Anda di halaman 1dari 5

Islamic Insights Journal; Volume 01 Number 01, pp.

41-45 41
Cite this as:
Gusfron. Santri dan Nasionalisme. Islamic Insights Journal. 2019: Vol. 1(1): PP 41-45.

Santri dan Nasionalisme


1* Iffan Ahmad Gufron
1
Institut Agama Islam Bunga Bangsa

Abstract This Paper Clarifies the close connection between santri and nationalism. Asking
the nationalism of santri it means forgetting the history of NKRI (Unitarian State of
Indonesia). The history book of indonesia from colonial era or pre-independence era,
independence era to post-independence era told the big contribution of santri in all era.
Pesantren as the genuine institution of islamic education in indonesia which creates santri
was built for educating indonesian resources. So, nationalism for santri as graduate of
pesantren is contributes in various filelds of life in Indonesia.
Key Word: Santri, Nasionalism, Indonesia

1. Pendahuluan penelitian seorang antropolog asal


Pasca runtuhnya gedung world Amerika serikat bernama Clifford Geertz
Trade Center (WTC) di Amerika Serikat di sebuah daerah bernama Pare di
stigma negatif terhadap Islam muncul kabupaten kediri yang kemudian diberi
bahkan menjadi semacam islamofobia di judul The religion of Java. Penelitian yang
Amerika dan negara-negara Eropa. Islam kemudian menjadi karya master piece-nya
dikesan kan sebagai agama teroris atau berlangsung selama kurang lebih 1 tahun
minimalnya mentolelir perbuatan 4 bulan ini telah mengkategorisasi
terorisme. Impact islamofobia tidak hanya masyarakat “jawa” menjadi santri,
marak di negara-negara Barat, namun abangan dan priyayi. Istilah santri dalam
juga ke seantero dunia termasuk ke karya Geertz lebih menitik beratkan pada
Indonesia yang notabene negara Muslim penggolongan masyarakat jawa menurut
terbesar di dunia. Lembaga-lembaga tingkat ketaatan menjalankan ajaran
Islam seperti pesantren dicurigai sebagai ibadah agama Islam (Suparlan, 1981: IX),
tempat kaderisasi radikalisme dan padahal menurut Zamakhsyari Dhofier
terorisme dan para santri dicurigai dalam“Tradisi Pesantren”, santri adalah
sebagai radikal dan teroris. Stigma seperti murid yang mengikuti pelajaran di
itu sangat merugikan pesantren dan para Pesantren (Dhofier, 1982: 51-52) yang
santri, seakan-akan pesantren dan artinya santri merupakan salah satu
kalangan pesantren di dalamnya elemen terpenting pesantren sehingga
termasuk para santri tidak didik besar kecilnya sebuah pesantren salah
nasionalisme atau cinta tanah air, satunya ditentukan dari banyak sedikitnya
padahal, kalau kita napak tilas sejarah santri yang belajar di pesantren tersebut.
Indonesia merdeka, banyak sekali peran Lebih jauh Ahmad Basso menerangkan
besar santri dalam mewujudkan bahwa santri atau menjadi santri (dados
Indonesia merdeka dan berkontribusi santri) melampau pengertian nyantri di
dalam mengisi kemerdekaan. sebuah pesantren yatu orang-orang yang
mencari ilmu di pesantren atau juga yang
Istilah santri sendiri sempat mengamalkan dengan baik ajaran agama
menjadi pembicaraan tahun 1960-an Islam sebagaimana dijelaskan
sejak diterbitkannya sebuah hasil

Received, February 11, 2019 Revised, March 3, 2019 Accepted, March 13, 2019
Islamic Insights Journal; Volume 01 Number 01, May 2019, pp. 41-45

