Anda di halaman 1dari 10

31 Agustus 2022

DWINANTO : Kemudian Dinas UMKM, kemudian kominfo kemudian dari Dinpermades,


kemudian mereka tertera ide dengan semacam itutapi dengan nama larisi Purworejo.
Panjenengan kalo mau itunya, bisa ke Kominfo
CHANDRA :Dikominfo ya, jadi ditawar ya
DWINANTO : Itu aplikasi masih jalan.
CHANDRA :Yakan itu keterbatasan desa Krandegan
DWINANTO : Scoopnya kecil ya pak
CHANDRA :Ngojolnya nggak sekalian Pak?
DWINANTO : Ngojolnya hari ini
CHANDRA :Bukan Pak, maksudnya ditawarkan sekalian
DWINANTO : Kalau ngojol itu hitung hitungannya tuh, biaya mapnya kan mahal. Kalo mau
dibisniskan harus memang banyak persyaratan terkait dengan ketenagakerjaan, perhubungan.
Sementara ini kami aktifkan sebatas di Krandegan. Ini driver yang sedang aktif, misalkan ma
uke RSUD, jalannya 10kilo, waktunya 18 menit tarifnya 20ribu. Kalo kita order nanti
langsung nyantel ke akun BUMDes karya muda. Ada user Dwinanto.
CHANDRA :Ohh gitu.. berarti peta itu memang bisa sendiri ya Pak
DWINANTO : Kalau penggunanya seidkit gratis, tapi sampai batas tertentu, kita sebenarnya
driver banyak ada 400an. Sebenarnya ada investor lumayan nih misalkan kalau nganggo ojol.
CHANDRA :Wah banyak banget ini, suwun Pak.
DWINANTO : Yowis sementara driver yang di luar Krandegan saya offkan tidak bisa akses
karena mapnya. Kita pernah tagihan mapnya satu bulan 12 juta. Sementara mau kita
kapitalisasi, berbayar, kita belum punya regulasinya. Kan harus terkait ketenagakerjaan driver
dan undang undang lalu lintas
CHANDRA :Sekarang juga katanya gojek itu banyak ruginya
DWINANTO : Itukan sekarang aturan ojek online ketat. Suapaya melindungi driver juga
soalnya. Jadi ya dipakenya hanya ya.. kalo yang ini panic button. Misalnya saya mengalami
kejadian kecelakaan, saya pencet, apa yang akan muncul
CHANDRA :Ohh gitu
DWINANTO : Dwinanto kecelakaan, langsung muncul mapnya. Lalu kita respon, berhenti
CHANDRA :Ohh yay a..
DWINANTO : Kalo ini mapnya gak banyak penggunanya. Tapi kalo ngojol kita punya
2000user 400 driver penggunaan mapnya banyak. Dan waktu itu juga sering diganggu sama
hacker karena ada kepentingan ekonominya to. Kalo yang BWS itu terintegrasi juga di web
seperti punyanya DKI itu. Terintegrasi di andoidnya, kitab isa mantau ketinggian suanginya
Dulang berapa. Oh agak medong mungkin mati ya. Ini kan kalo, inikan batrenya make surya.
Kalo berubah warna siaga kuning, siaga oren, awas merah. Dulu sebelum EWs kita harus
bolak balik ke sungai ngecekin. Ini cctv DWSnya, jadi kitab isa ngecek kondisi realtime.
CHANDRA :Itu pertemuannya disebalah mana sih Pak sungaiya
DWINANTO : Dipojok sini Mas, di sudut sini. Disudut desa. Ini sedang kita kasih indicator,
kuning merah. Kalo kuningn ini, ini sudah masuk permukiman. Kalo merah sudah masuk
rumah nah ini akan menyesuaikan yang ada di web.
CHANDRA :Dari pertigaan sini ke kiri apa ke kanan Pak arah jalan sungainya
DWINANTO : Pertigaan sungainya? Sungainya itu kekiri. Kalo yang aplikasi pembayaran
ini.. Ini untuk keanekaragaman pembayaran. In iapabila warga ingin top up, top up ke
BUMDes. Topu up serratus ribu tho. Nomor Mas Chandra Berapa?
