Anda di halaman 1dari 157

ANALISIS ARGUMENTASI SECARA HISTORIS, FILOSOFIS, YURIDIS,

DAN SOSIOLOGIS TERHADAP USULAN PERUBAHAN NAMA DAERAH


PROVINSI JAWA BARAT

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Megister Hukum (M.H)

Pada Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh :

Aulia Nurhikmah

2190010001

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022 M/ 1442 H
ANALISIS ARGUMENTASI SECARA HISTORIS, FILOSOFIS, YURIDIS,
DAN SOSIOLOGIS TERHADAP USULAN PERUBAHAN NAMA DAERAH
PROVINSI JAWA BARAT

ANALYSIS OF THE HISTORICAL, PHILOSOPHICAL, JURIDIC, AND


SOCIOLOGICAL ARGUMENTATIONS ON THE PROPOSAL TO CHANGE
THE NAME OF THE WEST JAVA PROVINCE.

‫تحليل الحجج التاريخية والفلسفية والقانونية واالجتماعية‬


‫بشأن التغييرالمقترح السم مقاطعة جاوا الغربية‬

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Megister Hukum (M.H)

Pada Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana

Oleh :

AULIA NURHIKMAH

NIM. 2190010001

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

BANDUNG

2022 M / 1442 H
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah


kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu menang”
(Q.S Ali-Imran: 200)

“kami rela Allah membagikan ilmu untuk kami dan membagikan harta
untuk musuh kami. Harta akan binasa dalam waktu singkat dan ilmu akab
abadi dan tidak akan musnah”
(Ali bin Abi Thalib)

“Sesuatu akan terlihat tidak mungkin sampai semuanya selesai”


(Nelson Mandela)

“Kehidupanmu adalah buah dari tindakan yang kamu lakukan. Tidak ada
yang bisa disalahkan selain dirimu sendiri”
(Joseph Campbell)

iv
ABSTRAK
AULIA NURHIKMAH : ANALISIS ARGUMENTASI SECARA HISTORIS, FILOSOFIS, YURIDIS, DAN
SOSIOLOGIS TERHADAP USULAN PERUBAHAN NAMA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT.
Proses usulan perubahan nama daerah Provinsi Jawa Barat dalam ketentuannya sudah ada didalam aturan
Permendagri No 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan
Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan Pemindahan Ibu Kota. Sedangkan pengusulan nama daerah bisa dilihat
pada Pasal 3 ayat (2) penamaan sudah sesuai:a) faktor sejarah;b) budaya;c) adat istiadat dan/atau;d) adanya nama
yang sama, Pasal 4 dimaksud dalam Pasal 3 persyaratan meliputi:a) aspirasi masyarakat;b) naskah akademik,dst.
Tentunya harus menggunakan kaidah toponimi baik berupa buatan alam atau buatan manusia, istilah ini dikenal
dengan rupa bumi PP No 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi. Usulan perubahan nama daerah
ini, mengambalikan jatidiri yang memunculkan rasa etnonasional untuk memperukat identitas etnisintas (karakter)
masyarakat di daerah tersebut. Penamaan west java adalah warisan dari kolonial yang tidak ada unsur nama
kebudayaan, penjelasan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yuridis yang telah berlaku.
Penelitian ini bertujuan untuk:1)Untuk menganalisis tatacara tentang pengusulan nama daerah Provinsi Jawa
Barat secara administrasi dan yuridis.;2) Untuk menganalisis aturan hukum-hukum yang berlaku yang melandasi
usulan perubahan nama Provinsi Jawa Barat;3) Untuk menganalisis hasil riset Naskah Akademik yang dibuat pada
tahun 2015 yang sesuai dengan aspek Historis, Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis terhadap pengusulan nama daerah
Provinsi Jawa Barat.;4) Untuk menganalisis hasil survei aspirasi masyarakat Jawa Barat yang dilakukan oleh
Paguyuban Pasundan mengenai pergantian nama Provinsi Jawa Barat.
Metode penelitian jenis Kualitatif yang dimana peneliti memegang kunci instrumen penting teknik
pengumpulan data dari studi kasus. Metode deskriptif-analisis, penelitian ini menjelaskan dan menganalisis
fenomena-fenomena dinamika sosial dan persepsi seseorang atau kelompok terhadap sesuatu. Pendekatan yuridis-
normatif, dalam pendekatan perbandingan hukum aturan hukum yang lama dan yang berlaku untuk pengusulan nama
daerah Provinsi Jawa Barat, pendekatan Historis, Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis.
Teori penelitian ini ialah:1)teori konsep penamaan Jawa Barat dan Sunda;2) teori pemerintahan daerah;3) teori
kaidah toponimi (penamaan daerah sesuai bentuk wilayah).
Hasil penelitian menunjukan: 1) Tata cara secara administrasi dan yuridis terhadap usulan nama daerah Prov
Jabar sesuai dengan Permendagri No 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama
Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan Pemindahan Ibu Kota pasal 3&pasal 4. 2) Aturan-
aturan yang berlaku sudah lengkap hanya saja harus ditempuhi secara proses politik, maka dengan adanya usulan
perubahan nama daerah ini dilakukan dengan berbagai macam tahapan secara administrasi. Acuan utama aturan yang
berlaku berada di Permendagri No 30 Tahun 2012 Pasal 3&Pasal 4. 3) Dari hasil riset naskah akademik terhadap
pengusulan nama daerah Prov Jabar adalah, historis sudah sangat jelas bahwa penamaan wilayah harus ada unsur
budaya dan penamaan west java warisan dari Kolonial Belanda, filosofis bahwa penamaan yang berkarakter
menentukan kemajuan terhadap daerahnya, yuridis Permendagri No 30 Tahun 2012 pada Pasal 3& Pasal 4,
sosiologisnya berdampak pada masyarakat yang mulai tergerus jati diri akan cinta budaya daerahnya yang
menyebabkan daya saing menjadi pemimpin orang Sunda semakin sedikit.4). Berdasarkan hasil survei dan kuesioner
Pergantian Nama Daerah Provinsi Jawa Barat yang dilakukan oleh Paguyuban Pasundan 58.4% yang tidak setuju
yang alasanya bahwa penamaan Provinsi sunda terlalu explisit menyatakan suatu suku dan Panitia Kongres Sunda
rata-rata setuju dengan adanya pergantian nama yang berjati diri.
Kata kunci: Payung Hukum Usulan Perubahan Nama Daerah, Jawa Barat, Kaidah Toponimi.
ABSTRACT

AULIA NURHIKMAH: ANALYSIS OF THE HISTORICAL, PHILOSOPHICAL, JURIDIC, AND


SOCIOLOGICAL ARGUMENTATIONS ON THE PROPOSAL TO CHANGE THE NAME OF THE WEST JAVA
PROVINCE.

The process of proposing a change in the name of the West Java Province in its provisions already exists
in the regulation of the Minister of Home Affairs No. 30 of 2012 concerning Guidelines for Giving Regional Names,
Giving Capital City Names, Changing Regional Names, Changing Capital City Names, and Moving Capital City.
While proposing regional name can be seen in Article 3 paragraph (2) naming is appropriate: a) historical factors; b)
culture; c) customs and/or; d) the existence of the same name, Article 4 referred to in Article 3 requirements include:
a) community aspirations; b) academic texts, etc.
Certainly, you have to use toponym rules, either natural or man-made, this term is known as topography, Government
Regulation No. 2 of 2021 concerning the Implementation of Topographical Names.
The proposal of changing the name of this area restores identity that creates an ethno national sense to strengthen the
ethnic identity (character) of the people in the area. The naming of West Java is a legacy from colonialism which
does not contain elements of a cultural name; the explanation is not in accordance with the applicable juridical
provisions.
This research aims to: 1) To analyze the procedures for proposing the name of the West Java Province
administratively and juridically.; 2) To analyze the applicable laws that underlie the proposal to change the name of
the West Java Province; 3) To analyze the results of the Academic Paper research made in 2015 in accordance with
the Historical, Philosophical, Juridical, and Sociological aspects of the naming proposal for the West Java
Province; 4) To analyze the results of a survey of aspirations of the people of West Java conducted by Paguyuban
Pasundan regarding the name change of West Java Province.
The research method is a qualitative type in which the researcher holds the important key instrument of
data collection techniques from case studies. Descriptive-analytical method of this research explains and analyzes
the phenomena of social dynamics and the perception of a person or group towards something. The juridical-
normative approach, in the comparative legal approach of the old and applicable laws to the naming proposal of the
West Java Province, the Historical, Philosophical, Juridical, and Sociological approaches.
The theories of this research are: 1) the theory of West Java and Sunda naming concepts; 2) the theory of
regional government; 3) the theory of toponym rules (naming regions according to the shape of the region).
The results of the study show: 1) Administrative and juridical procedures for the proposed regional name
of West Java Province are in accordance with the Minister of Home Affairs Regulation No. 30 of 2012 concerning
Guidelines for Giving Regional Names, Giving Capital City Names, Changing Regional Names, Changing Capital
City Names, and Transferring Capital City Articles 3 & 4. 2) The applicable regulations are complete, but they must
be followed through a political process, therefore with the proposed change in the name of the region, it is carried
out in various administrative stages.
The main reference for the applicable rules is in Minister of Home Affairs Regulation No. 30 of 2012
Articles 3 & 4. 3) From the results of research on academic texts on the proposal for the name of the West Java
Province, historically it is very clear that the naming of areas must have cultural elements and the naming of West
Java inherited from the Dutch Colonial , philosophically that naming with character determines the progress of the
region, juridical Minister of Home Affairs Regulation No. 30 of 2012 on Article 3 & Article 4, sociologically it has
an impact on people who are starting to erode their identity for the love of their regional culture which causes less
competitiveness as a leader of the Sundanese. 4). Based on the results of the survey and questionnaire on the Regional
Name Change of West Java Province conducted by Paguyuban Pasundan 58.4% who disagreed that the reason was
that the naming of the Sunda Province was too explicit to state a tribe and the Sundanese Congress Committee on
average agreed with the change of name with an identity.

Keywords: Legal Umbrella Proposal of Regional Name Change, West Java, Toponymous Principle.
‫أوليا نورهيكما‪:‬‬

‫تحليل الحجج التاريخية والفلسفية والقانونية واالجتماعية بشأن التغييرالمقترح السم مقاطعة‬
‫جاوا الغربية‬
‫إن عملية اقتراح تغيير اسم مقاطعة جاوا الغربية في أحكامها موجودة بالفعل في قرار وزير‬
‫الداخليةرقم ‪ ٣٠‬لعام ‪ ٢٠١٢‬بشأن المبادئ التوجيهية إلعطاءاسم العاصمة‪ ،‬وإعطاء اسم‬
‫القرية‪،‬وتغيير اسم العاصمة‪ ،‬ونقل العاصمة‬
‫بينما يمكن رؤية االسم القرية المقترح في المادة ‪ 3‬الفقرة (‪)2‬‬
‫أ)التسميةمناسبة العوامل ب)التاريخية ج)الثقافةالعادات د)أو وجود نفس االسم‬
‫المادة ‪ 4‬المشار إليها في المادة ‪ 3‬متطلبات تشمل‪ :‬أ)تطلعات المجتمع‬
‫ب)نصوص أكاديمية إلخ‪.‬‬
‫بالطبع‪ ،‬يجب عليك استخدام قواعد األسماء الجغرافية ‪ ،‬سواء كانت طبيعية أو من صنع اإلنسان‪،‬‬
‫يعرف هذا المصطلح باسم شكل األرض ‪ PP‬رقم ‪ 2‬لعام ‪ 2021‬بشأن تنفيذ األسماءوجه األرض‪.‬‬ ‫ُ‬
‫ًا لتقوية‬‫التغيير المقترح في اسم هذه المنطقة‪ ،‬يعيد الهوية النفسية التي تولد إحساسًا عرقي‬
‫الهوية العرقية (الشخصية) للناس في تلك المنطقة‪ .‬تسمية جاوا الغربية هي إرث من االستعمار‬
‫الذي ال يحتوي على عناصر السم ثقافي والبيان على ذلك ال يتوافق مع األحكام القانونية المعمول‬
‫بها‪.‬‬
‫تهدف هذه اإلستقراء إلى‪:‬‬
‫ً‬
‫ً وقضائيا‬‫‪)١‬تحليل إجراءات اقتراح اسم مقاطعة جاوا الغربية إداريا‬
‫‪)٢‬لتحليل قواعد القوانين المعمول بها التي تكمن وراء تغيير االسم المقترح لمقاطعة‬
‫جاواالغربية‬
‫‪)٣‬لتحليل نتائج البحث عن المخطوطات األكاديمية التي تم إجراؤها في عام ‪ ٢٠١٥‬والتي تتوافق‬
‫مع الجوانب التاريخية والفلسفية والقانونية واالجتماعية لالسم المقترح لمقاطعة جاوا الغربية‬
‫‪)٤‬لتحليل نتائج استطالع الطموح لمجتمع جاوا الغربية الذي أجراه مجتمع باسوندان فيما يتعلق‬
‫بتغييراسم مقاطعة جاوا الغربية‬
‫طريقة البحث هي نوع يمتلك فيه الباحث األداة الرئيسية وهي أداة مهمة لتقنيات جمع البيانات‬
‫من دراسات الحالة‪ .‬المنهج الوصفي التحليلي‪ ،‬يشرح هذا البحث ويحلل ظواهر الديناميكيات‬
‫االجتماعية وإدراك شخص أو مجموعة لشيء ما‪ .‬النهج القانوني المعياري‪ ،‬في النهج المقارن‬
‫للقوانين واللوائح القديمة المطبقة على االقتراح الخاص باسم مقاطعة جاوا الغربية‪،‬وهي‪:‬‬
‫المناهج التاريخية والفلسفية والقانونية واالجتماعية‪.‬‬
‫نظريات هذا البحث ههي‪:‬‬
‫‪ )١‬نظرية مفاهيم تسمية جاوا الغربية و سوندا‬
‫‪ )٢‬نظرية الحكومة المنطقة‬
‫ًا لشكل المنطقة)‪.‬‬ ‫‪ )٣‬نظرية قواعد أسماء المواقع الجغرافية (تسمية المناطق وفق‬
‫تظهر نتائج اإلستقراء‪:‬‬
‫‪)١‬اإلجراءات اإلدارية والقضائية لالسم اإلقليمي المقترح لمقاطعة جاوا الغربية متوافقة مع‬
‫حكومية دستورية رقم ‪ ٣٠‬لعام ‪ ٢٠١٢‬بشأن المبادئ التوجيهية إلعطاء األسماء اإلقليمية‪ ،‬وإعطاء‬
‫أسماء العاصمة‪ ،‬وتغيير األسماء اإلقليمية‪ ،‬وتغيير أسماء عاصمة‪ ،‬ونقل العاصمة وهي فصل ‪ ٣‬و‬
‫الفصل ‪٤‬‬
‫‪ )٢‬النظوم المعمول بها كاملة‪ ،‬ولكن يجب اتباعها من خالل عملية سياسية‪ ،‬لذلك مع التغيير‬
‫المقترح في اسم المنطقة‪ ،‬يتم تنفيذه في مراحل إدارية مختلفة‪ .‬المرجع الرئيسي للقواعد‬
‫المعمول بها في حكومية دستورية رقم ‪ ٣٠‬لعام ‪ ٢٠١٢‬الفصل ‪ ٣‬والفصل ‪٤‬‬
‫ًا أن‬‫‪ )٣‬من نتائج البحث األكاديمي حول اقتراح اسم مقاطعة جاوا الغربية‪ ،‬من الواضح تاريخي‬
‫تسمية المنطقة يجب أن تحتوي على عناصر ثقافية وأن تسمية جاوا الغربية موروثة من المستعمرة‬
‫الهولندية‪ ،‬تلك التسمية الفلسفية ذات الطابع يحدد التقدم نحو المنطقة‪ ،‬الترخيص القانوني‬
‫رقم ‪ ٢٠١٢‬بشأن الفصل ‪ ٣‬والفصل ‪.٤‬‬
‫من الناحية االجتماعية‪ ،‬له تأثير على األشخاص الذين بدأوا يفقدون هويتهم بسبب حبهم لثقافتهم‬
‫دا وهذا يكون قليال للشعب‬ ‫المحلية مما يؤدي إلى انخفاض القدرة التنافسية لكونهم قائً‬
‫السونداني‪.‬‬
‫دا إلى نتائج المسح واالستبيان حول تغيير االسم اإلقليمي لمقاطعة جاوا الغربية الذي‬ ‫‪ )٤‬استناً‬
‫أجراه باجويوبان باسوندان‪ ٪٥٨،٤ ،‬ممن لم يوافقوا على أن السبب هو أن تسمية مقاطعة سوندا‬
‫دا بحيث ال يمكن ذكر القبيلة ولجنة مؤتمر سوندوية بشأن متوسط يتفق مع تغيير‬ ‫كانت صريحة جً‬
‫االسم بهوية‪.‬‬

‫الكلمات المفتاحية‪ :‬المظلة القانونية لتغيير االسم اإلقليمي المقترح‪ ،‬جاوة الغربية‪ ،‬قاعدة‬
‫األسماء‬
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas
Taufiq dan Hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada baginda alam Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya yang insya Allah selalu mengikuti sunnahnya.

Tesis yang berjudul “Analisis Argumentasi Secara Historis, Filosofis,


Yuridis, Dan Sosiologis Terhadap Usulan Perubahan Nama Daerah Provinsi Jawa
Barat” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperolah gelar
Megister Strata Dua (S2) Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung.

Penulis sepenuhnya menyadari, bahwa tesis ini dapat terselesaikan atas


dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa doa, motivasi, materi, dan
bantuan dalam bentuk lainnya. Karena itu, dengan hati yang tulus penulis ingin
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si, selaku Rektor UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
2. Prof. Dr. H. Supiana, M. Ag, selaku Direktur Pascasarjana UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
3. Dr. H. UU Nurul Huda, S. Ag., S.H., M.H, selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum
Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
4. Dr. Hj. Aah Tsamrotul Fuadah, M.Ag, selaku Pembimbing I.
5. Dr. H. Utang Rosidin, S.H.., M.H, selaku Pembimbing II.
6. Papah Deni Poniman, Mamah Almh. Entin Sutini yang telah senang di
syurga-Nya, Kakak Dr. Muhammad Nurzaman, M. Pd., AIFO, yang telah
memberikan motivasi serta doanya semoga mereka senantiasan mendapatkan
kemuliaan dari-Nya. Seluruh keluarga besar yang memberikan dorongan
semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Para Dosen di lingkungan Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
beserta staf yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan perkuliahan dan tesis ini.
8. Para Pakar Tokoh-tokoh Sunda Se-Jawa Barat,yang telah memberikan do’a
motivasi dan dukungan untuk penulis. Semoga Allah Swt senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya.
9. Para Pakar Akademis Se-Jawa Barat yang selalu memberikan arahan dan
dukungan terhadap penulis agar terus lanjut untuk melanjutkan perkuliahan
akhir yaitu ke jenjang Doktoral. Semoga kebaikan Bapak/Ibu dibalas oleh
Allah SWT. Aamiin Yaa Allah Yaa Rabbal Alamiin.

Bandung

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SAMPUL ............................................................................... i


HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
LEMBAR PERYATAAN ........................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 9
E. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................... 9
F. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 11
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Penamaan Jawa Barat dan Sunda ........................................................ 17
1. Penamaan Sunda ......................................................................................... 17
a. Jaman Kerajaan Sunda ....................................................................... 20
b. Pada masa sebelum kemerdekaan, masa persiapan kemerdekaan dan
setelah kemerdekaan .................................................................. 31
c. Paguyuban Pasundan dan Kongres Pemuda Sunda ................... 36
B. Pemerintahan Daerah ....................................................................................... 40
C. Kaidah Toponimi ............................................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 50
B. Metode Pendekatan .......................................................................................... 51
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 51
D. Sumber Data .................................................................................................... 52
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 53
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Konsep Penamaan Jawa Barat dan Sunda ........................................................ 55
B. Pemerintahan Daerah ....................................................................................... 56
a. UUD 1945 Pasal 18 Sebelum dan Setelah Amandemen ................... 56
b. Teks Maklumat Sunda ................................................................................ 59
C. Kaidah Toponimi ............................................................................................. 62
1. Tata Cara Pengusulan Nama Daerah Sesuai Administrasi dan Yuridis Terhadap
Pengusulan Nama Daerah ...................................................................... 62
a. Permendagri Nomor 30 Tahun 2012 .......................................... 62
2. Aturan-aturan Hukum Pengusulan Perubahan Nama Daerah Provinsi Jawa
Barat .............................................................................................. 64
3. Hasil Riset Naskah Akademik Aspek Sosiologis ................................... 67
4. Hasil Survei dan Kuesioner Aspirasi Masyarakat Jawa Barat Terhadap
Pengusulan Nama Daerah Provinsi Jawa Barat ...................................... 76
a. Survei Paguyuban Pasundan (UNPAS) ...................................... 76
b. Kuesionner Panitia Kongres Sunda ............................................ 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 96
B. Saran ............................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................... 107
DOKUMENTASI ..................................................................................................... 114
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Pengusulan nama daerah Provinsi Jawa Barat, menjadikan suatu pembahasan

yang menarik untuk dibahas. Dikarenakan, usulan ini mengacu pada penamaan yang

sifatnya unsur budaya yaitu Sunda. Lalu, jika dilihat dari aspek sejarahnya bahwa

penamaan Jawa Barat hasil dari warisan pemerintahan Kolonial Belanda yaitu “West

Java”. Sehingga dengan adanya ini, menimbulkan para tokoh sunda mengupayakan

penamaan di daerah Jawa Barat ingin penamaan ada unsur budaya Sunda. Dampak

penamaan yang tidak ada unsur budayanya berdampak terhadap karakter-karakter

orang Sunda melemah, karena hilangnya jati diri orang Sunda kebudayaan Sunda

makin hilang.

Menurut pengertian Max Wellwaltz “bahwa karakter itu menentukan

kemajuan”. Secara aturan yuridisnya, penamaan daerah atas dasar Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah,

Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan

Pemindahan Ibu Kota, pada Pasal 3 ayat (2) penamaan itu harus berdasarkan atas: a.

Faktor Sejarah; b. Budaya; c. Adat Istiadat; dan/atau d. Adanya nama yang sama.

Berdasarkan penjelasan dari aturan ini sudah seharusnya penamaan wilayah ada unsur

sejarah dan unsur budayanya. Bahasa dan budaya tidak bisa dipisahkan karena

1
berkaitan dengan identitas diri seseorang. Hanya saja, persoalan usulan penamaan

daerah Provinsi Jawa Barat masih belum terjadi. Padahal pada tahun 1926 oleh

Paguyuban Pasundan pernah memprotes kebijakan Belanda terhadap penamaan “West

Java”.

Kewilayahan Jawa Barat pada saat itu bagian dari Republik Indonesia Serikat

(RIS) bersarkan hasil konferensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949 yang

memberikan pengakuan “De Jure” kepada Indonesia yang telah dinyatakan merdeka,

diakui secara Internasional. Peristiwa pasca Mosi Integral 1 M. Nasir 3 April 1950,

Perdana Menteri Negara Pasundan Adil Puradiredja membubarkan Negara Pasundan

menjadikannya bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari hasil

tersebut lahirnya Undang-Undang No 11 tahun 1950 pada tanggal 4 Juli 1950

menjadikan Provinsi Jawa Barat di NKRI.

Dalam uraian diatas maka penulis menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan

pengusulan nama daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan: Historis, Filosofis, Yuridis,

dan Sosiologis. Yang sesuai dengan intruksi Dirjen Bina Administrasi Kemendagri

Syaffrijal bahwa untuk pergantian nama sah-sah saja asalkan menggunakan kaidah

Toponimi serta nama yang diusulkan harus berlandaskan kajian Naskah Akademik dan

Aspirasi Masyarakat.

1
Mosi Integral adalah sebuah keputusan Parlemen mengenai kesatuan Negara. Mosi Integral
Natsir merupakan hasil keputusan Parlemen mengenai bersatunya kembali Sistem Pemerintahan
Indonesia dalam sebuah kesatuan yang digagas oleh Mohammad Natsir

2
Menurut Mikihiro Moriyama Guru Besar Departemen of Asian Studies Nanzan

University, Jepang. Ia mengatakan bahwa Bahasa itu mencerminkan jati diri bangsa

yang berakar pada abad 19-20 pemikiran sunda dan bahasa yang dipelopori oleh

Memed. Lalu untuk memahami bahasa yang menjadikan acuan seorang pemimpin di

Indonesia harus: a. Mengutamakan Bahasa Indonesia; b. Melestarikan Bahasa Daerah;

dan c. Menguasai Bahasa Asing. 2

Suku bangsa adalah golongan sosial yang askriptif berdasarkan atas keturunan

dan tempat asalnya. Dengan demikian, jati diri suku bangsa atau kesukubangsaan

adalah jati diri yang askriptif yang didapat bersamaan dengan kelahiran seseorang atau

tempat asalnya. Kesukubangsaan berbeda dari berbagai jati diri lainnya yang dipunyai

oleh seseorang, karena kesukubangsaan bersifat primordial (yang pertama didapat dan

menempel pada diri seseorang sejak masa kanak-kanaknya dan utama dalam

kehidupannya karena merupakan acuan bagi jati diri dan kehormatannya.3

Das Sollen : kondisi yang diharapkan ialah sudah seharusnya terwujud usulan

perubahan nama karena sudah sesuai administrasi Permendagri Nomor 30 Tahun 2012

tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan

Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota dan Pemindahan Ibu Kota. Pasal 3 ayat (2)

penamaan sudah sesuai dengan kriteria:a) faktor sejarah;b) budaya;c) adat istiadat

2
Webinar Internasional, Aktualisasi Pemikiran Politik Sunda, Program Studi Ilmu Politik Fisip
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dilaksanakan pada Rabu 23 Juni 2021.
3
Parsudi Suparlan, Bhineka Tunggal Ika: Keanekaragaman Sukubangsa atau Kebudayaan?,
(Indonesia: Antropologi 72, 2003), Hal 28.

3
dan/atau; d) adanya nama yang sama, jika dilihat secara geografis posisi Barat sudah

masuk Banten hal ini sudah tidak sesuai dengan kaidah Toponimi atau asal-usul

penamaan nama tempat, wilayah, atau suatu bagian permukaan bumi.

Das Sein: pada kenyataanya Pasal 4 dimaksud dalam Pasal 3 persyaratan

meliputi:a) aspirasi masyarakat;b) naskah akademik;c) surat Gubernur ke DPRD;d)

keputusan DPRD;e) surat Bupati/Walikota kepada Gubernur;f) surat Gubernur kepada

Menteri Dalam Negeri. Usaha yang dilakukan sudah dilakukan pada tahun 2012 ke

DPRD, lanjut 2015 Naskah Akademik ke DPRD, sampai acara di Tahura 25 Januari

2022 Gubernur menjawab pertanyaan dari Adji Esa Poetra isi dari jawabannya ialah

“semoga perubahan nama daerah dapat dilakukan oleh Gubernur selanjutnya” dan pada

hari yang sama Gubernur meminta Naskah Akademik yang sudah lama dibuat pada

tahun 2015 diperbaharui tajun 2019. Upaya terus dilakukan melalui surat elektronik

untuk audensi, serta segala upaya dilakukan oleh tokoh sesepuh Sunda. Hanya belum

ada respon, tata cara yang dilakukan secara resmi ialah :1) Gubernur dan DPRD

Provinsi Jawa Barat yang sesuai Permendagri nomor 30 Tahun 2012 dan/atau ;2) DPD

RI ke Presiden pada saat acara Maklumat Sunda 2-2-2022. Ketua Forkodetada H. Holil

Aksan Umarzein sebagai foeum yang mengkoordinasi soal penataan daerah yang siap

menindaklanjuti kembali bersama LAK Galuh Pakwan. Gerpis, secara administrasi dan

DPRD sebagaimana perjuangan CPDOBG isi dari Maklumat Sunda.

Berkaitan dengan identitas politik bahwa mitos adalah lapisan cerita, logos

adalah pemikiran, dan etos adalah tindakan. Hal inilah yang menjadikan adanya

4
perdebatan antara adanya Mitos dan Realitas. Adanya alasan dalam pasal 3 dan pasal

4 masih ada hambatan yang menjadikan suatu alasan belumnya terealisasikan

perubahan nama. Pertama, dalam pasal 3 hambatan yang didapatkan ialah berupa

pengajuan yang dilihat oleh pemerintah dikarenakan pengajuan perubahan nama

daerah Provinsi Jawa Barat baru diusulkan oleh kalangan Masyarakat saja. Kedua,

dalam pasal 4 hambatan yang didapatkan poin (a) yang menjelaskan aspirasi

masyarakat tidak menjelaskan secara rinci berapa persen masyarakat mendukung atas

perubahan nama daerahnya. Hal ini yang menyebabkan ketertarikan Pemerintah belum

mengajukan usulan kepada pihak Kementrian Dalam Negeri.

Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925

ketika Pemerintahan Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan Provinsi

sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922 yakni Undang-Undang

tentang Reorganisasi Pemerintahan, sebelum tahun 1925 digunakan istilah

Soendalanden atau Pasoendan. Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi

bagian dari Republik Indonesia (RI). Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat

menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik

Indonesia Serikat (RIS) sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja

Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda.

Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950. Setelah

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tatar Pasundan mengalami dinamika

politik dengan sejarah pembentukan Negara Pasundan sampai dengan Tahun 1950

5
terbentuk adanya Provinsi Jawa Barat yang berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun

1950.4 Setelah terbentuknya Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 resmi memiliki

penetapan hari jadi Jawa Barat tertuang dalam Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2010.5

Paguyuban Pasundan ialah sebagai organisasi orang-orang Sunda yang terbesar

dan tertua merupakan sebuah anomali, jika dilihat dari sifat individual orang Sunda

seharusnya sudah lama hilang namun hingga saat ini masih bisa menemukan alasan

untuk bertahan dijaman era milenial. Padahal saat pada jaman Jepang organisasi

dibubarkan pada tanggal 08 Maret 1942 disambung pada masa revolusi 1949

paguyuban ini bangkit menjadi nama Partai Kebangsaan Indonesia (Parki), lalu pada

tahun 1959 memakai nama Paguyuban Pasundan kembali. Menurut antropolog

Kusnaka Adimihardja dalam Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercemin dalam

tradisi Lisan dan Sastra Sunda (1987), asal-usul masyarakat sunda dalam lingkungan

huma. Sifat individual dan kepemimpinannya seperti ayam yang susah diatur dalam

bahasa politiknya adalah sulit dimobilitasi. Dilihat dari organisasi Paguyuban

Pasundan masih bertahan hingga saat ini menepis asumsi orang yang melihat

paguyuban pasundan atau orang sunda tidak pandai mengatur dan mengelola konflik.

Hal ini memerlukan cara padandang baru yang perlu dilihat adalah fenomena

keberlangsungan lembaga paguyuban ini. Terlahirnya generasi lapisan baru Sunda

4
Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat yang
berlaku pada tanggal 04 Juli 1950, Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah.
5
Sobirin, Pasundan Sebagai Bentang Ekoregion Berbasis Kekuatan Kearifan Lokal, (Bandung:
Naskah Akademik Provinsi Sunda, 25 Oktober 2019), Hal 61.

6
yang terdidik dan bisa mengordinasi kelompok paguyuban tersebut. Paguyuban Sunda

menjadi wahana penggodokan elite baru Sunda pendidikan dan organisasi menjadikan

mobilitas vertikal kelas menengah bahwa organisasi ini menjadikan urusan utama

Sunda melalui tiga layanan seperti: pendidikan; sosial-ekonomi; dan politik. Dalam

perjalanan Paguyuban adanya Kongres di Bogor pada tahun 1931 secara khusus

membahas soal bentuk negara jika Indonesia merdeka bisa diraih. Kongres ini

mengundang dua orang narasumber yang mewakili dua pemikiran besar yaitu, Mr.

Sartono yang membela unifikasi dan Sam ratulangie ia mengedepankan federasi.

Sastrawan MA Salmoen dalam koran Sipatahoenan (1937) menggabarkan gairah

peserta Kongres pada tawaran konseptual. Lalu atara tahun 1946-1948 ada tiga pihak

yang telah menggunakan Pasundan. Pertama, Partai Rakyat Pasundan (PRP) sebagai

partai politik, Kedua Negara Pasundan yang didirikan dan adanya dukungan Belanda

yang didirkan oleh Moesa Soeria Karta Legawa atas dukungan Belanda, dan Ketiga

Negara Pasoendan dengan Wiranatakoesoema sebagai walinegara yang terpilih.

Sebelum Jepang datang bahwa organisasi ini sudah mapan yang memiliki 50 sekolah

dasar dan menengah lalu sebuah bank pusat, koperasi disetiap cabang, klinik dan

lembaga bantuan hukum. Dalam Paguyuban tersebut menyoriti hal-hal persoalan

masyarakat, paguyuban ini menyalurkan aspirasi yang dapat dipercaya publik pada

jaman itu. Namun setelah revolusi kemampanan itu tidak berlangsung lama,

sepenuhnya pengurus tidak siap menerima konstelasi politik yang dinamis.

7
B. Rumusan Masalah.

Bedasarkan uraian diatas, maka penulis membuat pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tatacara pengusulan perubahan nama daerah Provinsi Jawa Barat

secara administrasi dan yuridis?

2. Pengaturan hukum apasaja yang melandasi pengusulan nama daerah Provinsi

Jawa Barat?

3. Bagaimana hasil riset Naskah Akademik yang dibuat pada tahun 2015 yang

sesuai dengan aspek Historis, Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis terhadap

pengusulan nama daerah Provinsi Jawa Barat?

4. Bagaimana hasil survei aspirasi masyarakat Jawa Barat yang dilakukan oleh

Paguyuban Pasundan dan hasil angket dari Panitia Kongres Sunda mengenai

pergantian nama Provinsi Jawa Barat?

C. Tujuan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah:

1. Untuk menganalisis tatacara tentang pengusulan nama daerah Provinsi Jawa

Barat secara administrasi dan yuridis.

2. Untuk menganalisis aturan hukum-hukum yang berlaku yang melandasi usulan

perubahan nama Provinsi Jawa Barat.

8
3. Untuk menganalisis hasil riset Naskah Akademik yang dibuat pada tahun 2015

yang sesuai dengan aspek Historis, Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis terhadap

pengusulan nama daerah Provinsi Jawa Barat.

4. Untuk menganalisis hasil survei aspirasi masyarakat Jawa Barat yang dilakukan

oleh Paguyuban Pasundan mengenai pergantian nama Provinsi Jawa Barat.

D. Kegunaan Penelitian.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis dapat memperkaya konsep-konseop pemikiran hukum terhadap

realtias paham-paham yang ada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki

kecenderungan dan pengaruh besar terhadap dinamika hukum sebagai suatu

gejala yang bersifat universal; dan

2. Secara praktis melatih penulis dalam mengembangkan analisis dan

pengetahuan, dan dapat memberikan pemikiran dan masukan dalam

hukum/yuridis terhadap Usulan Perubahan Nama Daerah di Provinsi Jawa

Barat. Penulis juga memberikan kontribusi referensi Naskah Akademik dalam

kajian penelitian judul ini.

E. Hasil Penelitian Terdahulu.

Sebagai bukti orsinilitas pada penelitian yang akan dikaji, penulis menjadikan

beberapa penelitian terdahulu sebagai pembanding, diantaranya yaitu:

1. Disertasi Aswiwin Universitas Hasanuddin 2017 tentang Penataan

Hukum Sistem Otonomi Daerah Dalam Mewujudkan Kesejahteraan

9
Rakyat Di Indonesia. Perbedaanya adalah disertasi ini berfokus pada

kesejahteraan rakyat Indonesia ditinjau dari penataan hukum sisten

otonomi daerah, sedangkan penulis berfokus pada pemerintahan daerah

terhadap usulan perubahan nama daerah.

2. Jurnal Muridan Satrio dan Aisah Putri Budiarti tentang UU Otonomi

Khusus Bagi Papua: Masalah Legitimasi Dan Kemauan Politik.

perbedaannya adalah jurnal ini berfokus pada UU Otonomi Khusus

daerah Papua, sedangkan penulis berfokus pada Usulan Perubahan

Nama Daerah Provinsi Jawa Barat yang dimana isinya membahas

Pemerintahan Daerah.

3. Jurnal Agussalim Andi Gadjong tentang Analisis Filosofis Pemerintah

Daerah Dalam Pergantian (Perubahan) Kaidah Hukum Dasar Negara.

Perbedaanya adalah jurnal ini berfokus pada Filosofis Pergantian yang

didasari oleh UUD 1945, sedangkan penulis berfokus banyak aspek

usulan perubahan nama daerah ditinjau dari Historis, Filosofis, Yuridis,

dan Sosiologis.

4. Jurnal M. Rendi Aridhayandi tentang Peran Pemerintah Daerah dalam

pelaksanaan pemerintah Yang Baik (Good Governance) Dibidang

Pembinaan dan Pengawasan Indikasi Geografis. Perbedaanya adalah

jurnal ini berfokus pada peran pemerintahan daerah dilihat dari

pengawasan geografis, sedangkan penulis berfokus kaidah toponimi

10
yang dilihat dari aturan hukum PP No 2 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Nama Rupanumi.

5. Jurnal Andik Wahyun Muqoyyidin tentang Pemekaran Wilayah dan

Otonomi Daerah Pasca Reformasi di Indonesia: Konsep, Fakta Empiris

dan Rekomendasi ke Depan. Perbedaanya adalah jurnal ini berfokus

pada wilayah pemekaran pasca reformasi, sedangkan penulis bertujuan

usulan perubahan nama daerah di Jawa Barat.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas, cukup membantu penulis

dalam mempertajam fokus penelitian. Selain itu, penulis juga tidak menemukan

kesamaan baik dalam judul maupun rumusan masalah dengan rancanggan penelitian

yang akan hendak penulis teliti.

F. Kerangka Pemikiran.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Grand theory, teori Konsep penamaan Jawa Barat dan Sunda, dilihat dari

karangan Suma Oriental adalah kerajaan pertama di Nusantara adalah

Kerajaan Sunda Wilayah yang dimaksud dibatasi oleh Sungai Cimanuk dari

arah barat, sedangkan Sungai Cimanuk jika diambil dari hulu sungai yaitu

Garut, terbagi menjadi 2: 1) ke arah Cirebon membelah Garut, Sumedang,

Majalengka sampai ke Indramayu, dan 2) ke arah Brebes sampai ke Laut

jawa. jika berpatokan dimana wilayah Sunda dan Jawa hanya dibatasi Sungai

Cimanuk, maka timbul Garut Sunda- Garut Jawa, Sumedang Sunda-

11
Sumedang Jawa, dan hal tersebut menjadikan polemik wilayah. Dengan

demikian, yang dimaksud Tome Pires adalah Kerajaan Sunda yang dibatasi

oleh Sungai Cimanuk ada di wilayah seberang Cirebon, maka tidak semua

dikatakan berbatasan dengan Sungai Cimanuk dikategorikan sebagai

Kerajaan Sunda. Masuknya VOC menjadikan penamaan menjadi west java.

Paguyuban Pasundan 1925 memprotes dengan penamaan west java hanya

saja tidak digubris. Makan konsep teori dasar Usulan Perubahan Nama

Daerah harus mengenal penamaan Jawa Barat dan Sunda dari masa lampau

hingga masa kini. Agar konsep penamaan wilayah sesuai dengan

Permendagri No. 30 Tahun 2012 Pasal 3 ayat (2) Faktor Sejarah, Budaya,

Adatistiadanya, dan/atau Ada nama yang sama.

2. Midle theory, teori Pemerintahan Daerah yang bersifat demokratis ini

dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 yang

telah dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, yang mengatur ketentuan mengenai pembentukan daerah

yang disebut dalam Bab II tentang Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus.

Dapat dianalogikan masalah pemekaran wilayah juga termasuk dalam ruang

lingkup pembentukan daerah. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

menentukan bahwa pembentukan suatu darah harus ditetapkan dengan undang-

undang tersendiri. Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 4 ayat (l) dan ayat (2)

pasal yang sama menyebutkan sebagai berikut :

12
Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (l) antara

lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibukota, kewenangan

menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukkan pejabat kepala daerah,

pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan 2 kepegawaian, pendanaan, peralatan,

dokumen, serta perangkat daerah. Legalisasai pemekaran wilayah dicantumkan

dalam pasal yang sama pada ayat berkutnya (ayat 3) yang menyatakan bahwa:

Pembentukan Daerah dapat berupa penggabungan daerah menjadi dua daerah atau

lebih” dan ayat (4) menyebutkan” Pemekaan dari satu daerah menjadi 2 (dua)

daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah

mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Walaupun banyak

usulan dari berbagai daerah untuk membentuk pemekaran daerah otonomi baru,

namun pembentukanya hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat

administratif teknis dan fisik kewilayahan. Bagi Propinsi syarat administrasi yang

wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD Kabupaten/Kota dan

Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi bersangkutan

persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri

Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota syarat adminstrasi yang juga harus

dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD provinsi dan gubernur serta

rekomendari dari Menteri Dalam Negeri. Selajutnya syarat teknis dari

pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan

deerah yang mencakup antara lain

13
a. Kemampuan ekonomi;

b. Potensi daerah;

c. Sosial budaya;

d. Kependudukan;

e. Luas daerah;

f. Pertahanan;

g. Keamanan;

h. Faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Teakhir

syarat fisik yang dimaksud harus meliputi paling sedikit lima kabupaten/kota

untuk pementukan provinsi dan paling sedikit lima kecamatan untuk

pembentukan kabupaten, dan empat kecamatan untuk pembentukan kota,

lokasi calon ibukota sarana, dan prasarana pemerintahan.

3. Applied theory, teori Kaidah Toponimi menjelaskan keberadaan sejarah

toponimi adalah dimulai bersamaan dengan dikenalnya peta (sehingga

berkaitan dengan Kartografi) dalam peradaban manusia yang dimulai pada

zaman Mesir kuno. Untuk memberikan keterangan (nama) pada unsur yang

digambarkan pada peta diperlukan suatu usaha untuk ‘merekam’ dari bahasa

verbal (lisan) ke dalam bentuk tulisan atau simbol. Sejarah mencatat nama-

nama Comtey de Volney (1820), Alexander John Ellis (1848), Sir John

Herschel (1849) dan Theodore W. Erersky (1913) yang terus berusaha untuk

membakukan proses penamaan unsur geografis pada lembar peta melalui

berbagai metode. Pada akhirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

14
membentuk United Nations Group of Experts on Geographical Names

(UNGEGN) di bawah struktur Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (UN

ECOSOC). Tata cara pembakuan Pemberian nama pada unsur geografis

ternyata tidak sesederhana perkiraan banyak orang. Tata cara untuk

menstandarisasi dan mengatur penamaan suatu unsur geografis dikaji dan

diatur dalam suatu cabang ilmu yang dikenal sebagai Toponimi. Ilmu ini

berkaitan erat dengan kajian Linguistik, Antropologi, Geografi Sejarah dan

Kebudayaan.

Kajian pendukung ini didasari data dari naskah akademik yang dibuat oleh

paguyuban Kongres Sunda data dan pendapat penting para tokoh diantaranya:

1. Pendapat David Ogilvy, Tokoh ikon dunia periklanan modern yang paling

penting terkemuka di dunia mengatakan bahwa nama merupakan faktor yang

harus diutamakan dalam menjalani persaingan marketing produk apa pun;

2. Pendapat Prof. DR David Viglio, pakar Ilmu Namelogi dari Amerika

mengatakan bahwa nama akan sangat mempengaruhi pandangan pihak lain

terhadap penggunanya maupun mempengaruhi pandangan terhadap dirinya

sendiri;

3. Pendapat Prof. Dr. Richard L. Dixon, mengatakan bahwa Suku Sunda

merupakan Suku yang paling kurang populer di dunia dan sering dikira sebagai

bagian suku Sudan;

15
4. Pendapat Dr. Ir. Rizal Ramli, M.A, mengatakan bahwa Nama Jawa Barat jauh

kurang eksotik jika dibandingkan dengan nama Provinsi Sunda;

5. Pendapat Dr. Ir. Burhanudin Abdullah, M.A, mengatakan bahwa kelompok

masyarakat yang berjati diri mendukung perkembangan perekonomian yang

lebih baik, sebab di situ terdapat kesamaan visi; dan

6. Menurut prof. Dr. Koesoemah Geolog dari ITB mengatakan nama Sunda lebih

populer di dunia keilmuan karena sering dijadikan istilah dalam ilmu geologi.

Payung hukum pada masa sidang Meja Bundar BPUPKI sambung Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia bahwa UUD 1945 sebagai Konstitusi Pasal 18

sebelum dan sesudah Amandemen yang isinya tentang Pemerintahan Daerah. Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat 4 Juli 1950

jo, Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4791 jo, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah jo, dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan Nama

Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan Pemindahan Ibu Kota Pasal 3 ayat (2).6

6
Panitia Kongres Sunda, K. Pasundan Sebagai Bentang Ekoregion Berbasis Kekuatan
Kearifan Lokal, Naskah Akademik, (Bandung: 25 Oktober 2019), Hal 80.

16
BAB II

KAJIAN TEORITIS

Kebangsaan Multikultural hanya bisa dipertahankan oleh suatu budaya politik

jika kewargaan demokratis (democratic citizenship) bisa menjamin bukan saja hak-hak

sipil dan politik setiap individu (individual rights), tetapi hak-hak sosial-budaya

kelompok masyarakat (communitarian rights). Seperti kata Habermas (1999:119),

“Warga harus dapat mengalami nilai keadilan dari hak-haknya juga dalam bentuk

keamanan sosial dan pengakuan secara timbal balik di antara berbagai bentuk budaya

yang berbeda dari kehidupan” (The citizen must be able to experience the fair value of

their rights akso in the from of social security and the reciprocal recognition of diffent

cultural froms of life). 7

A. Konsep Penamaan Jawa Barat dan Sunda.

1. Penamaan Sunda.

Menurut. Ganjar Kurnia didalam diskusi Kadamas, pertama yang

mengemukakan adanya penamaan Sunda oleh Ptolemaeus awal abad ke-2 (500M)

yang dilihat bagian timur sebelah India ada tempat yang bernama Sindae dan Jabadiba.

Dilanjutkan oleh Tome Pires Suma Oriental seorang ilmuwan dari Protugis yang

menggunakan nama Sunda sampai Nusantara, yang disebut Sunda besar dan Sunda

7
Yudi Latif, Negara Paripurna Historis, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2011), Hal 365.

17
Kecil. Dalam keilmuan Geologi dikenal dengan sebutan Sunda Islands ARC, Grosse

Sunda Inseln, Sunda Shelf, Sunda Trpugh, Soenda Plat, dan sebagainya. 8

Tatar Sunda dikenal sebagai wilayah geografis yang memiliki ragam bentuk

bentang alam yang mempesona, mulai dari pesisir Selatan yang seakan memiliki “aura

mistis” daratan rendah luas di pantai utara serta rangkaian pegunungan yang sambung

menyambung di bagian tengah. Pesona bentang alam ini juga diakui memiliki

kompleksitas geologis dan geomorfologis yang telah banyak menarik pperhatian para

ahli dan kehadiran Ki Sunda sebagai masyarakat penghuninya telah menghadirkan

nilai-nilai dan makna budaya mengenai alam sekitarnya. Budaya masyarakat Sunda

yang masih berlangsung pada saat ini dipengaruhi oleh pesona bentang alam dengan

berbagai macam peristiwa dari pergerakan lempengan bebatuan, letusan gunung api,

bencana-bencana katastropik, serta kehadiran manusia yang mampu merekayasa

lingkungan yang telag memberikan perubahan-perubahan bentang alam di Tatar

Sunda.9 Dan adanya penamaan Sunda besar dan Sunda kecil, pada tahun 1958

penamaan Sunda menunjukan sebuah wilayah Nusa Tenggara Timur adalah Sunda

kecil berdasarkan hukum yaitu UU No 8 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-

Undang Darurat No. 9 Tahun 1954 tentang Perubahan Nama Propinsi Sunda Kecil

8
Bahan Diskusi Kadamas, KASANG TUKANG (UPAMI) BADÉ GENTOS NAMI PROPINSI,
Prof. Dr. Ganjar Kurnia, DEA.
9
Seminar Perubahan Bentang Alam Tatar Sunda dalam Dimensi Spasial dan Temporal, Jum’at
17 September 2021.

18
menjadi Propinsi Nusa Tenggara (Lemmbaran Negara Tahun 1954 No. 66) sebagai

Undang-Undang)10

Menurut Koesoemadinata guru besar geologi fakultas ilmu kebumian ITB,

bahwa nama Sunda harum dalam ilmu pengetahuan Geologi. Wilayahnya juga luas

yang bermula perairan Timur Pulau Mindanau (Filipina) sampai ke laut Sulawesi, Selat

Makasar, Selat Lombok, Samudera Indonesia. Akan tetapi, sangat disayangkan

sekarang wilayah Tatar Sunda itu makin sempit.11

Pemahaman Sunda sebagai etnis: 1). Satu kelompok etnis masyarakat tertentu

yang mendiami pulau Jawa bagian Bawat. Yang memiliki bahasa etnis Sunda sebagai

bahasa Ibu serta huruf dan atau Aksara dimana ciri-ciri etnis tersebut masih digunakan

oleh masyarakat tersebut secara turun menurun hingga saat ini; 2). Pemahaman tenis

menyimpulkan bahwa mereka yang secara turun menurun menggunakan bahasa Sunda

adalah etnis Sunda. Pemahamah wilayah geografis: 1). Pemahaman ini berlandaskan

bahwa Sunda adalah wilayah yang terhampar meliputi Sunda besar dan Sunda kecil.

Bahwa wilayah pengaruhnya meliputi Paparan Sunda (Sunda Plateau) yang dahulu

wilayahnya terbentang antara Asia dan Australia; 2). Secara Geografis pemahaman ini

melahirkan inklisifitas akan Sunda sebagai ruang hidup berbagai etnis dan budaya yang

bertumbuh di dalamnya sebagai satu kesatuan wilayah dan budaya bersama.

10
Undang-Undang No 8 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun
1954 tentang Perubahan Nama Propinsi Sunda Kecil menjadi Propinsi Nusa Tenggara (Lemmbaran
Negara Tahun 1954 No. 66) sebagai Undang-Undang).
11
Seminar Keurseus Bahasa Sunda Tatar Sunda Tina Sawangan Geologi, Kamis 26 Agustus
2021.

19
Pemahaman Sunda sebagai wilayah hidup dan ruang bersama harus dijaga dengan baik

secara ekologis, budaya maupun ekonomi yang saling berkaitan. Dan pemahaman nilai

filososfis: 1). Pemahaman Sunda sebagai Nilai Filosofis yang berarti Herang, Bodas

dan sampurna...Sunda dimaknai sebagai nilai hidup bersama yang ekologis, welas asih

dan saling menjaga baik antar manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam

ekologisnya hingga hubungan manusia di Buana Panca tengah/Bumi dan dimensi saat

ini demham Buana Nyungcung (Alam transenden, pasca kehidupan) juga dengan

Buana Handap (Buana Larang); 2). Pemahaman sunda sebagai nilai-nilai filosofis ini

bersifat Inklusif dan jauh dari primodial. Sehingga sebagai Nilai dasar pembentuk

masyarakat Sunda yang ramah, terbuka dan tolong menolong.12

a. Jaman Kerajaan Sunda.

