Walsiyam
SMK Negeri 1 Puring
Walsiyam03@gmail.com
Abstract: This study aims to describe (1) the implementation of Pancasila Student
character education through STEAM-based learning at SDIT Lukmanul Hakim, (2)
the supporting and inhibiting factors of implementation, and (3) solutions to the
impediments to implementation. This type of research is descriptive qualitative
research. Data collection techniques through interviews, observation and
documentation. The data analysis technique uses interactive data analysis which
includes data reduction, data presentation and drawing conclusions. Test the
validity of the data using triangulation techniques and sources. The results of the
study: (1) Implementation of Pancasila Student character education through
STEAM-based learning at SDIT Lukmanul Hakim Puring Kebumen has been
carried out well through the learning planning stage, learning implementation and
learning evaluation (2) Supporting factors for implementation are supporting
infrastructure, school culture and leadership while the inhibiting factors for
implementation are teacher knowledge about STEAM and parental support still
needs improvement, 3) solutions: the existence of STEAM training for teachers and
increasing collaboration with parents.
Keywords: character education, Pancasila students, learning, STEAM
Pendahuluan
Pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun
lebih jauh dari pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau
membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam
tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Jihad,
2010:47). Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam UU
Sisdiknas sejalan dengan tujuan Penguatan Pendidikan Karakter yang disingkat PPK.
Tujuan PPK menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017
yaitu membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia
Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan. Namun sekarang ini, kasus-kasus kenakalan
remaja seperti perkelahian, penganiayaan, pengeroyokan, tawuran pelajar, pencurian dan
seks bebas di kalangan pelajar masih marak terjadi . Hal ini menunjukkan bahwa peran
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional belum sepenuhnya tercapai,
sehingga perlu adanya perbaikan dalam penanaman karakter kepada peserta didik
Rasyid (2016:75) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah
proses panjang, yaitu proses pembelajaran untuk menanamkan nilai- nilai luhur, budi
pekerti, akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat, dan nilai-nilai
keindonesiaan dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya
menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan Nasional meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta
didik sebagai langkah utama untuk menghadapi tantangan abad 21. Penguatan karakter
siswa berimplikasi dalam mempersiapkan daya saing siswa dengan keterampilan abad
21, yaitu Kompetensi 4C: Critical Thinking a Problem Solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah); Creativity (kreativitas); Communication Skills (kemampuan
berkomunikasi); dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerjasama
atau kolaborasi) (Kemdikbud, 2016:12).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menguatkan pendidikan karakter melalui
terciptanya Profil Pelajar Pancasila. Semua kebijakan yang mengarah pada
pembelajaran bertujuan untuk mewujudkan pelajar Indonesia yang berkepribadian
Pancasila dan mampu menerapkan atau melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Profil Pelajar Pancasila sebagaimana Visi dan Misi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 adalah perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang memiliki enam ciri sebagai berikut:
(1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia (2) Berkebinekaan
global (3) Bergotong royong (4) Mandiri (5) Bernalar kritis (6) Kreatif (Kemendikbud:
2020)
Upaya mewujudkan Pelajar Pancasila salah satunya dilakukan dengan pendekatan
berbasis kelas yaitu penanaman karakter salah satunya dengan mengintegrasikan nilai-
nilai karakter ke dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Permendikbud
Nomor 20 Tahun 2018 pasal 6 ayat 2 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada
Satuan Pendidikan Formal, PPK berbasis kelas dilakukan dengan: (1) mengintegrasikan
nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran secara tematik atau terintegrasi dalam
mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum, (2) merencanakan pengelolaan kelas dan
metode pembelajaran/pembimbingan sesuai dengan karakter peserta didik, (3)
melakukan evaluasi pembelajaran/pembimbingan, dan (4) mengembangkan kurikulum
muatan lokal sesuai dengan keperluan dan karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan
peserta didik Utomo (2016:94) lebih lanjut menjelaskan bahwa pendidikan karakter
yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran dapat memberikan pengalaman yang
bermakna bagi pesera didik karena mereka memahami, menginternalisasi, dan
mengaktualisasikannya melalui poses pembelajaran sehingga nilai-nilai tersebut dapat
terserap secara alami lewat kegiatan sehari-hari. Penguatan pendidikan karakter di
kelas lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dari pada metode ceramah dan
menerapkan kurikulum berbasis luas yang mengoptimalkan sumber-sumber belajar.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam
pembelajaran dan digunakan sebagai upaya memenuhi ketrampilan-ketrampilan Abad
21 tentang ketrampilan berpikir adalah STEAM (Science, Technology, Engineering,
Arts and Mathematics). STEAM merupakan pengembangan dari STEM dengan
menambahkan arts di dalamnya. Pendidikan STEAM adalah suatu pembelajaran yang
menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan meliputi: ilmu sains, ilmu teknologi, ilmu
teknik, dan ilmu matematika yang berperan bagi siswa dalam mengembangkan
kreativitas dengan melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan. Ciri STEAM
adalah adanya Engineering Desaign Prosess (EDP). Salah satu EDP dalam pembelajaran
STEM yaitu tahap bertanya, tahap membayangkan, tahap merencanakan, tahap
mencipta, dan tahap meningkatkan yang secara tidak sadar jika siswa melaksanakan
tahapan tersebut siswa sedang melakukan rekayasa dalam pembelajaran (Cunningham
& Hester, 2007; Lidinillah, 2017).
Beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran STEAM yaitu penelitian
Sukmana (2017) yang menyatakan pada kurikulum 2013 yang mana pembelajarannya
diimplementasikan secara tematik cocok untuk memadukan pembelajaran berbasis
STEAM (Sukmana, 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurlena sari, et al.
Namun pembelajaran STEAM masih kurang dikenali oleh guru (Bunyamin,
2016), khususnya guru di Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran STEAM di Indonesia
belum diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran di SD, dimana guru masih
menerapkan pembelajaran terintegrasi tematik model dan pendekatan ilmiah sebagai
pendekatan utama dalam kurikulum di SD. Hal tersebut terjadi karena berkaitan dengan (1)
kompetensi guru diantaranya belum terfasilitasinya ilmu pengetahuan mengenai
STEAM, (2) Manajemen sekolah yang belum maksimal dalam memfasilitasi kegiatan
khususnya untuk kegiatan praktikum, serta (3) Kurikukum SD yang belum terintegrasi
antar pembelajaran matematika dengan IPA, karena pembelajaran matematika sendiri di
SD kebijakannya tidak diintegrasikan dengan pembelajaran lain (Lidinillah, et. al,
2019:5).
Berdasarkan observasi awal melalui wawancara dengan kepala SDIT Lukmanul
Hakim Puring Kebumen, didapatkan informasi bahwa penguatan pendidikan karakter
merupakan salah kebijakan sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah
yaitu “Terwujudnya generasi islami yang berwawasan ilmiah, kreatif, maju, mandiri
dan berakhlak mulia”. Visi ini sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada Profil Pelajar
Pancasila. Berbagai macam metode yang digunakan oleh sekolah agar siswa
berkarakter telah dilaksanakan. Beberapa di antaranya, yakni terakomodir dalam budaya
sekolah 5S, pembiasaan sholat Dhuha, sholat berjama’ah, fnfak Jum’at, Jum’at berbagi,
ekstrakurikuler, buku monitoring, implementasi metode pembelajaran PAIKEM
termasuk pembelajaran berbasis STEAM. Kepala sekolah mewajibkan guru untuk
menggunakan pendekatan STEAM minimal 1 kali dalam 1 tahun. Meskipun pada
pelaksanaanya masih belum sempurna. Selanjutnya Kepala Sekolah menjelaskan bahwa
pada masa pandemi Covid-19, pelaksanaan pembelajaran di SDIT Lukmanul Hakim
Kebumen melalui daring dan luring. Pembelajaran daring menggunakan aplikasi google
classroom, whatsapp, google meet. Sedangkan pembelajaran luring dilakukan dengan
tatap muka terbatas. Pada pelaksanaan pembelajaran berbasis STEAM dilaksanakan
dengan pembelajaran tatap muka terbatas. Berdasarkan data obsernasi awal tersebut, itu
peneliti ingin meneliti Implementasi Pendidikan Karakter Pelajar Pancasila Melalui
Pembelajaran Berbasis STEAM di SDIT Lukmanul Hakim Puring Kebumen”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi penguatan
pendidikan karakter pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis STEAM di SDIT
Lukmanul Hakim Kebumen. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
memberikan pengetahuan baru tentang inovasi model pendidikan
.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif . Permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi
mendeskripsikan, menguraikan serta menggambarkan, memahami lebih mendalam
bagaimana implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran berbasis STEAM di
SDIT Lukmanul Hakim Puring Kebumen . Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan yang ada di lapangan ketika
penelitian.
Metode penelitian kualitatif disebut juga metode penelitian naturalistic, hal itu
disebabkan penelitian kualitatif dilakukan dengan kondisi yang alami (natural seting)
(Sugiono, 2016: 9). Penelitian ini lebih menekankan pada pengungkapan makna dan
proses dengan latar belakang alami (natural setting) sebagai sumber data langsung.
awal pendiriannya konsisten pada pembentukan karakter peserta didik dan sudah
menggunakan pendekatan STEAM dalam kegiatan pembelajarannya.
Target/Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih berdasarkan purposive sumber data dipilih orang yang
dianggap paling tahu tentang fokus penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah Kepala Sekolah, Guru Kelas V sebanyak 2 orang , siswa kelas V sebanyak 4
anak
Prosedur
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap pra lapangan berupa observasi
pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal tentang pendidikan karakter di SDIT
Lukmanul Hakim melalui wawancara kepala sekolah. Tahap selanjutnya tahap
pekerjaan lapangan yang dilakukan melalui wawancara tidak terstruktur dengan kepala
sekolah dan guru kelas V berjumlah 2 orang dan 4 orang siswa. Selanjutnya data
dikumpulkan melalui telaah dokumentasi berupa RPP, jurnal mengajar dan daftar nilai.
Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif menjadi sebuah laporan
Pelaksanaan Pembelajaran
kolaborasi, bernalar kritis dan kreativitas, gemar membaca dan cinta ilmu. Dengan
adanya aktivitas diskusi maka nilai yang ditanamkan adalah saling menghargai, kerja
sama dan gorong royong. Tahap 3) Plan (Menggambar diagram dan mengumpulkan
bahan). Pada tahap ini, dari desain peserta didik dipilih satu desain terbaik untuk
dijadikan prototipe. Desain yang dipilih ini didiskusikan melalui kegiatan tukar pikiran
untuk menyempurnaan desain. Penyempurnaan desain terpilih didasarkan pada kriteria
yang telah ditentukan pada tahap awal. Desain digambarkan dalam bentuk sketsa. Pada
tahap ini termasuk juga penentuan alat dan bahan yang dibutuhkan serta tahapan
kegiatan pengerjaannya. Siswa menghitung biaya yang dibutuhkan dan menggunakan
angka-angka hasil pengukuran digunakan dalam materi perbandingan matematika. Pada
tahap ini nilai yang ditanamkan karakter kreatif. Tahap 4) Create (Mencipta dan
mengikutinya): Pada tahap ini siswa membuat masker sesuai sketsa yang telah dibuat.
Kemudian masker yang sudah dibuat diuji coba, apakah sudah sesuai kriteria yang
ditentukan di awal dengan cara dipakai. Pada tahap ini, nilai yang ditanamkan adalah
bernalar kritis dan kreativitas. Tahap 5) Improve (meningkatkan): Pada tahap ini
Masing-masing kelompok mempresentasikan produk yang telah dibuat. Produk yang
telah diselesaikan tersebut sesuai dengan solusi dari pengembangan produk untuk
memecahkan permasalahan. Selain itu mereka dapat menceritakan pengalaman selama
proses pembuatan termasuk kendala dan cara mengatasinya. Kelompok juga
menceritakan alternatif desain yang lain sebagai penyempurnaan produk apabila
dibutuhkan. Pada tahap ini nilai yang ditanamkan adalah komunikasi, percaya diri dan
kreatif, demokrasi, tanggung jawab. Keteladanan oleh guru kelas V diberikan dengan
tutur kata yang baik pada saat pembelajaran dan disiplin waktu. Peserta didik selalu
mengingat ucapan dan perbuatan yang dilakukan guru, artinya segala tingkah laku dan
ucapan guru akan akan direkam dan dicontoh oleh peserta didik. Hal ini selaras dengan
dengan penelitian Ramdani (2014: 114) bahwa dalam melaksanaan pembelajaran tetap
sesuai dengan porsi yang ditetapkan kurikulum, namun dalam praktiknya pembelajaran
diintegrasikan nilai pendidikan karakter.
Metode pembelajaran guru berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta
didik. Penggunaan metode yang tepat mempengaruhi cepat lambatnya peserta didik
menerima dan mengadopsi pendidikan karakter. Penggunaan pendekatan STEAM
bertujuan untuk menumbuhkan karakter abad 21 seperti bernalar kritis, kreatif,
kemampuan berkomunikasi dan kerja sama. Hal ini sejalan dengan penelitian
Khoiriyah, et al. (2018: 60) bahwa pembelajaran STEAM dapat mendorong siswa untuk
menciptakan suatu hal yang baru dari hasil merekayasa. Proses dalam merekayasa pada
pembelajaran STEAM erat kaitannya dengan kemam puan abad 21.
Kegiatan penutup menunjukkan aktivitas guru bersama siswa membuat
rangkuman pelajaran, melakukan refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian
aktifitas dan hasil-hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran yang telah
berlangsung, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk memberikan tugas serta
menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Nilai
yang ditanamkan adalah kerja sama, bernalar kritis dan logis. Guru memberikan tugas
rumah sebagai evaluasi pembelajaran, maka nilai yang ditanamkan adalah mandiri dan
tanggung jawab. Selanjutnya guru bersama siswa menyanyikan lagu Yamko rambe
Yamko, maka nilai yang ditanamkan adalah berkebinekaan global. Kegiatan selanjutnya
adalah doa penutup dan salam, maka nilai yang ditanamkan religus dan saling santun.
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen RPP yang dibuat oleh guru,
ditemukan fakta bahwa guru telah melakukan implementasi pendidikan karakter Pelajar
Pancasila melalui kegiatan pendahuluan, inti dan penutup yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Karakter Pelajar Pancasila beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia dengan elemen kunci akhlak beragama, akhlak kepada
sesama, dilakukan guru pada kegiatan pendahuluan berupa kegiatan berdoa untuk
memulai kegiatan pembelajaran dan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah
diberikan Tuhan YME serta kegiatan berdoa setelah pembelajaran selesai pada
kegiatan penutup (akhlak beragama), hadir tepat waktu /disiplin (akhlak pribadi),
mengucapkan salam dan menyapa (akhlak kepada sesama).
(2) Karakter Pelajar Pancasila berkebinekaan gobal dengan elemen mengenal dan
menghargai budaya, kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi
dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi
intercultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab
terhadap pengalaman kebinekaan dilakukan guru melalui kegiatan menyanyi lagu
daerah Yanko Rambe Yamko pada kegiatan penutup.
(3) Karakter Pelajar Pancasila bergotong royong dengan elemen kunci kolaborasi,
kepedulian dan berbagi dilakukan oleh guru pada kegiatan inti melalui kegiatan
kerja kelompok, brainstorming, tanya jawab dan diskusi.
(4) Nilai karakter mandiri dengan elemen kunci kesadaran akan diri dan situasi yang
dihadapi dan regulasi diri dilakuan guru dengan pemberian tugas baik individu
maupun kelompok, mengumpulkan tugas tepat waktu.
(5) Karakter Pelajar Pancasila atau ketrampilan bernalar kritis dengan elemen
memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penawaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan
mengambil keputusan dilakukan guru dalam kegiatan inti pada yaitu tahap ask
(menanya/ mengidentifikasi masalah dan batasanya) , tahap imigane
(membayangkan dan menggali ide terbaik) dan tahap plan (menggambar diagram
dan mengumpulkan alat dan bahan) serta pada kegiatan penutup pada aktivitas
bersama guru membuat refleksi terhadap materi yang telah diajarkan,
(6) Karakter Pelajar Pancasila kreatif dengan elemen kunci menghasilkan gagasan
yang orisinil dan menghasilkan karya serta tindakan yang orisinil dilakukan guru
pada kegiatan inti pada tahap plan (menggambar diagram dam mengumpulkan
alat dan bahan), create (mencipta dan mengikutinya) serta tahap improve
(meningkatkan)
Keteladanan guru memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter. Contoh
perbuatan yang baik dilakukan seorang guru sangat efektif untuk merangsang peserta
didik untuk meniru perbuatan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Zakkiyah
(2015:7) yang menjelaskan bahwa dalam mendidik karakter, seorang guru harus
memiliki perilaku yang mencerminkan karakter baik yang dimilinya dan menerapkan
pendekatan dan metode yang mendorong anak tersebut mengembangkan karakter.
Reward and Punishment merupakan suatu alat dalam suatu proses pembentukan
karakter peserta didik. Tujuan pemberian reward and punishment adalah memotivasi
peserta didik untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Reward berupa pujian
yang diberikan kepada peserta didik karena berani mengungkapkan pendapat.
Punishmen diberikan kepada peserta yang tidak disiplin. Hukuman yang diberikan
bukan hukuman fisik dan membuat peserta didik menjadi semakin tertekan..