CHANDRA :08888xxxx
DWINANTO : Kita coba bisa nggak.. nah berhasil
CHANDRA :Wah dapet pulsa 10 ribu Pak
DWINANTO : Itu semua rekomendasi disini, Sipolgan ini. Kalau mau nyoba dari Sipolgan
nanti bikin akunnya. Orang misalkan warga daftar.
CHANDRA :Oh kerja sama gitu ya
DWINANTO : Tergantung mereka mau pilih bank konvensional atau bank syariah.

(1)
CHANDRA :Kalo aku mungkin lebih ke sejarah dan mengapanya ya Pak
DWINANTO : Oh iyaa
CHANDRA :Sejarahnya dulu itu, dulu ini masuknya desa miskin ya Pak
DWINANTO : Iya dulu 2013 dulu itu.Jadi kalau sekarang 2018, desa itu dibagi menjadi 5
level. Desa sangat terbelakang, desa terbelakang, desa berkembang, desa maju, Desa Mandiri.
Tapi ini 2018 dulu sebelumnya belum ada kelas itu, dulu kita 2013 dulu itu desa miskin, desa
merah lah istilahnya. Ya merah kuning hijau. Nah 2018 kita sudah bisa masuk ke pendataan
desa pertama desa berkembang, 2019 menjadi desa maju, 2020 alhamdulillah pertama
menjadi desa mandiri di Purworejo. Kalau secara nasional dari 74000 desa yang mandiri baru
5000 desa.
CHANDRA :Krandegan yang pertama ya Pak di Purworejo
DWINANTO : Iya sekarang ada 4
CHANDRA :Kalau indikatornya apa ya Pak?
DWINANTO : Oh banyak, bisa diliat di Sipolgan yang profil desa. Itu namanya indeks desa
membangun nanti bisa dicari digoogle poinnya 0-100. Disebut desa mandiri kalo poinnya 0,8
ke atas. Kita sekarang poinnya 0,85. Kalo Desa Mandiri di Indonesia baru 2,4%, tahun ini
bertambah. ini mas Chandra bisa cari indeks Desa membangundi web kita juga sudah ada sih.
Nanti buka aja idm.kemendesa.go. Kebetulan ini langsung ngelink ke  webnya Kementerian
jadi bisa langsung kita cek IDM kita berapa, idm kita ini 0,8490 statusnya mandiri.
CHANDRA :Ini 2022 Pak?
DWINANTO : Iya ini 2022, ini tahun lalu
CHANDRA :Nah saya masukkin yang tahun lalu.
DWINANTO : Kalau yang diaplikasi belom bisa ngelink ke kementerian. Nanti mas chandra
bisa buka kirim nanti parameternya ada halaman yang mulai dari infrastruktur pendidikan
layanan kesehatan layanan internet tingkat keamanan macam-macam 
CHANDRA :Nah kalau terkait kebijakan sendiri, Pak. sebenarnya di kabupatenkan ada
RPMJDnya nah Bapak bersifat mengembangkan RPJMD atau memang ini inisiatif sendiri? 
DWINANTO : jadi kadang ada ada hal yang lucu memang. Jadi sebenarnya salah satu Perdes
yang harus disetujui oleh Bupati melalui camat itu adalah Perdes RPJMDes. Harusnya begitu.
Ada beberapa Perdes yang harus disetujui Bupati diantarnya Perdes RPJMDes, Perdes
APBDes Perdes pungutan, Perdes tata ruang itu Perdes-perdes harus diacc oleh Bupati
melalui camat. Itu maksudnya Seperti apa. Maksudnya supaya antara RPJMDes sini
nyambung dengan RPJMD nyambungnya lagi dengan RPJM nasiona. kan cuma kadangkala
kepala desa itu kan harus menyusun RPJM ke itu paling lambat 3 bulan setelah dilantik.