Berawal dari historis atau sejarah awal kewilayahan di Pulau Jawa Barat, dari

waktu-kewaktu perbedaanya sangat berbeda. Sejarah Sunda menunjukan bahwa

mereka berada dalam globalisasi dan dipengaruhi peradaban India (Hindu-Budish);

Cina: Arab (Islam); dan Barat (terutama Belanda) (lihat Lombard 2000a; 2000b;

2000c). Pada awalnya orang Sunda mengalami perorganisasian suprakomunitas

dengan munculnya berbagai kerajaan, seperti Taruma Negara, Sunda, Galuh, dan

Pakuan Pajajaran.

12
Seminar Alam Pikir dan Pola Hidup Masyarakat Sunda, Lembaga Kajian Pendidikan dan
Moderasi Beragama Indonesia (LKPMB), Sabtu 18 September 2021.

20
Rundnayan Silsilah Raja Sunda tahun 669-1311, keberadaan Kerajaan Sunda

seolah hanya keberadaan Srijayabupati yang terkenal dengan prasasti Cibadak, bahkan

Pleyte (1915), menulis khusus artikel Maharaja Cri Jayabupati Sunda’s Oudst

Bekende Vorst, karena memang pertanda jaman baru bisa dibaca dari prasasti tersebut,

sehingga benang merah rundayan ki Sunda terputus. Sosok Sanjaya terkenal sebagai

Raja Mataram yang gagah berani, padal dia nenek moyangnya Sri Jayabupati yaitu

Raja Kerajaan Sunda yang ke 2 tahun 723-732 M, hampir 3,5 abad sebelum Sri

Jayabupati naik tahta sebagai Raja. 13

Perlu digaris bawahi bahwa wilayah kekuasaan Kerajaan Islam Pajajaran dan

Kerajaan Hindu Daha berbeda. Dalam buku Tome Pires yang berasal dari Negara

Protugis ia telah mengunjugi daerah Jawa dan Sumatra dan membuat tulisan yang

berjudul Suma Oriental. Wilayah Pajajaran dibagi menjadi 3 daerah yang disebut

Pajajaran Barat, Pajajaran Tengah, dan Pajajaran Timur. Pajajaran Timur terletak di

daerah Banyumas, Pajajaran Barat terletak di daerah Banten, sementara Pajajaran

Timur terbentang antara Banten dan Banyumas. Batas wilayah timur Kerajaan Sunda

dibatasi sungai Cimanuk. Nama Pakwan Pajajaran mengarah pengertian kota atau pusat

kota kerajaan dan bukan nama dari kerajaan itu sendiri walaupun tidak jarang nama

13
Ace Setiadhikusumah, BABON SEJARAH KI SUNDA: Rundayan Silsilah Raja-Raja Di Tatar
Sunda Tahun 130-1579 M, , I(ndramayu: Ketua Himpunan Pengusaha KOSGORO 1957, 2006), Hal
VII-I.

21
sebuah negara dikenal dengan nama ibukotanya. Demikian istilah Pajajaran haruslah

diartikan Kerajaan Sunda yang ibukotanya di Pakwan Pajajaran.14

Kerajaan Sunda memiliki 6 pelabuhan yang masing-masing dikepalai oleh

syahbandar atau nahkoda. Mereka bertanggung jawab kepada raja dan bertindak

sebagai wakil raja di wilayah yang mereka kuasai. Dalam pelaksanaan tugas sehari-

harinya Raja dibantu oleh Mangkubumi yang membawahi beberapa orang

nunggangan. Untuk mengurus daerah-daerah yang luas Raja dibantu oleh beberapa

Raja Daerah. Raja-raja derah tersebut dalam melaksanakan tugasnya bertindak sebagai

raja yang merdeka, tetapi mereka tetap mengakui Raja Sunda yang bertahta di Pakwan

Pajajaran sebagai junjungan mereka.15 Pelabuhan-pelabuhan ini didaerah: Banten

(Bantam), Pontang Pomdag), Cigede (Chequjde), Tanggerang (Tamgara), Sunda

Kelapa (Calapa), dan Cimanuk (Chemano). Pate yang berkuasa atas Japura merupakan

seorang ksatria, ia adalah sepupu tertua Pate Rodim alias Raden Fatah dan letak Japura

adalah setelah Cirebon dan sebelum Tegal. Tulisan Tome Pires tahun 1513 bahwa Kota

Dato adalah tempat di mana raja paling banyak menghabiskan waktunya dalam

setahun. Menurut Barros, kota utama di Kerajaan Sunda ini disebut Daio terletak agak

pedalaman. Perjalanan ke kota ini memakan waktu 2 hari dari pelabuhan utama

bernama Sunda Kelapa16

14
Sartono Kartodidjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Jilid 2, 1977),
Hal 226-233.
15
Ibid, Hal 230-240.
16
Tome Pires, Suma Oriental Perjalanan Dari Laut Merah Ke Cina & Buku Francisco
Rodrigues, Ed: Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Ombak Anggota IKAPI, 2014), Hal 232-256. 256-235.

22
Struktur kerajaan Sunda dalam naskah aslinya tertulis bahwa Raja berbakti

kepada Dewata, Dewata berbakti kepada Hyang. Julukan Dewata dan Hyang belum

tentu identik dengan Tuhan bagi agama Hindu. Dalam naskah tersebut menjelaskan

struktur kewarganegaraan. Oleh sebab itu, tidak ada kaitannya dengan makna

keyakinan. Urutan tertinggi dari Raja-raja Sunda adalah bergelar Hyang atau Maharaja

atau Maha Prabu, Batara atau Dewata (setingkat Gubernur), dan Prabu atau Raja

(setingkat Bupati). Hal tersebut sehubungan dengan gelar-gelar Raja Pajajaran

misalkan Sunan Rumenggong bergelar Bantara Mandala. Peryataan tersebut sebelum

menjadi Maharaja Sunda, Sunan Rumenggong pernah bertahta sebagai Raja Bawahan

atau Batara di Mandala atau Sindangkasih. Sebagaimana dijelaskan bahwa Raja Sunda

dibagi menjadi 3 yaitu Sunda wilayah timut,tengah dan barat. Maka Demak adalah

wilayah Kerajaan Sunda yang berada di timur dengan rajanya yaitu Prabu

Cakrabuana III. Pada masa pemerintahan Sunan Rumenggong, Kerajaan Sunda

Pajajaran sudah menguasai wilayah Daha. Adapun kerajaan Majapahit adalah

sebutan dari Kerajaan Timur Sunda, sedangkan Kerajaan Sunda Barat bernama

Surosowan Banten.17

Pada tahun 1528 dan 1529 daerah Majalengka (Talaga dan Rajagaluh) telah

dikuasi oleh tentara Islam Cirebon. Daerah pedalam Priangan seperti Ukur,

Batulawang, Timbanganten, Parakanmuncang, dan Sagalaherang telah diislamkan

17
Nafida Febrina Syafaaty, Raden Fatah Dan Hubungan Dengan Kerajaan Islam Sunda
Padjajaran Tesis, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2020), Hal 62.

23
lebih dahulu sejak tahun 1521 oleh Sunan Gunung jati. Penyebrangan agama Silam ke

daerah pedalaman Banten dilakukan oleh Pangeran Sultan Hassanudin ketika

memegang kekuasaan sebagai Bupati Banten (1526-1552) dan sebagai Sultan Banten

(1552-1570). Dengan demikian agama Islam masuk dan berkembang di Jawa Barat

melalui dua arah, yaitu timur melalui Cirebon dan barat melalui Banten. 18

Wilayah kekuasaan Pati Unus berhasil diperluas sampai sebrang laut, sampai

ke Bangka dan tempat-tempat di pantau Kalimantan, memiliki banyak kapal jung,

meskupin ia mesih mengakui Raja Demak sebagai atasanya. 19 Dilihat dari bidang

diplomasi Kesultan Demak selalu mengusahakan kerjasama yang baik dengan daerah-

daerah di pantai utara Pulau Jawa yang telah menganut agama Islam, sehingga

terciptanya federasi atau kemakmuran dengan Demak sebagai Pemimpinya. Agama

Islam ini merupakan faktor yang menjadi unsur pemersatu yang menimbulkan

kekuasaan yang besar.

Menurut Didi Turmudzi dalam tulisannya “Dinamika Islam Sunda dan

Modernisme Islam:2005”,bahwa etnis Sunda identik dengan Islam karena mayoritas

penduduknya beragama Islam. Sehingga akan dianggap anomali jika ada orang Sunda

yang tidak beragama Islam. Tokoh Sunda mengatakan “Islam itu Sunda dan Sunda itu

Islam”, peryataan ini tentu kontroversial karena mereduksi Islam yang bersifat samawi

18
Rusnanto dkk, PASUNDAN, (Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Barat Balai Pengelola Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional,2005), Hal 29.
19
H.J De Graaf dan TH Piegeud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa Tinjauan Sejarah Politik
Abad XV dan XVI, (Yogyakarta: Mata Bangsa 2019), Hal 49.

24
dengan kesundaan yang bersifat terbatas dan etnis (ardhi). Oleh karena itu Ajip Rosidi

menengahinya dengan mengatakan “Islam terlebih dahulu sebelum Sunda”. Jadi

pertama-tama orang Sunda harus Islam dahulu, dan segala sesuatu yang Sunda dan tak

bertentangan dengan Islam dapat menjadikan seorang Sunda Islam menjadi Sunda. Dan

dikalangan masyarakat Sunda, terlihat bahwa dua kekuatan ini mempengaruhi perilaku

dan orientasi hidupnya, ada yang lebih kuat keislamannya dan sebagian warga lain di

daerah-daerah lebih kuat pengaruh sistem Sunda wiwitan dari pengaruh Hindu-

Budhanya. Trikotomi Geertz sejak awal membingungkan karena mencampuradukan

aspek keberagamaan dengan stratifikasi sosial, dan dalam kenyataannya tidak

sesederhana itu karena masing-masing terjadi perbauran. Muncul dugaan, Greertz ingin

menciptakan konsepsi untuk memberikan substansi kepada teori kelas menengah.

Golongan priayi menempati posisi teratas, kaun santri di bagian tengah, dan golongan

abangan berada di bagian bawah.20

Uraian Tome Pires mengenai Raja Sunda dimana mereka memegang tradisi

bukan ajaran Islam, berikut penjelasanya:

1. Mengenai tradisi di Kerajaan Sunda, bahwa istri-istri raja dan para

bangsawan akan membakar diri ketika sang raja mangkat. Tradisi yang sama

berlaku juga pada kasta rendah. Mereka melakukan ini bukan atas dasar

paksaan melaikan atas kemauan mereka. Namun mereka menolak untuk

20
Asep Salahudin, SUFISME SUNDA: Hubungan Islam dan Budaya dalam Masyarakat Sunda,
(Bandung: NUASA Cet I, 2017), Hal 10.

25
menjalankannya aka dianggap sebagai beguine (tidak harus diartikan wanita

yang mengabdikan diri kepada agama dan masyarakat tetapi pada zaman

Tome Pires wanita yang hidup dalam kemiskinan dan upaya penebusan dosa)

yang harus tinggal menyendiri dan tidak boleh dinikahi oleh siapapun.

Sebagian orang menikah 2 atau 4 kali. Sebagian kecil menjadi orang-orang

terasing di negeri tersebut. Sang Raja memiliki dua permaisuri yang berasal

dari kerajaanya sendiri, serta lebih dari seribu selir.

2. Tradisi di atas sesuai dengan tradisi yang dimiliki oleh Raja-raja Pedalaman

di wilayah Jawa yang dikuasai oleh Guste Pate. Adat mengenai kematian

sudah menjadi kebiasaan di Jawa ketika sang raja mangkat, para permaisuri

dan selir-selirnya akan membakar diri hidup-hidup, begitu juga dengan

beberapa bawahannya. Hal yang sama juga dilakukan oleh kaum pagan dan

bukan oleh orang-orang Jawa beragama Moor. Wanita yang memilih untuk

membakar diri akan menenggelamkan diri atas keinginan mereka, diiringi

musik dan pesta. Apabila suami yang meninggal merupakan peting atau

bangsawan, maka para pria dan wanita yang ingi mengikutinya akan

membunih diri menggunakan keris, begitu juga orang-orang busa akan bunuh

diri dengan cara menenggelamkan diri di lautan atau membakar diri. Selain

tradisi antara Kerajaan Sunda Pedalaman dan Jawa Pedalaman, yang

dimaksud dalam bukunya Tome Pires lebih menunjukan bahwa Sunda yang

dimaksud adalah Sunda Pedalaman. Uraian wilayah Kerajaan Sunda, yaitu:

26
1. Kerajaan Sunda menguasai setengah Pulau Jawa. sebagian orang lain

mengatakan, orang-orang yang mempunyai kedudukan dalam pemerintahan

meyakini bahwa Kerajaan Sunda menduduk sepertiga atau seperdelapan

bagian pulau. Mereka menyatakan bahwa luas lingkar Kerajaan Sunda

adalah 200 league. Batasan kerajaan ini mencapai Sungai Cimanuk.

2. Keterangan mengenai luas wilayah Kerajaan Sunda, yaitu: 1) setengah dari

Pulau Jawa menurut sebagian orang, 2) adapun menurut orang-orang yang

mempunyai kedudukan dalam pemerintahan sepertiga, 3) atau seperdelapan

bagian pulau. Keterangan yang valid menurut penulis berasal dari orang-

orang yang duduk di pemerintahan. Akan tetapi terdapat 2 keterangan yaitu

sepertiga atau seperdelapan dari luas Pulau Jawa. tambahan bukti bahwa

yang dimaksud adalah Sunda Pedalaman, sebagai berikut:

a) Kerajaan Sunda yang dikuasai oleh Raja adalah seorang pagan, begitu pula

dengan penguasa yang berada disekitarnya.

b) Wilayah yang dimaksud dibatasi oleh Sungai Cimanuk dari arah barat,

sedangkan Sungai Cimanuk jika diambil dari hulu sungai yaitu Garut,

terbagi menjadi 2: 1) ke arah Cirebon membelah Garut, Sumedang,

Majalengka sampai ke Indramayu, dan 2) ke arah Brebes sampai ke Laut

jawa. jika berpatokan dimana wilayah Sunda dan Jawa hanya dibatasi

Sungai Cimanuk, maka timbul Garut Sunda- Garut Jawa, Sumedang

Sunda-Sumedang Jawa, dan hal tersebut menjadikan polemik wilayah.

Dengan demikian, yang dimaksud Tome Pires adalah Kerajaan Sunda yang

27
dibatasi oleh Sungai Cimanuk ada di wilayah seberang Cirebon, maka tidak

semua dikatakan berbatasan dengan Sungai Cimanuk dikategorikan

sebagai Kerajaan Sunda.

c) Raja Sunda ternyata menguasai 1 pelabuhan yaitu Pelabuhan Cimanuk. Hal

ini dijelaskan oleh Tome Pires bahwa pelabuhan Cimanuk adalah

pelabuhan yang keenam. Pelabuhan ini bukanlah tempat bagi jung untuk

merapat, melainkan hanya tiang pelabuhan. Banyak orang Moor yang

tinggal disini, kaptenya seorang pagan, pelabuhan ini berada dikekuasaan

raja Sunda. Batas kerajaan berada di tempat (Pelabuhan Cimanuk).21

Wilayah kekuasaan menurut Prof. Dr. C.C Berg menyatakan pendapat bahwa

wilayah Kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur, Bali dan Madura.

Negara-negara daerah atau provinsi itu adalah:22

1. Daha (Kadiri)

2. Jagaraga

3. Kahuripan (Jangala, Jiwana)

4. Tanjungpura

5. Pajang

6. Kambangjenar

7. Wengker

21
Tome Pires Op.Cit, Hal 233-246.
22
Hasan Djafar, Masa Akhir Majapahit: Girindrawarddhana dan Masalahnya, (Depok:
Komunitas Bambu, 2009), Hal 53-56.

28
8. Kabalan

9. Tumapel (Senguruh)

10. Singhapura

11. Matahun

12. Wirabhumi

13. Keling

14. Kalingapura

15. Pandansalas

16. Paguhan

17. Pamotan

18. Mataram

19. Lasem

20. Perkembangan

21. Pawwanawwan

Adapun tempat mengenai luas kekuasaan Daha, yang dituli dalam buku Suma

Oriental karangan Tome Pires, yaitu:

1. Cirebon, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

2. Negeri Japura, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

3. Negeri Tegal, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

4. Negeri Semarang, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

5. Negeri Demak, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

29
6. Negeri Tidunan, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

7. Negeri Jepara, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

8. Negara Rembang, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

9. Tuban, dibawah kekuasaan Hindu Daha/Guste pate

10. Negeri Sidayu, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

11. Negeri Gresik, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

12. Negeri Surabaya, dibawah kekuasaan Islam Pajajaran/Majapahit

13. Negeri Gamda, dibawah kekuasan Hindu Daha/Guste Pate

14. Negeri Canjtam, dibawah kekuasaan Hindu Daha/Guste Pate

15. Panarukan, dibawah kekuasaan Hindu Daha/Guste Pate

16. Pajarakan, dibawah kekuasaan Hindu Daha/Guste Pate

17. Negeri Blambangan, dibawah kekuasaan Hindu Daha/Guste pate

Mengenai Raja Sunda yang pagan dan mempunyai tradisi yang sama dengan

pate-pate pagan di Jawa adalah Raja Sunda Pedalaman. Tome Pires tidak meneliti

dan menulis lebih lanjut wilayah Sunda bagian barat secara tuntas, sehingga

Portugis selalu gagal untuk bisa masuk dan menguasai Pulau Jawa. Ia menduga

kekuatan Pati Unus hanya terletak di sekitar Jepara dan Demak, padahal kekuatan

utama Pati Unus sesungguhnya berada di tempat leluhur Raden Fatah yaitu Sunda

Tengah (Sumedang, Majalengka, Sukakerta) dan Sunda Barat yang berpusat

Banten. Dari 17 wilayah hanya ada 6 wilayah yang dikuasi oleh Guste Pate. Artinya

tidak semua wilayah Jawa Timur dibawah kekuasaan Hindu Daha/Guste Pate. Luas

30
kekuasaan Hindy Daha hanya sebagian wilayah Jawa Timur ditambah Pulau Bali.

Sedangkan kekuasaan Islam Sunda Pajajaran semua wilayah Jawa Tengah dan

sebagian Jawa Timur ditambah Madura. Wilayah kekuasaan Hindu Daha memang

cukup luas dan kuat akan tetapi tidak sekuat kekuasaan Islam Sunda Pajajaran

wilayah timur atau Majapahit. Berbeda dengan Kerajaan Sunda Pedalaman dimana

mereka sudah menjadi kaum minoritas sehingga mereka memilih dalam dan

berlindung dibawah kekuasaan Islam Sunda Pajajaran23

b. Pada masa sebelum kemerdekaan, masa persiapan kemerdekaan dan

setelah kemerdekaan.

Dalam sejarah Sunda dimulai sejak abad ke-5 atau sejak ditemukannya prasasti

kerajaan Tarumanegara telah berlangsung hingga lebih dari 15 abad. Mengingat

rentang waktu yang panjang tersebut tentu bukanlah merupakan hal yang mudah untuk

bisa mengenal dengan baik Sejarah Sunda. Sejarah Sunda bisa dapat didekati dengan

membaginya dalam dua periodisasi besar, yakni masa sebelum kemerdekaan dan masa

sesudah kemerdekaan.

Pertama, masa sebelum kemerdekaan dalam sejarah Sunda meliputi masa

Hindu-Budha, masa Islam, masa penetrasi Barat, dan masa penetrasi Jepang. Masa

Hindu Budha ditandai oleh munculnya dua kerajaan besar, yakni kerajaan

Tarumanegara (Abad V-VII) dan kerajaan Sunda (VII-XVI). Masa Islam antara lain

23
Tesis Navida, Op.Cit Hal 75-87.6789

31
ditandai oleh munculnya dua kesultanan besar, yakni kesultanan Cirebon dan

kesultanan Banten. Masa penetrasi Barat di tatar Sunda ditandai munculnya rezim

penguasa Barat, mulai dari VOC, Inggris, hingga pemerintahan kolonial Belanda. Masa

penetrasi Jepang ditandai oleh kekuasaannya pemerintah pendudukan Jepang di tatar

Sunda.

Kedua, masa persiapan kemerdekaan Setelah dijelaskan historis Kerajaan

Sunda di Jawa Barat, dilanjutkan pada masa persiapan Kemerdekaan. Bahwasanya,

Jawa Barat masih bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) hasil dari konferensi Meja

Bundar 27 Desember 1949 memberikan pengakuan “de jure” terhadap Indonesia yang

telah merdeka telah diakui secara Internasional yang mana pada perirtiwa pasca Mosi

Integral M. Nasir 3 April 1950, Perdana Menteri Negara Pasundan Adil Puradiredja

membubarkan Negara Pasundan menjadikannya bagian dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), dari hasil Negara Pasundan membubarkan diri dan masuk

menjadikanya wilayah NKRI. Maka terjadi pembentukan Undang-Undang No 11

tahun 1950 pada tanggal 4 Juli 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita

Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai

Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia

32
Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744)

dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4010), setelah Jakarta menjadi daerah Ibukota

Negara disusul oleh pembentukanya Provinsi Banten. Akan tetapi Provinsi Jawa Barat

tidak begitu saja melepas, dikarenakan Provinsi Jawa Barat adalah Provinsi induk yang

harus membimbing Jakarta dan Banten agar bisa menjalankan Otonomi dengan baik,

maka dari itu disebut dengan istilah PLT/PJS yang fungsinya untuk mempersiapkan

Pemilu dan melantik pejabat yang telah dipilih.

Ketiga, masa pasca kemerdekaan, sejarah Sunda di era kemerdekaan sarat

dengan berbagai peristiwa besar, yang diantaranya memperlihatkan tampilan urang

Sunda yang berani dan juga responsif dengan perkembangan yang terjadi. Peristiwa

Bojongkokosan, Bandung Lautan Api, Kongres Pemuda Sunda, aksi mahasiswa

dalam masa transisi pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, dan Konferensi

Internasional Budaya Sunda. Dalam perkembangan yang kontemporer sebagai dampak

dari otonomi daerah, sejarah Sunda juga diwarnai oleh munculnya upaya-upaya

rekonstruksi sejarah daerah, baik kota maupun kabupaten. Bisa dipastikan hasil

rekonstruksi sejarah Sunda di daerah-daerah tersebut akan turut memperkaya tampilan

sejarah Sunda. Keterbatasan pribumi di masa pasca Hindu-Budha seringkali

“terselamatkan” oleh ketersediaan sumber-sumber kolonial, khususnya arsip-arsip

berbahasa Belanda, baik dari masa VOC maupun pemerintahan Hindia Belanda.

33
Keterbatasan sumber pribumi dalam sejarah Sunda besar kemungkinan berkorelasi

dengan rendahnya budaya tulis pada masyarakat Sunda. Padahal dalam sejarah

membuktikan urang Sunda termasuk etnis tertua yang pertama kali melek huruf.

Permasalahan yang paling kontemporer adalah rendahnya kesadaran urang Sunda akan

pentingnya sejarah Sunda. Akibatnya tidak mengherankan urang Sunda saat ini tampak

seperti kehilangan jati dirinya, tidak jelas lagi siapa dirinya dan bagaimana bumi tempat

dirinya berpijak. Dalam kerajaan Tarumanegara adalah kelahiran kerajaan pertama di

Jawa yang menjadi pertanda tentang tingginya peradaban urang Sunda. Keunggulan

peradaban urang Sunda dibuktikan adanya realitas yang tak terbantahkan bahwa urang

Sunda merupakan salah satu etnis pertama di nusantara yang bersentuhan dengan

tulisan. Kerajaan Sunda mampu mewariskan ideologi Sunda, yakni berupa nilai luhur

kerohanian dan tipe ideal budaya yang dianut oleh urang Sunda, ideologi Sunda produk

kerajaan Sunda tersebut antara lain berwujud aksara, bahasa, etika, adat istiadat

(hukum), lembaga kemasyarakatan dan sistem kepercayaan. Setelah runtuhnya

kerajaan Sunda, perjalanan sejarah selanjutnya secara eksplisit memberikan gambaran

terjadinya mondialisasi atau globalisasi di tatar Sunda.24

Jan Breman adalah pakar ahli sosiologi Belanda, pusat perhatiannya adalah para

kuli, buruh tani, atau orang-orang terdahulu. Karyanya berjudul Kolonial Profijt Van

Onvrije Arbied: Het Preanger Stelsel Van Gedwongen Koffieteelt op Java,1720-1870

24
Reza D. Dienaputra, SUNDA Sejarah Budaya dan Politik, (Bandung: Sastra Unpad Press,
Cet I, 2011), Hal 15-21

34
(2010), diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Keuntungan Kolonial

dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870 (2014).

Kolonial Profijt Van Onvrije Arbeid menelaah ‘Sistem Priangan’ (Preanger Stelsel)

dalam kerangka sejarah kolonialisme dan pengaruh terhadap tatanan kemasyarakatan

di Asia Tenggara, lebih mengarah sistem ekonomu politik yang memaksa petani dan

buruh tani untuk mengerahkan tenaga dan menyediakan lah mereka bagi buudidaya

tanaman tertentu seperti kopi yang laku di pasar Eropa merupakan contoh kasusnya.

