Anda di halaman 1dari 7

Nama : Naqiya Sabila Elhidaya

NIM : 2103016021
Kelas : PAI 3B
Kelompok : 05

MATERI PENDIDIKAN

RESUME AYAT TARBAWI

AYAT (1)

ِ ‫ ٰا ٰيتِ ٖه َولِيَتَ َذ َّك َر اُولُوا ااۡل َ ۡلبَا‬7‫ك لِّيَ َّدبَّر ُۡۤوا‬


‫ب‬ ٌ ‫ِك ٰتبٌ اَ ۡن َز ۡل ٰنهُ اِلَ ۡيكَ ُم ٰب َر‬

TERJEMAH

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (QS. Shad/ 38: 29)

KATA KUNCI : Keberkahan, Pelajaran, Pikiran

TAFSIR

ِ ‫َ ۡلبَا‬
Allah swt. berfirman‫ب‬ ‫ك لِّيَ َّدبَّر ُۡۤوا ٰا ٰيتِ ٖه َولِيَتَ َذ َّك َر اُولُوا ااۡل‬ ۡ ‫ ِك ٰتبٌ اَ ۡن‬: Itulah kitab
َ ‫زَل ٰنهُ اِلَ ۡي‬
ٌ ‫ك ُم ٰب َر‬
yang telah Kami turunkan kepadamu yang banyak kebajikan dan berkatnya, supaya mereka
memahami ayat-ayat-Nya, dan supaya orang yang berakal mendapat pelajaran dari kitab
itu.

Jalan untuk memperoleh kebahagiaan dan nikmat yang kekal adalah mengikuti Al-
Qur'an, sebuah kitab yang diturunkan oleh Allah untuk menerangkan segala sesuatu, untuk
menjadi petunjuk dan rahmat bagi semua mukmin.

Memperhatikan Al-Qur’an (tadabbur), bukanlah sekedar dengan membaca dengan


suara yang merdu belaka, tetapi dengan mengamalkan isi dan mengikuti perintah-perintah
dan larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu, Hasan Al-Basri berkata: Al-Qur’an benar-benar
telah dibaca dan oleh budak-budak dan anak-anak yang tidak mengetahui ta’wilnya. Mereka
hafal huruf-huruf Al-Qur’an, tetapi mereka menyia-nyiakan batas-batasnya. Sampai ada
seorang di antara mereka yang benar-benar berkata: Demi Allah sesungguhnya aku telah
membaca Al-Qur’an. Aku tidak pernah menggugurkan satu huruf pun dari Al-Qur’an.
Padahal, demi Allah dia sebenarnya telah menggugurkan Al-Quran seluruhnya. Dan tidak
tampak padanya pengaruh Al-Qur’an dalam tingkal laku maupun perbuatannya.

Ya, Muhammad, kitab yang Kami turunkan kepadamu adalah sebuah kitab yang
banyak kebajikannya, dan besar berkatnya. Di dalamnya terdapat penawar bagi manusia,
cahaya dan pelajaran bagi semua mukmin. Kitab itu Kami turunkan supaya mereka
memahami ayat-ayatnya dan supaya orang-orang berakal mengambil pelajaran dari kitab itu.

AYAT (2)

َ ‫م ْال ِك ٰت‬7ُ ُ‫ث فِى ااْل ُ ِّم ٖيّنَ َرسُوْ اًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتِ ٖه َويُ َز ِّك ْي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمه‬
‫ب َو ْال ِح ْك َمةَ َواِ ْن َكانُوْ ا ِم ْن قَ ْب ُل‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذيْ بَ َع‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِ ْي ۙ ٍن‬
َ ‫لَفِ ْي‬

TERJEMAH

“Dialah yang mengutus seorang Rasul ke pada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah/ 62: 2)

KATA KUNCI: Membacakan, Menyucikan (jiwa), Mengajarkan

TAFSIR

َ ‫م ْال ِك ٰت‬7ُ ُ‫زَ ِّك ْي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمه‬7ُ‫ه َوي‬7ٖ 7ِ‫ث فِى ااْل ُ ِّم ٖيّنَ َرسُوْ اًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيت‬
َ‫ ة‬7‫ب َو ْال ِح ْك َم‬ َ ‫ ه َُو الَّ ِذيْ بَ َع‬maksudnya di
antara keutamaan Allah adalah mengutus Muhammad untuk menjadi ikutan (panutan)
segenap manusia dan penutup seluruh Rasul. Allahlah yang mengutus seorang Rasul di
kalangan bangsa Arab yang ummiy yang tidak membaca dan tidak pula menulis, yaitu orang-
orang Arab.

Telah dikeluarkan dari al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan An-Nasa’I dari Ibnu Umar
dari Nabi saw, beliau mengatakan: Kami adalah ummiy. Kami tidak menulis dan tidak pula
menghitung.”