Kadang kala itu hanya sekedar mengejar target sekitar ngejar target supaya selesai tiga bulan
setelah dilantik. Yang kedua kadang saat menyusun RPJM tidak punya SDM. Sehingga
kadang-kadang disusun hanya “asal asalan” sheingga tidak nyambung dengan RPJMD
ataupun yang diatasnya. Demikian juga Kecamatan asal acc aja. Makanya kami sendiri ini
tahun ini sedang revisi RPJMDes dibantu oleh tim stan supaya nyambung semua dengan
rpjmd di atasnya. jadi seperti itu ya paling kemudian akhirnya begini misalkan di tingkat
kabupaten punya ide Smart City  saya kemudian punya ide smart village. Ya itu aja. mereka
punya program pengentasan kemiskinan dan kemudian mengejawantahkan dengan program-
program kita sendiri termasuk ada iritasi gratis dapur umum yang itu kebetulan hanya ada di
di desa lain mungkin kemarin katanya ada di desa kami kemudian dan terjemahannya ya
kreasi masing-masing. dan kepala desa itu gini jadi susah maju karena pertama di desa itu itu
kan tidak jenjang karirnya Jadi kalau awalnya Kades ya sampai selesai Kades awalnya
awalnya sekdes smape selesai sekdes. Sehingga tidak memicu orang untuk berprestasi. Saya
pun sering diledek temen-temen jadi kades nggak usah semangat semanga semangatpun
nggak jadi camat, semangatpun nggak kan tambah gajinya. beda dengan ASN kan, kan ada
jenjang karir, kemudian kadang semangat untuk achievementnya itu kurang.. Saya kira
banyak yang tidak nyambung sama sekali dengan RPJMD itu meskipun secara teorinya
harusnya yang evaluasi itu Bupati melalui Camat. makanya kita ini serius kita ini sedang
proses revisi rpjmd berbasiskan SDGs
CHANDRA :Setau saya awal mula kan dari irigasi, kenapa dari irigasi Pak?
DWINANTO : Dulu saat saya sebelum jadi kepala desa, saya akan memecahkan
permasalahan terbesar yang dihadapi masyarakat. Awalnya sebenarnya isu-isu kampanye itu
jadi saya mengatakan masalah yang dari masyarakat Kemudian saya mendapatkan masalah
terbesar nya itu adalah irigasi. Kenapa karena sejak berpuluh tahun masyarakat ini kan tadah
hujan harus bawa pompa juga harus seperti ini. Sudah pernah liat youtubenya nggak ya Mas?
Yang panen tiga kali itu
CHANDRA :Sudah waktu itu di share
DWINANTO : Kemudian waktu itu tahun 2012 mau jadi kades, yang kemudian menjadikan
itu sebagai isu kampanyenya. Seperti Nabi Yusuf lah besok kan jadi kan saya bendera negara
nanti akan saya jadikan makmur, nanti jadi kan saya kepala desa nanti irigasi tak bikin gratis.
Waktu itu bertanya dari mana uang yang mahal. Nah saya udah kontak sama temen yang dia
orang kaya temen akrab, mas mau ndak sedekah? Daripada sedekah njenengan nggak terarah,
ke sini terarah ada 1200 nyawa yang terbantu. Apa itu? Bayar ini dikasih gratis. Saya
sampaikan ke warga,  saya siap menggratiskan irigasi njenengan dengan catatan saya
kadesnya. Kalao bukan saya, nggak gratis. Nah dengan kampanye itu saya mendapat 75%
suara waktu itu kades pertama sampai hari ini 
CHANDRA :Itu masih memakai donatur yang sama?
DWINANTO : Masih.. masih. Kalau kalau musim kemarau seperti ini. ini kita syuting
bersamaan ini dengan desa lain. awalnya seperti itu alhamdulillah kemudian dari situ dari
masyarakat yang tadinya panen sekali atau dua kali dengan biaya pompanisasi sekarang bisa
tiga kali. ini kan musim tanam tiga ini jadi panen bisa tiga kali. Itukan kemudian dapat
meningkatkan kesejahteraan. karena itu yang paling menyangkut derajat hidup orang banyak
yang jelas program itu juga menjadi satu-satunya di Purworejo. Coba kita cari irigasi gratis. 
DWINANTO : Oh yang pompa itu Sungai Dulang ya Pak
CHANDRA :Iyaa, sungai Jali
DWINANTO : Iya, yang sampai di rumah Pak Lukman itu Sungai Dulang?
CHANDRA :Yang besar itu sungai Jali?
DWINANTO : Katanya sudah masuk juga diapresiasi banyak pihak makanya pas kampung
siaga itu dapat juara 1. Sampai hari ini donaturnya juga merasa senang, itu kemudian warga
merasa terbantu.
