ABSTRAK
Jerawat merupakan salah satu gangguan kulit yang mengganggu penampilan seseorang.
Isotretinoin adalah salah satu obat anti jerawat oral yang paling sering digunakan karena obat
ini bekerja dengan sangat baik. Sayangnya, isotretinoin memiliki efek samping serius terhadap
kehamilan. Dari beberapa hasil penelitian secara eksperimental dan non-eksperimental
diketahui bahwa isotretinoin dapat menyebabkan gangguan kehamilan yaitu keguguran spontan
pada ibu hamil serta menyebabkan bayi terlahir cacat. Penelitian secara non-eksperimental
dilakukan dengan metode retrospektif menggunakan data medis responden dan pengisian
kuesioner mengenai kehamilan. Penelitian eksperimental menggunakan tikus yang diberi
isotretinoin, lalu diukur parameter-parameternya, seperti parameter darah, ketebalan kornea
pada anakan tikus dan abnormalitas pada rongga mulut anakan tikus. Selain itu penelusuran
pustaka juga menghasilkan beberapa kasus mengenai hasil kehamilan yang dilaporkan akibat
dari penggunaan isotretinoin selama masa kehamilan. Hasilnya didapatkan bahwa penggunaan
isotretinoin selama masa kehamilan akan menimbulkan efek teratogenik dan aborsi spontan.
ABSTRACT
Acne is a skin disorder that disrupt a person's appearance. Isotretinoin is one oral anti-acne
drug that is most commonly used because it works very well. Unfortunately, isotretinoin has
serious adverse effects on pregnancy. Results of some studies in experimental and non-
experimental known that isotretinoin can cause disorders of pregnancy are a spontaneous
miscarriage in pregnant women as well as cause the baby born with disabilities. Non-
experimental study conducted by the retrospective method using medical data of respondents
and filling a questionnaire on pregnancy. An experimental study using mice given isotretinoin,
then the measured parameters, such as blood parameters, the thickness of the cornea of mice
puppies and abnormalities in the oral cavity of mice puppies. Besides literature review resulted
in several cases of pregnancy outcomes reported as a result of the use of isotretinoin during
pregnancy. The result shows that the use of isotretinoin during pregnancy will cause
teratogenic effects and spontaneous abortion.
Kulit merupakan salah satu organ liver-X, reseptor vitamin D dan reseptor
melindungi tubuh manusia dari pengaruh Terdapat dua jenis pengobatan yang
maka kulit perlu dijaga dari kerusakan agar jerawat yaitu pengobatan topikal yang
Salah satu masalah kerusakan kulit pengobatan oral dengan cara diminum
adalah jerawat. Jerawat adalah sejenis sistemik. Penggunaan obat topikal dianggap
peradangan pada kulit yang disebabkan kurang efektif karena hanya mengobati
oleh kolonisasi bakteri di dalam pori-pori daerah yang diberikan obat, hal ini
yang tersumbat oleh minyak [2]. Minyak dikarenakan mekanisme kerja obat topikal
tersebut berasal dari aktivitas kelenjar hanya untuk mengurangi lesi yang akan
sebasea (kelenjar minyak) yang terlalu aktif terbentuk. Maka dari itu penggunaan obat
sehingga memproduksi minyak berlebih oral lebih disukai dibanding obat topikal
sebasea disusun oleh sel sebocyte, sel-sel ini merupakan obat yang digunakan secara per
yang akan menyintesis minyak serta oral dalam terapi penyembuhan jerawat
menyimpan bulir-bulir minyak tersebut. yang sangat parah, selain itu obat ini juga
antara ligan dan reseptor sebocyte. tingkat menengah, jerawat tersebut sudah
sebocyte antara lain reseptor androgen, serta jerawat yang menimbulkan bekas luka
sangat parah sudah disetujui oleh U.S. Food menjadi cacat [13].