Rasul itu bertugas membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, meskipun


Muhammad sendiri tidak pandai menulis dan membaca. Disamping itu, Rasul juga bertugas
membawa manusia kepada kesucian jiwa, kebersihan budi pekerti, serta menumbuhkan
perasaan yang hidup pada diri mereka. Dia pula yang telah mengajarkan Al-Qur’an dan
hikmah yang berguna, yang dapat kita petik dari ucapannya dan perbuatannya. Dialah teladan
yang utama dam pemimpin agung yang menuntun umat-Nya kepada jalan yang benar dan
membawanya kepada ilmu pengetahuan dalam segala bentuknya.

Dan inilah yang diisyaratkan Al-Busairi dalam ucapannya: “Cukuplah bagimu


mukjizat, dengan adanya ilmu bagi seorang ummiy, dan pendidikan anak yatim di masa
jahiliyyah.”

Disebutkannya orang-orang ummiy secara khusus tidak menunjukkan bahwa dia tidak
diutus kepada orang-orang yang tidak ummiy, sebab keumuman diutusnya terdapat dalam
ayat-ayat lain, seperti firman-Nya:

َ‫ك اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِم ْين‬


َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.” (Al-Anbiya’, 21:107)

‫ض ٰل ٍل ُّمبِي ۙ ٍْن‬
َ ‫ َواِ ْن َكانُوْ ا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِ ْي‬, maksudnya Sesungguhnya orang-orang Arab itu dahulunya
berada dalam kegelapan pada masa Jahiliyah. Pada masa dahulu, orang-orang Arab beragama
dengan Agama Ibrahim. Tetapi secara berangsur-angsur, pengalaman agama Ibrahim makin
mengalami perubahan. Masyarakat menyisipkan berbagai macam bid’ah yang tidak
dibenarkan oleh Allah dalam pengamalan agama. Karenanya, Allah mengutus Nabi saw
membawa satu agama yang benar dan merupakan pelita hidup bagi seluruh manusia. Nabi
mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka. Selain itu juga membersihkan jiwa mereka
dari kotoran syirik dan pekerti-pekerti yang buruk.

RESUME SYARAH HADITS TARBAWI

HADITS

‫م ُمرُوا َأوْ ال َد ُك ْم بِالصَّال ِة َوهُ ْم‬7َ َّ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسل‬


َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ب ع َْن َأبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه قَا َل ق‬ ٍ ‫ع َْن َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬
‫اج ِع (أخرجه ابوداود في كتاب‬ ِ ‫ض‬َ ‫َأ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِينَ َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم َأ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَ ِّرقُوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬
)‫الصالة‬

TERJEMAH

Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan
pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat
dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)

KATA KUNCI: Anak, Shalat, Usia

SYARAH

Al-Manawi mengatakan dalam Fath al-Qadeer, Sharh al-Jami' al-Saghir: Artinya, pisahkan
anak-anak Anda di tempat tidur di mana mereka tidur jika mereka mencapai usia sepuluh
tahun, waspadalah terhadap godaan nafsu, bahkan jika mereka adalah saudara perempuan.
Al-Tibi berkata: Dia menggabungkan perintah untuk shalat dan perbedaan antara mereka di
tempat tidur di masa kecil, untuk mendisiplinkan mereka, memelihara seluruh perintah Allah,
mengajari mereka, dan bergaul dengan manusia, dan tidak menghentikan tuduhan dan
menghindari larangan. Al-Khattabi berkata: Sabdanya, semoga Allah swt dan salam atasnya:
Jika dia mencapai usia sepuluh tahun, pukullah dia, karena itu menunjukkan beratnya
hukuman baginya jika dia membiarkannya menyadarinya. Dia beralasan bahwa setelah
pubertas dia pantas mendapat hukuman yang lebih berat dari pemukulan, dan setelah
pemukulan, tidak ada yang dikatakan para ulama yang lebih berat dari pembunuhan.

Orang-orang berbeda pendapat tentang hukum orang yang lalai shalat. Malik dan Al-
Syafi'i berkata: Siapa yang lalai shalat akan dibunuh. Makhoul berkata: Dia harus bertaubat
jika dia bertobat, jika tidak dia akan dibunuh, dan Hammad bin Yazid dan Waki` bin Al-
Jarrah mendatanginya. Abu Hanifa berkata: Dia tidak dibunuh, tetapi dipukuli dan
dipenjarakan, dan atas wewenang al-Zuhri dia berkata: Orang yang tidak bermoral dipukuli
dan dipenjarakan. Sekelompok ulama berkata: Orang yang meninggalkan shalat sampai
waktunya berakhir tanpa alasan kafir, dan ini adalah perkataan Ibrahim al-Nakh'i, Ayoub al-
Sakhtiani, Abdullah Ibn al-Mubarak, Ahmad Ibn Hanbal dan Ishaq Ibn Rahwayh.

