Anda di halaman 1dari 32

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MAESAN
Jl. Raya Jember – Bondowoso No. 43  (0332) 426381
Email: pkm.maesan@gmail.com
KECAMATAN MAESAN
BONDOWOSO
Kode Pos: 68262

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAESAN

NOMOR :  440/………/430.10.2.12/2016

TENTANG

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSKESMAS MAESAN

Menimbang   : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan


Puskesmas Maesan agar lebih profesional sesuai
dengan visi dan misi yang diemban serta keterbukaan
informasi pelayanan kepada masyarakat, maka perlu
dilaksanakan komunikasi antara puskesmas dengan
masyarakat agar perbaikan pelayanan kepada
masyarakat dapat terwujud;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a diatas, dipandang perlu untuk
menetapkan strategi komunikasi dengan masyarakat
sebagai upaya dalam menyusun perencanaan kegiatan
di Puskesmas Maesan.

Mengingat  : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang No 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun
2009 tentang pelayanan publik;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan...
2

5. Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor


13 tahun 2009 tentang Pedoman Peningkatan
Kwalitas Pelayanan Publik dengan partisipasi
masyarakat;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas;
8. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No 11 tahun
2005 tentang Pelayanan Publik di Jawa Timur;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas;
10. Keputusan menteri Kesehatan RI No.
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Kabupaten/Kota;
11. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah;
12. Peraturan daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 5
Tahun 2010 tentang pelayanan publik di Kabupaten
Bondowoso.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAESAN TENTANG
MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT;
KEDUA   : Bentuk komunikasi dengan masyarakat sebagaimana
DIKTUM PERTAMA adalah dalam upaya menyusun
perencanaan kegiatan Puskesmas, antara lain:
1. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD);
2. Survey Mawas Diri (SMD);
3. Minilokakarya Lintas Sektor;
4. Promosi Kesehatan;
5. Pembinaan...
3

5. Pembinaan Kader Kesehatan;


6. Survey – survey pelayanan kesehatan;
7. Kunjungan Rumah (Home Care);
8. Pelayanan Pengaduan masyarakat;
9. Media Komunikasi Cetak dan Elektronik.

KETIGA : Bentuk komunikasi dengan masyarakat sebagaimana


pada DIKTUM KEDUA dilaksanakan sesuai Standar
Operasional Prosedur yang telah ditetapkan sebagaimana
dalam lampiran keputusan ini;
KEEMPAT : Komunikasi sebagaimana disebutkan pada DIKTUM
PERTAMA wajib dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas,
Koordinator Manajemen Mutu, Penanggung Jawab Upaya,
Pelaksana Upaya, dan seluruh karyawan Puskesmas
Maesan;
KELIMA : Sasaran komunikasi sebagaimana pada DIKTUM KEDUA
antara lain: masyarakat, sasaran program, pengguna
layanan, lintas sektor dan lintas program;
KEENAM : Di dalam Komunikasi yang dilakukan sebagaimana yang
dimaksud pada DIKTUM KEDUA, wajib disampaikan oleh
petugas puskesmas kepada masyarakat antara lain: visi
dan misi puskesmas, tata nilai puskesmas, tujuan
puskesmas, sasaran, tupoksi, kegiatan puskesmas dan
jadwal kegiatan, tata nilai program, jenis-jenis pelayanan
dan mekanisme pengaduan;
KETUJUH : Komunikasi yang dilakukan dengan masyarakat
sebagaimana yang dimaksud pada DIKTUM KEDUA,
dilakukan dalam rangka penyusunan rencana kegiatan
puskesmas dan pembangunan kecamatan berwawasan
kesehatan, koordinasi pelaksanaan kegiatan puskesmas,
monitoring dan evaluasi kegiatan puskesmas, evaluasi
peran pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan
puskesmas dan upaya pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kecamatan berwawasan kesehatan;

KEDELAPAN...
KEDELAPAN : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan, dengan
ketentuan apabila ternyata dikemudian hari terdapat
4

kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki kembali


sebagaimana mestinya.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 1: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK MUSYAWARAH MASYARAKAT
DESA (MMD)

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK


MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

1. Pengertian MMD:
Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga
desa untuk membahas hasil survey Mawas Diri dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari survey mawas
diri (Depkes RI, 2007).

2. Tujuan MMD:
a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
b. Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan.
c. Masyarakat menyusun rencana rencana kerja untuk menanggulangi
masalah kesehatan.

