Pengarang : Daniel Keyes Penerbit : Qanita Tahun Terbit : Mei 2019 Tebal Halaman : 457 Halaman ISBN : 602-8224-11-6 Novel ini menceritakan seorang anak laki-laki yang terlahir dengan IQ 68, ia tinggal bersama kedua orang tua dan adik perempuannya. Ia memiliki ayah yang sayang dengannya tetapi ia memiliki seorang ibu dan adik yang malu akan kehadiran dirinya karena ia memiliki IQ yang rendah. Dikarenakan ibunya malu memiliki anak seperti dirinya, Charlie di antarkan ke rumah pamannya yang bernama Herman. Sebelum pamannya meninggal, Charlie dititipkan untuk bekerja di sebuah toko kue dan paman Charlie meminta boss toko kue untuk selalu memberikan pekerjaan, kue serta gaji untuk Charlie. Setiap minggu Charlie selalu pergi ke suatu tempat untuk mengikuti pembelajaran untuk orang-orang yang terbelakang mental. Ketika Charlie bekerja di toko kue, Charlie telah berusia 32 tahun dan pamannya telah meninggal. Charlie selalu ditugaskan dari pihak sekolahnya untuk menuliskan segala sesuatu yang dirasakan serta kejadian yang terjadi pada dirinya setiap harinya, lalu ia harus mengumpulkannya ke laboratorium yang sedang meneliti cara meningkatkan kecerdasan. Dalam novel ini penulis menggambarkan bagaimana Charlie memiliki kesulitan dalam menulis sehingga ketika ia menulis terdapat banyak kesalahan huruf, kata serta kalimat. Pada suatu hari seorang dokter membawa Charlie ke suatu tempat yang didalamnya terdapat tikus kecil. Tikus tersebut merupakan tikus penelitian yang dimiliki seorang dokter untuk meneliti tentang peningkatan kecerdasan. Disana Charlie di instruksikan untuk berlomba dengan tikus kecil itu, namun Charlie kalah dengan tikus itu dan ia merasa sangat kesal. Seorang guru yang bernama Alice mengetahui bahwa Charlie memiliki gairah yang besar dalam hal belajar, maka dari itu Alice dan dokter menawarkan kepada Charlie untuk menjadi sampel penelitian yang bertama kali dengan manusia. Chalie senang akan hal itu dan ia menyetujuinya. Namun sebelum dilaksanakannya operasi, para dokter telah menjelaskan kepada Charlie bahwa hasil eksperimen itu belum tentu berhasil, namun Charlie tidak terlalu menghiraukan akan hal itu yang ia inginkan hanyalah ia bisa seperti orang lainnya. Setelah selesai dilaksanakannya operasi, hari demi hari Charlie selalu bertanya kepada guru dan dokternya kapan ia akan merasakan kecerdasan itu, namun gurunya menjelaskan bahwa kecerdasan tidak berlangsung secepat itu ia harus menunggu dan bersabar. Hari demi hari Charlie lewati. Kegiatan yang Charlie lakukan setiap harinya ialah bekerja di toko kue dengan tugas bersih-bersih dan belajar disebuah sekolah orang-orang keterbelakang mental. Charlie sangat senang bisa bekerja disebuat toko kue karena menurutnya ia memiliki banyak teman, ia senang jika teman-temannya menertawakan dirinya karena ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang disenangi. Hari demi hari berlangsung, Charlie mulai menunjukkan kecerdasan yang berkembang pada dirinya yaitu ia mulai bisa membaca dengan lancar, menulis dengan lancar tanpa kata serta kalimat yang salah, mengerti apa yang orang biacarakan hingga ia bisa melakukan suatu hal dan berinteraksi layaknya orang normal pada umumnya. Namun ketika ia memiliki kecerdasan yang meningkat dengan sangat cepat, ia mulai tidak memiliki teman karena orang-orang menganggap dirinya bukanlah Charlie yang dahulu lagi. Charlie mulai bermimpi- mimpi mengenai masa lalunya yang tidak menyenangkan yang selalu ditekan ke alam bawah sadar, hingga ketika kecerdasannya benar-benar meningkat, ia bisa mengingat kembali semua peristiwa dimasa kecilnya. Namun ia sangat tidak menyukai dokter yang melakukan eksperimen kepadanya karena dokter tersebut menganggap Charlie seperti seekor tikus yang hanya dijadikan bahan eksperimen. Hari demi hari selau Charlie lewati untuk mencatat laporan kemajuannya dan mengirimkan laporan tersebut kepada laboratorium. Hari demi hari Charlie merasa kesepian karena orang merasa ia bukanlah Charlie yang dahulu lagi, ia telah berubah. Hingga disuatu hari, Charlie di pecat dari pekerjaannya karena ia tidak disenangi oleh teman-teman di toko kue itu. Charlie merasa sedih tetapi ia tidak terlalu perduli akan hal itu. Hari demi hari ia lewati sampai akhirnya seekor tikus putih ditemukan meninggal didalam kandangnya. Charlie merasa khawatir akan