Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ANGELIE NATASHA

KELAS : ADP/A
NIM : 7213144023
MATKUL : PANCASILA

A. PENGERTIAN PANCASILA DAN REVITALISASINYA

Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi
yang bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maman
Rachman (1999:324) menyatakan bahwa Pendidikan tentang Pancasila memegang peranan
penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah lulus dari
perguruan tinggi, diharapkan mereka tidak sekedar berkembang daya intelektualnya saja
namun juga sikap dan perilakunya. Sikap dan perilakunya itu diharapkan menjadi dasar
keilmuan yang dimilikinya agar bermanfaat pada diri, keluarga, dan masyarakat. Selain itu,
mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi yang konstruktif dalam
bermasyarakat, berhangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Jadi,
mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
student centered learning.
Selanjutnya Santoso (2013: i-in) memberikan penjelasan rincinya adalah sebagai berikut.
Alasan yang pertama perlu diberikan penjelasan kepada mahasiswa bahwa mempelajari ilmu
sesuai dengan bidangnya saja tidaklah cukup untuk bekal ketika mereka lulus kuliah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 60 keberhasilan seseorang tidak
ditentukan pada penguasaan bidang ilmunya, namun pada kepribadiannya. Dengan
menyadari pentingnya kepribadian in diharapkan mahasiswa lebih tertarik pada mata kuliah
ini.

Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Namun, gejala yang
terjadi pada berbagai kelompok masyarakal, kalangan generasi muda, bahkan politisi dan
aparatur negara saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan meleechkan nilai-nilai Pancasila.
Penyebabnya dapat ditelusuri pada simpul-simpul analisis berikut ;

1. Pancasila pernah dijadikan sehagai alat legitimasi kekuasaan olch Orde Baru, maka ketika
Orde Baru tumbang, banyak orang mempertanyakan apakah Pancasila masih perlu
dipertahankan atau tidak.
2. Revitalisasi nilai-nilai Pancasila terlambat mengikuti perubahan yang berlangsung sangat
cepat schingga nilai-nilai tersebut kurang akwal dan kontekstual.
3. Tidak ada lagi lembaga yang secara khusus melestarikan, mengembangkan, dan
mensosialisasikan Pancasila.
4. Terjadinya inkonsistensi pada tataran nilai praksis, hal ini ditengarai dengan perilaku
penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang tidak
sesuai tau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
5. Pembelajaran Pancasila tidak eksplisit dalam penyelenggarnan pendidikan nasional
sehingga berdampak pada kurang dikenalnya Pancasila olch peserta didik dan miskinnya
pengkajian Pancasila secara akademik (Munir, dkk. , 2014: 1-2).

Lebih lanjut Munir, kk. 2014 1-2, mengatakan bahwa Pendidikan Pancasila sangat tepat
diwajibkan kembali penyelenggaraannya di semua jenjang pendidikan formal sebab dengan
demikian proses internalisasi dan institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan
secara sistemik terhadap anak didik dari tingkat bawah sampai ke tingkat pendidikan tingei.
meskipun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya banyak hal yang harus dievaluasi pada
bangunan sistem pendidikan Pancasila tersebut sebagai berikut ;

-Pertama, pendidikan Pancasila yang dilakukan terlalu fokus pada pembinaan kognitif
tingkat rendah menghafal dan memahami sehingga mengabaikan pembinaan afektif dan
konatif.
- Kedua, berkaitan dengan hal pertama di atas, yaitu menyangkut persoalan metodologi
penyelenggaraan pendidikan Pancasila yang lebih bersifat pengajaran, padahal internalisasi
danatau institusionalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap anak didik diperlukan juga
metodologi institutional building untuk membangun lingkungan yang ber-Pancasila atau
Pancasilais.
-Ketiga, materi pendidikan belum tersaji dengan baik, baik dari pendekatan vertikal maupun
horizontal. Pendekatan vertikal membutuhkan pemikiran evaluatif-integratif terhadap
kurikulum dan silabi pendidikan Pancasila dari tingkat sekolah dasar sampai ke peguruan
tinggi.

Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi perl diperhatikan secara sungguh-


sungguh sebab akan melandasi dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki moral
Pancasila yang benar schingga mereka memiliki semangat untuk mewujudkan nilai praksis
Pancasila.

B. DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA

1. Dinamika Pendidikan Pamcasila


Perubahan yang signifikan dalam metode pembudayaan pendidikan Pancasila adalah
setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada 1960, diterbitkan buku oleh Departemen P dan K,
dengan judul Munusia dan Masyarakat Baru Indonesia Civics. Buku tersebut diterbitkan
dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan.
Tidak lama sejak lahirnya ketetapan MPR RI, Nomor IIMPR1978, tentang Pedoman
Pengahayatan dan Pengalaman Pancasila P-4 atau Ekaprasetia Pancakarsa, P-4 tersebut
kemudian menjadi salah satu sumber pokok materi Pendidikan Pancasila. Selanjutnya
diperkuat dengan Tap MPR RI Nomor IVMPR1988 tentang GBHN yang mencantumkan
bahwa Pendidikan Pancasila termasuk Pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila. Dalam rangka menyempurnakan perkuliahan pendidikan Pancasila yang
digolongkan dalam mata kuliah dasar umum di perguruan tinggi, Dirjen Dikti, menerbitkna
SK, Nomor 25DIKTIKEP1985, sebelumnya, Dirjen Dikti mengeluarkan SK tertanggal 5
Desember 1983, Nomor 86DIKTVKep1983, kemudian dilengkapi dengan SK Kepala BP-7
Pusat tanggal 2 Januari 1984, Nomor KEP01BP-711984.

Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh keberadaan dan


menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :
1. SK Dirjen Dikti, Nomor 232U2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi,
2. SK Dirjen Dikti, Nomor 265Dikti2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian MKPK, dan
3. SK Dirjen Dikti, Nomor 38DiktiKep2000, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, bahwa mata


kuliah wajib diperguruan tinggi beberapa universitas menggabungkan dalam mater
pendidikan kewarganegaraan. Penguatan keberadaan mata kuliah Pancasila di perguruan
tinggi ditegaskan dalam Pasal 35 jo. Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, yang menetapkan ketentuan bahwa mata kuliah
pendidikan Pancasila wajib dimuat dalam kurikulum perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut:
1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.
2. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dengan
demikian, pembuat Undang-Undang menghendaki agar mata kuliah Pendidikan
Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi.
(Nurwardani, dkk., 2016).

2. Tantangan Pendidikan Pancasila

Abdulgani menyatakan bahwa Pancasila adalah leitmotive dan leitstar, dorongan


pokok dan bintang penunjuk jalan. Tapa adanya leitmotive dan leitstar Pancasila, kekuasaan
Negara akan menyeleweng. Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan itu harus dicegah
dengan cara mendahulukan Pancasila dasar filsafat dan dasar moral 1979 14. Tantangannya
ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan di berbagai progam studi dengan dengan menarik dan efektif.

C. PENTINGNYA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA


Seiring perkembangan zaman di cra globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend
yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian. Kondisi
ini memunculkan kecenderungan permasalahan bar yang semakin beragam dan multi
dimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak bagi
kehidupan manusia. Dapat berdampak menguntungkan dan merugikan, berdampak
menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup.
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat.
Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara
di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti meningkatnya tindak
kriminal,semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, kekerasan, kejahatan
seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik
yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi topik hangat dan tidak ada henti-
hentinya untuk dibicarakan. Padahal sudah lebih dari setengah abad bangsa Indonesia
merdeka, tapi sampai sat ini justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi karakter
kebangsaan.
Menurut Ali Ibrahim Akbar 2000, menjelaskan bahwa ternyata kesuksesan seseorang
tidak ditentukan semata-mata ole pengetahuan dan kemampuan teknis hard skill saja, tetapi
lebih oleh pengetahuan mengelola diri dan orang lain soft skill. Hal ini membuktikan bahwa
kesuksesan seseoarang lebih ditentukan oleh kemampuan manage self daripada kemampuan
knowledge. Dan juga sebagai isyarat bahwa mutu pendidikan karakter scperti pancasila
mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di masa yang akan datang.

