih berpendapat bahwa auditor inspektorat
adalah pemeriksa yang dalam melaksanakan pekerjaan auditnya hanya
berusaha mencari kesalahan-kesalahan auditi dan tidak mempertimbangkan
hal yang sudah dicapai oleh audit.

Konsekuensi hubungan yang tidak harmonis ini seringkali mengakibatkan


timbul jurang pemisah (gap) atau konflik dan ketidaksukaan banyak orang
terhadap auditor inspektorat. Banyak juga yang berpandangan bahwa auditor
Inspektorat hanya memahami masalah audit dan pengendalian, sedangkan
bagaimana aktivitas operasional penyelenggaraan pemerintahan daerah,
termasuk berbagai kendala, permasalahan, kerentanan suatu kegiatan, atau
risiko serta potensinya di lingkungan daerah dianggap bukan sebagai wilayah
kompetensi auditor. Dengan demikian, auditor dianggap tidak ahli dan tidak
tahu menahu soal bagaimana aktivitas operasional atau penyelenggaraan
pemerintahan daerah dilaksanakan. Sebagai contoh, dalam pengadaan barang
atau jasa, auditor dianggap hanya memahami masalah pengendalian dan
auditnya saja. Auditor Inspektorat dianggap tidak memahami proses pengadaan,
peraturan perundangan yang melandasinya dan kendala-kendala yang dihadapi.
Hal tersebut memang ada benarnya, artinya bahwa hal itu merupakan pendapat
yang logis, karena auditor memang bukan ahli secara khusus di aktivitas
operasional tersebut.

Namun demikian, dengan keberadaan auditor ditengah-tengah aktivitas


mereka, diharapkan auditor dapat memberikan nilai tambah sehingga apa
pun kegiatan yang dilaksanakan, maka dapat dicapai dengan cara yang paling
efektif, efisien, dan ekonomis. Banyak pihak yang juga masih meyakini bahwa
keberadaan auditor hanyalah untuk “mencari” temuan, khususnya temuan
negatif, untuk membongkar kecurangan, penggelapan, atau pelanggaran yang
mengandung tindak pidana.

Masih sedikit sekali orang yang berpandangan bahwa auditor memiliki


potensi untuk berperan sebagai mitra kerja, yaitu konsultan dalam memudahkan
atau memberikan bantuan fasilitasi setiap orang yang melaksanakan aktivitas

08 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

operasional dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, terutama untuk


mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Banyak pula orang
berpendapat bahwa kebanyakan masalah-masalah yang diungkapkan auditor
adalah masalah-masalah yang sudah berlalu (basi) sehingga laporan hasil
audit yang dibuat auditor merupakan hal yang sia-sia saja atau sudah terlambat
untuk pengambilan keputusan.

Sebagai simpulannya mengapa pengelolaan pada fungsi pengawasan


Inspektorat Daerah banyak belum efektif dan memadai, yaitu karena masih
adanya anggapan yang keliru bahwa fungsi pengawasan atau audit internal
yang ada di dalam suatu organisasi, seperti inspektorat adalah sekadar
memenuhi persyaratan struktur organisasi yang harus ada dan bukan dipandang
sebagai lembaga yang mampu untuk memberikan nilai tambah di dalam
organisasi, seperti halnya organisasi di pemerintahan daerah.

D. Tantangan Masa Depan Fungsi Pengawasan Inspektorat

Permasalahan saat ini adalah bagaimana membangun kepercayaan


masyarakat serta mengubah persepsi yang keliru mengenai auditor inspektorat
sebagai aparat pengawas internal pemerintah daerah. Tantangan atau pertanyaan
berikutnya adalah bagaimana agar pekerjaan audit yang dilaksanakan mampu
mengetahui dan mengidentifikasi dengan segera setiap permasalahan, risiko
dan potensinya yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan dan program
yang sudah dicanangkan di daerah masing-masing, sehingga tujuan, target,
dan sasaran kegiatan yang sudah dianggarkan di dalam APBD dan program
pembangunan daerah dapat tercapai dengan cara yang paling efektif , ekonomis,
dan efisien. Semua upaya yang diinginkan ini sangat tergantung kepada fungsi
pengawasan itu sendiri, yaitu kepercayaan masyarakat dan keberhasilan
pekerjaan audit sangat tergantung pada bagaimana lembaga pengawasan ini
dapat dikelola dengan baik. Adanya tantangan ini merupakan titik tolak untuk
setiap pimpinan atau kepala inspektorat untuk mampu mengelola organisasi
fungsi pengawasannya dengan efektif.

Menyadari akan hal tersebut, penting bagi pimpinan atau kepala


inspektorat untuk dapat mentransformasi peran dari fungsi pengawasan
inspektorat daerah, di antaranya melalui:

• Pemantapan status dan kedudukan organisasi fungsi pengawasan


inspektorat yang mampu memberikan nilai tambah bagi pelaksanaan
seluruh kegiatan dan program pemerintah daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 09


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Penyusunan perencanaan pekerjaan audit yang efektif, baik untuk


perencanaan penugasan audit, program kerja pengawasan tahunan,
maupun perencanaan audit jangka panjang yang mengacu pada pola
rencana strategis dan rencana kerja seluruh satuan kerja perangkat daerah.

• Peningkatan kemampuan teknis dan profesionalisme para auditor di


lingkungan inspektorat daerah, yaitu agar peran aktifnya sebagai mitra
kerja Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dapat ditingkatkan dan diwujudkan dengan berhasil.

• Penyempurnaan kebijakan, sistem, prosedur, dan pola pendekatan audit


dan fungsi pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah
saat ini dan mendatang untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
berhasil.

• Peningkatan hubungan dan koordinasi pekerjaan audit dan fungsi pengawasan


dengan auditor eksternal (misal: BPK) dan Perguruan Tinggi terutama berkaitan
dengan peran inspektorat daerah untuk mereviu laporan keuangan daerah
dan penilaian kinerja satuan kerja perangkat daerah, serta untuk meningkatkan
pengetahuan berbagai fungsi yang ada di pemerintahan daerah.

• Peningkatan komunikasi dan koordinasi tindak lanjut hasil pengawasan


dengan para auditi di seluruh jajaran satuan kerja perangkat daerah.

• Sosialisasi dan promosi mengenai arti penting dan arah strategi dari
inspektorat daerah sebagai mitra kerja pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berhasil.

• Penciptaan iklim kerja yang konstruktif di lingkungan fungsi pengawasan


inspektorat daerah dan budaya kerja yang mendukung tata kelola
pemerintahan daerah yang baik.

Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu diambil langkah-langkah


yang konkrit, antara lain melalui pembangunan citra fungsi pengawasan
inspektorat daerah dan pembangunan organisasi, manajemen, dan sumber
daya manusia (auditor) sehingga mampu memberikan nilai tambah, serta
mendukung terciptanya tatakelola pemerintahan yang baik, pengelolaan risiko
atas kegiatan dan program, serta penciptaan lingkungan pengendalian yang
memadai di lingkungan pemerintah daerah. Berbagai usaha ini tentunya harus
dimulai melalui penyusunan rencana kerja inspektorat yang mengacu pada

10 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

rencana strategis dan kerja pemerintahan daerah serta didukung oleh berbagai
upaya perbaikan dan peningkatan pengelolaan fungsi pengawasan Inspektorat
Daerah yang efektif. Diharapkan Inspektorat dan seluruh pejabat pengawasnya
mengikuti terus perkembangan dan arah aktivitas kegiatan dan penyelenggaraan
program yang dilaksanakan oleh setiap satuan kerja perangkat daerah di
masing-masing daerahnya.

Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pemerintah daerah,


inspektorat juga diminta turut ambil bagian dalam melakukan pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan kepada publik atau masyarakat, khususnya
yang berada di lingkungan pemerintahan daerah. Dalam era otonomi daerah
yang dikembangkan saat ini, sudah selayaknya posisi fungsi pengawasan
inspektorat daerah menempati posisi yang strategis untuk mendukung usaha-
usaha pemerintah daerah dan seluruh satuan kerja perangkat daerah dalam
mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh lapisan masyarakat daerah.

Untuk meningkatkan arti dan peran penting fungsi pengawasan


inspektorat di lingkungan pemerintahan daerah, para auditor inspektorat juga
harus secara aktif menjadi mitra kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. Tidaklah
lengkap arti penting inspektorat tanpa diimbangi dengan perannya sebagai
konsultan dan katalis. Dewasa ini perkembangan dan paradigma baru auditor
internal baik di sektor privat maupun publik telah membawa perubahan yang
signifikan dalam peran dan fungsi auditor internal. Dari pengertian auditor
internal sesuai dengan tuntutan baru auditor internal yang dipublikasikan di
tahun 1999 oleh the Institute of Internal Auditors, Inc. (yaitu organisasi profesi
auditor internal internasional), peran dan fungsi auditor internal tidak lagi
hanya sekedar mendeteksi kesalahan (detective control), melainkan juga
untuk membantu mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan (preventive
control), serta mengarahkan atau mempertajam (directive control) aktivitas
operasional untuk mencapai tujuan atau target dan sasaran yang telah
ditetapkan. Dari pengertian tersebut, jelas keberadaan auditor internal harus
mampu memberikan nilai tambah bagi organisasi, serta mampu mendorong
terciptanya iklim tatakelola yang baik, pengelolaan risiko yang efektif, dan
penciptaan lingkungan pengendalian yang memadai. Wujud dari pengertian
tersebut adalah bahwa paling tidak seorang auditor internal harus memiliki
tiga peran, yaitu sebagai wacthdog (detective control), konsultan (preventive
control), dan katalis (directive control). Dari ketiga peran tersebut, dalam
perkembangan saat ini, bobot terbesar peran auditor internal adalah harus
sebagai konsultan, kemudian katalis, dan dalam jumlah bobot yang minimal
auditor internal juga menjalankan perannya sebagai watchdog.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 11


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bagaimana menerapkan kondisi paradigma peran baru auditor internal


di lingkungan inspektorat? Dewasa ini, dengan berlakunya otonomi daerah,
setiap daerah dapat mengatur sendiri daerahnya dan tidak tergantung lagi
kepada pusat. Hal ini tentu membawa suatu konsekuensi yang berat bagi
setiap kepala daerah, yaitu berupa semakin besarnya tanggung jawab untuk
mengelola daerah sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan daerah
yang baik. Dalam kenyataannya, banyak terjadi kasus di sejumlah daerah
yang berkaitan dengan masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang dan
jabatan, pelanggaran, dan masih banyak lagi kasus pidana lainnya.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Di satu sisi mungkin disadari


bahwa masih ada oknum di pemerintahan daerah yang tidak siap dengan
berlakunya otonomi daerah dan etika dan moral oknum pejabat daerah tersebut
yang rendah, namun di sisi lain menjadi tanda tanya besar di kalangan profesi
audit internal mengenai sejauh mana peran serta fungsi pengawasan termasuk
di dalamnya auditor atau pejabat pengawas di lingkungan inspektorat daerah
dalam mengawal berbagai kegiatan dan program pemerintah daerah.

Saat ini, masih ada kesan bahwa keberadaan fungsi pengawasan


inspektorat belum dioptimalkan sepenuhnya. Banyak kepala daerah maupun
satuan kerja perangkat daerah yang berada di bawah kepala daerah belum
mengetahui bahwa peran inspektorat sebenarnya bukan hanya mendeteksi sesuatu
yang sudah terjadi, melainkan juga harus lebih mengutamakan peran konsultan
dan katalisnya dalam mengawal berbagai kegiatan dan program yang dijalankan
di lingkungan pemerintahan daerah. Dengan demikian, apabila terdapat kondisi
yang berpotensi untuk menimbulkan risiko, auditor inspektorat dapat memberikan
rekomendasi yang konstruktif untuk meminimalkan peluang terjadinya risiko tersebut.

Oleh karenanya, sudah menjadi keharusan (mandatory) bagi seluruh


aparatur pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah dan seluruh satuan kerja
perangkat daerah untuk memberdayakan peran konsultan dan katalis dari
inspektorat. Dengan peran konsultan dan katalis ini, diharapkan berbagai
permasalahan dalam penyelenggaraan kegiatan dan program pemerintah
daerah dapat dicegah kemungkinan terjadinya atau diminimalkan dampak yang
ditimbulkannya. Perubahan paradigma ini harus benar-benar dilaksanakan oleh
para auditor inspektorat, artinya bahwa mereka harus memiliki komitmen yang
kuat untuk lebih mengembangkan peran konsultan dan katalisnya. Sementara
itu, diharapkan juga seluruh jajaran pemerintah daerah dan satuan kerja
perangkat daerah di bawahnya juga harus sudah menyadari peran konsultan
dan katalis dari para auditor inspektorat di daerahnya.

12 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Untuk mewujudkan peran inspektorat sebagai konsultan dan katalis,


orang-orang di lingkungan inspektorat wajib mempunyai kompetensi yang
tinggi dalam bidangnya. Oleh karena itu, untuk merealisasikan kepentingan
tersebut, beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah:

• Para auditor atau pejabat pengawas di lingkungan inspektorat harus


meninggalkan paradigma lama untuk menuju paradigma baru sebagai
auditor internal di lingkungan pemerintah daerah.

• Dalam pelaksanaan pekerjaan penugasan di lapangan, para auditor


inspektorat harus lebih mengutamakan kepentingan pemerintah daerah
dalam pencapaian kegiatan dan progam yang sudah dicanangkan daripada
sekadar pencapaian target pekerjaan penugasan audit yang sudah
dijadwalkan di dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).

• Harus diperoleh komitmen yang tegas dan kontinyu dari pimpinan atau
kepala daerah serta seluruh jajaran satuan kerja perangkat daerah, yaitu
mengenai status, kedudukan, fungsi dan peran inspektorat di lingkungan
pemerintah daerah, bahwa unit kerja inspektorat merupakan bagian dari
struktur organisasi di pemerintahan daerah yang tidak dapat dipisahkan.
Jangan sampai ada kesan unit kerja inspektorat hanya sekadar melengkapi
struktur organisasi di pemerintahan daerah.

• Setiap pejabat pengawas atau auditor inspektorat harus selalu menunjukkan


nilai etika, integritas, dan komitmennya sebagai auditor profesional.

• Auditor inspektorat juga harus mampu bersikap independen dan obyektif


di dalam melaksanakan tugasnya, serta selalu menjunjung tinggi kejujuran
dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

• Setiap perangkat daerah harus terbuka dengan masukan dari inspektorat


dan bersedia untuk menindaklanjuti temuan dalam rangka untuk perbaikan
kegiatan dan program di masa datang.

• Kepala inspektorat harus selalu siap untuk memberikan para staf terbaiknya
untuk dipromosikan atau kembali bergabung di berbagai aktivitas operasional
kegiatan atau program pada satuan kerja perangkat daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 13


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

E. Pengelolaan Fungsi Pengawasan Inspektorat

Untuk merespon tantangan mengenai arti penting dan peran fungsi


pengawasan inspektorat di lingkungan pemerintah daerah, khususnya peran
konsultan dan katalisnya, setiap kepala inspektorat dan seluruh pimpinan di
jajaran pejabat pengawasnya dituntut untuk mampu melakukan pengelolaan
atau manajemen fungsi pengawasan inspektorat yang efektif. Berbagai upaya
dapat dilakukan untuk manajemen fungsi inspektorat yang efektif ini, di
antaranya adalah melalui peningkatan kompetensi teknis auditor di inspektorat,
menyamakan persepsi dengan auditi (kepala daerah dan seluruh aparatur
pemerintah daerah) mengenai peran dan fungsi inspektorat, peningkatan dan
penyempurnaan berbagai kebijakan dan prosedur audit, pemanfaatan
pendekatan audit yang sesuai dengan kebutuhan daerah, dan koordinasi
pekerjaan audit dengan pihak terkait lainnya, termasuk dengan auditor eksternal.

Pengelolaan atas fungsi pengawasan inspektorat tidak hanya terbatas


pada struktur organisasinya saja, melainkan juga termasuk pada pekerjaan
audit yang dilaksanakan. Pengendalian pekerjaan audit dimulai dari sebelum
pelaksanaan pekerjaan audit hingga pelaporan dan pemantauan tindak lanjut
terhadap rekomendasi yang disarankan, termasuk juga evaluasi mengenai
apakah pendekatan audit yang diterapkan sudah sesuai dengan kebutuhan
atau keadaan. Proses audit ini merupakan suatu proses yang kontinyu
sepanjang kegiatan dan program di pemerintah daerah dilaksanakan.

Keberhasilan manajemen fungsi pengawasan atau audit internal


inspektorat tidak boleh diukur dari volume atau jumlah temuan yang berhasil
dikumpulkan, melainkan juga harus lebih diarahkan pada manfaat apa yang
diterima dengan keberadaan dan hasil kerja Inspektorat. Beberapa ukuran
keberhasilan pengelolaan fungsi pengawasan inspektorat daerah yang efektif,
di antaranya adalah:

• Keberadaan fungsi pengawasan inspektorat dapat menciptakan nilai tambah


dan meningkatkan pengawasan yang efektif dan memadai dalam penyeleng-
garaan pemerintahan daerah dengan mengacu pada praktik-praktik dan
tata kelola pemerintahan yang baik.

• Kepala daerah mengajak kepala inspektoratnya dan/atau pejabat pengawas


di lingkungan inspektorat untuk membahas secara bersama berbagai
masalah penting atau signifikan dan kritikal yang membutuhkan penanganan
dan pengambilan keputusan yang segera.

14 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Unit-unit kerja operasional atau satuan kerja perangkat daerah di lingkungan


pemerintahan daerah meminta auditor inspektorat untuk membantu
kelancaran kegiatan dan/atau program pemerintah daerah yang sedang
dan akan dilaksanakan.

• Auditor inspektorat dijadikan sumber untuk menetapkan nominasi mengisi


formasi di lingkungan pemerintah daerah.

• Meningkatnya kemampuan teknis dan analisis para auditor inspektorat


sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan daerah.

• Meningkatnya kepuasan kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah


terhadap hasil kerja auditor inspektorat.

Untuk mewujudkan manajemen fungsi pengawasan inspektorat daerah yang


efektif, berikut ini komponen-komponen yang menjadi fondasi dan pilar utama
keberhasilan manajemen fungsi pengawasan inspektorat daerah adalah:
Organisasi fungsi pengawasan Inspektorat yang kokoh.
• Pengendalian pekerjaan audit di lingkungan Inspektorat
• Pengelolaan dan pengembangan staf audit Inspektorat
• Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dan Perencanaan
Audit Jangka Panjang fungsi pengawasan Inspektorat
• Pelaksanaan Quality Assurance fungsi pengawasan Inspektorat.

Catatan:
Untuk selanjutnya, pada bab-bab berikut akan dibahas secara lebih rinci masing-
masing komponen yang menjadi fondasi dan pilar utama keberhasilan manajemen
fungsi pengawasan Inspektorat di lingkungan pemerintahan daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 15


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Halaman ini sengaja dikosongkan

16 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bab 3
Membangun Organisasi
Inspektorat yang Kokoh
di Sektor Publik
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan konsep dasar keberhasilan fungsi pengawasan
inspektorat.
• Menjelaskan kedudukan organisasi Inspektorat dalam struktur
organisasi di Pemerintahan Daerah
• Menjelaskan arti penting independensi dan obyektivitas organisasi
fungsi pengawasan Inspektorat.
• Menjelaskan perlunya pedoman atau manual kebijakan dan prosedur
audit untuk menciptakan konsistensi pelaksanaan pekerjaan audit.

A. Pendahuluan

Seperti aktivitas atau kegiatan lainnya di dalam suatu organisasi pada


lazimnya, keberhasilan fungsi pengawasan sangat tergantung pada bagaimana
fungsi ini dapat dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik dan efektif
menuntut penerapan strategi yang tepat atas fungsi pengawasan ini melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia dan komunikasi yang efektif di
antara semua pihak yang terlibat dan pihak pengguna jasa fungsi pengawasan
sebagai bagian dari pelayanannya kepada publik atau masyarakat.

Harus diakui bahwa pekerjaan audit yang efektif merupakan hasil dari
berbagai aktivitas yang dikoordinasikan, direncanakan, dan dilaksanakan
dengan memadai. Untuk memenuhi keinginan ini, dibutuhkan manajemen yang
baik, dimulai dari sebelum pekerjaan audit dilaksanakan, pelaksanaan auditnya,
dan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian laporan, dan pemantauan
tindak lanjutnya. Manajemen fungsi pengawasan yang dimaksudkan di sini
adalah berbagai keputusan dan aktivitas yang berhubungan langsung dengan
pekerjaan audit, termasuk penugasan audit itu sendiri, supervisi, reviu, dan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 17


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

evaluasi atas pekerjaan-pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Dalam arti


yang lebih luas, manajemen fungsi pengawasan meliputi seluruh pekerjaan
administratif dan berbagai aktivitas kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan
fungsi pengawasan.

Persyaratan lain yang juga menjadi kunci keberhasilan fungsi


pengawasan adalah kepemimpinan yang kuat atas fungsi pengawasan.
Pimpinan di fungsi pengawasan haruslah orang yang sangat mengerti akan
kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan oleh berbagai komponen dan perangkat
di organisasi secara keseluruhan. Di samping itu, pimpinan fungsi pengawasan
harus paham berbagai kemungkinan risiko dan aktivitas pengendalian yang
dibutuhkan untuk memantapkan langkah organisasi secara keseluruhan dalam
tujuan, target, dan sasaran yang telah ditetapkan dan yang ingin dicapai dari
pelaksanaan aktivitas operasional yang sistematis. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang memenuhi tata kelola yang baik, fungsi pengawasan
(inspektorat) diharapkan dapat memberikan dukungan yang memadai untuk
keberhasilan pencapaian berbagai kegiatan dan program daerah yang telah
ditetapkan.

Dalam hubungannya dengan fungsi pengawasan di Inspektorat Daerah,


seorang inspektur sebagai pimpinan fungsi pengawasan harus mampu
menunjukkan kontribusi yang berarti dari fungsi pengawasan inspektorat untuk
keseluruhan organisasi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pimpinan
fungsi pengawasan harus memiliki latar belakang yang kuat dan memadai
baik dari pendidikan maupun pengalamannya. Di samping itu, ia juga harus
memiliki perilaku dan sikap mental yang dapat menjadi contoh bagi seluruh
jajaran di bawahnya. Perilaku dan sikap mental yang memadai harus dapat
diwujudkan melalui nilai etika, integritas, dan komitmen yang dibangun dan
dilaksanakan di dalam tugas kesehariannya sebagai pimpinan. Dukungan dari
atas, yaitu kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif tertinggi di daerah juga
harus diperoleh untuk memudahkan menjalankan peran dan tugasnya
memimpin fungsi pengawasan yang berhasil.

B. Fondasi Keberhasilan Fungsi Pengawasan Inspektorat

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 yaitu


tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (pasal 3) menyatakan bahwa pengawasan atas administrasi umum
pemerintahan dan urusan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pejabat
Pengawas Pemerintah. Selanjutnya dalam pasal tersebut juga dikatakan

18 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Pejabat Pengawas Pemerintahan


dikoordinasikan oleh Inspektur Jenderal, yaitu sebagai kepala inspektorat.
Berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan audit yang berada di bawah kendalinya,
tanggung jawab seorang kepala inspektorat meliputi penyusunan rencana
pengawasan jangka panjang yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT), pelaksanaan penugasan pengawasan,
menuangkan hasil pengawasan ke dalam laporan hasil audit, memantau tindak
lanjut hasil audit, dan pemutakhiran atas pelaksanaan tindak lanjut.

Di samping tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, kepala


inspektorat daerah mempunyai tugas untuk mengelola administratif fungsi
pengawasannya (inspektorat) agar diperoleh pengelolaan inspektorat yang
efektif, efisien, dan ekonomis. Pengelolaan yang efektif atas inspektorat ini
menuntut kemampuan memimpin yang efektif dari seorang kepala inspektorat.
Kepala inspektorat juga bertanggung jawab mengarahkan seluruh auditornya
agar program kerja pengawasan tahunan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan dengan memadai. Selanjutnya untuk memastikan keberhasilan
fungsi pengawasan dalam memberikan kontribusi yang berarti, seorang kepala
inspektorat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh jajaran
auditornya dalam memantau efektivitas tindak lanjut atas rekomendasi atau
perbaikan yang disarankan terhadap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang masih mengandung kelemahan.

Untuk pelaksanaan pekerjaan pengawasan yang efektif, maka kepala


daerah melalui pejabat pengawas pemerintah mempunyai kewenangan untuk
melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan,
pemantauan, dan evaluasi. Dengan demikian, seorang inspektur atau kepala
inspektorat baik untuk tingkat provinsi, kabupaten, maupun kota mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang cukup berat untuk melaksanakan kewenangan
yang diberikan kepadanya.

Permasalahan yang mungkin timbul adalah apakah tugas, tanggung


jawab, dan kewenangan yang dibebankan kepadanya, didukung oleh komitmen
pimpinan tertinggi di daerah, yaitu kepala daerahnya atau sebaliknya. Sangat
sulit bagi seorang inspektur untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya tanpa dukungan dari pemerintah daerah dan
jajaran satuan kerja perangkat daerah di bawahnya. Dukungan dan komitmen
ini sebenarnya sangat tergantung pada nilai tambah dan manfaat yang dapat
dikontribusikan fungsi pengawasan inspektorat kepada seluruh perangkat

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 19


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

daerah. Tentunya harapan yang ingin dicapai dari kegiatan di pemerintahan


daerah adalah agar anggaran pemerintah daerah dapat terserap dengan efektif
dan efisien dan seluruh kegiatan dan progam mencapai target dan sasarannya
dengan cara yang paling optimal. Seorang kepala inspektorat harus mampu
mengelola fungsi pengawasannya secara efektif dan efisien, untuk memastikan
bahwa kegiatan inspektorat benar-benar dapat memberikan kontribusi atau
nilai tambah untuk keseluruhan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Untuk membangun fungsi pengawasan inspektorat daerah yang kokoh,


fondasi yang harus dibangun oleh seorang inspektur yang bertanggung jawab
untuk memimpin dan mengelola fungsi pengawasan inspektorat adalah bahwa:
• Seorang inspektur harus menyusun perencanaan penugasan auditnya, dan
bila mungkin, menggunakan perencanaan audit berbasis risiko. Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang paling muktahir di dalam pekerjaan audit.
Dengan penerapan pendekatan ini maka akan memudahkan pejabat
pengawas pemerintahan daerah untuk menetapkan prioritas kegiatan
pengawasan yang dilaksanakan.

• Seorang Inspektur harus mengkomunikasikan dengan baik rencana kegiatan


audit dan kebutuhan sumber daya kepada pihak yang memiliki otoritas,
yaitu pemerintah daerah. Komunikasi ini penting untuk meminta komitmen
dari kepala pemerintah daerah terhadap penyelenggaran fungsi pengawasan
yang efektif.

• Seorang Inspektur harus memastikan bahwa seluruh sumber daya fungsi


pengawasan telah memadai dan dapat digunakan secara efektif untuk
merealisasikan rencana-rencana yang telah disetujui agar dapat diperoleh
hasil pengawasan yang optimal.

• Seorang Inspektur harus menyusun kebijakan dan prosedur audit sebagai


pedoman bagi seluruh pejabat pengawas pemerintahan untuk pelaksanaan
kegiatan fungsi pengawasan yang konsisten.

• Seorang Inspektur harus berkoordinasi dengan pihak internal dan eksternal


organisasi yang melakukan pekerjaan audit, yaitu untuk memastikan bahwa
seluruh ruang lingkup penugasan sudah memadai dan menghindarkan
atau meminimalkan kemungkinan adanya duplikasi dalam pekerjaan audit.

• Seorang Inspektur harus menyampaikan laporan secara berkala kepada


kepala daerahnya mengenai bagaimana kegiatan fungsi pengawasan

20 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

dilaksanakan. Umumnya, laporan yang disampaikan memuat informasi,


antara lain: perbandingan rencana dan realisasi yang mencakup sasaran,
wewenang, tanggung jawab, dan kinerja inspektorat sebagai fungsi
pengawasan.

Sebagai wujud dari pelaksanaan tugasnya, seorang inspektur harus memiliki


wewenang untuk dapat mengarahkan program kerja pengawasannya secara
komprehensif. Disamping itu, sebagai orang yang memimpin fungsi pengawasan
inspektorat, ia dan seluruh pejabat pengawas pemerintah daerah harus memiliki
wewenang untuk dapat melakukan akses yang penuh, bebas, dan tidak
terbatas terhadap:
• Administrasi umum pemerintahan, yang meliputi: kebijakan daerah,
kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah, dan barang daerah.
• Urusan pemerintahan, yang meliputi: urusan wajib, urusan pilihan, dana
dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan kebijakan pinjaman hibah luar negeri.

Sementara itu, untuk melaksanakan wewenang yang diberikan kepada pimpinan


fungsi pengawasan dan jajaran staf auditnya, pimpinan Inspektorat Daerah
bertanggung jawab atas:
• Kebijakan audit yang ditetapkan untuk memudahkan pelaksanaan berbagai
kegiatan pengawasan dan mengarahkan fungsi teknis dan administratif
inspektorat.