Mereka mengutip hadits Jaber bin Abdullah tentang otoritas Nabi, saw, “Tidak ada
antara seorang hamba dan kekafiran kecuali dia meninggalkan shalat” (dengan rantai perawi
dan artinya), yaitu dengan mata rantai perawi dan makna hadits Mu'amil Ibn Hisyam tersebut
di atas (dan jika salah seorang dari kalian menikahi hambanya) dengan tuduhan, dan yang
dimaksud dengan hamba adalah hamba, yaitu bangsa (budak). adalah objek kedua bagi
seorang suami (atau pelayannya) secara akusatif bersikap baik kepada pelayannya (dia tidak
melihat), yaitu hamba, dan yang dimaksud dengan hamba, yaitu bangsa tidak melihat (di
bawah pusar) yaitu di bawah pusar tuannya (dan di atas lutut), yaitu di atas lutut tuannya.
Artinya, jika tuan dan tuannya menikahkan budak perempuannya dari budaknya atau dari
hamba-hambanya dan pekerjanya, maka tidak boleh bagi suatu bangsa untuk melihat apa
yang ada di antara lutut tuannya dan pusarnya, untuk apa. antara pusar dan lututnya adalah
bagian aurat. Demikian pula dengan kalimat: {Dan jika salah seorang di antara kamu
menikahi budak perempuannya dengan budak perempuannya atau budaknya, maka bangsa itu
tidak boleh melihat satu pun auratnya, untuk apa yang di bawah pusar ke lutut adalah bagian
dari bagian pribadi.} Antara lutut dan pusarnya} Kata ganti dapat ditelusuri kembali ke : Dia
tidak memandang salah seorang di antara kalian yang menjadi tuannya, maka artinya jika
salah seorang dari kalian menikah dengan pembantunya; Artinya, bangsa dari hambanya atau
hamba upahannya, sehingga tuan tidak melihat apa yang ada di bawah pusar bangsanya dan
di atas lutut bangsanya, serta dalam tujuan (dan mereka waki' atas namanya), artinya dalam
nama Siwar bin Dawud. Al-Tayalisi mengatakan hadits ini, jadi dia berkata, "Abu Hamza al-
Sayrafi memberitahu kami." Seperti yang dikatakan Ismail dalam hadits sebelumnya, yang
benar.

KONTEKSTUALISASI TAFSIR/SYARAH TARBAWI

KONTEKSTUALISASI TAFSIR AYAT (1)

Allah menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah saw
dan para pengikutnya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan
yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun manusia agar hidup
sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat.

Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan


hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam
menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi
pencapaian tujuan hidup. Al-Qur'an itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan
kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan
sebagaimana mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-
petunjuk rasul, dengan dibantu ilmu pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan
dengan bahasa ataupun perkembangan masyarakat. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-
petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan rasul serta berusaha
untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan
pemikiran mereka.

KONTEKSTUALISASI TAFSIR/SYARAH TARBAWI

KONTEKSTUALISASI TAFSIR AYAT (2)

Guru adalah seorang pendidik, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para
orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan
sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula
bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/sekolah
karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru. Agama islam sangat menghargai orang-
orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas
mencapai taraf dan ketinggian dan keutuhan hidup secara baik dan benar.

KONTEKSTUALISASI SYARAH HADITS

Perintah Rasulullah saw tentang cara mendidik shalat merupakan perintah yang sangat
lembut, membimbing dan menyemangati, tanpa ada hukuman sama sekali tanpa ada
hukuman. Maka kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah saw memerintahkan untuk
memotivasi tanpa mengancam, tanpa memukul, tanpa mencela, tanpa menghina, dan tanpa
hukuman apapun, sampai ia berumur 10 tahun.

Perlu diperhatikan bahwa, sebagai orang tua seharusnya punya kewajiban selalu
membimbing, mendidik dengan cara mengarahkan dengan memberi ajakan kepada anak-anak
untuk sholat, walaupun sebenarnya sholat belum wajib atas mereka. Artinya bahwa orang tua
tetap wajib memerintahkan sholat kepada mereka, tapi hukum sholat belum wajib atas
mereka. Artinya bahwa apabila orang tua tidak memerintahkan anak-anaknya untuk sholat
pada umur ini, maka orang tua berdosa, dan apabila anak-anak tidak sholat, maka mereka
tidak berdosa. Dan usahakan untuk selalu memerintahkan anak untuk sholat setiap kali waktu
sholat datang. Hal tersebut untuk membiasakan mereka, agar kelak ketika sudah dewasa,
mereka sudah terbiasa untuk sholat.

Maka sudah seharusnya jika anak dari umur 10 tahun sampai anak balilgh, dididik dengan
cara dikenalkan dengan hukuman, dan di antara bentuk hukuman itu adalah pukulan. Dengan
tujuan agar anak tersebut mau melaksanakan sholat. Seperti inilah cara mendidik untuk
sholat, yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.

Daftar Pustaka

Ash-Shidddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nuur. Semarang:


Pustaka Rizki Putra.

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. PT. Karya Toha Putra Semarang

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an.
Jakarta : Lentera Hati. Vol 2

Dawud, Abu. 2007. Hadits Abu Dawud, II/401-402, no. 509. Jakarta: Pustaka Azzam

Anda mungkin juga menyukai