CHANDRA :Terus sekarang sudah mulai merambah ke BUMDesnya IT
DWINANTO : skala prioritas Ya maksudnya apa yang harus saya kerjakan di periode
pertama atau kedua periode pertama memang fokusnya kemiskinan kemudian para petani
Bisa bertambah kesejahteraannya. Periode kedua kemudian pembagian ke BUMDes karena
Desa ini tidak mungkin selamanya bergantung kepada Dana Desa. Suattu saat yang bisa
berhenti Kita harus harus punya ini penampakannya ketika dilantik 2019 di bulan Mei
mencanangkan tahun 2020 itu tindaknya adalah BUMDes. Nah kita sudah mengeruk lahan
yang utara itu. Nah itu sudah bikin maketnya itu. Itu isinya ada aula, kios, ada lapangan
panahan, aula ini bisa untuk pusat olahraga disewakan, kios disewakan, ada kuliner disitu.
Sudah direncanakan di tahun 2020 sudah masuk APBDes eh pandemi datang 2 tahun 3 tahun,
Dana desa malah tersedot ke sana untuk bantuan saja 40%. Sehingga kemungkinan program
itu tertunda semua. pada saat bersamaan kita mulai masuk ke ranah digital itu pun juga
muncul karena masalah yang ada. Pandemi orang tidak bisa berkumpul, Bagaimana warga
bisa membuat surat-menyurat secara online. Kemudian muncul Ngojol, disini kalau cek ojol
disini tuh nggak bisa Mas. ndak ada, nih coba saya cek.. Ndak ada driver toh?
CHANDRA :Iya..
DWINANTO : Makanya muncul ide Ngojol, kalau kita butuh ya nyangkut. Nah kita mikir
bikin BUMDes tapi nggak ngeluarin modal apa ya karena emang nggak ada modal. Akhirnya
bepikir lah kita karena desa kita cukup melejit di IT akhirnya kami bikin BUMDes IT.
Usahanya yang pertama adalah jualan bandwidth jadi warga ini mereka langganan sebulan
Rp150.000, nanti kalau ngambil fotonya boleh. Kemudian yang kedua Ngojol itu kerja sama
Dukcapil. Cerita nggak tadi..
CHANDRA :Iya cerita Pak tadi
DWINANTO : Itu nganter-nganter KTP KK. Yang kedua kita melayani pembuatan aplikasi
desa-desa lain.  contoh ini.. Sampai ke Jogja juga di desa Banyurejo di Sleman. Nah ini..
Buatan kita juga web sama aplikasinya
CHANDRA :Oh iya mirip tampilannya..
DWINANTO : Belakangan ini memang kita mengembangkan BUMDes IT karena kan kita
nyari.. pertama nyari unit usaha yang tidak bersentuhan dengan ekonomi warga kalau buka
toko, buka pom mini kan warga sudah punya.. kita cari yang tidak bersentuhan tidak
mengganggu ekonomi warga.Yang kedua minum modal kan jasakan
CHANDRA :Iya kan jasa ya Pak
DWINANTO : Nah ini mulai tahun ini karena covid sudah mereda, kami menganggarkan
250.000.000 untuk bikin kios. Ini mulai dibangun.. Tahun depan sudah mulai yang lain, nah
kalo tahun ini BUMDes kita tahun ini baru 2 tahun masih merintis. Kalo Ponggok itu sudah
12 tahun..
CHANDRA :Ponggok tuh…?
DWINANTO : Di Klaten 
CHANDRA :Oh Klaten..
DWINANTO : Yang BUMDes yang terbesar. Kadesnya saja aku kenal..Setahun sudah 16
miliar sekarang yang mengawali dari awal dan mereka kaya sumber daya alam airnya
melimpah. Dia punya wisata ini Mas.. wisata air
CHANDRA :Oh kayak di penelitian banyak di sini, kalo nggak di Banyuwangi ya Pak.
Potensi alamnya besar ya
DWINANTO : Iya kayak Mangkuharjolah memang desa kaya. Mangkuharjo punya tanah
sepanjang jalan Parangtritis, nah udah taro aja..diapake tetep payu. Bikin POM Bensin, bikin
macem macem.. Tempatnya strategis, ada pondok besar, kampus besar.
(2)
DWINANTO : Waktu itu kita diminta ngirim sama Pak Menteri. Coba kirimkan program-
program pengentasan kemiskinan di Krandegan. Saya kirim
CHANDRA :Tahun lalu, Pak?