saat ini isotretinoin masih terus digunakan Dalam artikel review ini penulis
dan menjadi obat anti jerawat yang paling menggunakan metode pengumpulan data
efektif sebab mengurangi gejala jerawat primer. Data primer yang penulis gunakan
jangka panjang serta memperbaiki jaringan merupakan hasil pencarian langsung oleh
yang rusak akibat jerawat [9,10]. peneliti secara online dengan menggunakan
Isotretinoin (13-cis RA), senyawa 9- mesin pencari online yaitu google dan
cis RA dan semua trans asam retinoat google scholar. Pencarian data dilakukan
(ATRA) bekerja dengan memberikan efek dengan menggunakan kata kunci “acne”,
pada proliferasi sel, apoptosis sel dan siklus “isotretinoin”, “isotretinoin side effect”,
protein sel yang diteliti pada SEB-1 “isotretinoin for acne treatment”,
sebocyte dan keratinosit [11]. Dosis terapi “isotretinoin guideline”, “jerawat”, “protein
yang dianjurkan untuk isotretinoin per hari p21” dan “protein cyclin D1” . Pencarian
adalah 0,5-2 mg/Kg BB/hari. Pada lebih lanjut dilakukan secara manual
penggunaan isotretinoin dalam jangka dengan skrining data primer yang sesuai
panjang perlu memulai perawatan dengan agar dapat digunakan sebagai pustaka
dosis yang kecil yaitu kurang dari 0,5 artikel. Pustaka artikel yang penulis inklusi
mg/Kg BB/hari dengan akumulasi total adalah pustaka yang berhubungan dengan
dosis 120-150 mg/Kg BB [12]. efek isotretinoin sebagai obat jerawat pada
teratogenik pada janin, sehingga wanita menghasilkan 37 jurnal dan setelah melalu
hamil dapat mengalami keguguran spontan. tahap skrining jurnal yang digunakan
Telah dilakukan beberapa penelitian dan kelahiran bayi cacat dan hasil
non-eksperimental pada wanita hamil yang kehamilan yang tidak diketahui kabar
terpapar oleh isotretinoin baik sebelum selanjutnya. Pengumpulan data pada studi
ataupun saat masa kehamilan. Parameter ini dilakukan dengan mengumpulkan data
yang diukur pada penelitian tersebut adalah medis dari responden yang terdapat di
aborsi dengan disengaja yaitu aborsi yang institusi-institusi yang berwenang. Berikut
dilakukan setelah responden setuju untuk adalah hasil studi yang dilakukan oleh
menggugurkan janin yang dia kandung, beberapa institusi tersebut. Data tersebut
aborsi spontan yaitu aborsi terjadi tiba-tiba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil kehamilan dari responden yang terpapar isotretinoin pada waktu sebelum dan
saat kehamilannya
Aborsi
Aborsi Meninggal Lahir Lahir Tidak
dengan Total;
Hasil studi spontan; setelah sehat; cacat; diketahui
disengaja; jumlah
pada jumlah lahir; jumlah jumlah kabarnya;
jumlah (%)
(%) jumlah (%) (%) (%) jumlah (%)
(%)
TIS Berlin, 18a 3 91
69 (75.82) 5 (5.49) - -
Jerman [14] (19.78) (3.30) (100)
RAMQ,
9 90
Montréal, 76 (84.45) 3 (3.33) 2 (2,22) - -
(10.00) (100)
Kanada[15]
CGH & WC,
40 79
Seoul Korea 17 (21.52) 9 (11.39) - - 2 (2.53)
(58.82) (100)
Selatan [16]
Provinsi
British
Columbia,
1 041 290 107 11 1 473
Saskatchewan, - 22 (1.49)
(70.67) (19.69) (7.26) (0.75) (100)
Manitoba,
Ontario di
Kanada [17]
a
= termasuk kelahiran sepasang bayi kembar; TIS =Teratogenic information Services; RAMQ = Régie de
l'assurance maladie du Québec; CGH & WC = Cheil General Hospital & Women’s Healthcare Center. Terdapat
2 (0.14%) kasus hasil kehamilan yang tidak dapat dimasukkan ke dalam parameter mana pun.
