Hidrogeometri Sungai
1500 Cisarua
1000
m dpl
500 Gadog
Bogor
Cibinong
0
0
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
0
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
0
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
/ 19
90
90
90
90
90
90
90
90
90
/1
/1
/1
/1
/1
/1
/1
/1
/1
/1
/1
0/1
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
1/
2/
2/
2/
2/
2/
2/
2/
2/
2/
Lokasi
Panjang keseluruhan Sungai Ciliwung lebih kurang 130 km, mengalir melalui
Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor, Kota Depok, dan DKI-Jakarta. Sungai ini
berhulu di Gunung Mandalawangi dan bermuara di Laut Jawa dan dilengkapi dengan
Bendung Katulampa yang megalirkan air Ciliwung ke Timur untuk mengairi tanah
pertanian di Kecamatan Kedunghalang, Cibinong dan Cimanggis (Gambar 19). DAS
ini mempunyai pengaruh besar terhadap daerah pertanian, perindustrian, dan
kebutuhan rumahtangga bagi daerah-daerah yang dilaluinya (Saeni, 1986).
Debit bulanan minimum, rata-rata, dan maksimum di Bendung Katulampa
yang tercatat dari tahun 1983-1996 berturut turut 2,29 m3/dt (Agustus 1987), 13,84
m3/dt , dan 100 m3/dt (Januari 1996). Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung
61.140 ha meliputi empat wilayah administrasi (Saeni, 1986) yaitu ;
1) Kabupaten Bogor, yang terdiri dari Kecamatan-Kecamatan Cisarua, Ciawi,
Bojong Gede, Cibinong
2) Kotamadya Bogor, yang terdiri dari Kecamatan-kecamatan Bogor Utara,
Timur,
Selatan, dan Barat.
3) Kota Administrasi Depok
4) DKI-Jakarta, yang terdiri dari wialayah Jakarta Timur, 1akarta Selatan, Jakarta
Pusat, dan Jakarta Utara.
Iklim
Penduduk
Tabel 14. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang berada dalam DAS Ciliwung
Luas Jumlah Penduduk Kepadatan rata-rata
Kecamatan
(km2) (jiwa) per km2
Cisarua 63,72 90.014 1.426
Ciawi 23,18 78.792 3.129
Bojong Gede 55,61 199.544 3.588
Cibinong 42,49 207.763 4.889
Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2005
66
Tabel 16. Jumlah penduduk Kota Depok yang berada dalam DAS Ciliwung
Luas Jumlah Penduduk Kepadatan rata-rata
Kecamatan
(km2) (jiwa) per km2
Pancoran Mas 19,7 247.426 1.256
Beji 16,3 427.581 2.623
Sukmajaya 32,7 293.386 897
Cimanggis 51,1 357.204 699
Sumber : BPS Kota Depok, 2005
dan lainnya yang bersifat permanen. Perubahan fungsi tersebut telah mengakibatkan
persoalan banjir dan pencemaran lingkungan yang melanda hampir setiap tahun.
Kerugian finansial sekitar Rp 7 triliun akibat banjir bandang pada tahun 2007 telah
membawa dampak sosial ekonomi yang sangat besar. Perincian jumlah dan
kepadatan penduduk tertera pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah penduduk DKI-Jakarta yang berada dalam DAS Ciliwung
Industri
Jenis dan jumlah industri yang ada di DAS Ciliwung di Kota Bogor, Kabupaten
Bogor, Kota Depok dan DKI Jakarta pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 18,
19, 20 berikut.
68
Tabel 18. Jenis Industri di Kabupaten Bogor yang termasuk dalam DAS Ciliwung
Jenis Industri
Kecamatan Makanan/ Pertu-
Tekstil Obat Anyaman Batako
Minumam kangan
Kedung.Halang 35 8 4 26 8 26
Cibinong 13 6 4 230 10 30
Ciawi 4 5 2 87 23 40
Cisarua 4 0 0 40 5 13
Sumber : BPS dan Kantor Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor, 2005
Tabel 19. Jenis Industri di Kota Depok yang termasuk dalam DAS Ciliwung
Jenis Industri
Kecamatan Makanan/
Tekstil Obat Anyaman Pertukangan
Minuman
Pancoran Mas 4 0 0- 50 9
Beji 4 0 0 67 15
Sukmajaya 6 0 0 70 8
Cimanggis 8 7 3 90 43
Sumber : BPS dan kantor Dinas Perindustrian Kota Depok, 2005
Tabel 20. Jenis Industri di Kota Jakarta yang termasuk dalam DAS Ciliwung
Penyebaran
Jenis Industri
Jak.Utara Jak. Barat Jak. Selatan Jak. Timur
Makanan, Minuman 56 154 45 50
Tekstil, kulit, pakaian 30 187 190 20
Kayu 12 56 22 20
Kertas, percetakan 16 94 16 15
Kimia, karet, plastic 77 151 27 32
Barang bukan logam 4 55 48 23
Logam, mesin 50 109 21 21
Dasar dan logam 9 13 9 2
Sumber : BPS dan kantor Dinas Perindustrian Kota Jakarta, 2005
2% buangan organik sedang 98% lainnya berasal dari buangan domestik. Lokasi
beban buangan organik hasil observasi disajikan secara skematis seperti terlihat pada
Gambar 20.