DWINANTO : Iya. Kemudian September ke Oktober saya diminta ke Jakarta untuk
presentasi. Kemudian di Kementrian Desa kan ada program BLT DD, ada program yang ada
BPNT ketahan pangan itu. Kemudian yang bagian digitalisasi juga itu, jadi narsum.
Kemudian waktu itu.. kaitannya digitalisasi juga gitu Pak Menteri denger terus kirim wa
seperti ini.. “segera saya turunkan ke Krandegan nanti tim sebagai percontohan”. Kemudian
segera diturunkan tim kesini
CHANDRA :Percontohan desa digital gitu ya Pak?
DWINANTO : Yang dilakukan apa aja Pak Kades.. dijelaskan semuanya, smart economic,
smart government. Nah itu kemudian tahun ini kementrian desa punya program duta digital.
Jadi ada beberapa orang yang digaji oleh kementrian sebagai duta digital untuk menggerakkan
digitalisasi desa. Nah itu yang saya sering diundang undang itu kaitannya itu diminta
presentasi karena dianggap yang mengawali
CHANDRA :Itu tingkat apa tuh Pak? Kabupaten atau nasional?
DWINANTO : Duta digital itu yang ngangkat langsung kementerian cuman masing masing
kabupaten ada duta digitalnya. Kemarin saya barusan ngisi
CHANDRA :Di Jogja ya Pak?
DWINANTO : Itu ngisi itu. Ya karena muncul masalah ya dicarikan solusi, ya cuman karena
yang lain belum melakukan dianggap menjadi pionir.
CHANDRA :Emang pionir Pak
DWINANTO : Ya cuman kita memang beda background dengan Ponggo. Kalo itu dari kecil
wes kaya dari sananya. Nah ini mas kalo BWS semua orang bisa memantau ketinggian air
berapa. Kita pick disini, DNR 1 ini 90 cm kalau ini kadang pas tinggi ada hewan lewat.. kita
ambil yang rata rata saja. Terpantau tidak perlu harus datang ke sungai meliihat seberapa.
Apalagi Mas?
CHANDRA :Kalau terkait tadi Pak menentukan kebijakan kayak irigasi atau deta digital, itu
yang terlibat itu siapa Pak?
DWINANTO : Saya tidak begitu banyak melibatkan perangkat karena perangkat itu sudah
banyak pekerjaan sifatnya administrative. Apalagi daerah Dana Desa sekarang, mungkin SPJ
mungkin macem macem. Sehingga sekarang saya memanfaatkan yang lain misalkan irigasi
gratis perangkat tidak terlibat. Kalau njenengan tanya irigasi gratis, perangkat nggak banyak
tahu. Karena yang ngopeni Mas Nurfuadi dan temen temen. Urusan mesin rusak, beli solar itu
urusan dia. Saya hanya nyarikan dananya. Urusan dapur umm yang ngopeni ibu ibu PKK. IT
ya Mas Imam, Mas Erik. Jadi tidak banyak, BUMDes ya Om Eko. Jadi perangkat kalau
ditanya detail ya tidak tau. Karena perangkat sudah.. njenengan silahkan focus dengan urusan
pekerjaan kantor. Yang sifatnya pengembangan, inovasi, saya yang memikirkan kemudian
saya yang mengajak pihak lain
CHANDRA :Nah kalau penerimaan masyarakat tuh gimana?
DWINANTO : Kalau yang sangat dirasakan oleh masyarakat ya irigasi gratis. Itu jelas sangat
real ya. Ada 70hektar sawah yang tecover itu ada sekitar 300 KK petani ya kalo nyawa ya ada
1200 nyawa. Itu sebenarnya yang membantu saya Pilkades, makanya saya saat Pilkades
nggak bagi uang dapet suara. Itu yang pertama, yang kedua ada dapur umum. Tapikan dapur
umum yang menikmati hanya sekitar 50 KK. Kemudian nanti ada baju lebaran macem macem
itu. Tapi yang paling dinikmati sama semua ya irigasi. Memang yang justru tantangan terberat
ini terkait merubah mindset masyarakat ke era digital ini memang butuh proses. Tidak bisa
membalikkan tangan. Ini kan kita baru masuk era digitalisasi 2 tahun, saya targetnya 5 tahun
ke depan bahkan sampai dengan transaksi di desa ini pake e-money pakai barcode. Jadi
memudahkan dan lebih aman. Kemarinkan kerja sama sama BSI, nah ini kemarin kesini juga
CHANDRA :Ini E-money Pak?
DWINANTO : Untuk bikin barcode barcode di toko-toko. Sehingga nanti perlahan
masyarakat beralih ke smart economy tidak lagi pakai uang tunai. Karena memang banyak
factor ya, warga warga yang tua itu juga butuh waktu kemudian masyarakaat yang masih
senang dengan pola lama. Seperti sekarang meskipun sudah ada Sipolgan mereka lebih
seneng tetep bikin surat kesini. Nah kalau sekarang kita nggak bisa nolak kalau dulu pas
pandemic kita bisa kenceng, sekarang kalau dateng ya sudah. Setidaknya dari aplikasi itu,
selain bikin suratkan banyak informasi yang didapatkan. Misalkan orang mau ngecek
APBDes nggak perlu datang kesini, bisa langsung cek disitu
CHANDRA :Kalau yang kayak surat gitu, sebulan atau seminggu itu ada Pak yang by
aplikasi gitu?
DWINANTO : Rata rata masih pakai admin. Karena memang kendalanya itu sampai hari ini
tanda tangan elektronik kades itu belum diakui oleh Kominfo karena bukan ASN. Nah kalau
ASN kan bisa, nah kalopun pakai Sipolgan masih tetap harus ke kantor desa.
CHANDRA :Iya karena belum ditanda tangan itu ya Pak
DWINANTO : Nah kita sudah mengusulkan untuk tanda tangan elektronik cuman belum
bisa. Tapi setidaknya itu memudahkan admin
CHANDRA :Karena udah.. tinggal ngeprint lah ya Pak
DWINANTO : Iya memudahkan admin. Admin sudah ya tinggal itu.. kalau saja bisa tanda
tangan elektronik, itu enak sekali..warga membuat, admin tinggal mengapprove, bubuhkan
tanda tangan, kirim pdf, jadi. Masalahnya tanda tangan elektronik
CHANDRA :Kantor saya juga baru tahun lalu Pak. Kemarin kemarin tetap saja tanda tangan
basah
DWINANTO : Yakan saya juga masih bertahap. Tapi setidaknya dikantor ini adminnya
sudah dimudahkan. Warga datang bikin surat tinggal masukkan, NIKnya ngisi langsung keisi
semua. Kalo dulu kan manual, data satu satu diketik, kadang salah namanya siapa NIKnya
siapa. Kalo sekarang cukup warga datang, dicari namanya langsung muncul diisi semua.
Memudahkan, setidaknya itu.
CHANDRA :Tapi dulu sebelum launching itu sempet diuji coba dulu nggak Pak?
DWINANTO : Iya diuji coba di warga. Sekarangkan sudah ada di playstore, dulukan masih
ngga. Ini versi Sipolgan sudah yang ketiga, dulu nggak seperti ini. Dulu nggak ada menu
ekonominya
CHANDRA :Dengan berbagai program ini, ada ngga sih Pak warga yang menolak dan
resistensi gitu?
DWINANTO : Kalau menolak kayaknya gga sih. Yang namanya orang tidak suka pasti ada,
tapi dengan kemenangan Pilkades 90% cukup membantu. Karena gini, desa sebelah yang
kemenangannya selisih satu itu sampai sekarang susah untuk disatukan. Jadi kalau menolak
frontal gitu nggak pernah, frontal di forum gitu. Ya namanya orang tidak suka ya Rasulullah
saja banyak yang tidak suka ya jadi pasti ada.
CHANDRA :Kalau terkit potensi tadikan, menurut bapak kenapa warga menerima Bapak dan
mau gitu Pak?
DWINANTO : Ya kalo saya aib ya banyak, hutang yo banyak. Tapi mungkin bagi mereka ya
saya sering mendengar mereka karena dianggap program saya pro rakyat. Makanya misalkan
irigasi gratis, mereka langsung ngomong Pak Lurah kalaupun Pak Lurah maju nggak bagi
uang, calon lain bagi sejuta, saya tetep pilih Pak Lurah. kenapa karena yang mereka rasakan
kemanfaatannya itu lebih besar dari uang sejuta dan mereka khawatir nek kadesnya ganti,
programnnya berhenti. Padahal saya memikirkan system jadi kalaupun saya berhenti, program
tetap jalan. Apa wujudnya? Ini bulan depan mau ada pembangunan pompa tenaga surya kita
mintakan dari provinsi. Jadi kita tanyakan, sudah ada.. sudah ada yang menang tender. Jadi
diesel yang ad aitu akan diganti surya.
CHANDRA :Itu dari kementrian pusat atau gimana?
DWINANTO : Saya minta Pak Gubernur. Pak gubernur kan dari sini terus tak WA
mumpung Pak Gubernur kesini. Nih wa Pak Gubernur, besoknya SDM langsung kesini. Pak
Lurah ini sebenarnya bukan jatahnya Krandegan, yang satu buat Kebumen yang satu jadinya
buat Krandegan. Itu bagian saya dari membangun system, jadi walaupun saya sudah ndak jadi
kades, donaturnya berhenti, programnya bisa tetap jalan.
CHANDRA :Nah kalau tadikan bapak kalau yang irigasikan donator, petakan dari UNS, nah
itu gimana Pak menjaring pihak eksternal itu?
DWINANTO : Oh iya, saya punya prinsip kalau kita mau maju kuncinya transformasi dan
kolaborasi. Makanya saya kalau misalnya menjalin kerja sama dengan banyak sekali kampus.
Ini mas kampusnya ngumpul di grup sini
CHANDRA :Oh ada grupnya..
DWINANTO : Ini kampus kampusnya yang bantu kita. Nah ini mulai dari STAN, Dosen
UMP, Polsa ada semua disini. Karena di kampuskan ada pengabdian masyarakatkan, mereka
butuh nyari tempat, nah itu kita tidak pernah putus anak KKN, penelitian. Ini baru selesai
kemarin, ini baru laporan UNDIP KKN. Sebentar lagi ada UMP, UNS, Jember. Nah mereka
disini itu kami berikan PR misalkan ada anak UMP fakultas Teknik KKN 6 bulan disini ya
sudah kalian Gambari seluruh perencanaan sampai 6 tahun ke depan. Ada yang gambar jalan,
bangunan, bikin RABnya sehinggakan memudahkan desa. Kalo dulu UNS para dosen, para
dosen dari pusat studi bencana kesini. Butuhnya apa Pak Lurah? kita butuh EYS, kita
butuhnya gini gini tolong dibuatkan. Jadi dari pihak luar, memang banyak kolaborasi gitu
Mas. Nah besok pagi mereka kesini lagi tapi kaitannya panel surya. jumat ke BPBD
Purworejo terus lanjut ke nasi pecel. Ini karena tahun lalu pengabdian merasa senang cocok
makanya kesini lagi
CHANDRA :Awalnya dulu gimana Pak bisa membuka jaringan ke sini?
DWINANTO : Ya seiring dengan terkenalnya kita itu jadi mudah. Karena mereka juga
misalkan portofolio kita lihat aja di google, udah langsung tertarik. Beda dengan, nyuwun
sewu yang belum dikenal publik. Misalnya kan sayakan mengenalkan orang kan ya saya dari
desa Krandegan, Krandegan mana Pak.. cari aja di Purworejo gitu. Orangkan kemudian
mencari. Nah dengan portofolio itukan kemudian memudahkan
CHANDRA :Jadi bisa melihat langsung ke websitenya
DWINANTO : Kemudiankan sering diliput di media media mainstream. Bahkan ada juga
yang sakjane kurang pas tapi ya namanya kan Indonesia ya dicari. Itu menambah portofolio
kita Pak, ini sebenarnya ungkapannya Pak Ganjar pas Pak Ganjar kesini ke media. Sehingga
kita menjalin kerja sama itu mudah. Karena mereka tentu sama sama pengabdian tentu milih
tempat yang bisa mengangkat nama mereka juga. Jadi nama mereka terangkat nama kita juga.
CHANDRA :Dulunya itu banyak diliput gitu Bapak mencoba mencari atau gimana Pak?
DWINANTO : Ya sebenarnya karena pandemic awalnya yang kita lakukan ini sangat pas
dengan isu pandemic. Misalkan pelayanan online, irigasi, ketahanan pangan, dapur umum,
gotong royong. Itukan anu banget dengan ini..
CHANDRA :Dengan covid ya Pak
DWINANTO : Kemudian sering diliput sampai ke Mabes Polri. Ada kok berita Pak Presiden
apresiasi kita. Udah baca belum Mas?
CHANDRA :Belum.
DWINANTO : Nih, jadi beliau liat kita kan. Jadi beliau dipidatonya mengapresiasi. Jadi
beliau melihat ditayangan kemudian di pidatonya menyinggung desa Krandegan. Cuman
disini judulnya kan Purworejo, tapi sebenarnya merujuk ke Krandegan. Bulan juli 2021 yang
lalu
CHANDRA :Kalau tadi terkait liputan, kalau dari Bapak sendiri mensosialisaikan program
program ke masyarakat khususnya yang digital itu upayanya gimana Pak?
DWINANTO : Ya kalau upaya salah satunya ada warga kesini seperti kemarin minta surat
kita layani tapi syaratnya handphonenya diinstall. Jadi bertahap nanti mereka berpindah
kesitiu, kita sampaikan ke depan bikin surat bisa lewat aplikasi. Ada anak anak KKN kita
minta door to door untuk edukasi.
CHANDRA :Terakhir Pak, tadi ada desa irigasi, desa candi, ada desa ketahanan pangan, ada
desa digital juga, sebenarnya yang Bapak cita citakan itu desa Krandegan itu imagenya atau
kedepannya apa sih Pak
DWINANTO : Jadi sebagaimana yang ada di visi itu..
CHANDRA :Monggo dijelasin Pak
DWINANTO : Sebagaimana visinya.. visi kami kan ini.. kita punya dua web Mas, yang satu
Krandegan.id yang satu Krandeganbayan.id karena kadang untuk nawari konsumen maunya
seperti ap aitu. Ya visinya intinya ingin menjadikan desa yang cerdas, desa mandiri yang
bertumpu pada sector pertanian yang modern dan ekonomi kreatif. Ini kalau mau liat visi dan
misi, sebenarnya ini tujuannya. Desa cerdas yang kesejahteraan lahir dan batin sector
pertanian gunakan ekonomi kerakyatan. Karena kita memang desa yang tidak punya sumber
daya alam yang melimpah makanya ini kita harus menciptakan ekonomi yang kreatif ini. Jadi
karena saya meyakini bahwa desa itu bisa selamanya tergantung pada dana desa, entah kapan
nanti berhenti. Makanya kemudian kita coba mengembangkan dua sisi. Satu sisi adalah
memaksimalkan/ mengoptimalkan peran, yang kedua mengoptimalkan pendapatan asli desa.
Nah ini beda beda macem macemkan, karena sampai sekarangkan irigasi tidak boleh pakai
dana desa. Yang kedua kita bangun BUMDes, harapan saya sebenarnya BUMDes sudah
mulai tapi karena tadi saya ceritakan pandemic, sekarang sudah menyumbang PAD. Kita tu
dari Ngojol sekitar 1 juta, bersih ya ini bersih, dari bandwith sekitar 1 juta 2 juta, kemudian
dari jualan aplikasi 3 juta 5 juta. Tapi itu dibandingkan dengan modal yang disuntikkan
karena baru 20juta sudah sangat besar
CHANDRA :Iya udah lebih dari 25% itu..
DWINANTO : Kalo kita proyeksikan habis 3 milyar. Ini saya kirimkan ini, ini impiankan
kita Mas Chandra sebenarnya
CHANDRA :Dananya darimana Pak kalau ini, yang tiga ini?
DWINANTO : Dana desa ya macem macem kita carikan. Jadi kita sudah punya ini semua
sebenarnya, pemanah ada, berkuda ada, berenang ada kolam renang, berternak ada sapi,
outbound ada disana, dongeng ada guru dongeng, mancing di dekat panahan ada, mainan anak
tradisional ada, bertanam anggur ada, keliling desa dengan odong-odong warga ada yang
punya. Ini yang mau kita konsep sebenarnya, jadi desa wisata. Jadi Krandegan Desa Dolanan
Anak. Proyek BUMDesnya ini tapi terkendala pandemic. Ya mungkin kalau kesini 5 tahun
lagi sudah..

Anda mungkin juga menyukai