• Pengembangan dan pelaksanaan program kerja pengawasan yang


komprehensif untuk mengevaluasi pengendalian atas kegiatan dan program
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

• Pengujian efektivitas seluruh tingkatan perangkat kerja daerah dan


ketaatannya terhadap kebijakan dan peraturan pemerintah daerah yang
berlaku dan relevan.

• Pelaksanaan reviu atas prosedur dan dokumen/catatan dari penyelenggaraan


kegiatan dan program pemerintah daerah untuk memastikan kecukupan
terhadap tujuan dan sasaran pemerintahan daerah.

• Pelaksanaan pengujian khusus atas permintaan pemegang otoritas


pengawasan di daerah (kepala daerah dan DPRD) atas permasalahan
khusus yang terjadi.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 21


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Sesuai dengan buku pedoman Standar Profesi Audit Internal (SPAI)


mengenai bagaimana tugas, wewenang dan tanggung jawab kepala
inspektorat, seorang inspektur bertanggung jawab untuk mengelola secara
layak fungsi pengawasannya, sehingga:

• Pekerjaan audit memenuhi tujuan dan tanggung jawabnya serta sesuai


dengan pedoman kebijakan audit sebagaimana yang telah digambarkan
di dalam audit charter fungsi pengawasan inspektorat.

• Sumber-sumber yang tersedia dan dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan


audit di fungsi pengawasan diberdayakan dan dioptimalkan dengan cara-
cara yang paling efektif dan efisien.

• Pekerjaan penugasan audit telah memenuhi atau sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan dalam persyaratan profesi.

C. Kedudukan Inspektorat di Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah

Hingga saat ini, masih terdapat berbagai pandangan, argumentasi,


atau opini yang luas mengenai di mana sebaiknya posisi kedudukan inspektorat
sebagai fungsi pengawasan ini harus ditempatkan di dalam struktur organisasi
pemerintahan daerah, yaitu agar efektif dan memenuhi persyaratan profesi.
Sebagian besar sepakat bahwa fungsi pengawasan harus ditempatkan dan/atau
bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggi di organisasi. Dalam
hal ini, untuk lingkungan pemerintahan daerah kepala inspektorat hendaknya
bertanggung jawab langsung kepada kepala daerahnya. Alasan yang mendasari
dari kesepakatan profesi ini adalah agar inspektorat memiliki jarak pandang,
wewenang, dan tanggung jawab yang memadai untuk mengevaluasi penilaian
manajemen atas aktivitas pengendalian internal yang terpasang di organisasi
pemerintahan daerah, termasuk juga mengevaluasi kemampuan pemerintah
daerah dan satuan kerja perangkat daerah yang ada di bawahnya dalam
mencapai tujuan operasional kegiatan dan program daerah secara efektif,
serta mengevaluasi efektivitas pemerintah daerah dalam mengelola, memantau,
dan meminimalkan risiko dikaitkan dengan pencapaian tujuan daerah yang
telah ditetapkan.

Dengan kedudukan yang tinggi dalam organisasi pemerintahan daerah,


inspektorat daerah diharapkan akan mampu memberikan peran konsultatif dan
katalisnya secara luas kepada berbagai jajaran pemerintah daerah, sehingga
seluruh jajaran perangkat daerah dari tingkatan tertinggi hingga terendah dapat

22 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

memanfaatkan keahlian profesional auditor di bidang konsultatif ini dalam


pelaksanaan dan penyelesaian berbagai kegiatan dan program daerahnya.
Banyak pemerintah daerah dan jajaran perangkat daerah yang mulai menyadari
pentingnya menempatkan fungsi pengawasan inspektorat di posisi yang paling
maksimal dan terpisah dari aktivitas atau kegiatan operasional rutin
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kedudukan yang maksimal ini
memungkinkan fungsi pengawasan mampu secara memadai mengevaluasi
efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola yag diterapkan
di dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Setiap pemerintah daerah, yaitu Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan


perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah harus
memberikan komitmen yang penuh dan mendukung keberadaan inspektorat
yang menjalankan fungsi pengawasan daerah. Untuk tetap menjaga
independensi dan obyektifitas inspektorat, kedudukan inspektorat harus bebas
dari berbagai kegiatan administratif dan penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah.

Inspektorat tidak boleh terlibat baik langsung ataupun tidak langsung


dengan urusan pemerintahan daerah. Fungsi inspektorat adalah memberikan
pelayanan kepada pemerintah daerah dan seluruh satuan kerja perangkat
daerah. Secara administratif, kepala inspektorat harus melaporkan hasil
pengawasannya kepada pemerintah daerah, dalam hal ini kepada gubernur,
bupati atau walikota, dan secara fungsional mengkoordinasikan hasil
pengawasannya dengan aparat pengawasan lainnya, baik internal maupun
eksternal.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Bagian Ketiga
Pasal 5, ayat 5 dijelaskan bahwa Inspektur (Kepala Inspektorat) dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab langsung kepada
gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris
daerah. Dalam pasal 12 tersebut juga dinyatakan bahwa Inspektur Kabupaten/
Kota (Kepala Inspektorat di tingkat Kabupaten/Kota) dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota dan secara
teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah. Diagram di
bawah ini merupakan garis besar dari struktur organisasi pokok perangkat
daerah yang menggambarkan kedudukan dan status organisasi dari inspektorat
sebagai fungsi pengawasan dalam lingkungan penyelenggaraan pemerintahan
daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 23


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Kepala PEMDA DPRD

SEKDA
Inspektorat
BAPPEDA

DINAS DINAS DINAS DINAS DINAS

D. Audit Charter Inspektorat

Untuk lebih memperkuat posisi atau kedudukan dari fungsi peng-


awasannya di lingkungan pemerintahan daerah, kepala inspektorat harus
membuat “Audit Charter”, yaitu dokumen tertulis formal yang merumuskan
tujuan, wewenang, dan tanggung jawab inspektorat dalam menjalankan fungsi
pengawasannya. Audit Charter inspektorat adalah anggaran dasar dari unit
kerja inspektorat sebagai fungsi pengawasan yang menggambarkan tujuan,
wewenang, dan tanggung jawab dari inspektorat yang melaksanakan dan
berperan sebagai fungsi pengawasan internal di lingkungan pemerintah daerah.

Dokumen audit charter inspektorat memuat informasi penting mengenai:


• Posisi atau kedudukan inspektorat yang menjalankan peran dan fungsi
pengawasan di lingkungan pemerintahan daerah.

• Wewenang untuk melakukan akses ke catatatan/dokumen, personil/ pegawai,


barang atau harta kekayaan daerah sesuai dengan penugasan audit yang
dilakukan.

• Perumusan ruang lingkup fungsi pengawasan yang harus tercakup di


dalam program kerja inspektorat.

• Fondasi dari independensi, wewenang, dan status organisasi fungsi


pengawasan inspektorat.

• Dokumen audit charter yang ada di inspektorat juga menggambarkan


dukungan pemerintah daerah terhadap eksistensi dari fungsi pengawasan.
Komitmen kepala pemerintahan daerah akan fungsi pengawasan harus

24 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

dituangkan di dalam dokumen audit charter. Mengapa demikian? Agar efektif


dan dapat dipatuhi, audit charter harus ditandatangani oleh pimpinan tertinggi
di lingkungan pemerintahan daerah, dalam hal ini untuk pemerintah daerah
setingkat provinsi, kabupaten, atau kota, maka tingkatan kepala daerahnya
yang harus menandatangani dokumen audit charter ini adalah gubernur,
bupati, atau walikota.

• Dokumen audit charter tidak hanya sekadar untuk disimpan di ruang


inspektorat. Dokumen audit charter harus disebar dan didistribusikan ke
seluruh jajaran pemerintah daerah dan satuan kerja perangkat daerah,
yaitu agar mereka semua mengetahui dan memahami peran dan fungsi
pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat. Di samping itu, mengapa
seluruh perangkat daerah perlu mendapatkan dokumen audit charter ini
adalah agar tercipta koordinasi pekerjaan yang baik dan agar semua pihak
mengetahui dan memahami kedudukan, status, dan posisi inspektorat
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Komitmen dari pemerintah daerah akan peran dan fungsi inspektorat sangat
diperlukan, terutama dalam menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang
disarankan. Dokumen audit charter yang harus dimiliki oleh inspektorat
umumnya terdiri dari dua dokumen penting yang ada di dalamnya, yaitu:

Pernyataan Wewenang dan Tanggungjawab Inspektorat


Merupakan suatu dokumen yang memuat apa yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab kepala inspektorat dan staf auditornya dalam menjalankan
peran dan fungsinya. Dokumen ini menggambarkan bagaimana perhatian
pemerintah daerah terhadap tujuan, misi, dan wewenang inspektorat di lingkungan
pemerintahan daerah. Dokumen ini harus betul-betul dibuat dengan baik karena
akan memberikan wewenang apa yang dibutuhkan dan tanggungjawab apa
yang harus dibebankan kepada auditor dalam menjalankan penugasan auditnya.

Pernyataan Kebijakan Fungsi Pengawasan


Dukungan dan komitmen manajemen terhadap eksistensi, peran dan fungsi
dari inspektorat harus dinyatakan dengan jelas dan tertulis serta disebarluaskan.
Dokumen ini memuat apa yang menjadi ruang lingkup pengawasan, kedudukan
dan status organisasi fungsi pengawasan di lingkungan pemerintah daerah,
tujuan dari fungsi pengawasan khususnya mengenai nilai tambah dan kontribusi
untuk meningkatkan tata kelola yang baik, wewenangnya untuk melaksanakan
penugasan audit, menerbitkan laporan hasil audit, membuat rekomendasi,
dan evaluasi tindakan perbaikan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 25


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Pada halaman berikut dapat dilihat contoh dari dokumen audit charter Inspektorat
yang merupakan wujud peran dan fungsi pengawasan Inspektorat di lingkungan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dokumen audit charter ini terdiri dari
dua bagian atau dokumen sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
yaitu dokumen yang memuat (1) Pernyataan Wewenang dan Tanggungjawab
Inspektorat dan (2) Pernyataan Kebijakan Fungsi Pengawasan, yang merupakan
dua dokumen dari dokumen audit charter sebagai satu kesatuan dokumen
yang tidak dapat dipisahkan dan harus dimiliki setiap fungsi pengawasan
Inspektorat sebagai wujud dukungan dan komitmen pemerintah daerah dan
seluruh satuan kerja perangkat daerah terhadap keberadaan dan peran
penting dari fungsi pengawasan inspektorat.

Badan Pengawas Daerah


Provinsi/Kabupaten/Kota ...........

PERNYATAAN MENGENAI WEWENANG & TANGGUNG JAWAB

Wewenang
Inspektur (Kepala Inspektorat) memiliki wewenang untuk mengarahkan
program kerja pengawasan secara luas dan komprehensif di lingkungan
Pemerintahan Daerah. Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota melalui Pejabat
Pengawas Pemerintah (auditor) melakukan pengujian dan evaluasi kecukupan
dan efektivitas sistem pengendalian manajemen yang diselenggarakan Satuan
Kerja Perangkat Daerah yaitu untuk mengarahkan berbagai aktivitas menuju
pencapaian tujuan sesuai dengan kebijakan dan rencana Pemerintah Daerah.
Dalam pencapaian aktivitas-aktivitas tersebut, Inspektur Provinsi/Kabupaten/
Kota dan seluruh Pejabat Pengawas Pemerintah (auditor) memiliki wewenang
untuk dapat melakukan akses yang penuh, luas, bebas, dan tidak terbatas
terhadap Adminsitrasi Umum Pemerintahan dan Urusan Pemerintahan
Daerah.

Tanggungjawab
Inspektur (Kepala Inspektorat) bertanggung jawab terhadap:

• Penyusunan kebijakan untuk berbagai aktivitas program pengawasan,


serta pengarahan terhadap fungsi teknis dan administratifnya.

• Pengembangan dan pelaksanaan program pengawasan yang komprehensif


untuk penilaian pengendalian manajemen yang diselenggarakan melalui
berbagai aktivitas.

26 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Pengujian efektivitas seluruh pemerintah daerah dan satuan perangkat


kerja daerah dalam mengurus sumber-sumber daerah serta ketaatannya
dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

• Rekomendasi perbaikan dari sistem pengendalian manajemen yang didesain


untuk mengamankan sumber-sumber daerah, peningkatan pertumbuhan
daerah, dan memastikan ketaatan terhadap kebijakan dan peraturan daerah.

• Reviu prosedur dan catatan untuk memastikan kecukupannya mencapai


tujuan dimaksud, menilai kebijakan dan rencana berhubungan dengan
aktivitas atau fungsi yang direviu.

• Otorisasi penerbitan laporan hasil audit, termasuk rekomendasi perbaikan


yang disarankan.

• Penilaian kecukupan tindakan yang telah dilakukan untuk menindaklanjuti


kondisi kelemahan yang dilaporkan, penerimaan kecukupan tindakan
perbaikan, reviu yang kontinyu dengan pihak yang terkait sampai penyelesaian
yang memuaskan atas suatu masalah diperoleh.

• Pelaksanaan audit khusus yang diminta Pejabat Pemerintah Daerah,


termasuk reviu representasi/laporan yang dibuat oleh pihak di luar organisasi.
Berperan dalam kapasitasnya sebagai konsultan internal daerah yang
melingkupi area yang menjadi tanggungjawabnya.

Badan Pengawas Daerah


Provinsi/Kabupaten/Kota ...........

PERNYATAAN KEBIJAKAN

Merupakan kebijakan Pemerintah Daerah untuk menetapkan dan mendukung


Fungsi Pengawasan (Inspektorat) sebagai suatu fungsi penilai yang independen
untuk menguji dan mengevaluasi aktivitas di lingkungan Pemerintah Daerah.
Fungsi Pengawasan (Inspektorat) secara administratif melaporkan hasil
pengawasannya kepada Pejabat Pemerintah Daerah dan secara fungsional
mengkoordinasikan hasil pengawasannya dengan aparat pengawasan lainnya
yang terkait, baik internal maupun eksternal. Dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, Pejabat Pengawas Pemerintah (auditor) memiliki akses
yang penuh, luas, bebas, dan tidak terbatas terhadap Adminsitrasi Umum
Pemerintahan dan Urusan Pemerintahan Daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 27


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Tujuan utama dari Fungsi Pengawasan (Inspektorat) adalah membantu


Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam melaksanakan
tanggungjawabnya. Fungsi Pengawasan juga memberikan analisis, rekomendasi,
konseling, dan informasi berkenaan dengan aktivitas yang direviu.

Misi Fungsi Pengawasan (Inspektorat) adalah:


1. Mereviu penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah daerah secara
berkala untuk menentukan apakah penyelenggaraan pemerintahan daerah
dilaksanakan secara efisien dan efektif.

2. Menentukan kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian accounting


dan operasional di lingkungan pemerintahan daerah.

3. Mereviu keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional dan


alat-alat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi,
dan melaporkan informasi tersebut.

4. Mereviu sistem yang dibangun untuk memastikan ketaatan terhadap


berbagai kebijakan, rencana, prosedur, undang-undang, dan regulasi yang
dapat berpengaruh terhadap operasional, penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pelaporannya, serta menentukan kepatuhannya. Bila perlu,
memberikan saran kebijakan.

5. Mereviu alat-alat yang digunakan untuk mengamankan kekayaan daerah


dan memverifikasi keberadaan kekayaan daerah tersebut.

6. Menilai tingkat efisiensi dan ekonomis sumber-sumber yang digunakan,


mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kinerja operasional daerah,
dan merekomendasikan solusi yang sesuai atas permasalahan yang timbul.

7. Mereviu kegiatan dan program dalam penyelenggaraan pemerintahan


daerah, yaitu untuk memastikan apakah hasil yang dicapai konsisten
dengan tujuan dan sasarannya, dan apakah kegiatan dan program
dilaksanakan sesuai dengan rencana.

8. Menyajikan tindak lanjut yang memadai untuk memastikan tindakan


perbaikan dilakukan dan cukup efektif.

9. Mengkoordinasi pekerjaan audit dengan aparat pengawasan (auditor)


eksternal (BPK).

28 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

E. Independensi dan Obyektivitas Inspektorat

Mengenai independensi inspektorat sebagai fungsi pengawasan di


lingkungan pemerintahan daerah, satu hal yang harus menjadi ciri atau
karakteristik melekat yang menunjukkan independensi ini adalah bahwa
inspektur atau kepala inspektorat melaporkan hasil pengawasannya kepada
kepala daerah sebagai tingkatan pimpinan tertinggi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Inspektorat yang melaksanakan fungsi pengawasan
juga harus bebas dari campur tangan pihak-pihak yang dapat mempengaruhi
secara tidak fair untuk penetapan ruang lingkup audit, pelaksanaan pekerjaan
audit, dan komunikasi hasil audit.

Untuk mempertahankan independensinya, unit kerja inspektorat harus


mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah sehingga para pejabat
pengawas pemerintahan ini (auditor inspektorat) akan mendapatkan kerjasama
dari perangkat daerah yang menjadi auditinya dan bebas melaksanakan
pekerjaan auditnya dari gangguan-gangguan yang dapat menghambat atau
mempengaruhi pekerjaan audit. Meskipun di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat
Daerah, dinyatakan bahwa kepala inspektorat secara teknis administratif
mendapat pembinaan dari sekretaris daerah, namun kepala inspektorat tetap
bertanggung jawab secara langsung dan melaporkan hasil pengawasannya
kepada kepala pemerintah daerah (gubernur, bupati, atau walikota). Ia juga
harus mendapatkan akses untuk memungkinkannya berkomunikasi secara
langsung dengan kepala pemerintah daerah dan melakukan komunikasi yang
regular untuk mempertahankan independensinya.

Lebih teknis lagi berkaitan dengan independensi inspektorat sebagai


fungsi pengawasan di lingkungan pemerintahan daerah, maka harus dibuat
indikator-indikator yang jelas dan pasti untuk mewujudkan ciri atau karakteristik
independensi auditor inspektorat yang profesional dalam melaksanakan fungsi
pengawasan internal terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah,
termasuk juga masalah independensi yang harus dimiliki oleh pejabat pengawas
atau auditor inspektorat yang melakukan pekerjaan audit. Indikator-indikator
untuk mewujudkan independensi fungsi pengawasan inspektorat dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Independensi program kerja pengawasan


Bebas dari pihak-pihak yang dapat mempengaruhinya dalam penyusunan
program kerja pengawasan dan prosedur audit.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 29


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

2. Independensi pengujian audit:


- Bebas melakukan akses ke seluruh catatan, kekayaan, dan pegawai,
yaitu relevan dengan penugasan auditnya.
- Aktif bekerja sama dengan seluruh perangkat daerah selama pengujian
audit berlangsung.
- Bebas dari keinginan pihak-pihak tertentu yang berusaha mengarahkan
auditnya hanya untuk aktivitas-aktivitas tertentu saja dan melakukan
pengujian serta menetapkan bukti yang dapat diterima.
- Bebas dari kepentingan individual pihak-pihak tertentu dalam penugasan
auditnya dan pembatas pengujian audit.

3. Independensi pelaporan hasil pengawasan :


- Bebas dari perasaan keharusan untuk memodifikasi pengaruh atau
signifikansi dari fakta yang dilaporkan.
- Bebas dari tekanan untuk tidak memasukkan permasalahan yang
signifikan ke dalam laporan audit.
- Bebas dari berbagai usaha yang dapat melanggar dari judgmentnya
sebagai auditor profesional.

Seorang auditor Inspektorat harus memiliki sikap yang tidak memihak


dan menghindarikan diri dari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan pada
dirinya. Obyektivitas seorang auditor profesional harus melekat di dalam
dirinya. Obyektivitas merupakan suatu sikap mental yang independen setiap
auditor, yang harus selalu tetap dijaganya dalam pelaksanaan penugasan
auditnya. Obyektivitas mensyaratkan bagi auditor untuk melaksanakan
pekerjaan penugasan audit dengan cara di mana dia memiliki keyakinan yang
sejujurnya dalam pelaksanaan pekerjaan audit dan tidak kompromi terhadap
kualitas keputusan yang dibuatnya. Auditor tidak boleh ditempatkan pada
suatu situasi di mana auditor tersebut tidak merasa cukup aman untuk membuat
suatu keputusan atau judgment yang obyektif berkaitan dengan penugasan
audit yang dilakukannya.

Untuk tetap menjaga kesinambungan obyektivitas auditor, maka dalam


penugasan audit kepada staf harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
terhindarkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan. Seorang inspektur
atau kepala inspektorat secara periodik harus memperoleh informasi dari para
pejabat pengawas pemerintah atau staf audit inspektorat berkenaan dengan
permasalahan konflik kepentingan yang mungkin atau memang benar-benar
terjadi. Oleh karenanya perlu dilakukan rotasi penugasan bagi staf audit. Hasil
dari pekerjaan audit harus juga direviu sebelum komunikasi hasil penugasan

30 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

dilaksanakan. Kondisi ini diharapkan dapat memastikan dengan cukup memadai


bahwa pekerjaan audit telah dilaksanakan secara obyektif.

Tidak etis bagi seorang auditor inspektorat untuk menerima uang atau
hadiah dari auditinya, yaitu para penyelenggara pemerintahan daerah dan
atau dari yang terkait dengan auditi. Penerimaan uang atau hadiah dapat
menimbulkan suatu kesan bahwa auditor tersebut dapat terganggu
obyektivitasnya. Kesan bahwa obyektivitas tersebut terganggu bukan hanya
untuk penugasan audit yang sedang berlangsung, tetapi juga kemungkinannya
di masa datang. Penerimaan hadiah atau barang dalam bentuk, misalnya:
pulpen, kalender, atau barang sampel/contoh yang sudah berlaku umum
dengan nilai terbatas harus tidak boleh mempengaruhi obyektivitas dan
judgment profesional auditor dan kalau hal tersebut terjadi, wajib bagi auditor
untuk menolaknya. Auditor wajib melaporkan barang-barang atau hadiah yang
diterimanya segera kepada atasan atau supervisor auditnya (pengendali teknis
dan/atau pengendali mutu). Penerimaan barang atau hadiah dimaksud juga
harus diungkapkan (disclosed) di dalam laporannya kepada pihak-pihak yang
memiliki wewenang.

Dalam standar profesi diatur dengan tegas mengenai independensi


dan obyektivitas yang harus dimiliki auditor. Auditor harus segera melaporkan
kepada pimpinan auditnya jika memang terjadi konflik kepentingan atau
obyektivitas yang terganggu. Pimpinan audit kemudian harus membuat
penugasan ulang untuk pekerjaan audit dimaksud.

Pembatasan ruang lingkup adalah pembatasan yang dialami auditor dalam


menyelesaikan proses penugasan auditnya untuk mencapai tujuan audit yang
telah ditetapkan. Pembatasan ruang lingkup dapat meliputi pembatasan
terhadap:

1. Lingkup audit sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen audit


charter yang dimiliki inspektorat.
2. Akses auditor terhadap berbagai catatan, dokumen, pegawai dan kekayaan
daerah.
3. kerja pengawasan, baik jangka pendek maupun panjang yang disepakati
oleh pihak-pihak yang berkaitan.
4. Pelaksanaan prosedur audit yang dibutuhkan untuk penyelesaian setiap
pekerjaan penugasan audit.
5. Persetujuan terhadap rencana penggunaan staf audit dan anggaran
keuangan daerah untuk pekerjaan audit.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 31


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Pembatasan ruang lingkup yang terjadi dengan sejumlah dampak potensialnya


harus dikomunikasikan secara tertulis kepada pihak-pihak yang memiliki otoritas.

F. Uraian Tugas Auditor Inspektorat

Dimilikinya anggaran dasar fungsi pengawasan yang tertuang di dalam


dokumen audit charter memungkinkan inspektorat sebagai fungsi pengawasan
dapat melaksanakan aktivitas kegiatan pekerjaan auditnya dengan independen
dan obyektif. Namun, satu hal penting lainnya yang juga harus menjadi
pertimbangan untuk pelaksanaan pekerjaan audit yang efektif adalah masalah
koordinasi pekerjaan dan pembagian tugas dari auditor yang melakukan
pekerjaan audit. Bahwa fungsi pengawasan inspektorat tidak akan efektif tanpa
adanya penempatan personil yang tepat sesuai dengan pembagian tugas dan
tanggungjawabnya. Wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki seorang
inspektur untuk mengarahkan fungsi pengawasan yang dipimpinnya tidak akan
berfungsi efektif tanpa adanya dukungan dari para stafnya yang tepat. Setiap
staf audit harus memiliki kedudukan organisasi yang jelas dalam posisi hirarkis
dan tingkatan remunerasinya. Untuk mendapatkan keinginan ini, perlu dibuatkan
uraian tugas atas setiap auditor yang ada di fungsi pengawasan.

Uraian tugas memiliki pengaruh signifikan di fungsi pengawasan.


Uraian tugas menggambarkan peran masing-masing pejabat pengawas
pemerintah (auditor) di fungsi pengawasan (Inspektorat). Fungsi pengawasan
harus diisi oleh orang-orang yang kompeten untuk pelaksanaan tugas.
Perkembangan profesi audit internal saat ini sangat menuntut auditor yang
profesional atas berbagai upaya pelaksanan audit yang dilaksanakan. Hanya
auditor yang memiliki kinerja baik dan terbaiklah yang dapat dipertahankan.
Prinsipnya adalah lebih baik memiliki jumlah auditor terbatas (jumlah yang
sedikit) tetapi dengan kompetensi tinggi dan memadai daripada memiliki
jumlah auditor yang banyak tetapi dengan kompetensi dan kemampuan yang
terbatas. Fungsi pengawasan membutuhkan orang-orang yang memiliki daya
intelegensia tinggi, intuitif, imajinatif, dan inisiatif tinggi. Biasanya, tipe auditor
ini sangat dicari dan memiliki nilai yang tinggi.

Dengan alasan latar belakang kompetensi yang tinggi tersebut, uraian


tugas harus dibuat dengan hati-hati. Dalam uraian tugas harus ditetapkan
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dengan
cara yang terbaik dan bukan hanya sekedar selesai saja untuk penugasan
yang dijalankan. Penggambaran uraian tugas sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya harus menjadi dasar dan dikaitkan langsung dengan remunerasi

32 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

yang diberikan kepada auditor yang berprestasi, agar hal ini dapat menjadi
daya tarik yang tinggi bagi siapapun auditornya, yaitu dalam rangka untuk
memberikan yang terbaik untuk setiap penugasan audit yang dilaksanakan.

Secara umum, uraian tugas auditor di lingkungan inspektorat terbagi


menjadi dua, yaitu uraian tugas secara struktural dan fungsional. Secara
struktural, jabatan tertinggi di fungsi pengawasan dipegang oleh Kepala
Inspektorat, yang dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 23 tahun
2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah istilah Bawasda diganti
menjadi Inspektorat dan Kepala Inspektorat diganti menjadi Inspektur, baik
tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Seorang inspektur atau kepala inspektorat
umumnya dibantu oleh beberapa orang di bidang masing-masing, yang
memegang jabatan sesuai dengan sifat atau jenis pekerjaan audit yang menjadi
area tanggung jawabnya, misalnya:

1. Kepala Bidang Pengawasan Administrasi Umum; individu ini bertanggung


jawab untuk memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf
audit fungsi pengawasan yang melaksanakan pekerjaan penugasan audit
atas pelaksanaan anggaran (APBD), termasuk juga masalah keuangan
dan administrasi kegiatan dan program.

2. Kepala Bidang Pengawasan Operasional & Kinerja; individu ini bertanggung


jawab untuk memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf
audit yang melaksanakan pekerjaan penugasan audit atas penilaian kinerja
dan efektivitas lembaga-lembaga daerah dalam rangka mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3. Kepala Bidang Pengawasan Sistem Informasi; individu ini bertanggung


jawab untuk memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf
audit yang melaksanakan pekerjaan penugasan audit yang berkenaan
dengan evaluasi yang efektif, efisien, dan ekonomis pemanfaatan teknologi
informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan untuk mencapai
tujuan pemerintah daerah.

4. Kepala Bidang Pengawasan Khusus; individu ini bertanggung jawab untuk


memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf audit yang
melakukan tugas audit khusus, seperti: investigasi, audit kecurangan, dan
sebagainya.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 33


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Lebih rinci, pokok-pokok uraian tugas dan tanggung jawab dari inspektur dan
para kepala bidang pengawasan yang berada di bawah inspektur adalah
sebagai berikut:

Uraian Tugas Inspektur:


1. Mengembangkan Audit Charter Inspektorat.
2. Mengembangkan tujuan dan sasaran fungsi pengawasan inspektorat.
3. Menetapkan kebijakan audit dan mengarahkan secara teknis dan
administratif fungsi pengawasan inspektorat.
4. Mengembangkan rencana kerja dan program audit jangka panjang dan
tahunan untuk mengevaluasi pengendalian manajemen di setiap kegiatan
dan program pemerintah daerah.
5. Mengembangkan staf audit yang ada di lingkungan inspektoratnya agar
memenuhi kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaan audit yang
dilaksanakan.
6. Mengkoordinasikan pekerjaan audit di lingkungan inspektorat dengan
aktivitas audit yang dilakukan auditor eksternal.
7. Melakukan pengujian efektifitas di setiap tingkatan manajemen yang
dibebankan tugas dan tanggung jawab mengurus/mengelola sumber daya
organisasi dan pengujian ketaatannya terhadap kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan.
8. Merekomendasikan perbaikan pengendalian manajemen yang didesain
untuk mengamankan sumber-sumber organisasi, meningkatkan pertumbuhan
daerah, dan memastikan ketaatannya terhadap undang-undang dan
peraturan pemerintah.
9. Melakukan reviu prosedur dan catatan untuk menilai kecukupannya dalam
mencapai tujuan organisasi pemerintah daerah yang ditetapkan.
10. Mengotorisasi laporan audit yang diterbitkan, termasuk rekomendasi untuk
perbaikan keadaan yang masih mengandung kelemahan.
11. Menilai kecukupan tindakan yang telah dilakukan manajemen atas kondisi
yang mengandung kelemahan yang dilaporkan, menerima tindakan
perbaikan yang sudah memadai, dan mereviu secara kontinyu bersama
dengan auditi atas tindakan perbaikan yang dilaksanakan.
12. Melakukan audit khusus yang diminta manajemen, termasuk tugas reviu
laporan keuangan daerah.
13. Menetapkan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan berbagai
aktivitas di lingkungan fungsi pengawasan inspektorat.
14. Menyusun laporan aktivitas kegiatan fungsi pengawasan yang telah
dilaksanakan selama satu periode dan melaporkannya kepada kepala
daerah.

34 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

15. Menjaga kualitas fungsi pengawasan inspektorat melalui pengembangan


program Quality Assurance.

Uraian Tugas Kepala Bidang Pengawasan:


Dengan arahan dari inspektur, tugas dan tanggung jawab kepala bidang
pengawasan di inspektorat adalah:
1. Menyiapkan rencana kerja audit jangka panjang atas berbagai kegiatan
dan program yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
2. Mengidentifikasi area-area yang akan menjadi target atau sasaran untuk
diaudit, menilai tingkat signifikannya, dan melakukan penilaian (assessment)
tingkat risiko kegiatan dan program pemerintah daerah, terutama untuk
masalah biaya, jadwal waktu, dan mutu pelaksanaannya.
3. Menetapkan struktur tim yang akan ditugaskan untuk melakukan pekerjaan
audit.
4. Memperoleh, menjaga, dan mengarahkan staf audit agar mampu
menyelesaikan pekerjaan audit yang dibebankan kepadanya.
5. Memberikan arahan kepada tim audit mengenai area kegiatan yang akan
diaudit dan menetapkan anggaran biaya untuk pekerjaan audit yang akan
dilaksanakan.
6. Mengembangkan sistem pengendalian biaya dan jadwal waktu audit agar
setiap penugasan sesuai dengan rencana kerja audit yang telah ditetapkan.
7. Menetapkan standar kinerja untuk pelaksanaan tugas audit dan melakukan
reviu atas kinerja dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
8. Menyajikan kepada auditi dan manajemen komunikasi hasil penugasan
atas kegiatan dan program pemerintah daerah yang telah diaudit.
9. Membangun sistem pemantauan terhadap berbagai aktivitas fungsi
pengawasan untuk memastikan pencapaian atas tujuan fungsi pengawasan
dan kemampuannya memberikan pelayanan kepada pemerintah daerah
dan seluruh jajaran perangkat daerah.

Secara fungsional, uraian tugas auditor inspektorat mengikuti ketentuan


yang ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
19/1996 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, ditetapkan
di pasal 6 mengenai jenjang jabatan fungsional auditor adalah sebagai berikut:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 35


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

AUDITOR TRAMPIL AUDITOR AHLI

Auditor Trampil Pemula. Auditor Ahli Pratama.


Auditor Trampil Pratama. Auditor Ahli Muda.
Auditor Trampil Muda. Auditor Ahli Madya.
Auditor Ahli Utama.

Selanjutnya, di dalam Keputusan Menpan No. 19/1996 Pasal 7


dijelaskan mengenai uraian tugas dan kegiatan auditor untuk masing-masing
jenjang jabatan fungsional auditor, Uraian tugas baik untuk auditor trampil
maupun ahli tergantung dari perannya di dalam penugasan audit, yaitu apakah
sebagai pengendali mutu, pengendali teknis, ketua tim, atau anggota tim.
Berikut sebagian dari uraian tugas dan kegiatan auditor trampil dan auditor
ahli dalam menjalankan perannya:

Peran Sebagai Anggota Tim:


1. Melaksanakan pemeriksaan akuntan.
2. Melaksanakan audit keuangan dan atau ketaatan.
3. Mengkompilasi laporan.
4. Menguji dan menilai dokumen.
5. Melaksanakan audit operasional.
6. Mengkaji sistem pengendalian manajemen obyek pengawasan.
7. Mengkaji hasil pengawasan.
8. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan.
9. Meringkas hasil pengawasan untuk pihak yang berkompeten.
10. Melaksanakan audit khusus.
11. Melaksanakan audit akuntabilitas.
12. Mengumpulkan data dan atau informasi intelijen.
13. Mengkaji hasil audit (peer review).
14. Mengkaji kinerja obyek pengawasan.
15. Melaksanakan penelitian di bidang pengawasan.
16. Memproses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
17. Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan.

Peran Sebagai Ketua Tim:


1. Melaksanakan pemeriksaan akuntan.
2. Melaksanakan audit keuangan dan atau ketaatan.
3. Melaksanakan audit operasional.
4. Melaksanakan audit khusus.

36 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

5. Melaksanakan audit akuntabilitas.


6. Menguji dan menilai dokumen.
7. Melaksanakan penelitian di bidang pengawasan.
8. Mengkaji hasil penelitian.
9. Mengkompilasi hasil pengawasan.
10. Meringkas hasil pengawasan untuk pihak yang berkompeten.
11. Mengkaji kinerja obyek pengawasan.
12. Mengkaji sistem pengendalian manajemen obyek pengawasan.
13. Mengkaji hasil audit (peer review)
14. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan.
15. Memproses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
16. Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan.
17. Menyiapkan program kerja pengawasan tahunan.
18. Membina dan menggerakan Aparat Pengawasan Fungsional (APF).
19. Melaksanakan asistensi dan konsultansi di bidang pengawasan.
20. Melaksanakan penyuluhan di bidang pengawasan.
21. Membuat laporan akuntabilitas.
22. Mengkaji laporan hasil audit akuntabilitas.
23. Membuat laporan hasil pengawasan.
24. Mengkaji laporan hasil pengawasan.
25. Memaparkan hasil pengawasan.

Peran Sebagai Pengendali Teknis:


1. Mengkaji hasil pengawasan
2. Mengkaji kinerja obyek pemeriksaan.
3. Mengkaji hasil audit (peer review)
4. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan.
5. Memproses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
6. Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan.
7. Menyiapkan kebijakan pengawasan tahunan.
8. Menyiapkan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan.
9. Menyiapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan.
10. Menyusun pedoman dan atau sistem pengawasan.
11. Memutakhirkan pedoman dan atau sistem pengawasan.
12. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan atau petunjuk teknis.
13. Mengkaji laporan hasil pengawasan.

Peran Sebagai Pengendali Mutu:


1. Menyiapkan perumusan kebijakan pengawasan.
2. Menyiapkan rencana induk pengawasan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 37


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

3. Menyiapkan kebijakan pengawasan tahunan.


4. Menyiapkan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan.
5. Menyiapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan.
6. Menyusun pedoman dan atau sistem pengawasan.
7. Memutakhirkan pedoman dan atau sistem pengawasan.
8. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan atau petunjuk teknis pengawasan.
9. Memutakhirkan petunjuk pelaksanaan dan atau petunjuk teknis pengawasan.
10. Mengkaji diklat pengawasan.

Untuk memastikan apakah auditor melaksanakan penugasan audit sesuai


dengan uraian tugas dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan auditnya,
maka untuk monitoring dan pengendalian pekerjaan audit, antara lain dilakukan
melalui:
1. Kartu Otorisasi Penugasan Audit
2. Daftar Check list Administratif Penugasan Audit
3. Kartu Pengendali Jam Pekerjaan Audit
4. Indeks di Kertas Kerja Audit
5. Program Kerja Audit
6. Kertas Kerja Audit
7. Rapat Pembahasan
8. Ikhtisar/Lembar Temuan dan Rekomendasi.
9. Draft Laporan.

G. Pengembangan Manual Kebijakan dan Pedoman Audit

Seorang Inspektur yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan yang


berhasil dari fungsi pengawasan daerah harus menyusun manual kebijakan
dan pedoman audit yang memuat mengenai kebijakan dan prosedur audit.
Manual kebijakan dan pedoman audit digunakan untuk membimbing dan
mengarahkan para auditor inspektorat dalam melaksanakan pekerjaan audit.
Bentuk serta isi dari kebijakan dan prosedur audit yang harus termuat di dalam
manual audit tergantung dari kebutuhan inspektorat itu sendiri. Kebijakan
audit merupakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pelaksanaan
tugas audit, sedangkan prosedur audit merupakan langkah-langkah audit yang
dikembangkan auditor untuk setiap penugasan audit yang dilakukan. Kebijakan
dan prosedur audit dimaksudkan untuk menjaga konsistensi atas pelaksanaan
tugas audit.

Berikut contoh butir-butir dalam manual kebijakan dan pedoman audit yang
perlu dimuat di dalam manual kebijakan dan pedoman audit:

38 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

KEBIJAKAN AUDIT INSPEKTORAT:


• Inspektorat merupakan lembaga pengawasan di lingkungan pemerintahan
daerah yang memainkan peran penting dan signifikan untuk kemajuan
dan keberhasilan pemerintah daerah dan perangkat daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan di daerah dan mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dengan berhasil.

• Untuk menjaga independensi dan obyektivitas, kedudukan inspektorat


harus bebas dari berbagai kegiatan administratif dan penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah.

• Inspektorat memberikan pelayanan kepada pemerintah daerah dan seluruh


perangkat daerah.

• Secara administratif, Inspektur harus melaporkan hasil pengawasannya


kepada kepala daerah dan secara fungsional mengkoordinasikan hasil
pengawasannya dengan aparat pengawasan lainnya, baik internal maupun
eksternal.

• Pemerintah daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah


harus memberikan komitmen yang penuh dan mendukung keberadaan
inspektorat yang menjalankan fungsi pengawasan di daerah.

• Inspektur dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab


langsung kepada kepala daerah dan secara teknis administratif mendapat
pembinaan dari sekretaris daerah.

• Inspektorat merupakan mitra kerja pemerintah daerah yang memberikan


pandangan atau rekomendasi secara obyektif dan independen serta jasa
konsultasi yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan nilai dan
kinerja pemerintah daerah.

• Pemerintah daerah dan satuan kerja perangkat daerah bertanggung jawab


untuk melaksanakan rekomendasi atas hasil audit yang dilakukan oleh
auditor inspektorat yang telah disepakati bersama.

• Pelaksanaan rekomendasi merupakan salah-satu faktor bagi daerah untuk


menilai kinerja pemerintah daerah dan satuan kerja perangkat daerah.

• Dalam pelaksanaan audit, kepala daerah memastikan bahwa setiap

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 39


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

rekomendasi audit akan dan/atau telah ditindaklanjuti oleh satuan kerja


perangkat daerah yang diaudit.

• Dalam pelaksanaan tugas audit, auditor harus selalu berpedoman kepada


kode etik dan standar audit serta peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan audit internal.

• Dalam pelaksanaan tugas audit, auditor harus menjunjung tinggi prinsip-


prinsip obyektivitas (tidak memiliki keterikatan dengan aktivitas yang diaudit,
bebas dari prosedur atau konflik kepentingan selama berlangsungnya
audit, dan bukan merupakan bawahan secara langsung dari pihak yang
melakukan aktivitas kegiatan yang diaudit), menjunjung tinggi prinsip
kerahasiaan dan kehati-hatian, memiliki gabungan pengetahuan dan
pengalaman yang sesuai untuk melaksanakan penugasan audit.

PEDOMAN AUDIT UNTUK PENYUSUNAN KERTAS KERJA:

Maksud dan Tujuan:


• Tujuan utama penyusunan kertas kerja audit adalah :
1. Menyajikan dasar untuk perencanaan audit.
2. Merupakan catatan atas bukti yang dikumpulkan.
3. Menyajikan data untuk menentukan jenis laporan audit apa yang sesuai.
4. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
5. Memungkinkan auditor untuk melakukan reviu mengenai kualitas audit.
6. Merupakan dokumentasi hasil audit.

• Penyusunan atau penyiapan kertas kerja audit juga dimaksudkan untuk:


1. Menyajikan suatu pengendalian atas penugasan audit, melalui pen-
dokumentasian apa yang telah dikerjakan dan apa yang masih belum/
sedang dikerjakan auditor.
2. Menyajikan suatu dasar untuk mempelajari pola dan tren berbagai
aktivitas yang ada dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Menyajikan suatu rincian yang mendukung masalah-masalah yang
dibahas dengan satuan kerja perangkat daerah.
4. Sebagai suatu sumber bukti dalam suatu perkara litigasi atau tuntutan.
5. Menyajikan dasar untuk supervisi dan evaluasi dari kinerja audit.
6. Menyajikan data permanen untuk penggunaannya dalam perencanaan
dan pelaksanaan audit berikutnya atau masa depan.
7. Menyajikan pelatihan bagi auditor yang baru dalam memahami bagaimana
penugasan audit dilaksanakan.

40 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Perencanaan Kertas Kerja Audit:


• Tujuan perencanaan kertas kerja audit adalah untuk menetapkan struktur
pendokumentasian proses audit. Perencanaan kertas kerja audit umumnya
disesuaikan dengan kebutuhan audit.

• Perencanaan meliputi suatu gambaran kertas kerja audit yang akan dibuat
atau dikembangkan, metode atau cara penyimpanan (filing systems), dan
beberapa estimasi ukuran atau bentuk kerja kerja yang dibutuhkan.

• Langkah pertama dalam perencanaan kertas kerja audit adalah meng-


identifikasi jenis bukti dan material pendukung lainnya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan dan mencapai tujuan audit.

• Dalam perencanaan kertas kerja audit, auditor harus mempertimbangkan


penggunaan sistem indeks yang kompeten. Tujuan penggunaan indeks
adalah untuk memudahkan referensi dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkan di dalam kertas kerja.

Penyiapan Kerangka Kertas Kerja:


• Penyiapan kerangka kerja untuk kertas kerja audit dilakukan setelah auditor
menyelesaikan perencanaan atas kertas kerja audit. Kerangka kerja yang
dibangun dalam kertas kerja audit, meliputi pekerjaan:
1. Penulisan judul dan tanggal audit pada bagian atas dari kertas kerja.
2. Pembuatan tabel yang berisi gambaran penugasan untuk setiap segmen
audit.
3. Pembuatan blangko-blangko lembaran kertas kerja untuk setiap segmen
audit (jika sudah ada dari audit tahun-tahun yang lalu).
4. Pembuatan teks dari proof worksheets yang disiapkan (Jika sudah ada
dari audit tahun-tahun yang lalu).
5. Penentuan daftar check list yang standar untuk semua kertas kerja audit.
6. Penulisan nama audit dan bagian audit dalam binder kertas kerja audit.
7. Penempatan dokumentasi administratif dalam bagian yang umum di
kertas kerja.
8. Penempatan audit program yang telah disusun di tahap perencanaan
audit.

Penyiapan Kertas Kerja:


• Kertas kerja disiapkan oleh tim audit yang mendapatkan penugasan audit.
- Kertas kerja harus menyampaikan urutan kronologis dari pekerjaan
yang dilaksanakan oleh auditor.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 41


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Dalam penyiapan kertas kerja, perlu diperhatikan bahwa pekerjaan audit


didokumentasikan dalam berbagai metode, yaitu:
1. Membuatkan salinan (copies) dari dokumen auditi dan diindikasikan
melalui penggunaan tick mark bahwa pekerjaan telah dilaksanakan.
2. Menuliskan suatu penjelasan naratif dari pekerjaan, seperti: bagaimana
observasi fisik atas persediaan dilakukan.
3. Menempatkan struk penghitungan ulang untuk menunjukkan bahwa
auditor telah melakukan penghitungan total terhadap suatu jumlah.
4. Membuat daftar butir-butir yang diinvestigasi.
5. Mendapatkan laporan dan menggunakan tick mark untuk menunjukkan
prosedur audit apa yang telah diikuti.

• Kertas kerja audit harus menunjukkan catatan-catatan yang direviu, maksud


dan tujuan, serta luasnya pengujian dan hasil reviu yang dilakukan.
• Kertas kerja harus mengidentifikasi sumber data yang asli berdasarkan
suatu cara yang memudahkan auditor untuk dukungannya atas kondisi
yang dilaporkan. kurang lebih satu hingga dua halaman untuk setiap bagian
yang diaudit. Umumnya, lembar ikhtisar ini disiapkan dalam bentuk naratif
dan memuat ikhtisar ringkas, seperti:
1. Fakta yang relevan, termasuk di dalamnya setiap permasalahan yang
ditemukan.
2. Kesimpulan auditor, termasuk rekomendasi audit.
3. Latar belakang permasalahan.

• Penyiapan kertas kerja audit harus mencakup pertimbangan auditor untuk


penggunaan cross-reference, yang mampu menyajikan kejelasan dan
kemudahan di antara berbagai kertas kerja untuk subyek yang sama dan
di antara kertas kerja dengan laporan audit. .

• Setiap staf auditor harus diberikan pedoman yang jelas dan tertulis mengenai
bagaimana penyiapan kertas kerja.

• Pedoman penyiapan kertas kerja harus mencakup suatu standar yang


baik dan memadai untuk suatu kertas kerja, yaitu yang meliputi masalah:
keakuratan, kelengkapan, kejelasan, kemampuan dapat dibaca, kerapihan,
saling berhubungan, dan keringkasan.

Adanya manual audit ini diharapkan akan membantu dan memudahkan


inspektur inspektorat menyampaikan arahannya. Manual audit ini harus di-
siapkan dengan maksud agar mampu menjelaskan kepada para staf auditnya

42 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

bagaimana penugasan audit tersebut harus dilaksanakan. Diharapkan pedoman


audit yang dibuat secara tertulis akan menciptakan konsistensi, kontinuitas,
dan standar yang baku dalam pelaksanaan penugasan audit yang dapat
diterima baik, serta merupakan alat untuk mengkoordinasikan berbagai upaya
dan tindakan para auditor dalam pekerjaan audit yang dilakukan.

Namun demikian, kadangkala manual audit yang tersedia dapat


juga menimbulkan satu dilema. Di satu sisi, manual audit merupakan alat bagi
para inspektur inspektorat untuk memberikan instruksi dan arahannya
bagaimana mencapai keseragaman dalam pekerjaan audit, siapa pun auditor
yang melaksanakan. Di sisi lain, kalau tidak hati-hati digunakan, bisa jadi
manual audit ini malahan dapat menghambat kreatifitas, imajinatif, dan inisiatif
auditor yang melaksanakan tugas pekerjaan audit. Pada hakekatnya, manual
kebijakan dan pedoman audit yang harus dimiliki oleh inspektorat adalah
dibutuhkan untuk:
1. Mencegah setiap auditor yang melaksanakan pekerjaan penugasan audit
untuk bertindak tidak konsisten atau menyimpang dari prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Menjadi dasar pertimbangan untuk menetapkan kinerja audit yang harus
diikuti dan dievaluasi.
3. Memberikan kepastian bahwa produk akhir dari fungsi pengawasan
(inspektorat) telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.
4. Memastikan bahwa kegiatan inspektorat mengarah pada pencapaian visi,
misi, dan tujuannya secara efektif dan efisien.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 43


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Halaman ini sengaja dikosongkan

44 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Pengendalian Bab 4
Pekerjaan Audit
di Inspektorat

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:


• Menjelaskan arti penting membangun pengendalian yang efektif untuk
setiap penugasan audit yang dilaksanakan.
• Menjelaskan berbagai model yang digunakan untuk mengendalikan
pekerjaan audit
• Menjelaskan proses pengendalian pekerjaan audit melalui pelaksanaan
supervisi.

A. Pendahuluan

Pelaksanaan pekerjaan audit merupakan realisasi atas setiap rencana


yang telah disusun, baik itu rencana kerja jangka panjang maupun tahunan.
Perencanaan audit disusun dengan mempertimbangkan berbagai faktor,
seperti:
1. Tingkat risiko maupun potensi risiko dalam penyelenggaraan aktivitas audit,
2. Penyelenggaraan aktivitas atau kegiatan operasional itu sendiri yang
dilaksanakan.
3. Kerentanan yang mungkin terjadi atas aktivitas ataupun aktiva yang
digunakan.
4. Pengendalian internal yang terpasang.
5. Strategi dan tujuan operasional.
6. Tujuan dan ruang lingkup audit.
7. Latar belakang perlunya audit dilakukan.
8. Keinginan untuk mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia di fungsi
pengawasan.

Hal penting yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa perencanaan


audit merupakan alat yang cukup efektif untuk mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan audit. Pengendalian tugas audit adalah untuk memastikan bahwa

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 45


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

setiap penugasan audit yang dilakukan sudah memenuhi standar audit yang
telah ditetapkan. Dalam pengendalian pekerjaan audit, banyak hal yang perlu
dipertimbangkan, di antaranya:
1. Kompleksitas pekerjaan audit yang dilaksanakan.
2. Kompetensi dan keterampilan serta pengalaman auditor.
3. Sumberdaya yang digunakan untuk pelaksanaan penugasan audit.
4. Lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penugasan audit.

B. Pengendalian Tugas Audit

Pelaksanaan tugas audit yang terkendali dan terstruktur dengan baik


memiliki peluang yang lebih besar untuk keberhasilannya mencapai tujuan
dan sasaran audit yang telah ditetapkan. Keberhasilan pekerjaan audit yang
dilaksanakan membutuhkan pengalaman dan kemampuan auditor untuk
menyelesaikan tugas audit yang dibebankan kepadanya. Satu tugas audit
yang sama namun dilaksanakan oleh dua orang auditor berbeda, kemungkinan
akan bervariasi hasilnya. Beberapa faktor yang menyebabkan kemungkinan
hasilnya berbeda adalah:
1. Pemahaman auditor internal terhadap masalah yang diidentifikasi.
2. Pengalaman atas permasalahan yang dijumpai.
3. Kompetensi yang dimiliki auditor.
4. Kemampuan analisis auditor.
5. Kreativitas, imajinatif, dan inisiatif auditor atas keputusan yang dibuatnya.

Tanpa adanya supervisi dan pengendalian atas anggaran biaya dan


waktu, jadwal yang telah ditetapkan, kemajuan (progress) laporan yang
disiapkan, serta tanpa pedoman perumusan yang jelas untuk arah pekerjaan
audit, maka akan membuat pekerjaan audit menjadi tidak efektif dan efisien.
Seorang inspektur atau kepala inspektorat di unit kerja audit harus memastikan
bahwa sumber-sumber audit yang digunakan telah sesuai dan diberdayakan
seoptimal mungkin, yaitu dalam rangka pencapaian yang efektif dan efisien
tujuan dan sasaran audit yang telah ditetapkan.

Disiplin merupakan kata kunci untuk menggambarkan seorang auditor


yang profesional dalam melaksanakan penugasan audit yang dibebankan
kepadanya. Disiplin merupakan suatu pemahaman yang jelas mengenai nilai-
nilai suatu pekerjaan audit yang dilaksanakan. Disiplin juga mengandung arti,
suatu pemahaman akan nilai-nilai mengenai, misalnya ketepatan waktu,
pemanfaatan anggaran biaya secara efektif dan efisien, serta komitmen dalam
penyelesaian tugas. Disiplin untuk menyelesaikan pekerjaan audit tepat waktu

46 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

merupakan salah satu bentuk yang esensial dalam pengendalian pekerjaan


audit. Bahwa pengendalian dapat terlaksana dengan berhasil sangat tergantung
pada tingkat profesionalisme dan komitmen auditor itu sendiri untuk menegakkan
faktor disiplin di dalam dirinya.

Tugas supervisi dan pengendalian pekerjaan audit di lingkungan


inspektorat merupakan kegiatan administrasi di dalam fungsi pengawasan.
Kegiatan supervisi dan pengendalian ini meliputi:
1. Pengendalian atas setiap pekerjaan audit.
2. Pemastian bahwa pelaksanaan pekerjaan audit sesuai dengan anggaran
yang tersedia dan jadwal waktu yang telah ditetapkan.
3. Identifikasi kemungkinan apakah anggaran perlu direvisi atau tidak.
4. Identifikasi laporan kemajuan pekerjaan dan gambaran mengenai proses
pekerjaan.
5. Reviu file permanen atas setiap pekerjaan audit.
6. Mengingatkan kepada auditor yang ditugaskan untuk selalu melakukan
apa yang harus dikerjakan untuk memulai suatu pekerjaan audit dengan
metode atau cara yang telah ditetapkan di dalam manual kebijakan dan
pedoman audit yang ada di lingkungan inspektorat.

C. Kartu Penugasan Setiap Pekerjaan Audit

Langkah pertama di dalam pengendalian penugasan audit adalah


memastikan apakah apa yang telah dilaksanakan sejauh ini sudah sesuai
dengan program kerja pengawasan dan manual kebijakan serta pedoman
audit yang telah ditetapkan. Di unit kerja inspektorat langkah pertama untuk
memastikan terciptanya pengendalian dalam penugasan audit adalah dengan
membuatkan semacam kartu pekerjaan atau formulir sebagai alat kendali atas
setiap pekerjaan audit yang dilaksanakan. Dalam kartu penugasan audit
termuat berbagai informasi penting berkaitan dengan pekerjaan audit yang
dilaksanakan. Kartu penugasan audit ini memuat informasi mengenai nomor
dan jenis pekerjaan audit yang akan dilaksanakan, nama-nama auditor yang
ditugaskan melakukan penugasan audit, termasuk nama pengendali teknis
dan pengendali mutu untuk pekerjaan audit dimaksud. Dalam kartu juga dimuat
informasi mengenai periode yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan
audit dimaksud serta anggaran yang dibutuhkan atau disediakan untuk
pekerjaan audit. Apabila pekerjaan audit sudah berfokus pada risiko, maka
pendekatan audit yang digunakan adalah pendekatan audit berbasis risiko,
sehingga beberapa informasi penting mengenai area yang berisiko dan potensi
risiko yang mungkin terjadi juga diidentifikasi di dalam kartu penugasan audit

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 47


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

ini. Kartu penugasan juga merupakan bentuk pengesahan (legitimasi) dari


pekerjaan audit yang dilaksanakan, yaitu setelah diperoleh persetujuan
(approval) dari inspektur atau kepala inspektorat untuk pekerjaan penugasan
audit yang akan dilaksanakan. Berikut ini contoh dari suatu kartu penugasan
audit untuk penugasan audit di inspektorat.

Inspektorat
Prov/Kab/Kota.……..
KARTU PENUGASAN AUDIT
No.………………………

Nomor Pekerjaan : ………………… Tim Auditor : 1 ……….. / Ketua Tim


Jenis Pekerjaan : …………………. 2. ………….. / Anggota
File Permanen No. : ………………… 3. …………../ Anggota

Lama Pekerjaan : …………………. Supervisor : .…………… / Dalnis


Tanggal Dimulai : …………………. : ……………. / Daltu

Alokasi Anggaran : ………………….


Persetujuan Anggaran : ………………….

Nama Auditi : …………………………………………………………………………….


Tujuan Audit : …………………………………………………………………………….
Ruang Lingkup : …………………………………………………………………………....

Hasil Penilaian Risiko Perencanaan Pekerjaan (Micro-risk Planning)


- Identifikasi 5 area yang berisiko tinggi -

Deskripsi Area Berisiko Risiko Potensial/Kerentanan Alokasi Waktu


1. ………………………….. ………………………………… …………………
2. ………………………….. ………………………………… …………………
3. ………………………….. ………………………………… …………………
4. ………………………….. ………………………………… …………………
5. ………………………….. ………………………………… …………………

Persetujuan Pekerjaan : ……………………………..…(Inspektur/Kepala Inspektorat)


Tanggal Persetujuan : ……………………………….

