Anda di halaman 1dari 3

Ruangan 4d

Charlotte berlari semakin kencang. Tidak peduli jalan yang semakin berliku itu membuatnya tersesat. Ia
kehilangan fokusnya akibat berlari kencang melewati jalanan yang gelap dan curam itu sejauh 3 km.

“Brakk!” sebuah pohon tinggi nan besar menghantup kepala Charlotte yang membuat dirinya meringis
kesakitan.

“shh,,” sambil memegang kepala dengan menggunakan tangan kanan, Charlotte melihat kearah
belakang dan menemukan 3 pria berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat itu hari sudah gelap
membuat Charlotte susah menangkap apa yang dipandangnya terlebih lagi ia habis menabrak sebuah
pohon besar yang tentu membuat kepalanya pusing.

Dalam jangkauan pandangannya, ketiga pria itu berlari dengan cepat kearah dirinya. Merasa keadaan
sedang mengancam Charlotte pun ikut berlari menjauh dari ketiga pria itu. Sesaat ingin berlari kepala
Charlotte terasa pusing dan sangat sakit. Pandangannya tiba-tiba menjadi buram dan perlahan-lahan
menggelap.

Charlotte terbangun tetapi apa yang dilihat sekarang hanyalah hitam. Tubuhnya tertekuk dengan lutut
mengenai dada dan kedua tangannya mengepal menjadi satu seperti ada sebuah rantai yang mengikat.
Ia merasakan dirinya berada di bagasi mobil yang sangat sempit. Charlotte menangis sejadi jadinya. Rasa
takut menyelimuti dirinya tanpa memedulikan sakit di kedua tangannya akibat rantai yang terikat sangat
kuat. Sekeras apapun Charlotte berusaha tidak panik, rasa takut itu selalu kembali muncul. Benar adanya
kalimat ‘manusia bisa menahan rasa sakit tapi tidak dengan rasa takut.’ Itu yang ada dipikirannya
sekarang.

Sepertinya para lelaki tadi sudah sampai di tempat tujuannya. Para lelaki itu menarik paksa Charlotte
dan langsung membuka sebuah kain yang ada dimata Charlotte serta rantai yang diikat di tubuhnya.
Setelah selesai Charlotte merasa lega tetapi saat itu juga ia langsung didorong kedalam sebuah ruangan
yang bisa dibilang nyata, nyaris seperti alam luar, bukan ruangan.

“Hei, buka pintunya!” Charlotte menggedor-gedor pintu tempat diamana ia masuk tadi tetapi nihil, pintu
itu seketika menghilang dan menyisakan sebuah pemandangan kota.

Dilihatnya orang-orang berlalu lalang menyusuri Jalan. Dan Charlotte melihat sesuatu yang tidak beres.
Ia bisa melihat tulang punggungnya sendiri bahkan organ-organ tubuh miliknya dan orang lain. Gedung-
gedung tinggi serta kendaraan dalam keadaan terbalik tampak seperti di dalam sebuah bola.

“Gila. Bagaimana bisa aku ditempatkan disini?!” oceh Charlotte seraya memandang sekitar beranggapan
ini hanya khayalannya. Di pukul-pukul pipinya dengan keras bahkan sampai mencubit lengan kirinya
hingga lapisan kulit itu mengeluarkan darah.

“Awhh” ringis Charlotte sambil menepuk-nepuk bagian yang terluka agar tidak mengeluarkan darah lagi.

Saat mengangkat jari dari lengan, tiba-tiba ruangan yang semula ramai kini menjadi sepi. Dari yang
awalnya siang hari menjadi malam hari. Charlotte mendecih tidak percaya sembari menggeser-geser jari
telunjuknya kearah kanan dan kiri secara berulang-ulang layaknya sebuah layar gawai. Charlotte yang
saat ini sedang duduk dibangku kuliah dengan mengambil jurusan fisika kuantum menyadari dirinya
sedang berada di sebuah ruangan 4 dimensi.

“4 dimensi. Okay, aku berada di dimensi ruang dan waktu. Itu terbukti dengan aku bisa melihat organ
tubuh seseorang dan memajukan serta memundurkan waktu. But,,WTF-“ Charlotte menyadari satu hal
yang dimana jika kita masuk kedalam dunia 4 dimensi kita tidak dapat makan dan minum. Karena dunia
4 dimensi saat ini masih dalam penelitian.

“WTF ini sama saja dengan membunuhku secara perlahan-lahan” katanya sambil maju mundur dan
memikirkan cara keluar dari ruangan tersebut. Seperti tuhan telah mendengar doanya, sesosok anak
lelaki berambut hitam dengan poni terbelah mendekati Charlotte seraya menunjuk sebuah pintu yang
terlihat seperti rongsokan. Charlotte menatap aneh anak itu dan tidak memedulikannya. Ia menikmati
berada didalam sana. Dengan terus menggeser-geser jari layaknya seperti penjelajah waktu.

Waktu terus berjalan sampai pada akhirnya tepat 12 jam sudah Charlotte disitu. Perutnya terasa sangat
kosong akibat tidak mengonsumsi makanan yang membuat kondisinya sekarang sangat lemah. Keringat
dingin berada di pelipisnya serta mual yang tidak kunjung hilang.

“Sepertinya betul yang anak tadi tunjukan padaku. Astaga bodoh sekali seharusnya tadi kau memeriksa
dulu Charlotte!” ucapnya kepada diri sendiri.

“Pintu tadi ada di tahun berapa yah? Aku lupa, bagaimana ini.” Tangannya terus menopang didagu
sambil mengingat-ingat kejadian tadi. Pikiran Charlotte saat ini sangat kacau. Jari-jari lentik tersebut
terus menggeser angin kosong didepannya.

“Apakah ini?,,” Charlotte berjalan kearah pintu terebut. Dibukanya dan tidak menemukan apa-apa dan
benar saja sekarang ia merasa telah ditipu.

“Tetapi tunggu. Anak itu menunjukan saat hari sudah petang sedangkan ini masih pagi.”

Kembali lagi jari lentik itu menggeser secara perlahan dan dirasanya itu adalah waktu yang sama ia
langsung menuju pintu tersebut. Dan benar saja saat Charlotte memegang gagang pintu anak lelaki tadi
muncul kembali lalu menatap Charlotte dengan tatapan kosong seolah membiarkan saja Charlotte
keluar dari dimensi ini.

Charlotte menatap anak itu seraya tersenyum tipis menggambarkan rasa terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai