KELAS : ADP/A
NIM : 7213144023
MATKUL : PANCASILA
Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi
yang bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maman
Rachman (1999:324) menyatakan bahwa Pendidikan tentang Pancasila memegang peranan
penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah lulus dari
perguruan tinggi, diharapkan mereka tidak sekedar berkembang daya intelektualnya saja
namun juga sikap dan perilakunya. Sikap dan perilakunya itu diharapkan menjadi dasar
keilmuan yang dimilikinya agar bermanfaat pada diri, keluarga, dan masyarakat. Selain itu,
mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi yang konstruktif dalam
bermasyarakat, berhangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Jadi,
mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
student centered learning.
Selanjutnya Santoso (2013: i-in) memberikan penjelasan rincinya adalah sebagai berikut.
Alasan yang pertama perlu diberikan penjelasan kepada mahasiswa bahwa mempelajari ilmu
sesuai dengan bidangnya saja tidaklah cukup untuk bekal ketika mereka lulus kuliah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 60 keberhasilan seseorang tidak
ditentukan pada penguasaan bidang ilmunya, namun pada kepribadiannya. Dengan
menyadari pentingnya kepribadian in diharapkan mahasiswa lebih tertarik pada mata kuliah
ini.
Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Namun, gejala yang
terjadi pada berbagai kelompok masyarakal, kalangan generasi muda, bahkan politisi dan
aparatur negara saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan meleechkan nilai-nilai Pancasila.
Penyebabnya dapat ditelusuri pada simpul-simpul analisis berikut ;
1. Pancasila pernah dijadikan sehagai alat legitimasi kekuasaan olch Orde Baru, maka ketika
Orde Baru tumbang, banyak orang mempertanyakan apakah Pancasila masih perlu
dipertahankan atau tidak.
2. Revitalisasi nilai-nilai Pancasila terlambat mengikuti perubahan yang berlangsung sangat
cepat schingga nilai-nilai tersebut kurang akwal dan kontekstual.
3. Tidak ada lagi lembaga yang secara khusus melestarikan, mengembangkan, dan
mensosialisasikan Pancasila.
4. Terjadinya inkonsistensi pada tataran nilai praksis, hal ini ditengarai dengan perilaku
penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang tidak
sesuai tau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
5. Pembelajaran Pancasila tidak eksplisit dalam penyelenggarnan pendidikan nasional
sehingga berdampak pada kurang dikenalnya Pancasila olch peserta didik dan miskinnya
pengkajian Pancasila secara akademik (Munir, dkk. , 2014: 1-2).
Lebih lanjut Munir, kk. 2014 1-2, mengatakan bahwa Pendidikan Pancasila sangat tepat
diwajibkan kembali penyelenggaraannya di semua jenjang pendidikan formal sebab dengan
demikian proses internalisasi dan institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan
secara sistemik terhadap anak didik dari tingkat bawah sampai ke tingkat pendidikan tingei.
meskipun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya banyak hal yang harus dievaluasi pada
bangunan sistem pendidikan Pancasila tersebut sebagai berikut ;
-Pertama, pendidikan Pancasila yang dilakukan terlalu fokus pada pembinaan kognitif
tingkat rendah menghafal dan memahami sehingga mengabaikan pembinaan afektif dan
konatif.
- Kedua, berkaitan dengan hal pertama di atas, yaitu menyangkut persoalan metodologi
penyelenggaraan pendidikan Pancasila yang lebih bersifat pengajaran, padahal internalisasi
danatau institusionalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap anak didik diperlukan juga
metodologi institutional building untuk membangun lingkungan yang ber-Pancasila atau
Pancasilais.
-Ketiga, materi pendidikan belum tersaji dengan baik, baik dari pendekatan vertikal maupun
horizontal. Pendekatan vertikal membutuhkan pemikiran evaluatif-integratif terhadap
kurikulum dan silabi pendidikan Pancasila dari tingkat sekolah dasar sampai ke peguruan
tinggi.