3. Prosedur Musyawarah Masyarakat Desa:


a. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin
oleh kepala Desa.
b. Pengenalan maslah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah
pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain
dengan dipimpin oleh ibu desa.
c. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
d. Perumusan dan penentuan prioritas maslah kesehatan atas dasar
pengenalan masalah dan hasil SMD,dilanjutkan dengan rekomendasi
teknis dari petugas kesehatandi desa atau perawat komunitas.
e. Penyusunan rencanapenanggulangan masalah kesehatan dengan
dipimpin oleh kepala desa.
f. Penutup.
2

4. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adalah


sebagai berikut:
a. Musyawarah Masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka
masyarakat desa, petugas puskesmas, dan sektor terkaitdi
kecamatan, (seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN,
pertanian, agama, dan lain-lain).
b. Musyawarah Masyarakat desa dilaksanakan dibalai desa atau tempat
pertemuan lainnya yang ada didesa.
c. Musyawarah Masyarakat desa dilaksanakan segera setelah SMD
dilakukan.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 2: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK SURVEI MAWAS DIRI (SMD)

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK SURVEI


MAWAS DIRI (SMD)

1. Pengertian Survei Mawas Diri:  


Survei Mawas Diri  adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan
pengkajian masyarakat kesehatan  yang dilakukan oleh kader dan tokok
masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan
petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa). (Depkes RI, 2007)
Survei Mawas Diri adalah  pengenalan, pengumpulan, pengkajian masalah
kesehatan pekerja untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja
mengenai kesehatan kerja.

2. Tujuan Survei Mawas Diri (SMD):


a. Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan
dan perilaku.
b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku
yang paling menonjol di masyarakat.
c. Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung
upaya mengatasi masalah kesehatan.
d. Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka
masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat di Desa Siaga.

3. Pentingnya pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD):


a. Agar masyarakat menjadi sadar akan adanya masalah, karena mereka
sendiri yang melakukan pengumpulan fakta & data.
b. Untuk mengetahui besarnya masalah yang ada dilingkungannya sendiri,
c. Untuk menggali sumber daya yang ada / dimiliki desa.
d. Hasil SMD dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun pemecahan
masalah yang dihadapi.

4. Sasaran Survei Mawas Diri (SMD):


Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau
menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapat
menggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku pada
umumnya di desa/kelurahan.
2

5. Pelaksana Survei Mawas Diri (SMD):


a. Kader yang telah dilatih tentang apa SMD, cara pengumpulan data
(menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara pengamatan, cara
pengolahan/analisa data sederhana & cara penyajian.
b. Tokoh masyarakat di desa.

6. Cara Pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD):


a. Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yang
ditugaskan untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi:
1) Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan
dalam pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan.
2) Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya.
3) Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan
cara wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan.
b. Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk
melaksanakan SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di
desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
c. Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk
mengolah data SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di
desa, sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan untuk
selanjutnya merumuskan prioritas masalah kesehatan, lingkungan dan
perilaku di desa/kelurahan yang bersangkutan.

7. Cara melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD)


Pengamatan langsung dengan cara:
a. Observasi partisipatif: Melakukan koordinasi dengan pengurus RW siaga
tentang rencana survei mawas diri terkait dengan tujuan, metode dan
strategi pelaksanaannya.
b. Berjalan bersama masyarakat mengkaji lapangan ( Transection walk) :
c. Wawancara dengan kunjungan rumah, Bersama kader dasar wisma
melakukan pendataan dari rumah ke rumah dengan metode tanya
jawab, pengisian formulir, observasi dan pemeriksaan fisik rumah dan
anggotanya.
d. Wawancara mendalam (DKT/FGD) secara kelompok.

8. Langkah – langkah Survei Mawas Diri (SMD)


a. Persiapan
1) Menyusun daftar pertanyaan :
a) Berdasarkan prioritas masalah yang ditemui di Puskesmas & Desa
(data sekunder)
b) Dipergunakan untuk memandu pengumpulan data
c) Pertanyaan harus jelas, singkat, padat & tidak bersifat
mempengaruhi responden
3

d) Kombinasi pertanyaan terbuka, tertutup dan menjaring


e) Menampung juga harapan masyarakat
2) Menyusun lembar observasi (pengamatan)
a) Untuk mengobservasi rumah, halaman rumah, lingkungan
sekitarnya.
3) Menentukan Kriteria responden, termasuk cakupan wilayah &
jumlah KK
b. Pelaksanaan:
1) Pelaksanaan interview/wawancara terhadap Responden
2) Pengamatan terhadap rumah-tangga & lingkungan
c. Tindak lanjut
1) Meninjau kembali pelaksanaan SMD,
2) Merangkum, mengolah & menganalisis data yang telah dikumpulkan
3) Menyusun laporan SMD, sebagai bahan untuk MMD
d. Pengolahan data
Setelah data diolah, sebaiknya disepakati:
1) Masalah yang dirasakan oleh masyarakat.
2) Prioritas masalah
3) Kesediaan masyarakat untuk ikut berperan serta aktif dalam
pemecahan masalah.