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan di SDIT Lukmanul Hakim dilakukan dengan
observasi menggunakan lembar observasi guru, penilaian diri menggunakan lembar
kuisioner, penilain teman menggunakan lembar kuisioner, dan tugas-tugas yang dapat
menjadi media internalisasi dan mengembangkan diri karakter positif siswa. Guru
melakukan observasi terhadap peserta didik pada kegiatan pembelajaran sesuai dengan
yang ada di RPP.
Penelitian ini membuktikan bahwa implementasi pendidikan karakter dalam
pendidikan meliputi 3 tahap yang saling berkaitan yaitu perencanaan, pelaksananan dan
evaluasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rochman, 2017:28) bahwa tahapan yang
dilakukan dalam mengembangan karakter adalah meliputi tahap perencanaan,
pelaksanan dan evaluasi. Ketiga tahapan ini saling berikatan artinya tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan dijadikan pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
dengan mengintegrasikan pendidikan karakter.
adalah (1) Pengetahuan Guru tentang pembelajaran STEAM masih perlu peningkatan.
Masih banyak guru yang mengalami kesulitan untuk menyusun sebuah proyek yang
mengintegrasikan unsur-unsur STEAM. (2) Kurangnya dukungan orang tua. Banyak
orang tua yang masih menganggap bahwa pendidikan karakter adalah tugas dan
tanggung jawab sekolah. Sehingga karena kesibukannya bekerja, orang tua sering
melupakan tugasnya untuk menguatkan pendidikan karakter di rumah.
Solusi untuk meminimalisir faktor penghambat yaitu (1) Fasilitasi sekolah untuk
kegiatan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi guru tentang
pembelajaran STEAM, (2) Meningkatkan kerja sama sekolah dengan orang tua dalam
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Implementasi pendidikan karakter Pelajar Pancasila melalui pembelajaran
berbasis STEAM di SDIT Lukmanul Hakim Puring Kebumen sudah dilaksanakan
dengan baik melalui tahap perencanaan, pembelajaran dengan nilai-nilai karakter utama
yang menjadi elemen kunci karakter Pelajar Pancasila dan mengintegrasikan nilai-nilai
karakter tersebut ke dalam silabus dan RPP. Namun guru belum mengembangkan bahan
ajar yang berbasis PPK sendiri, masih menggunakan buku paket yang disediakan
pemerintah. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran guru melaksanakan pembelajaran
dengan menyisipkan nilai-nilai karakter ke dalam kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup. Pada tahap evaluasi pembelajaran dilakukan dengan observasi observasi
menggunakan lembar observasi guru, penilaian diri menggunakan lembar kuisioner,
penilain teman menggunakan lembar kuisioner,
Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter Pelajar Pancasila berbasis
STEAM di SDIT Lukmanul Hakim yaitu sarana dan prasana pendukung pembelajaran
yang sudah memadai, budaya sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah. Sedangkan
factor penghambat implementasi adalah pengetahuan guru tentang pembelajaran
STEAM dan dukungan orang tua yang masih perlu peningkatan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian penulis menyarankan: 1) Guru kelas
V hendaknya mengembangkan bahan ajar sendiri yang didalamnya memuat nilai-nilai
karakter yang tercantum dalam silabus dan RPP, 2) Sekolah hendaknya menfasiliatsi
kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru tentang pembelajaran STEAM, 3)
Sekolah meningkatkan kerja sama dengan rang tua dalam penguatan pendidikan
karakter.
Daftar Pustaka
Jihad, Asep, Muchlas Rawi, dan Noer Komarudin. 2010. Pendidikan karakter: teori
dan apikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Lidinillah, D., Mulyana, E., Karlimah, K., & Hamdu, G. (2019). Integration of STEM
learning into the elementary curriculum in Indonesia : An analysis and exploration
Integration of STEM learning into the elementary curriculum in Indonesia : An
analysis and exploration. Journal of Physics, 1–7. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1318/1/012053
Rokhman, Fathur, Ahmad Syaifudin, dan Yuliati. 2017. ‘Character building for golden
generation 2045 (National Character Building for Indonesian Golden Years)’.
Dalam Procedia- Social and Behavioral Sciences Vol. 141
Hal. 1161-1165.
Utomo, Eko Prasetyo. 2016. ‘Internalisasi nilai- nilai karakter dalam pembelajaran IPS
pada siswa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro’. Dalam Jurnal Metafora,
Volume 2, Nomor 2, April 2016. Hal. 91104.
Zakkiyah, Made Yudana, Nengah Bawa Atmadja. 2015. ‘Integrasi pendidikan karakter
dalam pembelajaran IPS untuk pengamalan nilai moral siswa’.