1. Dasar Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak
zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah
serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan
hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka,
mandiri, serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat
hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan
sejarahbangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnyatersimpul ciri khas, sifat,
dan karakter bangs yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima
prinsip lima sila yang kemudian diberi nama Pancasila. Dalam hidup berbangsa dan
bernegara dewasa in terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus
memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-
tengah masyarakat internasional.
Pancasila menurut Agama Budha pada masa itu merupakan sikap hidup, dan menurut
cetusan Soekarno, Pancasila adalah lima prinsip yang filosofis. Istilah Pacasila yang dari
bahsa Sangsekerta menjadi bahawa Jawi Kuno yang dipakai oleh Agama Budha akhirnya
menjadi bahasa Indonesia yang digunakan sebagai istilah untuk memberikan nama filsafat
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila memiliki landasan hirtoris seperti diuraikan di atas.
2. Dasar Filosofis
Ketika Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua, dunia
dicekam oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme. Kapitalisme
berakar pada faham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu
sementara komunisme berakar pada faham sosialisme atau kolektivisme yang lebih
mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individual. Kedua aliran
ideologi in melahirkan sistem kenegaraan yang berbeda. Faham individualisme melahirkan
negara-negara kapitalis yang mendewakan kebebasan liberalisme setiap warga, sehingga
menimbulkan perilaku dengan superioritas individu, kebebasan berkreasi dan berproduksi
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sementara faham kolektivisme melahirkan
negara-negara komunis yang otoriter dengan tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat
banyak dari eksploitasi segelintir warga pemilik kapital. Pertentangan ideologi in telah
menimbulkan perang dingin yang dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun para pendiri
negara Republik Indonesia mampu melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi
dunia tersebut, dengan merumuskan pandangan dasar philosophische grondslag pada sebuah
konsep filosofis yang bernama Pancasila.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara, sebagai pedoman hidup bangs Indonesia,
merupakan kritalisasi nilai-nilai, adat-istiadat, kebudayaan, keagamaan bangsa Indonesia
sendiri yang telah dimiliki sejak dahulu kala, yang berurat berakar dalam hati sanubari bangsa
Indonesia yang melekat pada kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
pedoman hidup bangsa Indonesia, falsafah negara, berfungsi sebagai landasan dasar negara
yang berada di atasnya. Dengan demikian hakikat negara, tujuan negara, kedudukan negara
penyelenggaraan negara, dan sebagainya diarahkan atau disi oleh landasan kerohaniaannya.
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.
Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa
Indonesia dalam hidup dalam bermasyarakat dan beraegara mendasarkan pada nilai-nilai
yang tertian dalam sila-sila Pancasila yang secara filosifis merupakan filosifi bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara. Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelm mendirikan
negara adalah sebagaibangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Than Yang Maha Esa.
3. Dasar Sosio-Kultural
Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa
yang tersebar di lebih dari 17. 000 pula, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila
karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan materil,
formal, dan fungsional yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif in
menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-
nilai instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis peraturan perundang- undangan,
yurisprudensi, dan traktat maupun yang lidak tertulis soperli adal istiadat, kesepakatan atau
kesepahaman, dan konvensi. Kebhinekaan tau pluralitas masyarakat bargsa Indonesia yanb
tinggi, dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan
ideologi Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersalil. Data sejarah menunjukan
bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau pemberontakan ole beberapa kelompok
masyarakat, maka milai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk
menyatukan kembali.
Secara kultural, Pancasila itu tumbuh dari adat istiadat, kebudayaan, keagamaan, dan
kepustakaan bangs Indonesia yang unsur-unsurnya telah ada pula dalam diri bangsa
Indonesia sejak dulu kala, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Pancasila merupakan
kritalisasi dari nilai-nilai dat istiadat, kebudayaan, keagamaan, dan kepustakaan bangsa
Indonesia.
Perwatakan asli corak hidup bangsa Indonesia bila disimpulkan adalah sebagai berikut:
a. Komunal
b. kekeluargaan
c. kerja sama
d. sabar
e. percaya pada zat yang mutlak
Demikian itulah ciri-ciri khas bangsa Indonesia yang juga merupakan Pancasila yang
diyakini bersama. Namun Pancasila ini, sebelum Proklamasi Kemerdekaan tidaklah tertulis
secara resmi, Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.
4. Dasar Yuridis
Pancasila sebagai norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia yang
berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pemubukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pembukaan UUD RI Tabun 1945 junctis Keputusan
Presiden RI Nomor 150 Tahum 1959 mengenai Dekrit Presiden RVPanglima Tertinggi
Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1245. Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku adalch Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945 yang disahkanditetapkan ole Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila yang tertuang dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis berkedudukan sebagai Norma
Dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis sebagai Dasar Negara Indonesia.
Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, secara
yuridis konstitusional mempunyai kekuatan hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan
kekuatan hukum mengikat.
Nilai-nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, nilai instrumental,
dan nilai praksis. Nilai dasar terdiri atas nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai Kemanusiaan
yang adil dan beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Nilai dasar ini terdapat pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dan
Penjelasan UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa nilai dasar tersebut harus
dijabarkan konkret dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945, bahkan pada semua
peraturan perundang-undangan pelaksanaannya. Peraturan perundang-undangan ke tingkat
yang lebih rendah pada esensinya adalah merupakan pelaksanaan dari nilai dasar Pancasila
yang terdapat pada Pembukaan dan batang tubuh UUD RI Tahun 1945, sehingga perangkat
peraturan perundangundangan tersebut dikenal sebagai nilai instrumental Pancasila.
E. KERANGKA KONSEPTUAL PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan Pancasila, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan secara
mandiri di setiap perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah Pancasila berdiri
sendiri sebagai mata kuliah, maka memunculkan konsekuensi perlunya kejelasan visi, misi,
tujuan, dan rang lingkup antara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, agar tidak
terjadi tumpang tindih antara kedua mata kuliah tersebut, meskipun di antara keduanya tetap
ada hubungan interface dan saling terkait satu dengan yang lain. Sejalan dengan ass
Pendidikan Tinggi sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU No 12 tahun 2012, yaitu
kebenaran ilmiah, penalaran, kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan, tanggung jawab,
kebhinnekaan dan keterjangkauan, maka Pendidikan Pancasila memiliki peranan yang sangat
ponting untuk mclctakkan pondasi yang kuat dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia. Mata
kuliah Pendidikan Pancasila tidak hanya secara kognitif mengajarkan materi-materi ke-
Pancasila-an saja, tetapi juga membangun karakter sebagai intelektual terdidik sebagaimana
asas pendidikan tinggi tersebut. Pendidikan Pancasila adalah bagian dari kelompok Mata
Kuliah Wajib Umum MKWU yang keseluruhannya terdiri atas mata kuliah agama,
kewarganegaraan, bahasa Indoncsia, dan Pancasila itu sendiri.
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila
adalah sebagai berikut.:
1. Memiliki kemampuan analisis, berfikir rasional, bersikap kritis dalam menghadapi
persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Memiliki kemampuan dan tanggung jawab intelektual dalam mengenali masalah-masalah
dan member solusi berdasarkan nilai- nilai Pancasila.
3. Mampu menjelaskan dasar-dasar kebenaran bahwa Pancasila adalah ideologi yang sesuai
bagi bangsa Indonesia yang majemuk (Bhinneka Tunggal Ika).
4. Mampu mengimplementasikan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila dalam realias
kehidupan.
5. Memiliki karakter ilmuwan dan profesional Pancasilais yang memiliki komitmen atas
kelangsungan hidup dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Santoso, 2013: vili-
ix).