9. Cara penyajian data Survei Mawas Diri (SMD)


Ada 3 cara penyajian data yaitu :
a. Secara Tekstular (mempergunakan kalimat)
Adalah Penyajian data hasil penelitian menggunakan kalimat.
b. Secara Tabular (menggunakan tabel)
Merupakan Penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang disusun
menurut kategori-kategori tertentu, dalam suatu daftar. Dalam tabel,
disusun dengan cara alfabetis, geografis, menurut besarnya angka,
historis, atau menurut kelas-kelas yang lazim.
c. Secara Grafikal ( menggunakan grafik)
Adalah gambar – gambar yang menunjukkan secara visual data berupa
angka atau simbol – simbol yang biasanya dibuat berdasarkan dari data
tabel yang telah dibuat.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 3: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK LOKAKARYA MINI
TRIBULANAN LINTAS SEKTOR

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK


LOKAKARYA MINI TRIBULANAN LINTAS SEKTOR

1. Pengertian
Loka karya mini merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam
perencanaan kegiatan puskesmas yang melibatkan peran serta
masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan serta merencanakan
tindakan pemecahan masalah sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Tujuan
a. Dipahaminya masalah–masalah kesehatanyang terjadi di wilayahnya.
b. Dapat menetapkan masalah yang jadi prioritas.
c. Terciptanya peran serta masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan upaya kesehatan dalam penyelesaian masalah
kesehatan yang ada.
d. Terjalin hubungan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam
upaya-upaya yang mendukung kesehatan.

3. Indikasi
a. Ditemukannya masalah kesehata pada masyarakat wilayah binaaan.
b. Adanya kesedian masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan.

4. Kontra Indikasi
a. Dalam keadaan timbulnya bencana alam.
b. Situasi konflik/gangguan stabilitas keamanan.

5. Prosedur
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan Masyarakat sebagai klien
a) Tokoh Masyarakat (Guru, Kepala adat, Orang yang dituakan,
dll).
2

b) Tokoh Agama (Kiai, Ustadz, Ketua/pengurus DKM, Pimpinan


pondok pesantren)
c) Tokoh Pemuda (Karang taruna, remaja mesjid, dll)
d) PKK
e) Kader Kesehatan.
f) Petugas kesehatan (Puskesmas, Puskeskel, Bidan desa, dll)
g) Pengelola layanan kesehatan swasta.
h) Pengurus dan anggota organisasi kemasyarakatan dan politik
(LSM, Parpol).
i) Ketua dan anggota BPD/Dewan Kelurahan.
j) Aparat pemerintahan desa/kelurahan.
k) Pengurus RW dan RT.
l) Unsur departemen terkait.
2) Persiapan sarana, media dan tenaga
a) Tempat pertemuan.
b) Pengeras suara.
c) Data yang akan disajikan (dalam bentuk diagram, table, dll)
d) Kertas flif chard dan spidol.
e) Papan tulis/papan plif chard.
f) Buku Catatan.
g) Petugas (Penyaji, Moderator Notulis, dll).
b. Tahap pelaksanaan
1) Pembukaan
a) Moderator mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam.
b) Moderator menjelaskan maksud loka karya mini.
c) Moderator menyampaikan tahapan-tahapan/susunan acara
yang akan dilakukan selama loka karya mini berlangsung.
d) Moderator membuka loka karya mini dengan Bassmallah.
e) Moderator memberikan kesempatan kepada presenter/penyaji
untuk pemaparan data dan permasalahan hasil temuan.
2) Penyajian Data
a) Penyaji penyampaikan temuan data-data yang terkait dengan
masalah kesehatan/keperawatan (Penyajian disampaikan
secara singkat, padat, lugas dan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, dengan bantuan media yang berfariasi serta
melaksanakan klarifikasi).
b) Penyaji memberikan kesempatan kepada peserta lokmin untuk
mengklarifikasi data, masalah dan mengadaklan Tanya jawab.
3

c) Bersama-sama masyarakat/peserta lokmin mengidentifikasi


masalah kesehatan.
d) Penyaji menyampaikan/menjelaskan kembali masalah-masalah
yang telah teridentifikasi untuk dapat disepakati oleh peserta
lokmin.
e) Melakukan prioritas masalah bersama-sama masyarakat
dengan menggunakan beberapa kriteria penapisan. (12 kriteria)
f) Memberikan penilaian/skor pada masing-masing kriteria
penapisan berdasarkan kondisi yang dirasakan masyarakat.
g) Penilaian pada masing-masing kriteria dilakukan terhadap
seluruh masalah kesehatan yang teridentifikasi.
h) Menetapkan masalah berdasarkan urutan prioritasnya.
3) Menyusun Rencana Intervensi.
a) Merumuskan tujuan (jangka panjang dan jangka pendek)
b) Menetapkan Indikator/Kriteria dan standar.
c) Menetapkan rencana tindakan/kegiatan/ intervensi yang akan
dilakukan.
d) Menentukan waktu, tempat, orang (SDM) yang dilibatkan.
e) Mengidentifikasi sarana dan pra sarana serta sumber dana
yang diperlukan.
f) Menyimpulkan hasil kesepakatan dari lokmin.
g) Penandatangan kontrak program kerja hasil lokakarya mini.
h) Moderator menutup lokakarya mini dengan hamdallah (atau
diawali dengan pembacaan do’a).