Rangkuman hasil penelitian Direktorat PPA 1979, Saeni 1982, dan Limnologi
Lipi 2001, derajat kemasaman air (pH) DAS Ciliwung cenderung naik ke arah
hilir. Kenaikan ini diperkirakan oleh kenaikan pengguna air di ke arah hilir oleh
penduduk di sekitarnya seperti buangan sabun/detergen, limbah penduduk dan
industri yang mengeluarkan basa-basa. Berdasarkan nilai-nilai oksigen terlarut,
BOD5 dan NH3 (Tabel 16) perairan DAS Ciliwung di wilayah hulu tergolong belum
tercemar, wilayah
tengah tercemar ringan dan wilayah hilir tercemar berat. Dilihat dari kadar nitritnya
pada umumnya DAS Ciliwung masih layak untuk air baku air minum.
Tingginya kadar nitrit di lokasi Sempur (Bogor) diperkirakan disebabkan oleh
buangan industri kulit dan buangan penduduk yang padat. Kadar nitrit di perairan ini
telah melebihi batas aman untuk air baku air minum (1 ppm).
Tabel 21. Kandungan beberapa sifat kimia air di perairan DAS Ciliwung
DO BOD NO2-
Lokasi pH
(mg/l) (mg/l) (mg/l)
Gunung Mas Sigit 6 4,8; 7 3,26 0,07
Gunung Mas 6; 7** 5,0 1,30 0,23; 0,025**
Gadog 7,61* 8,19* 0,0089*
Katulampa 7,78** 8,28** 0,033**
Jembatan Sempur 6,5 3,6 3,97 1,67
Jembatan Satuduit 6,5 3,6; 6,79* 5,06; 12,43* 0,45; ,0832*
Bojong Gede 7,42** 7,51** 0,071**
Jembatan Depok 6 4,8 4,35 0,15
Pintu Air Manggarai 6,5 1,6; 2,36* 9,92; 21,61* 0,37; 0,1134*
Sumber : Direktorat PPA, 1979; Saeni, 1986*; Limnologi LIPI, 2001**
70
Nilai-nilai BOD dan oksigen terlarut yang tercatat dari hasil penelitian tersebut
menjadi kurang informatif karena tidak didukung oleh besarnya aliran saat
pengambilan contoh airnya. Namun demikian untuk penilaian sesaat dapat
dinyatakan bahwa, telah terjadi kecenderungan yang menunjukkan adanya kenaikan
BOD dan penurunan oksigen ke arah hilir sungai. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
buangan dari penduduk dan industri dari daerah sekitarnya dan adanya akumulasi
pencemar di hulu.
Penelitian terakhir oleh widyo (2006), juga menunjukkan adanya
kecenderungan pola distribusi BOD dan DO yang sama dengan pola terdahulu, yaitu
nilai DO yang cenderung tinggi di bagian hulu kemudian turun tajam di bagian hilir.
Tabel 22. Kandungan beberapa sifat kimia air dan debit hasil observasi
BODu O2 terlarut Q
pH
Lokasi (mg/l) (mg/l) (m3/dt)
Mrt Aprl Mrt Aprl Mrt Aprl Mrt Aprl
Kebun teh 6,7 6,0 3,28 3,31 8,10 7,79 1,05 0,50
Jembatan Cilember 6,7 6.8 4,42 4,79 8,10 7,79 1,75 1,00
Bd Katulampa 6,9 6,4 3,63 4,23 8,10 7,35 3,38 1,38
Jembatan Sempur 6,5 6,3 6,77 6,27 7,79 7,88 3,49 1,73
Cibinong 7,1 6,8 6,41 8,92 7,79 7,55 5,40 1,98
Jembatan Depok 6,8 6,7 7,37 10,16 7,63 7,43 6,50 2,13
Kalibata 6,6 5,5 6,28 21,19 2,43 2,95 10,88 2,63
Pt Air Manggarai 6.5 4,5 6,69 21,20 2,10 1,77 14,00 4,80
Pejompongan 6,2 3,7 7,43 21,86 1,90 0,98 14,88 5,50
Sumber : Penelitian, 2006.
Perilaku pencemaran sungai oleh substansi tertentu memang tidak dapat diukur
sesaat akan tetapi diperlukan pengamatan secara periodik dalam satu tahun. Dalam
kurun waktu ini akan diperoleh gambaran jelas tentang debit aliran rata-rata,
minimum dan maksimum yang dapat dijadikan patokan tingkat pengenceran
terhadap substansi pencemar tersebut.
71
72
Terdapat dua peraturan dan perundangan yang dapat dijadikan acuan sebagai
landasan dalam pengelolaan kualitas air Sungai Ciliwung yaitu :
a) Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
b) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No Kep-35A/MENLH/7/1995 tentang
Program Kali Bersih (Prokasih).