Zamakhsyari Dhofier dan Geertz, namun kitab-kitab dengan mengikuti guru atau
identitas santri melekat seumur hidup kyai.
artinya menjadi santri adalah juga berarti
proses pembelajaran dan pengajaran yang Nasionalisme menjadi Istilah yang
tidak pernah berhenti seumur hidup baru digunakan di akhir abad ke delapan
(Baso, 2012: 87-88). belas atau awal abad kesembilan belas.
Penggunaan istilah ini awalnya di dalam
Diluar stigma negatif akibat stigma Bahasa Inggris pada tahun 1836 bersifat
konspirasi global terhadap pesantren, teologis yaitu sebagi doktrin bahwa
perjalanan sejarah Indonesia tidak bisa bangsa-bangsa tertentu dipilih secara
dilepaskan dari peran dan kontribusi ilahiah. Sejak itu, istilah ini disamakan
pesantren beserta para santri baik dalam dengan egoisme nasional. Istilah
masa pra kemerdekan, masa nasionalisme pada akhir-akhir ini
kemerdekaan maupun pasca digunakan untuk beberapa hal (Smith,
kemerdekaan. Peran signifikan para 2001: 6-7) suatu proses pembentukan
santri untuk Indonesia kemudian atau pertumbuhan bangsa-bangsa; 2)
diapresiasi oleh Presiden Jokowi dengan suatu sentimen atau kesadaran memiliki
mengeluarkan Keputusan Presiden bangsa bersangkutan; 3) suatu bahasa dan
Nomor 22 Tahun 2015 mengenai simbolisme bangsa; 4) suatu gerakan
penetapan tanggal 22 Oktober sebagai sosial dan politik demi bangsa
hari santri Nasional. Tanggal itu merujuk bersangkutan; 5) suatu doktrin atau
pada resolusi Jihad yang diserukan KH. ideologi bangsa baik yang umum maupun
Hasyim Asy’ari kepada para santri untuk yang khusus.
berjuang demi tanah air.
Hasan Al-Banna lebih lanjut
2. Pengertian Santri dan mengatakan berkaitan dengan
Nasionalisme nasionalisme (Suhawi, 2009 396):
Nurcholish Madjid menyebut dua “Jika yang dimaksud dengan nasionalisme
pendapat tentang asal usul kata santri. oleh para penyerunya adalah cinta tanah
Pertama, kata santri berasal dari kata air, keberpihakan padanya dan kerinduan
“shastri” dalam bahasa sanskerta yang yang terus menggebu terhadapnya, maka
artinya melek huruf. C.C.Berg hal itu sebenarnya sudah tertanam dalam
mengartikan shastri dengan orang yang fitrah manusia. Lebih dari itu, Islam telah
menganjurkan yang demikian…..jika yang
tahu buku-buku suci Agama Hindu. mereka maksudkan dengan nasionalisme
Pendapat ini merujuk kepada para santri adalah keharusan berjuang membebaskan
yang berusaha mendalami agama melalui tanah air dari cengkeraman imperialisme,
kitab-kitab bertulisan Arab asli maupun menanamkan makna kehormatan dan
arab pegon. Kedua, kata santri berasal kebebasan dalam jiwa putra-putri bangsa,
maka kami pun sepakat tentang itu…..jika
dari kata “cantrik” dalam bahasa Jawa yang mereka maksudkan dengan
berarti seseorang yang selalu mengikuti nasionalisme adalah memperkuat ikatan
seorang guru kemana guru ini pergi kekeluargaan antara anggota masyarakat
menetap. Pengamat lain, A. H. John atau warga negara serta menunjukkan
berpendapat bahwa santri berasal dari kepada mereka cara-cara memanfaatkan
bahasa Tamil yang berarti guru mengaji ikatan itu untuk mencapai kepentingan
bersama, maka disini pun kami sepakat
(Dhofier, 1982: 18). Dengan demikian, dengan mereka….jika yang mereka
dari pendapat-pendapat tersebut dapat maksudkan dengan nasionalisme adalah
disimpulkan bahwa santri adalah membebaskan negeri-negeri lain dan
seseorang yang mendalami agama melalui menguasai dunia, maka itu pun telah
42
Cite this as:
Gusfron. Santri dan Nasionalisme. Islamic Insights Journal. 2019: Vol. 01(1): PP 41-45.
Islamic Insights Journal; Volume 01 Number 01, May 2019, pp. 41-45