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 153
Dilakukan pula beberapa penelitian setiap kelompok terdiri dari 3-5 tikus.
eksperimental pada tikus yang terpapar Kelompok kontrol diberikan larutan tween-
pertama adalah untuk mengukur toksisitas tiga hari sedangkan kelompok I, II dan III
isotretinoin oral yang diberikan pada tikus diberi isotretinoin yang dilarutkan pada
parameter toksisitas dilakukan setelah tiga masing 1 µg/Kg BB/hari, 10 µg/Kg BB/hari
hari pemberian isotretinoin oral. Parameter dan 100 µg/Kg BB/hari. Setelah tiga hari,
yang diukur pada eksperimen ini adalah tikus dipuasakan semalaman, lalu diambil
parameter hematologi dan parameter kimia darah keesokan harinya lewat posterior
Tikus dibagi ke dalam empat parameter toksisitas dari darah tikus dapat
Tabel 2. Parameter uji pada tikus betina setelah terpapar isotretinoin selama tiga hari.
Parameter Kelompok Kelompok I Kelompok II Kelompok III
kontrol (Isotretinoin 1 (Isotretinoin 10 (Isotretinoin 100
µg/Kg BB/hari) µg/Kg BB/hari) µg/Kg BB/hari)
Hematologi (mean, n = 3-5
tikus betina)
Sel darah putih (K/ µgL) 2.87 2.10 2.64 2.17
Limfosit (K/ µgL) 1.60 1.72 2.08 1.82
Monosit (K/ µgL) 0.11 0.11 0.14 0.08
Granulosit (K/ µgL) 1.17 0.28 0.43 0.27
Limfosit (%) 55.38 82.43 78.03 84.25
Monosit (%) 4.08 6.53 5.45 3.05
Granulosit (%) 90.58 11.05 16.50 12.68
Sel darah merah (M/ µgL) 8.72 7.62 8.65 8.26
Hemoglobin (g/dL)
Hematokrit (%) 15.13 12.58 14.28 13.90
Rata-rata volume 41.41 35.77 40.68 38.75
corpuscular (fl) 47.50 46.75 47.25 46.75
Rata-rata hemoglobin
corpuscular (pg) 17.35 16.00 16.55 16.75
Rata-rata konsentrasi
hemoglobin corpuscular 36.45 34.13 35.13 35.78
(g/dL)
Platelet (K/ µgL)
465.00 574.75 579.00 382.00
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 154
pada anakan tikus albino betina galur wistar hari. Pada hari ke tujuh setelah kelahiran,
yang dalam masa kehamilannya sang induk diambil satu anakan jantan dan satu anakan
sudah diberi isotretinoin. Tikus betina betina dari masing-masing induk di tiap
sebelumnya terlebih dahulu dibagi ke dalam kelompok, anakan dikorbankan dan dibuat
terdiri dari empat tikus betina dan masing- ketebalan kornea dari bagian tengah kornea.
masing tikus kemudian dikawinkan dengan Pada hari ke 14 dan 30 diambil kembali satu
tikus jantan. Pada kelompok kontrol tikus anakan betina dan satu anakan jantan dari
hanya diberi vegetable oil, kelompok dua tiap kelompok untuk mendapat perlakuan
diberi isotretinoin oral dosis 16mg/Kg BB yang sama seperti hari ke tujuh. Hasil
selama masa kehamilan 1-7 hari, sedangkan pengukuran ketebalan kornea anakan tikus
kelompok tiga diberi isotretinoin oral dosis dapat dilihat pada Grafik 1.
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 155
Grafik 1. ketebalan (µm) kornea mata tikus yang diukur dari bagian tengah kornea (n = 8).
