UAS KAE - Caluella Valanta
UAS KAE - Caluella Valanta
Disusun Oleh:
Caluella Valanta (2006522902)
II. Pembahasan
A. Biola
Biola (violin) atau biasa disebut juga fiddle adalah alat musik yang memiliki senar dan
mengeluarkan bunyi dengan cara digesek (Britannica, n.d.). Biola memiliki fretless
fingerboard (papan jari tanpa pembatas) dengan empat senar, dengan urutan G-D-A-E
dari senar paling bawah. Pada papan jari ini kita dapat menekan senar menggunakan jari
dari tangan kiri untuk menemukan kunci nada yang diinginkan. Pada bagian kepala,
terdapat kotak pasak (peg-box) yang memiliki empat pasak (pegs) untuk menyetem nada.
Senar biola ditarik dari bagian kepala hingga bagian tailpiece dan ditahan oleh nut dan
bridge agar tidak menyentuh papan jari. Bridge akan mentransmisikan getaran dari senar
menuju papan suara. Di bawah kaki bridge terdapat tiang suara berupa sebatang pinus
tipis yang mentransmisikan getaran senar ke bagian belakang biola. Bagian perut
dilengkapi dengan batang bass dari bawah, berupa kayu sempit memanjang dan
meruncing ke perut untuk resonansi instrumen. Di bagian badan biola juga terdapat
chinrest yang berfungsi untuk meletakkan dagu saat memainkan biola (Allen et al., 2002)
Biola menghasilkan suara dari gesekan antara senar dengan busur pada tongkat
(stick). Secara umum, tongkat terdiri dari badan tongkat yang terbuat dari kayu, busur
(bowhair) yang terbuat dari rambut kuda atau ada pula yang terbuat dari bahan sintetis,
serta frog sebagai tempat busur disatukan dan dikencangkan. Pada ujung bawah tongkat
terdapat screw atau sekrup yang digunakan untuk mengencangkan atau mengendurkan
ikatan busur, penyesuaian ini dapat dilakukan pada saat sebelum dan sesudah memainkan
biola. Selain itu juga terdapat grip yang terbuat dari kulit dan winding yang terbuat dari
logam, keduanya berfungsi untuk melindungi jari dari permukaan kayu saat memegang
tongkat. Pada ujung atas tongkat terdapat tip yang juga berfungsi untuk mengikat busur,
tip yang bagus adalah yang ringan sehingga kualitas suara yang dihasilkan menjadi lebih
baik (Allen et al., 2002)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=88G0O5unNuQ
Biola sebaiknya tidak ditempatkan mengarah terlalu ke depan, agar pusat tekanan
tetap berada di tulang belakang. Apabila tangan menekuk ke depan, maka tumpuan akan
berpindah ke tulang belikat yang meningkatkan kemungkinan keluhan pada bahu (Lulić,
2010). Bagi beberapa orang, diperlukan tambahan shoulder rest di bawah biola supaya
leher tidak terlalu menekuk atau Pundak terlalu terangkat saat memegang biola
(Hildebrandt et al., 2021). Jika ruang antara permukaan atas biola dengan dagu terlalu
jauh, dapat membuat pemain biola mengangkat bahu yang akhirnya dapat membuat
kedua bahu menjadi tegang dan cepat lelah. Selain itu, jika leher terlalu menekuk ke
samping dapat memberikan tekanan berlebih pada tulang servikal yang dalam durasi
panjang akan menimbulkan keluhan pada leher (Kuo et al., 2020).
Tangan kiri kemudian digunakan untuk memegang tongkat biola. Tongkat biola
dipegang dengan cara meletakkan ibu jari di antara ujung atas frog dan grip di bagian sisi
dalam tongkat. Kemudian jari tengah dan jari manis diputar sampai ke sisi lain dari
tongkat, dengan jari manis memegang bagian tengah frog dan jari tengah berada di sisi
samping busur. Jari telunjuk juga diputar sampai ke sisi lain dan diletakkan di antara grip
dan winding. Hal tersebut berguna untuk mengatur sudut tongkat bersama dengan ibu
jari. Keempat jari tersebut kemudian dimiringkan sedikit ke arah kiri agar ujung jari
kelingking dapat menyentuh bagian atas tongkat tanpa memberikan tekanan tambahan.