Satu hal penting yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam


membuat kartu pekerjaan ini adalah usahakan dibuat atau dirancang
sesederhana mungkin. Jangan terlalu memaksakan seluruh informasi harus
tercakup atau ada di dalam kartu penugasan audit. Perlu dihindarkan
memasukkan informasi yang terlalu rinci, termasuk rencana darurat (contingency
plan) ke dalam kartu pekerjaan ini. Kartu penugasan audit yang terlalu rumit
untuk dibuat dan dipahami, akan diabaikan atau hanya sekadar menjadi bagian
administratif saja dan akan kehilangan esensi fungsinya sebagai alat kendali
untuk pekerjaan audit yang dilaksanakan. Di samping itu, perkembangan

48 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

metodologi dan perangkat penugasan audit yang sudah terkomputerisasi


sangat memungkinkan auditor untuk memanfaatkan teknologi informasi berkaitan
dengan penggunaan kartu penugasan audit. Sebagai contoh, misalkan bahwa
kartu penugasan tidak perlu dibuat tercetak (hardcopy), melainkan cukup dibuat
softcopy saja. Baik yang sudah dalam bentuk cetakan ataupun yang softcopy,
distribusi dari kartu penugasan audit adalah sebagai berikut:
1. Satu asli tersimpan di kantor inspektorat (sebagai alat kendali oleh pengendali
mutu)
2. Satu tembusan diberikan kepada tim auditor yang ditugaskan.
3. Satu tembusan diberikan kepada supervisor yang bertanggung jawab untuk
penugasan (pengendali teknis)
4. Satu tembusan disimpan di dalam register sebagai arsip.

D. Anggaran dan Jadwal Rencana Penugasan Audit

Penugasan audit merupakan proses kreatif yang dipengaruhi oleh


inisiatif dan imajinatif auditor yang melaksanakan pekerjaan audit. Seringkali,
auditor beralasan bahwa keterbatasan anggaran biaya dan jadwal waktu audit
yang tersedia membuatnya tidak berdaya dan bahkan akan mematikan
kreatifitas, inisiatif, dan imajinatifnya dalam menyelesaikan pekerjaan audit,
yaitu karena harus mengejar waktu untuk target penyelesaian pekerjaan audit
dengan anggaran biaya yang juga terbatas. Tentunya, kondisi ini bukan menjadi
alasan bagi auditor dalam pekerjaan penugasan audit yang dilaksanakan.
Sebagai seorang profesional, auditor dituntut untuk selalu menggunakan
keahlian dan kemampuan dalam penyelesaian tugas auditnya. Bahwa setiap
aktivitas apapun kegiatannya memiliki anggaran biaya dan waktu yang ditetapkan
sesuai dengan alokasinya yang tersedia. Faktor utama yang harus menjadi
pertimbangan adalah bagaimana strategi harus dijalankan untuk mencapai
tujuan yang optimal dengan anggaran yang disediakan. Tidak ada kegiatan
yang anggarannya tanpa batasan. Justru, dengan adanya pengalokasian
anggaran biaya maupun waktu, maka ini merupakan tantangan bagaimana
auditor yang ditugaskan agar ia mampu menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Di samping itu, anggaran biaya dan jadwal waktu yang dialokasikan untuk
setiap penugasan audit merupakan alat pengendalian yang efektif atas setiap
aktivitas pekerjaan audit yang dilaksanakan.

Memang benar bahwa anggaran biaya ataupun waktu yang dialokasi


tidaklah dibuat kaku, artinya tetap ada atau sangat memungkinkan adanya
revisi, yaitu setelah secara periodik pekerjaan yang dilaksanakan dievaluasi
progres atau kemajuannya. Di samping itu, sangat beralasan jika memang

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 49


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

estimasi anggaran biaya dan alokasi waktu pertimbangannya sudah tidak cost
beneficial (biaya lebih besar dari manfaatnya), pekerjaan tersebut ditunda dan
bahkan dihentikan. Di sisi lain, sangat memungkinkan jika memang manfaat
yang akan diperoleh lebih besar dari biaya dan waktu yang dialokasikan, maka
perlu ada revisi yang segera. Apalagi, kalau tambahan biaya yang diusulkan
dikaitkan dengan identifikasi berbagai risiko signifikan memiliki potensi untuk
dapat diungkapkan.

Dalam setiap aktivitas pekerjaan audit, anggaran biaya dan alokasi


waktu yang dibuat untuk setiap pekerjaan audit adalah sangat penting. Tanpa
dibuatkannya anggaran dan alokasi jadwal waktu, maka pekerjaan audit akan
terasa sangat membuang-buang waktu dan terkesan bahwa pekerjaan audit
yang dilaksanakan hanya sekadar membagi rata anggaran dan waktu yang
tersedia atas segmen (bagian) yang diaudit. Padahal, penentuan anggaran
biaya dan alokasi waktu dimaksudkan agar audit memfokuskan anggaran biaya
dan waktu pada area yang lebih berisiko tinggi dan perlu perhatian segera
dibandingkan segmen atau bagian yang lainnya. Oleh karenanya, anggaran
biaya dan waktu yang tersedia untuk setiap pekerjaan audit harus dibiasakan
untuk diikuti.

Agar efektif, anggaran biaya dan waktu sebagai alat kendali ini harus
mencakup catatan dan pelaporan terkini yang diharapkan mampu untuk
menyajikan informasi:
1. Bagaimana cara seorang pengendali teknis dan tim audit yang ditugaskan
untuk mampu membagikan anggaran biaya dan waktu ke dalam berbagai
segmen audit dari pekerjaan auditnya dan membuat catatan waktu yang
dipergunakan untuk melakukan audit atas segmen-segmen tersebut.
2. Bagaimana cara tim audit yang ditugaskan, khususnya anggota tim untuk
membuat laporan waktu yang dipakai selama periode waktu berjalan (dapat
harian atau mingguan), serta membuat ikhtisar dari hasilnya.
3. Bagaimana cara unit kerja inspektorat membuat laporan berjalan (laporan
progress), umumnya bulanan, yaitu mengenai status dari seluruh proyek
pekerjaan audit yang sedang dilaksanakan atau berjalan.

Berikut disajikan contoh lembar kerja untuk pengendalian anggaran


waktu atas setiap pekerjaan audit. Laporan pengendalian ini disampaikan
kepada unit kerja inspektorat dan tembusannya tetap disimpan sebagai kertas
kerja audit. Isi lembar kerja ini meliputi alokasi waktu audit ke berbagai segmen
setiap proyek pekerjaan audit, yaitu dimulai dengan rencana awal dan
dilanjutkan terus hingga penyelesaian laporan audit.

50 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

INSPEKTORAT
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA :………………..

LEMBAR KERJA UNTUK ANGGARAN WAKTU

Nomor Pekerjaan:
Mg Mg Mg
KKA TAHAPAN ANGG. ANGG. ANGG. Mg
(kumulatif) (kumulatif) (kumulatif)
Ref. AUDIT ORIG. REV. TOT. 1
2 3 4

Perencanaan

Prelim. Survey

Evaluasi ICS

Fieldwork
1. Segmen A
2. Segmen B
3. Segmen C
4. dst

Total Fieldwork

Penulisan Lap

Tanggapan

TOTAL WAKTU

Pengendalian waktu untuk penyelesaian pekerjaan audit dimulai sejak


dibuatkannya estimasi dari waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan audit. Beberapa pertimbangan yang umumnya digunakan untuk
mengestimasi waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan atau
tugas audit adalah:
1. Pengalaman dari pekerjaan audit tahun yang lalu.
2. Kompetensi dari auditor yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas audit.
3. Analisis yang akan datang untuk pekerjaan audit dengan melihat pada
tujuan dan ruang lingkup audit.
4. Estimasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan
(fieldwork), draft laporan, pertemuan dengan auditi, dan reviu oleh
pengendalai teknis (supervisor).

Waktu yang dianggarkan harus benar-benar dimaksudkan untuk


penyelesaian pekerjaan audit dan tidak dimaksudkan sebagian sebagai
cadangan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketidak-efisienan
dalam pelaksanaan tugas audit. Estimasi waktu harus menjadi dasar untuk

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 51


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

pekerjaan staf dan juga pedoman bagi setiap auditor yang bertugas. Estimasi
waktu ini kemudian diperbandingkan dengan waktu sebenarnya yang digunakan
selama pekerjaan, dan bila perlu estimasi waktu penyelesaian dapat dimodifikasi,
meskipun patut juga dipertimbangkan bahwa modifikasi ini akan mempengaruhi
anggaran waktu dan biaya serta dampak untuk pekerjaan audit lainnya.
Umumnya, dibuatkan laporan penggunaan waktu (time report), khususnya
bila terjadi perbedaan waktu yang terpakai antara yang dianggarkan dengan
realisasinya.

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, pengendalian pekerjaan audit


yang cukup efektif adalah melalui pengalokasian lamanya waktu untuk suatu
penugasan audit. Metode pengendalian ini cukup realistis untuk mengendalikan
pekerjaan audit, yaitu diawali dengan estimasi yang cermat dan hati-hati
terhadap waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian satu tugas pekerjaan
audit. Beberapa pertimbangan yang dapat dipakai dalam menentukan lamanya
waktu penugasan yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan audit:
1. Berdasarkan lamanya waktu yang digunakan untuk penugasan audit tahun-
tahun sebelumnya, apabila merupakan penugasan audit berulang (repeat
audit).
2. Analisis masa depan atas waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas
audit terutama terhadap tujuan dan ruang lingkup yang telah ditetapkan.
3. Prakiraan atau estimasi waktu lebih rinci yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan lapangan, pembuatan draft laporan, pembahasan dengan auditi,
dan pekerjaan reviu serta editing, termasuk supervisi pekerjaan audit.

Waktu yang dianggarkan untuk pekerjaan audit adalah benar-benar


waktu yang dialokasikan untuk penyelesaian pekerjaan audit yang akan
dilaksanakan, tidak termasuk yang dicadangkan untuk kemungkinan adanya
tambahan pekerjaan yang diperlukan. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah
atau menghindarkan diri dari terjadinya inefisiensi, ketidakhematan atau
pemborosan waktu dalam pelaksanaan pekerjaan audit. Waktu yang diestimasi
harus menjadi dasar penugasan staf dan juga menjadi pedoman untuk setiap
orang yang melakukan penugasan. Estimasi yang dibuat atas pekerjaan audit
harus dibandingkan nantinya dengan aktual atau realisasi anggaran yang
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan audit. Bila memang dibutuhkan,
estimasi ini dapat direvisi atau dimodifikasi sesuai dengan waktu yang memang
benar-benar dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan audit. Laporan penggunaan
waktu yang dibuat oleh auditor harus dapat mengidentifikasi secara spesifik
untuk setiap staf audit yang ditugaskan atas penyelesaian pekerjaan audit yang
dilaksanakan, sehingga analisis yang akurat dapat dilakukan terhadap perbedaan

52 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

antara waktu yang dialokasikan dengan realisasi yang digunakan dalam


penyelesaian suatu penugasan audit.

Auditor yang melaksanakan penugasan audit harus menyiapkan secara rinci


catatan waktu yang sebenarnya digunakan dibandingkan dengan anggaran
waktu yang dialokasikan untuk penyelesaian pekerjaan audit. Klasifikasi rinci
yang dapat digunakan didasarkan pada:
1. Perencanaan audit dan survai pendahuluan
2. Pekerjaan lapangan
3. Supervisi pekerjaan audit
4. Laporan hasil audit, termasuk penyusunan draft laporan
5. Reviu dan editing

E. Laporan Kemajuan Pekerjaan Audit (Laporan Progres)

Laporan kemajuan pekerjaan audit umumnya disiapkan satu atau tiga


bulan sekali. Laporan progres ini mungkin juga disiapkan sesuai permintaan
atau kebutuhan, khususnya untuk memonitor sampai sejauh mana pekerjaan
audit telah diselesaikan. Dalam laporan kemajuan pekerjaan audit ini, seorang
supervisor (pengendali teknis) dapat memperoleh informasi terkini mengenai
status pekerjaan yang dilaksanakan, rencana tindakan yang akan dilakukan,
dan juga kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian pekerjaan audit.
Laporan kemajuan pekerjaan audit ini dipandang cukup efektif sebagai alat
untuk pengendalian pekerjaan audit. Namun, seorang pengendali teknis tentunya
mengharapkan dari tim auditnya diperoleh laporan progres yang sederhana
atau tidak terlalu rumit yang mampu menyajikan informasi yang terkini mengenai
status pekerjaan audit yang sedang dikerjakan.

Contoh format sederhana dari laporan progres yang disiapkan mingguan


di bawah ini menggambarkan posisi atau status pekerjaan audit yang di-
laksanakan. Laporan kemajuan pekerjaan audit yang disiapkan mingguan ini
didesain untuk menunjukkan anggaran yang dialokasikan, hari-hari yang
digunakan dan dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan audit. Di samping
itu, laporan mingguan ini juga menyajikan informasi mengenai tanggapan atas
masalah-masalah yang diantisipasi akan timbul serta informasi lain yang perlu
disampaikan di dalam laporan progres tersebut.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 53


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

LAPORAN PROGRES MINGGUAN


Akhir Minggu Ke……..….…..
Pekerjaan Audit: ………………………………………………………..

Jumlah Hari Penugasan


Anggaran Waktu …………………...
Kumulatif s/d minggu lalu ………………….
Total Minggu ini ...........................
Total Kumulatif s/d Minggun ini .............................
Anggaran yang masih tersedia ..............................
Yang masih dibutuhkan untuk penyelesaian ..............................

Segmen Audit atas Anggaran yang dialokasi:


Jumlah Hari Penugasan
Segmen Audit Anggaran Realisasi
1. …………………………………………… …………… ………….
2. …………………………………………… ……………. ………….
3. …………………………………………… ……………. ………….

Tindakan-tindakan untuk Perbaikan :


1. …………………………………………… ……………. …………..
2. …………………………………………… ……………. …………..
3. …………………………………………… .…………… …………..

Permasalahan Potensial :
………………………………………………………………………………………………

Ttd

…………………………
Ketua Tim Audit

Contoh format dari laporan progres mingguan ini sangat fleksibel. Bentuk dan
informasi yang disajikan di dalam laporan progres dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Contoh dari laporan progres tersebut lebih difokuskan untuk
kebutuhan pengendalian jumlah hari yang dialokasikan untuk pekerjaan audit.

F. Risiko Audit

Dalam pekerjaan audit yang dilakukan, auditor harus mempertimbangkan


kemungkinan terjadinya risiko audit. Secara umum, risiko mengandung arti
hambatan-hambatan yang mungkin terjadi yang dapat menghalangi pencapaian
suatu tujuan yang telah ditetapkan. Risiko audit merupakan risiko yang mungkin
terjadi dalam penugasan audit yang dilaksanakan di mana auditor tidak dapat
mengungkapkan permasalahan yang mungkin terjadi dalam prosedur audit
yang normal, walaupun pekerjaan audit sudah dilakukan sesuai dan memenuhi
standar audit yang berlaku.

54 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Risiko audit terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: risiko bawaan (inherent
risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Risiko
bawaan adalah risiko yang disebabkan karena adanya potensi kerentanan yang
terkandung di dalam setiap pekerjaan, kegiatan, atau aktivitas yang dilaksanakan.
Kerentanan aktivitas, kegiatan ataupun aktiva yang digunakan dapat menimbulkan
terjadinya kesalahan atau ketidakberesan atas pelaksanaan kegiatan atau
penggunaan aktiva tersebut. Risiko pengendalian adalah kemungkinan kelemahan
pengendalian yang terjadi walaupun sudah dipasangkan pengendalian atas
suatu kegiatan dimaksud. Risiko deteksi adalah risiko tidak terdeteksinya suatu
masalah meskipun prosedur audit yang normal sudah dilaksanakan.

Dalam pekerjaan audit yang dilaksanakan, perlu dibedakan antara


risiko operasional, risiko audit, dan kegagalan audit. Risiko operasional adalah
hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dan dapat menghalangi pencapaian
tujuan operasional. Risiko audit sebagaimana yang sudah dijelaskan adalah
kemungkinan auditor tidak berhasil mengidentifikasi suatu masalah meskipun
prosedur audit normal sudah dilaksanakan. Kegagalan audit adalah ketidak-
mampuan auditor untuk mengungkapkan suatu masalah yang harus dideteksinya
disebabkan karena audit dilaksanakan tidak sesuai standar dan pekerjaan
audit dilaksanakan di bawah standar audit yang telah ditetapkan. Untuk
menghindarkan kegagalan dalam audit, auditor dan pimpinan fungsi pengawasan
harus menerapkan praktik-praktik yang memadai untuk mengendalikan pekerjaan
audit yang dilaksanakan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 55


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Halaman ini sengaja dikosongkan

56 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bab 5
Pengelolaan dan
Pengembangan Staf Audit
di Inspektorat
Daerah
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan persyaratan kualitas yang harus dimiliki auditor di
Inspektorat Daerah dan sumber darimana dapat diperolehnya.
• Menjelaskan bagaimana sistem rekrutasi yang efektif untuk
mendapatkan staf audit yang berkualitas.
• Menjelaskan bagaimana pengembangan staf audit agar selalu dapat
ditingkatkan kompetensinya untuk pelaksanaan tugas pekerjaan
auditnya.

A. Pendahuluan

Pengelolaan dan pengembangan staf merupakan bagian yang sangat


penting dalam tanggung jawab manajemen di organisasi manapun. Begitu
pula halnya di unit organisasi audit internal, dalam hal ini di Inspektorat Daerah.
Bahwa pimpinan unit kerja audit bertanggung jawab untuk pengelolaan yang
efektif terhadap staf auditornya. Beberapa tanggung jawab pimpinan dalam
pengelolaan dan pengembangan staf, di antaranya adalah:
1. Pembuatan uraian tugas untuk berbagai posisi auditor internal.
2. Penentuan standar kualitas auditor yang dibutuhkan untuk penugasan audit.
3. Pemilihan auditor dan sistem rekrutasi yang memadai.
4. Pendidikan dan pelatihan yang kontinyu bagi auditornya.
5. Evaluasi kinerja auditor.

Berikut akan diuraikan berbagai hal penting berkaitan dengan


pengelolaan dan pengembangan staf audit di fungsi pengawasan Inspektorat
Daerah. Pembahasan dalam bab ini dimulai dengan menentukan persyaratan
kualitas auditor yang dibutuhkan untuk melaksanakan penugasan atau
pekerjaan audit.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 57


Komunikasi
Hasil Audit

B. Persyaratan Kualitas

Pekerjaan audit yang profesional menuntut auditor yang melaksanakan


juga memiliki kemampuan profesional untuk melakukan tugas audit yang
dibebankan kepadanya. Persyaratan ini mengandung arti bahwa seorang
auditor wajib memiliki pengetahuan yang luas baik mengenai ilmu auditing
maupun pengetahuan teknis yang dikuasainya. Sebagai contoh: Amir yang
berprofesi sebagai auditor di Inspektorat Propinsi DKI Jaya dan memiliki latar
belakang pendidikan ilmu sosial, maka yang bersangkutan harus memiliki
kemampuan teknis, baik mengenai ilmu auditing maupun pengetahuan yang
memadai di bidang ilmu sosial.

Di samping persyaratan kemampuan teknis yang harus dimiliki, seorang


auditor juga harus memiliki kemampuan analisis sebagai dasar untuk mengambil
judgment dalam penugasan audit. Tidak seperti kemampuan teknis yang
dapat ditingkatkan terus melalui pendidikan dan pelatihan di bidang audit dan
pengetahuan yang dikuasainya, maka kemampuan teknis umumnya diperoleh
auditor berdasarkan pengalaman di lapangan dalam penugasan audit yang
dilakukan. Kualitas dari analisisnya bukan ditentukan dari lamanya menjadi
auditor, melainkan kemampuannya untuk memahami dan mengambil makna
dari permasalahan-permasalahan yang berhasil dicarikan solusi terbaiknya.

Persyaratan kualitas baik mengenai kemampuan teknis maupun analisis


tidak bisa dikompromikan. Profesi telah menetapkan standar yang tinggi bagi
siapapun yang ingin menjadi auditor internal. Tidak ada tawar menawar berkaitan
dengan kualitas yang telah distandarkan. Lebih baik memiliki beberapa
staf audit yang terbatas, namun kompeten daripada memiliki staf audit yang
banyak tetapi kualitas auditor-auditor tersebut di bawah persyaratan teknis
dan analisis yang memadai. Oleh karena itu, adalah kewajiban dari pimpinan
fungsi pengawasan Inspektorat Daerah untuk menetapkan atribut-atribut
pengetahuan, kemampuan teknis dan analisis, serta karakter kualitas pada
pemilihan dan pengembangan staf di lingkungan inspektorat daerahnya.

Wajib bagi seorang auditor untuk selalu meningkatkan pendidikannya


baik melalui jalur akademis maupun profesi, serta mengembangkan kemampuan
analisisnya melalui pengalaman yang diperolehnya di setiap penugasan yang
dilaksanakan. Dari peningkatan pendidikan yang dilakukan, diharapkan ini
akan mampu untuk mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin
yang esensial untuk mencapai kinerja yang memadai dalam pekerjaan auditnya.
Ruang lingkup yang luas dari profesi audit internal membuat pengetahuan

58 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

auditor akan semakin lengkap. Namun demikian, tidak dimaksudkan bahwa


seorang auditor harus menguasai seluruh pengetahuan yang esensial. Paling
tidak, auditor tersebut menguasai dengan baik pengetahuan yang memang
dipelajarinya pada saat ia menuntut pendidikan dahulu. Sebagai contoh:
seorang auditor yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu pemerintahan,
diharapkan menguasai dengan baik dan terus meningkatkan pendidikan di
bidang disiplin ilmu pemerintahan. Sebagai satu tim audit, auditor yang berada
di dalam satu tim tersebut harus terdiri dari auditor-auditor yang memiliki
kecakapan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya.

Sesuai dengan buku pedoman Standar Profesi Audit Internal,


persyaratan kualitas seorang auditor internal diatur di butir 1200 di bawah
judul Keahlian dan Kecermatan Profesional. Berikut ini kutipan lengkap
mengenai keahlian dan Kecermatan Profesional (butir 1200) sebagaimana
tertuang di dalam buku SPAI (SPAI, 2004: 16 – 17).

Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan


kecermatan profesional:
1210 Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, dan kompetensi
lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.
Fungsi Audit Internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
1210.1 - Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus memperoleh saran
dan asistensi dari pihak yang kompeten jika pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi dari staf auditor internal tidak memadai untuk
pelaksanaan sebagian atau seluruh penugasannya.

1210.2 - Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk


dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan.

1210.3 - Fungsi Audit Internal secara kolektif harus memiliki pengetahuan


tentang risiko dan pengendalian yang penting dalam bidang teknologi
informasi dan teknik-teknik audit berbasis teknologi informasi yang
tersedia.

1220 Kecermatan Profesional


Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya
dilakukan oleh seorang auditor internal yang prudent dan kompeten.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 59


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

1220.1 - Dalam menerapkan kecermatan profesional, auditor internal perlu


mempertimbangkan:
a. Ruang lingkup penugasan.
b. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.
c. Kecukupan dan efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan
proses governance.
d. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan.
e. Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik-
teknik analisis lainnya.

1230 Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL)


Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensinya melalui Pengembangan Profesional yang berkelanjutan.

Agar mampu mencapai persyaratan kualitas sebagaimana yang


ditetapkan di dalam standar profesi, maka atribut-atribut yang harus dimiliki
seorang auditor Inspektorat Daerah adalah:
1. Kecakapan dalam menerapkan standar, prosedur, dan teknik audit yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan penugasan.
2. Pemahaman memadai atas prinsip dan teknik akuntansi berkenaan dengan
audit atas masalah pengelolaan keuangan dan reviu atas laporan keuangan.
3. Pemahaman yang memadai atas prinsip-prinsip manajemen yang dibutuhkan
untuk mengenali dan mengevaluasi materialitas dan signifikannya penyimpangan
dari praktik-praktik bisnis yang baik dan memadai.
4. Kemampuan untuk mengetahui adanya masalah atau potensi masalah dan
menentukan penelitian lebih lanjut yang harus dilakukan atau bantuan
yang harus diperoleh.

Seorang auditor harus memiliki keahlian untuk berhubungan dengan


orang lain dan mampu berkomunikasi dengan efektif. Auditor harus memahami
dengan baik bagaimana seharusnya berhubungan dengan auditinya dan
mampu untuk selalu mempertahankan tingkat kepuasan auditinya. Auditor
juga harus mampu berkomunikasi lisan dan tertulis sehingga ia mampu secara
jelas dan efektif untuk menyampaikan berbagai hal kepada auditinya, seperti:
tujuan dan sasaran penugasan, evaluasi yang dilakukan, simpulan dan saran
atau rekomendasi.

Seorang penanggung jawab fungsi audit internal di inspektorat daerah


baik tingkat provinsi, kabupaten, atau kota, harus menetapkan kriteria yang
sesuai untuk persyaratan pendidikan dan pengalaman atas posisi audit internal

60 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

yang tersedia. Ia juga harus mampu untuk menentukan ruang lingkup pekerjaan
yang sesuai untuk auditornya, termasuk tingkat tanggung jawab yang dibebankan
sesuai posisi dimaksud. Jaminan yang semestinya juga harus diperoleh atas
kualifikasi dan kecakapan auditor yang akan direkrutnya.

Secara bersama, para auditor di lingkungan inspektorat harus memiliki


pegetahuan dan keahlian yang esensial untuk penerapan persyaratan profesi
di organisasinya. Atribut-atribut yang melekat ini, termasuk di dalamnya adalah
standar, prosedur, dan teknik audit. Beberapa karakter untuk suatu kualitas
yang memadai, misalnya: kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang selalu berubah juga dibutuhkan seiring dengan meningkatnya permintaan
atas peran auditor internal.

Untuk mampu dan sukses berhubungan dengan orang lain, auditor


harus mampu untuk memperoleh pemahaman apa yang membuat orang lain
senang atau berlaku kasar. Auditor harus memiliki empati atas masalah orang
lain. Auditor harus sensitif dan mampu memahami apa yang membuat orang
lain tersebut frustasi atas masalah yang dihadapi. Auditor harus bisa memahami
bagaimana perasaan dan sikap mereka terhadap pekerjaan dan tugas yang
dibebankan kepadanya, juga termasuk bagaimana perasaan, sikap, dan
pandangan mereka atas atasannya, serta organisasi tempat ia beraktivitas/
bekerja. Auditor harus memiliki taktik dan strategi yang tepat agar mampu
memperoleh informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang produktif tanpa
harus membuat konflik dengan orang tersebut.

Terhadap masalah-masalah yang tingkat kesulitannya tinggi, auditor


harus mampu untuk menentukan dan mengambil sikap yang tegas. Auditor
harus mampu menahan diri dari berbagai tekanan yang dihadapi. Auditor
harus mampu untuk berupaya keras mendapatkan fakta yang dibutuhkan dan
mendokumentasikan sehingga dapat mampu untuk menahan serangan-
serangan yang mungkin dihadapi dalam penugasan auditnya.

Agar mampu memberikan pendapat yang profesional, seorang auditor


harus memiliki integritas, obyektivitas, dan tanggung jawab yang memadai
agar mampu menjalankan aktivitas profesinya. Seorang auditor internal harus
mampu untuk dapat mengembangkan suatu masalah berdasarkan fakta yang
terjadi, menempatkan fakta pada perspektif atau tempatnya, secara objektif
mengevaluasi materialitas dari temuan, tidak dipengaruhi unsur personal
(pribadi), benar-benar dapat dipercaya, dan bertanggung jawab sepenuhnya
atas penugasan yang dilakukan. Auditor juga harus menunjukkan sikap yang

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 61


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

positif, memiliki inisiatif dan imajinatif untuk mendapatkan berbagai cara


mengidentifikasi masalah dan potensi masalah yang berkembang.

C. Sumber untuk Mendapatkan Staf Audit

Calon untuk posisi auditor internal dapat diperoleh atau datang dari
berbagai sumber. Berikut ini merupakan sumber-sumber yang umumnya
menjadi alternatif untuk memperoleh auditor internal yang dibutuhkan:

1. Perguruan Tinggi
Dewasa ini mulai ada kecenderungan meningkatnya minat para lulusan
dari perguruan tinggi untuk menjadi internal auditor. Dalam sebuah artikel
berjudul “A Good Time To Be An Internal Auditor” dan ditulis di majalah
Internal Auditor terbitan bulan Juni 2004, diuraikan hasil penelitian di
Amerika Serikat yang menunjukkan meningkatnya minat para lulusan
perguruan tinggi yang ingin menjadi auditor internal. Beberapa alasan yang
dikemukakan di artikel tersebut mengapa mereka tertarik untuk menjadi
auditor internal, antara lain adalah: penghasilan yang memadai, jenjang
karir yang jelas, pengalaman berharga yang akan diperoleh, tempat
pelatihan, dan peran sebagai konsultan.

Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Meskipun perkembangannya


belum sepesat seperti di Amerika Serikat, secara perlahan dapat dilihat
bahwa di kalangan lulusan perguruan tinggi mulai ada minat untuk menjadi
auditor internal. Satu bukti yang dapat diuraikan di sini adalah saat ini
semakin banyak auditor internal yang masih muda dan baru untuk mengikuti
ujian sertifikasi internasional (CIA). Namun demikian, untuk auditor internal
di kalangan sektor publik, seperti auditor di Inspektorat Daerah, hal ini masih
belum nampak adanya kecenderungan dari kalangan muda dan perguruan
tinggi untuk menjadi auditor di Inspektorat Daerah. Tentunya ini menjadi
tantangan bagi pimpinan di Inspektorat Daerah untuk mewujudkan hal ini.

Untuk menarik minat para mahasiswa di perguruan tinggi untuk nantinya


setelah mereka lulus berkeinginan menjadi auditor internal, banyak perguruan
tinggi khususnya di fakultas ekonomi jurusan akuntansi mulai mengenalkan
profesi ini. Satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan
mata kuliah audit internal sebagai salah satu mata kuliah keahlian yang
harus diambil oleh mahasiswa. Di sisi lain, pihak penyelenggara perguruan
tinggi juga mulai menyediakan program magang (internship) bagi mahasiswa
yang ingin mengambil kekhususan di bidang audit internal. Akhirnya, satu

62 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

upaya yang juga dilakukan asosiasi profesi untuk mengenalkan profesi ini
di kalangan kampus yaitu dengan mengadakan sosialisasi pengenalan
profesi audit internal ini di kalangan mahasiswa.

Keuntungan merekrut auditor internal dari perguruan tinggi adalah mereka


memiliki semangat kerja yang tinggi dan tentunya karena diseleksi dari
yang terbaik, maka pengetahuan yang mereka kuasai merupakan jaminan
kualitas untuk berhasilnya mereka dalam melaksanakan penugasan nantinya.
Beberapa hal yang merupakan kelemahan adalah bahwa mereka belum
memiliki pengalaman bekerja yang memadai, khususnya di bidang audit
internal. Di samping itu, mereka juga belum memahami secara baik budaya
atau kultur yang berkembang di tempat mereka bekerja.

2. Kantor Akuntan Publik


Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa banyak juga audior internal
yang berasal dari kantor akuntan publik. Umumnya, mereka yang direkrut
adalah para auditor eksternal yang semula melakukan penugasan audit
laporan keuangan dan kemudian ditawarkan atau diberi kesempatan untuk
menjadi auditor internal di tempat mereka dahulu pernah melakukan audit
laporan keuangan tersebut. Keuntungan merekrut auditor internal yang
berasal dari kantor akuntan publik adalah umumnya auditor-auditor ini masih
muda, bersemangat, dan memiliki prospek karir yang baik untuk masa
depan. Di samping itu, mereka umumnya juga sudah memiliki pengalaman
untuk melakukan penugasan audit dan pengetahuan yang memadai
khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.

Calon dari Akuntan Publik, perlu diberi “penyesuaian“ dahulu, karena sudut
pandang eksternal auditor berbeda dengan internal auditor.

3. Internal Organisasi
Cara memperoleh calon auditor internal yang berasal dari dalam organisasi
sendiri merupakan cara yang paling efektif. Hal ini disebabkan karena
calon auditor internal ini umumnya sudah sangat memahami budaya atau
kultur yang berkembang di organisasi. Yang dibutuhkan oleh mereka adalah
bagaimana mereka mampu untuk mempelajari atau mendalami ilmu auditing
sebagai bekal mereka untuk melakukan penugasan audit. Banyak pihak
menyatakan bahwa pemilihan calon auditor internal yang berasal dari
dalam organisasi sendiri merupakan cara yang paling ampuh untuk
mendapatkan auditor internal yang siap pakai karena mereka sudah paham
dengan budaya organisasi dan tinggal memperdalam ilmu auditing.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 63


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

4. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)


Banyak pula peluang untuk mendapatkan calon auditor internal dari para
auditor pemerintah yang semula bekerja di Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP). Pertimbangan mengapa auditor-auditor BPKP
dipilih untuk menjadi auditor internal adalah karena umumnya mereka
sudah memiliki kemampuan teknis audit dan pengetahuan yang memadai
serta pengalaman yang cukup dalam penugasan audit ketika mereka masih
menjadi auditor BPKP.

5. Sumber-sumber Lainnya
Di samping berbagai sumber yang sudah dipaparkan untuk kebutuhan
tenaga auditor internal, banyak sumber lain yang cukup potensial untuk
mendapatkan auditor internal. Satu hal yang dapat disampaikan di sini
adalah melalui organisasi profesi audit internal. Umumnya organisasi profesi
audit internal dapat membantu untuk mendapatkan auditor internal yang
dibutuhkan. Salah satu media yang biasa digunakan adalah iklan melalui
majalah profesi. Organisasi internasional untuk profesi audit internal memiliki
media majalah “Internal Auditor” yang penyebarannya sudah mendunia,
termasuk di Indonesia. Umumnya, di majalah tersebut dapat dicari kebutuhan
tenaga auditor internal yang sesuai dengan persyaratannya. Sumber lain
untuk mendapatkan auditor internal adalah melalui internet. Kemajuan
teknologi informasi telah sangat memungkinkan setiap orang dengan mudah
mendapatkan apa yang diinginkannya melalui internet, termasuk kebutuhan
akan tenaga auditor internal. Satu sumber yang umum adalah iklan melalui
media masa. Dari iklan di media masa baik cetak maupun elektronik, dapat
diperoleh informasi auditor internal yang dibutuhkan.

Bagaimana halnya untuk kebutuhan akan tenaga auditor internal di


lingkungan inspektorat daerah. Sampai dengan saat ini, untuk mengisi lowongan
kebutuhan tenaga auditor inspektorat daerah, diperoleh dari lingkungan dalam
sendiri yaitu mereka yang tadinya bekerja di operasional, misalnya di Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Pendapatan, Dinas Sosial, dan sebagainya kemudian
dialihtugaskan ke unit inspektorat untuk menjadi auditor di inspektorat. Cara
ini merupakan metode yang paling praktis dan tepat karena mereka yang
dipindahkan dari operasional ke inspektorat umumnya sudah sangat paham
dengan aktivitas operasional di lingkungan pemerintah daerah. Mereka tinggal
mendalami ilmu auditing (pengawasan) yang mungkin belum pernah mereka
dapatkan. Dengan cara ini, tidak perlu butuh waktu lama untuk mendapatkan
auditor inspektorat yang kompeten, dengan catatan bahwa sistem rekrutasinya
sudah sesuai dengan persyaratan kualitas auditor internal yang dibutuhkan.

64 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

(catatan: sistem rekrutasi auditor internal akan dibahas berikut ini). Seringkali
juga kebutuhan tenaga auditor inspektorat di daerah diperoleh atau pindahan
dari BPKP, yaitu karena pengalaman yang sudah teruji di bidang audit. Harus
disadari bahwa cara mendapatkan auditor internal dari lingkungan organisasi
sendiri merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan auditor internal yang
kompeten. Satu hal yang sangat mendasar dan berperan penting untuk
mendapatkan auditor internal yang profesional adalah keinginan atau minat
untuk menjadi auditor internal harus timbul dari diri masing-masing auditor
internal tersebut dan bukan dipaksakan karena tugas yang harus dilaksanakan.

D. Bagaimana Proses Menyeleksi Auditor Internal

Seringkali terjadi masalah yang timbul berkaitan dengan kinerja


auditor internal. Ada sebagian auditor internal yang memang menyenangi
tugasnya sebagai auditor. Namun, tidak jarang banyak juga yang tidak suka
berprofesi sebagai auditor. Mengapa hal ini dapat terjadi? Salah satu alasan
adalah bahwa cara menyeleksi kebutuhan auditor internal seringkali tidak
adil. Secara tradisional, seseorang ditunjuk untuk menjadi auditor internal
sebetulnya bukan atas kemauannya sendiri, melainkan “dipaksakan” oleh
tugas yang memang harus dilaksanakan. Akibatnya, semangat dan motivasinya
menjadi sangat rendah. Apalagi berkembang suatu kesan (image) bahwa
mereka yang dipindahtugaskan dari aktivitas operasional dan kemudian
menjadi auditor berarti telah “dibuang” atau “tidak terpakai lagi”. Kesan inilah
yang biasanya lebih dominan dan melekat, serta berdampak buruk terhadap
kinerja auditor. Memang harus disadari bahwa cara menyeleksi auditor internal
masih banyak tidak melibatkan pihak yang membutuhkan (dalam hal ini
Inspektorat Daerah atau inspektorat itu sendiri). Tidak ada proses yang baku
untuk menyeleksi kompetensi calon auditor internal yang akan bergabung di
inspektorat dan semuanya lebih diserahkan kepada mekanisme pihak
kepegawaian saja tanpa melibatkan audior inspektorat (dalam hal ini Inspektur
Jenderal). Oleh karenanya, ke depan siapapun yang terlibat dalam proses
ini harus berani menyeleksi auditor internal secara lebih transparan dan
melibatkan unsur penggunanya.

Paradigma baru auditor internal saat ini, mensyaratkan bahwa untuk


mendapatkan auditor internal yang profesional harus melibatkan auditor
atau pimpinan auditor. Jadi, proses ini bukan hanya urusan bagian personalia
atau kepegawaian saja melainkan unit kerja audit sebagai penerima
manfaatnya. Seleksi calon auditor internal yang baru ini harus melalui dua
tahapan, yaitu:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 65


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

1. Wawancara (interviu)
Proses wawancara dengan calon auditor harus direncanakan dan diorganisir
dengan baik. Data berkaitan dengan calon auditor ini harus sudah dibaca/
dipelajari dengan hati-hati dan cermat dan bila mungkin menghubungi pihak
yang memberikan referensi untuk menanyakan hal ikhwal berkaitan dengan
latar belakang dan pengalaman si calon auditor internal tersebut. Sebaiknya
dalam menghubungi pihak yang memberikan referensi diusahakan tidak
melalui surat melainkan langsung menghubungi via telepon. Pihak yang
melakukan interviu harus sudah mengatur waktu agar tidak mengganggu
pekerjaan yang harus diselesaikan. Pimpinan audit internal bertanggung
jawab untuk menyeleksi lebih dahulu calon yang akan dipanggil untuk
diinterviu. Pimpinan unit audit internal dapat dibantu oleh asisten atau
wakilnya untuk melakukan seleksi awal terhadap calon auditor internal yang
akan dipanggil.

Karena proses interviu ini merupakan suatu seni dan layak untuk
dikembangkan, maka pihak yang menginterviu harus betul-betul ahli atau
menguasai proses ini, baik isi (content expert) maupun cara menginterviunya
(process expert). Oleh karenanya, pihak yang menginterviu harus memiliki
latar belakang ilmu dan pengetahuan audit internal yang memadai, teknik
berkomunikasi yang efektif, serta pengalaman audit yang luas.

Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan pada saat proses interviu, khususnya
untuk calon auditor yang sudah berpengalaman melaksanakan penugasan
audit internal, antara lain:
1. Penugasan audit apa yang telah anda laksanakan?
2. Bagaimana pendekatan audit yang anda lakukan?
3. Laporan audit yang seperti apa yang pernah anda buat?
4. Apa yang anda ingin pertahankan dari pendidikan yang pernah anda ikuti?
5. Mengapa anda mau melakukan perubahan?
6. Apa yang anda suka dari profesi audit internal?
7. Apa yang anda tidak suka dari profesi audit internal?
8. Penugasan apa yang anda sukai?
9. Apa tujuan hidup anda?
10. Coba anda tunjukkan satu situasi tersulit yang harus anda hadapi?

Untuk auditor yang belum berpengalaman (auditor dengan pengalaman nol


tahun), pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada saat internviu,
antara lain adalah:
1. Apa yang anda ketahui mengenai konsep audit internal?

66 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

2. Darimana anda mengetahui profesi audit internal? Mengapa anda


menyukainya?
3. Penugasan audit apa yang paling anda sukai?
4. Apa anda mempunyai kepentingan di luar yang mungkin berhubungan
dengan audit internal?
5. Apa tujuan hidup anda?

Seluruh data hasil interviu ini harus diorganisir dan disimpan dengan baik
dan bila diperlukan sewaktu-waktu dapat dengan mudah diperoleh kembali,
khususnya bila ingin memperbandingkan kualitas dan kualifikasi antara
satu calon auditor dengan calon auditor lainnya untuk posisi yang sama.
Oleh karenanya, untuk setiap calon harus ada dokumen/catatan (record)
tersendiri dari hasil interviu yang telah dilakukan.

2. Test Tertulis
Di samping wawancara atau interviu yang dilaksanakan, bagi calon auditor
internal juga diberikan test tertulis yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Test Kemampuan Menulis
b. Test Kemampuan Mengorganisir Ide/Pemikiran
c. Test Kemampuan untuk Membedakan Fakta dan Dugaan

Test Kemampuan menulis.


Model test ini dimaksudkan untuk menguji kemampuan auditor menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam suatu situasi penugasan audit. Selanjutnya,
terhadap suatu kasus yang telah ditentukan, calon auditor tersebut diminta
untuk menyusun laporan hasil audit yang memberikan gambaran, antara
lain: (a) latar belakang informasi, (b) tujuan audit, (c) ruang lingkup audit,
(d) opini auditor, dan (e) rekomendasi untuk tindak lanjut perbaikan. Dari
kasus yang diselesaikan tersebut, kemudian dievaluasi dari diberi nilai.
Memang tidak mudah untuk memberikan penilaian atas kemampuan menulis
ini karena bagaimanapun akan terpengaruh oleh faktor subyektivitas si
evaluator. Oleh karenanya, untuk meminimalkan bisa dalam sistem evaluasi
ini, digunakan kriteria yang baku atau standar untuk penilaiannya dan
diberikan ukuran atau parameter yang digunakan dalam menilai hasil tulisan
calon auditor tersebut, misalkan:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 67


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Standar/Kriteria Baku Nilai

Kejelasan (clarity) 35
Saling Keterkaitan (coherence) 30
Struktur Kalimat 20
Bahasa (Language) 15
Total 100

Test kemampuan mengorganisir ide.


Memberikan kesempatan kepada calon auditor internal untuk mengorganisir
satu permasalahan yang terdiri dari satu rangkaian (seri) pernyataan yang
harus disusun kembali berdasarkan urutan logisnya. Umumnya rangkaian
pernyataan ini diberi nomor yang berurutan tetapi urutan logis untuk
pernyataan-pernyataan tersebut diacak sedemikian rupa dan si calon auditor
diminta untuk menyusun atau mengorganisir kembali sehingga menjadi
urutan logis yang baik dan benar.

Test kemampuan membedakan fakta dengan dugaan.


Fakta merupakan suatu yang benar-benar terjadi, sementara dugaan
merupakan suatu kondisi yang tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk
dapat dikategorikan sebagai fakta. Test untuk menguji kemampuan auditor
untuk membedakan fakta dan dugaan ini penting karena proses pengumpulan
fakta, penilaiannya, dan simpulan dari fakta yang terkumpul merupakan
sebagian besar dari pekerjaan audit.

E. Orientasi untuk Auditor yang Baru

Orientasi merupakan proses di mana para auditor yang baru bergabung


di lingkungan inspektorat (d/h Inspektorat Daerah) menjadi lebih terbiasa dan
familiar dengan situasi yang baru. Orientasi dimaksudkan untuk memberikan
arahan yang benar kepada para auditor yang baru bergabung. Tujuan dari
orientasi adalah agar para auditor ini memperoleh informasi yang dibutuhkan
sehingga mereka dapat dengan segera menjadi produktif.

Umumnya, bagi siapapun yang masuk ke suatu lingkungan yang baru,


pada hari pertama dia masuk kerja, maka suasana hati atau batinnya akan
campur aduk. Demikian pula halnya seorang auditor yang baru masuk ke

68 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

suatu lingkungan organisasi audit tempatnya yang baru, mungkin ia akan


mengalami suasana yang tidak dapat ia bayangkan sebelumnya. Sebagai
manusia, ia tentunya ingin kehadirannya dihargai dengan baik dan ke-
beradaannya ia harapkan dapat menambah nilai bagi organisasi. Ia juga
berharap suasana yang baru dapat diterima dan mampu menciptakan suasana
yang konstruktif. Para auditor ini juga mengharapkan mereka dapat belajar
dari orang-orang sekitar yang telah lebih dahulu bergabung. Para auditor yang
baru bergabung ini juga mengharapkan mereka dapat bekerja dengan nyaman
di tempat tugas yang baru.

Orientasi untuk auditor yang baru oleh karenanya harus direncanakan


dan dibangun dengan hati-hati. Sangat disarankan jika di unit kerja inspektorat
memiliki satu orang yang memiliki bakat atau kemampuan untuk mengajar
ditugaskan untuk memberi pembelajaran pada auditor yang baru. Orang yang
ditugaskan ini harus membuat suatu program dengan material yang didesain
dengan memadai sehingga mampu mengenalkan auditor yang baru dengan
lingkungan sekitar.

Umumnya, periode orientasi untuk auditor yang baru berlangsung


3 - 4 hari dan meliputi beberapa tahapan, yaitu: pengenalan staf, diskusi
kebijakan kantor dan metode audit, mempelajari kebijakan, prosedur, laporan
audit, dan kertas kerja, fasilitas elektronis dan pendukung, serta umpan balik
dari auditor baru atas apa yang telah dipelajari. Kedalaman dan intensitas
dari orientasi sangat tergantung dari latar belakang dan pengalaman auditor
yang baru tersebut. Oleh karenanya orientasi untuk auditor baru yang berlatar
belakang lulusan baru dari perguruan tinggi, pindahan pegawai dari operasional
menjadi auditor di inspektorat, dan auditor yang sudah berpengalaman dari
unit kerja organisasi lain sangat berbeda karakteristik orientasi yang dibutuhkan.
Perlu dibuat pedoman orientasi yang memuat mengenai informasi umum
mengenai organisasi dan unit kerja inspektorat. Pedoman ini harus dibuat dan
selalu tersedia bilamana dibutuhkan. Umumnya, di setiap organisasi audit
selalu tersedia buku pedoman mengenai struktur organisasi, kebijakan, dan
pedoman audit yang baku.

F. Pendidikan dan Pelatihan

Jika program orientasi dirancang untuk membuat auditor baru segera


menjadi produktif, maka untuk auditor yang sudah bergabung perlu juga dibuat
dan didesain program pendidikan dan pelatihan yang kontinyu. Setiap aktivitas
audit internal harus memiliki program pelatihan yang mampu untuk meningkatkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 69


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

terus kualitas pekerjaan audit. Program pelatihan yang dirancang ini harus
mampu untuk memberikan manfaat yang memadai baik kepada auditor itu
sendiri maupun organisasi audit secara keseluruhan.

Pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan profesi auditor dapat


dilakukan melalui dua jalur, yaitu: diklat sertifikasi dan diklat teknis substansi.
Diklat sertifikasi dimaksudkan untuk menempatkan auditor pada standar
minimal persyaratan untuk menjadi seorang auditor profesional. Dewasa ini,
auditor dapat mengikuti pendidikan sertifikasi baik untuk tingkat nasional
maupun internasional. Di tingkat nasional, khususnya bagi auditor di lingkungan
pemerintah atau sektor publik, terdapat sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor
(JFA) yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional BPKP.
Diklat sertifikasi JFA ini membagi kategori auditor menjadi 4 tingkatan, yaitu:
auditor tingkat terampil, auditor tingkat ketua tim, auditor tingkat pengendali
teknis, dan auditor tingkat pengendali mutu.

Di samping itu, auditor juga dapat mengikuti pendidikan sertifikasi


auditor yang diselenggarakan oleh Dewan Sertifikasi QIA (Qualified Internal
Auditor), di mana untuk pendidikannya dilakukan oleh Yayasan Pendidikan
Internal Audit (YPIA). Pendidikan QIA terbagi menjadi 3 jenjang, yaitu: tingkat
dasar, lanjutan, dan manajerial. Auditor yang telah melalui dan lulus di 3
jenjang tersebut berhak menyandang gelar profesi QIA (Qualified Internal
Auditor). Gelar sertifikasi QIA ini sudah diakui oleh organisasi profesi internal
auditor internasional, yaitu The Institute of Internal Auditors (The IIA, Inc.)
yang berpusat di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Keuntungan dari pemegang
sertifikasi QIA adalah apabila auditor yang bersangkutan ingin mengikuti ujian
internasional CIA (Certified Internal Auditor), cukup ujian part I, II, dan III saja,
karena part IV langsung dibebaskan tidak perlu ujian lagi. Sertifikasi nasional
untuk internal auditor juga diselenggarakan oleh PPAK-STAN yang berlokasi
di daerah Salabintana, Sukabumi. Para auditor yang mengikuti pendidikan
sertifikasi di Salabintana ini setelah lulus juga akan memperoleh gelar profesi
PIA (Professional Internal Auditor). Untuk sertifikasi internal auditor inernasional
yang sudah mendunia adalah ujian sertifikasi CIA (Certified Internal Auditor).
Ujian ini terbagi menjadi 4 part dan peserta yang telah lulus keempat part
tersebut berhak menyandang gelar profesi CIA (Certified Internal Auditor).
Ujian ini diselenggarakan oleh the IIA, Inc., yaitu organisasi profesi internasional
untuk para auditor internal.

Di samping pendidikan sertifikasi untuk internal auditor, dalam rangka


untuk pendidikan dan pelatihan para auditor internal juga perlu diklat teknis

70 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

substansi. Pendidikan dan pelatihan ini merupakan pengembangan kemampuan


dan pengetahuan teknis di bidang audit, khususnya audit internal. Diharapkan
diklat teknis substansi ini dapat mampu meningkatkan kompetensi, keahlian
dan kemampuan auditor di dalam pelaksanaan penugasan auditnya. Sebaiknya
diklat teknis substansi dikemas dalam bentuk workshop dan diskusi berbagai
kasus yang relevan dan terkini. Beberapa diklat teknis substansi yang disarankan
untuk diikuti oleh para auditor internal, di antaranya adalah:
1. Proses dan Teknik Audit
2. Penulisan Laporan yang Efektif.
3. Fraud Auditing
4. Audit Berbasis Risiko
5. Pengendalian Internal Mutakhir (COSO)
6. Manajemen Risiko
7. Audit Teknologi Informasi

G. Pertemuan Rutin Staf

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya pertemuan


rutin staf. Pertermuan rutin ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
berkomunikasi di antara sesama auditor inspektorat, memberi pengajaran
mengenai teknik-teknik baru audit, atau bahkan untuk sekedar rileks
mengendurkan ketegangan di sela-sela menjalankan penugasan auditnya.
Pertemuan rutin ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai berbagai masalah administratif di lingkungan unit kerja inspektorat,
seperti: bagaimana penghitungan angka kredit sebagai peran fungsional
auditor, informasi terkini mengenai persiapan mereka untuk ujian sertifikasi
jabatan fungsional auditor, masalah kenaikan pangkat atau promosi, ataupun
informasi lain yang dipandang perlu untuk disampaikan.

Format pertemuan rutin yang diadakan dapat dengan berbagai bentuk.


Jika memang ada satu masalah kompleks yang harus disampaikan kepada
para auditor inspektorat, maka model yang dapat digunakan adalah dengan
model ruang kelas, yaitu salah satu di antara mereka yang lebih paham akan
bertindak sebagai fasilitator, sedangkan yang lain mendengarkan sebagai
pesertanya. Model ini juga baik untuk digunakan untuk penyampaian teknik-
teknik terbaru dalam audit, seperti: teknik audit sampling, audit berbasis risiko,
atau teknik penulisan laporan yang efektif. Di samping itu, bentuk pertemuan
dapat pula menggunakan model diskusi meja bundar (round-table discussion).
Model ini digunakan apabila pelaksanaan pertemuan lebih berupa forum

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 71


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

diskusi di antara sesama peserta (auditor inspektorat) dengan dipandu oleh


salah satu dari auditor tersebut yang bertindak sebagai fasilitator. Model ini
cocok jika dari hasil diskusi nanti ingin dicapai satu kesepakatan bersama
dari apa yang didiskusikan. Dalam model ini, sangat diharapkan semua peserta
diskusi berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk nantinya diperoleh
hasil yang optimal.

Pertemuan staf ini harus diprogramkan secara rutin dan formal.


Umumnya, ditetapkan dahulu kapan pertemuan rutin ini akan diadakan secara
berkala, misalnya apakah satu minggu sekali, dua minggu sekali, dan
sebagainya. Sebagai contoh, di salah satu bank milik pemerintah, pertemuan
rutin ini diadakan satu minggu sekali setiap hari Jum’at (siang hari setelah
sholat Jum’at) selama kurang lebih 90 menit. Mereka menyebutnya acara
pertemuan rutin ini dengan nama “Jum’at Ilmiah”. Dalam pertemuan ini dibahas
berbagai topik terbaru yang dapat bermanfaat bagi pengetahuan dan
pengembangan staf audit. Di berbagai instansi pemerintah juga sering dilakukan
model pertemuan rutin staf ini dan umumnya mereka menyebutnya Pelatihan
Kantor Sendiri (PKS). Untuk lebih memberi semangat dan motivasi agar para
auditor yang tidak sedang bertugas mau hadir dalam pertemuan rutin tersebut,
dibuatkan suatu kebijakan yaitu bahwa kehadiran mereka dalam pertemuan
rutin akan mendapat angka kredit yang besarnya tergantung dari kesepakatan
yang mereka buat sendiri, yaitu sepanjang sesuai dengan ketentuan pemberian
angka kredit yang berlaku nasional. Pertemuan rutin ini dibuat formal maksudnya
adalah bahwa harus disediakan anggaran khusus untuk pelaksanaan pertemuan
rutin ini. Anggaran ini harus dialokasi agar pertemuan ini dapat diadakan
secara konsisten.

Banyak topik yang dapat diangkat untuk menjadi bahan atau masukan
dalam pertemuan rutin yang diadakan. Beberapa topik berikut ini umumnya
menjadi bahan untuk didiskusikan di pertemuan rutin staf:
1. Teknik penyusunan audit program.
2. Teknik penyusunan dan penyajian kertas kerja audit.
3. Laporan audit dan pengembangan temuan.
4. Teknik identifikasi temuan dan pengambilan sampel audit.
5. Proses dan teknik audit.
6. Pengenalan teknik audit berbantuan komputer.
7. Permasalahan-permasalahan di lingkungan kantor.
8. Pengendalian mutu pekerjaan audit.
9. Pengenalan teknik audit berbasis risiko.
10. Teknik analisa dan pemecahan masalah dalam audit.

72 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

H. Penilaian Staf

Tujuan utama untuk penilaian staf adalah untuk memberi masukan


atau saran kepada auditor yang bersangkutan mengenai status kinerja dari
pekerjaan audit yang mereka lakukan dan mengidentifikasi kelemahan-
kelemahan yang membutuhkan perbaikan, serta peluang-peluang untuk
bagaimana ke depan mereka bisa lebih baik lagi, khususnya berkaitan dengan
kontribusi mereka di unit kerja inspektoratnya dan lingkungan instansi pemerintah
daerah tempat mereka beraktivitas. Dengan evaluasi yang dilakukan ini,
diharapkan para auditor ini selalu mendapatkan informasi terkini mengenai
apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, dan progres atau kemajuan mereka
masing-masing.

Sistem penilaian yang dibangun harus standar dan memberikan


penilaian yang konsisten atas kinerja yang diukur. Model sistem penilaian ini
harus secara jelas disampaikan kepada seluruh staf khususnya mengenai
kebijakan evaluasi dan kriteria kinerja yang diukur. Dihindarkan untuk
memberikan penilaian yang sifatnya berupa kejutan (surprise) dan dari sistem
ini juga memungkinkan para auditor untuk mengetahui dengan pasti apa-apa
yang dibutuhkan agar mereka bisa mencapai penilaian yang memuaskan
(satisfactory).

Penilaian harus diarahkan untuk mengukur pengetahuan, keahlian,


dan disiplin yang dibutuhkan untuk melaksanakan penugasan audit. Satu hal
juga yang sangat penting untuk dinilai adalah kemampuan analisis. Umumnya,
dari pengalaman penugasan audit yang telah dilaksanakan, maka ini akan
mampu untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan analisis
mereka. Sebagai catatan, pengalaman di sini tidak diartikan lamanya mereka
menjadi auditor, melainkan bagaimana dari penugasan-penugasan audit yang
telah dilaksanakan, mereka mampu memahami dan menyerap esensi setiap
permasalahan dan memformulasikan alternatif-alternatif solusi yang terbaik,
sehingga masalah-masalah yang timbul tidak terulang lagi. Hal penting lainnya
yang harus dipertimbangkan dalam memberikan penilaian staf adalah
kemampuan inovatif dan imajinatif mereka dalam pemecahan satu masalah.
Tentunya, baik kemampuan analisis dan inovatif serta imajinatif antara auditor
satu dengan yang lainnya pasti akan berbeda. Dengan cara inilah, sistem
penilaian yang dibangun akan terasa lebih adil (fair).