6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan:


1. Pastikan persiapannya telah matang.
2. Mengupayakan selama lokmin berlangsung suasana hangat/hidup.
3. Penyajian tidak monoton.
4. Memberikan perhatian pada audience/masyarakat yang hadir.
5. Ciptakan komunikasi dua arah atau lebih.
Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 4: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK PROMOSI KESEHATAN

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


DALAM BENTUK PROMOSI KESEHATAN

1. Pengertian
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

2. Tujuan
a. Memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
b. Menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan.

3. Sasaran Promosi Kesehatan


Secara prinsipil, sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat.
Masyarakat dapat dilihat dalam konteks komunitas, keluarga maupun
individu. Sasaran promosi kesehatan juga dapat dikelompokkan
menurut ruang lingkupnya, yakni tatanan rumah tangga, tatanan
sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum, dan
institusi pelayanan kesehatan.

4. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan


a. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control
over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau
Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/
Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan
Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2

b. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di


bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan
atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan
perilaku dan kualitas kesehatan
c. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan),
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian
upaya kesehatan yang komprehensif.
d. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan
edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan
masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina
suasana (social support).
e. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan
dalam 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di
sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-
tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana
kesehatan (where we get health services).
f. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang
dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan
saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini
dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas
program dan lintas sektor.
g. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses
atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak
kegiatan. Jadi sebenarnya sangat sulit untuk mengukur hasil
kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan
masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan
frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat
masyarakat, dll.

5. Metode dan Media Promosi Kesehatan


a. Metode Promosi Individual
1) Bimbingan dan penyuluhan
2) Interview (wawancara).
b. Metode Promosi Kelompok:
1) Kelompok Besar
a) Ceramah
3

b) Seminar.

2) kelompok Kecil
a) Diskusi
b) Brain Storming
c) Snow Ball
d) Buzz Group
e) Role Play
f) Permainan Simulasi.
c. Metode Promosi Massal
1) Public Speaking
2) Media Massa.

6. Sistem Evaluasi
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah memberi edukasi serta
diskripsi tentang perilaku hidup sehat, jadi promosi kesehatan dikatan
berhasil apabila sasaran (masyarakat) dapat merubah perilaku yang
tidak sehat ke perilaku hidup sehat walaupun tidah seutuhnya,sebab
merubah perilaku tidak dapat dilakukan secara instan dan mutlak.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 5: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK PEMBINAAN KADER

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


DALAM BENTUK PEMBINAAN KADER

1. Pengertian Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan.
2. Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a. Perilaku hidup bersih dan sehat
b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. Upaya penyehatan dilingkungan
d. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. Pemasyarakatan keluarga sadar gizi.
3. Tugas Kader
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan
tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hamper
sama tugasnya di beberapa Negara yaitu:
a. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang
ringan
b. Melaksanakan pengobatan yang sederhana
c. Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan
sesudah melahirkan
d. Menolong persalinan
e. Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
f. Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
g. Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
h. Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
i. Melakukan penyuntikan imunisasi
j. Pemberian motivasi KB
k. Membagikan alat-alat KB
2

l. Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan


perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
m. Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan
perujukan.
n. Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular
dan perlunya memastikan diagnosis.
o. Penanganan penyakit menular.
p. Membantu kegiatan di klinik.
q. Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
r. Membina kegiatan UKS secara teratur
s. Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan.
4. Pembentukan kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus
diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para
calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya
telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan
desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan
acara tersebut.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5
orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
a. Calon kader yang kan dilatih
b. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
c. Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
d. Adanya perlengkapan yang memadai
e. Pendanaan yang cukup
f. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
5. Tim pelatihan kader
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis
bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh
kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf
puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah
tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan
sektor lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode
yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi,
3

pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang


disampaikan adalah:
a. Pengantar tentang posyandu
b. Persiapan posyandu
c. Kesehatan ibu dan anak
d. Keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Gizi
g. Penanggulangan diare
h. Pencatatan dan pelaporan.
6. Strategi menjaga Eksistensi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar
mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
a. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai
dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang
mengikuti kegiatan posyandu.
b. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan
pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu.
c. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan.
Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi
serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
d. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis
kepuskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk
materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
e. Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan
pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas
mereka, masalah yang dihadapinya.
f. Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8
minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam
upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan
pembinaan kader.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader
adalah:
1) Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan
(promosi bidan siaga)
2) Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta
rujukannya.
3) Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4

4) Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu


5) Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami
siaga,satgas gerakan sayang ibu.

Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang


peran kader adalah dalam daur kehidupan wanita dari mulai
kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi. Adapun hal-hal
yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai
berikut:
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini
ditolong oleh bidan atau dokter
b. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
c. Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan
perkiraan tanggal persalinan
d. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan
terang, tempat tidur dengan alas kain yang bersih, air bersih dan
sabun untuk cuci tangan, handuk kain, pakaian kain yang bersih
dan kering dan pakaian ganti ibu.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran
kader dalam deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun
hal-hal berikut ini:
a. Perdarahan (hamil muda dan hamil tua).
b. Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai
kejang.
c. Demam tinggi.
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak
bergerak.
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 6: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK
SURVEY-SURVEY PELAYANAN
KESEHATAN

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK


SURVEY-SURVEY PELAYANAN KESEHATAN

1. Pengertian Survei Pelayanan Kesehatan


Survei Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan pengukuran umpan balik
untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan atau pengguna layanan
Puskesmas Maesan atas pelayanan kesehatan yang diterimanya, serta
hal yang sama dari pelayanan kesehatan yang lain.

2. Tujuan Survei Pelayanan Kesehatan


a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Indek Kepuasan Masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan yang telah diberikan oleh Puskesmas ujicoba
Puskesmas Maesan di Kabupaten Maesan.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) yang
dicapai Puskesmas Maesan di Kabupaten Bondowoso.
2) Mengidentifikasi masalah yang menyebabkan pelanggan kurang
puas terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Maesan
Kabupaten Bondowoso melalui Focus Group Discussion (FGD)
3) Menindak-lanjuti masalah ketidak-puasan pelanggan terhadap
pelayanan kesehatan di Puskesmas Maesan Kabupaten
Bondowoso berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD).

3. Metode Cara Pengukuran


a. Metode Pengukuran
Survei masyarakat dengan responden adalah pengguna/ pengunjung
Puskesmas di Puskesmas Maesan.
b. Alat Ukur
Kuesioner pilihan dengan skala LIKERT.
1) Angka 1 mewakili : tidak puas
2) Angka 2 mewakili : kurang puas
2

3) Angka 3 mewakili : sengaja dihilangkan untuk menghindari


central tendency
4) Angka 4 mewakili : puas
5) Angka 5 mewakili : sangat puas.

Pemilihan kata diatas disesuaikan dengan item pertanyaan agar


responden mudah memahami pertanyaan dalam kuesioner.
Pengolahan data diberikan skor seperti tersebut di atas.
c. Responden
Dipilih berdasarkan Random Sampling, dimana jumlah responden
dihitung berdasarkan rumus Daniel (1976) sebagai berikut :
N = N . Z2 . pq
D2 . (N-1) + Z . p.q
Keterangan :
n = Jumlah sampel
p = Estimator proporsi populasi
q=1–p
Z2 = Harga kurva normal yang tergantung dari harga alpha (α)
N = Jumlah unit populasi (finit)
d. Waktu Pengukuran
Survei Dilakukan selama 2 (dua) minggu setiap 3 (tiga) bulan sekali.
e. Cara/Metode Pengolahan Data
a. Kuesioner yang telah diisi dilakukan pembersihan data dan diberi
koding
b. Data entry ke software SPSS 11.5 berdasarkan koding yang telah
dibuat.
c. Analisis dilakukan sesuai kebutuan. Untuk penghitungan Indeks
Kepuasan Masyarakat digunakan rumus sebagai berikut :
c.1. untuk abstain (tidak mengisi) diberi skor 0
c.2. untuk ”tidak ... = 1, ”kurang ... = 2, ”puas” = 4 dan sangat ... =
5.
c.3. Semua pilihan jawaban responden (frekuensi), masing-masing
dikalikan dengan skor sehingga diperoleh nilai. Contoh item
pertanyaan nomor 1 tentang kemudahan prosedur pelayanan.
Dari 50 responden : 12 memilih ”tidak mudah”, 12 memilih
”kurang mudah”, 24 memilih ”tidak mudah”, 12 memilih ”kurang
mudah”, 24 memilih ”mudah” dan 2 memilih ”sangat mudah”.
Dengan demikian nilai yang diperoleh dari item pertanyaan nomor
1 adalah: ( 12 x 1 ) + ( 12 x 2 ) + ( 24 x 4 ) ( 2 x 5 ) = 142.
d. Selanjutnya dihitung Indeks Kepuasan Masyarakat dengan
formula sebagai berikut :
IKM = (F0 x S0) + (F1 x S1) + (F2 x S2) + (F4 x S4) + (F5 x S5) X
100% ( Σ F x 5 )
Keterangan :
F0 = Jumlah (Frekuensi) responden yang tidak menjawab (0)
F1 = Jumlah responden yang menjawab ”tidak......” (skor 1)
F2 = Jumlah responden yang menjawab ”kurang......” (skor 2)
F4 = Jumlah responden yang menjawab ”puas” (skor 4)
F5 = Jumlah responden yang menjawab ”sangat ......” (skor 5)
3

S0-5 = Skor 1,2,4 dan 5


Σ F = jumlah total responden (total frekuensi)
Dari contoh item pertanyaan nomor 1 di atas, maka IKM untuk
kemudahan prosedur yang dicapai adalah: 142

