Anda di halaman 1dari 2

Pommer, sebuah penginapan di Salzburger Vorstadt 15, 

Braunau am Inn, Austria-Hongaria.[8] Ia
adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl (1860–
1907). Abang dan kakak Hitler – Gustav, Ida, dan Otto – meninggal saat masih bayi.[9] Saat Hitler
berusia tiga tahun, keluarga mereka pindah ke Passau, Jerman.[10] Di sana ia mempelajari dialek
Bayern Hilir (bukannya bahasa Jerman Austria), dan dialek ini menjadi ciri khas gaya bicaranya
seumur hidup.[11][12][13] Tahun 1894, keluarga mereka pindah lagi ke Leonding (dekat Linz), dan
pada Juni 1895, Alois menetap di sebuah lahan kecil di Hafeld, dekat Lambach, tempat ia bertani
dan beternak lebah. Adolf bersekolah di kota tetangga, Fischlham. Hitler mulai suka mempelajari
perang setelah menemukan buku bergambar tentang Perang Prancis-Prusia milik ayahnya.[14][15]
Perpindahan mereka ke Hafeld merupakan awal dari konflik ayah-anak yang intens akibat Adolf
menolak mematuhi peraturan ketat di sekolahnya. [16] Usaha pertanian Alois Hitler di Hafeld gagal
dan pada tahun 1897 mereka pindah ke Lambach. Hitler yang masih berusia 8 tahun mengikuti
les menyanyi, bernyanyi dengan paduan suara gereja, dan bahkan sempat mempertimbangkan
diri untuk menjadi pendeta.[17] Tahun 1898, keluarga mereka pindah permanen ke Leonding.
Kematian adiknya, Edmund, akibat cacar pada 2 Februari 1900 sangat mempengaruhi
kehidupan Hitler. Ia berubah dari sosok yang percaya diri, mudah bergaul, dan pintar, menjadi
bocah yang murung, menarik diri, dan cemberut yang sering bertengkar dengan ayah dan
gurunya.[18]

Ibu Hitler, Klara

Alois memiliki karier yang sukses di biro bea cukai dan ingin anaknya mengikuti jejaknya. [19] Hitler
kemudian mendramatisir sebuah peristiwa ketika ayah Hitler membawanya berkunjung ke kantor
bea cukai, menyebutnya sebagai peristiwa yang membangkitkan antagonisme tanpa ampun
antara ayah dan anak, yang keduanya sama-sama berkeinginan kuat.[20][21][22] Mengabaikan
keinginan putranya untuk masuk SMA klasik dan menjadi seorang seniman, Alois mengirim Adolf
ke Realschule di Linz pada bulan September 1900.[23] (Ini adalah SMA yang sama yang kelak
dimasuki Adolf Eichmann 17 tahun kemudian.)[24] Hitler menolak keputusan ini, dan dalam
buku Mein Kampf, Hitler mengungkapkan bahwa ia berprestasi buruk di sekolah, sambil
berharap bahwa setelah ayahnya melihat "kemajuan kecil yang aku buat di sekolah teknik, ia
akan membiarkanku mengejar mimpiku." [25]
Hitler terobsesi dengan nasionalisme Jerman sejak masih muda.[26] Ia menunjukkan kesetiaannya
terhadap Jerman, membenci monarki Habsburg yang semakin kacau dan pemerintahannya di
kekaisaran yang dihuni berbagai etnis.[27][28] Hitler dan teman-temannya memakai kata sambutan
Jerman "Heil", dan menyanyikan lagu kebangsaan Jerman "Deutschland Über Alles" alih-
alih lagu kebangsaan Kekaisaran Austria.[29]
Setelah kematian mendadak Alois tanggal 3 Januari 1903, prestasi Hitler di sekolah memburuk.
Ibunya mengizinkan Hitler berhenti sekolah pada musim gugur 1905. [30] Ia bersekolah
di Realschule di Steyr pada September 1904; perilaku dan prestasinya membaik. [31] Pada musim
gugur 1905, setelah lulus ujian susulan dan ujian akhir, Hitler berhenti sekolah tanpa keinginan
apapun untuk melanjutkan sekolah atau membina karier. [32]

Masa remaja di Wina dan Munich

Rumah di Leonding tempat Hitler menghabiskan masa remaja awalnya (c.1984)

Sejak 1905, Hitler menjalani kehidupan bohemia di Wina yang didanai oleh tunjangan anak yatim
dan bantuan dari ibunya. Ia bekerja sebagai buruh biasa, lalu seorang pelukis yang menjual
lukisan cat air. Akademi Seni Rupa Wina dua kali menolak Hitler, yaitu tahun 1907 dan 1908,
dikarenakan "tidak cocok melukis". Direktur akademi menyarankan agar Hitler mempelajari
arsitektur,[33] namun ia tidak memenuhi persyaratan akademik.[34] Pada tanggal 21 Desember
1907, ibunya meninggal dunia pada usia 47 tahun. Setelah ditolak Akademi untuk kedua kalinya,
Hitler kehabisan uang. Tahun 1909, ia tinggal di tempat penampungan tunawisma, dan pada
tahun 1910, ia menetap di sebuah rumah pekerja miskin di Meldemannstraße.[35] Saat Hitler
tinggal di sana, Wina adalah tempat penuh prasangka agama dan rasisme. [36] Kekhawatiran
bahwa Wina akan dipenuhi imigran dari Timur meluas, dan wali kotanya yang populis, Karl
Lueger, mengeksploitasi retorika antisemitisme untuk kepentingan politiknya. Antisemitisme pan-
Jermanik Georg Schönerer mendapat dukungan kuat di distrik Mariahilf, tempat Hitler tinggal.
[37]
 Hitler membaca koran-koran setempat, seperti Deutsches Volksblatt, yang mengompori
prasangka dan membakar ketakutan umat Kristen yang khawatir akan terusir oleh membanjirnya
pendatang Yahudi dari timur.[38] Menolak apa yang disebutnya sebagai "Jermanofobia" Katolik, ia
mulai menyukai Martin Luther.[39]

The Alter Hof in Munich. Lukisan cat air karya Adolf Hitler, 1914

Asal usul dan kapan Hitler

Anda mungkin juga menyukai