Umumnya, sistem penilaian kinerja atas staf dapat dilakukan dengan


dua cara. Pertama, penilaian kinerja dilakukan per penugasan yaitu segera

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 73


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

setelah satu pekerjaan penugasan audit diselesaikan. Kedua, penilaian tahunan


atas kinerja selama satu tahun. Penilaian yang dilakukan setelah pekerjaan
audit diselesaikan akan memberikan kepada staf dan atasannya umpan balik
yang segera atas kinerja yang dinilai. Penilaian yang segera setelah satu
pekerjaan audit diselesaikan memberikan ingatan yang masih segar apabila
ada kekurangan atau kelemahan yang perlu segera membutuhkan perbaikan.
Melalui model penilaian kinerja per penugasan ini, maka akan memberikan
kesempatan kepada auditor tersebut untuk memperbaikinya, sebelum penilaian
tahunan atas kinerja dilakukan. Penilaian atau reviu tahunan yang umumnya
dilakukan oleh pimpinan di unit inspektorat atau yang ditunjuk untuk melakukan
penilaian dimaksudkan untuk menilai bagaimana kinerja yang telah dicapai
selama satu tahun dan bagaimana prospeknya untuk masa depan.

Banyak faktor kinerja yang dapat dipakai untuk dasar pengukuran


atau penilaian staf. Dasar penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja juga mencakup antara lain:
1. Kuantitas pekerjaan,
2. Kompetensi/kemahiran pemanfaatan komputer,
3. Kualitas pekerjaan,
4. Pengetahuan auditing,
5. Sikap dalam pelaksanaan penugasan audit,
6. Komunikasi lisan dan tertulis,
7. Pengetahuan berkaitan dengan aktivitas operasional,
8. Hubungan dengan auditi,
9. Kemampuan membuat perencanaan,
10. Kemampuan bagaimana setiap instruksi diikuti/dilaksanakan.

Hal lainnya yang dapat juga menjadi dasar penilaian adalah bagaimana
progres yang dicapai dari periode sebelumnya. Apakah kinerja auditor menjadi
lebih baik dibandingkan dahulu yaitu dengan melihat ada tidak peningkatan
dari evaluasi tahun lalu dibandingkan dengan yang sekarang. Seberapa besar
auditor berhasil mencapai tujuan dan sasarannya, peningkatan pengalaman
dan pendidkan auditor, baik pendidikan profesi maupun akademisi. Bagaimana
partisipasi auditor dalam melakukan pendidikan profesi yang berkelanjutan,
kompleksitas dari pekerjaan audit yang dilaksanakan. Semua ini merupakan
faktor-faktor yang dipertimbangkan di dalam penilaian kinerja auditor.

Dalam melakukan penilaian kinerja auditor, seorang evaluator harus


mampu membedakan penilaian kinerja atas pencapaian yang telah dilakukan
dengan pembawaan atau karakter auditor dalam melakukan penugasan audit.

74 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Penilaian atas kedua hal ini adalah penting. Peringkat pencapaian harus
ditujukan pada penyelesaian proyek pekerjaan audit tertentu karena setiap
penugasan memiliki permasalahan yang berbeda. Penilaian karakter atau
pembawaan auditor berhubungan dengan kualitas personal dari auditor
yang dinilai, yaitu bagaimana cara auditor menyelesaikan penugasan dalam
kehidupan dan keseharian pekerjaannya. Harus diakui bahwa penilaian
karakter atau pembawaan auditor sulit dilakukan karena evaluator mungkin
akan terbawa faktor subyektivitasnya. Perlu kehati-hatian dalam melakukan
penilaian karakter atau pembawaan auditor karena ini akan berpengaruh untuk
penugasan audit yang bersangkutan.

Sebagai contoh, suatu penugasan audit yang sebagian besar waktu


audit akan berhubungan dengan tingkatan manajemen yang tinggi, tentunya
tidak cocok untuk auditor yang memiliki keahlian teknis tetapi kurang memiliki
kemampuan manajerial dan berkomunikasi. Sementara, suatu penugasan
audit yang melibatkan banyak anggota tim akan tidak cocok dilimpahkan
kepada seseoang yang harus bertanggung jawab mengkoordinasi tim, tetapi
tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Beberapa faktor yang umumnya digunakan
untuk menilai karakter, sifat, atau pembawaan auditor adalah: sikap diri,
kepribadian, kepemimpinan, kemampuan untuk mengambil keputusan
(judgment), inisiatif, percaya diri, dan kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain di timnya.

I. Penugasan Audit

Salah satu pengembangan kemampuan auditor yang efektif adalah


melalui penugasan audit yang diberikan kepada auditor yang bersangkutan.
Penugasan audit akan memberikan pengalaman yang berharga kepada auditor
dan sudah tentu diharapkan akan mampu meningkatkan kemahiran dan
kompetensi auditor dalam pekerjaan auditnya. Penugasan audit juga dapat
memberikan indikasi sejauh mana auditor memiliki potensi yang dapat di-
kembangkan dalam karir profesinya. Tentunya penugasan audit yang diberikan
harus disesuaikan dengan kemampuan auditor itu sendiri. Pembebanan tugas
audit yang di luar kapasitasnya tentunya akan membuat auditor tersebut menjadi
stres dan frustasi. Sebaliknya, penugasan audit yang terlalu mudah baginya
akan membuat auditor tersebut tidak termotivasi dan kehilangan inisiatif serta
pada akhirnya menjadi bosan. Oleh karenanya harus diatur sedemikian rupa
agar bobot penugasan pekerjaan audit sesuai dengan kapasitasnya. Beberapa
faktor yang dapat dipertimbangkan dalam memberikan penugasan kepada staf
audit untuk pekerjaan audit yang harus dilaksanakan adalah:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 75


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

1. Sifat dan kompleksitas penugasan.


Penugasan kepada auditor harus memiliki alasan yang logis bahwa tim
audit yang ditugaskan akan mampu secara profesional untuk menyelesaikan
penugasan yang dibebankan kepada tim tersebut, yaitu dengan latar
belakang pengetahuan, keahlian, dan disiplin tim yang dimiliki.

2. Objektivitas.
Auditor yang melaksanakan penugasan audit tidak boleh menempatkan atau
memposisikan dirinya dalam suatu keadaan yang membuat objetivitasnya
menjadi terganggu di mana ada pihak atau orang lain memiliki persepsi bahwa
auditor yang melaksanakan penugasan audit tidak dapat bersikap independen.
Penugasan audit harus mempertimbangkan kemungkinan adanya potensi
konflik kepentingan yang terjadi dalam penugasan audit yang dilaksanakan.

3. Rotasi penugasan.
Dibuatkannya rotasi penugasan yang periodik diharapkan dapat tetap mampu
mempertahankan dan meningkatkan obyektivitas karena bagaimana pun
penugasan berulang (repeat audit) oleh auditor yang sama dikhawatirkan
dapat mengurangi objektivitas auditor yang ditugaskan. Di samping itu, rotasi
penugasan di antara auditor yang ditugaskan akan mampu memperkaya
pendekatan dan kemampuan auditor dalam suatu perspektif penugasan
yang baru.

4. Supervisi.
Seluruh penugasan pada prinsipnya harus disupervisi. Luas dan dalamnya
supervisi sangat tergantung pada sifat dan kompleksitas penugasan,
termasuk juga pengalaman, pengetahuan, dan tingkat kecakapan auditor.

5. Pengembangan dan pelatihan.


Seluruh auditor perlu mendapatkan pengembangan dalam karir profesinya.
Memberikan pengalaman melalui penugasan yang berbeda dengan tingkat
kompleksitas dan pokok permasalahan yang beragam dan dengan supervisi
yang berlainan sangat membantu mengembangkan dan melatih staf audit
kita untuk menjadi auditor profesional yang diharapkan.

6. Promosi.
Agar seseorang dapat dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi harus
memiliki pengalaman audit untuk area tertentu secara memadai; (baik
luasnya cakupan audit, keanekaragaman jenis penugasan dan banyaknya
serta kompleksitas penugasan).

76 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bab 6
Program Kerja Pengawasan
Tahunan dan Perencanaan
Audit Jangka Panjang
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan bagaimana Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
disusun dan penentuan auditi (obyek audit) dengan menggunakan
penilaian risiko makro.
• Menjelaskan arti penting perencanaan audit jangka panjang untuk
fungsi pengawasan di Inspektorat Daerah.
• Menjelaskan tanggung jawab inspektur di Inspektorat Daerah untuk
menyusun PKPT dan rencana audit jangka panjang.

A. Pendahuluan

Satu pilar penting yang tidak boleh terlupakan dalam pengelolaan


yang efektif dari fungsi pengawasan adalah penyusunan rencana kerja audit.
Perencanaan audit yang baik adalah sangat penting guna mencapai hasil
audit sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya perencanaan audit
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: perencanaan audit jangka panjang (umumnya
lebih dari satu tahun), perencanaan audit tahunan (perencanaan audit tingkat
makro), dan perencanaan audit untuk penugasan audit (perencanaan audit
tingkat mikro). Pembahasan perencanaan audit, terutama untuk penyusunan
Program Kerja Pengawasan Tahuan (PKPT) adalah mengacu pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh


Inspektorat Daerah merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dengan rencana
dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana disebutkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 77


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh


Aparat Pengawas Intern Pemerintah (Inspektorat Jenderal Departemen, Unit
Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi,
dan Inspektorat Kabupaten/Kota) sesuai dengan fungsi dan kewenangannya.
Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa perencanaan audit terdiri dari
tiga jenis, yaitu perencanaan audit jangka panjang (lebih dari satu tahun),
perencanaan audit tahunan (Program Kerja Pengawasan Tahunan), dan
perencanaan audit untuk penugasan audit, dalam bab ini akan dibahas
khusus perencanaan audit tahunan dan Perencanaan Audit Jangka Panjang.
Sedangkan perencanaan audit untuk penugasan audit dibahas di dalam
modul “Proses dan Teknik Audit Internal Sektor Publik”.

B. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang


Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah menyatakan bahwa penyusunan rencana pengawasan tahunan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dikoordinasikan oleh Inspektur
Jenderal. Rencana Pengawasan tahunan disusun dalam bentuk Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan berpedoman pada kebijakan
pengawasan dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri.
Sedangkan penyusunan PKPT atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
Kabupaten dan Kota dikoordinasikan oleh Inspektur Provinsi dan ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur.

Penyusunan PKPT harus didasarkan atas prinsip keserasian dan


keterpaduan, yaitu untuk menghindari kemungkinan terjadinya tumpang tindih
dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektivitas
dalam penggunaan sumber daya pengawasan. Lebih lanjut, butir-butir penting
yang umumnya harus termuat di dalam PKPT meliputi:
1. Ruang lingkup,
2. Sasaran pemeriksaan,
3. SKPD yang diperiksa,
4. Jadwal pelaksanaan pemeriksaan,
5. Jumlah tenaga,
6. Anggaran pemeriksaan, dan
7. Laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan.

Berkaitan dengan penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan


(PKPT), dalam buku pedoman Standar Profesi Audit Internal disebutkan bahwa

78 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang


berbasis risiko (risk-based plan) untuk menetapkan prioritas kegiatan audit
internal, konsisten dengan tujuan organisasi (butir 2010). Selanjutnya butir
2010.1 menyatakan bahwa rencana penugasan audit internal harus berdasarkan
penilaian risiko, yang dilakukan paling sedikit setahun sekali, dengan mem-
pertimbangkan masukan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi
serta perkembangan terkini. Rencana penugasan audit internal juga harus
mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan pengelolaan risiko,
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi.

Proses penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)


meliputi: penentuan obyek audit, jadwal audit, jumlah tenaga auditor,penetapan
tim audit, serta anggaran waktu dan biaya. Penentuan objek audit dapat
dilakukan dengan cara:
1. Melakukan inventarisasi seluruh auditable unit dan menentukan skala
prioritas berdasarkan besarannya.
2. Melakukan pengidentifikasian dan pengukuran risiko yang melekat pada
masing-masing auditable unit sebagai dasar dalam menentukan skala
prioritasnya.

Sesuai dengan perkembangan praktik audit internal saat ini, maka


untuk penyusunan rencana audit tahunan lebih banyak menggunakan
pendekatan berbasis risiko.

Penentuan obyek audit dalam PKPT, khususnya pada perencanaan


audit atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, perlu memperhatikan materi
pemeriksaan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2007, yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Administrasi umum pemerintahan.
a. Kebijakan daerah.
b. Kelembagaan (Tugas dan Fungsi).
c. Pegawai daerah (Pengelolaan Sumber Daya Manusia).
d. Keuangan daerah (Pengelolaan Keuangan Daerah).
e. Barang daerah (Pengelolaan Barang Daerah).

2. Urusan pemerintahan
a. Urusan wajib.
1) Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan.
2) Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengawasan Tata Ruang.
3) Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 79


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

4) Pelayanan Administrasi Umum Pemerintahan.


• Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
• Penyelenggaraan Pemerintahan Umum.
5) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
6) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.
7) Pekerjaan Umum.
8) Penanganan Bidang Kesehatan.
9) Penanganan Bidang Perhubungan.
10) Penyelenggaraan Pendidikan dan Alokasi SDM Potensial.
11) Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.
b. Urusan pilihan.
1) Pertanian dan Ketahanan Pangan.
2) Kelautan dan Perikanan.
3) Kehutanan.
4) Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
c. Dana dekonsentrasi.
d. Tugas pembantuan.
e. Kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.

Untuk membuat Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dalam


aktivitas fungsi pengawasan Inspektorat, beberapa hal yang perlu diperhatikan
untuk berhasilnya suatu Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) adalah:
1. Rencana kerja yang dibuat harus konsisten dengan strategi dan kebijakan
audit Inspektorat yang telah ditetapkan.
2. Rencana kerja yang dibuat mampu untuk dicapai.
3. Memperhatikan ketersediaan staf dan kebutuhan staf yang diperlukan,
termasuk kompetensi dan latar belakang pendidikan akademis dan profesi
yang dibutuhkan.
4. Rencana kerja dibuat dengan memperhatikan pada tingkat risiko material
di lingkungan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
5. Rencana kerja harus dibuat sesuai dengan anggaran yang tersedia dari
APBD.

Dalam menyusun suatu perencanaan audit tahunan berbasis risiko,


perlu dilakukan analisis risiko. Analisis risiko meliputi suatu proses untuk
mengenali, mengidentifikasi, mengukur dan menentukan prioritas risiko. Analisis
risiko harus dilakukan terhadap lingkungan penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Oleh karena itu, pelaksanaan analisis risiko harus melibatkan seluruh
pihak yang terkait dengan pelaksanaan berbagai kegiatan dan/atau program
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Staf audit fungsi pengawasan

80 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Inspektorat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah dan seluruh Satuan


Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melakukan analisis risiko berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dari latar belakang risiko yang dianalisis
atas berbagai kegiatan dan program di lingkungan pemerintahan daerah,
diharapkan auditor dapat membuat suatu pemetaan risiko atas seluruh objek
audit (auditi) yang berpotensi untuk diaudit (audit universe).

Meskipun dalam menyusun suatu program audit tahunan auditor


meminta bantuan dan saran dari auditi di jajaran perangkat daerah, hal ini
tidak berarti auditor hanya mendasarkan program kerja pengawasan tahunan
dari masukan tersebut, melainkan auditor juga harus melakukan identifikasi,
investigasi, atau penilaian risiko (risk assessment) atas berbagai area di
lingkungan penyelenggaraan dan kegiatan pemerintahan daerah yang
berpotensi untuk diaudit.

Dalam menentukan kemungkinan suatu area berpotensi untuk menjadi


target diaudit, kriteria yang dapat dipertimbangkan, antara lain adalah:
• Temuan audit yang lalu.
• Adanya permintaan dari penyelenggara pemerintahan daerah atau pihak-
pihak yang memiliki otoritas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
• Cakupan audit yang lalu.
• Kebutuhan akan perlunya dilakukan audit internal suatu kegiatan atau
program.
• Area-area pemerintahan daerah yang sensitif lainnya.

C. Penentuan Obyek Audit dengan Penilaian Risiko Makro

Pelaksanaan audit dapat dilakukan terhadap seluruh program atau


kegiatan yang ada di Pemerintahan Daerah. Namun demikian, dengan mem-
pertimbangkan efisiensi dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki fungsi
pengawasan, maka perlu dilakukan evaluasi dan analisis yang intensif untuk
menentukan skala prioritas dan frekuensi pelaksanaan audit dengan cara
melakukan penilaian risiko melalui pengidentifikasian, pengukuran, dan
penentuan prioritas risiko secara makro (macro risk assessment) yang melekat
pada masing-masing auditable unit atau seluruh kegiatan, program, serta
aktivitas yang dapat diaudit, yaitu dengan melakukan tahap-tahapan berikut:

1. Penentuan Audit Universe


Audit universe merupakan seluruh auditable unit yang ada di lingkungan
organisasi. Sedangkan auditable unit adalah bagian dari organisasi baik

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 81


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

secara nyata maupun potensi mengandung risiko pada tingkatan yang


memerlukan adanya pengendalian dan audit. Kriteria umum yang dapat
digunakan untuk menentukan bagian organisasi menjadi auditable unit
adalah:
a. Peran dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi.
b. Tingkat signifikan dan materialitas dampak terhadap organisasi.
c. Pertimbangan biaya dan manfaat audit.

Auditable unit dapat berupa bagian dari struktur organisasi, proyek, kegiatan
dan aset organisasi. Beberapa contoh dari auditable unit yaitu:
a. Struktur organisasi: unit instansi, satuan kerja (satker), dan lain-lain.
b. Proyek: pembangunan fisik, sarana prasarana, pengembangan sistem
prosedur dan program, pengembangan produk, dan lain-lain.
c. Kegiatan: pelaksanaan tugas, unit usaha, fungsi, proses, dan lain-lain.

2. Pengidentifikasian Risiko
Pengidentifikasian risiko yang dibahas di dalam suatu audit universe biasa
disebut sebagai risiko makro.Terdapat tiga pendekatan untuk mengidentifikasi
risiko makro, yaitu analisis kerentanan (exposure analysis), analisis lingkungan
(environmental analysis), dan skenario ancaman (threat scenario).

Analisis kerentanan difokuskan pada risiko yang melekat pada aset


organisasi. Termasuk di dalam risiko ini adalah risiko kehilangan, kerusakan,
dan keusangan aset, risiko penggunaan aset di bawah maupun di atas
kapasitas normal. Kategori aset yang mengandung risiko misalnya:
dana/uang/anggaran, aktiva tetap, manusia, dan aktiva tidak berwujud.

Analisis lingkungan difokuskan pada perubahan lingkungan baik internal


maupun eksternal yang berpengaruh terhadap proses dan pengendalian
manajemen. Analisis lingkungan meliputi analisis terhadap pelanggan,
pesaing, mitra kegiatan, peraturan pemerintah, teknologi, dan lain-lain.

Skenario ancaman adalah analisis terhadap kemungkinan-kemungkinan


yang dapat mengurangi dan menghambat efektivitas sistem pengendalian
internal. Termasuk kategori skenario ancaman adalah kemungkinan praktik
kecurangan, KKN, bencana alam, dan lain-lain.

Baik analisis risiko melalui pendekatan kerentanan aset yang digunakan,


analisis lingkungan, maupun skenario ancaman mempunyai satu orientasi
yang sama, yaitu mengidentifikasikan risiko dari masing-masing auditable

82 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

unit yang kemungkinan berdampak negatif atau menghambat pencapaian


tujuan organisasi.

Untuk memudahkan pengidentifikasian risiko makro ini, berikut langkah-


langkah yang dapat dilakukan:
1. Pahami visi, misi, dan tujuan organisasi, serta identifikasi nilai-nilai dan
faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi untuk jangka panjang,
menengah, dan pendek.
2. Pahami struktur organisasi, daftar produk, proses, aset, dan faktor-
faktor lain yang menjadi dukungan terhadap organisasi.
3. Buatkan daftar auditable unit yang berpengaruh besar terhadap
pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.
4. Lakukan analisis risiko (dapat menggunakan ketiga pendekatan analisis
risiko yang dibahas di atas) terhadap auditable unit yang masuk daftar
auditable unit.
5. Lakukan reviu terhadap kemungkinan keterkaitan risiko hasil analisis
dengan perlunya penambahan modifikasi daftar auditable unit.
6. Pahami bagaimana masing-masing risiko dapat menghambat pencapaian
visi, misi, dan tujuan organisasi.

3. Penjabaran Faktor-faktor Risiko


Beberapa faktor risiko yang disebutkan dalam pedoman yang ditetapkan
oleh The Institute of Internal Auditors, yaitu organisasi profesi auditor internal
yang berpusat di Orlando, Florida, Amerika Serikat adalah:
a. Iklim etika kerja dan tekanan kepada manajemen untuk memenuhi
tujuan dan target yang telah ditetapkan.
b. Kompetensi, integritas, dan kecukupan jumlah pegawai.
c. Jumlah aset, tingkat likuiditas, dan volume kegiatan (transaksi).
d. Kondisi ekonomi dan keuangan.
e. Tingkat persaingan.
f. Kompleksitas dan fluktuasi kegiatan.
g. Dampak terhadap pelanggan, rekanan (mitra kerja), dan peraturan
pemerintah.
h. Tingkat komputerisasi sistem informasi.
i. Ketersebaran lokasi geografis.
j. Kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal.
k. Perubahan-perubahan organisasi, operasi, teknologi, dan ekonomi.
l. Judgment manajemen dan kebijakan akuntansi.
m. Respon dan tindak lanjut atas temuan audit.
n. Waktu dan hasil audit sebelumnya.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 83


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

4. Pembobotan Penghitungan dan Pengukuran Faktor Risiko


Pemberian bobot untuk setiap faktor risiko dapat dilakukan berdasarkan
skala tertentu melalui langkah-langkah berikut:
a. Pilih faktor-faktor risiko yang penting dan relevan.
b. Gunakan skala angka tertentu, misalnya 1 sampai dengan 5 yang
mencerminkan tingkat penting dari masing-masing faktor risiko yang
dipilih.
c. Kaitkan auditable unit dengan faktor risiko yang relevan beserta bobot
faktor yang bersangkutan.
d. Analisis probabilitas frekuensi dan konsekuensi risiko terhadap auditable
unit.
e. Hitung keseluruhan risiko dari masing-masing auditable unit.

5. Pengurutan Auditable Unit berdasarkan Risiko


Pada tahap ini, auditable unit yang telah dihitung jumlah nilai dari masing-
masing faktor risiko terkait dapat diurutkan mulai dari yang mempunyai
nilai risiko tertinggi sampai yang terendah. Urut-urutan ini dapat dikelompokkan
ke dalam auditable unit berisiko tinggi, sedang, dan rendah.

6. Penentuan Rencana dan Jadual Audit


Penentuan rencana dan jadwal audit tahunan didasarkan pada penyesuaian
antara urutan auditable unit dengan sumber daya audit yang tersedia.
Formula penjadwalan audit untuk masing-masing auditable unit dapat
menggunakan model berikut:

Rencana audit tahunan = H + M/2 + L/3

H = auditable unit dengan risiko tinggi diaudit setiap tahun sekali.


M = auditable unit dengan risiko sedang diaudit setiap dua tahun sekali.
L = auditable unit dengan risiko rendah diaudit setiap tiga tahun sekali.

Dengan demikian seluruh auditable unit dalam siklus tiga tahunan minimal
akan diaudit satu tahun sekali.

Cara lain untuk penjadwalan audit adalah menggunakan tabel matrik risiko
dengan variable lainnya, seperti kinerja dan arti penting masing-masing
auditable unit. Berikut adalah contoh tabel matrik risiko:

84 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

a. Tabel matrik risiko dengan menggunakan ukuran kinerja dari auditable unit.

Kinerja Auditable Unit


Tingkat Memuaskan Cukup Tidak
Risiko Sekali Memuaskan Memuaskan
Tinggi 12 9 6
Sedang 18 12 9
Rendah 24 18 12

b. Tabel matrik risiko dengan menggunakan ukuran posisi penting auditable


unit.

Posisi Penting Auditable Unit

Tingkat Sangat Cukup Kurang


Risiko Penting Penting Penting
Tinggi 6 9 12
Sedang 12 18 20
Rendah 18 20 24

D. Perencanaan Audit Jangka Panjang

Perencanaan audit jangka panjang merupakan instrumen yang memiliki


banyak manfaat. Perencanaan audit jangka panjang merupakan pedoman
bagi auditor dalam melaksanakan aktivitas penugasannya, dukungan untuk
permintaan anggaran audit, satu cara untuk mengajak manajemen berpartisipasi
di dalam menyusun rencana audit jangka panjang dan sekaligus meminta
komitmen mereka mengenai tujuan dan ruang lingkup audit yang ditetapkan,
dasar bagi auditor untuk mengukur kinerjanya, bukti bahwa perkerjaan audit
memiliki alat pengendalian yang memadai, dan informasi kepada auditor
eksternal mengenai rencana cakupan pekerjaan audit yang menjadi tanggung
jawab fungsi pengawasan untuk dievaluasi.

Perencanaan juga merupakan suatu proses untuk mengarahkan dan


mencocokkan tujuan dan sasaran dengan sumber-sumber yang tersedia, yaitu
dalam rangka untuk pemanfaatan yang optimal dan efektif dari sumber-sumber
tersebut. Dalam hubungannya dengan penyusunan rencana kerja audit di
inspektorat, sumber-sumber yang tersedia meliputi, antara lain: staf audit yang
kompeten dan profesional, anggaran yang dialokasikan dari APBD, sarana

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 85


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

dan prasarana audit, Sumber-sumber yang dibutuhkan ini merupakan sumber-


sumber yang memang sudah tersedia atau yang diharapkan dapat disediakan
untuk pelaksanaan aktivitas kegiatan di fungsi pengawasan Inspektorat.
Inspektur di Inspektorat Daerah harus mempertimbangkan lingkungan
daerahnya untuk menyusun rencana kerja auditnya, baik rencana jangka
panjang maupun rencana audit tahunannya. Lingkungan daerah yang dimaksud
di sini adalah pemerintah daerah dan seluruh satuan kerja perangkat daerah
yang diharapkan dapat mendukung dan membantu terealisasinya rencana
kerja audit yang sudah disusun. Melalui pemahaman yang memadai mengenai
sumber-sumber audit yang tersedia serta lingkungan daerahnya, tujuan dan
sasaran audit inspektorat dapat direncanakan dan diformulasikan dengan
efektif dan strategis.

Perencanaan audit berhubungan dengan proses memformulasikan


tujuan, Perencanaan yang dibuat harus didukung oleh pengembangan strategi,
kebijakan, prosedur, dan program untuk memastikan bahwa tindakan-tindakan
yang dilakukan memang mengarah untuk pencapaian-pencapaian tujuan di
masa mendatang. Untuk fungsi pengawasan Inspektorat yang ada di lingkungan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, perencanaan mengandung arti
bagaimana memproyeksikan berbagai aktivitas dan kegiatan fungsi pengawasan
masa datang untuk diformulasikan sebagai tujuan dan sasaran fungsi pengawasan
yang ingin dicapai saat ini.

Perencanaan audit jangka panjang adalah program kerja yang disiapkan


untuk waktu lebih dari satu tahun. Rencana kerja audit jangka panjang harus
didasarkan pada analisis risiko berbagai aspek atas kegiatan saat ini maupun
yang direncanakan masa datang. Khusus mengenai perencanaan audit jangka
panjang di fungsi pengawasan Inspektorat harus mencakup keseluruhan aspek
di lingkungan penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk berbagai
pertimbangan potensi risiko atau hambatan daerah dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan audit jangka panjang harus mengacu pada
rencana strategis daerah dan berbagai aspek yang terkait untuk penyelenggaraan
daerah sesuai dengan tata kelola yang baik untuk penyelenggaraan pemerintahan
daerah.

Sebagaimana sudah dibahas di bagian awal dari bab ini, Program


Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) merupakan wujud dari perencanaan audit
jangka panjang yang dituangkan secara periodik setiap tahun. Program kerja
pengawasan tahunan yang disusun harus merupakan satu rangkaian rencana
kerja audit yang tidak terputus dan selalu berhubungan antara satu periode

86 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

dengan periode lainnya atau antara satu tahun dengan tahun sebelum dan
berikutnya. Dengan perkembangan pendekatan audit yang berbasis risiko,
maka penyusunan rencana kerja pengawasan tahunan oleh fungsi pengawasan
juga harus didasarkan pada berbagai risiko atau kemungkinan hambatan yang
dialami daerah dalam mencapai tujuan dan sasaran daerah yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, penyusunan audit tahunan merupakan wujud
turunan (derivatif) dan didasarkan dari pemetaan risiko (risk mapping) dalam
suatu penyelenggaraan aktivitas atau kegiatan pemerintahan daerah untuk
mencapai rencana strategis dan tujuannya.

E. Penetapan Rencana Tujuan dan Sasaran Fungsi Pengawasan

Dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah dewasa


ini, sangat dituntut peran aktif dari fungsi pengawasan yang kreatif dan dinamis.
Perubahan-perubahan yang terjadi saat ini, khususnya dalam implementasi
otonomi daerah yang berhasil, membutuhkan analisis yang strategis bagi fungsi
pengawasan dalam memastikan bahwa area-area baru yang dievaluasi sudah
tercakup dalam perencanaan auditnya, baik itu tercakup dalam perencanaan
audit jangka panjang maupun program kerja pengawasan tahunannya. Para
auditor Inspektorat juga dituntut peran dan fungsinya dalam memberikan
bantuan dan asistensi kepada pemerintah daerah dan seluruh jajaran satuan
kerja perangkat daerah dalam membantu pemecahan masalah yang dihadapi
daerah.