IKM – Kemudahan Prosedur = __________ x 100 % = 56.80 %


50 x 5
e. Ditetapkan GOLD STANDART (BENCHMARK) untuk IKM sebesar
80 %, dengan pertimbangan angka tersebut adalah nilai IKM
BAIK, karena Puskesmas Maesan adalah Puskesmas yang
diharapkan dapat melayanani pelanggan melebihi harapan
pelanggan maka nilai tersebut harus dapat dicapai oleh
Puskesmas Maesan.
f. Lokasi Survey
Lokasi survey antara lain di Puskesmas Maesan,Puskesmas
pembantu dan ponkesdes.
g. Variabel Survey
Variabel indek kepuasan masyarakat ditentukan berdasarkan SK
Menpan tentang Pelayanan Prima yang terdiri dari 15 item yaitu:
1) Kemudahan Prosedur Pelayanan;
2) Kesesuaian persyaratan dengan jenis pelayanan;
3) Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani;
4) Kedisiplinan petugas;
5) Tanggung jawab petugas;
6) Kemampuan petugas;
7) Kecepatan pelayanan;
8) Keadilan untuk mendapat pelayanan;
9) Kesopanan dan keramahan petugas;
10) Kewajaran biaya;
11) Kesesuaian biaya dengan Perda;
12) Ketepatan waktu pelayanan;
13) Kenyamanan lingkungan;
14) Keamanan lingkungan; dan
15) Kebersihan lingkungan.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 7: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK
KUNJUNGAN RUMAH (HOME CARE)

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK


KUNJUNGAN RUMAH (HOME CARE)

1. Pengertian Survei Pelayanan Kesehatan


Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
(Depkes, 2002).  Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001)
dalam Avicenna (2008) menyatakan home health care adalah sistem
dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di
rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus
tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Tidak berbeda
dengan kedua definisi di atas, Warola (1980)  mendefinisikan home
care  sebagai  pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan
disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi
pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian kerja (kontrak).
Menurut American of Nurses Association  (ANA) tahun 1992 pelayanan
kesehatan di rumah (home care)  adalah perpaduan perawatan
kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari
perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat
gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat
medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan
perawatan kesehatan di rumah adalah:
1. Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
bertujuan memandirikan klien dan keluarganya.
2

2. Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan


melibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut
berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan.

2. Landasan Hukum Home Care


1. Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan
pemerintah dan swasta, tidak perlu izin khusus, hanya melapor dan
melakukan pelaporan kasus yang ditangani Fungsi hukum dalam
praktik perawat antara lain adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum .
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
e. Landasan Hukum Home Care diantaranyaadalah sebagai berikut:
1) UU Kes.No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2) PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
3) UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
4) UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
5) Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik
perawat.
6) Kepmenkes No.128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas.
7) Kepmenkes No.279 tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan Perkesmas.
8) SK Menpan No.94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsonal perawat.
9) PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
10) Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
11) Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan
Penyelengaraan Praktik Perawat.
3. Mekanisme Pelayanan Home Care
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat
merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit,
3

maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi


agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per
orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak
untuk di rawat di rumah atau tidak.
2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat
di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan
dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan
menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat
keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan
diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis
peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak
atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah.
Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus
diketahui oleh koordinator kasus.
4. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 8: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK PENGADUAN

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


DALAM BENTUK PENGADUAN

1. Pengertian :
Identifikasi keluhan, pencarian alternatif solusi, pemilihan solusi,
penerapan solusi dan penyelesaian keluhan pelanggan yang
disampaikan baik secara lisan maupun tertulis.
2. Tujuan:
Untuk mengatur penanganan keluhan Pelanggan agar dapat tercapai
penyelesaian masalah secara tepat dan cepat dalam upaya mencapai
tindakan perbaikan dan pencegahan yang efektif dan efisien.
3. Kriteria Pencapaian:
Keluhan Penerima layanan dapat tertangani dengan baik dan hasil
survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) minimal 80%.
4. Uraian Umum :
a. Keluhan:
Keluhan adalah saran dan masukan berupa kritikan dan atau
keberatan yang disampaikan secara lisan ataupun tertulis dari pihak
eksternal maupun internal Puskesmas mengenai kinerja yang
dihasilkan oleh Puskesmas.
b. Kinerja:
Kinerja adalah suatu hasil pencapaian (performance) dari suatu
pekerjaan yang dapat diukur dan dibandingkan.
1) Keluhan pelanggan meliputi berbagai aspek dari pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan, keterlambatan
pelayanan dan penanganan pelanggan, layanan yang tidak sesuai
dengan harapan dan keinginan pelanggan.
2) Keluhan pelanggan didapatkan secara langsung dari meja
informasi, dari unit pelayanan yang diterima petugas kesehatan,
atau dari keluhan langsung kepada pegawai puskesmas dan kotak
saran.
3) Keluhan disampaikan melalui lisan atau tulisan, telepon, email,
dan dicatat padakeluhan pelanggan.
2