*** = P < 0.001. Sumber:[19]
Eksperimen pada tikus yang ketiga kelompok B pada hari ke 12 dan kelompok
dilakukan dengan mengukur abnormalitas C pada hari ke 13. Kehamilan tikus diukur
pada janin tikus yang pada masa dari vagina smear tikus betina setelah
Pertama-tama tikus albino betina galur Pada hari terakhir kehamilan, janin
wistar dibagi ke dalam kelompok A, B dan tikus diambil, lalu dilakukan beberapa
kelompok, lalu masing-masing kelompok dilakukan pada janin tikus tersebut dapat
Tabel 3. Parameter abnormalitas morfologi janin tikus yang pada masa kehamilan terpapar
isotretinoin
Parameter Grup A Grup B Grup C
Kontrol A1 A2 Kontrol B1 B2 Kontrol C1 C2
BP (g)
(mean, n = 2.22 1.88 1.84 2.26 2.10 2.00 2.28 2.26 2.04
7)
JH;
14 18 14 14 14 14
jumlah 6 (100) 5 (100) 3(100)
(100) (100) (100) (100) (100) (100)
(%)
BSBSL;
6 10 2 2
jumlah 0 (0) 0 (0) 1 (7.14) 0 (0) 1 (7.14)
(42.86) (55.55) (14.29) (14.29)
(%)
BSUSL;
5 6 3
jumlah 0 (0) 0 (0) 1 (7.14) 0 (0) 1 (7.14) 1 (7.14)
(35.71) (33.33) (21.43)
(%)
TS;
2 2 2 10 8
jumlah 6 (100) 1 (5.56) 5 (100) 3 (100)
(14.29) (14.29) (14.29) (71.43) (57.14)
(%)
SLLS;
10 2 2
jumlah 0 (0) 1 (7.14) 1 (5.56) 0 (0) 7 (0.50) 0 (0)
(71.43) (14.29) (14.29)
(%)
HBSB ;
jumlah 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
(%)
HBSU ;
jumlah 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
(%)
MAL;
jumlah 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
(%)
BP = Berat plasenta; JH = Janin yang dapat hidup; BSBSL = Bibir sumbing bilateral dengan sumbing langit-
langit; BSUSL = Bibir sumbing unilateral dengan sumbing langit-langit; TS = Tidak ada sumbing sama sekali;
SLLS = Sumbing langit-langit sekunder; HBSB = Hanya bibir sumbing bilateral; HBSU = Hanya bibir sumbing
unilateral; MAL = Morfologi abnormal lainnya. Sumber: [20]
tersebut.
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 157
Data pertama yang penulis dapatkan lembaga pengelola kesehatan publik dan
dengan menggunakan data medis wanita CGH & WC (Cheil General Hospital &
hamil yang ada di beberapa institusi yaitu Women’s Healthcare Center) yang berada
TIS (Teratogenic Information Services) di Seoul, Korea Selatan dan Data kehamilan
Berlin di Jerman, RAMQ (Régie de yang ada di empat provinsi negara bagian
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 158
Kanada (provinsi British Columbia, nilai yang lebih baik, lebih dari setengah
telah dilakukan aborsi disengaja dengan yang rendah, yaitu, 5%, sedangkan pada
tingkat yang cukup tinggi, yaitu ≥70% pada RAMQ dan CGH & WC tidak terdapat bayi
TIS Berlin, RAMQ Kanada dan empat yang lahir dengan cacat bawaan. Terdapat 2
provinsi di Kanada, sedangkan di CGH & (0.14%) kasus pada empat provinsi di
rendah, hanya ada 21.52%. Aborsi spontan dimasukkan ke dalam parameter mana pun.
di TIS Berlin, RAMQ dan CGH & WC Penelitian yang dilakukan pada CGH
menunjukkan tingkat yang rendah, yaitu & WC menunjukkan nilai yang cukup baik,
<10%, sedangkan pada empat provinsi di hal ini dikarenakan responden pada CGH &
yang lebih tinggi, yaitu 19.69%. Data dari isotretinoin pada sebelum pembuahan,
dilahirkan, hal ini disebabkan karena post- Pada penelitian secara eksperimental
natal shock, kasus ini hanya ditemukan dengan mengukur parameter toksisitas pada
pada RAMQ. Selain aborsi, parameter hasil darah tikus, hematologi dan kimia klinik.
kehamilan yang lain adalah kelahiran bayi, Dalam pengukuran parameter hematologi
baik bayi yang lahir dengan sehat ataupun diketahui rata-rata dari ketiga kelompok
bayi yang lahir dengan cacat bawaan. Data tikus memiliki kadar granulosit,
dari TIS Berlin, RAMQ dan empat provinsi hemoglobin, hematokrit dan hemoglobin
bayi yang sehat rendah, yaitu <20%, dengan kelompok kontrol, serta kelompok
sedangkan pada CGH & WC menunjukkan tikus yang diberi isotretinoin memiliki
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 159
kadar limfosit dan platelet yang lebih tinggi Pada parameter kimia klinik kadar
kadar sel darah putih, granulosit, menghasilkan nilai kadar yang lebih tinggi
hemoglobin, hematokrit dan hemoglobin sedikit dari kontrol dan pada kelompok tiga
corpuscular. Penurunan kadar sel darah kadar nitrogen urea darah yang lebih rendah
berikut menandakan beberapa hal. dari kontrol. Kadar kreatinin dan fosfor
Rendahnya kadar sel darah putih dan anorganik juga bervariasi, pada kelompok
granulosit menunjukkan bahwa daya tahan satu kreatinin dan fosfor organik sama
tubuh sedang menurun. Penurunan kadar dengan kontrol, kadar kreatinin kelompok
hemoglobin dapat menyebabkan tubuh dua lebih tinggi dari kontrol dan pada
kekurangan oksigen dan menimbulkan kelompok tiga kadar kreatinin dan fosfor
yang rendah menunjukkan konsentrasi zat kontrol. Kadar SGPT dan glukosa
padat dalam darah rendah. Peningkatan kelompok satu lebih kecil daripada kontrol,
limfosit dan platelet juga menunjukkan sedangkan pada kelompok dua dan
beberapa hal, kadar limfosit yang tinggi kelompok tiga kadar SGPT dan glukosa
menunjukkan bahwa sistem imun tubuh jauh lebih tinggi dibanding kontrol. Kadar
sedang bekerja untuk melawan zat-zat asing SGOT pada kelompok satu sama dengan
yang masuk ke dalam tubuh, dalam hal ini kadar SGOT kontrol, tetapi kadar SGOT
melawan senyawa kimia asing pada kelompok dua dan kelompok tiga jauh
(isotretinoin). Kadar platelet yang tinggi lebih tinggi dari kontrol. Kadar alkali
dapat menjadi indikator terjadinya fosfatase, kalsium dan protein total pada
pendarahan, sebab platelet adalah zat yang ketiga kelompok tikus juga lebih tinggi dari
tinggi pada tikus kelompok satu dan hati. Dari data diketahui kadar SGOT dan
kelompok dua, pada kelompok tiga kadar SGPT tinggi pada dosis 10 µg/Kg BB/hari
sama dengan kontrol. Kolesterol pada dan 100 µg/Kg BB/hari. Sedangkan kadar
kelompok satu sedikit lebih rendah ALP tinggi pada seluruh dosis dan albumin
dibanding kontrol, pada kelompok tiga tinggi pada tikus yang diberi isotretinoin 1
pada kelompok dua jauh lebih tinggi Pada eksperimen menggunakan tikus
daripada kontrol. Kadar lipase ketiga yang kedua, dari ketiga kelompok tikus
kelompok tikus lebih kecil sedikit daripada (kontrol, perlakuan hari 1-7 kehamilan dan
kontol. Kadar albumin dan asam urat pada perlakuan hari 12-18 kehamilan) baik pada
kelompok satu lebih tinggi sedikit pengukuran di hari ke tujuh post-natal, hari
kelompok dua dan kelompok tiga lebih mata tikus jauh lebih besar kelompok
Kadar nitrogen urea darah dan perlakuan (isotretinoin). Pada hari ke tujuh
kerusakan ginjal. Tingginya kadar nitrogen isotretinoin pada hari ke 1-7 kehamilan
urea dan kreatinin menunjukkan kerja ginjal ketebalan korneanya sedikit lebih tebal
yang terganggu sebab seharusnya kedua zat dibanding yang diberi perlakuan pada hari
sisa tersebut diekskresikan. Dari data ke 12-18. Hal ini juga sama seperti pada
diketahui pada tikus yang diberi isotretinoin tikus yang diukur ketebalan kornea pada
10 µg/Kg B/hari memiliki kadar yang relatif hari ke 14 post-natal, sedangkan pada tikus
lebih tinggi sedangkan tikus yang diberi yang dikorbankan pada hari ke 30 post-
isotretinoin 100 µg/Kg BB/hari memiliki natal ketebalan kornea tikus yang diberi
kadar yang relatif lebih rendah. Kadar alkali isotretinoin pada hari ke 12-18 kehamilan
fosfatase (ALP), albumin, SGOT dan SGPT sedikit lebih tebal dibanding yang diberi
yang tinggi merupakan indikator kerusakan isotretinoin pada hari ke 1-7. Hal ini
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 161
isotretinoin pada masa kehamilan akan kelompok B2, C1 dan C2 sangat rendah.
mata abnormal, yaitu lebih tipis daripada kelompok A1, A2 dan B1 sangat rendah,
menggunakan tikus diketahui berat plasenta tikus yang lahir sehat pada A1, A1, B1 dan
kelompok kontrol lebih besar dibanding sub B2 cukup rendah, sedangkan pada
utama. Serta berat plasenta sub kelompok seluruh kelahiran bayi tikus tersebut, tidak
satu sedikit lebih berat dibanding sub ada yang mengalami bibir sumbing bilateral
kelompok dua pada tiap-tiap kelompok maupun unilateral saja serta morfologi
utama. Pada kelompok kontrol dari masing- abnormal lainnya. Dari data tersebut,
masing kelompok utama, semua janin yang diketahui bahwa penggunaan isotretinoin
hidup tidak ada yang mengalami bibir dapat menyebab malformasi organ, dalam
sumbing (malformasi langit-langit mulut). kasus ini adalah rongga mulut yang tidak
maka semakin besar penurunan berat turunan asam retinoat, sehingga obat ini
plasenta. Belum ada mekanisme khusus akan bekerja pada reseptor asam retinoat di
yang menjelaskan hubungan tersebut. sebocyte [6]. Penelitian yang dilakukan oleh
Angka bibir sumbing bilateral dengan Amanda M. Nelson, dkk, isotretinoin (13-
sangat tinggi, pada kelompok B dan C baik pada sel sebocyte manusia atau
cukup rendah. Angka Bibir sumbing sebocyte abadi. Hal ini terjadi karena
pada kelompok A juga cukup tinggi, pada mempengaruhi siklus sel pada fase G1 dan
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 162
fase S, terjadi penurunan sintesis DNA jumlah sel sebocyte semakin berkurang dan
protein cyclin D1 [11]. Kedua protein ini Pada ketiga kasus yang disebutkan
siklus pembelahan sel, protein p21 berperan efek teratogenik, sehingga menghasilkan
sebagai agen anti-apoptosis dan protein bayi yang terlahir cacat. Teratogenik bukan
cyclin D1 bertanggung jawab untuk hanya tampak secara fisik tetapi juga cacat
memperbaiki DNA yang rusak [24,25]. yang tidak tampak. Sayangnya pada kedua
p21 maka akan semakin banyak sel tumbuh kelainan yang tidak tampak pada bayi
kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki, perlu dilakukan pengawasan yang ketat
sehingga sel yang dihasilkan tidak sesuai pada pengguna isotretinoin, terutama pada
sebasea khususnya pada sel sebocyte. Hal Penulis ingin mengucapkan terima
ini yang menjelaskan mekanisme obat kasih kepada semua pihak yang telah
tersebut untuk mengobati jerawat [11], memberikan bantuan kepada penulis dalam
dengan mengurangi produksi minyak bentuk apapun, oleh karena itu penulis ingin
infeksi bakteri. Semakin banyak sel Ibu Soraya Ratnawulan Mita, selaku dosen
sebocyte yang melakukan apoptosis, maka pembimbing yang membantu penulis dalam
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 1 163