Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes melitus

Diabetes melitus adalalah penyakit kronis yang ditandai dengan

hiperglikemia dan itoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas

tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat atau karena tubuh tidak

dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif .Diabetes di

kenal sebagai diabetes tidak tergantung insulin yang disebabkan ketidak

mampuan tubuh menggunakan insulin secara efektif yang kemudian

mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik

(Kurniawati E et al, 2016).

B. Klasifikasi

Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus

seperti American Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis

Diabetes Melitus berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai

organisasi yang sama di Indonesia menggunakan klasifikasi dengan dasar

yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi yang lainnya

(Perkeni, 2015). Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan etiologi

menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :

a. Diabetes melitus (DM) tipe 1 Diabetes Melitus yang terjadi karena

kerusakan atau destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat

pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab

dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.

6
7

b. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti

yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang

cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga

menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi

insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita Diabetes

Melitus tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin

absolut.

c. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab Diabetes Melitus tipe lain

sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik

fungsi sel beta, efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi

dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.

d. Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat

hamil. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone

pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2018).

C. Etiologi

Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik

atau faktor keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus yang sudah

dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang menderita Diabetes

Melitus dengan begitu dapat dikatakan bahwa Diabetes Melitus cenderung

diturunkan, bukan ditularkan. Faktor lainnya yaitu nutrisi, nutrisi yang

berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang diketahui


8

menyebabkan Diabetes Melitus, semakin lama dan berat obesitas akibat

nutrisi berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes

Melitus Sering mengalami stress dan kecanduan merokok juga merupakan

faktor penyebab Diabetes Melitus.

D. Tanda dan gejala

Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada

beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan

diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara

lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia

(banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan

penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan

pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat

mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Tanda atau gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) sebagai berikut

(Perkeni,2015):

a. Pada Diabetes Melitus Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan

adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat

merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).

b. Pada Diabetes Melitus Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya

hampir tidak ada. Diabetes Melitus Tipe 2 seringkali muncul tanpa

diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian

ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.

Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar

sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya


9

menderita hipertensi, hyperlipidemia obesitas, dan juga komplikasi

pada pembuluh darah dan syaraf.

E. Patofisiologi

pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu: Gangguan sekresi insulin melalui disfungsi sel

pankreas, dan gangguang resistensi insulin. Diabetes melitus bukan karena

disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran

insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara efektif.Resistensi

insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik

(Maryunani, 2020).

Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang penggunaan glukosa tubuh atau turunnya respon sel

target/organ (otot, otot jantung, jaringan lemak dan hati) terhadap

konsentrasi insulin fisiologis.Ketika produksi insulin sang sel beta

pankreas tidak adekuat untuk mengkompensasi peningkatan resistensi

insulin, maka kadar glukosadarah akan semakin tinggi,  danterjadi

hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus semakin

menghambat sel dan dan memperburuk resistensi insulin dan akibatnya

penyakit diabetes melitus semakin progresif (Decroli, 2019).

F. Manifestasi klinis

Menurut Maryunani, 2020 manifestasi klinis sebagai berikut:

a. Poliuria (Peningkatan Pengeluara urin)


10

Air tidak diserap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk

aktivitas osmotik glukosa, sehingga terjadi kehilangan air, glukosa

dan elektrolit. (Maryunani, 2020).

b. Polidipsi (Peningkatan Rasa Haus

Penurunan volume intraseluler dan peningkatan saluran urine

menyebabkan dehidrasi, mulut menjadi kekeringan dan sensor haus

di diaktifkan, yang menyebabkan penderita haus dan meminum

jumlah air yang banyak (Maria, 2021).

c. Polifagi (Peningkatan Rasa Lapar

Kelaparan terhadap katabolisme jaringan menyebabkan rasa lapar.

Karena glukosa tidak dapar masuk ke sel akibat dari menurunya

kadar insulin maka produksi energi menurun (Maria, 2021).

d. Penurunan berat badan

Kehilangan terhadap penipisan simpanan air, kehilangan kronis

sekunder terhadap penurunan massa otot karena asam amino

dialihkan untuk membentuk glukosa dan keton (Maryunani,2020).

e. Lemah dan letih

Penurunan isi plasma mengarah pada postural hipotensi, kehilangan

kalium dan katabolisme protein berkontribusi terhadap terjadinya

rasa lemah dan letih (Maryunani, 2020).