Tangan kanan akan cenderung lebih dinamis jika dibandingkan dengan tangan kiri
karena tangan kanan banyak melakukan gerakan ketika menggesekkan busur ke senar
biola (Lulić, 2010)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=88G0O5unNuQ
Pergerakan tubuh pada saat memainkan biola juga harus diperhatikan. Pastikan tubuh
tetap tegak dan berada pada posisi netral saat memainkan biola. Jika terdapat gerakan
memutar, maju, atau mundur pada tubuh bagian atas, pastikan untuk tetap kembali ke
posisi semula untuk menghindari tekanan pada tulang belakang (L5-T1) yang berkaitan
dengan keluhan musculoskeletal disorders (Kochem and Silva, 2018)
Sumber: Bodyspace
Posisi tangan yang dialami oleh pemain biola pada saat memainkan biola adalah
radial deviation pada tangan kiri ketika memencet senar serta flexion pada tangan kanan
ketika memegang dan menggesekkan tongkat. Posisi flexion merupakan posisi paling
lemah dalam hal kekuatan menggenggam jika dibandingkan dengan posisi lain
(Pheasant, 2003). Sudut flexion pada pergelangan tangan juga dipengaruhi oleh kunci
nada yang akan digesek.
Sumber: Bodyspace
Kekuatan genggaman pada saat memainkan biola termasuk ke dalam precision grip
pada tangan kanan sebagaimana tumpuan tangan ketika menggesek biola berada pada
jari telunjuk dan ibu jari. Posisi kedua lengan dan tangan ketika memainkan biola tidak
berada pada posisi normal. Hal ini dapat menyebabkan tekanan lebih pada otot. Ketika
beban ini terus bertambah, maka akan terjadi fenomena ‘wear and tear’ yang menjadi
awal dari munculnya tenosynovitis, carpal tunnel syndrome, dan gangguan
muskoloskeletal lainnya (Pheasant, 2003).
III. Kesimpulan
Biola sebagai alat musik yang telah berkembang dari abad ke-16 hingga saat ini
mampu memberikan dampak melalui musik-musik yang dapat dihasilkan dari alat
tersebut. Namun, dibalik hal tersebut, pemain biola banyak mengalami keluhan pada
anggota gerak tubuh mereka akibat postur janggal, gerakan repetitif, dan juga posisi
statis yang mereka alami baik ketika berlatih maupun sedang menampilkan permainan
biola secara langsung. Meskipun pada saat bermain biola tidak membutuhkan kekuatan
maksimum, posisi janggal yang dialami oleh pemain biola disertai durasi yang panjang
dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan muskoloskeletal (Pheasant, 2003).
Keluhan-keluhan tersebut dapat dikaji secara ergonomi fisik karena masih terkait satu
sama lain. Dengan adanya kajian tersebut, pemain biola dapat memperhatikan kembali
posisi tubuhnya saat memainkan biola, terutama dalam waktu panjang. Program
pelatihan otot juga dapat membantu pemain biola untuk memperbaiki posturnya kembali
(Kuo et al., 2020).
Kajian Program Perubahan Jalur KRL Jabodetabek dengan Pendekatan Ergonomi
Kognitif
I. Pendahuluan
Menurut Merriam-Webster, mobilitas (mobility) adalah kemampuan untuk berpindah
tempat, serta kemampuan untuk mengubah posisi sosial atau sosio-ekonomi di dalam
komunitas terutama untuk meningkatkannya. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
mobilitas dapat terjadi apabila seseorang melewati suatu batas wilayah baik secara
permanen maupun sementara, sedangkan beberapa pendapat lain menyebutkan bahwa
migrasi harus bersifat permanen dan disertai dengan perubahan perilaku (Djoko et al.,
2017). Adanya perpindahan penduduk dipengaruhi oleh faktor pendorong di suatu
wilayah dan faktor penarik di wilayah lainnya. Daya dorong yang menyebabkan orang
berpindah ke tempat lain biasanya adalah tidak tersedianya sumber daya untuk
memberikan jaminan kehidupan bagi penduduknya. Sementara faktor penarik yang
dimiliki wilayah lain adalah anggapan bahwa daerah tersebut mampu menyediakan
fasilitas dan sumber-sumber kehidupan bagi penduduk.