5. Prosedur:
a. Tim Penanganan Pengaduan menerima setiap keluhan pelanggan
baik lisan atau tulisan, telepon, email dan mencatatnya pada buku
keluhan pelanggan
b. Tim Penanganan Pengaduan Mengkelompokkan keluhan pelanggan
berdasarkan keluhan kepada petugas pelayanan dan sarana
penunjang pelayanan.
c. Tim Penanganan Pengaduan Meninjau dan Mengkonfirmasi
Kebenaran Keluhan dengan Pelangan
d. Tim Penanganan Pengaduan Melakukan analisa terhadap keluhan.
e. Tim Penanganan Pengaduan Menetapkan rencana tindakan
perbaikan untuk menangani keluhan.
f. Tim Penanganan Pengaduan Menginformasikan rencana perbaikan
kepada pelanggan
g. Tim Penanganan Pengaduan Melakukan Perbaikan sesuai dengan
Rencana perbaikan
h. Tim Penanganan Pengaduan Memeriksa efektivitas tindakan
perbaikan yang telah dilakukan.
i. Tim Penanganan Pengaduan Membuat jawaban keluhan pelanggan
yang disahkan Kepala Puskesmas
j. Tim Penanganan Pengaduan Membuat laporan tentang keluhan
pelanggan dan penanganannya dan mendokumentasikannya di buku
register keluhan
k. Kepala Puskesmas Melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso jika keluhan pelanggantidak dapat ditangani oleh Tim
Penanganan Keluhan.

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009
Lampiran 7: Keputusan Kepala Puskesmas Maesan
No: 440/………/430.10.2.12/2016
TENTANG MENJALIN KOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT DALAM
BENTUK
MEDIA KOMUNIKASI CETAK DAN
ELEKTRONIK

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT DALAM BENTUK


MEDIA KOMUNIKASI CETAK DAN ELEKTRONIK

1. Pengertian Komunikasi Dengan Masyarakat Dalam bentuk Media


Komunikasi Cetak Dan Elektronik
Komunikasi adalah proses yang menyangkut hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Tanpa komunikasi manusia jadi terpisah dari
lingkungan. Namun tanpa lingkungan komunikasi menjadi kegiatan
yang tidak relevan. Dengan kata lain manusia berkomunikasi karena
perlu mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Dalam
berkomunikasi,manusia tentunya memerlukan media komunikasi.
Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk
memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan
menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat berperan dalam
kehidupan masyarakat. Proses pengiriman informasi di zaman
keemasan ini sangat canggih. Teknologi telekomunikasi paling dicari
untuk menyampaikan atau mengirimkan informasi ataupun berita
karena teknologi telekomunikasi semakin berkembang, semakin cepat,
tepat, akurat, mudah, murah, efektif dan efisien. Berbagi informasi antar
Benua dan Negara di belahan dunia manapun semakin mudah.
2. Fungsi Media Komunikasi
a. Efektifitas: dengan media komunikasi mempermudah kelancaran
penyampaian informasi.
b. Efisiensi: dengan menggunakan media komunikasi mempercepat
penyampaian informasi.
c. Konkrit: dengan menggunakan media komunikasi membantu
mempercepat isi pesan yang bersifat abstrak.
d. Motivatif: dengan menggunakan media komunikasi lebih semangat
melakukan komunikasi.
2

3. Jenis-jenis media komunikasi Berdasarkan fungsinya :


a. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah media komunikasi yang berguna untuk
menghasilkan informasi contohnya: Komputer pengolah kata (Word
Processor).
b. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah media komunikasi yang kegunaaanya
untuk memproduksi ulang dan menggandakan informasi contohnya:
Audio tapes recorder dan Video tapes.
c. Fungsi Penyampaian Informasi
Fungsi Penyampaian informasi adalah media komunikasi yang
digunakan untuk komunikasi yang dipergunakan untuk
menyebarluaskan dan menyampaikan pesan kepada komunikan yang
menjadi sasaran contohnya: Telephone, Faximile dll.
4. Berdasarkan Bentuknya :
a. Media Cetak
Media cetak adalah segala barang cetak yang dapat dipergunakan
sebagai sarana penyampaian pesan contohnya: surat kabar, brosur,
bulletin dll.
b. Media Visual atau media pandang
Media visual adalah penerimaan pesan yang tersampaikan
menggunakan indra penglihatan contohnya: Televisi, foto dll.
c. Media Audio
Media Audio adalah penerimaan pesan yang tersampaikan dengan
menggunakan indra pendengaran contohnya: Radio, Tape recorder
dll.
d. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat
sekaligus didengar jadi untuk mengakses informasi yang
disampaikan, digunakan indra penglihatan dan pendengaran
sekaligus contohnya: Televisi dan Film.
5. Berdasarkan jangkauan penyebaran informasi
a. Media Komunikasi Eksternal ialah media komunikasi yang
dipergunakan untuk menjalin hubungan dan menyampaikan
informasi dengan pihak-pihak luar.
Media komunikasi eksternal yang sering digunakan antara lain:
1) Media cetak
3