dirinya, ia merasa apakah ia akan merasakan hal yang sama seperti tikus itu? Charlie merasa, sebelum ia merasakan hal yang sama seperti tikus itu, ia harus bisa menyempatkan dirinya untuk berkunjung kerumah ibunya dengan tujuan ia ingin memberi tau ibunya bahwa dirinya bukanlah Charlie yang dulu lagi dan ia sudah mengalami banyak kemajuan. Hari demi hari ia lewati, Charlie mulai merasakan kemunduran kecerdasan pada dirinya. Ia merasa malas untuk menulis, membaca, melakukan aktivitas, bertemu dengan orang lain bahkan ia sudah tidak bisa lagi menulis dengan lancar, namun ia masih sadar akan dirinya. Walaupun begitu Charlie tetap menuliskan laporan kemajuannya. Ia merasa ketika dirinya benar-benar mengalami kemunduran, ia akan pergi ke sebuah panti yang bernama Warren. Hingga suatu hari hal tersebut benar-benar terjadi, Charlie lupa akan rutinitas sehari-harinya, ia kembali seperti Charlie dulu yang dungu dan hal tersebut juga sangat terlihat bahwa Charlie menulis laporan kemajuannya dengan sangat tidak baik, ia kembali seperti dulu lagi menulis denga kata-kata yang terbalik-balik. Sebelum Charlie pergi ke panti untuk tinggal disana, ia menuliskan surat yang berisikan pesan terakhirnya untuk prof Nemur dan ia mengucapkan selamat tinggal untuk semua orang yang pernah ada didekatnya. Keunggulan novel ini adalah pengulasan dengan gaya laporan yang ditulis oleh pelaku utamanya, Charlie Gordon. Pada halaman-halaman awal akan terdapat banyak kesalahan penulisan kata-kata, tanda baca, dan tata bahasa lainnya. Hal tersebut bukan dikarenakan kesalahan pengetikan atau percetakan, bukan pula karena belum melalui proses penyuntingan. Namun inilah yang menjadikan novel ini berbeda. “LPORAN 2-4 MART …………………………………………………………………………. Hari ini aku ikut tes. Spertinya aku gagal dan mungkin mreka ta akan memakaiku skarang. Kjadiannya aku ke kantor Prof. Nmeurs saat makan siang sperti yang mreka suruh dan skertarisnya membawaku ke tmpat dengan pintu bertulisan bag pnyakit jiwa dan lorong panjang …“ Penulis begitu detail dalam menggambarkan tokoh utama yang memiliki IQ rendah sampai-sampai tidak dapat menulis dengan tepat. Selanjutnya, laporan-laporan ini menujukkan perkembangan dengan perbaikan-perbaikan tata bahasa, gaya tulis, dan pola pikir. Pembaca seolah-olah benar-benar dibawa menyelami dinamika kehidupan Charlie. Mulai dari saat cara pikir Charlie yang masik kekanak-kanakan dan menghadapi segala hal dengan senyuman, sampai pada perubahan kecerdasan dan pribadi Charlie yang menjadi pandai serta kritis terhadap sesuatu. Alur yang digunakan adalah alur maju-mundur-maju, dimana kisah dimulai dari Charlie yang masih ber-IQ 68 sampai dengan kemajuan yang dialaminya ketika menjadi jenius. Di tengah kisah juga diceritakan kilas balik masa kecil Charlie berupa kenangan-kenangan bersama orang tuanya. Kekurangan dalam novel ini adalah terdapat beberapa kisah yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran, seperti kisah minum-minuman keras dan lain-lain. Selain itu juga terdapat bahasa yang terlalu akademis sehingga terkadang sulit dimengerti oleh orang awam, seperti tes apersepsi tematik pada halaman 14. Novel ini memberikan motivasi bagi orang-orang yang memiliki nasib serupa dengan Charlie dimana setiap orang dapat menjadi pandai berkat usaha dan kerja keras serta keyakinan yang kuat. Selain itu, hidup dengan menjadi diri sendiri berkekurangan lebih baik daripada hidup dengan berbagai kelebihan akan tetapi hal itu dapat mengubah diri menjadi orang lain. Lagi pula, masih ada orang-orang yang bersedia menemani dan menyayangi dengan tulus dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Kisah dalam novel ini juga mengajarkan bahwa sesuatu yang didapat secara instan tidak akan berakhir dengan sempurna dan kekal. Selain itu, novel ini juga mengajarkan bahwa mengejek orang lain adalah suatu perbuatan yang tidak baik karena hal ini dapat menyakiti perasaannya dan menganggu hubungan sesama teman. Walaupun berjenis fiksi ilmiah, tetapi kisah yang disajikan terasa sangat ada dan meyakinkan sekali. Kisahnya sangat menyentuh hati, menegangkan, mengharukan, serta menguras emosi pembacanya dan jelas ditujukan hanya untuk pembaca yang menggemari novel serius. Sangat menarik dan juga sangat disarankan bagi mereka yang membutuhkan motivasi dalam kehidupannya untuk membacanya