Salah satu bentuk perpindahan penduduk yang banyak dilakukan di kota-kota besar
adalah dengan menggunakan kereta, terutama bagi penduduk wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi (Setyodhono, 2017). Perpindahan dilakukan untuk
bekerja, bersekolah, atau kegiatan lainnya. Moda transportasi tersebut banyak dipilih
karena pertimbangan kecepatan, kenyamanan, kepraktisan, dan keamanan. Dengan
menaiki kereta untuk berpindah dari satu kota ke kota lain dapat membantu menghindari
kemacetan jalan raya sekaligus menghemat biaya dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Pada tahun 2020, jumlah penumpang KRL mencapai 153.154.151 orang dengan rata-rata
penumpang harian sebesar 419.600 orang. Sementara pada tahun 2021 terjadi penurunan
dengan penumpang total sebesar 5.048.440 orang dengan rata-rata penumpang harian
sebanyak 162.853 orang (Dihni, 2022). Penurunan ini terjadi akibat lonjakan kasus
Covid-19 di Indonesia. Terlihat dari data bahwa penurunan jumlah penumpang tertinggi
berada pada pertengahan bulan Juli di mana terjadi peningkatan kasus 44,1% dan
dilakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di Jawa-Bali
(BPS, 2021; Satgas Covid-19, 2021).
Sejak 25 Mei 2022, jalur KRL mengalami perubahan, terutama pada jalur Bogor dan
jalur Bekasi/Cikarang (Yanwardhana, 2022). Perubahan ini terjadi untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan pengguna saat pindah peron untuk transit dengan tidak perlu
menyeberang jalur rel yang membahayakan nyawa penumpang. Adanya perubahan
menyebabkan para penumpang harus melakukan penyesuaian kembali. Beberapa
keluhan yang dialami oleh penumpang semenjak pergantian jalur tersebut di antaranya
adalah kepadatan stasiun transit Manggarai serta keterlambatan kereta (KRL, 2022a).
Proses pembiasaan kembali dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru tersebut
terkait dengan ergonomi kognitif. Ergonomi kognitif adalah cabang ergonomi yang
berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya; persepsi, ingatan, dan
reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem
(International Ergonomic Association, n.d.). Pekerjaan didesain untuk mengelola beban
kerja kognitif dan meningkatkan keandalan manusia. Ergonomi kognitif juga dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia dari sisi kognitif untuk mendapatkan suatu sistem
kerja yang terbaik. Penelitian kognitif sendiri meliputi penelitian atau eksperimen
mengenai sikap manusia jika manusia dihadapkan pada satu jenis pekerjaan, yang
meliputi penerimaan, pembelajaran, penilaian, dan pengambilan keputusan maupun
mengingat sesuatu (Hutabarat, 2018).
II. Pembahasan
A. Kereta Commuter Indonesia
PT Kereta Commuter Indonesia merupakan anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia
(Persero) yang mengelola KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya sejak Agustus
2008. Pengelolaan KA Commuter dipisahkan dari kereta api jarak jauh (KAJJ) agar lebih
fokus dalam memberikan pelayanan dan menjadi solusi dari masalah transportasi di
perkotaan. KCI melakukan modernisasi angkutan KRL pada 2011 dengan cara
menyederhanakan rute, menerapkan kereta khusus wanita, mengubah nama, menghapus
KRL ekspres, serta renovasi dan penataan ulang sarana dan prasarana. Mulai tahun 2013,
KCI menerapkan sistem tiket elektronik (E-Ticketing) dan sistem tarif progresif.
Kemudian sejak akhir Mei 2022 dilakukan pembaruan rute KRL menjadi 1 jalur di setiap
rute perjalanan. Hingga saat ini KCI memiliki 1.196 unit kereta yang telah beroperasi
melayani 80 stasiun wilayah Jabodetabek dengan jangkauan rute mencapai 418,5 km
(KRL, 2022b).