Dari telaah Berman kita dapat memahami arti dalam istilah kultur yang diserap ke

dalam bahasa Indonesia mula-mula melalui bahasa Belanda: cultuur. Seperti yang

diterangkan oleh Terry Eagleton dalam The Idea of Culture (2000), istilah culture

terpaut erat pada beberapa istilah Latin yang menjadi cikal bakalnya: colere-colonus-

cultus. Penelitian Berman menunjukan betapa ertatnya pertautan antara ‘kultur’ dan

‘kolonialisme’.25

Pendapat pertama istilah Bandung adalah bendung, pendapat kedua

mengatakan berasal dari bahasa Sunda yaitu ngabandung, yang artinya berhadap-

hadapan. Pada masa Kerajaan Mataram masih di bawah kekuasaan Sultan Agung,

Bandung dan sekitarnya yaitu daerah priangan, mejadi wilayah yang potensial secara

militer bagi Mataram untuk menyerang kedudukan Vereenigde Oost-Indische

Compagnie (VOC) di Batavia. Hal ini menunjukan bahwa secara geografis Mataram

25
Hawe Setiawan, Tafsir Atas Ilustrasi-Ilustrasi Junghuhn: SUNDA ABAD KE-19,
(Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2019), Hal 21.

35
menganggap penting wilayah Priangan sebagai daerah untuk menyerang VOC.

Bandung kini adalah Banndung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat. Struktur

masyarakatnya yang beraneka ragam sudah terbentuk sebelum masa kemerdekaan

bergitupun dengan golongan masyarakatnya. Berbagai ras dan etnik yang berbeda

seolah berkumpul di kota ini. Meskipun demikian, rasa persatuan saat mendukung

perjuangan menuju kemerdekaan sangat kental dimiliki penduduknya 26 Awal abad ke-

19 struktur pemerintahan di Jawa Barat dibagi menjadi keresidenan, yaitu:

1. Keresidenan Bantam (Banten);

2. Keresidenan Jakarta;

3. Keresidenan Buitenzorg (Bogor);

4. Keresidenan Preanger (Priangan);

5. Keresidenan Cheribon (Cirebon).27

c. Paguyuban Pasundan dan Kongres Pemuda Sunda.

Pada tahun 1925 Pagoejoeban Pasoendan yang mula-mula sebagai organisasi

sosial-budaya, lalu berubah menjadi organisasi politik. kegiatan politik antara lain

dilihat pada waktu Pemerintahan Hindia Belanda yang akan membentuk Propinsi Jawa

Barat pada tahun 1925. Dalam hubungan ini Pagoejoeban Pasoendan berusaha agar

Kota Bandung dijadikan ibu kotanya, dan “Pasundan” sebagai nama propinsi itu.

26
Ratnayu Sitaresmi dkk, Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung Untuk
Kedaulatan, (Bandung: Penerbit Bunaya, Cet I 2002 Cet II 2013), Hal 11.
27
Bayu Suryaningrat, Sejarah Pemerintahan di Indonesia Babak Hindia Belanda dan Jepang,
(Jakarta: Dewaruci Press, 1981), Hal 76.

36
Karena anggota-anggota terpilih menjadi anggota pada Dewan Propinsi dan Dewan-

dewan Kabupaten, maka perhatiannya terhadap bidang politik bertambah. Acara-acara

dalam kongresnya di Tasikmalaya pada tahun 1925 tidak lepas dari persoalan politik.
28
Tatar Sunda dikenal sebagai wilayah geografis yang memiliki ragam bentuk bentang

alam yang mempesona, mulai dari pesisir Selatan yang seakan memiliki “aura mistis”

daratan rendah luas di pantai utara serta rangkaian pegunungan yang sambung

menyambung di bagian tengah. Pesona bentang alam ini juga diakui memiliki

kompleksitas geologis dan geomorfologis yang telah banyak menarik pperhatian para

ahli dan kehadiran Ki Sunda sebagai masyarakat penghuninya telah menghadirkan

nilai-nilai dan makna budaya mengenai alam sekitarnya. Budaya masyarakat Sunda

yang masih berlangsung pada saat ini dipengaruhi oleh pesona bentang alam dengan

berbagai macam peristiwa dari pergerakan lempengan bebatuan, letusan gunung api,

bencana-bencana katastropik, serta kehadiran manusia yang mampu merekayasa

lingkungan yang telag memberikan perubahan-perubahan bentang alam di Tatar

Sunda.29 Dan adanya penamaan Sunda besar dan Sunda kecil, pada tahun 1958

penamaan Sunda menunjukan sebuah wilayah Nusa Tenggara Timur adalah Sunda

kecil berdasarkan hukum yaitu UU No 8 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-

Undang Darurat No. 9 Tahun 1954 tentang Perubahan Nama Propinsi Sunda Kecil

28
Suharto, Pagoejoeban Pasoendan 1927-1942: Profil Pergerakan Etnonasionalieme,
(Bandung: Lembaga Kajian Strategis Paguyuban Pasunndan Satya Historika, 2002), Hal 20.
29
Seminar Perubahan Bentang Alam Tatar Sunda dalam Dimensi Spasial dan Temporal,
Jum’at 17 September 2021.

37
menjadi Propinsi Nusa Tenggara (Lemmbaran Negara Tahun 1954 No. 66) sebagai

Undang-Undang)30

Pada tahun 1950 hingga 1959 banyak terjadi pergolakan-pergolakan yang

menuntut pemisahan diri dari pemerintah pusat, seperti RMS (Republik Maluku

Selatan), Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta), PRRI (Pemerintahan Revolusioner

Republik Indonesia), maupun pemberontakan ideologi seperti PKI Madiun, DI/TII

Kartosuwiryo di Jawa Barat yang meluas ke berbagai daerah lain (Finaldin, Tom, dan

Sali, 2006:32). Hampir setiap hari banyaknya kabar kampung yang dibakar sampai

memunculkan suatu pameo di kalangan orang Sunda “Pa Karto perang jeung Pa

Karno, nu jadi korbanna Mang Karta jeung Mang Karna” yang dalam arti Pak

Karto(Suwiryo) bertikai dengan Pak (Su)Karno yang diartikan sebagai orang Jawa,

yang menjadi korban Mang Karta dan Mang Karna yang diartikan sebagai orang

Sunda. Hal ini yang menjadi faktor kuat memuncaknya pergerakan organisasi-

organisasi Sunda (Rosidi, 2008:176-177). Pada saat itu negara mengalami

ketidakstabilan dalam penataan dan pertahanan kedaulatan, serta gagalnya percobaan

sistem demokrasi di Indonesia. Disamping itu, karena tadi, terjadinya permasalahan di

bidang ekonomi dan keamanan, munculnya rasa tidak puas maka muncullah

etnosentrisme Sunda. Pada tanggal 17 dan 18 Maret 1956, sekitar 50 orang dari

berbagai utusan organisasi diantaranya Pemuda Sunda, Putra Sunda Bogor, dan Daja

30
Undang-Undang No 8 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun
1954 tentang Perubahan Nama Propinsi Sunda Kecil menjadi Propinsi Nusa Tenggara (Lemmbaran
Negara Tahun 1954 No. 66) sebagai Undang-Undang).

38
Nonoman Sunda Djakarta, serta perseorangan yang terkait mengadakan pertemuan di

Bogor. Dalam pertemuan itu dibicarakan beberapa pokok persoalan untuk

mempersatukan usaha semua organisasi pemuda Sunda dan cara mengangkat derajat

Suku Sunda. Pertemuan tersebut adalah cetusan jiwa pemuda-pemuda Sunda yang

telah lama tertekan akibat kepincangan dan ketidakadilan (Sjafari Irvan, 2014). Putera

Sunda didirikan di Bogor oleh Saikin Suriawidjaja dan anggota-anggotanya terdiri dari

mahasiswa-mahasiswa pertanian Bogor pada 1956. Sementara Nonoman Sunda berdiri

pada 13 Oktober 1952 di Bandung dan Mitra Sunda pada 5 Oktober 1952 di kota yang

sama. Pada hari pertama pertemuan tersebut diputuskan pembentukan Badan

Musyawarah Pemuda Sunda dan Front Pemuda Sunda. Badan Musyawarah Pemuda

Sunda pertama diketuai oleh Alisyahbana Kartapranata. Sementara Front Pemuda

Sunda diketuai oleh R. Muh Apit S.K dari Bandung dan wakilnya adalah Adeng S.

Kusumawidjaja. Sementara Sekretaris jendralnya Adjam S. Syamsupradja dan

bendaharanya adalah Nan Katrina. Badan Musyawarah Pemuda Sunda bersifat

kemasyarakatan dan kebudayaan, sementara Front Pemuda Sunda adalah bersifat

perseorangan dan membicarakan keadaan Suku Sunda (Pikiran Rakyat, 20 Maret 1956;

dalam artikel Sjafari Irvan, 2013). Munculnya kesadaran putra daerah yang

memperjuangkan kepentingan rakyat dengan bekal pendidikan dan identitas

kedaerahan. Orang sunda lebih senang berada di lingkaran Sunda, namun hal ini tidak

membatasi pergerakan mereka. Front Pemuda Sunda, sebagai organisasi dengan

jaringan politik menjadi tempat hubungan sosial dan kerjasama, berkompetisi dan

39
berkonflik dalam perebutan sumberdaya politik dan ekonomi serta arena ekspresi

identitas budaya (Sujatmiko Iwan G, 2014:5).

B. Pemerintahan Daerah.

Sebelum masuk ke Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, disini

menjelaskan sebagian dari risalah sidang BPUPKI yang berfokus pada pembentukan

Pemerintahan Daerah, diantaranya:

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Sidang pertama

Rapat Besar tanggal 18 Agustus 1945 (Lanjutan)

Waktu :.... – 12.34, 12.46 -13.50 (....-11.16- 12.20 WIB)

Tempat : Gedung Tyuuoo Sangi-In (sekarang Dep. Luar Negeri)

Acara : Pembicaraan tentang Susunan Pemerintahan

Ketua : Ir. Soekarno

Di bawah Pemerintahan Pusat ada Pemerintahan Daerah:

Tentang Pemerintahan Daerah, di sini hanya ada satu pasal, yang berbunyi

“Pemerintahan Daerah disusun dalam Undang-Undang”. Hanya saja, dasar-dasar yang

telah dipakai untuk negara itu juga harus dipakai untuk Pemerintah Daerah, artinya

40
Pemerintahaan Daerah harus juga bersifat permusyawaratan, dengan lain perkataan

harus ada Dewan Perwakilan Daerah.

Dalam risalah sidang BPUPKI sidang kedua rapat besar hari Miggu 19 Agustus

1945 waktu 10.00-11.25 (8.30-9.55 WIB) bertempat Gedung Tyuuoo Sangi-In

(sekarang Dep. Luar Negeri) acara: Prioritas Program dan Pembicaraan tentang

Susunan Daerah yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil ketua ileh Drs. Moh. Hatta.

Anggota Oto Iskandardinata:

Paduka Tuan Ketua yang mulia! Panitia Kecil yang diperintahkan oleh Paduka

Tuan untuk menyelenggarakan suatu rancangan yang mengisi daftar-daftar hal-hal

yang meminta perhatian yang sepenuhnya untuk waktu yang akan datang, telah

bersidang dan telah membuat rancangan sebagai berikut:

Menurut Komisi hendaknya yang harus mendapat perhatian lebih dulu ialah

hal-hal vang berkenaan dengan urusan rakyat. Ini yang harus dikemukakan. Nomor 2

yairu hal-hal yang berhubungan dengan Pemerintahan Daerah, yaitu ke-pangreh-

prajaan. Nomor 3 yaitu pimpinan kepolisian. Nomor 4 yaitu yang berhubungan dengan

tentara kebangsaan.

Paduka Tuan Ketua yang mulia, biarpun tadi saya sudah memajukan suatu

urutan atau susunan perkara-perkara dengan menyebutkan urusan rakyat terdahulu,

saya akan membacakan rencara daftar seperti yang telah diselenggarakan oleh komisi

itu. "Keputusan Komisi tentang Pangreh Praja di Jawa.

41
Sidang di gedung Dewan Sanyo, tanggal 18/19 bulan 8 tahun 2605, keputusan-

keputusan:

1. Tanah Jawa dibagi atas 3 daerah yaitu daerah Jawa Barat, daerah Jawa Tengah,

Jawa Timur. Tiap-tiap daerah propinsi dikepalai oleh seorang Mangkubumi (ini

nama baru) atau dengan nama dulu Gubernur.

Dalam pekerjaannya ia dibantu oleh Panitia Kebangsaan Daerah (Komite

Nasional). Tiap-tiap daerah terdiri dari beberapa Syuu (dengan nama baru

Kadipaten) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Adipati yang dibantu

oleh Komite Nasional Kadipaten.

2. Untuk sementara waktu susunan Pangreh Praja pada tiap-tiap Kadipaten ke

bawah adalah sebagai yang ada sekarang. Beberapa perubahan jawatan di

kantor boleh diadakan oleh Adipati dengan diakui sah oleh pusat. Tentang

Pangreh Praja Kooti-Kooti, Panitia tidak memajukan usul.

3. Untuk sementara waktu kedudukan Si-Si dan Tokubetu Si ditetapkan sebagai

sekarang. Paduka Tuan Ketua yang mulia, buat daerah Kaigun pembagiannya

ialah sebagai berikut: Daerah Kaigun dibagi atas 4 Gubernemen: 1) Borneo;2)

Sulawesi;3) Maluku;4) Sunda Kecil.

Tiap-tiap daerah dikepalai oleh seorang Gubernur (Mangkubumi) yang untuk

sementara dibantu oleh Komite Nasional. Tiap-tiap Gubernemen terdiri atas

beberapa Keresidenan, yang masing-masing dikepalai oleh Residen dibantu

42
oleh Komite Nasional. Calon-calon untuk jabatan Gubernur adalah sebagai

berikut: Untuk Gubernemen Borneo diusulkan Ir. Pangeran Moh. Noor, untuk

Sulawesi Dr. Ratulangie untuk Maluku Mr. J. Latuharhary, dan jika tidak ada

kemungkinan untuk berhubungan atau sebab yang lain, diusulkan E.U Pupella

untuk Ambon untuk sementara waktu.

4. Untuk Gubernur Sunda Kecil diusulkan Mr.I Ktut Pudja.31

HASIL RAPAT PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Rapat Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 18-8-

1945 di Jakarta.

I. Telah menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

II. Telah memilih sebagai Presiden Republik Indonesia Paduka Tuan Ir. Soekarno dan

Wakil Presiden Paduka Tuan Drs. Moh. Hatta.

1. Tentang Hal DAERAH

Dalam rapat tanggal 19-8-05 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

menetapkan yang berikut:

1. Untuk sementara waktu Daerah Negara Indonesia dibagi dalam 8 Propinsi

yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur. Propinsi-propinsi

31
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, (Jakarta:
Sekretariatan Negara Republik Indonesia,1998), Hal 579.

43
tersebut ialah:1) Jawa Barat;2) Jawa Tengah;3) Jawa Timur ;4) Sumatra;5)

Borneo;6) Sulawesi;7) Maluku;8) Sunda Kecil.

Dalam Propinsi dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai Oleh seorang Residen.

Gubernur dan Residen dibantu oleh Komite Nasional Daerah. Pembagian seterusnya

dari Daerah Keresidenan seperti yang berlaku sekarang.

2. Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya diteruskan seperti

sekarang.

3. Untuk sementara waktu kedudukan Kota (Gemeente) diteruskan seperti

sekarang.32

Konstitusi yang pertama digunakan dalam ketatanegaraan Indonesia adalah:

1. UUD 1945 (1945-1949), berlaku 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949.

2. Konstitusi RIS (1949-1950), berlaku 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950.

3. UUDS 1950 (1950-1959), berlaku 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959.

4. UUD 1945 (1959-1999), berlaku antara 5 Juli 1959 – sekarang.33

Indonesia adalah negara multi-kultural yang terdiri dari berbagai macam suku

bangsa/masyarakat adat, yang memiliki ekspresi-sosial budaya, politik dan tatanan

hukumnya sendiri. Terdapat kurang lebih 1.340 suku bangsa di Indonesia berdasarkan

sensus (BPS, 2010), pengakuan dan perlindungan terhadap keberadaan suku bangsa

32
Ibid Hal 634
33
Zulkarnaen dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Konstitusi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012,
Hal 137.

44
dengan segala atribut sosial, politik, budaya dan hukumnya penting untuk mendorong

rasa menjadi bagian bangsa Indonesia. perbedaan ini mendorong terjadinya pergesekan

antara tatanan sosial-politik, ekonomi, dan hukum pemerintah Indonesia dan tatanan

sosial-politik, ekonomi dan hukum masyarakat adat. Esensi pengaturan bagi suku

bangsa/masyarakat adat adalah pengakuan terhadap otonomu tertentu bagi kelompok

suku bangsa/masyarakat adat untuk menjalankan tatanan sosial, politik, hukum dan

budayannya yang berbeda dengan tatanan sosial, politil, hukum pemmerintah, terdiri

dari tiga pengakuan dan perlindungan di dalam konstitusi:

1) Penghormatan dan perlindungan yang bersifat politik;

2) Penghormatan dan perlindungan yang bersifat ulayat; dan

3) Penghormatan dan perlindungan yang bersifat budaya/bahasa.

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang

bersifat “khusus” atau bersifat “istimewa” yang diatur dengan Undang-undang (Pasal

18 B ayat (1)). Khusus dan istimewa ini bersifat pemerintahan politik dalam kerangka

sistem pemerintahan daerah, i.e, Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh, Undang-undang Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Undang-undang 21 tahun 2001 tentang Otsus Papua

yang sudah diubah untuk keduakalinya dengan Undang-undang Nomor 2 tahun 2001.

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta hak-

hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang (Pasal

45
18B ayat (2) UUD 1945. Putusan Mahkamah Konstitusi MK 35/PUU-X/2012 perkara

hutan adat bukanlah hutan negara yang mengindikasikan adanya hak otonom dari

masyarakat adat dari kontrol nnegara dalam pengelolaan hutan adat, Pengaturan

Kedepan RUU tentang Masyarakat Adat, Aspek ulayat adalah pengelolaan yang

berbada terhadap aspek hukum lingkungan hidup, utamanya sistem hukum pengelola

agraria dari komunitas adat/ulayat, berikut beberapa pengaturan:

1) Pasal 2 ayat (4), Pasal 3 dan Pasal 5 UU Pokok Agraria;

2) Perpres Nomor 8 tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam

Kawasan Hutan;

3) Permendari LHK No. P.17/MenLHK/Setjen/KUM.1/8/2020 tentang Hutan

Adat dan Hutan Hak; dan

4) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. 34

Susunan kata Pasal 18 UUD 1945 yang mengatur tentang pemerintahan daerah

mengalami perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah reformasi, bahkan

ditambahkan pada isi Pasal 18 setelah reformasi konstitusi 1945. Sejarah Pembentukan

UUD 1945 UUD sebagai konstitusi negara disusun pada tanggal 18 Agustus 1945 pada

sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada saat itu, UUD

1945 memiliki rumusan awal yang terdiri dari pembukaan, badan (16 bab dengan 37

pasal, aturan peralihan dan aturan umum) dan catatan penjelasan setelah pengakuan

34
Seminar Susi Dwi Harijanti, Sekeseler Tina Sawangan Hukum Tata Negara, (Bandung:
Keurseus Budaya Sunda UNPAD Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda, 2021).

46
kedaulatan Belanda kepada Indonesia pada 27 Desember. 1949Dari pengakuan

kedaulatan tersebut muncul Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang

menerapkan Konstitusi RIS sebagai konstitusi negara, tulis Retno Widyani dalam Teks

dan Konteks Hukum Tata Negara Indonesia (2015). Setelah RIS bubar pada 17 Agustus

1950, Indonesia mengadopsi Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS). ) 1950. Pada

tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah eksekutif pada tanggal 5 Juli

1959 yang isinya memerintahkan untuk diundangkan dan disahkan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 22 Juli 1959.

C. Kaidah Toponimi.

Dalam kaidah toponimi dari waktu ke waktu tradisi penamaan tempat bisa

dicatat dengan sejumlah pola. Lazimnya sebuah tempat dinamai dengan istilah dari

bahasa setempat. Contohnya, Lemahabang di Bekasi timbul dari bahasa Sunda yang

berarti “tanah merah”. Adapula penamaan yang selaras dengan karakteristik bentang

alamnya seperti Pasiripis di Lembang, Batukapur di Subang, atau Rancaupas di

Ciwidey. Ilmu pengetahuan yang terpaut dengan bidang kebumian dan kebudayaan,

memperluas cakrawala pemahaman kita mengenai nama-nama tempat. Selain

mengandalkan kesadarab mitologis seperti yang tercemin dari cerita rakyat, kita juga

harus mengandalkan nalalr ilmiah yang mengolah data dari berbagai gejala alam dan

kebudayaan.

Istilah Toponimi serapan dari bahasa Inggris Toponymy. Isitlah ini lazim

digunakan untuk menunjuk telaah mengenai nama tempat. Dari asal-usulnya, kita tahu

47
bahwa kata topos dalam bahasa Yunani berarti “tempat”. Menurut Bachtiar dengan

terbitnya buku mengenai toponimi tepat, karena di tengah perubahan ekologi yang

diakibatkan oleh kebijakan tata ruang dan pembangunan bidang properti yang tidak

peka budaya, tidak sedikit tempat yang namanya diubah-ubah. Dengan akibat tersebut

bisa memupus kisah setempat baik sasakala tradisional maupun sasakala geografi

kiranya terarah kedalam upaya memelihara dan respek terhadap bumi.35

Menurut Prof. EM. DR. Koesoemadinata guru besar geologi fakultas ilmu

kebumian ITB, bahwa nama Sunda harum dalam ilmu pengetahuan Geologi.

Wilayahnya juga luas yang bermula perairan Timur Pulau Mindanau (Filipina) sampai

ke laut Sulawesi, Selat Makasar, Selat Lombok, Samudera Indonesia. Akan tetapi,

sangat disayangkan sekarang wilayah Tatar Sunda itu makin sempit.36

Pepatah mengatakan “bahasa menunjukan bangsa”, maka bisa ditafsirkan

bahwa bahasa satu bangsa atau satu suku bangsa mencerminkan budaya masyarakat

tersebut. Bahasa pada satu waktu merupakan perwujudan budaya pada waktu itu.37

Orang Sunda dilahirkan, dibesarkan, dan hidup dalam lingkungan sosial budaya

Sunda serta menghayati dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai sosial

budaya Sunda dalam hidupnya. Sunda dipertalikan erat dengan pengertiaan

35
T. Bachtiar, Toponimi Susur Galur Nama Tempat Di Jawa Barat, (Torogong kidul Garut:
Layung, 2019), Hal v-vii.
36
Seminar Keurseus Bahasa Sunda Tatar Sunda Tina Sawangan Geologi, Kamis 26 Agustus
2021.
37
Mumuh Mushin Z., dkk., Identifikasi Budaya Sunda Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa yang
akan Datang, (Jawa Barat: Sastra Unpad Press, 2011), Hal 10.

48
kebudayaan, bahwa adanya dinamika yang hidup, tumbuh, dan berkembang di

kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di Tanah. Penamaan west java

oleh Belanda dalam pembagian wilayah atas Pulau Jawa demi kempentingan

administrasi pemerintahan dan militer.

Berdasarkan pertimbangan militer, sehubungan dengan kasus Dipenogoro

(1825-1830) penguasaan Hindia Belanda membagi Pulau Jawa menjadi tiga daerah

Militer diantaranya:

1. Daerah Militer I West Java.

2. Daerah Militer II Midden Java.

3. Daerah Militer III Oost Java (Ali, 1975:11-12)38

38
Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah, (Bandung: PT Dunia Pustaka
Jaya, 2014), Hal 8.

49
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskritif, ialah data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata bukan angka-angka. 39 Menurut Bogdan dan Taylor,

sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.Moelong, penelitian kualitatif ialah prosedur

dalam penelitian yang akan menghasilkan data secara deskritif yang berupa kata-kata

tertulis maupun lisan dari pelaku yang diamati.40

Metode ini adalah deskriptif-analisis, penelitian ini menjelaskan dan menganalisis

fenomena-fenomena dinamika sosial dan persepsi seseorang atau kelompok terhadap

sesuatu. Maka dalam proses ini menyusun asumsi dasar atau aturan berpikir yang akan

digunakan dalam penelitian, sehingga data yang dikumpulkan dapat ditafsirkan.

Sementara itu, penelitian deskritif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditunjukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan berbagai fenomena yang ada,

baik fenomena yang alamiah maupun rekayasa yang dibuat oleh manusia.41 Adapun

tujuan penelitian deskritif adalah untuk membuat pemaparan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai adanya fakta dan sifat populsi tertentu. Di dalam penelitian

39
Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodelogi, Persentasi dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Sosial, Pendidikan dan
Humaniora, (Bandung: Refikaa Aditama,2009), Hal 2
40
Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000), Hal 3.
41
Ibid, Hal 17.

50
hukum, dipergunakan pula data primer dan sekunder, yang dari sudut kekuatanya

mengikat golongan kedalam (Gregory Churchill: 1978).42

B. Metode pendekatan.

Pendekatan penelitian ini adalah yuridis-normatif, dalam pendekatan

perbandingan hukum aturan hukum yang lama dan yang berlaku untuk pengusulan

nama daerah Provinsi Jawa Barat, pendekatan Historis, Filosofis, Yuridis, dan

Sosiologis.

C. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan keabsahan secara gambaran serta

informasi yang memudahkan peneliti dalam memperoleh informasi. Dikarenakan

dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan perpustakaan (library

research), maka penulis mengunjugi perpustakaan untuk mencari data atau sumber

penelitian. Perpustakaan pribadi Tubagus Adi yang beralamat di jalan Kiaracondong,

Perpustakaan UIN Pascasarjana yang beralamat di jalan Cimencrang Kec. Gedebage

Kota, mengikuti rapat Usulan Perubahan Nama Daerah di Pusat Digitalisasi dan

Pengembangan Budaya Sunda UNPAD di jalan Dipati Ukur No.46, Lebakgede, Kota

Bandung. Kediaman Adji Esa Poetra di Jl. Moch Ramdan Kota Bandung, dan

Pascasarjan UNPAS di Jl. Sumatra No. 41. Bandung Jawa Barat dan penelitian ini pada

bulan Januari-selesai penelitian 2022.