G. Komplikasi diabetes mellitus

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi akut dan kronis. Adapun beberapa komplikasi Diabetes

Melitus yaitu Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis


11

penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang,

pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung

meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat

terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Hipoglikemia lebih sering

terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 – 2 kali

perminggu. Kemudian Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula

darah melonjak secara tibatiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain

oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia

ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah

(fatigue), dan pandangan kabur. Hiperglikemia dapat dicegah dengan

kontrol kadar gula darah yang ketat. Kemudian Komplikasi

Makrovaskular yang mana terdiri dari tiga jenis komplikasi makrovaskular

yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung

koroner (Coronary Heart Disease), penyakit pembuluh darah otak, dan

penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Vascular Disease). Walaupun

komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang

lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita

DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau

kegemukan. Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada

penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung sangat

penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol

dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan

darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Penderita harus dengan sadar

mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet


12

dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok,

mengurangi stress dan lain sebagainya. Kemudian Komplikasi

Mikrovaskular terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang

persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c)

menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh

dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah

yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara

lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena kondisi

hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik.

Salah satu bentuk pencegahan yaitu dengan kontrol kadar gula darah yang

ketat.

H. Pencegahan komplikasi diabetes melitus

Mengingat besarnya jumlah pasien dan besarnya resiko komplikasi

pada penderita diabetes, maka upaya yang paling baik adalah pencegahan.

Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis

atau tahap yaitu:

a. Pencegahan primer

Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya

hiperglikemia pada individu yang beresiko untuk jadi diabetes atau pada

populasi umum.

b. Pencegahan sekunder

Kegiatannya menemukan Diabetes mellitus sedini mungkin,

misalnya dengan tes penyaringan pada populasi resiko tinggi. Dengan

demikian pasien dengan diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosa


13

dapat terjaring, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan komplikasi

atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel.

c. Pencegahan tersier

Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecatatan akibat

komplikasi itu. Usaha itu meliputi : Mencegah timbulnya komplikasi,

mencegah progresi dari komplikasi itu agar tidak menjadii kegagalan

organ, dan mencegah kecacatan tubuh (Damayanti, 2015).

I. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan DM jangka pendek bertujuan untuk

menghilangkan/mengurangi gejala yang dirasakan penderita, sedangkan

jangka panjangnya bertujuan untuk mencegah komplikasi.

Penatalaksanaan DM terdiri dari pertama terapi non farmakologis yang

meliputi terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani, dan edukasi

terkait penyakit DM yang dilakukan secara kontinyu, kedua terapi

farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan insulin jika terapi

non farmakologis yang dilakukan tidak mampu mengontrol kadar glukosa

darah.

J. Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menolong

individu, kelompok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

perilaku untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo,

2010). Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang

berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan


14

pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan, perorangan,

masyarakat dan bangsa. Menurut Nyswander (1947), suatu proses

perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan

tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Sedangkan

menurut Dewi (2002) adalah pemberian informasi mengenai

perubahan perilaku hidup sehat (Herlina, 2019).

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi

kesehatan. Batasan ini tersirat undur-unsur input (sasaran dan

pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

Memengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran

dan promosi kesehatan (Herlina, 2019).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah

perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal

tersebut, tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan ialah:

a) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

b) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.


15

c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

d) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih

besar pada kesehatan (dirinya).

e) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan

mencegah penyakit menular.

f) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga

dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang

bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.

g) Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan

terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya

hidup dan perilaku sehat sehingga angka kesakitan terhadap pnyakit

tersebut berkurang.

c. Konsep Pendidikan Kesehatan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di

dalam pendidikan itu terjadi pertumbuhan, perkembangan atau

pertumbuhan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada

diri individu, kelompok dan masyarakat. Sedangkan tujuan secara umum

pendidikan kesehatan adalah meningkatkan penegtahuan masyarakat,

merubah perilaku individu dalam bidang kesehatan sehingga akan

mendorong individu agar lebih mandiri dan menggunakan sarana dan

fasilitas kesehatan secara tepat.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan


16

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan Kesehatan

dapat mencapai sasaran yaitu (Herlina, 2012) :

a. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya, maka dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seseorang menerima informasi yang didapatkan.

b. Tingkat sosial ekonomi, semakin tinggi tingkat sosial ekonomi,

semakin mudah pula seseorang dalam menerima informasi baru.

c. Adat istiadat masyarakat, kita masih sangat menghargai dan

menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

e. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Hikmawati (2011) media adalah sebagai alat peraga

digunakan dalam rangka atau bertujuan kemudahan dalam menyampaikan

pesan. Alat peraga di susun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang

ada pada manusia diterima atau di tangkap melalui panca indra. Semakin

banyak indra yang digunakan akan semakin jelas. Macam-macam media

sebagai alat peraga antara lain :

a. Alat-alat visual (yang dapat dilihat), seperti : film trip, papan tulis,

poster, peta

b. Alat-alat auditif (dapat didengar), seperti : radio, rekaman tape recorder.

c. Alat-alat yang dapat diliat dan didengar seperti : film, TV, video

d. Dramatisasi seperti : pantomisme, bermain peran, sandiwara boneka.

Tujuan dari menggunakan alat latihan/pendidikan.

a. Sebagai alat bantu dalam latihan/pendidikan.


17

b. Menimbulkan perhatian.

c. Mengingatkan pesan.

Anda mungkin juga menyukai