Untuk dapat menaiki KRL, diperlukan kartu multi trip (KMT) atau commuterpay, atau
yang elektronik lainnya. KMT dapat dibeli di stasiun KRL dengan harga Rp30.000
termasuk saldo Rp10.000 untuk KMT Reguler. Jika saldo KMT tidak cukup untuk
melakukan perjalanan, dapat diisi kembali melalui teller atau vending machine yang juga
tersedia di setiap stasiun KRL. Sebelum memasuki peron, KMT ditempelkan (tap-in)
pada gate yang berada pada sisi kiri. Setelah lampu pada gate berubah menjadi hijau,
calon penumpang dapat memutar gate untuk masuk menuju peron. Calon penumpang
dapat menunggu kedatangan kereta di peron yang sesuai dengan tujuan dan berdiri di
belakang garis kuning yang telah ditentukan. Sebelum menaiki kereta, sebaiknya
mendahulukan pengguna KRL yang akan turun terlebih dahulu (KAI Commuter, n.d.).
Gerbong pertama dan gerbong terakhir dari rangkaian kereta KRL merupakan
gerbong khusus wanita. Pada setiap gerbong juga disediakan kursi prioritas yang terletak
di empat sisi ujung gerbong di dekat pintu keluar-masuk. Kursi prioritas tersebut
diperuntukkan bagi penumpang lanjut usia, penyandang disabilitas, ibu membawa anak,
dan Wanita hamil (KAI Commuter, n.d.). Terdapat perbedaan warna untuk kursi biasa
dan kursi prioritas; kursi warna hijau untuk penumpang umum dan kursi merah untuk
penyandang disabilitas. Di dalam setiap gerbong kereta juga dilengkapi dengan peta rute
KRL yang ditempel di bagian atas kereta. Sementara di bagian luar kereta terdapat
tulisan berjalan untuk menunjukkan stasiun transit yang akan dituju. Sejak bulan
Februari 2022, pembatasan jumlah penumpang kereta dan aturan menjaga jarak pada
kursi kereta telah dicabut namun setiap penumpang tetap diwajibkan untuk memakai
masker, menjaga jarak, serta dilarang makan, minum, dan berbicara di dalam kereta.
Setelah menuruni kereta, penumpang melakukan tap-out di gate keluar KRL yang
berada pada sisi kanan (KAI Commuter, n.d.). Setelah lampu pada gate berubah menjadi
hijau, penumpang dapat mendorong gate untuk keluar dari stasiun. Pada setiap stasiun
juga terdapat papan penanda arah untuk menunjukkan lajur yang harus diambil agar
sampai ke stasiun tujuan. Dari pintu masuk dan pintu keluar dilengkapi penunjuk arah
untuk memudahkan penumpang mengambil jalan keluar menuju arah yang dinginkan. Di
dalam kereta juga diberi penunjuk suara ketika berhenti di setiap stasiun serta penunjuk
arah untuk perpindahan jalur yang diperlukan jika berada di stasiun transit.
Sumber: krl.co.id
Sumber: krl.co.id
Sumber: krl.co.id
D. Stasiun Manggarai
Saat ini stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral untuk pertemuan kereta Cikarang-
Jatinegara, Jatinegara-Kampung Bandan-Duri-Tanah Abang, dan Bogor/Nambo-Jakarta
Kota. Stasiun Manggarai memiliki 13 jalur untuk melayani penumpang kereta api.