Di samping itu, para auditor Inspektorat juga sangat diharapkan mampu


untuk mengembangkan berbagai teknik audit baru dan terkini, di antaranya
pengembangan teknik audit yang menggunakan pendekatan audit berbasis
risiko. Khususnya, perencanaan audit adalah sangat penting dibuat dengan
baik, yaitu berkaitan dengan berbagai ketidakpastian dalam pencapaian tujuan
dan sasaran, baik itu untuk kepentingan fungsi pengawasan itu sendiri maupun
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Meskipun perencanaan audit jangka panjang ditetapkan untuk beberapa
periode yang dicakup, namun apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka penting bagi inspektur di
Inspektorat Daerah untuk memungkinkannya memodifikasi rencana audit
jangka panjangnya tersebut sesuai dengan permintaan atau kebutuhan yang
timbul dalam penyelenggaraan kegiatan daerah.

Untuk memastikan keberadaaan dari aktivitas kegiatannya di lingkungan


pemerintahan daerah, fungsi pengawasan Inspektorat harus memiliki suatu

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 87


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

pemahaman yang jelas mengenai tujuannya, yaitu sebagai langkah awal untuk
menyusun perencanaan audit yang formal. Harus diperoleh suatu klarifikasi
yang jelas mengenai apa yang diharapkan pemerintah daerah dan seluruh
jajaran satuan kerja perangkat daerah dari keberadaan fungsi pengawasan
Inspektorat. Apa yang diharapkan untuk cakupan dan temuan yang harus
diidentifikasi, serta peran dan fungsi penting fungsi pengawasan di lingkungan
pemerintahan daerah. Konsep ini harus dirumuskan secara khusus dan jelas
oleh inspektur di Inspektorat Daerah dan juga oleh berbagai pihak di lingkungan
pemerintahan daerah yang menaruh perhatian terhadap aktivitas kegiatan
fungsi pengawasan ini.

Perencanaan audit jangka panjang bukan merupakan tugas yang


mudah untuk penyusunannya. Namun demikian, semakin hati-hati dan tajam
membuatnya, maka akan semakin efektif perencanaan audit jangka panjang
ini untuk dilaksanakan. Di samping itu, tujuan dan sasaran audit yang ditetapkan
melalui proses perencanaan tidak boleh dibuat kaku untuk setiap waktu atau
situasi. Jika kondisi berubah, tujuan dan sasaran audit juga harus dinilai
kembali kesesuaiannya dan dimodifikasi seperlunya.

Di lingkungan fungsi pengawasan Inspektorat, seorang inspektur atau


pimpinan fungsi pengawasan harus mempertimbangkan berbagai hal dalam
membuat suatu perencanaan audit jangka panjang maupun program kerja
pengawasan tahunan. Beberapa pertimbangan yang harus menjadi perhatian,
di antaranya adalah:
1. Bantuan atau pelayanan apa yang akan diberikan kepada pemerintah
daerah dan jajaran perangkat daerah di bawahnya,
2. Sampai sebatas mana cakupan area yang menjadi target untuk diaudit,
3. Sumber-sumber daerah yang tersedia untuk pekerjaan audit,
4. Kualitas pelayanan yang akan diberikan,
5. Kualitas staf audit Inspektorat yang tersedia dan dibutuhkan.

Untuk berhasilnya pekerjaan audit dengan cara yang paling efektif,


setiap fungsi pengawasan Inspektorat harus mengembangkan strategi untuk
perencanaan yang disusunnya. Strategi perencanaan yang dibuat ini merupakan
dukungan atas tujuan dan sasaran audit yang telah ditetapkan. Jika tujuan
dan sasaran audit merupakan arah yang ingin dituju, maka strategi merupakan
gambaran berbagai alat yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Strategi seringkali juga disebut sebagai kerangka utama untuk suatu kebijakan
yang telah digariskan. Berikut ini beberapa strategi perencanaan yang perlu
untuk dikembangkan di lingkungan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah:

88 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

1. Strategi untuk mengarahkan dan mengkoordinir staf audit.


2. Strategi untuk mengadministrasikan fungsi pengawasan Inspektorat.
3. Strategi untuk menerapkan kebijakan dan prosedur audit yang formal.
4. Strategi untuk mengatur agar perencanaan audit tetap fleksibel dan dinamis.
5. Strategi untuk mengkoordinir tindak lanjut rekomendasi
6. Strategi untuk mengatur periode atau waktu setiap pekerjaan audit.

Untuk mengimplementasikan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai


di lingkup fungsi pengawasan daerah, setiap Inspektorat Daerah harus
menyusun rencana audit jangka panjang. Perencanaan audit jangka panjang
yang dibuat ini merupakan representasi komitmen dan kesepakatan yang
dibuat bersama antara fungsi pengawasan Inspektorat dengan seluruh
perangkat kerja daerah, termasuk kepala daerah di masing-masing tempat.
Perencanaan audit jangka panjang ini penting untuk bagaimana fungsi
pengawasan Inspektorat Daerah dapat dikelola dengan efektif.

Di samping itu, perencanaan audit jangka panjang harus disusun


dalam rangka untuk mengkomunikasikan aktivitas fungsi pengawasan kepada
pemerintah daerah dan seluruh jajaran perangkat daerah di bawahnya.
Perencanaan audit juga dimaksudkan sebagai alat untuk mengukur kinerja
fungsi pengawasan secara berkala.

Perencanaan audit jangka panjang adalah sangat penting untuk setiap


fungsi pengawasan Inspektorat Daerah. Beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dengan dibuatkannya rencana audit jangka panjang:
1. Perencanaan audit jangka panjang dipakai untuk memastikan cakupan
audit oleh fungsi pengawasan Inspektorat Daerah sudah cukup memadai
sehingga tidak ada kegiatan maupun program di lingkungan pemerintahan
daerah yang terlewatkan untuk dievaluasi.
2. Perencanaan audit jangka panjang yang disusun harus dapat digunakan
sebagai alat kendali setiap pekerjaan audit yang telah ditetapkan dan untuk
menghindarkan tumpang tindih pekerjaan audit yang tidak perlu.
3. Perencanaan audit jangka panjang dimaksudkan untuk penugasan staf
audit dan mendorong tingkat disiplin staf audit di lingkungan fungsi
pengawasan Inspektorat Daerah agar mematuhinya.
4. Perencanaan audit jangka panjang menyajikan arah mana untuk urut-
urutan pekerjaan audit yang akan dilaksanakan di setiap periodenya.
5. Perencanaan audit jangka panjang dimaksudkan untuk mendapatkan
komitmen dan partisipasi pemerintah daerah dan seluruh satuan kerja
perangkat daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 89


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Halaman ini sengaja dikosongkan

90 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Bab 7
Quality Assurance
Fungsi Pengawasan
Inspektorat
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Menjelaskan pengertian program quality assurance dan arti pentingnya
bagi fungsi pengawasan Inspektorat.
• Menjelaskan elemen-elemen untuk penilaian jaminan kualitas (quality
assurance) dan alat-alat yang digunakan dalam program quality
assurance fungsi pengawasan Inspektorat.
• Menjelaskan tahapan atau proses pekerjaan quality assurance,
khususnya untuk pelaksanaan reviu eksternal.

A. Pendahuluan

Sejalan dengan semangat otonomi daerah dan upaya mewujudkan


tata kelola pemerintahan daerah yang baik, adalah sangat penting dan sudah
saatnya bagi fungsi pengawasan Inspektorat untuk memiliki mekanisme untuk
mengatur, memonitor, dan menilai sendiri (self assessment) kepatuhannya
terhadap standar profesi yang dibangun. Untuk memenuhi kebutuhan akan
hal ini, Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal telah menetapkan standar
Quality Assurance untuk fungsi audit internal yang harus diikuti oleh seluruh
fungsi pengawasan atau satuan kerja audit internal, baik di sektor privat
maupun publik, termasuk untuk fungsi pengawasan di Inspektorat.

Quality Assurance merupakan suatu proses untuk memastikan bahwa


fungsi pengawasan atau audit internal beroperasi sebagaimana mestinya sesuai
dengan standar profesi yang telah ditetapkan. Standar Profesi Audit Internal
(SPAI) yang memuat Standar Quality Assurance merumuskan elemen-elemen
yang harus ada dan dipenuhi untuk memastikan bahwa aktivitas atau
penyelenggaraan fungsi audit internal sudah efektif. Pemenuhan atas apa yang
tertuang di dalam standar ini akan meningkatkan kredibilitas dan legitimasi hasil
pengawasan atau audit yang telah dicapai dan dapat meningkatkan kualitas
komunikasi yang lebih baik antara auditor dengan auditi. Di sektor publik

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 91


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

khususnya Inspektorat Daerah, diharapkan komunikasi dapat lebih terjalin baik


antara pejabat pengawas pemerintah (auditor inspektorat) dengan Pemerintah
Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Komunikasi yang baik
diharapkan dapat lebih mendorong motivasi auditi untuk menindaklanjuti
rekomendasi yang disampaikan auditor. Diharapkan juga keberadaan fungsi
pengawasan mampu memberikan nilai tambahnya bagi Pemerintah Daerah
dan SKPD. Dengan demikian, program otonomi daerah yang efektif dan berhasil
akan dapat dicapai dengan memuaskan dan sesuai dengan tata kelola
pemerintahan daerah yang baik. Oleh karenanya, jaminan kualitas (quality
assurance) fungsi pengawasan merupakan persyaratan yang sangat esensial
dalam perwujudan kegiatan dan kinerja fungsi pengawasan Inspektorat.

B. Standar Profesi untuk Quality Assurance

Sesuai dengan buku pedoman Standar Profesi Audit Internal, Quality


Assurance diatur di butir 1300 di bawah judul “Program Quality Assurance
Fungsi Audit Internal”. Berikut ini kutipan lengkap mengenai Quality Assurance
(butir 1300) sebagaimana tertuang di dalam buku SPAI (SPAI, 2004: 17 – 18).

1300 Program Quality Assurance Fungsi Audit Internal


Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara
program quality assurance, yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit
internal dan secara terus-menerus memonitor efektivitasnya. Program ini
mencakup penilaian kualitas internal dan eksternal secara periodik serta
pemantauan internal yang berkelanjutan. Program ini harus dirancang untuk
membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai dan meningkatkan
operasi serta memberikan jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai
dengan Standar dan Kode Etik Audit Internal.

1310 Penilaian Program Quality


Fungsi audit internal harus menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor
dan menilai efektifitas program quality assurance secara keseluruhan. Proses
ini harus mencakup penilaian (assessment) internal maupun eksternal.
1310.1 Penilaian Internal (Internal Assessment)
Fungsi audit internal harus melakukan penilaian internal yang mencakup:
a. Reviu yang berkesinambungan atas kegiatan dan kinerja fungsi
audit internal.
b. Reviu berkala yang dilakukan melalui Self Assessment atau oleh
pihak lain di dalam organisasi yang memiliki pengetahuan tentang
standar dan praktik audit internal.

92 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

1310.2 Penilaian Eksternal


Penilaian eksternal harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam
tiga tahun oleh pihak luar yang independen dan kompeten.

1320 Pelaporan Program Quality Assurance


Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil
penilaian eksternal kepada pimpinan.

1330 Pernyataan Kesesuaian dengan Standar


Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor internal harus memuat pernyataan
bahwa aktivitasnya “dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal”.
Pernyataan ini harus didukung dengan hasil penilaian program quality assurance.

1340 Pengungkapan atas Ketidakpatuhan


Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap SPAI dan Kode Etik yang
mempengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara signifikan,
maka hal ini harus diungkapkan kepada pimpinan organisasi.

C. Mengevaluasi Produktivitas Pekerjaan Audit

Mengevaluasi produktivitas pekerjaan audit bukanlah suatu hal yang


mudah. Beberapa alasan yang mendasari mengapa sulit menilai dan mengukur
produktivitas pekerjaan audit adalah:
1. Tidak mudah untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil yang dicapai
dari pekejaan audit yang dilaksanakan.
2. Hasil yang dicapai dari pekerjaan audit lebih dikonsumsikan untuk kepentingan
internal organisasi sehingga sulit untuk dinilai.
3. Pekerjaan audit internal merupakan upaya tim yang bertanggung jawab
terhadap pekerjaan audit yang diselesaikan dan hasil audit yang dicapai.
4. Auditor banyak menggunakan judgment dalam pekerjaan audit, di mana
judgment seorang auditor berbeda dengan auditor lainnya, tergantung
bagaimana kemampuan analisis dan pengalaman yang dimilikinya.

Selama ini, pekerjaan audit dan penyelenggaraan kegiatan fungsi


pengawasan atau audit internal dinilai produktivitas, kualitas dan kinerjanya,
yaitu berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Besarnya dana yang berhasil diselamatkan akibat adanya tindakan pelanggaran,
penyimpangan, atau kecurangan yang terjadi.
2. Jumlah pekerjaan penugasan audit yang dapat diselesaikan dari rencana yang
telah diprogramkan di dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 93


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

3. Banyaknya temuan yang berhasil diidentifikasi dan disampaikan di laporan


hasil audit tanpa memperhatikan besaran atau materialitas temuan dimaksud.

Dalam kenyataannya, sistem penilaian dan pengukuran produktivitas


pekerjaan audit dan kinerja fungsi pengawasan atau audit internal tidak bisa
hanya didasarkan pada faktor-faktor tersebut. Bahkan faktor-faktor yang
digunakan tersebut tidak mencerminkan ukuran produktivitas ataupun
keberhasilan dari fungsi pengawasan atau audit internal yang sebenarnya.
Model penilaian dan pengukuran tersebut juga tidak adil (unfair) dan kurang
relevan karena hanya dilihat dari sudut atau kacamata auditor. Keberhasilan
pekerjaan audit dan produktivitas fungsi pengawasan atau audit internal
sesungguhnya harus dilihat dari perspektif auditi, yaitu pihak yang memperoleh
manfaat dari hasil pekerjaan audit yang dilaksanakan auditor.

Produktivitas merupakan hubungan antara sumber daya yang dipakai


(misal: uang, tenaga kerja, material, dan waktu) dibandingkan dengan hasil
yang diperoleh, yaitu tingkat efisiensi, kehematan yang dihasilkan serta
efektivitas untuk pencapaian tujuan. Keluaran (output) yang dihasilkan tidak
memberi arti yang signifikan jika tidak dapat dihubungkan atau tidak dapat
dikorelasikan dengan masukan (input) yang digunakan dan hasil (outcome)
yang diperoleh.

Lawrence B. Sawyer dalam bukunya Sawyer’s Internal Auditing mengutip


hasil riset yang telah dilakukan oleh Steve Albrech & Rekan berkaitan dengan
ukuran kualitas dan kinerja yang digunakan untuk mengukur produktivitas
pekerjaan audit dan fungsi pengawasan (Sawyer’s Internal Auditing, 5th ed.,
2003, 1018 – 1019):

1. Temuan material dan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti.


Ukuran produktivitas pekerjaan audit ditunjukkan dari keberhasilan auditor
untuk mengidentifikasi permasalahan yang benar-benar dapat mengganggu
dan menghambat pencapaian tujuan organisasi secara signifikan. Auditor
tidak diharapkan mengidentifikasi temuan-temuan minor atau kurang
material yang dapat mengganggu keharmonisan hubungan auditor dan
auditi. Di samping itu, auditor harus mampu menyampaikan rekomendasi
yang mudah dan dapat untuk ditindaklanjuti oleh auditi. Ukuran kualitas
pekerjaan audit dan penyelenggaraan fungsi pengawasan atau audit
internal adalah jika temuan atau permasalahan yang diidentifikasi dan
kemudian telah direkomendasikan untuk perbaikannya tidak terjadi atau
terulang di periode berikut.

94 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

2. Tanggapan dan umpan balik dari auditi.


Pekerjaan audit yang produktif dan bernilai tambah adalah jika auditi mau
memberikan tanggapan atau respon positif terhadap permasalahan yang
diidentifikasi auditor dan bersama-sama dengan auditor merumuskan
solusi terbaik atas masalah yang memerlukan perbaikan.

3. Profesionalisme auditor dalam pelaksanaan pekerjaan audit.


Auditor dituntut untuk selalu menggunakan keahlian dan kecermatan
profesional dalam setiap pekerjaan audit yang dilaksanakan. Sesuai
dengan standar profesi, auditor juga harus independen dan memiliki sikap
mental yang obyektif, tidak memihak, dan menghindari kemungkinan
timbulnya pertentangan kepentingan dalam pelaksanaan tugas auditnya.

4. Kepatuhan pada rencana audit.


Pekerjaan audit yang dilaksanakan harus mengacu pada Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) yang telah disusun. Dalam penerapan audit
berbasis risiko yang menetapkan urutan prioritas pekerjaan audit yang
harus dilaksanakan, auditor harus selalu mengikuti urutan prioritas yang
telah disusun. Namun demikiian, rencana audit juga harus dibuat fleksibel
yaitu memungkinkan auditor untuk tidak secara kaku mengikuti apa yang
ditetapkan dalam PKPT terutama jika dijumpai masalah yang sangat
mendesak (urgent) yang belum tertuang di dalam PKPT, terutama masalah-
masalah yang diindikasi mengandung kecurangan, ketidakberesan, atau
pelanggaran hukum.

5. Tidak adanya kejutan (surprise) dalam pekerjaan audit yang dilaksanakan.


Auditor harus menyadari bahwa kehadirannya untuk melakukan tugas
audit bagaimana pun menimbulkan gangguan bagi aktivitas auditi. Apalagi
jika auditor tidak memberitahukan rencana kedatangannya dan langsung
secara tiba-tiba datang ke tempat auditi untuk melakukan pekerjaan audit.
Kejadian yang demikian ini seringkali menimbulkan ketidaksukaan auditi
terhadap auditor. Oleh karenanya, untuk menciptakan pekerjaan audit
yang produktif dan menjalin komunikasi yang baik dengan auditi, auditor
harus mampu mengatasi masalah-masalah tersebut.

6. Penggunaan biaya seefektif mungkin untuk pekerjaan audit.


Satuan kerja yang bertugas melakukan audit sering dipandang sebagai
pusat biaya (cost centre) yang tidak memberikan nilai tambah atau hasil
yang nyata. Untuk mengatasi hal ini, auditor harus mampu memanfaatkan
biaya seefektif mungkin atas setiap pekerjaan audit yang dilaksanakan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 95


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

7. Pembinaan dan pengembangan staf audit.


Keberhasilan dan produktivitas pekerjaan audit sangat tergantung kepada
kemampuan dan keahlian auditor yang ditugaskan melakukan pekerjaan
audit. Keahlian dan kemampuan auditor dapat dijaga dan ditingkatkan
melalui pembinaan dan pengembangan staf yang kontinyu atau ber-
kesinambungan.

8. Evaluasi dari auditor eksternal terhadap aktivitas fungsi pengawasan.


Auditor dapat meminta bantuan dari auditor eksternal untuk melakukan
evaluasi terhadap kinerja dari fungsi pengawasan atau audit internal.

9. Permintaan audit oleh auditi.


Satu cara yang juga cukup efektif untuk mengevaluasi sejauh mana
produktivitas fungsi pengawasan ini adalah dengan meminta masukan
langsung dari auditi yang merasakan manfaat yang diterima dengan
keberadaan fungsi pengawasan dan pekerjaan audit yang dilaksanakan.

10. Reviu Internal


Evaluasi produktivitas dan kualitas pekerjaan audit dapat dilakukan di
fungsi pengawasan itu sendiri. Secara reguler, umumnya satu tahun sekali
pekerjaan audit dievaluasi secara internal untuk mengevaluasi kecukupan
pekerjaan audit yang dilaksanakan.

11. Peer Review


Keberhasilan dan produktivitas pekerjaan audit dapat dievaluasi dengan
cara peer review, yaitu reviu yang dilakukan rekan sendiri, terutama di
dalam tim audit yang ditugaskan untuk menilai kualitas pekerjaan audit
yang dilaksanakan.

12. Kualitas dari kertas kerja audit.


Efektivitas pekerjaan audit juga dinilai dari kualitas kertas kerja audit yang
dibuat dan disimpan oleh auditor. Kertas kerja audit merupakan bukti
pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, dokumentasi
dan pemeliharaan kertas kerja audit juga mencerminkan bagaimana
kualitas penyelenggaraan fungsi pengawasan dilakukan. Kertas kerja
audit yang merupakan dokumen fisik dan sebagai alat untuk mendukung
simpulan dan rekomendasi yang disampaikan auditor dari pekerjaan
auditnya sangat penting untuk digunakan sebagai salah satu faktor yang
dipertimbangkan dan dinilai dalam program quality assurance.

96 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

D. Quality Assurance di Inspektorat

Keberhasilan pelaksanaan program quality assurance di Inspektorat


Daerah sangat tergantung pada bagaimana implementasi yang efektif dari
program ini dan komitmen setiap pihak yang berkepentingan untuk kesuksesan
program ini, termasuk siapa pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program, bagaimana penilaian dilakukan, kontinuitas dan konsistensi pelaksanaan
program, sistem monitoring program, dan bagaimana mengkomunikasikan hasil
dari program quality assurance. Penerapan quality assurance di Inspektorat
dimaksudkan agar pekerjaan audit yang dilakukan oleh pejabat fungsional audit,
yaitu baik auditor tingkat anggota tim, ketua tim, pengendali teknis, maupun
pengendali mutu yang ada di lingkungan Inspektorat Daerah memenuhi standar
mutu pekerjaan audit yang harus dipenuhi sesuai persyaratan profesi.

Di samping itu, quality assurance di Inspektorat juga dimaksudkan untuk


memastikan bahwa fungsi pengawasan daerah telah dikelola dengan efektif
dan keberadaannya mampu memberikan nilai tambah bagi masing-masing
daerahnya. Untuk keperluan hal ini, program quality assurance yang dibangun
di lingkungan inspektorat harus memiliki tujuan-tujuan berikut:
1. Menilai efektifitas fungsi pengawasan Inspektorat dalam memberikan peran
dan fungsinya untuk kepentingan Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyelenggaraan dan pencapaian tujuan
pemerintahan daerah.
2. Menilai kesesuaian pelaksanaan pekerjaan audit dibandingkan dengan
standar audit, serta memberikan opini mengenai apakah fungsi pengawasan
Inspektorat sudah berjalan dengan semestinya dan sesuai dengan standar
audit yang telah ditetapkan.
3. Mengidentifikasi peluang, memberikan rekomendasi, dan jasa konsultasi
kepada inspektur dan staf audit mengenai perbaikan dan peningkatan
kinerja pekerjaan audit dan pelayanan kepada Pemerintah Daerah dan
SKPD.
4. Mengidentifikasi peluang untuk mensosialisasikan, mempromosikan, dan
meningkatkan citra serta kredibilitas atau kepercayaan fungsi pengawasan
Inspektorat di lingkungan Pemerintahan Daerah.

E. Elemen Quality Assurance

Untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan dari program quality assurance


dapat dicapai, digunakan tiga elemen untuk penilaian jaminan kualitas fungsi
pengawasan, yaitu: (1) supervisi, (2) reviu internal, dan (3) reviu eskternal.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 97


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Berikut pembahasan lebih rinci masing-masing elemen tersebut.


1. Supervisi
Merupakan proses yang kontinyu dan difokuskan pada evaluasi atas
setiap penugasan atau bagian dari pekerjaan penugasan audit. Supervisi
memberikan kepastian bahwa pekerjaan audit telah sesuai dengan apa
yang diharapkan. Di samping itu, supervisi juga dimaksudkan untuk menilai
keputusan (judgment), simpulan, maupun metodologi atau pendekatan
audit yang digunakan.

Dalam melakukan supervisi, perlu menjadi perhatian bahwa supervisi


jangan hanya sekedar pengecekan mekanis dari suatu proses pekerjaan
audit, melainkan lebih merupakan evaluasi atas kepatutan suatu hasil
audit. Supervisi dilakukan untuk memastikan, antara lain:
a. Pekerjaan audit direncanakan dengan baik dan memadai,
b. Ruang lingkup audit sesuai dengan tujuan dan sasaran audit,
c. Sumber daya audit digunakan dengan cara yang paling ekonomis,
d. Teknologi yang digunakan dalam penugasan audit telah sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan audit dimaksud,
e. Masalah-masalah yang kecil tidak dibesar-besarkan,
f. Hasil audit cukup padat dan logis,
g. Kelemahan-kelemahan yang signifikan telah didokumentasikan,
h. Rekomendasi didukung oleh bukti faktual,
i. Staf audit mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang memadai.
j. Kegiatan audit telah mendapatkan bukti-bukti audit yang cukup dan
kompeten.
k. Dalam merumuskan simpulan, auditor telah memperhatikan faktor-faktor
yang menguatkan dan faktor-faktor yang melemahkan secara seimbang
dan tepat.

Di lingkungan Inspektorat, supervisi pekerjaan audit dapat dilakukan oleh


ketua tim terhadap pekerjaan anggota tim, superivisi pengendali teknis
terhadap teknis pekerjaan audit dari tim-tim audit yang melakukan penugasan
audit, dan supervisi pengendali mutu untuk memastikan kualitas dari
pekerjaan audit.

Dalam arti yang lebih luas di lingkungan fungsi pengawasan Inspektorat,


supervisi meliputi juga pelaksanaan supervisi oleh Inspektur terhadap para
bawahannya, supervisi atas kegiatan-kegiatan pendukung (administrasi)
pekerjaan audit, supervisi atas pengembangan SDM di lingkungan
Inspektorat, dan sebagainya. Pengendali teknis dan pengendali mutu yang

98 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

melakukan peran supervisi harus memantau secara terus menerus setiap


pekerjaan audit yang sedang dilakukan dari awal hingga akhir penugasan.

Beberapa peran penting yang harus dilakukan seorang supervisor (penyelia)


atas pekerjaan audit yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi program
quality assurance untuk suatu supervisi yang memadai:
a. Mendiskusikan dengan tim audit mengenai tujuan dan ruang lingkup
audit sebelum pekerjaan audit dimulai.
b. Memberikan persetujuannya untuk audit program yang digunakan dan
perubahan atau modifikasi audit program sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan audit.
c. Mengarahkan tim audit untuk lebih fokus pada area-area yang berisiko
tinggi dalam rangka untuk mengendalikan biaya audit yang tidak perlu.
d. Mendiskusikan dengan staf auditnya mengenai masalah tujuan audit,
prosedur audit, pelaporan hasil audit, dan permasalahan-permasalahan
yang dijumpai dalam penugasan audit.
e. Melakukan tugas reviu selama pekerjaan audit berlangsung di mana
kedalaman reviu yang dilakukan tergantung pada kualifikasi dan
pengalaman profesional staf audit yang bersangkutan.
f. Mereviu kertas kerja audit dan menyajikan bukti hasil reviu atas kertas
kerja audit, khususnya berkaitan dengan kualitas dari dokumentasi
pembuatan, penyimpanan, dan pemeliharaan kertas kerja audit.
g. Memastikan temuan signifikan sudah mendapatkan perhatian yang
memadai dan ditindaklanjuti oleh auditi yang bersangkutan.
h. Mendapatkan kepastian (assurance) staf audit melakukan pekerjaan
audit sesuai dengan standar audit, tujuan audit tercapai, ruang lingkup
audit terpenuhi, kertas kerja memuat temuan dan simpulan audit yang
logis, dan laporan hasil audit memberikan informasi yang memadai dan
bermanfaat bagi auditi.
i. Memastikan temuan audit yang signifikan sudah mendapatkan perhatian
yang semestinya dari auditi dan manajemen dan rencana tindak lanjut
sudah disiapkan untuk memperbaiki kelemahan yang dilaporkan.
j. Memantau anggaran dan jadwal sehingga dapat membantu auditor
yang melakukan penugasan menghindarkan diri dari kegiatan audit
yang tidak perlu.
k. Menghadiri rapat pembahasan temuan dengan auditi dan manajemen
dan selalu mendapatkan informasi terkini mengenai temuan yang
diidentifikasi oleh tim audit.
l. Mereviu draft laporan dan memastikan apakah sudah memenuhi
ketentuan dengan standar audit untuk pelaporan hasil.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 99


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

m. Menghadiri rapat pembahasan draft laporan dengan auditi dan manajemen


operasional yang lebih tinggi.
n. Memberikan persetujuan mengenai kecukupan tindakan perbaikan yang
disarankan atas temuan yang diidentifikasi.
o. Memastikan dokumen administrasi untuk pekerjaan audit yang
dilaksanakan telah lengkap, seperti: daftar periksa pekerjaan audit
(check list), reviu hasil audit (post-audit review), daftar perbandingan
jam audit sebenarnya dengan yang dianggarkan, daftar rekomendasi,
dan sebagainya.
p. Memberikan persetujuan atas kertas kerja yang disimpan dan dihapuskan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur organisasi.
q. Mengadakan pertemuan paling sedikit seminggu sekali dengan manajer
audit atau pimpinan audit untuk membahas status pekerjaan audit dan
kemungkinan permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam tugasnya
sebagai supervisor.