diwajibkan oleh Islam. islam bahkan ilmu dan sebagainya harus dihindari,
mengarahkan para pasukan pembebas maka kemudain muncul slogan-slogan
untuk melakukan pembebasan yang paling
berbekas……jika yang dimaksud dengan
seperti bahasa kafir, budaya kafir dan
kebangsaan oleh para tokohnya adalah sebagainya.
generasi penerus harus mengikuti jejak
para pendahulunya dalam mencapai Beberapa pesantren justru
kejayaan, kebesaran dan kecemerlangan; melakukan strategi yang berbeda semisal
dan bahwa generasi penerus harus Pondok Modern Gontor yang justru
menjadikan para pendahulunya sebagai mengajarkan bahasa penjajah (Inggris),
panutan; dan bahwa kebesaran sang ayah memakai celana dalam pembelajaran dan
merupakan kebanggaan bagi anaknya,
yang selalu mendorongnya untuk kelas-kelas yang menggunakan bangku
mengikuti jejak sang ayah karena dan meja sebagaimana sekolah-sekolah
hubungan darah; maka disini kami pun yang didirikan kaum penjajah. Dalam
sejalan dengan mereka.” suatu naskah Buton, Sulawesi Tenggara
ditemukan naskah-naskah berbahasa
Pendapat Hasan Al-Banna diatas,
Melayu dan Belanda dengan huruf Arab
menjelaskan secara gamblang bahwa ide
pegon (Baso, 2012: 40-41). Para santri
nasionalisme dan Islam itu tidak
mengamalkan dan menguasai bahasa
bertentangan. Pertanyaaanya kemudian
penjajah (Eropa) bukan untuk
Bagaimana mungkin para santri sebagai
dikomunikasikan dan dipakai dalam tulis-
para pembelajar Islam tidak punya rasa
menulis, akan tetapi dipakai sebagai jalan
nasionalisme?
menuju kepada dunia pengetahuan dan
3. Nasionalisme Santri di Masa peradaban orang-orang Eropa, selain
Pra kemerdekaan juga ingin mempelajari ideologi-ideologi
Pesantren adalah lembaga sekuler, lalu dilihat relevansinya dengan
pendidikan yang khas atau genuin dari semangat kebangsaan mereka, setelah itu
Indonesia (Nusantara), jumlahnya mereke mengukuhkan karakter
tersebar di seluruh nusantara dan berbangsa dan juga dekolonisasi sebagai
mayoritas berdiri sebelum Proklamasi bukti nasionalisme dan cinta tanah air.
Kemerdekaan Indonesia. Pendirian 4. Nasionalisme Santri di Masa
pesantren di masa lalu didorong untuk
Kemerdekaan
mencerdaskan anak bangsa supaya punya
Masa kemerdekaan adalah masa-
kekuatan untuk keluar dari kolonialisme.
masa para santri berperan baik dalam
Para santri di masa pra kemerdekaan
jalur diplomasi politik dan diplomasi
dididik untuk anti kolonialisme, konon
maupun militer. Pada jalur Politik, tokoh
salah satu penyebab kebanyakan
tokoh pergerakan tergolong kaum santri
pesantren tidak mengajarkan Bahasa
seperti K.H. Abdul Wahid Hasyim, Ki
Penjajah (Inggris, Portugis, Belanda dan
Bagus Hadikusumo, Mr. Mohamad
Jepang) dan ilmu umum adalah
Roem, Abukusno Tjokrosujoso (Adik
berdasarkan strategi anti kolonialisme
H.O.S. Cokroaminoto), H. Agus Salim
dengan berpegang pada kaidah “man
dan lainsebagainya beberapa juga
tasyabbaha bi qoumin fahuwa minhum”
tergabung dalam anggota BPUPKI.
(barang siapa menyerupai suatu kaum
maka ia termasuk dalam golongannya), Di bidang militer lahir lasykar
sebagai bangsa yang anti kolonialisme, Pembela Tanah Air pada bulan
maka apa saja yang berbau kolonialis, November 1943 lalu diikuti oleh
seperti bahasa, cara berpakaian, budaya, kelahiran lasykar Hizbullah beberapa
43
Cite this as:
Gusfron. Santri dan Nasionalisme. Islamic Insights Journal. 2019: Vol. 01(1): PP 41-45.
Islamic Insights Journal; Volume 01 Number 01, May 2019, pp. 41-45

minggu kemudian (Zuhri, 1987: 221- Para santri adalah anak-anak rakyat,
222). Kedua badan kelasykaran ini amat paham tentang arti kata
meskipun dibentuk awalnya untuk rakyat, paham benar tentang
membantu Jepang, namun kedua badan kebudayaan rakyat, tentang
kelasykaran tersebut menjadi cikal bakal keseniannya, agamanya, jalan
pikirannya, cara hidupnya,
BKR/TKR yang merupakan institusi
semangat dan cita-citanya, suka
militer pertama di republik Indonesia dan dukanya, tentang nasibnya, dan
yang menjadi persamaan kedua badan segala liku-liku hidup rakyatnya,
kelasykaran tersebut adalah keterlibatan santri lahir dari sana, demikian
kaum santri di dalamnya. mereka hidup dan lalu mati pun di
sana pula. Sebab itu, para santri dan
Keterlibatan kaum santri kiai sangat paham tentang arti
berikutnya adalah dalam hidup dalam penjajahan.”
mempertahankan kemerdekaan. Resolusi
Jihad yang dicetuskan oleh K.H. Hasyim K.H. Imam Zarkasyi, salah satu
Asy’ari adalah bentuk keterlibatan nyata Trimurti (pendiri) Pondok Modern
para santri dalam menjaga dan Gontor pernah mengatakan kepada para
mepertahankan tanah airnya dari santri-santrinya, kesuksesan para santri
penjajah yang ingin kembali menguasai adalah ketika ia mampu membangun
Indonesia dengan jargonnya “hubbul kampungnya (menjadi Kiai kampung).
wathoni minal iman”, makanya wajar kalau Penulis kira inilah bentuk nasionalisme
kemudian Presiden Joko Widodo kaum santri yang sebenarnya ketika ia
menetapkan waktu pencetusan Resolusi kembali ke kampung halamannya dan
Jihad menjadi Hari Santri Nasional. membangun kampungnya. Dimanapun ia
berada ia bisa bermanfaat bagi keluaraga,
5. Nasionalisme Santri di Masa masyarakat nusa bangsa dan agama.
Pasca Kemerdekaan
Keterlibatan pesantren bersama 6. Penutup
para santrinya dapat diamati melalui Peran dan kontribusi pesantren
proses pendidikan di Pesantren dalam membangun dan
maupun output lulusan pesantren mempertahankan tanah airnya,
dalam kiprahnya di masyarakat. Setiap negaranya tidak dapat lagi
santri dituntut belajar sepanjang hayat dipertanyakan. Kehadirannya dalam
baik saat di Pesantren maupun setelah setiap peristiwa perjalanan bangssa
keluar dari pesantren. Tuntutan itu Indonesia baik dari masa pra
menjadikan para santri menjadi kemerdekaan, masa kemerdekaan
pembelajar dalam hidupnya dan maupun pada masa pasca
masyarakatnya. Masyarakat adalah kemerdekaan menjadi bukti otentik
ujian sebenarnya dari kualitas seorang dari keterlibatan kaum dalam
santri, santri berasal dari masyarakat membangun bangsa ini. Keberadaan
dan akan kembali ke masyarakat. dan keterlibatan dalam setiap bidang
baik politik, ekonomi, pendidikan,
Kiai Saifuddin Zuhri menulis militer dan sebagainya menjadikannya
dalam bukunya Guruku orang-orang nasionalis sejati yang cinta pada tanah
dari pesantren, sebagai berikut (Zuhri, airnya.
1982:78:

44
Cite this as:
Gusfron. Santri dan Nasionalisme. Islamic Insights Journal. 2019: Vol. 01(1): PP 41-45.
Islamic Insights Journal; Volume 01 Number 01, May 2019, pp. 41-45

Referensi Wiryosukarto, Amir Hamzah dkk..


Baso, Ahmad. Islam Pascakolonial: Biografi K.H. Imam Zarkasyi: Dari
Perselingkuhan Agama, Gontor Merintis Pondok Modern.
Kolonialisme dan Liberalisme. Ponorogo: Gontor Press, 1996.
Bandung: Mizan, 2005.
Zuhri, Saifuddin. Berangkat dari
___________. Pesantren Studies 2a. pesantren. Jakarta: Gunung
Jakarta: Pustaka Afid, 2012. Agung, 1982.

___________. Pesantren Studies 2b.


Jakarta: Pustaka Afid, 2012.

___________. Pesantren Studies 4a.


Jakarta: Pustaka Afid, 2013.

Dhofier, Zamakhsari Dhofier, Tradisi


Pesantren: Studi tentang pandangan
Kyai. Jakarta: LP3ES, 1994.

Kohn, Hans. Nasionalisme, Arti dan


Sejarahnya. Jakarta: Erlangga,
1984.

Ihsan, Nur Hadi. Pola Penyelenggaraan


Pondok Pesantren Modern: Profil
Pondok Modern Darussalam
Gontor. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Keagamaan dan
Pondok Pesantren, DEPAG
RI, 2001.

Smith, Anthony D. Nasionalisme: Teori,


Ideologi, Sejarah. Jakarta:
Erlangga, 2003

Steenbrink, Karel A.. Pesantren


Madrasah Sekolah: Pendidikan
Islam dalan kurun Modern.
Jakarta: LP3ES, 1986.

Suhawi, Achmad. Gymnastik Politik


Nasionalis Radikal

45
Cite this as:
Gusfron. Santri dan Nasionalisme. Islamic Insights Journal. 2019: Vol. 01(1): PP 41-45.

Anda mungkin juga menyukai