Ialah media komunikasi tercetak atau tertulis dimaksudkan untuk


menjangkau public eksternal seperti pemegang saham, konsumen,
pelanggan, mitra kerja, dan sebagainya.
b. Radio
Radio adalah alat elektronik yang digunakan sebagai media
komunikasi dan informasi yang termasuk media audio yang hanya
dapat memberikan rangsangan audio (pendengaran) saja. Melalui
alat ini orang dapat mendengar siaran tentang berbagai peristiwa,
kejadian penting dan baru, masalah-masalah dalam kehidupan serta
acara hiburan yang menyenangkan.Bentuk radio sangat beragam
tapi secara sederhana bisa dibagi kedalam dua bagian besar.
Pertama radio sebagai alat penerima informasi yang kedua radio
sebagai pemberi informasi.
Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu
penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang
elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz
(panjang gelombang lebih besar dari 1 mm).
Streaming adalah Istilah yang dipergunakan untuk mendengarkan
siaran secara live melalui Internet. Berbeda dengan cara lain, yakni
men-download file dan menjalankannya di komputer kita bila
download-nya sudah selesai, dengan streaming kita dapat
mendengarnya langsung tanpa perlu mendownload file-nya
sekaligus. Ada bermacam-macam audio streaming, misalnya Winamp
(mp3), RealAudio (ram) dan liquid radio.
Dengan kata lain radio streaming adalah radio yang bisa
didengarkan lewat internet.
Secara umum Radio mempunyai kegunaan:
1. Memperjelas pesan yang diterima.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan auditori & kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman
dan menimbulkan persepsi yang sama.
c. TV
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata
televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti
4

masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti


tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi
disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu
mengubah peradaban dunia.
Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun
inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha.
Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke
tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan
dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh
Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari
era komunikasi elektronik.
Untuk menyampaikan pesan kepada public melalui televisi dapat
ditempuh dengan memasang iklan, mengundang wartawan atau
reporter televisi agar memuat berita tentang kegiatan atau dapat pula
mengajukan permohonan untuk mengisi acara.
d. Telepon
Sebagai media komunikasi, telepon sangat penting untuk
menyampaikan dan menerima informasi lisan secara cepat dengan
pihak public eksternal.
e. Handphone (Telephone Seluler)
Handphone merupakan salah satu dari perkembangan teknologi
dengan kecanggihan teknologi saat ini fungsi handphone tidak hanya
sebagai alat komunikasi biasa tetapi juga dapat mengakses internet,
sms, mms dan juga dapat saling mengirim data. Dengan semakin
majunya teknologi handphone, maka semakin membantu
masyarakat dalam melakukan segala aktivitas, karena handphone
dapat dikatakan sebagai identitas seseorang.
Handphone sekarang sudah banyak dilengkapi oleh kecanggihan
teknologi seperti
 MMS: seperti pesan teks biasa, tetapi untuk MMS dapat
melakukan pengiriman pesan beserta gambar.
 3G: Telephone dengan lawan bicara, tetapi bisa dilakukan dengan
cara tatap muka.
 GPRS: untuk internet, membuka email
f. Surat
Merupakan media penyampaian informasi secara tertulis, dapat
berupa surat konvensional maupun surat elektronik. Surat menyurat
merupakan salah satu kegiatan penting diperusahaan. Banyak
5

informasi yang keluar masuk perusahaan melalui media surat,


karena surat merupakan media komunikasi yang efektif apabila yang
terkait tidak dapat berhubungan secara langsung atau lisan
g. Internet
Internet adalah jaringan komputer yang terhubung secara
internasional dan tersebar di seluruh dunia. Jaringan ini meliputi
jutaan pesawat komputer yang terhubung satu dengan yang lainnya
dengan memanfaatkan jaringan telepon (baik kabel maupun
gelombang elektromagnetik).
Internet merupakan media komunikasi berbasis computer teknlogi
informasi. Internet banyak dipilih oleh perusahaan guna menjalin
kemampuan dalam menjangkau khalayak.
Keunggulan media komunikasi internet adalah:- Mudah, cepat dan
murah dengan jangkauan dunia- Tidak ada birokrasi baik secara
teknis maupun non teknis- Tersebar di berbagai pelosok kota
Di dalam suatu jaringan internet menyediakan beberapa aplikasi
yang dapat digunakan oleh para user. seperti : Email, Chatting, dan
web. Ketiga aplikasi ini yang sering digunakan dan di masa depan.
Ketiga aplikasi ini merupakan replika dari hal yang sering digunakan
di era pra- internet. Internet sering disebut sebagai komunikasi
virtual, yang sering dipahami sebagai virtual reality. Akan tetapi
masyarakat sering salah paham mengenai komunikasi virtual dan
dianggap sebagai virtual reality pada ruang lingkup ( alam maya )
dengan menggunakan internet

Ditetapkan    :  di Maesan
Pada tanggal :  13 Januari 2016
KEPALA PUSKESMASMAESAN

Drg. CICIK NORMA ISA


NIP. 19701225 200604 2 009

Anda mungkin juga menyukai