Supervisi yang memadai atas pekerjaan audit merupakan langkah pertama


dan juga merupakan langkah yang sangat penting dalam implementasi
program quality assurance. Apabila seorang supervisor dapat melaksanakan
tugas supervisinya dengan memadai, maka reviu internal dan eksternal
seharusnya tidak perlu mengungkapkan kelemahan atau kekurangan yang
berarti dalam kualitas pekerjaan audit maupun penyelenggaraan fungsi
pengawasan atau audit internal.

2. Reviu Internal
Merupakan program quality assurance yang memberikan kepastian kepada
pimpinan fungsi pengawasan bahwa seluruh staf audit (auditor, supervisor,
dan manajer audit) melaksanakan pekerjaan audit dan aktivitas fungsi
pengawasan dengan semestinya. Reviu internal dilakukan untuk memastikan
keakuratan dan keandalan pekerjaan audit dan penyelenggaraan fungsi
pengawasan.

Dalam penerapannya, reviu internal sebagai salah satu program quality


assurance untuk fungsi pengawasan, dilaksanakan sendiri di dalam
lingkungan fungsi pengawasan oleh staf audit (auditor, supervisor, dan
manajer audit) yang independen dan bebas dari pekerjaan audit yang
direviu.

Sesuai dengan buku pedoman Standar Profesi Audit Internal sebagaimana


yang telah disebutkan di atas, reviu internal diatur di butir 1310.1 di bawah

100 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

judul Penilaian Internal (SPAI, 2004: 17). Disebutkan bahwa Fungsi Audit
Internal harus melakukan penilaian internal yang mencakup reviu yang
kontinyu atas kegiatan dan kinerja fungsi audit internal dan reviu berkala
yang dilakukan melalui penilaian mandiri (Self Assessment) atau oleh pihak
lain dari dalam organisasi yang memiliki pengetahuan memadai tentang
standar dan praktik audit internal.

Reviu internal dapat dilakukan secara kontinyu dan berkala. Penilaian atau
reviu internal yang dilakukan secara kontinyu dilaksanakan melalui:
a. Pelaksanaan supervisi atas pekerjaan audit yang sedang berjalan.
b. Penggunaan daftar check list dan sarana lain untuk memberikan jaminan
bahwa proses-proses yang ditetapkan di dalam kebijakan dan manual
audit telah diikuti.
c. Pemanfaatan umpan balik (feedback) dari auditi dan pihak-pihak lainnya
berkaitan dengan pekerjaan audit yang dilaksanakan.
d. Pengukuran kinerja dan analisis atas kinerja yang digunakan, misalnya:
temuan yang berhasil diselesaikan dan rekomendasi yang diterima.
e. Penilaian yang terus menerus melalui anggaran biaya untuk setiap
pekerjaan audit yang dilaksanakan.
f. Penggunaan sistem monitoring atau pemantauan atas waktu penyelesaian
untuk setiap pekerjaan audit.

Berdasarkan hasil reviu internal yang kontinyu, kemudian dibuatkan


simpulan atas kualitas kinerja yang telah dinilai dan dari hasil yang telah
diperoleh maka tindak lanjut harus segera dilaksanakan untuk memastikan
bahwa peningkatan atau perbaikan kinerja audit yang diperlukan telah
dilaksanakan.

Reviu internal secara berkala dilakukan untuk menilai kepatuhan terhadap


charter audit, kode etik dan standar audit, dan efisiensi serta efektivitas
dari fungsi pengawasan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap pekerjaan audit dan penyelenggaraan
yang berkualitas dari fungsi pengawasan. Reviu berkala dapat dilakuan
oleh pegawai atau staf audit itu sendiri yang berada di lingkungan fungsi
pengawasan dengan cara penilaian mandiri (self assessment) atas kinerja
pekerjaan audit atau dapat juga dilakukan oleh seorang yang memiliki
sertifikasi profesi di bidang audit internal yang posisinya berada di luar
organisasi atau fungsi pengawasan. Kemungkinan lain adalah reviu internal
berkala dilakukan bersama antara pegawai di lingkungan fungsi pengawasan
dan pegawai lain di luar fungsi pengawasan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 101


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Reviu berkala mencakup kegiatan interviu, survai yang mendalam, dan


benchmarking atas praktik-praktik dan ukuran kinerja dari fungsi pengawasan
atau audit internal. Hasil dari reviu berkala dituangkan di dalam simpulan
mengenai kualitas kinerja dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
peningkatan, perbaikan, serta kepatuhan terhadap standar. Reviu internal
harus mendapatkan persetujuan dari pimpinan fungsi pengawasan dan
harus mengikuti ketentuan apa yang telah ditetapkan di dalam standar
untuk penilaian kinerja pekerjaan audit dan penyelenggaraan fungsi
pengawasan.

Reviu internal dilakukan melalui berbagai tingkatan. Tingkat pertama reviu


internal adalah verifikasi pekerjaan audit. Pimpinan fungsi pengawasan
atau orang yang bertanggung jawab untuk menandatangani laporan hasil
audit sangat berkepentingan terhadap keakuratan dan kepatutan laporan
hasil audit. Hal ini didasarkan pada satu alasan bahwa reputasi pimpinan
fungsi pengawasan dipertaruhkan melalui keakuratan, kepatutan, dan
keandalan laporan hasil audit yang ditandatanganinya.

Verifikasi merupakan satu hal yang esensial karena laporan hasil audit
yang ditandatangani merupakan hasil dari akumulasi data yang banyak
dan komplek, termasuk keputusan atau judgment yang diambil auditor
dalam penugasan audit yang dilaksanakan. Oleh karenanya, kemungkinan
terjadinya kesalahan yang dilakukan auditor bisa saja terjadi dan jika
kesalahan yang seharusnya tidak terjadi kemudian timbul, maka hal ini
tentunya akan membuat malu pimpinan fungsi pengawasan yang
menandatangani hasil pekerjaan audit tersebut. Dengan demikian, baik
pimpinan, manajer, supervisor, ketua tim, maupun staf audit harus melakukan
verifikasi yang dirancang untuk dapat dengan segera meneliti atau mengecek
kemungkinan kesalahan mekanis dan judgment yang keliru dari pekerjaan
audit yang dilaksanakan. Begitu pula, seluruh kertas kerja audit dan draft
laporan audit harus diperiksa dan diverifikasi untuk memastikan keakuratan,
kepatutan, atau kelengkapannya.

Verifikasi dilakukan dengan meneliti atau mengecek setiap nomor, angka,


jumlah, tanggal, nama, dan seluruh informasi yang termuat di kertas kerja
maupun draf laporan untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut
telah akurat dan didukung oleh bukti yang terdokumentasi. Verifikasi
pekerjaan audit juga meliputi pengecekan kebenaran atau keakuratan
mekanis, yaitu bahwa:

102 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

a. Setiap hasil kalkulasi telah dikalkulasikan kembali kebenaran peng-


hitungannya.
b. Setiap penjumlahan mendatar atau menurun telah dijumlahkan mendatar
atau menurun kembali.
c. Seluruh tanggal telah diverifikasi ke dokumen sumbernya.
d. Seluruh nama dan judul yang digunakan telah diteliti kembali kebenaran
penyebutannya, keakuratannya, dan status terbarunya.
e. Seluruh temuan harus diverifikasi ke kertas kerjanya untuk memastikan
urutan yang logis antara kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasinya.
f. Setiap judgment yang dibuat auditor dianalisis kembali untuk memastikan
kelayakan dan keakuratannya.

Tingkatan kedua reviu internal program quality assurance yaitu program


reviu internal untuk penilaian aktivitas dan kinerja fungsi pengawasan.
Reviu internal tingkat dua ini dimaksudkan untuk memastikan apakah
pekerjaan audit yang dilaksanakan telah memenuhi kebijakan dan prosedur
serta praktik-praktik audit yang baik dan menilai aktivitas dan kinerja fungsi
pengawasan yang diselenggarakan.

Program reviu internal sifatnya lebih mendalam dan komprehensif di-


bandingkan dengan verifikasi atas pekerjaan audit yang lebih difokuskan
hanya pada pengecekan mekanis atau teknis. Program reviu internal ini
meliputi penilaian substantif dengan pengambilan sampel-sampel yang
representatif dari laporan hasil audit berikut seluruh kertas kerja pendukung
yang kemudian dinilai secara mendalam untuk mengecek kualitas dari
pekerjaan audit yang telah dilaksanakan, termasuk juga penilaian terhadap
pengelolaan administratif fungsi pengawasan. Oleh karenanya, program
reviu internal membutuhkan semacam formalitas berkenaan dengan:
a. Anggaran yang harus disediakan dan jadwal untuk program reviu internal
yang akan dilaksanakan selama satu periode.
b. Penyiapan seperangkat langkah-langkah untuk reviu internal yang harus
dilakukan oleh tim penilai quality assurance (tim QA) yang ditugaskan.
c. Pemilihan sampel yang representatif atas sekumpulan pekerjaan audit
yang akan dievaluasi melalui reviu internal.
d. Rencana tindakan (action plan) penilai untuk membahas kelemahan
atau kekurangan yang dijumpai dengan auditor maupun supervisor atas
pekerjaan audit yang direviu.
e. Kertas kerja yang harus disusun berkenaan dengan dokumentasi dari
hasil reviu internal yang telah dilaksanakan.
f. Laporan formal mengenai hasil reviu internal yang harus disiapkan tim QA.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 103


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Program reviu internal harus mendapatkan persetujuan tertulis (written


approval) dari pimpinan fungsi pengawasan. Di samping itu, program reviu
internal juga harus mengacu pada standar yang berkaitan dengan penilaian
kinerja suatu pekerjaan audit. Beberapa pertanyaan yang umumnya
disampaikan tim QA kepada auditor dan supervisor dalam pelaksanaan
reviu internal atas suatu pekerjaan audit adalah:
a. Apakah pekerjaan audit sudah dibuatkan rencananya dengan memadai?
b. Apakah informasi telah dikumpulkan, dianalisis, diinterpretasi, dan
didokumentasi dengan baik?
c. Apakah hasil pengawasan sudah dibuatkan laporannya dengan
memadai?
d. Apakah auditor melakukan monitoring tindak lanjut yang memadai atas
temuan yang dikomunikasikan dan rekomendasi yang disampaikan?

Salah satu program reviu internal yang cukup efektif adalah melalui penilaian
sendiri oleh rekan sejawat (peer review) di lingkungan fungsi pengawasan.
Peer review bukan suatu pekerjaan penilaian yang mudah untuk diterapkan
karena budaya bangsa Indonesia yang umumnya kurang enak untuk mem-
berikan penilaian buruk kepada rekan sejawatnya atau pun tidak terbiasa
untuk menceritakan kekurangan rekan sendiri dan bahkan cenderung untuk
menutupinya atau membiarkannya. Budaya timur ini memang baik dan cocok
untuk masyarakat Indonesia, namun kadangkala menjadi hambatan untuk
penerapan peer review yang efektif atas suatu pekerjaan audit yang dinilai
kualitas dan kinerjanya.

Tingkatan akhir dalam reviu internal adalah penilaian yang dilakukan oleh
auditi. Penilaian yang dilakukan oleh auditi merupakan penilaian yang
harusnya menjadi tolok ukur yang sangat penting. Bagaimana pun, auditi
adalah pihak yang paling merasakan secara langsung manfaat keberadaan
auditor dan fungsi pengawasan. Ukuran keberhasilan pekerjaan audit yang
paling utama adalah bagaimana rekomendasi yang disampaikan ditindaklanjuti
oleh auditi dan permasalahan yang diiindikasikan dalam pekerjaan audit
berhasil diminimalkan atau tidak terulang kembali. Upaya-upaya ini tentunya
membutuhkan kerjasama dengan auditi. Auditi harus dapat diyakini bahwa
keberadaan auditor dan pekerjaan audit yang dilakukan auditor dapat
memberikan manfaat yang berarti untuk perbaikan kegiatan operasional dan
semakin mempermudah auditi untuk mencapai tujuan operasinya.

Oleh karena itu, evaluasi auditi atas pekerjaan audit sangat mencerminkan
bagaimana kualitas pekerjaan audit itu dapat diberikan kepada auditi.

104 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Melalui penilaian auditi ini, beberapa pertanyaan yang dapat disiapkan dan
dimintakan kepada auditi untuk merespon atau menjawabnya, antara lain
adalah:
a. Apakah pekerjaan audit sesuai dengan harapan anda?
b. Apakah pekerjaan audit memberikan bantuan yang positif atau gangguan
yang negatif?
c. Apakah auditor melakukan audit dengan cara yang profesional?
d. Apakah auditor memberikan bantuan langsung terhadap permintaan
yang anda sampaikan?
e. Apakah temuan auditor membantu untuk mencapai:
• Peningkatan kepatuhan pada kebijakan dan prosedur?
• Peningkatan efisiensi operasi?
• Peningkatan efektivitas operasi?
f. Apakah pekerjaan audit dilakukan pada waktu yang tepat?

3. Reviu Eksternal
Merupakan evaluasi keseluruhan atas berbagai pekerjaan audit, aktivitas
kegiatan dan pengelolaan fungsi pengawasan Reviu eksternal dimaksudkan
untuk memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders)
mengenai kinerja fungsi pengawasan yang direviu.

Sesuai dengan buku Standar Profesi Audit Internal (SPAI), reviu eksternal
dilakukan secara periodik tiga tahun sekali oleh pihak di luar fungsi pengawasan
yang memiliki independensi, integritas, dan kompetensi yang memadai.
Ruang lingkup penilaian yang dilakukan oleh pereviu eksternal, mencakup:
a. Ketaatan terhadap standar audit dan kode etik.
b. Ketaatan terhadap berbagai persyaratan yang termuat di charter audit,
rencana audit, kebijakan audit, prosedur audit, dan persyaratan legal lain.
c. Pengetahuan, pengalaman, dan disiplin dari staf audit.

Tujuan pokok dari reviu eksternal untuk suatu program quality assurance
yang dilaksanakan adalah:
a. Menilai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan fungsi pengawasan,
terutama dinilai mengenai kesesuaian aktivitas fungsi pengawasan dengan
charter auditnya dan harapan dari pemangku kepentingan (stakeholders)
atas fungsi pengawasan.
b. Memberikan penilaian kemungkinan risiko yang dapat terjadi terhadap
organisasi secara keseluruhan jika kinerja fungsi pengawasan di bawah
atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
c. Mengidentifikasi dan menawarkan peluang kepada pimpinan dan staf

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 105


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

audit fungsi pengawasan untuk meningkatkan kinerja dan memberikan


nilai tambah bagi organisasi.
d. Meningkatkan kesan, persepsi, dan kredibilitas fungsi pengawasan di
dalam organisasi, yaitu melalui peran audit dan konsultasinya.
e. Memberikan opini mengenai kesesuaian fungsi pengawasan terhadap
semangat dan apa yang diinginkan di dalam standar.

Untuk mencapai tujuan pokok yang diinginkan dalam pelaksanaan reviu


eksternal program quality assurance, ditetapkan tahapan-tahapan atau
proses penilaian jaminan kualitas (quality assurance) atas penyelenggaraan
fungsi pengawasan yang direviu, yaitu:

Tahap 1: Seleksi atau Pemilihan Tim QA.


• Sesuai dengan yang ditetapkan dalam standar, tim reviu eksternal harus
terdiri dari orang-orang yang memiliki kualitas, independensi, dan berasal
dari luar organisasi fungsi pengawasan.

• Orang-orang yang diseleksi untuk melakukan reviu eksternal harus


memiliki kecakapan teknis, pengalaman operasional, dan latar belakang
pendidikan yang sesuai untuk pelaksanaan reviu eksternal atas fungsi
pengawasan.

• Orang-orang yang dipilih dalam tim QA dapat berasal dari auditor internal
fungsi pengawasan lain, konsultan luar organisasi, atau auditor eksternal
dari Kantor Akuntan Publik (KAP), sepanjang KAP yang bersangkutan
tidak mengaudit organisasi di mana fungsi pengawasan berada.

• Tim QA harus objektif mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan


(stakeholders) dari hasil reviu eksternal program quality assurance.

• Tim QA tidak boleh memiliki benturan kepentingan (conflict of interest)


baik langsung maupun tidak langsung dari pekerjaan reviu yang di-
laksanakan.

• Tim QA harus terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan manajerial


dan memahami bagaimana praktik-praktik yang baik pelaksanaan dan
standar audit internal, judgment yang logis, serta memiliki kemampuan
komunikasi dan analisis yang baik.

• Tim QA harus memiliki akses yang segera bila dibutuhkan tim ahli atau

106 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

ekspertis (misal: orang yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi,


manajemen risiko, dan sebagainya) untuk suatu penyelesaian tugas reviu
yang dilakukan.

• Tim QA juga harus memiliki minimal satu orang dalam tim yang memiliki
pengetahuan organisasi dan pelayanan yang diberikan organisasi.

• Jumlah orang yang terlibat dalam tim QA tergantung pada tujuan, ruang
lingkup pekerjaan reviu, ukuran, lokasi geografis, dan struktur fungsi
pengawasan, serta organisasi secara keseluruhan. Namun demikian, tim
QA terdiri dari dua orang atau lebih, yaitu untuk memberikan perspektif
yang lebih luas dan lengkap untuk penyelesaian satu tugas reviu eksternal.

Tahap 2: Persiapan Awal Pekerjaan QA.


• Persiapan awal pekerjaan QA meliputi pembuatan daftar kuesioner yang
komprehensif dan dokumen lainnya yang akan dilengkapi atau diisi oleh
pimpinan fungsi pengawasan atau staf audit dengan pengarahan pimpinan
fungsi pengawasan.

• Kuesioner dan dokumen yang harus diisi tersebut dapat dikirimkan


terlebih dahulu (dua sampai dengan tiga minggu sebelum survai) atau
disampaikan pada saat tim QA melakukan survai pendahuluan.

• Penggunaan kuesioner dan dokumen dimaksudkan untuk mengidentifikasi


kekuatan dan kelemahan potensial yang ada di fungsi pengawasan.

• Tahapan persiapan awal pekerjaan QA juga mencakup:


- Pengumpulan dokumen, seperti: bagan alur organisasi, pernyataan
kebijakan audit yang relevan, charter audit, dan sebagainya.
- Pengumpulan informasi dan data statistik mengenai fungsi pengawasan.
- Pembahasan mengenai fungsi pengawasan, berkaitan dengan tujuan,
ruang lingkup audit, personil atau staff audit, dan sebagainya.
- Pengumpulan data relevan lainnya yang berguna untuk pekerjaan QA.

Tahap 3: Kunjungan Pendahuluan.


• Kunjungan pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan informasi
lebih lanjut, menambah rincian rencana kerja, menyeleksi dan mengatur
jadwal interviu dengan para pemangku kepentingan dan staf audit dalam
penyelenggaraan fungsi pengawasan, serta menyiapkan bahan untuk
survai pendahuluan yang akan dilakukan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 107


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Mendapatkan konfirmasi pimpinan fungsi pengawasan berkaitan dengan


tujuan dan kebutuhan-kebutuhan tertentu untuk pelaksanaan pekerjaan
quality assurance sebagaimana yang telah dibahas di tahapan sebelumnya.

• Mengidentifikasi pekerjaan audit yang telah dilaksanakan selama satu


atau lebih periode yang direviu.

• Membicarakan/mendiskusikan dengan pimpinan atau orang yang mewakili


pimpinan di fungsi pengawasan untuk mengatur bagaimana survai staf
dapat dilakukan, terutama untuk fungsi pengawasan yang memiliki staf
yang banyak.

• Mendapatkan dan membahas informasi yang diperlukan untuk pengaturan


interviu dan pemilihan pekerjaan audit yang akan direviu.

• Menyeleksi pihak-pihak yang akan diinterviu, mulai dari pimpinan fungsi


pengawasan itu sendiri hingga staf audit yang berperan penting untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan reviu, termasuk
juga pihak-pihak lainnya di luar fungsi pengawasan yang dapat memberikan
informasi berharga berkaitan dengan pelaksanaan reviu eksternal program
quality assurance.

• Mengatur kebutuhan-kebutuhan yang bersifat administratif.

• Menyiapkan ikhtisar ringkas hasil kunjungan pendahuluan, termasuk


hal-hal yang akan menjadi perhatian nantinya berkaitan dengan pekerjaan
QA yang dilakukan.

Tahap 4: Survai oleh Staf Audit dan Auditi.


• Survai untuk pelaksanaan pekerjaan QA memberikan umpan balik yang
memadai untuk penilaian awal mengenai efektivitas penyelenggaraan
fungsi pengawasan, termasuk pengidentifikasian peluang untuk men-
dapatkan perbaikan dan peningkatan dalam penyelenggaraan fungsi
pengawasan.

• Survai yang dilakukan auditi sebaiknya sebelum pekerjaan lapangan


dan dapat dilaksanakan melalui pengiriman surat elektronis (e-mail) atau
metode on-line lainnya.

• Harus dialokasikan waktu yang cukup untuk pengiriman dan penerimaan

108 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

kembali hasil survai yang diperoleh, serta analisis yang memadai atas
tanggapan survai yang diterima.

Tahap 5: Pekerjaan Lapangan QA.


• Pekerjaan lapangan merupakan tahapan yang paling komprehensif dalam
pekerjaan QA. Pekerjaan lapangan ini mencakup reviu atas penyelenggaraan
fungsi pengawasan, pekerjaan audit yang dilaksanakan, penugasan
konsultansi, pelaporan hasil audit dan dokumentasi pendukung (KKA),
pekerjaan administratiif dan kebijakan serta prosedur operasional fungsi
pengawasan, praktik-praktik yang dijalankan dan praktik-praktik terbaik
yang dipakai sebagai acuan pekerjaan audit, catatan-catatan, pengetahuan
dan keahlian staf audit, terutama di area teknologi informasi, monitoring
pengendalian pekerjaan audit, serta bukti-bukti lain untuk peningkatan dan
perbaikan yang berkesinambungan untuk penyelenggaraan yang efektif
dari fungsi pengawasan.

• Tim QA juga melakukan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung


dengan pimpinan organisasi untuk melakukan penilaian (assessment)
sampai sejauh mana fungsi pengawasan sudah berhasil mencapai tujuan,
target, sasaran, dan harapan serta sudah sampai sejauh mana kemampuan
fungsi pengawasan dalam memberikan nilai tambah bagi organisasi
secara keseluruhan. Di lingkungan pemerintahan daerah, tim QA dapat
melakukan komunikasi dengan Pemerintah Daerah dan jajaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang ada.

• Pekerjaan lapangan yang dilakukan umumnya berlangsung untuk


periode satu hingga dua minggu, tergantung pada tujuan dan ruang
lingkup pekerjaan QA, ukuran dan letak geografis serta struktur fungsi
pengawasan yang direviu. Tentunya faktor manfaat dan biaya juga
menjadi pertimbangan yang penting dalam pelaksanaan program
penilaian jaminan kualitas ini, khususnya untuk tahapan pekerjaan
lapangan yang dilakukan tim QA.

Tahap 6: Interviu Pihak-pihak Terkait.


• Interviu dengan pihak-pihak terkait sangat memberikan arti penting
dalam penilaian jaminan kualitas (quality assurance) terhadap fungsi
pengawasan. Di lingkungan pemerintahan daerah, interviu dapat
dilakukan dengan Pemerintah Daerah dan SKPD yang dipilih.

• Interviu dengan Pemerintah Daerah dan SKPD ini memberikan gambaran

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 109


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

bagaimana arti penting dan nilai dari pekerjaan audit dan penugasan
konsultasi yang diberikan oleh fungsi pengawasan, khususnya dalam
memberikan kontribusi yang berarti bagi Pemerintah Daerah dan SKPD
untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
efektif dan berhasil.

• Interviu dengan Pemerintah Daerah dan SKPD ini juga memberikan


masukan kepada tim QA mengenai harapan yang diinginkan Pemerintah
Daerah dan SKPD dengan keberadaan Inspektorat Daerah, profesionalisme
staf fungsi pengawasan yang melakukan pekerjaan audit dan penugasan
konsultansi, dan area-area di kegiatan fungsi pengawasan yang memerlukan
perbaikan dan peningkatan kinerjanya.

• Gambaran yang diperoleh dari hasil interviu juga meliputi efektivitas


manajemen risiko, pengendalian dan akuntabilitas organisasi, dan area
manajemen lainnya yang menjadi ruang lingkup pekerjaan QA dan perlu
dimasukkan dalam laporan QA.

• Interviu sebaiknya dilakukan di awal kunjungan lapangan dan dilanjutkan


dalam tahap pekerjaan lapangan QA. Interviu dengan staf audit juga
dilakukan selama pekerjaan lapangan dan pengujian QA. Khusus untuk
interviu dengan staf audit, dipilih secara random staf audit yang akan
diinterviu dari berbagai tingkatan dan wilayah. Pilihan lain untuk
mendapatkan informasi untuk pekerjaan QA ini adalah interviu secara
group dari staf-staf audit yang dipilih, yaitu dengan membentuk fokus
group atas staf audit di fungsi pengawasan.

Tahap 7: Pengikhtisaran Masalah, Rekomendasi, dan Pembahasan Akhir.


• Permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi dan dikumpulkan dari
hasil pekerjaan QA diikhtisarkan dan disampaikan kepada Inspektur di
Inspektorat Daerah yang direviu, yaitu untuk menjadi perhatiannya.
Penyampaian ini umumnya dilakukan pada saat pembahasan akhir
tim QA dengan jajaran Inspektorat yang dipimpin oleh Inspektur atas
program penilaian jaminan kualitas fungsi pengawasan.

• Dalam rapat pembahasan akhir tim QA menjelaskan bahwa dasar


penilaian QA di samping mengacu pada ukuran kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur audit yang ada di fungsi pengawasan, penilaian
QA juga didasarkan pada praktik-praktik yang baik untuk pekerjaan
audit yang dilaksanakan.

110 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

• Dari hasil rapat pembahasan akhir dibuat ikhtisar praktik-praktik audit


yang baik, observasi, dan rekomendasi perbaikan untuk peningkatan
kualitas fungsi pengawasan. Ikhtisar ini menyajikan suatu kerangka
yang dapat bermanfaat untuk perbaikan kinerja fungsi pengawasan.

Tahap 8: Pembuatan Draft Laporan Hasil Penilaian QA.


• Dari pembahasan akhir hasil penilaian QA, tim QA kemudian membuatkan
draft laporan. Draft laporan yang sudah diselesaikan tersebut kemudian
satu salinannya dikirimkan kepada Inspektur Daerah untuk dimintakan
tanggapannya dan rencana aksi (action plan) yang akan dijalankannya.

• Berdasarkan draft laporan yang sudah ditanggapi dan dibuatkan rencana


aksinya oleh Inspektur Daerah, kemudian tim QA menyusun laporan
final pekerjaan QA.

Tahap 9: Pertemuan untuk Pembahasan Tindak Lanjut Rekomendasi.


• Tahap akhir dari pekerjaan QA adalah pertemuan untuk membahas
tindak lanjut yang akan dilakukan untuk peningkatan kualitas fungsi
pengawasan yang direkomendasikan untuk perbaikannya.

• Berdasarkan kebijakan dan wewenang dari Inspektur Daerah atau orang


yang dikuasakan sebagai pimpinan fungsi pengawasan, diatur bagaimana
hasil QA ini dapat disampaikan atau didistribusikan kepada Pemerintah
Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan para pemangku kepentingan
lainnya. Pentingnya hasil QA disampaikan kepada para pemangku
kepentingan adalah untuk mendorong peningkatan nilai fungsi pengawasan
dan meningkatkan perbaikan yang disarankan dalam penyelenggaraan
fungsi pengawasan daerah.

• Dalam program tindak lanjut ini, tim QA dalam kapasitasnya sebagai


pereviu juga memberikan bantuan fasilitasi dan jasa konsultansi. Jasa
ini menawarkan kepada Inspektur Daerah dan jajaran auditor dibawahnya
untuk penerapan yang berhasil dan peningkatan kualitas penyelenggaraan
fungsi pengawasan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 111


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Halaman ini sengaja dikosongkan

112 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Daftar
Pustaka
1. Buku pedoman Standar Profesi Audit Internal, Konsorsium Organisasi
Profesi Audit Internal, YPIA 2004.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tanggal 22 Mei 2007
tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

3. Reding, Sobel., {etc...}, Internal Auditing: Assurance & Consulting Service,


The IIA Research Foundation, 2007

4. Ratliff, Wallace, Sumner, Mc.Farland, & Loebbecke, Internal Auditing –


Principles & Techniques, 2nd, 1996

5. Robert Moeller and Herbert N. Witt, Brink’s Modern Internal Auditing, 6th,
2005

6. Sawyers & Dittenhoffer, Sawyer’s Internal Auditing – The Practice of Modern


Internal Auditing, 5th, 2003.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 113


Manajemen
Fungsi Audit Internal
Sektor Publik

Halaman ini sengaja dikosongkan

114 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Anda mungkin juga menyukai