Sebelum adanya SO 5, berikut ini merupakan skema pembagian jalur di Stasiun
Manggarai:
Jalur 1: KA Jarak Jauh dan Bekasi/Cikarang Line
Jalur 2: KA Jarak Jauh dan Bekasi/Cikarang Line
Jalur 3: KA Jarak Jauh dan Bekasi/Cikarang Line
Jalur 4: Non Aktif
Jalur 5: Non Aktif
Jalur 6: Loopline (Bogor) dan KA Barang
Jalur 7: Loopline (Bogor) dan KA Barang
Jalur 8: KA Bandara Soetta
Jalur 9: KA Bandara Soetta
Jalur 10 (elevated): Central Line (Bogor)
Jalur 11 (elevated): Central Line (Bogor)
Jalur 12 (elevated): Central Line (Bogor)
Jalur 13 (elevated): Central Line (Bogor)
Kemudian setelah adanya SO 5, terjadi penyesuaian pembagian jalur kereta api di
Stasiun Manggarai, menjadi sebagai berikut:
Jalur 1: KA Jarak Jauh
Jalur 2: KA Jarak Jauh
Jalur 3: Non Aktif
Jalur 4: Non Aktif
Jalur 5: Non Aktif
Jalur 6: Bekasi/Cikarang Line dan KA Barang
Jalur 7: Bekasi/Cikarang Line dan KA Barang
Jalur 8: KA Bandara Soetta
Jalur 9: KA Bandara Soetta
Jalur 10 (elevated): Central Line (Bogor)
Jalur 11 (elevated): Central Line (Bogor)
Jalur 12 (elevated): Central Line (Bogor)
Jalur 13 (elevated): Central Line (Bogor)
Permasalahan yang muncul pada saat tiga hari pertama dilakukannya perubahan jalur
ini adalah terjadinya penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai serta keterlambatan
kereta yang cukup lama. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, KCI kemudian
menambah 12 perjalanan KRL Feeder untuk rute Manggarai-Angke/Kampung Bandan
PP pada pagi hari, serta 10 perjalanan KRL Feeder rute Manggarai-Angke/Kampung
Bandan PP dan Manggarai-Bekasi PP pada sore hari. Alternatif lain yang dapat dipilih
untuk menghindari kepadatan Stasiun Manggarai, bagi penumpang dari Stasiun Tanah
Abang/Duri tujuan Jakarta Kota dapat menggunakan KRL tujuan
Jatinegara/Bekasi/Cikarang pada jalur biru dengan transit di Stasiun Kampung Bandan
kemudian menuju Jakarta Kota menggunakan jalur merah muda. Penumpang dari arah
Tanah Abang/Duri menuju Bekasi/Cikarang dapat melewati Stasiun Manggarai tanpa
transit menggunakan jalur biru. Bagi penumpang Jakarta Kota-Bekasi/Cikarang dapat
menggunakan jalur merah muda untuk transit di Stasiun Kampung Bandan dan
mengambil jalur biru untuk menuju Jatinegara/Bekasi/Cikarang (KRL, 2022a).
III. Kesimpulan
Perubahan jalur kerta KRL Jabodetabek pada dasarnya dilakukan untuk memudahkan
penumpang mengambil kereta yang sesuai dengan jalur menuju stasiun tujuan.
Kebingungan yang dialami oleh penumpang pada saat awal perubahan merupakan respon
wajar yang dialami oleh otak manusia. Seiring berjalannya waktu, perjalanan kereta KRL
Jabodetabek dapat beroperasi dengan lebih optimal. Dalam proses adaptasi tersebut, PT
Kereta Commuter Indonesia memiliki peran untuk menyediakan fasilitas serta sarana dan
prasarana yang membantu para penumpang dan calon penumpang kereta. Masih terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan lagi agar perjalanan bersama PT Kereta Commuter
Indonesia dapat menjadi lebih nyaman dan aman bagi para penumpang.
REFERENSI
Allen, M., Gillespie, R., Hayes, P.T., 2002. Essential Elements for Strings. Hal Leonard.
BPS, 2021. PERILAKU MASYARAKAT PADA MASA PPKM DARURAT.
Britannica, T.E. of E., n.d. violin | Definition, Structure, History, & Facts [WWW Document].
URL https://www.britannica.com/art/violin (accessed 6.10.22).
Chi, J.-Y., Halaki, M., Ackermann, B.J., 2020. Ergonomics in violin and piano playing: A
systematic review. Applied Ergonomics 88, 103143.
https://doi.org/10.1016/j.apergo.2020.103143
Dihni, V.A., 2022. Penumpang KRL Jabodetabek Turun 19,6% pada 2021 [WWW Document].
URL https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/04/penumpang-krl-jabodetabek-
turun-196-pada-2021#:~:text=Sepanjang%202020%2C%20jumlah%20penumpang
%20KRL,di%20wilayah%20Jawa%20dan%20Bali. (accessed 6.13.22).
Djoko, S.M.A.S., Karyana, Y., Karim, N.A., Mirdad, A.J., Fatah, R.H.A., Kusdiana, D.,
Pamungkas, P., Badranaya, D., 2017. Mobilitas Penduduk Dan Bonus Demografi . UNPAD
PRESS.
Doheny, E.P., Lowery, M.M., FitzPatrick, D.P., O’Malley, M.J., 2008. Effect of elbow joint angle
on force-EMG relationships in human elbow flexor and extensor muscles. Journal of
Electromyography and Kinesiology 18, 760–770.
https://doi.org/10.1016/J.JELEKIN.2007.03.006
Dul, J., Weerdmeester, B., 2001. Ergonomics for Beginner, 2nd ed. Taylor and Francis, New
York.
Embrey, D., n.d. Human Error Understanding Human Behaviour and Error.
Epperson, G., 2022. music | Art Form, Styles, Rhythm, & History [WWW Document]. URL
https://www.britannica.com/art/music (accessed 6.10.22).
Hagberg, M., Thiringer, G., Brandström, L., 2005. Incidence of tinnitus, impaired hearing and
musculoskeletal disorders among students enroled in academic music education—a
retrospective cohort study. International Archives of Occupational and Environmental Health
2005 78:7 78, 575–583. https://doi.org/10.1007/S00420-005-0621-Y
Hildebrandt, H., Margulies, O., Kohler, B., Nemcova, M., Nubling, M., Verheul, W., Hildebrandt,
W., 2021. Muscle Activation and Subjectively Perceived Effort in Typical Violin Positions.
Med Probl Perform Art 36, 207–217. https://doi.org/10.21091/MPPA.2021.3023
Hutabarat, J., 2018. KOGNITIF ERGONOMI. Mitra Gajayana, Malang.
International Ergonomic Association, n.d. What Is Ergonomics? | The International Ergonomics
Association is a global federation of human factors/ergonomics societies, registered as a
nonprofit organization in Geneva, Switzerland. [WWW Document]. URL https://iea.cc/what-
is-ergonomics/ (accessed 6.13.22).
KAI Commuter, n.d. PANDUAN NAIK KRL COMMUTERLINE [WWW Document]. URL
https://www.krl.co.id/wp-content/uploads/2021/01/Pedoman-Naik-KRL-KAI-Commuter.pdf
(accessed 6.13.22).
Kochem, F.B., Silva, J.G., 2018. Prevalence of Playing-related Musculoskeletal Disorders in
String Players: A Systematic Review. Journal of Manipulative & Physiological Therapeutics
41, 540–549. https://doi.org/10.1016/J.JMPT.2018.05.001
KRL, 2022a. Hari ke-3 Pasca SO 5 Manggarai, Flow Pengguna Semakin Baik, Petugas Siap
Melayani Pengguna – KRL [WWW Document]. URL https://www.krl.co.id/hari-ke-3-pasca-
so-5-manggarai-flow-pengguna-semakin-baik-petugas-siap-melayani-pengguna/ (accessed
6.13.22).
KRL, 2022b. KRL – Commuterline Indonesia [WWW Document]. URL
https://www.krl.co.id/#_m_perjalanankrl (accessed 6.13.22).
Kuo, Y.-L., Lee, T.-H., Tsai, Y.-J., 2020. Evaluation of a Cervical Stabilization Exercise Program
for Pain, Disability, and Physical Impairments in University Violinists with Nonspecific
Neck Pain. International Journal of Environmental Research and Public Health 17, 5430.
https://doi.org/10.3390/ijerph17155430
Lederman, R.J., 2003. Neuromuscular and musculoskeletal problems in instrumental musicians.
Muscle & Nerve 27, 549–561. https://doi.org/10.1002/MUS.10380
Lulić, J., 2010. ERGONOMIC ASPECT OF VIOLIN PLAYING.
Pheasant, S., 2003. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics, and the Design of Work, second. ed.
Taylor and Francis.
Satgas Covid-19, 2021. ANALISIS DATA COVID-19 INDONESIA UPDATE PER 18 JULI
2021.
Setyodhono, S., 2017. Faktor yang Mempengaruhi Pekerja Komuter di Jabodetabek Menggunakan
Moda Transportasi Utama. Puslitbang Ketenagakerjaan.
van der Beek, A.J., Frings-Dresen, M.H.W., 1998. Assessment of mechanical exposure in
ergonomic epidemiology. Occupational and Environmental Medicine 55, 291.
https://doi.org/10.1136/OEM.55.5.291
Yanwardhana, E., 2022. Ada Perubahan, Ini Jalur Baru KRL Jabodetabek [WWW Document].
CNBC Indonesia. URL
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220523114040-4-341020/ada-perubahan-ini-jalur-
baru-krl-jabodetabek (accessed 6.13.22).