42
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), Hal 51.

51
D. Sumber Data.

Lalu sumber data dalam penelitian subjek dimana data dapat diperoleh yang

penggunaanya berupa wawancara bersifat informan orang yang merespon pertanyaan,

baik secara tertulis maupun lisan. Jika menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau

catatanlah yang menjadi sumber data yang digunakan. 43

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengumpulkan sumber data

berupa:

1. Secara administrasi dan yuridisnya tentang pengusulan nama daerah

Provinsi Jawa Barat, maka sumber datanya adalah Peraturan Menteri Dalam

Negeri Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian

Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan

Pemindahan Ibu Kota. Yang dibahas dalam Permendagri ini adalah merujuk

pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4.

2. Secara hasil riset naskah akademik tentang Usulan Perubahan Nama Daerah

Provinsi Jawa Barat ke Provinsi Sunda yang dibuat pada tahun 2015 yang

mencangkup aspek historis, filosofis, yuridis, dan sosiologinya. Maka

penulis mendatangi yang menyusun naskah akademik yaitu Adji Esa Poetra

membahas awal perencanaan dan penyusunan naskah akademik.

43
Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Hal 107.

52
3. Secara hasil survei aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh Paguyuban

Pasundan, maka penulis mendatangi Dr. Yaya Mulyana Aziz, M.Si yang

berada di Pascasarjana UNPAS.

E. Tekni Pengumpulan Data.

Tekni penggunaan analisis data penulis mengutip buku karangan Sugiyono

bermulai dari merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum penulis terjun ke

lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Teknik ini menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai menjadi teori yang grounded. Data

kualitatif berlangsung pada saat selesainya pengumpulan data. 44 Analisis yuridis

normatif, dilakukan adanya pembedahan bahan pustaka yang meliputi bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier dari tiga bahan hukum ini

meliputi reduksi data, serta penarikan kesimpulan atau verivikasi dari bahan-bahan

yang telah dikumpulkan.45

Penulis langsung secara obervasi lapangan yang diadakannya Kongres Sunda

dan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti Rapat, Seminar, dan membuat acara

Maklumat Sunda, menelusuri pengusulan pertama yang perrnah diusulkan oleh

Paguyuban Pasundan, dan secara resmi ikut menjadi salah satu Panitia sebagian Acara

44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabta, 2008), Hal 335-336.
45
Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: raja Grafindo Persada, 1994), Hal 19.

53
(studi kasus fenomena yang dapat ditangkap). Lalu, interview bebas mengumpulan

hasil wawancara secara langsung dengan Informan. Metode kuesioner tipe pilihan

(Forcced and Multiple Choice) menggunakan website penambahan Survei dari

Paguyuban Pasundan, serta beberapa dokumentasi. Peneliti satu-satunya mahasiswa

yang diberikan kesempatan oleh Panitia Kongres Sunda untuk mengkaji tentang

Usulan Perubahan Nama Daerah Provinsi Jawa Barat.

54
BAB IV

PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

A. Konsep Penamaan Jawa Barat dan Sunda.

Konsep penamaan Jawa Barat dan Sunda dalam perubahan nama daerah

Provinsi Jawa Barat pertama ialah Ptolemaeus abad ke-2 bahwa ada tempat disebelah

timur India yang bernama Sindae dan Jabadiba. Dalam karangan Tomi Pires Suma

Oriental, bahwa penduduk orang Sunda telah muncul pada masa Kerajaan yang

meliputi wilayah dari Pakwan Bogor (Ibu Kota) sampai dibatasi oleh Sungai Cimanuk

yang pelabuhan utamanya ialah Sunda Kalapa. terjadinya perang antar kerajaan sampai

pasca Gianti yang menjadi daerah utama dari Netherland (VOC) pada tahun 1925,

Paguyuban Pasundan pada masa Kolonial 1925. Dilanjut Meja Bundar pada tahun 1948

yang memberikan pengakuan “de Jure” bahwa Indonesia Merdeka yang diakui secara

Internasional, yang dimana peristiwa Mosi Integral M. Nasir 3/4/1950 (keputusan

Parlemen mengenai bersatunya kembali sistem pemerintahan Indonesia dalam sebuah

kesatuan). Maka pada masa itu juga Perdana Menteri Negara Pasundan membubarkan

Negara Pasundan menjadikannya bagian dari NKRI. Dilanjut dengan lahirnya UU No

11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat, yang dimana pada saat

pasca Jakarta menjadi Ibu Kota dan disusul Banten menjadi Provinsi (Provinsi Jawa

Barat adalah Provinsi Induk) karena harus mengarahkan setingkat Provinsi Kota/Kab

(plt/pjs yang fungsinya menyiapkan infrastruktur dan pemilu yang akan dilantik).

55
B. Pemerintahan Daerah.

a. UUD 1945 Pasal 18 Sebelum dan Setelah Amandemen.

Dari hasil sidang BPUPKI UUD 1945 Pasal 18 sebelum amandemen dan

setelah amandemen yang menjelaskan tentang Pemerintahan daerah lebih mengarah

kewilayahan daerah istimewa dan daerah khusus.

Pasal 18 sebelum Amandemen

Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan

pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan

mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak

asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

Pasal 18 UUD 1945 Setelah Amandemen

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap

provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang

diatur dengan undang-undang.

2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.

56
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih

melalui pemilihan umum.

4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah

daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan

Pemerintah Pusat.

6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam

undang-undang.

PASAL 18 A

1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,

diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan

keragaman daerah.

2. Hubungan keuangan pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-

undang.

57
PASAL 18B

1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah

yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-

undang.

2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Jawa Barat berperan

penting dalam kontribusi terhadap negara, hanya saja syarat akan daerah istimewa dan

daerah khusus tidak termasuk kategori. Padahal jika dilihat dari sejarah, budaya, dan

adat istiadatnya, Jawa Barat. Bahkan pada masa Hindia Belanda pada tahun 1907

sudah ada Walikota Bandung, akan tetapi pada masa itu belum mengetahui yang

menduduki posisi Gubernur siapa?, gubernur pada saat itu sudah ada pada tahun 1945.

Alasan penulis mengambil teori Pemerintahan Daerah berkaitan dengan

adanya Maklumat Sunda yang menjadikan daeah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten

menjadikanya Otonomi Khusus Sunda Raya.

58
b. Teks Maklumat Sunda.

MENGINGAT BAHWA LAHIRNYA NEGARA INDONESIA SESUAI

PEMBUKAAN UUD 1945 BERTUJUAN MELINDUNGI SEGENAP BANGSA

INDONESIA DAN SELURUH TUMPAH DARAH INDONESIA, UNTUK

MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM, DAN MENCERDASKAN

KEHIDUPAN BANGSA SERTA UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN

SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, MAKA DENGAN

MEMPERHATIKAN AMANAT KONSTITUSI UUD 1945 TERUTAMA

PASAL, 18A (1,2) , PASAL 18 B AYAT (1,2), PASAL 28A, PASAL 28C AYAT

(1,2),PASAL 28 I AYAT (3), PASAL 32 AYAT (1,2) DAN TIGA POKOK

PENTING AMANAT KONSTITUSI YANG BERKETERHUBUNGAN YAITU

PASAL 33 (1,2,3,4), PASAL 34 (1,2,3) DAN 27 (2) :

MAKA KAMI, GERAKAN PILIHAN SUNDA DAN LEMBAGA ADAT

KRATWAN GALUH PAKUAN SEBAGAI PERHIMPUNAN PERJUANGAN

YANG MENGUSUNG VISI SUNDA MULYA DAN NUSANTARA JAYA

UNTUK MENUJU INDONESIA EMAS TAHUN 2045, MENYAMPAIKAN

MAKLUMAT SUNDA SEBAGAI BERIKUT :

1. MENUNTUT AGAR KABUYUTAN SUNDA YANG TERDIRI DARI

TANAH, AIR DAN UDARA SERTA GUNUNG, HUTAN, PANTAI,

SUNGAI DAN LAINNYA DIKELOLA DENGAN PENDEKATAN

59
KEARIFAN LOKAL YANG MEMADUKAN PENGETAHUAN LOKAL

DAN MODERN, SEHINGGA DAPAT DIPASTIKAN MENJAMIN

KEHIDUPAN YANG SEJAHTERA BAGI GENERASI MENDATANG.

2. MENUNTUT AGAR PELABUHAN INTERNASIONAL PATIMBAN

MENJADI PELABUHAN AGRARIA DAN INDUSTRI DAN JUGA

MEMINTA AGAR PROGRAM SERTA PROYEK DAN INVESTASI

STRATEGIS NASIONAL DI TATAR SUNDA HARUS DIPASTIKAN

DIPUTUSKAN DENGAN KEBIJAKAN YANG BERWAWASAN

LINGKUNGAN, AFFIRMATIF DAN PROTEKTIF BAGI KAMI

RAKYAT SUNDA.

3. MENUNTUT PRESIDEN RI MELALUI DEWAN PERWAKILAN

DAERAH RI UNTUK MENGUBAH NAMA PROPINSI JAWA BARAT

MENJADI PROPINSI SUNDA.

4. MEMINTA PEMERINTAH DAERAH DI TATAR SUNDA UNTUK

MEMBUAT KEBIJAKAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN DAERAH

YANG MENDUKUNG SEMUA UPAYA UNTUK MENJAGA

KEARIFAN LOKAL DAN PEMBANGUNAN YANG BERPIHAK

KEPADA ALAM DAN RAKYAT SUNDA.

DEMIKIAN MAKLUMAT SUNDA INI KAMI SAMPAIKAN UNTUK

MENJADI PERHATIAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

PUSAT OLEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAPAK IR. JOKO

60
WIDODO. HATURNUHUN.

SUBANG, 2

PEBRUARI 2022

GERAKAN PILIHAN

SUNDA

ANDRI PERKASA KANTAPRAWIRA

PUPUHU

LEMBAGA ADAT KRATWAN GALUH PAKUAN

RAHYANG MANDALAJATI EVI SLYVIADI

PUPUHU

Berdasrkan dari uraian teks Maklumat Sunda, untuk penamaan yang berunsur

Budaya bisa saja termasuk dalam Permendagri Nomor 30 Tahun 2012. Akan tetapi hal

ini menjadikan permasalahan yang sangat penting dibahas karena Jakarta, Jabar, dan

Banten termasuk daerah Tatar Sunda. Jika dilihat dari sistem Pemerintah Daerah,

Jakarta, Jabar, Banten masih menjalankan otonomi daerah dengan baik. Akan tetapi

pasca IKN berpindah ke Kalimantan dampak yang akan terjadi kita tidak mengetahui

tatanan daerah infrastruktur, status daerahnya, dan yang paling penting tonggak

Ekonominya. Maka penulis, mewawancarai salah satu Anggota DPD RI Jawa Barat

yaitu Bunda Eni Sumarni, menanyakan sudah sejauh mana DPD RI dalam

menyampaikan teks Maklumat Sunda ke Presiden. Sejauh ini, isi teks tersebut sudah

61
disampaikan kepada Presiden oleh Ketua DPD RI akan tetapi masih menunggu hasil

keputusan dari Presiden.

C. Kaidah Toponimi.

Perlu kita ketahui berkaitan dengan Pengusulan Perubahan Nama Daerah, harus

menggunakan kaidah Toponimi. Kaidah toponimi adalah penamaan tempat yang

dilihat dari aspek alamnya (tanah, air, udara, gunung, hutan, pantai, sungai dan lainnya)

atau sesuatu yang dibuat oleh manusia (gedung, jembatan, bendungan). Jika dilihat dari

geografis Jawa Barat sudah bukan bagian barat, dikarenakan posisi rupa bumi daerah

bagian barat ialah Banten. Kaidah inipun dijelaskan oleh Dirjet Permendagri mengenai

Pengusulan Nama Daerah asalkan menggunakan kaidah Toponimi. Hanya saja, harus

diukur wilayahnya sampai mana daerah Tatar Sunda. Oleh pakar geografisnya.

1. Tata Cara Pengusulan Nama Daerah Sesuai Administrasi dan Yuridis

Terhadap Pengusulan Nama Daerah.

a. Permendagri Nomor 30 Tahun 2012.

Permendagri Nomor 30 Tahun 2012 tentang Perubahan Nama Daerah, lahirnya

permendagri guna dalam rangka tertib administrasi pemerintahan daerah untuk

perubahan nama daerah salah satunya. Hal ini diterangkan pada Bagian Kedua

Persyaratan, sebagai berikut:

62
Pasal 3

(1) Pemerintah daerah dan/atau masyarakat dapat mengajukan usul pemberian

nama daerah, pemberian nama inu kota, perubahan nama daerah, atau

perubahan nama ibu kota.

(2) Pengajuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan atas:

a. Faktor sejarah;

b. Budaya;

c. Adat istiadat; dan / atau

d. Adanya nama yang sama.

Pasal 4

Usul oleh pemerintah daerah dan / atau masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 harus dilengkapi dengan persyaratan meliputi:

a. Aspirasi masyarakat;

b. Naskah akademik tentang pemberian nama daerah, pemberian nama ibu

kota,perubahan nama daerah, atau perubahan nama ibu kota;

c. Surat gubernur kepada DPRD Provinsi untuk daerah provinsi, atau surat

Bupati/Walikota kepada DPRD Kabupaten/Kota untuk daerah kabupaten/kota;

d. Keputusan DPRD Provinsi atau keputusan DPRD Kabupaten/Kota tentang

persetujuan pemberian nama daerah, pemberian nama ibu kota, perubahan

nama daerah, atau perubahan nama ibu kota;

63
e. Surat bupati/walikota kepada Gubernur; dan

f. Surat gubernur kepada Menteri Dalam Negeri.46

Korelasi Pergantian Nama dengan Tujuan NKRI sebagaimana yang termaktub pada

Preambule UUD 1945 di alinea ke-empat yakni:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Memajukan Kesejahteraan Umum.

3. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian

Abadi dan Keadilan Sosial.47

2. Aturan-aturan Hukum Pengusulan Perubahan Nama Daerah Provinsi Jawa

Barat.

Aturan-aturan yang meliputi Usulan Perubahan Nama Daerah, diantaranya:

1. Permendagri Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama

Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama

Ibu Kota, dan Pemindahan Ibu Kota.

2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

46
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama
Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, Dan
Pemindahan Ibu Kota.
47
Naskah Akademik, Op.Cit, Hal 29.

64
Rumusan dalam UU Pemerintahan Daerah diatas dibagi menjadi dua bentuk

ialah:

a. Pembentukan Daerah diantaranya: 1). Pemekaran; 2). Penggabungan

Daerah.

b. Penyesuaian Daerah diantaranya: 1) Perubahan Nama dilihat dari bentang

alam/buatan manusia; 2). Masyarakat; 3). Budaya; dan 4). Akibat dari

Penggabungan/Pemekaran dari sesuatu Pembentukan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara pembentukan

Dan Penggabungan Daerah.

4. Peraturan Pemerintan Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Penyelenggaraan Nama

Rupabumi. Aturan ini menambah penguatan terhadap kaidah Toponimi.

Tentunya secara Yuridis sudah memberikan fasilitas untuk perubahan nama

daerah hanya saja proses politik harus tetap dilakukan. Lembaga-lembaga politik

daerah adalah pintu utama Preasure Group membentuk DPRD suatu kelompok untuk

pembuatan Naskah Akademik/Perundingan dengan naskah akademik yang telah dibuat

oleh suatu masyarakat daerah yang akan dilakukan perubahan nama daerah.

Secara sosio-kultular untuk usulan penamaan itu sudah ada yaitu SUNDA, akan

tetapi Tatar Sunda dikenal secara budaya tertentu, kendalanya adalah banyaknya

kerajaan-kerajaan Sunda. Jadi, secara penamaan yuridis yaitu Sunda Kalapa, lalu

secara penamaan politik yaitu Padjajaran. Secara yuridis akar budaya untuk usulan

penamaan yang berbudaya akar dari historis, filosofis, yuridis, dan sosiologis meliputi

65
daerah akar budaya Sunda, Betawi, dan Cirebon. Akan tetapi, ketiga unsur akar budaya

ini sudah pecah. Maka secara usulan penamaan daerah dilihat dari kacamata yuridis

yaitu Sunda Kalapa dan usulan penamaan politiknya yaitu Padjajaran.

Pada saat jaman Belanda sub-kultur dikuasi oleh orang-orang Sunda, hanya saja

Belanda tidak ingin memperkejakan orang-orang Sunda. Maka dari penjelasan tersebut

muncul daerah yang suku-sukunya bukan orang Sunda, daerah ini berada di Soenda

Kalapa. Dalam hal ini perjuangan DPRD bisa disinergiskan dengan DPD, tentunya

proses politik harus diawal. Proses ini sudah dilakukan, akan tetapi tidak ada respontif

oleh DPRD. Adanya Naskah Akademik yang sangat penting untuk usulan peruabahan

nama daerah Provinsi Jawa Barat. Jika dilihat dari proses yuridis sudah lengkap segala

aturan yang ada, akan tetapi proses politik dilakukan secara rimba. Jadi jika ingin

tercapai harus melewati proses-proses politik terlebih dahulu dan hukum secara

yuridisnya sudah lengkap, tentu dengan adanya aturan yang sudah lengkap dan sesuai,

lalu adanya Naskah Akademik untuk usulan perubahan nama daerah yang dilengkapi

dengan hasil penelitian atau tesis/disertasi yang bisa menambah penguatan secara

akademis usulan perubahan nama ini.48

Dengan adanya rancangan undang-undang tentang provinsi Jawa Barat dilihat

dari draf naskah akademik pada tanggal 27-29 Mei 2022, berdasarkan isi dari naskah

akademik menyimpulkan rancangan undang-undang tersebut adanya urgensi

pembentukan RUU tentang Provinsi Jawa Barat adanya kekosongan hukum terhadap

48
Wawamcara dengan Prof. Indra Perwira, S.H., M.H.

66
dasar hukum pembentukan Provinsi Jawa Barat. Hal ini didasarkan karena dasar

pembentukan Provinsi Jawa Barat yang dibentuk melalui UU No 11 Tahun 1950 telah

tidak berlaku atau kadaluarsa, sehingga perlu ada beberapa penyesuaian pengaturan

dalam ketentuan pembentukan Provinsi Jawa Barat. 49

Dengan adanya Rancangan Undang-undang tentang Provinsi Jawa Barat yang

dianggap kadaluarsa, maka sah-sah saja untuk mengusulkan perubahan nama daerah

Provinsi Jawa Barat yang dalam penamaanya berdasarkan unsur Budaya.

3. Hasil Riset Naskah Akademik Aspek Sosiologis.

Upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Sunda dalam fenomena Usulan

Perubahan Nama Daerah, diantaranya:

1. Tahun 1926 Paguyuban Pasundan masa Kolonial Belanda melakukan protes

dalam penamaan yang dibuat oleh Belanda, tetapi tindakan ini tidak digubril oleh

Belanda.

2. Tahun 1956 pernah diajukan oleh Pemuda Sunda yang diantaranya:1) pembuatan

perguruan tinggi Universitas Padjajaran; dan 2) pengusulan perubahan nama

daerah. Akibat isu tersebut menjadikan Cirebon akan membuat Provinsi. Pada

akhirnya Keratonan Cirebon tidak lagi mempermasalahkan asalkan tetap diakui

sebagai keturunan Prabu Siliwangi.

49
Draf Naskah Akademik TOR, RUU tentang Provinsi Jawa Barat, Badan Keahlian Sekretariat
Jenderal DPR RI, Kota Bandung 27-29 Mei 2022, Hal 4.

67
3. Tahun 2010 di Gedung Wisma Karya Subang puluhan tokoh Sunda diantaranya

Abah Karlan (tokoh Banceuy&Pondok Pasantren Al-Istiqomah Sukabumi)

dengan Pupuhu Pangabuan Ki Sunda Evi Silviadi dan Ki Sunda Diki berserta

perwakilan dari (kampung Banceuy, Rancakalong, Cibedug Lembang, Cikokol

Tanggerang, kampung Naga, Sukapura Tasikmalaya, Baduy Sugandu

Indramayu. Melakukan deklerasi Usulan Perubahan Nama menjadi Pasundan di

masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhiyono untuk menyetujui usulan

deklerasi.

4. Tahun 2000-an Prof. Didi Turmidzi pernah mengajukan usulan nama yang

tersebar dimedia koran.

5. – Tahun 2002 Seminar Jati Diri Bangsa di Gedung YPKP Adji Esa Poetra, Prof.

Asep Muhtadi, dan Prof. Rusly dkk. Awal muncul gagasan ide terhadap karakter

orang Sunda, maka dari sini pengusulan nama daerah.

Tahun 2012 Adji, Acil Bimbo, Dhani Wisnu, Dina, Deni, dkk yang terdiri dari

kalangan HMI dan Tadjimalela. Mengajukan ke DPRD pada saat itu diterima

oleh Hasbi Reza, Aep Saepudin, Uu Rukmana, upaya ini sudah resmi secara

konstitusi akan tetapi terhambat konflik sosiologis yang dimana ketua dewan

bukanlah orang Sunda.

- Tahun 2015 pembuatan Naskah Akademik disitu dengan banyak tim

diantaranya:

Tim Penyusun

68
1. Prof. Dr. H. Asep Saeful Muhtadi, M.A., Pakar Ilmu Komunikasi Politik

Lulusan Universitas Padjajaran Bandung, University of Wisconsin-

Madison U.S.A, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

2. Prof. Dr. Reiza D. Dienaputra, M.Hum., Pakar Ilmu Sejarah Lulusan

Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

Institut Teknologi Bandung.

3. Dr. Suhendi Afryanto, S.Kar., M.M., Pakar Ilmu Kebudayaan Lulusan

Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Pendidikan Indonnesia

Bandung, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung.

4. Prof. Dr. A Sobana Hardjasaputra, M.A., Pakar Ilmu Sejarah Lulusan

Monash University Australia, Universitas Indonnesia Jakarta, Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Padjajaran Bandung.

5. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati, S.E., M.Si., Pakar Ekonomi dan Bisnis

Lulusan Universitas Padjajaran Bandung.

6. Dr. Wahyu Wiriadinata, S.H., M.H., Pakar Ilmu Hukum dan Kebudayaan

Lulusan Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Pasundan

Bandung.

7. Dr. M.Ag Yeni Nuraeni, S.Ag., Akademisi Ilmu Agama Lulusan UIN

Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Indonesia Jakarta.

8. Ir. Supardiyono Sobirin, Ketua Dewan Pemerhati Kehutanan dan

Lingkungan Tatar Sunda Lulusan Institut Teknologi Bandung.

9. Adji Esa Poetra, Kolumnis dan Pengamat Kebudayaan.

69
Kontributor Kajian Filosofis:

1. (Alm) Prof. Dr. Dede Mariana, drs., M.Si.

2. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurniawan, D.E.A.

3. Dr. Etti Rochaeti Soetisna, Sastrawan Sunda.

4. Dr. H. Happy Bone Zulkarnaen, M.S.

Kalangan Praktisi:

1. Dr. H.C Tjetje Hidayat Padmadinata, S.S., S.H., Budayawan, Politikus,

Wartawan, dan Aktivis.

2. Acil Bimbo Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah, S.H., M.Kn.,

Seniman dan Budayawan.

3. Memet H. Hamdan, Tokoh Sunda.

4. Didin S. Maolani, S.H, Pemikir Kebudayaan.

- Tahun 2019 Kajian Naskah Akademik Penyempurnaan, dan ditahun 2022 di

Tahura Gubernur meminta Naskah Akademik dan pengiriman Surat

elektronik ke Gubernur dan DPRD meminta audiensi. Hanya saja masih

belum ada respon.

- Tahun 2022 Adji Esa Poetra melakukan zoom meeting dengan beberapa

pengkaji, yang dihadiri oleh fraksi PKS dan termasuk yang tidak menyetujui

Usulanpun ikut hadir di zoom meeting. Kelanjutan ini akan ada rencana untuk

datang ke kantor PKS bersama Dr. Wahyu, Prof. Asep Muhtadi, dan Adji Esa

Poetra.

70
6. 27 Januari 2022 dalam pertemuan Jabar di Tahura menjawab pertanyaan

dari Ketua Forkodetada H. Holil Aksan Umarzen terhadap Usulan ini

kepada Gubernur dan jawabannya adalah “semoga perubahan nama dapat

dilakukan oleh gubernur selanjutnya”

7. – Tahun 2019 Kongres Sunda sampai Prof. Dr. (HC) Ganjar Kurnia, DEA

bertemu dengan Kongres Sunda di Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya

Sunda UNPAD membahas mengenai Usulan Perubahan Nama Daerah

menurutnya “Bahasa,Budaya,Kesenian Sunda makin tergerus minimal secara

geografis tidak hilang sebagai monumen jangan sampai hilang”

- 27 Desember 2019 Di Hotel Horisom agenda ssilahturahmi akkhir tahun tokoh-

tokoh Sunda yang dihadiri berbagai macam tokoh salah satunya Ceu Popong,

Dr. Yaya, Prof Ganjar, bahwa menurut Ceu Popong “perubahan nama tidak

usah yang rumit, alasan yang utama adalah terjadinya posisi geografis sudah

bukan bagian sebelah barat. Dikarenakann posisi bagian barat ialah Banten

maka sudah tidak menentukan tata letak posisi geografisnya”

- 2 Februari 2022 mengadakan Maklumat Sunda Gerpis dan Lembaga Adat

Galuh Pakuan (LAK) meminta pemerintah pusat agar DKI Jakarta, Jawa

Barat dan Banten dijadikan daerah Otonomi Khusus Sunda melalui DPD RI

yang pada saat itu dihadiri oleh Ketua DPD RI La Nyalla M Mattalitti,

Dermawan Setiawan (anggota DPD RI Kepri), Filep Wamafma (anggota

DPD RI Papua Barat), Eni Sumarni (anggota DPD RI Jawa Barat), H. Asep

Hidayat (anggota DPD RI Jawa Barat), Sylviana Murni (anggota DPD RI

71
DKI Jakarta), Rahman Hadi (Sekjen DPD RI), Syaifuddin Alamsyah (Staf

khusus Ketua DPD RI), Popong Otje Djundjunan, Mayjen TNI (Purn) H.

Tatang Zaenudin, Mayjen TNI (Purn) Iwan Sulanjana, Avi Taufik Hidayat

(Ketua Kongres Sunda 2022), Rd. Holil Aksan Umarzein (Wakil Ketua

IPHI). PP No 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Penghapusan

dan Penggabungan Daerah. Dengan kehadiran DPD RI dapat menyampaikan

isi Maklumat kepada Presiden. Dilanjut pada saat Presiden Jokowi

menghadiri ulang tahun AMS ke-51 di Gedung Merdeka yang memberikan

janji pembangunan strategis di Jawa Barat seperti pembenahan Citarum

harum kelanjutan Pantimban, Tol Cisundawu, dan proyek strategis dalam

kata penutupnya menyatakan “Salam kepada warga Pasundan” isi pidato.

Menurut Ketua Gerpis Adri P Kantaprawira pengakuan Salam untuk warga

Pasundan adalah bentuk pengakuan Sosio-antropologi yang memberikan

peluang untuk Usulan Perubahan Nama, UU Otsus Sunda Raya melindungi

dengan menyatukan wilayah DKI dan Banten pasca Ibu kota Negara (IKN),

yang secara pembangunan tata ruang ekonomi dan perlindungan Sosial-

Budaya bagi masyarakat DKI dan Banten. Konsep modern ini menirukan

penggabungan dan integrasi Ekonomi di negara Belgia, Netherland

(Belanda), dan Luxysmburg (Benelux) yang menjadi cikal bakal penyatuan

Uni Eropa.

8. 5 Februari 2022 Paguyuban Pasundan Didi Turmidzi di Jl. Aceh Kota

Bandung menurut Didi Turmidzi Pengurus Besar Paguyuban Pasundan

72
“Bahma maklumat Sunda yang muncul belakangan ini, yang dilakukan

sekelompok orang yang mengatasnamakan Sunda sesungguhnya tidak

merepresentasikan keseluruhan masyarakat. Orasi tersebut hanyalah ilusi

dan romantika sejarah yang tidak berdasar. Karena dalam sejarah tidak ada

yang namanya Sunda Raya, sehingga tidak ada dasar yang kuat untuk

menggabungkan tiga provinsi menjadi satu provinsi. Karena ketiga provinsi

yang diwacanakan akan digabungkan saat ini masih mampu menjalankan

otonomi daerah dengan baik” dilanjut dengan pernyataan Gubernur “Yang

ingin lebih kami perjuangkan adalah pemekaran kota/kabupatem di Jabar

yang jumlahnya terlalu sedikit. Sehingga terjadi ketidakkadilan fiskal dalam

dana bagi hasil dari pusat ke daerah. Terkait deklerasi itu para inohong juga

ketua organisasi masyarakat tidak menyetuji penggabungan tiga provinsi

menjadi Provinsi Sunda”, dilanjut dengan permintaan Ketua didongkapan

oleh tim Gerpis, Adji Esa Poetra dari hasil yang objektif diadakannya survei

untuk menyerap pendapat masyarakat terhadap usulan penamaan Jawa

Barat. Secara garis besar hasil suvei ini menunjukan ketidak setujuan

masyarakat yang belum mengenal jauh penamaan Sunda, dikarenakan

masyarakat lebih mengenal dengan istilah Jawa Barat.

9. Pertemuan AMS mengumpulkan tokoh Sunda baik Gerpis, Paguyuban

Pasundan dan lain-lain. Hasil pertemuan ini menunjuk Prof. Kerry dan Dr.

Nina K Hikmawati untuk menjadi duta komunikasi. Hasil dari pertemuan ini

dilanjut ke pertuman dirumah kediaman Ceu Popong.

73
10. 28 Februari 2022 dirumah kediaman Ceu Popong dalam rangka

Melanjutkan Agenda Pembentukan Forum Kasepuhan Tatar Sunda, Voice

Of Sunda partisipan Masyarakat Sunda:

1. Ceu Popong Otje Djundjunan

2. Tjetje Hidayat Padmadinata

3. Letjen (Purn) Djadja Suparman

4. Mayjen (Purn) Iwan Ridwan Sulanjana

5. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA

6. Dra (Hj) Eni Sumarni, M.Kes

7. Drs. Ernawan Kusumaatmadja, MBA (Sekjen Bammus Sunda)

8. Memet H. Hamdan, SH

9. Dr. Ir. Memet Hakim

10. Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM (mewakili Organisasi

Akademisi&Perempuan)

11. Prof. Dr. Kerry Lestary, M.Si., Apt Direktur Institut Pembangunan

JABAR (In-Jabar) UNPAD

12. Andri Perkasa Kantaprawira, Ketua SC Panitia Kongres Sunda/Ketua

Gerpis

13. Robby Maulana Zulkarnaen Umum DPP Paguyuban Sundawani

Wirabuana

74
Kajian pendukung ini didasari data dari naskah akademik yang dibuat oleh

paguyuban Kongres Sunda data dan pendapat penting para tokoh diantaranya:

1. Pendapat David Ogilvy, Tokoh ikon dunia periklanan modern yang paling

penting terkemuka di dunia mengatakan bahwa nama merupakan faktor yang

harus diutamakan dalam menjalani persaingan marketing produk apa pun;

2. Pendapat Prof. DR David Viglio, pakar Ilmu Namelogi dari Amerika

mengatakan bahwa nama akan sangat mempengaruhi pandangan pihak lain

terhadap penggunanya maupun mempengaruhi pandangan terhadap dirinya

sendiri;

3. Pendapat Prof. Dr. Richard L. Dixon, mengatakan bahwa Suku Sunda

merupakan Suku yang paling kurang populer di dunia dan sering dikira sebagai

bagian suku Sudan;

4. Pendapat Dr. Ir. Rizal Ramli, M.A, mengatakan bahwa Nama Jawa Barat jauh

kurang eksotik jika dibandingkan dengan nama Provinsi Sunda;

5. Pendapat Dr. Ir. Burhanudin Abdullah, M.A, mengatakan bahwa kelompok

masyarakat yang berjati diri mendukung perkembangan perekonomian yang

lebih baik, sebab di situ terdapat kesamaan visi; dan

6. Menurut prof. Dr. Koesoemah Geolog dari ITB mengatakan nama Sunda lebih

populer di dunia keilmuan karena sering dijadikan istilah dalam ilmu geologi.

75
4. Hasil Survei dan Kuesioner Aspirasi Masyarakat Jawa Barat Terhadap

Pengusulan Nama Daerah Provinsi Jawa Barat.

a. Survei Paguyuban Pasundan (UNPAS) 50

Tanggapan Tentang Pergantian Nama Provinsi Jawa Barat Menjadi Provinsi

Sunda. Sampai hari ini polling ini sudah dikirimkan kepada seluruh kota/kabupaten se

– jawa barat dengan berbagai macam pekerjaan,usia. Data yang tercatat sampai detik

ini yang masuk di data kami sebesar 516 ( Lima Ratus Enam Belas ) orang .

Berikut kami perlihatkan hasil polling tersebut berbentuk beberapa pertanyaan

disimpulkan melalui chart sebagai berikut :

50
Hasil Survei Tanggapan Tentang Pergantian Nama Provinsi Jawa Barat Menjadi Provinsi
Sunda, oleh Dr. Yaya Mulyana Aziz, M.Si, P3 M Program Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung
2019, data dilakukan pada tanggal 7 Februari 2020.

76
Gambar 1.1

APAKAH SETUJU DENGAN NAMA PROVINSI SUNDA ?


Setuju Tidak Setuju

36%

64%

77
Gambar 1.2

78
Gambar 1.3.

79
Gambar 1.4.

80
Gambar 1.5.

81
Gambar 1.6.

Rata-Rata Umur

30-40 Tahun 16-20 Tahun 40-50 Tahun

82
Gambar 1.7.

Daerah Asal

Bandung Sumedang Cianjur Cimahi


Subang Karawang Cirebon Depok
Kab.Bandung Barat Ciamis Majalengka Kab.Bandung
Banjar Garut Kuningan Banjar

83
Gambar 1.8.

Profesi

Guru Mahasiswa Professional


Wiraswasta Jaksa Ibu Rumah Tangga
Apoteker Dosen TNI

84
Bedasarkan kesimpulan dari data Paguyuban Pasundan polling yang kami sebar

dari penduduk Jawa Barat Penduduk 48,22 juta jiwa pada akhir 2021 diatas bisa

disimpulkan sementara bahwa masyarakat jawa barat tidak setuju dengan pergantian

nama provinsi tersebut dengan berbagai macam alasan dengan perolehan polling

sebesar 58.4% menyatakan tidak setuju dengan jumlah total 446 orang yang mengisi

polling tersebut. Yang memberi tanggapan tidak setuju mereka memberi tanggapan dan

alasan mengapa mereka menanggapi tidak setuju dengan pergantian nama tersebut

sebagai berikut:

1. Masyarakat jawa barat tidak semuanya sunda akan tetapi ada yg betawi

melayu sunda dan dermayu.

2. Harus memiliki tujuan yang jelas. Semisal implikasi apa yang bisa didapatkan

jika mengganti nama provinsi Jabar, menjadi Provinsi Sunda atau Pasundan.

Jadi jangan sampai jika sudah diganti nama, tidak memiliki dampak yang

signifikan. Itu harus menjadi catatan khusus bagi para tokoh Sunda, apakah

ada implikasi pada bidang ekonomi, politik atau yang lainnya.

3. Menurut saya nama provinsi tidak perlu diganti karna di provinsi jawa jawa

barat tidak semuanyaa beradat sunda.

4. Sebaiknya menggunakan nama provinsi pasundan.

5. Untuk pergantian nama Provinsi Jawa Barat alahngkah lebih elok apabila

mempertimbangkn sejarah serta budaya dan bahasa yg saat ini ada di

jawabarat. Provinsi sunda terlalu explisit menyatakan suatu suku, mengingat

Depok,Cirebon, dan Bogor adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat yang

85
mayoritas bahasa yg digunakan tidak sepenuhnya bahasa sunda, hal ini tentu

jelas berbeda dengan di Bandung, Cianjur,Ciamis,dsb. Meskipun pergantian

nama provinsi ini dipandang perlu, ada 2 alternatif yang bisa saya usulkan

adalah Provinsi Pasundan dan Provinsi Padjadjaran. Karena kedua kata ini

syarat akan makna yang menunjukan identitas tanah priangan.

6. Mungkin dengan pergantiannya nama provinsi jawa barat menjadi provinsi

sunda lebih dikenal dengan sunda nya tapi menurut saya kurang tepat dengan

demikian.

7. Tidak bisa karna jawa barat bukan semua orang sunda.

Namun ada juga beberapa yang memang beranggapan setuju terkait pergantian

nama tersebut dengan bermacam-macam alasan mereka menanggapi sebagai berikut :

1. Dengan nama provinsi sunda nilai nilai yang dimiliki budaya sunda bisa

mewarnai lebih baik tatanan hidup warga sunda.

2. Dengan digantinya menjadi provinsi sunda menurut saya mengembalikan

sejarah yang ada karna memang di jawabarat bahasa yg di gunakan pun bukan

bahasa jawa mayoritasnya dan saya rasa provinsi sundan itu lebih tepat.

3. Saya sangat setuju dengan digantinya nama provinsi jawa barat debgan nama

provinsi sunda karena menjadi tolak ukur budaya yang ada di tatar sunda.

4. Dengan ganti nama lebih mengemas karakter dan budaya sunda.

5. Harus memiliki tujuan yang jelas . Semisal implikasi apa yang bisa didapatkan

jika mengganti nama Provinsi Jawa Barat, menjadi catatan khusus bagi para

tokoh Sunda, apakah ada implikasi pada bidang ekonomi, politik atau lainnya.

86
6. Rakyat tidak butuh ganti nama Jawa Barat jadi Sunda tapi rakyat pengen

Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaharja.

7. Mengubah dan menjadi kecemburuan otonomi daerah itu sendiri apabila

diubah. Dan kesatuan dalam penggolongan pulau jawa terpecah

Dari pro dan kontranya terkait pergantian nama tersebut perlu adanya tindak

lanjut untuk mendapat jawaban yang absolut keinginan dari masyarakat umumnya

masyarakat jawa barat khususnya supaya menjadi indikator perlu atau tidaknya tentang

pergantian nama provinsi tersebut.

b. Kuesioner Panitia Kongres Sunda.51

Pendudukan Jawa, disebarkan hanya dikalangan orang-orang atau tokoh-

tokoh Sunda terdiri 305 orang yang mengisi daftar nama kuesioner, hanya yang

mengisi 174 jawaban. Terhadap pengusulan nama daerah Provinsi Jawa Barat. Dari

hasil survei , maka semua data disimpan dan dipertanggungjawabkan oleh Panitia

Kongres Sunda. Berikut pertanyaan-pertanyaanya:

51
Kuesioner Umum Panitian Kongres Sunda terhadap Pergantian Nama Daerah Provinsi Jawa
Barat.

87
1. Apakah Anda mengetahui bahwa penduduk asli dan mayoritas Jabar adalah

Suku Sunda?

Gambar 2.1

Panitia Kongres Sunda

ABSTAIN
TIDAK
0%

YA
TIDAK
ABSTAIN

YA
100%

88
2. Apakah Anda mengetahui jika nama wilayah di JABAR sebelumnya bukan

Jawa Barat melainkan adalah Tanah Sunda?

Gambar 2.2.

Panitia Kongres Sunda

TIDAK ABSTAIN
8% 1%

YA
TIDAK
ABSTAIN

YA
90,8%

89
3. Apakah Anda mengetahui bahwa nama Jawa Barat merupakan nama

pemaksaan kehendak dari penjajah Belanda?

Gambar 2.3.

Panitia Kongres Sunda

ABSTAIN
8%

TIDAK
25,9%

YA
TIDAK
ABSTAIN

YA
66,1%

90
4. Apakah Anda setuju Jabar berganti nama jadi Provinsi Sunda agar kembali

berjatidiri?

Gambar 2.4.

Panitia Kongres Sunda

ABSTAIN
TIDAK 5%
6%

YA
TIDAK
ABSTAIN

YA
90,2%

91
5. Apakah Anda setuju Jabar berganti nama jadi Provinsi Tatar Sunda agar

kembali berjatidiri?

Gambar 2.5.

Panitia Kongres Sunda

ABSTAIN
6,3%

TIDAK
14,4%

YA
TIDAK
ABSTAIN

YA
79,3%

92
Berdasarkan hasil survei Paguyuban Pasundan dan angket Panitia Kongres

Sunda (Kajian Akademis Provinsi Sunda). Maka penulis menyimpulkan beberapa

pendapat, diantaranya:

a. Pandangan yang setuju terhadap Pergantian nama daerah Provinsi Jawa Barat.

1. Dari pandangan tokoh Sunda menyatakan bahwa Provinsi Jawa Barat

dilihat dari rupa bumi sudah tidak relevan, dikarenakan posisi bagian

barat adalah daerah Banten.

2. Sedangkan penamaan Jawa Barat ini tidak ada unsur budayanya, bahkan

dilihat dari sejarahnya diwariskan oleh Kolonial Belanda.

3. Secara yuridisnya Permendagri Nomor 30 Tahun 2012 sudah dijelaskan

bahwa penaman wilayah harus berdasarkan faktor sejarah, budaya,

adat-istiadat dan/atau ada nama yang sama.

4. Dampak dari nama tersebut menyebabkan kecintaan tanah daerahnya

hilang, seperti slogan “Silih Asah Silih Asih Silih Asuh Silih Wawangin

pada kenyataanya lepas dari tali jati diri orang sunda” yang

menyebabkan karakter diri orang Sunda hilang.

5. Upaya usulan perubahan nama ini untuk kemajuan daerah Jawa Barat

yang berkaca pada daerah-daerah yang telah mengganti nama yang ada

unsur historis dan budayanya.

6. Bahwa bahasa daerah tidak bisa lepas dari identitas diri seseorang.

7. Pergantian nama daerah ini dampak akibat Citra Sunda menjadi kecil.

93
8. Bahwa usulan perubahan nama daerah ini membentuk fenomena-fenomena

orang Sunda agar lebih mencintai dan melestarikan budaya setempat.

9. Pergantian nama menurut pendapat Dr. Suhendi Afrianto “banyak contoh

perubahan nama efektif untuk energi kearifan loka”.

10. Lalu berkaca dengan daerah lain yang sudah berganti nama indeks kontribusi ke

Negara meningkat. Seperti pendapat Maxwel “bahwa karakter dapat menentukan

kemajuan”.

Pada intinya penamaan harus berlandaskan Budaya daerhnya, agar terbentuk

jati diri dan karakter orang Sunda untuk lebih mengnyayangi budayanya, lebih

melestarikan budayanya. Dan penamaan wilayah sudah dijelaskan dengan kaidah

Toponimi yaitu penaam suatu tempat baik dari segi alam atau buatan manusia

seperti(gedung,jembatan, dll).

b. Pendapat Pandangan yang tidak setuju terhadap Pergantian nama daerah

Provinsi Jawa Barat

1. Penamaan provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda penamaanya lebih

ke sukuan. Sedangkan di Jawa Barat tidak semuanya orang Sunda.

2. Penamaan daerah berbau primodialisem.

3. Jika memang terjadi Perubahan Nama Cirebon akan membuat Provinsi

sendiri.

4. Pergantian nama daerah akan memakan banyak biaya yang besar.

94
5. Daripada pergantian nama lebih baik lakukan penataan sistem SDM lebih

diperbanyak.

6. Jika terjadi pergantian nama apa kontribusi yang akan didapatkan, tidak

dijelaskan secara jelas.

c. Pendapat penulis.

1. Jika memang pengharapan para inohong Sunda tentang pergantian nama

daerah Provinsi Jawa Barat, seharusnya tokoh-tokoh Sesepuh Sunda

mengsosialisasikan Penamaan yang sesuai dan akurat untuk daerah Jawa

Barat. Seperti: Sunda, Tatar Sunda, Pasundan, Padjajaran, atau ada

penamaan yang berunsur Budaya dan Sejarah.

2. Perlu adanya pendekatan Partai Politik untuk bisa mengsosialisasikan

Pergantian Nama Daerah Provinsi Jawa Barat.

3. Kalangan Anak Muda harus ikut serta mengkaji atau menganalisis

persoalan tantang Pengusulan Nama Daerah Provinsi Jawa Barat bukan

hanya kalangan Tokoh-Tokoh Sunda tapi ada dari kalangan Pemuda Sunda.

4. Pengkajian harus bekerjasama dengan pemerintah setempat agar bisa

diupayakan terhadap pengumpulan data dan adanya audiensi dengan

pemerintah setempat.

95
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat

diperoleh kesimpulan berikut:

1. Tata cara secara administrasi dan yuridis terhadap pengusulan nama daerah

Provinsi Jawa Barat adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian

Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan

Pemindahan Ibu Kota. Sedangkan pengusulan nama daerah bisa dilihat pada

Pasal 3 ayat (2) penamaan sudah sesuai:a) faktor sejarah;b) budaya;c) adat

istiadat dan/atau;d) adanya nama yang sama, Pasal 4 dimaksud dalam Pasal 3

persyaratan meliputi:a) aspirasi masyarakat;b) naskah akademik. Upaya sudah

dilakukan pada tahun 2012 sudah diterima tim Adji dkk, 2015 naskah akademik,

lanjut surat elektronik audiensi ke Gubernur hanya belum ada respon. Tahun

2022 Maklumat Sunda dihadiri Ketua DPD RI untuk menyampaikan isi

Maklumat Sunda kepada Presiden.

2. Aturan-aturan yang berlaku sudah lengkap hanya saja harus ditempuhi secara
proses politik, maka dengan adanya usulan perubahan nama daerah ini dilakukan

dengan berbagai macam tahapan secara administrasi. Acuan utama aturan yang

96
berlaku berada di Permendagri No 30 Tahun 2012 Pasal 3&Pasal 4. Hanya saja

pada tahun 2022 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Provinsi Jawa Barat menjadikan Rancangan Undang-Undang Provinsi Jawa

Barat, dikarenakan aturan terdahulu dianggap kadaluarsa. Maka dengan adanya

RUU Provinsi Jawa Barat menjadikan suatu pengautan khusus terhadap usulan

perubahan nama daerah Provinsi Jawa Barat.

3. Dari hasil riset naskah akademik terhadap pengusulan nama daerah Provinsi Jawa

Barat adalah, aspek historis sudah sangat jelas bahwa penamaan wilayah harus

ada unsur budaya dan penamaan west java warisan dari Kolonial Belanda,

filosofis bahwa penamaan yang berkarakter menentukan kemajuan terhadap

daerahnya bahkan jargon “Silih Asah Silih Asih Silih Asuh Silih Wawangian”

sudah lepas dari tali jati diri orang Sunda, yuridis Permendagri Nomor 30 Tahun

2012 pada Pasal 3 harus ada faktor Sejarah;Budaya;Adat-istiadat; dan atau ada

nama yang sama, garis besar Pasal 4 menyangkup tatacara administrasi yang

salah satunya adalah Pengusulan Perubahan Nama Daerah Provinsi Jawa Barat,

sosiologisnya berdampak pada masyarakat yang mulai tergerus jati diri akan

cinta budaya daerahnya yang menyebabkan daya saing menjadi pemimpin orang

Sunda semakin sedikit.

4. Berdasarkan hasil survei dan kuesioner Pergantian Nama Daerah Provinsi Jawa

Barat yang dilakukan oleh Paguyuban Pasundan dan Panitia Kongres Sunda.

Hasil survei Paguyuban Pasundan Dari 48,22 jiwa penduduk Jawa Barat pada

akhir 2021 polling ini sudah dikirimkan kepada seluruh kota/kabupaten se – jawa

97
barat dengan berbagai macam pekerjaan,usia. Data yang tercatat sampai detik ini

yang masuk di data kami sebesar 516 ( Lima Ratus Enam Belas ) hasil yang tidak

setujunya adalah 58.4% dengan jumlah 446 orang yang mengisi poling tersebut

yang bahwa penamaan Provinsi sunda terlalu explisit menyatakan suatu suku,

mengingat Depok,Cirebon, dan Bogor adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat

yang mayoritas bahasa yg digunakan tidak sepenuhnya bahasa sunda. Hasil

kuesioner Panitia Kongres Sunda adalah dari 305 orang yang masuk dalam

kuesioner hanya 174 yang menjawab kuesioner yang disebarkan berbagai

kalangan orang Sunda, rata-rata setuju dengan adanya Pergantian nama menjadi

Provinsi Sunda hasilnya 90,2% dan Provinsi Tatar Sunda 79,3%.

B. Saran.

Semoga dari hasil penelitian ini menemukan penamaan yang tepat dan sesuai

dengan unsur budaya dan sejarahnya. Serta peran pemerintah ikut andil dalam

pernyelesaian ini. Tokoh sesepuh Sunda bisa memberikan penjelasan asal-usul

penamaan yang tepat untuk Jawa Barat.

98
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ace Setiadhikusumah, BABON SEJARAH KI SUNDA: Rundayan Silsilah

Raja-Raja Di Tatar Sunda Tahun 130-1579 M, , (Indramayu:

Ketua Himpunan Pengusaha KOSGORO 1957, 2006), Hal VII-

I.

Asep Salahudin, SUFISME SUNDA: Hubungan Islam dan Budaya dalam

Masyarakat Sunda, (Bandung: NUASA Cet I, 2017), Hal 10.

Bayu Suryaningrat, Sejarah Pemerintahan di Indonesia Babak Hindia

Belanda dan Jepang, (Jakarta: Dewaruci Press, 1981), Hal 76.

Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah, (Bandung:

PT Dunia Pustaka Jaya, 2014), Hal 8.

H.J De Graaf dan TH Piegeud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa Tinjauan

Sejarah Politik Abad XV dan XVI, (Yogyakarta: Mata Bangsa

2019), Hal 49.

Hasan Djafar, Masa Akhir Majapahit: Girindrawarddhana dan

Masalahnya, (Depok: Komunitas Bambu, 2009), Hal 53-56.

99
Hawe Setiawan, Tafsir Atas Ilustrasi-Ilustrasi Junghuhn: SUNDA ABAD

KE-19, (Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2019), Hal 21.

Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2000), Hal 3.

Mumuh Mushin Z., dkk., Identifikasi Budaya Sunda Masa Lalu, Masa

Kini, dan Masa yang akan Datang, (Jawa Barat: Sastra Unpad

Press, 2011), Hal 10.

Parsudi Suparlan, Bhineka Tunggal Ika: Keanekaragaman Sukubangsa

atau Kebudayaan?, (Indonesia: Antropologi 72, 2003), Hal 28.

Ratnayu Sitaresmi dkk, Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat

Bandung Untuk Kedaulatan, (Bandung: Penerbit Bunaya, Cet I

2002 Cet II 2013), Hal 11.

Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI) 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945, (Jakarta: Sekretariatan

Negara Republik Indonesia,1998), Hal 579.

100
Rusnanto dkk, PASUNDAN, (Bandung: Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Jawa Barat Balai Pengelola Kepurbakalaan

Sejarah dan Nilai Tradisional,2005), Hal 29.

Reza D. Dienaputra, SUNDA Sejarah Budaya dan Politik, (Bandung:

Sastra Unpad Press, Cet I, 2011), Hal 15-21

Sartono Kartodidjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, Jilid 2, 1977), Hal 226-233.

Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodelogi,

Persentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa

dan Penelitian Pemula Bidang Sosial, Pendidikan dan

Humaniora, (Bandung: Refikaa Aditama,2009), Hal 2

Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal 107.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press,

1986), Hal 51.

101
Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, (Jakarta: raja Grafindo Persada, 1994), Hal

19.

Suharto, Pagoejoeban Pasoendan 1927-1942: Profil Pergerakan

Etnonasionalieme, (Bandung: Lembaga Kajian Strategis

Paguyuban Pasunndan Satya Historika, 2002), Hal 20.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabta, 2008), Hal 335-336.

Sobirin, Pasundan Sebagai Bentang Ekoregion Berbasis Kekuatan

Kearifan Lokal, (Bandung: Naskah Akademik Provinsi Sunda,

25 Oktober 2019), Hal 61.

T. Bachtiar, Toponimi Susur Galur Nama Tempat Di Jawa Barat,

(Torogong kidul Garut: Layung, 2019), Hal v-vii.

Tome Pires, Suma Oriental Perjalanan Dari Laut Merah Ke Cina &

Buku Francisco Rodrigues, Ed: Bahasa Indonesia,

(Yogyakarta: Ombak Anggota IKAPI, 2014), Hal 232-256.

256-235.

102
Yudi Latif, Negara Paripurna Historis, Rasionalitas, dan Aktualitas

Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), Hal

365.

Zulkarnaen dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Konstitusi, (Bandung: CV

Pustaka Setia, 2012, Hal 137.

SEMINAR/WEBINAR

Seminar Keurseus Bahasa Sunda Tatar Sunda Tina Sawangan Geologi,

Kamis 26 Agustus 2021.

Seminar Susi Dwi Harijanti, Sekeseler Tina Sawangan Hukum Tata

Negara, (Bandung: Keurseus Budaya Sunda UNPAD Pusat

Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda, 2021).

Seminar Perubahan Bentang Alam Tatar Sunda dalam Dimensi Spasial

dan Temporal, Jum’at 17 September 2021.

Seminar Keurseus Bahasa Sunda Tatar Sunda Tina Sawangan Geologi,

Kamis 26 Agustus 2021.

Seminar Alam Pikir dan Pola Hidup Masyarakat Sunda, Lembaga Kajian

Pendidikan dan Moderasi Beragama Indonesia (LKPMB), Sabtu

18 September 2021.

103
Seminar Perubahan Bentang Alam Tatar Sunda dalam Dimensi Spasial

dan Temporal, Jum’at 17 September 2021.

Seminar Susi Dwi Harijanti, Sekeseler Tina Sawangan Hukum Tata

Negara, (Bandung: Keurseus Budaya Sunda UNPAD Pusat

Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda, 2021).

Seminar Keurseus Bahasa Sunda Tatar Sunda Tina Sawangan Geologi,

Kamis 26 Agustus 2021.

Webinar Internasional, Aktualisasi Pemikiran Politik Sunda, Program

Studi Ilmu Politik Fisip UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

dilaksanakan pada Rabu 23 Juni 2021.

ATURAN HUKUM

Draf Naskah Akademik TOR, RUU tentang Provinsi Jawa Barat, Badan

Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI, Kota Bandung 27-29 Mei

2022, Hal 4.

Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi

Djawa Barat yang berlaku pada tanggal 04 Juli 1950, Otonomi

Daerah dan Pemerintahan Daerah.

104
Undang-Undang No 8 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang

Darurat No. 9 Tahun 1954 tentang Perubahan Nama Propinsi

Sunda Kecil menjadi Propinsi Nusa Tenggara (Lemmbaran

Negara Tahun 1954 No. 66) sebagai Undang-Undang).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota,

Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, Dan

Pemindahan Ibu Kota.

SUMBER LAIN

Mosi Integral adalah sebuah keputusan Parlemen mengenai kesatuan

Negara. Mosi Integral Natsir merupakan hasil keputusan

Parlemen mengenai bersatunya kembali Sistem Pemerintahan

Indonesia dalam sebuah kesatuan yang digagas oleh Mohammad

Natsir

Panitia Kongres Sunda, K. Pasundan Sebagai Bentang Ekoregion

Berbasis Kekuatan Kearifan Lokal, Naskah Akademik,

(Bandung: 25 Oktober 2019), Hal 80.

Bahan Diskusi Kadamas, KASANG TUKANG (UPAMI) BADÉ GENTOS

NAMI PROPINSI, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, DEA.

105
Nafida Febrina Syafaaty, Raden Fatah Dan Hubungan Dengan Kerajaan

Islam Sunda Padjajaran Tesis, (Jakarta: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, 2020), Hal 62.

Wawamcara dengan Prof. Indra Perwira, S.H., M.H.

HASIL SURVEI DAN KUESIONER

Hasil Survei Tanggapan Tentang Pergantian Nama Provinsi Jawa Barat

Menjadi Provinsi Sunda, oleh Dr. Yaya Mulyana Aziz, M.Si, P3

M Program Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung 2019,

data dilakukan pada tanggal 7 Februari 2020.

Kuesioner Umum Panitian Kongres Sunda terhadap Pergantian Nama

Daerah Provinsi Jawa Barat.

106
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1.

Hasil Wawancara.

Nama : Adji Esa Poetra

Jabatan : Pengamat Budaya (Penyusun Naskah Akademik)

Tanggal/Tempat : Jum’at, 18 Maret 2022 Pulkul 13.00 WIB.

Jl. Moch. Ramdan No.110, Ciateul, Kec. Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40251

Pertanyaan.

1. Bagaimana pertmuan awal ke DPRD 2012 pengajuan nama daerah Provinsi


Jawa Barat?

Jawaban: Pada tahun 2002 saya, Prof. Asep Muhtadi, Prof. Rusly di gedung YPKP
pada seminar mengenai Jati Diri Bangsa, membuat suatu landasan penting untuk
kemajuan Jawa Barat terutama orang Sunda agar tidak hilang karakter orang Sunda
yang semakin lama makin hilang. 2012 pengajuan pergantian nama daerah Provinsi
Jawa Barat diterima oleh DPRD ada saya, Acing Bimbo, Dina, Dhani, Deni yang
diterima oleh anggota dewan Aep Saepudin, Hasbi Reza, Uu Rukmana. Hanya saja
pada waktu itu terjadinya konflik sosiologi dengan Ketua Dewan yang memang bukan
orang Sunda.

2. Apakah naskah akademik sudah dikirmkan kepada Gubernur dan DPRD?

Jawaban: Sudah 2015 naskah akademik dibuat dan dikirim ke Gubernur dan DPRD,
tahun 2019 kajian tambahan dalam penyempurnaan, lanjut di acara Tahura 2022
Gubernur meminta naskah kembali, dan kami membuat Surat Elektronik kepada
Presiden Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri RI, DPRD Pusat RI, DPRD
Provinsi Jawa Barat, dan OMBUDSMAN RI. Hanya belum ada respon.

107
3. Adakah upaya lanjutan untuk Pergantian nama daerah ini?

Jawaban: Tentu ada, yaitu melakukan Zoom Meting awal Maret dengan PKS, dan
beberapa pengkaji, bahkan yang tidak setuju dengan pergantian nama diundang.
Tentunya dengan silahturahmi ini menjadikan perjuangan kedepan, yang InsyaAllah
kami membuat agenda dengan PKS untuk datang ke kantor PKS di Jawa Barat, guna
membahas lebih lanjut persoalan ini.

108
Lampiran 2.

Nama :Dr. Yaya Mulyana Aziz, M.Si.

Jabatan : Dosen (Survei Paguyuban Pasundan)

Tanggal/Tempat : Jum’at, 18 Maret 2022 Pukul 15.45 WIB.

Jl. Sumatera No.41, Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat
40117

Pertanyaan:

1. Mengapa Paguyuban Pasundan melakukan Survei terhadap pergantian nama


daerah Provinsi Jawa Barat?

Jawaban: Karena, atas intruksi Ketua Prof. Didi Turmidzi kedatangan Gerpis dan Adji
Esa Poetra yang melakukan survei UNPAS, maka diadakanya survei tersebut.

2. Bagaimana hasil survei yang dilakukan oleh Paguyuban Pasundan?

Jawaban: Hasil dari survei menunjukan masyarakat Jawa Barat masih awam dengan
penamaan Provinsi Sunda, maka dengan nama Jawa Barat lebih dikenal oleh kalangan
masyarakat Jawa Barat. Memang dengan adanya pergantian nama ini dari segi nama
sudah tidak cocok, seperti keterangan Prof Ganjar minimal dari segi geografis nama
Sunda tidak hilang adanya monumen agar kebudayaan sudan tidak tergerus. Seperti
Rebo Nyunda yang diusulkan oleh Gubernur. Nanti hasil survei saya kirimkan!

3. Apakah aturan PP No 78 tahun 2007 setelah berlakunya UU No 23 tahun 2014


pasca lepasnya Jakarta, masih berlaku aturannya?

Jawaban: Pada waktu itu Provinsi Jawa Barat adalah provinsi induk, maka tidak dilepas
begitu saja masih tetap dibina oleh Provinsi Jawa Barat. Maka disebut PLT/PJS yang
tugasnya adalah menyiapkan infrastruktur dan Pemilu.

109
Lampiran 3.

Nama : Dra. Ir. Eni Sumarni, M.Kes

Jabatan : Anggota DPD RI Jawa Barat

Tanggal/Tempat : Minggu, 20 Maret 2022 Pukul 13.09 WIB

Melalui telephon.

Pertanyaan:

1. Setelah acara Maklumat Sunda tahun 2022 apakah DPD RI sudah


menyampaikan kepada Presiden?

Jawaban: Sudah disampaikan oleh Pak Ketua AA Lanyalla Mahmud Mattalitti. Bahwa
Jakarta, Banten, dan Jawa Barat lahirnya IKN untuk penyangga perekonomian
bagaimana fungsinya? Salah satunya Ibu Kota DKI yang berada bagian Selat Sunda.
Dengan adanya Otsus ini untuk memperjelas status Jakarta, Banten dan Jawa Barat
yang salah satunya adalah penyangga ekonominya. Fokus ke khususan sudah
disampaikan ke Presiden oleh Pak Ketua DPD RI. Yang InsyaAllah bulan Juli
menunggu keputusannya.

110
Lampiran 4.

Nama : Noery Ispandji

Jabatan : Ketua Angkatan Muda Siliwangi.

Tanggal/Tempat : Minggu, 20 Maret 2022 Pukul 19.57 WIB

Melalui telephon

Pertanyaan.

1. Pada saat ulang tahun Angkata Muda Siliwangi ke-51 di Gedung Merdeka,
apakah benar Presiden hadir pada waktu itu?

Jawaban: Betul Presiden hadir di ulang tahun AMS k-51.

2. Apakah benar pada saat pidatonya Presiden mengucapkan salam untuk warga
Pasundan?

Jawaban: Berawal dari pidato saya oleh Ketua AMS Noery didalam pidatonya ada
suatu perimntaan kepada Bapak Presiden untuk adanya Penataan ke Sungai Citarum.
Dikarenakan Kondisi sungai pada saat itu sedang kotor.

Dilanjut dengan pidato Bapak Presiden, sangat betul awal pidato mengucapkan “Salam
untuk warga Pasundan” dikarenakan Presiden bertempat di Istana Bogor. Sudah
seharusnya Presiden memperhatikan Jawa Barat yang utamanya adalah penataan
Sungai Citarum.

Lampiran 5.

Nama : Aep Saepudin

Jabatan : Anggota DPRD Prov. Jawa Barat yang salah satu yang
menerima inisiator Usulan Perubahan Nama Daerah Provinsi
Jawa Barat pada Tahun 2012.

111
Tanggal/Tempat : Selasa, 22 Maret 2022 Pukul 10.55 WIB

Melalui telephon

Pertanyaan.

1. Bagaimana Kronologis Penerimaan Usulan Perubahan Nama Daerah Provinsi


Jawa Barat Pada Tahun 2012?

Jawaban: Tentu dengan kehadiran inisiator ke DPRD pada waktu itu, menyambut
dengan baik tentang Pegusulan Nama Daerah ini. Apalagi identitas diri semakin
tergerus dengan adanya pengususlan yang berkearifan lokal yang secara kultur
kekayaan budaya secara intensitas hilang.

Saran saya adalah, karena pada tahun 2012 belum ada naskah akademik makan
pendalaman kajian karena datanya masih mentah, sambil mereferensikan insiator
tokoh-tokoh terhadap Usulan Perubahan Nama Daerah didalam kajiannya sekaligus
sosialisasi. Pembuatan naskah akademik dibuat setelah inisiator mendatangi DPRD
Jawa Barat.

112
Lampiran 6.

Nama : Prof. Dr. Asep Muhtadi, M.A.

Jabatan : Tim Penyusun Naskah Akademik Kajian Perubahan Nama


Jawa Barat dengan Nama yang Nyunda.

Tanggal/Tempat : Rabu, 23 Maret 2022 Pukul 14.46 WIB

Pascasarjana UIN Bandung.

Pertanyaan:

1. Bagaimana kronologis pembuatan Naskah Akademik pada tahun 2015?

Jawaban: Pada dasarnya pembuatan naskah ini melacak dan mengumpulkan data
secara historis warisan kebudayaan. Bahwa penamaan Sunda sudah ada pada abad ke-
2 yang bernama Sindae dan Jabadiba. Dengan adanya penamaan ini menjadikan
landasan penting penamaan yang mempunyai karakter diri orang Sunda. Didalam
Naskah sudah dijelaskan secara Filosofis, Historis, Sosial Budaya, bahkan secara
Konstitusi sudah ada yaitu Permendagri Nomor 30 Tahun 2012.

2. Bagaimana tanggapan Prof mengenai isu-isu yang sedang terjadi persoalan


Usulan Perubahan Nama Daerah ini?

Jawaban: Harus istiqomah terhadap kekuatan Sunda, bahwa kakrakter menujukan jati
diri seseorang. Bahkan Jawa Barat sudah bukan berada di posisi Barat lagi, yang bagian
daerah Barat yaitu Banten.

113
DOKUMENTASI

KET : Awal pertama penulis bertemu dengan panitia kongres Sunda. di


Pusat Digitalisasi UNPAD. Dan bertemu dengan Prof. Dr. Ganjar Kurnia,
DEA. Avi Taufik (Ketua Kongres Sunda), Adji Esa Poetra, Andri
Kantaprawira (Ketua Gerpis), dkk.

114
KET : Pertemuan Rapat ke 2 penulis tetap bertemu dengan panitia kongres

Sunda. di Pusat Digitalisasi UNPAD. Dan bertemu dengan sang langend


Acil BIMBO.

115
KET : Esoknya lanjut ke
Perpustalaan Tubagus Adhi
(anggota Bandung
Hiratage) . Bertemu dengan
H.Holil Aksan Umarzein
dan Adiknya. Membahas
Sejarah Sunda dan Usulan
Penamaan Daerah.

116
KET : Pertmuan Khusus Penulis dengan H. Holil Aksan, DR. Nina Kurnia
Hikmawati, serta Dr. Gunawan Undang, Andri Kantaprawira, Wawan.
Bertempat di kediaman H. Holil Aksan (Panyilekan).

117
118
KET : Maklumat Sunda bertempat di Subang Penulis bertemu dan
berbincang dengan Ketua DPD RI dan Bunda Eni Sumarni anggota DPD
RI.

119
KET : Pertemuan di
Angkatan Muda Siliwangi
bersama Ketua AMS Kang
Nuri.
KET : Penulis Bertemu
dengan Bunda Eni.

120
KET : Penulis
Mengikuti Seminar-
seminar Keursues
Sunda Kesundaan.

121
KET: Penulis bertemu dengan Editor Naskah Akademik Pergantian Nama
Daerah Provinsi Jawa Barat Kang Adji Esa Poetra.

122
KET : Penulis bertemu dengan Dr. Yaya Mulyana Aziz, M.Si. bertempat
di Pascasarjana UNPAS membahas hasil Survei Pergantian Nama Daerah
Provinsi Jawa Barat.

123
KET: Penulis bertemu dengan Prof. Dr. Indra Perwira, S.H., M.H
mengenai Yuridis Usulan Perubahan Nama Daerah dan Kang
AndriKantaprawira Gerakan Pilihan Sunda (GERPIS).

KET: Penulis bertemu dengan Ketua Umum Angkatan Siliwangi (AMS),


dan penulis bertemu dengan Prof. Dr. Reza D. Dienaputra M. Hum
membahas persoalan sejarah dan meminta Subfile Tesis.

124
KET: Hingga tahun 2022 penulis masih terus penelitian untuk Usulan
Perubahan Nama Daerah Provinsi Jawa Barat dengan agenda bersama
Tim untuk agenda Road To Kongres Sunda.

125
SUNDA NGAHIJI, JADI KAHIJI
RAPAT KOORDINASI
KASEPUHAN TATAR SUNDA
SENIN, 28 FEBRUARI 2022
MINUTES OF MEETING
Hari & Tanggal : Senin, 28 Februari 2022
Lokasi : Rumah Ceu Popong Jl. Cipagani Nomor 128 Bandung
Waktu : Pukul 10.00 – 13.00 WIB
Agenda : Melanjutkan Agenda Pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda

Participant:
MASYARAKAT SUNDA :

1. Ceu Popong Otje Djundjunan


2. Tjetje Hidayat Padmadinata
3. Letjen (Purn) Djadja Suparman
4. Mayjen (Purn) Iwan Ridwan Sulanjana
5. Prof Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA
6. Dra (Hj) Eni Sumarni, M.Kes
7. Drs. Ernawan Kusumaatmadja, MBA (Sekjen Bammus Sunda)
8. Memet H. Hamdan, SH
9. Dr. Ir. Memet Hakim
10. Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM (mewakili Organisasi Akademisi & Perempuan)
11. Prof. Dr. Kerry Lestary, M.Si., Apt Direktur Institut Pembangunan JABAR (In-Jabar) UNPAD
12. Andri Perkasa Kantaprawira, Ketua SC Panitia Kongres Sunda / Ketua GERPIS
13. Robby Maulana Zulkarnaen Umum DPP Paguyuban Sundawani Wirabuana
14. Kurniawan Bachtiar, Anggota OC Panitia Kongres Sunda
15. Rita Rusman, GERPIS

A. OBJECTIVE MEETING : Pembentukan Forum Kasepuhan Tatar Sunda


B. RESULT :
Dengan harapan bahwa adanya konsolidasi masyarakat Sunda yang lebih solid, dan adanya Kasepuhan atau
Rama yang menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Board of Trusty), bagi masyarakat Tatar Sunda dalam
menjalankan berbagai macam ragam dinamika kehidupannya baik di sarakannya, di konteks negara maupun
dalam konteks dunia. Maka pertemuan Senin tanggal 28 Februari 2022 merangkum masukan dari para
kasepuhan Tatar Sunda.

Dibuka dan ditutup oleh Nina KH, dilanjutkan dengan masukan dan arahan dari peserta rapat yang
menjawab dari dokumen sesuai lampiran I :

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
I. Ceu Popong Otje Djungdjunan :
1. Sangat senang dengan kehadiran dan acara gempungan, dengan berharap adanya pembenahan di
Sunda dari tata bahasa, budaya dan hal lainnya.
2. Masyarakat Sunda harus mendorong Prof Moechtar sebagai Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya
bersama Djuanda melalui Deklarasi Djuanda dan ZEE dalam memperjuangkan luas lautan NKRI,
mellaui Komisi di DPR RI yang sesuai.
3. Keprihatinan keberadaan DPR RI dari Jawa Barat dengan jumlah total 91, yang berasal dari Sunda
hanya 34 oarng, dimana hal ini tidak terjadi di Provinsi lain. Untuk itu sebagai orang sunda tidak
boleh moyok maneh, harus bergerak bersama.
4. Keprihatinan lain adalah karena hilangnya sejarah mengenai Sunda Besar pada jaman Moch Yamin,
walaupun di peta internasional masih tetap ada Sunda Land. Inilah dikarenakan orang Sunda terlalu
baik.
5. Kebanggan akan Mojang Cantik di Sunda, dimana selama 25 tahun Ceu Popong memegang di DPR
dan telah keliling Indonesia, tidak menemukan wanita-wanita secantik di Tanah Sunda. Namun hal
inilah penyebab Mahala Mahayu (Mahala negatip, Mahayu Positip). Yang mengakibatkan adanya
pernikahan antar suku yang menyebabkan perubahan akan kekuatan Sunda hasil dari pernikahan
silang. Untuk itulah diperlukannya memelihara Bahasa Sunda dan Budaya Sunda yang lebih keras
kedepan. Hal hal strategis lainnya telah dilakukan oleh Bu Tien Suharto, dimana dipindahkannya
lokasi beebrapa pendidikan militer ke Jawa Tengah. Hal yang paling mudah adalah dilingkungan
terkecil di keluarga jangan sampai hilang dan harus mempertahankan berbicara bahasa Sunda.
6. Diharapkan adanya komunikasi dengan Organisasi Nonoman Sunda seperti : DAMAS, Nonoman
Sunda, AMS.
7. Ceu Popong memperjelas mengenai usaha dalam penyatuan yang disebut Kasepuhan tatar Sunda
dengan mempertanyakan sejauh mana yang sudah dilakukan. Dimana Ceu Popong akan mengajak
yang lainnya jika dianggap baik dengan cara mencari yang merasa Dedeh (sayang) ke Sunda,
yang tentunya akan banyak tokoh – tokoh yang dapat diajak berkolaborasi, namun harus
disadarkan bahwa mereka itu Sunda.
8. Diharapkan jika sudah terbentuk, Ceu Popong tidak mau mandeg dan tidak jalan seperti yang sudah –
sudah yang tidak ada kelanjutannya. Dan Ceu Popong juga menanyakan mengenai komunikasi
dengan Paguyuban Pasundan dikarenakan sebagai Dewan Pengaping. Jangan sampai masyarakat
tidak mengerti, maksud dari forum bagus namun dianggap ada dualisme kekuatan, untuk itu perlunya
memberikan pengertian kepada Masyarakat.
9. Ceu Popong jika ada waktu akan membantu berkomunikasi dengan Paguyuban Pasundan.
10. Perlunya ada kriteris untuk Kasepuhan Tatar Sunda, misal dari segi usia atau hal lainnya .
11. Diharapkan akan terbentukan sebuah wadah yang bukan organisasi, yang tidak membingungkan
masyarakat .

II. Bapak Memet Hamdan


1. Gempungan, dirasa belum lengkap secara kewilayahan atau secara patsum ke Sundaan, dimana
banyak sekali group, kurang lebih 38 group serta di Jabar ada 27 Kabupaten Kota, jangan sampai
merasa tidak diundang.
2. Pengalaman ketika menjadi Kepala Dinas : Menggunakan strategi keuangan untuk menjalankan
kegiatan Kebudayaan, membuat aturan dengan adanya Perda nomor 5/ 67 yang merupakan hasil dari
Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
masyarakat. Dengan difasilitasi adanya Naskah Akaademik dan peneylesaian di DPRD tahun 2003
perda 5, 6, 7 . Artinya jika ingin memelihara kebudayaan harus disertai dengan Kekuasaan dan
adanya aturan. Sebagai contoh hilangnya kegiatan pasanggiri Cianjuran 2 tahun sekali oleh
DAMAS
3. Masyarakat Sunda kedepan diharapkan lebih ambisi dan kritis melalui sebuah forum, seperti dahulu
yang pernah dilakukan oleh BAMUS (contoh hilangnya suara dari Salah Satu Caleg)
4. Diharapkan Sunda dapat melahirkan kembali seperti Juanda dan Muchtar Kusumaatmaja yang telah
membawa harum Sunda dan Indonesia.
5. Pemerintah harus memiliki aware atau perhatian dengan adanya sebuah aturan untuk
memelihara Budaya Sunda.

III. Bapak Memet Hakim


1. Prihatin hilangnya atau memudarnya Nama besar Sunda, padahal tentara dari Nama Sunda dan
beberapa peperangan di nasional mengirimkan dari tanah Sunda .
2. Diharapkan kedepan adanya organisasi yang bisa sampai ke Desa-desa.
3. Prihatin akan kehadiran tenaga China yang diperkirakan mencapai 30 juta pendatang yang akan
merubah kebudayaan dan turunan Sunda, hal ini lebih berbahaya dibandingkan dengan suku bangsa
lainnya di Indonesia.
4. Sunda harus bersatu dengan harapan agar betul-betul ada power, dan persiapan kader-kader tokoh
bersama di tingkat daerah.
5. Diharapkan dar mulai SD sudah diajarkan Budaya Sunda.
6. Diharapkan duduk bersama dalam sebuah forum untuk melihat situasi dan memberikan rekomendasi
strategis, Sing tiasa majeung calik sasarengan

IV. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA


1. Adanya sebuah persoalan psikologis mengenai syarat keanggotaan Kasepuhan tatar Sunda, sehingga
menjadi sebuah pertimbangan untuk membuat aturan keanggotaan.
2. Berharap bahwa pertemuan ini merupakan tempat berkumpul yang sifatya informal, yang bisa saja
dinamakan musdi yawarah Sora Sunda, Sawala Sora Sunda dan sebagainya, yang merupakan wadah
pemikiran positip, dan jangan seperti organisasi baru yang formal yang diperkirakan akan rame serta
kontra produktip dan sulit tidak selesai dalam membuat konsolidasi.
3. Forum berupa kegiatan insidental, namun jika di organisasikan hanya berupa fasilitator untuk
mengajak berkumpul yang dikoordinir oleh fasilitator misal Nina KH & Prof Kerry.
4. Yang dibicarakan misalnya : Merhatikan ruang lingkup kebudayaan yang bersifat jembar, misal
mengenai PERDA 5/17 yang susah operaionalnya. Dapat berupa gagasan baik ke pemerintah
eksekutip maupun legislatip dengan dikerjakan oleh ad hoc, dimana pernyataan keluar hasil dari
musyawarah, dengan mengambil yang merasa setuju terhadap hasil musyawarah tersebut yang
mewakili Sunda, yang bisa atas nama pribadi2 atau kelompok-kelompok.
5. Forum bisa membuat sebuah pokok pokok pikiran mengenai strategy kebudayaan Jawa Barat, yang
bisa saja membuat rancangan untuk mengganti PERDA yang berkaitan dengan kesenian dan
kebudayaan.
6. Dengan harapan yang menandatangani naskah akademiknya adalah para kasepuhan Sunda,
diharapkan Pemerintah dapat mendengarnya.
Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
7. Untuk operasional bisa dilakukan seperti UNPAD dan Bamus berupa Kursus Kebudayaan Sunda.
8. Apabila dari anggota Forum ada kegiatan, semuanya dapat mendorong kegiatan tersebut.
9. Mengajukan namanya bisa berupa Musyawarah Sora Sunda, yang merupakan tempat jempungan
informal orang sunda, namun menghasilkan gagasan – gagasan yang bersifat politis, strategis yang
khususnya untuk kebudayaan.
10. Diharapkan dapat di pimpin oleh Ceu Popong, sebagai Sesepuh Tatar Sunda Senior
11. Prof Ganjar akan membuat draft satu halaman sebagai pengantar untuk mengajak lainnya tentang
gempungan ini.