D. LANDASAN DAN DASAR-DASAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN PANCASILA


Berikut in akan diuraikan landasan atau dasar dasar diadakannya mata kuliah
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, sebagaimana dikemukkan oleh ole Kaelan (2004)
dan lihat juga Santoso (2013: iv-vii) yang terdiri atas landasan historis, filosofis, sosiologis,
dan yuridis sebagai berikut :

1. Dasar Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak
zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah
serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan
hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka,
mandiri, serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat
hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan
sejarahbangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnyatersimpul ciri khas, sifat,
dan karakter bangs yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima
prinsip lima sila yang kemudian diberi nama Pancasila. Dalam hidup berbangsa dan
bernegara dewasa in terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus
memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-
tengah masyarakat internasional.
Pancasila menurut Agama Budha pada masa itu merupakan sikap hidup, dan menurut
cetusan Soekarno, Pancasila adalah lima prinsip yang filosofis. Istilah Pacasila yang dari
bahsa Sangsekerta menjadi bahawa Jawi Kuno yang dipakai oleh Agama Budha akhirnya
menjadi bahasa Indonesia yang digunakan sebagai istilah untuk memberikan nama filsafat
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila memiliki landasan hirtoris seperti diuraikan di atas.

2. Dasar Filosofis
Ketika Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua, dunia
dicekam oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme. Kapitalisme
berakar pada faham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu
sementara komunisme berakar pada faham sosialisme atau kolektivisme yang lebih
mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individual. Kedua aliran
ideologi in melahirkan sistem kenegaraan yang berbeda. Faham individualisme melahirkan
negara-negara kapitalis yang mendewakan kebebasan liberalisme setiap warga, sehingga
menimbulkan perilaku dengan superioritas individu, kebebasan berkreasi dan berproduksi
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sementara faham kolektivisme melahirkan
negara-negara komunis yang otoriter dengan tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat
banyak dari eksploitasi segelintir warga pemilik kapital. Pertentangan ideologi in telah
menimbulkan perang dingin yang dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun para pendiri
negara Republik Indonesia mampu melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi
dunia tersebut, dengan merumuskan pandangan dasar philosophische grondslag pada sebuah
konsep filosofis yang bernama Pancasila.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara, sebagai pedoman hidup bangs Indonesia,
merupakan kritalisasi nilai-nilai, adat-istiadat, kebudayaan, keagamaan bangsa Indonesia
sendiri yang telah dimiliki sejak dahulu kala, yang berurat berakar dalam hati sanubari bangsa
Indonesia yang melekat pada kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
pedoman hidup bangsa Indonesia, falsafah negara, berfungsi sebagai landasan dasar negara
yang berada di atasnya. Dengan demikian hakikat negara, tujuan negara, kedudukan negara
penyelenggaraan negara, dan sebagainya diarahkan atau disi oleh landasan kerohaniaannya.
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.
Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa
Indonesia dalam hidup dalam bermasyarakat dan beraegara mendasarkan pada nilai-nilai
yang tertian dalam sila-sila Pancasila yang secara filosifis merupakan filosifi bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara. Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelm mendirikan
negara adalah sebagaibangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Than Yang Maha Esa.

3. Dasar Sosio-Kultural
Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa
yang tersebar di lebih dari 17. 000 pula, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila
karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan materil,
formal, dan fungsional yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif in
menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-
nilai instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis peraturan perundang- undangan,
yurisprudensi, dan traktat maupun yang lidak tertulis soperli adal istiadat, kesepakatan atau
kesepahaman, dan konvensi. Kebhinekaan tau pluralitas masyarakat bargsa Indonesia yanb
tinggi, dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan
ideologi Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersalil. Data sejarah menunjukan
bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau pemberontakan ole beberapa kelompok
masyarakat, maka milai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk
menyatukan kembali.
Secara kultural, Pancasila itu tumbuh dari adat istiadat, kebudayaan, keagamaan, dan
kepustakaan bangs Indonesia yang unsur-unsurnya telah ada pula dalam diri bangsa
Indonesia sejak dulu kala, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Pancasila merupakan
kritalisasi dari nilai-nilai dat istiadat, kebudayaan, keagamaan, dan kepustakaan bangsa
Indonesia.
Perwatakan asli corak hidup bangsa Indonesia bila disimpulkan adalah sebagai berikut:
a. Komunal
b. kekeluargaan
c. kerja sama
d. sabar
e. percaya pada zat yang mutlak

Perwatakan itu selanjutnya berkembang menjadi :


a. semangat gotong royong
b. kekeluargaan
c. ketuhanan
d. kerakyatan
e. kemanusiaan
f. keadilan
g. ramah tamah
f. Bhinneka Tunggal Ika
Selanjutnya berkembang lagi menjadi :
a. Keadilan
b. kerakyaton
c. kebangsaan
d. kemanuslaam
e. Ketuhanan

Demikian itulah ciri-ciri khas bangsa Indonesia yang juga merupakan Pancasila yang
diyakini bersama. Namun Pancasila ini, sebelum Proklamasi Kemerdekaan tidaklah tertulis
secara resmi, Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

4. Dasar Yuridis
Pancasila sebagai norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia yang
berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pemubukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pembukaan UUD RI Tabun 1945 junctis Keputusan
Presiden RI Nomor 150 Tahum 1959 mengenai Dekrit Presiden RVPanglima Tertinggi
Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1245. Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku adalch Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945 yang disahkanditetapkan ole Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila yang tertuang dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis berkedudukan sebagai Norma
Dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis sebagai Dasar Negara Indonesia.
Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, secara
yuridis konstitusional mempunyai kekuatan hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan
kekuatan hukum mengikat.
Nilai-nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, nilai instrumental,
dan nilai praksis. Nilai dasar terdiri atas nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai Kemanusiaan
yang adil dan beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Nilai dasar ini terdapat pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dan
Penjelasan UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa nilai dasar tersebut harus
dijabarkan konkret dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945, bahkan pada semua
peraturan perundang-undangan pelaksanaannya. Peraturan perundang-undangan ke tingkat
yang lebih rendah pada esensinya adalah merupakan pelaksanaan dari nilai dasar Pancasila
yang terdapat pada Pembukaan dan batang tubuh UUD RI Tahun 1945, sehingga perangkat
peraturan perundangundangan tersebut dikenal sebagai nilai instrumental Pancasila.
E. KERANGKA KONSEPTUAL PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan Pancasila, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan secara
mandiri di setiap perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah Pancasila berdiri
sendiri sebagai mata kuliah, maka memunculkan konsekuensi perlunya kejelasan visi, misi,
tujuan, dan rang lingkup antara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, agar tidak
terjadi tumpang tindih antara kedua mata kuliah tersebut, meskipun di antara keduanya tetap
ada hubungan interface dan saling terkait satu dengan yang lain. Sejalan dengan ass
Pendidikan Tinggi sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU No 12 tahun 2012, yaitu
kebenaran ilmiah, penalaran, kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan, tanggung jawab,
kebhinnekaan dan keterjangkauan, maka Pendidikan Pancasila memiliki peranan yang sangat
ponting untuk mclctakkan pondasi yang kuat dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia. Mata
kuliah Pendidikan Pancasila tidak hanya secara kognitif mengajarkan materi-materi ke-
Pancasila-an saja, tetapi juga membangun karakter sebagai intelektual terdidik sebagaimana
asas pendidikan tinggi tersebut. Pendidikan Pancasila adalah bagian dari kelompok Mata
Kuliah Wajib Umum MKWU yang keseluruhannya terdiri atas mata kuliah agama,
kewarganegaraan, bahasa Indoncsia, dan Pancasila itu sendiri.

F. VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA


Visi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah terwujudnya kepribadian
sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Misi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan potensi akademik peseta didik (misi psikopedagogis)
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa, dan negara (misi psikososial)
c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural)
d. Mengkaji dan tengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline) (misi akademik)
(Sumber: Tim Dikti, 2016).

G. TUJUAN DAN CAPAIAN PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN PANCASILA
Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan
dapat tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk secara akademik
mengkaji,menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah pembangunan bangsa dan
negara dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
Republik Indonesia. Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan
untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.
Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa
kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila yang merupakan bagian
dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan berpikir,
bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan las sebagai manusia intelektual dengan
car mengantarkan
mahasiswa:
1. Agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati
nuraninya;
2. Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-
cara pemecahannya;
3. Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan seni;
4. Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang
persatuan Indonesia.

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional, mempunyai tujuan


mempersiapkan mahasiswa sebagai calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan
bermartabat agar :
1. menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. sehat Jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
3. memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai hari nurani;
4. mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
5. mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi bangsanya.

Santoso (2013: vili) menjelaskan tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan


Tinggi adalah untuk :
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada
mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI Tahun 1945.

Selanjutnya secara spesifik tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan


Tinggi adalah:
1. Memperkuat implementasi Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa
melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dusar kehidupan bermusyarakal,
berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada
mahasiswa shagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (living
Pancasila)
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencan solusi terhadap
berhagai personalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI tabun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat
madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk
mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal bangsa Indonesia. (Santoso,
2013: vili; dan lihat juga
Munir, dkk., 2012: 15-16).

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila
adalah sebagai berikut.:
1. Memiliki kemampuan analisis, berfikir rasional, bersikap kritis dalam menghadapi
persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Memiliki kemampuan dan tanggung jawab intelektual dalam mengenali masalah-masalah
dan member solusi berdasarkan nilai- nilai Pancasila.
3. Mampu menjelaskan dasar-dasar kebenaran bahwa Pancasila adalah ideologi yang sesuai
bagi bangsa Indonesia yang majemuk (Bhinneka Tunggal Ika).
4. Mampu mengimplementasikan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila dalam realias
kehidupan.
5. Memiliki karakter ilmuwan dan profesional Pancasilais yang memiliki komitmen atas
kelangsungan hidup dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Santoso, 2013: vili-
ix).

Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan


dapat tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk mengkaji Pancasila secara
akademik genetivus objektivus, dan menjadikan Pancasila sebagai perspektif untuk
mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah bangsa dan negara genetivus
subjectivus. Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

H. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS, DAN POLITIK


PENDIDIKAN PANCASILA
Dari segi objek materil, pengayaan materi atau substansi mata kuliah Pendidikan
Pancasila dapat dikembangkan melalui bebcrupa pendekatan, di antaranya pendekatan
historis, sosiologis, dan politik (Ristekdikti, 2016) sebagai berikut.
a. Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kchidupan bangsa dengan
lebih bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang Filsuf Yunani
yang bernama Cicero 106- 43SM yang mengungkapkan Historia Vitae Mugistru. yung
bermakna sejarah memberikan kearifan. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah
menjadi pendapat umum common sense adalah sejarah merupakan guru kehidupan.
b. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Soekanto (1982: 19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu
masyarakat pada suatu waktu dan tempt memiliki nilai-nilai yang tertentu, melalui
pendekatan sosiologis ini anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara
arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
c. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechstaar) dan salah satu cirinya
atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law).
Pendekatan yuridis merupakan salah satu pendekatan utama dalam pengembangan atau
pengayaan materi mata kuliah Pendidikan Pancasila. Urgensi Pendidikan yuridis in adalah
dalam rangka menegakkan Undang-undang (law enforcement,) yang merupakan salah satu
kewajiban negara yang penting.
d. Sumber Politik Pendidikan Pancasila
Salah satu sumber pengayaan materi Pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar and mampu mendiagnosa dan
mampu memformulasikan saran-saran tentang upaya usaha mewujudkan kehidupan politik
yang ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Melalui pendidikan politik ini, anda
diharapkan mampu menafsirkan fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang
bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik
yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai