PENDAHULUAN
Tumbuh kembang bayi yang baru lahir dengan keadaan yang sehat serta
memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sempurna merupakan harapan bagi seluruh
keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi yang lahir
kurang sempurna, karena mengalami kelainan bentuk anggota tubuh. Salah satu bentuk
kelainan pada anggota tubuh yaitu kaki bengkok atau Congenintal Talipes Equino Varus
(CTEV).Penyebab utama yang sebenarnya dari CTEV tidak diketahui dengan pasti.
Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi yang abnormal atau
pergerakan yang terbatas dalam rahim, sehingga terjadi ketidak normalan pada bentuk
kaki janin.Perkembangan pembentukan kaki terbagi menjadi dua fase, yaitu fase fibula
(minggu ke 6-7 masa kehamilan) dan fase tibia (minggu ke 8-9 masa kehamilan).
Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan kelainan bentuk
tulang pada bentuk kaki. Aktifitas gerak fungsional yang terganggu pada anak CTEV
Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘club foot’
adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas infe-rior yang sering ditemui, tetapi
masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminolo-gi “sindromik” bila kasus
ini ditemukan bersa-maan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari
sindrom genetik. CTEV dap-at timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain,
dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai
gangguan neurologis dan neuromuskular, seperti spina bifida maupun atrofi muskular
Insidens CTEV bervariasi, bergantung dari ras dan jenis kelamin. Insidens
CTEV di Amerika Serikat sebesar 1-2 kasus dalam 1000 kelahi-ran hidup.
kelahiran; pada ras Kaukasia 1,6:1000 kelahiran; pada ras Oriental 0,57:1000 kelahiran;
pada orang Maori 6,5-7,5:1000 kelahiran; pada orang China 0,35:1000 kelahiran; pada
ras Polinesia 6,81:1000 kelahiran; pada orang Malaysia 1,3:1000 kelahiran; dan 49:1000
Prevalensi Clubfoot di Indonesia antara 0,76 - 3,49 dari 1000 kelahiran hidup
4,8 juta bayi per tahun 3.648 to 16.752 kasus baru Clubfoot di Indonesia per tahun,
(Marzuki, 2017), sedangkan di YPAC Makassar pada saat Praktek Klinik di bulan
bengkok dari posisi normal yang menyebabkan abnormalitas pada kaki dimana kaki
padaanak dengan CTEV memiliki bentuk kaki sangat khas yaitu Plantar fleksi
Longus, M Peroneus Brevis dan M. Peroneus Tertius yang lemah dan 2 adduksi dari
kaki depan bagian subtalar dan midtarsal dan rotasi medial dari tibilis anterior, akibat
terjadi kekakuan otot pada daerah kaki meyebabkan ketidak seimbangan otot-otot
tungkai bawah seperti gastrocnemius, soleus, dan tendon Achilles lemah, karena
sehingga terjadi keterbatsan lingkup gerak sendi pada daerah kaki yang
mempengaruhikemampuan berjalan.
dengan manual terapi dan streching Selain itu diberikan terapi latihan berdiri dan
berjalan untuk memperbaiki postur tubuh dan pola jalan yang baik.
memelihara bentuk kaki secara normal, meningkatkan kekuatan otot tungkai bawah dan
untuk mengatasi problematika yang timbul pada kondisi congenital talipes equino varus
motorik dari posisi jongkok ke berdiri yang sempurna pada tonus otot.
TINJAUAN KASUS
sendi, otot, dan struktur pendukung lainnya (tendon, ligamen, fasia, dan
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. (Suratun, dkk, 2008)
Kaki adalah suatu kesatuan unit yang kompleks dan terdiri dari
26 buah tulang yang dapat menyangga berat badan secara penuh saat
dari:
tanah
2. Cuboid
1. Osteokinematika
Gerakan yang terjadi pada ankle joint adalah plantar fleksi, dorsal
Gambar 2.3
ROM plantar fleksi dan dorso fleksi, eversi dan inversi ankle
(Sumber : Russe, 1975:17)
dan plantarfleksi akan tertulis (S) 20-0-50 dan gerak inversi dan
gerak sendi ankle adalah dorso fleksi 20O dan fleksi 50O .
Gambar 2.4
ROM plantar fleksi dan dorso fleksi ankle
sliding kearah posterior dan fibula bergerak ke arah proksimal dan lateral,
selama plantar fleksi ankle talus sliding kearah anterior dan fibula bergerak ke
arah distal dan sedikit ke anterior. Saat inversi calcaneus sliding kearah lateral
Gambar 2.5
Sistem Saraf
Otot pengerak pergelangan kaki gerak utama dorsi fleksi, adalah tibialis
anterior disarafi oleh n. peroneus profundus otot pengerak plantar fleksi adalah
otot gastroknemius yang disarafi oleh n. tibialis dan otot soleus disarafi juga
oleh n. tibialis. Sedang penggerak eversi adalah otot peroneus longus dan
1. Denifisi CTEV
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau club foot berasal dari
bahasa latin “talipes” yaitu tulang talus, dan “pes” yaitu kaki, serta
equinovarus yang berarti fleksi dan inversi. Kelainan ini dapat terjadi pada
satu atau kedua kaki, ditandai dengan fleksi plantar/equinus pada angkle
(pergelangan kaki), inversi/ varus pada sendi subtalar (tungkai) dan adduksi
fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus. Tulang calcaneus,
navicular dan cuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus, dan tertahan
dalam posisi adduksi serta inversi oleh ligamen dan tendon. Sebagai
adalah kelainan kongenital tulang yang ditandai dengan fleksi pada tulang
talus, sehingga tumit menjadi lebih tinggi dan terjadi deviasi ke arah
telapak kaki yang rata menapak tanah, tumit terbalik, dan kaki depan
bengkok.
2. Klasifikasi CTEV
CTEV dibagi menjadi dua, yaitu:
2.1. CTEV postural atau posisional : Bukan CTEV sebenarnya sebab bisa
a. CTEV rigid fleksibel. Jenis ini mudah atau dapat dikoreksi secara
non- operasional
10 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
b. CTEV rigid resisten. Jenis ini seringkali memerlukan tindakan
operasi.
yang paling umum adalah equinus dan kalkaneus. Equinus berarti seperti
kuda dengan ujung kaki ke bawah dan telapak kakinya fleksi. Kalkaneus
berarti tumit menonjol dengan ujung kaki ke atas dan kaki dalam posisi
kelainan clubfoot. Talipes kalkaneus adalah tipe yang lebih umum. (Persis
3. Etiologi CTEV
Deformitas talipes (clubfoot) adalah deformitas kongenital ortopedik
paling sering dari ekstremitas bawah, terjadi dengan frekuensi paling besar
titik talus turun dan telapak kaki teraduksi. (Jan Tambayong, 2000)
(misalnya adanya tekanan dari luar akibat trauma atau akibat tekanan dari
11 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
dalam seperti pada kehamilan kembar, oligohidramnion), gangguan
4. Fatofisiologi CTEV
Deformitas mayor clubfoot termasuk hindfoot varus dan equinus dan
paling sering muncul di talus, dengan necktalar yang pendek dan medial
dan plantar deviasi dari bagian anterior. Pada permukaan inferior talus,
12 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
digitorum accesorius longus muscle terlihat pada anak-anak yang menjalani
operative release sekitar 6,6% dan lebih banyak lagi padaanak-anak dengan
adanya arteri tibialis anterior sekitar 90% dari clubfoot. Tidak adanya arteri
pada kelompok otot peroneus pada pasien CTEV. Hal ini diperkirakan
jaringan kolagen yang sangat longgar dan dapat teregang pada semua
13 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
achilles terbuat dari jaringan kolagen yang sangat padat dan tidak dapat
pada insersi tendon. Tetapi hal ini tidak didukung oleh penelitian lain.
Hal ini dikarenakan adanya distorsi pada posisi anatomis CTEV yang
f. Variasi iklim
condition. Teori ini didukung oleh adanya perubahan motor neuron pada
ada tidaknya kelainan lain. Periksa kaki dengan anak dalam keadaan
posisi anak supine untuk mengevaluasi adanya rotasi internal dan varus.
14 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
Tulang navicular dan kuboid bergeser ke arah lebih medial. Terjadi
Tumit tampak kecil dan kosong. Pada perabaan tumit akan terasa lembut
(seperti pipi). Sejalan dengan terapi yang diberikan, maka tumit akan terisi
kembali dan pada perabaan akan terasa lebih keras (seperti meraba hidung
atau dagu). Karena bagian lateralnya tidak tertutup, maka leher talus dapat
dengan mudah teraba pada sinus tarsalis. Normalnya leher talus tertutup
oleh navikular dan badan talus. Maleolus medial menjadi susah diraba dan
rotasi internal.
15 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
Posisi oblique tumit pada gambaran dorsoplantar (DP) dapat
meliputi salah satu kaki dan tidak termasuk pergelangan kaki, maka
anterior (mirip kuku kuda) dimana sudut antara axis panjang tibia dan
varus (ke arah garis tengah). Pada gambaran lateral, sudut antara axis
dari 25o, dan kedua tulang tersebut lebih paralel dibandingkan kondisi
normal.
dan dua tulang terlihat lebih tumpang tindih daripada pada kaki normal.
16 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
CT-Scan
dapat memantau tulang pada CTEV bisa diterapkan dan aksis inersia
overlapping pada foto polos. Hubungan antara tulang kaki belakang dan
pergelangan kaki dapat dinilai dengan cara ini. Begitu pula dengan aksis
aksis panjang 2 tulang. Pada CTEV, talus terotasi secara lateral dan
17 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
MRI
Ultrasonografi (USG)
kaki. Sehingga, USG ini dapat membantu memilah pasien yang harus
18 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
Angiografi
distribusi pembuluh darah kecil pada CTEV, namun temuan ini masih
7. Diagnosis
Inversi tumit
Gambar 2.9
Telapak Kaki
19 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
C. TINJAUAN TENTANG PENGUKURAN FISIOTERAPI CTEV
Pemeriksaan Lingkup gerak sendi adalah luas lingkup gerak sendi yang
mampu dicapai atau dilakukan oleh sendi. Pengukuran LGS yang sering
(Trisnowiyanto, 2012) :
1) Posisikan pasien pada posisi tubuh yang benar, yaitu posisi anatomis.
5) Tentukan aksis gerakan baik secara aktif maupun pasif dengan jalan
Pegang goniometer antara jari-jari dan ibu jari. Letak goniometer jangan
20 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
sampai menekan kuat pada kulit (jaringan lunak) karena bisa
9) Bacalah pada awal dan akhir tiap gerakan. Lepaskan goniometer saat
digerakkan dan pasang lagi saat akhir gerakan. Catat hasil pengukuran
LGS nya.
a. Skor dimeglio
yang gentle pada kaki, Score dimeglio ini merupakan score yang paling
Tabel 2.1
Pengukuran Skor dimeglio
Klasifikasi Tife Skor Reducibility
resistant
21 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
b. Penilaian clubfoot berdasarkan Ponseti dan Smoley
Tabel 2.2.
Ponseti dan Smoley
Ankle Heel Varus Adduksi Torsi Tibia Hasil
dorsiflexi Forefoot
apakah kaki dipertahankan pada posisis netral (derajat 1) terap pada posisi
equinos, , atau varus <20 derajat 9derajat 2) dan atau varus >20 derajat (derajat 3)
Tabel 2.3
Harol dan Aalker
koreksi
2 Sedang <20
3 Berat >20
22 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
3. Analisis Gait
devisai segmental selama gerakan kaki pada pasien clubfoot berumur lebih
dari 3 tahun, analisa ini mengjasilkan data semua sendi pada extremitas
penilaian fungsi dan kualita hidup dapat digunakan SF 36, DSI maupun
Tabel 2.4
Analisis Gait
23 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
4. Pengukuran antropometri pada tungkai dan kaki
adalah panjang tungkai, panjang kaki, lebar kaki dan lingkar betis,
perbedaan panjang tungkai, dan lutut hiper extensi. Ankle dorsiflexi, lingar
betis dan panjang tungkai adalah salah satu acuan kaki yang sehat.
berkembang saat ini, berbagai tehnik digunakan yaitu tehnik French dan ponseti,
kite dan lovell, Bensahel (manipulasi kaki dengan terapis) dan dimeglio
ponseti merupakan tehnik yang mempunyai nilai keluaran yang bagus terutama
bertahap pada clubfoot, berupa cavus, adductus, , varus, dan terakhir equinus
yang dipertahankan sampai usia 3-4 tahun sambil tetap dilakukan latihan
fisioterapi.
1. Stretching
- Definisi
24 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
periartikular yang memendek dengan menggerakkan sendi yang terbatas
- Indikasi
- Kontraindikasi
Fraktur baru,
Terdapat nyeri tajam dan akut pada gerak sendi atau pemanjangan
otot,
Terdapat hematoma
Terjadihipermobilitas
2. TENS
- Definisi
mengalami nyeri. Arus listrik mengalami nyeri. Arus listrik yang dapat
25 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
memberikan informasi informasi ke otak, sehingga sehingga rangsang
nosiseptif di cornu dorsalis medula spinalis. Teori ini mengacu pada teori
gerbang control (Gate Control Theory) bahwa gerbang terdiri dari sel
terletak di cornu po di cornu posterior dan sel T sterior dan sel T yang
merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi. Impuls dari serabut aferen
2006).
TENS.
26 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
- Pemilihan frekuensi arus relatif tinggi yaitu 80 – 110 Hz,
theory.
opiate
∞ Burst TENS
27 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
- Pemilihan frekuensi burst adalah 1 – 5 bps.
opiate.
saraf Aδ dan C.
Efek Fisiologis
sama seperti cedera saat TENS digunakan pada pasien pasca operatif
28 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
Indikasi
Nyeri musculoskeletal
Neuralgia
Causalgia
Kontraindikasi
Wanita hamil
Epilepsy
3. Sepatu AFO
Ankle foot orthosis (AFO) adalah alat bantu ortopedi berbentuk spling
sendi ankle atau lebih tepatnya pada tendon achiles untuk mempertahankan
sendiri dapat diberikan pada pasien cerebral palsy (CP), stroke, drop foot,
Gambar. 2.10
Sepatu AFO
29 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
4. Dennis Brown Splint
memasuki usia jalan. Kontruksi utama alat ini adalah adanya plat yang
Gambar. 2.11
Dennis Brown Splint
5. Splint
periodewaktuyanglamauntukmenghasilkanpemanjanganjaringanlunak yang
30 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
Gambar. 2.12
Penggunaan Splint
6. Terapi Latihan
baik secara langsung maupun memutus siklus nyeri spasme nyeri. Gerakan
aktivasi dari serabut afferent berdiameter besar. Terapi latihan yang dapat di
berikan adalah strengthening yaitu salah satu latihan yang bertujuan untuk
menguatkan bagian otot. Dalam hal ini, dilakukan latihan penguatan tibialis
kekuatan otot, efek dari latihan ini adalah memompa pembuluh pembuluh
31 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
BAB III
A. IDENTITAS PASIEN
o Identitas Anak
o Identitas Ibu
Usia : 35 Tahun
B. HISTORY TALKING
o Pre-natal : Pada saat hamil yang saat usia 3 bulan ibu pasien
berubah.
32 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
o RPP :Pada saat usia janin pada 3 bulan Ibu dari anak
C. INSPEKSI /OBSERVASI
- Statis
- Dinamis
… Jalan pincang
keterbatasan dorsofleksi
33 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
… Pada swing fase tidak terjadi dorsofleksi sempurna
… Pada saat berdiri dalam jangka waktu yang lama anak belum mampu
menjaga keseimbangannya
- Suhu : 36o C
2. Test Orientasi
- Berjalan
- Tes jinjit
Interpretasi
34 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
3. Tes Club Foot
anak positif mengalami club foot atau pes equinovarus dengan jalan
melakukan:
depan os Tibia.
4. Palpasi
… Suhu : Normal
5. VAS
35 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
6. Keseimbangan Fungsional
berjalan serta melompat pada anak., apakah aktifitas tersebut pada anak
C. -: tidak bisa
Hasil : Motorik kasar dan halus, koordinasi mata dan anggota tubuh ,
36 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
7. Pemeriksaan Primitif
kembang pada saat anak telah mulai belajar berdiri atau berjalan.
37 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
9. Pengukuran ROM
Tabel 3.1
Pengukuran ROM
Bagian Normal Dorsi Plantar Inversi Eversi
Tabel 3.2
Pengukuran MMT
Kekuatan Otot Hasil
Kiri Kanan
Quadrisep femoris 4 4
Gastrocnemius 3- 3-
Tibialis posterior 2+ 2+
38 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
– pasien tidak dapat melakukan fase heel strike sempurna karena ankle
keterbatasan dorsofleksi
Tabel 3.3
Pengukuran Atropometri
Pemeriksaan Hasil
Panjang tungkai 45 cm 45 cm
Lebar kaki 5 cm 5 cm
Panjang kaki 12 cm 13 cm
Lingkar Betis 18 cm 18 cm
Skor Functional Foot Index 117 dengan skor pain 32, Disability 69
39 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
E. ALGORITMA FISIOTERAPI
Algoritma Assessment Fisioterapi
-Statis
Pemeriksaan / Pengukuran
Modalitas terpilih
1. Keterbatasan ROM
2. Kelemahan Otot
3. kontraktur
4. Atropy
5. Gangguan keseimbangan
6. Gangguan pola berjalan
40 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
F. DIAGNOSA FISIOTERAPI
G. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
1. Impairment
3. Participation Restriction
41 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
BAB IV
kaki menapak
dan berlari.
42 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
B. STRATEGI INTERVENSI FISIOTERAPI
43 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
C. PROSEDUR PELAKSANAAN INTERVENSI FISIOTERAPI
1) Stretching
Dosis :
F:3 kaliseminggu
I : penguluran max
T : Pasif stretching
T : 20 menit
Dosis :
F: 3 kali seminggu
I : Leng
T : 15 menit ( 2 kali)
44 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
3) Latihan Berjalan ( 6 M Walk Test )
untuk berdiri
membantu berjalan.
Dosis :
F: Setiap hari
T : 6 menit
kesabaran orang tua untuk rutin menjalani terapi dan melakukan streching
2. Home Program
bermain
45 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
E. EVALUASI
46 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
BAB V
PEMBAHASAN
1) Anamnesis
terapis dengan pasien. Anamnesis atau tanya jawab tentang identitas pasien
dalam hal ini yaitu orang tua pasien karena pasien belum bisa berbicara
(nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat) serta hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan atau penyakit penderita seperti keluhan utama, pada kasus
persalinan, normal atau Caesar, menggunakan alat bantu atau tidak, Hasil
47 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
2) Inspeksi/observasi
Hal-hal yang bisa dilihat atau diamati seperti posisi duduk,berdiri serta
berjalan. Pada saat duduk anak terlihat knee hiper ektentensi,Posis kedua
VAS adalah alat ukur digunakan untuk mengukur kuantitas dan kualitas
keadaan nyeri yang dirasakan pasien saat ini, dalam 24 jam terakhir.
diagnosa fisioterapi dan jenis latihan yang akan diberikan, serta dapat
48 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
pemeriksaan kekuatan otot dianggap penting. Parameter yang digunakan
secara manual atau sering disebut Manual Muscle Testing (MMT) dengan
gerakan aktif dan pasif pada sendi atau serangkaian sendi dengan
49 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
6) Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi
yang mampu dicapai atau dilakukan oleh sendi. Pengukuran LGS yang
Goniometer dengan hasil plantar flexion bagian dekstra 400 dan Sinistra
7) Keseimbangan Fungsional
berjalan serta melompat pada anak., apakah aktifitas tersebut pada anak
menjadi 4.
2. Pemakaian sepatu AFO dan Spilnt dapat memperbaiki postur kaki anak
agar dapat berdiri sesuai postur tubuh normal. Fungsi AFO yaitu
50 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
mengakomodasi atau mencegah deformitas dan kontraktur akibat
anak masih di bantu berdiri dan masih jatuh,akan tetapi sekarang anak dapat
3. Terapi Latihan berjalan dapat memperbaiki cara menapak dan berjalan anak.
Dengan tehnik ini mengajarkan kepada anak pola jalan yang benar dengan
cara menapakkan telapak kaki dan tidak lagi menggunakan sisi lateral kaki,
mengingat anak masih berusia 3 tahun dimana emosi anak masih labil
jalan yang benar,Hal ini di buktikan pada awal terapi anak masih berjalan
4. Pemeriksaan FFI
Foot Function Index (FFI) adalah sebuah lembar indek untuk mengukur
digunakan untuk mengukur kesehatan kaki selama lebih dari dua puluh
51 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
DAFTAR PUSTAKA
Almu Muhammad, 2014, korelasi antara skordimeglio dan antropometri kaki pasien
clubfoot unilateral, FKUI, Okrtober 2014
Apley E. Graham, Solomon Louis. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 7th
ed. Ed Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Medika, 1993:200-202.
Afik’s. 2010. CTEV (Conginetal Talipes Equinus Varus). Diaskes :20 Desember
2020http://jelajahfisio.blogspot.com/2010/05/ctev-conginetal-talipes-equinus
varus.html.
Cailliet Rene. Foot and Ankle Pain. 12th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company, 1980:
1-21
Cahyono B.C. 2012. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).21 Desember 2020 : 178.
Kol. 2-3.
Noriela Carmen dkk, 2019 ( Functional Physioterapy method result for the treatment of
idiopathic clubfoot, World Journal of Orthopedic, 18 juni 2019
Roye, B., Hyman, J,. Roye, D, 2004. Congenital Idiopatic Talipes Equinovarus.
Singh A.K. et al. 2013. Children’s Orthopaedics. Outpatient taping in the treatment of
Idiopathic congenital talipes equinovarus. VOL. 95-B. No. 2 : February 2013
52 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S
Dokumentasi
53 | F i s i o t e r a p i C O N G E N T I N A L T A L I P E S E Q U I N O V A R U S