V. Letjen (Purn) Djadja Suparman


1. Berharap bahwa forum yang dibuat bukan organisasi formal,namun disepakati oleh setiap organisasi
yang ada didalamnya, dan forum ditempatkan sebagai posisi teratas . Yang terpenting dalam rangka
menyatukan Sunda, adalah menyamakan dahulu pola pikirnya.
2. Sunda dapat mencontoh model kasepuhan di Jawa Timur, dengan mengadopsi dan meniru model
kepemimpinan kasepuhan Jawa Timur yang merupakan forum tidak formal p disepakati oleh seluruh
organisasi termasuk partai.
3. Kader kepemimpinan di Jawa Timur, di buat berlapis dari mulai tingkat Nasional, Provinsi dan
kabupaten kota, sesuai dengan bidangnya seperti bidang ekonomi, politik dan agama yang dibuat
masing-masing dipimpin oleh ketua dari berbagai level wilayah
4. Perlu adanya pusat-pusat pelatihan, seperti contoh di parongpong ketika jaman Gubernur Nuryana .
5. Sepakat agar Ceu Popong yang di seniorkan di Kasepuhan Tatar Sunda, karena tegas, mengayomi dan
tidak adanya kepentingan Pribadi.

VI. Mayjen (Purn) Iwan Ridwan Sulanjana


1. Bercerita pengalam ketika PANGDAM JABAR membuat namanya Rukun Wargi Tatar Sunda, yang
tidak adanya seorang ketua hanya di koordinasikan oleh seorang sekretaris yang mengkoordinasikan
kegiatan bersama yang terdiri dari forum Rukun Wargi Tatar Sunda, KAPOLDA, PANGDAM dan
Gubernur.
2. Mengajukan Kang Tjetje dan Ceu Popong sebagai yang dituakan dan memimpn bersama sebuah
forum ini.
3. Sunda merupakan bangsa yang secara keilmuan sangat tinggi, maka belajarlah ke negeri china
seharusnya ke negeri Sunda.
4. Keprihatinan dengan adanya diperkirakan telah mencapai 38 Juta warga China tinggal di Indonesia
yang hal ini merupakan ancaman bagi kebudayaan Sunda dan Indonesia hasil pernikahan silang
dengan warga pendatang baru.
5. Sekarang sudah masanya Sunda Nanjer, dan menduduki Top Eksekutip, yang menurut informasi
adalah seorang Sunda yang menjalankan syariat Islamnya dengan baik.
6. Diharapkan menyiapkan pengkaderan dari mulai level Provinsi sampai dengan kabupaten kota.
7. Hasil dari pertemuan diharapkan menjadi sebuah perkumpulan dari beebrapa organisasi, dan bukan
sebagai organisasi baru

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
VII. Drs. Ernawan Kusumaatmadja, MBA
1. Sepakat untuk tidak perlu membuat sebuah organisasi baru, namun bisa mengundang beberapa
organisasi Sunda dalam membuat sebuah kesepakatan (kesapukan)
2. Organisasi / gempungan selama ini tidak bersatu dan tidak bergerak, diantaranya adanya perbedaan
pendapat dalam sebuah pemilihan presiden dalam pemilu.
3. Gempungan atau forum kedepan diharapkan memiliki anggota dari organisasi-organisasi besar di
tatar Sunda yang memiliki ahlinya masing-masing, dan dekat dengan masyarakat dan
permasalahannya, karena kita bangsa Sunda punya kemampuan dan pemikiran kuat harus memiliki
kedekatan dengan masyarakat dan dari beberapa n mas dngan keahlian untuk bangsa kita.
4. Gempungan atau forum harus memiliki nama

VIII. Robby Maulana Zulkarnaen


1. DNA Sunda bicara tentang Moralitas, tidak cocok ke politik, padahal potensi orang sunda sangat
besar. Walau pada kenyataannya di skala nasional nampak orang Sunda tercermin seperti “Jangan
diganggu namun jangan diajakin”
2. Kembali mengenai DNA, kita harus paham mengenai saha anjeun, ti mana, bade kamana anjen, tos
kamana, dugi kamana dll. Hal ini harus ter struktur tahapanya.
3. Sunda dengan nama Siliwangi hanya simbol di jawa barat, namun secara operasional beberapa tempat
strategis di pindahkan seperti TNI ke Magelang, Polisi ke Semarang, IPDN pun mahasiswa Sunda
sedikt dibandingkan Ambon Papua dll,.. kenapa tidak mempersiapkan kader masuk IPDN melalui
sekolah SMA seperti SMA Taruna Nusantara untuk masuk AD. Sunda nampaknya belum nampak
mempersiapkan regenerasi .
4. Rekomendasi Sunda memiliki Silicon Valey yang mendunia, dan rencana Bukit Algoritma di
Sukabumi.
5. Sunda krisis tokoh dan tidak punya konduktor, dan berharap ada yang memberikan partitur agar
harmoni.

IX. (Hj) Eni Sumarni, M.Kes


1. Gempungan Suara Sunda / Musyawarah Suara Sunda merupakan wadah perkumpulan yang
berkoordinasi dengan berbagai organisasi yang tidak perlu di bentuk organisasi baru.
2. Untuk disepakati, bahwa Dr Nina KH dan Prof Kerry sebagai Sekretaris yang bertugas sesuai
kepentingan.
3. Sebaiknya punya katalog dari komunitas barat, timur dan lainnya sebagainya, sehingga mempunyai
masukan dari hasil gempungan yang disepakati, sehingga wadah ini memiliki konduktor.
4. Harus ada anggaran untuk kelangsungan kegiatan, apakah ada urunan atau pendapatan lainnya yang
disepakati.

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
X. Kang Tjetje
Menyimpulkan bahwa secara empirik pengalaman Sunda ngahiji itu teu cager cager teu paeh-paeh.
Harus ada forum yang menjadikan pamuntangan di Jakarta.
Forum membicarakan potensi sebuah bangsa Sunda bukan sebuah organisasi
Nampaknya sudah ada Cendikiawan Rupawan Prof Kerry dan Dr Nina KH yang diperlukan untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
What is the name dalam Cinta Romeo dan Juliet, tidak perlu nama tapi sebuah potensi untuk ruang
riung yang menghasilkan keputusan dan putusan .

XI. Prof Kerry


Akan membantu lokasi kegiatan di In Jabar dan media komunikasi melalui digital

C. KESIMPULAN

1. Dengan adanya Gempungan atau forum diharapkan menjawab kebutuhan wadah bersatunya sunda, dan
berharap kedepan ada konduktor untuk pembenahan di Sunda dari tata bahasa, budaya dan hal lainnya yang
strategis bagi Sunda, yang diharapkan tidak mandeg dan berjalan lancar kedepan dan koordinasi dengan
berbagai organisasi yang ada di tatar Sunda baik nonoman maupun yang senior dan lengkap kewilayahan
dan patsum kesundaan. Untuk itu diperlukan strategy keuangan untuk keberlangsungan, dimana keberadaan
forum menjadi sebuah wadah organisasi in formal yang dikoordinasikan oleh Nina KH dan Prof Kerry
2. Masyarakat Sunda harus mendorong Prof Moechtar sebagai Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya
bersama Djuanda melalui Deklarasi Djuanda dan ZEE dalam memperjuangkan luas lautan NKRI, mellaui
Komisi di DPR RI yang sesuai.
3. Keprihatinan keberadaan Legislatip dimana hanya 30% dikuasai oleh ornag sunda asli, untuk itu diperlukan
cara untuk membentuk regenerasi pengkaderan kepemimpinan dari mulai level Provinsi sampai dengan
kabupaten kota
4. Jika ingin memelihara kebudayaan harus disertai dengan Kekuasaan dan adanya aturan, untuk itu
keberadaan forum diperlukan dlaam memberikan rekomendasi-rekomendasi, khususnya terhadap
Pemerintah agar aware atau perhatian dengan adanya sebuah aturan untuk memelihara Budaya Sunda.
5. Forum Sunda Ngahiji ataupun nama lainnya yang disepakati akan di koordinasikan oleh dua Sekretaris : Dr
Nina KH dan Prof Kerry yang bertugas sesuai kepentingan.
6. Diharapkan adanya strategy keuangan dan dan pendataan organisasi tatar Sunda serta konsolidasi yang rutin
dengan mengajak berbagai pihak bersatu agar forum ini berjalan.

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
D. ACTION PLAN

Keterangan / Action Plan Target Date PIC


No
1 Konsolidasi Kasepuhan ASAP NKH & Kerry
2 Konsolidasi Cendikiawan ASAP NKH & Kerry
3 Pengumpulan Kertas Posisi ASAP NKH & Team
4 Perencanaan Gempungan II ASAP NKH & All
5 Pendataan Organisasi ASAP NKH & Team

Bandung, 28 Februari 2022

Nina Kurnia Hikmawati

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
LAMPIRAN I
SURAT PERMOHONAN MASUKAN SUNDA NGAHIJI
Assalamualaikum wr wb., Sampurasun

Salam sejahtera disampaikan, semoga kita dalam keadaan sehat wal-afiat serta senantiasa
selau dalam lindungan Allah SWT.

Istilah Sunda pada zaman dahulu dikenal dengan istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil”.
Wilayah “Sunda Besar” mencakup empat pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan
Sulawesi. Sementara untuk wilayah “Sunda Kecil” mencakup Kepulauan Kepulauan Nusa Tenggara yang
mencangkup Lombok, Bali dan pulau pulau kecil sekitarnya, inilah yang dalam pengertian geologis dan
geografis lama disebut sebagai Sunda Land. Sunda sebagai sebuah bangsa yang memiliki kerajaan adalah
ketika Kerajaan Tarumanegara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda oleh Maharaja Tarusbawa sebagai
trah Salakanagara, sementara trah Tarumanegara berpindah ke Kendan dan kemudian mendirikan Kerajaan
Galuh. Kerajaan Galuh dan Sunda inilah merupakan dua Kemaharajaan yang masih bersaudara, yang pada
masa Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam catatan Tomi Pires 1511-1513 M dikenal sebagai
Sundanesse Kingdoms (Kemaharajaan Sunda) yang beribukota di Pakwan, yang kita kenal sebagai
Kemaharajaan Pajajaran. Trah Raja Raja Salakanagara, Tarumanegara, Galuh dan Sunda merupakan cikal
bakal Raja Raja Nusantara baik Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Mataram Hindu dan Majapahit.

Suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa terbesar kedua di Indonesia. Sebagai salah satu suku
bangsa besar di Indonesia seharusnyalah memiliki Eksistensi. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar
tersebut secara perlahan semakin hilang, diantaranya problematika saat ini adalah eksistensi suku Sunda yang
kalah saing dengan suku bangsa lainnya. Baik dari Angka Partisipasi Kasar (APK) di Jawa Barat, begitu
halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) belum lagi ditambah dengan data kerusakan lingkungan
dan rendahnya kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budayanya sendiri selain seiring dengan
masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman, serta kenyataannya, suku Sunda saat ini punya
banyak persoalan-persoalan yang mencuat ke permukaan.

Dari segi bahasa dan tradisi, orang Sunda mulai banyak yang meninggalkan bahasa Sunda sebagai
bahasa komunikasinya. Dan kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga budayanya sangat kurang. Hal
ini dibuktikan dengan diperkirakan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah karena tidak ada
regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit ditemui dalam sikap
keseharian masyarakat Sunda zaman kiwari. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan bisa jadi nama besar Sunda
ke depan hanya bisa dikenang dan diketahui dalam buku-buku sejarah.

Ketika sebuah bangsa menghendaki agar menjadi bangsa pemenang dimasa yang akan datang, maka
bangsa itu harus mempersiapkan sebuah generasi muda yang memiliki kualitas jauh lebih unggul di
banding bangsa yang lain. Kualitas manusia di bentuk oleh kebudayaan sebuah bangsa. Generasi muda
yang unggul, hingga generasi itu sanggup bertarung di era global dan menjadi pemenang dalam peradaban
pada masa yang akan datang. Disinilah pentingnya sebuah suku bangsa merumuskan jati dirinya lalu
membangun strategi kebudayaannya agar bisa membangun peradaban unggul dalam persaingan antar suku
bangsa di Nusantara juga dengan bangsa bangsa lainnya di seluruh dunia. Kemajuan sebuah bangsa dan
negara tergantung pada kemampuan adaptifnya menjawab tantangan zamannya, melakukan strategi
kompetitip dan kolaboratif untuk tetap eksis sebagai suku bangsa yang dihargai. Visi Sunda Mulya dan
Nusantara Jaya, yang artinya Sunda yang dihargai oleh suku bangsa lainnya sebagaimana cita cita Oto
Iskandar di Nata dan bersama maju, maju bersama dengan suku bangsa lainnya sebagaimana cita cita Ir.
Djuanda Kartawijaya, merupakan visi yang harus kita turunkan menjadi strategi dan program aksi ke depan.
Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
Dalam Siksa Kanda Ng Karesian ditegaskan bahwa kemajuan dan kejayaan bangsa Sunda bisa
dibangun bila ada sinergesitas antara tiga fungsi struktur sosial Sunda yaitu Karamaan (Kasepuhan),
Karesian (Para Cendikiawan/Ahli) dan Karatuan (Eksekutif). Dijelaskan lebih lanjut bahwa “jagad
daranan di sang rama: (memastikan terciptanya harapan kemakmuran). Rama bersikap Gurat Lemah (Tanah)
teguh dalam mempertahankan fungsi tanah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Konsep
Rama secara diksi memiliki konteks sebagai pamong (ayah) sebagai Institusi yang memastikan pengelolaan
kekayaan alam dan tata kelola sosial kemasyarakatan ada dalam pembinaan dan pengasuhnya, maka tidak
salah bila Kasepuhan atau Rama menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Board of Trusty), bagi
masyarakat Tatar Sunda dalam menjalankan berbagai macam ragam dinamika kehidupannya baik di
sarakannya, di konteks negara maupun dalam konteks dunia, disinilah makna pentingnya terbentuknya
Kasepuhan Tatar Sunda sebagai struktur sosial yang penting sebagaimana masih ada dan dibangun dibanyak
suku bangsa lain di Nusantara. Para tokoh senior berkewajiban melakukan pandampingan dengan ke
sasmitaan dan kewaskitaan kepada generasi selanjutnya sekaligus kami bertugas melakukan transformasi
ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan jaringan kepada generasi generasi selanjutnya agar terjadi estafet
kepemimpinan sosial di masa depan yang lebih tangguh dan unggul serta bermartabat (mulia).

Wacana pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda merupakan proses sosial berulang yang berkali-
kali coba diteguhkan sejak tahun 1950-an dan terakhir coba diwujudkan dalam pengorganisasian di Badan
Musyawarah Masyarakat Sunda sebagaimana tercantum dalam rancang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangganya. Pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda yang diwacanakan kembali pada tahun 2020
merupakan suatu tuntutan dari kaum muda tentang realitas pentingnya suatu struktur sosial kemasyarakatan
dan kebudayaan agar Sunda menjadi punya marwah dan akhirnya punya posisi tawar yang optimal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengulang proses sosial pembentukan Kasepuhan Tatar
Sunda ini, akhirnya tahun 2021 berhasil membangun komitmen 11 Tokoh Paripurna untuk menjadi Tokoh
Tokoh yang bergabung dalam Kasepuhan Tatar Sunda. Modal awal ini tentunya tidak cukup, mengingat multi
polar dan multi pilarnya keragaman potensi tokoh tokoh senior Sunda maka jumlah tokoh tokoh di Kasepuhan
Tatar Sunda ini perlu terus ditambah dengan prinsip saling merekomendasi, agar yang terbangun adalah
Kasepuhan yang solid dan berkomitmen tinggi.

Kami menyadari bahwa pembentukan Kasepuhan Tatar Sunda menjadi Paguyuban atau Forum Adat
yang sempurna dan solid masih memerlukan proses sosial dan kebudayaan yang harus kami lewati fase-fase
dan tahap tahapnya, termasuk mengajak tokoh tokoh Tatar Sunda lainnya untuk turut bergabung.

Sesuai pertemuan berkelanjutan kelompok muda pejuang Pakusarakan di Sekretariat Angkatan Muda
Siliwangi dalam 1 bulan terakhir ini, kami dengan segala harapan dan kerendahan hati memohon Para
Kasepuhan Tatar Sunda yang telah bergabung dan para kasepuhan yang sebenarnya telah mendengar dan
membaca wacana ini untuk dapat melakukan pertemuan silaturahmi fisik untuk menyamakan hati dan pikir,
sehingga Wacana ini menjadi nyata yang dapat menjadi Gunung Pananggehan urang Sunda dalam
menghadapi tantangan zamannya yang penuh disrupsi.

Pada kesempatan ini mohon kiranya para kasepuhan tidak berkeberatan untuk memberikan pemikiran
tentang Sunda dan Indonesia kedepan, dan kesediaannya memberikan dukungan melalui pernyataan
kesediaan menjadi kasepuhan tatar sunda sebagai teknis administratif agar menjadi catatan sejarah yang
terdokumentasi.
Bandung, 3 Februari 2022

Nina Kurnia Hikmawati

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
LAMPIRAN II
DOKUMEN FOTO & ABSENSI

------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
------------
Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
LAMPIRAN III
MASUKAN KASEPUHAN TATAR SUNDA

Disimpan di NKH

Hatur Nuhun,
Bandung, 28 Februari 2022

Voice Of Sunda
FB : VoicesofSunda Fans Page FB, IG, Twitter, Tiktok : Voices of Sunda
voiceofsunda@yahoo.com voiceofsunda@gmail.com Mobile : 08112222099
Jl. Ski Air No 38 Arcamanik Bandung Jawa Barat - Indonesia
MENGINGAT BAHWA LAHIRNYA NEGARA INDONESIA SESUAI PEMBUKAAN UUD 1945
BERTUJUAN MELINDUNGI SEGENAP BANGSA INDONESIA DAN SELURUH TUMPAH DARAH INDONESIA,
UNTUK MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM, DAN MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA SERTA
UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, MAKA DENGAN
MEMPERHATIKAN AMANAT KONSTITUSI UUD 1945 TERUTAMA PASAL, 18A (1,2) , PASAL 18 B AYAT
(1,2), PASAL 28A, PASAL 28C AYAT (1,2),PASAL 28 I AYAT (3), PASAL 32 AYAT (1,2) DAN TIGA POKOK
PENTING AMANAT KONSTITUSI YANG BERKETERHUBUNGAN YAITU PASAL 33 (1,2,3,4), PASAL 34
(1,2,3) DAN 27 (2) :

MAKA KAMI, GERAKAN PILIHAN SUNDA DAN LEMBAGA ADAT KRATWAN GALUH
PAKUAN SEBAGAI PERHIMPUNAN PERJUANGAN YANG MENGUSUNG VISI SUNDA MULYA DAN
NUSANTARA JAYA UNTUK MENUJU INDONESIA EMAS TAHUN 2045, MENYAMPAIKAN MAKLUMAT
SUNDA SEBAGAI BERIKUT :

1. MENUNTUT AGAR KABUYUTAN SUNDA YANG TERDIRI DARI TANAH, AIR DAN UDARA SERTA
GUNUNG, HUTAN, PANTAI, SUNGAI DAN LAINNYA DIKELOLA DENGAN PENDEKATAN
KEARIFAN LOKAL YANG MEMADUKAN PENGETAHUAN LOKAL DAN MODERN, SEHINGGA
DAPAT DIPASTIKAN MENJAMIN KEHIDUPAN YANG SEJAHTERA BAGI GENERASI MENDATANG.

2. MENUNTUT AGAR PELABUHAN INTERNASIONAL PATIMBAN MENJADI PELABUHAN AGRARIA


DAN INDUSTRI DAN JUGA MEMINTA AGAR PROGRAM SERTA PROYEK DAN INVESTASI
STRATEGIS NASIONAL DI TATAR SUNDA HARUS DIPASTIKAN DIPUTUSKAN DENGAN
KEBIJAKAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN, AFFIRMATIF DAN PROTEKTIF BAGI KAMI
RAKYAT SUNDA.

3. MENUNTUT PRESIDEN RI MELALUI DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI UNTUK MENGUBAH


NAMA PROPINSI JAWA BARAT MENJADI PROPINSI SUNDA.

4. MEMINTA PEMERINTAH DAERAH DI TATAR SUNDA UNTUK MEMBUAT KEBIJAKAN KEBIJAKAN


DAN PERATURAN DAERAH YANG MENDUKUNG SEMUA UPAYA UNTUK MENJAGA KEARIFAN
LOKAL DAN PEMBANGUNAN YANG BERPIHAK KEPADA ALAM DAN RAKYAT SUNDA.

DEMIKIAN MAKLUMAT SUNDA INI KAMI SAMPAIKAN UNTUK MENJADI PERHATIAN DAN
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT OLEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAPAK IR.
JOKO WIDODO. HATURNUHUN.

SUBANG, 2 PEBRUARI 2022

GERAKAN PILIHAN SUNDA

ANDRI PERKASA KANTAPRAWIRA


PUPUHU

LEMBAGA ADAT KRATWAN GALUH PAKUAN

RAHYANG MANDALAJATI EVI SLYVIADI


PUPUHU
Nomor : 020/ PW.PP-Papua/A/09/2021 Jayapura, 08 September 2021
Lampiran : --
Perihal : Permohonan Audience

Kepada Yth:
Bapak Gubernur Jawa Barat
di –
Bandung

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuh.

Teriring salam dan do’a semoga Bapak Gubernur dan jajarannya selalu diberikan
kesehatan dan kelancaran dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya. Aamiin
Yaa Robbal Alamin.

Sehubungan dengan rencana kedatangan Gubernur Jawa Barat dan KONI Jawa Barat
ke Jayapura Papua dalam rangka PON XX Tahun 2021 pada tanggal 02 s.d 15
Oktober 2021 di Jayapura dan mendukung program Jawa Barat Untuk Papua, dengan
ini kami mohon kiranya Bapak Gubernur berkenan menerima Pengurus Paguyuban
Pasundan Provinsi Papua untuk melakukan Audience dengan Bapak Gubernur yang
InsyaAllah akan dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Senin, 13 September 2021


Tempat : Bandung Jawa Barat
Pengurus Yang Akan hadir audience:
1. H. Luthfi Thamrin, BE. (Dewan Pangaping)
2. Dr. H. Entis Sutisna, SE.,MM. (Ketua Wilayah)

Perlu disampaikan bahwa maksud audience ini untuk membahas secara teknis
rencana kolaborasi seni sunda dengan seni khas Papua dan event lainnya untuk
menyambut kedatangan Bapak Gubernur dan pejabat lainnya ke Jayapura Papua.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perkenan Bapak Gubernur, dihaturkan


terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuh.

Pengurus Wilayah Paguyuban Pasundan


Provinsi Papua
Ketua, Sekretaris,

Dr. H. Entis Sutisna, SE.,MM. Dr. Entar Sutisman, SE.,M.Ak.

Tembusan kepada Yth:


1. Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan di Bandung;
2. Ketua Umum KONI Jawa Barat di Bandung;
3. Arsip.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 12


Oktober 1996. Orang tua penulis yaitu Deni
Poniman dan Almh. Entin Sutini. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD pada
tahun 2008, SMP pada tahun 2011, SMA pada
tahun 2014, melanjutkan pendidikan S1 di
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, Prodi Hukum Tata Negara dengan
judul “PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 10 TAHUN 2016 PASAL 70 AYAT (3)
TENTANG CUTI KAMPANYE CALON KEPALA DAERAH DIKAITAKAN
DENGAN KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 60/PUU-
XIV/2016”, serta melanjukan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Prodi Ilmu Hukum. Penulis menyelesaikan
Tesis dengan judul “ANALISIS ARGUMENTASI SECARA HISTORIS, FILOSOFIS,
YURIDIS, DAN SOSIOLOGIS TERHADAP USULAN PERUBAHAN NAMA
DAERAH PROVINSI JAWA BARAT”

Pada saat penulis manjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi-


organisasi diantaranya : IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Wakil Sekertaris Kab.
Bandung, FK’3P (Forum Komunikasi Praktisi Pengamat Politik) Wakil Sekertaris,
MPTL Jawa Barat (Majelis Pemuda Tinggal Landas) Wakil Sekretaris, DPD KNPI
Jawa Barat (Dewan Perwakilan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia)
Pengurus 2021-2024, Panitia Kongres Sunda untuk acara pada Juni-Oktober 2022
yang diselenggarakan di Gedung Konferensi Asia Afrika.

Anda mungkin juga menyukai