Anda di halaman 1dari 10

SURAT PERJANJIAN PEKERJAAN BORONG KERJA DAN PENGAWASAN

(COST AND FEE)

Pada hari ini, hari, 16/10/2022 di Jakarta yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Alamat :
Bertindak untuk dan atas nama sendiri selaku Pemberi Kontrak, selanjutnya disebut
“Pihak Pertama”.

Nama : Galih Dorodjatun Diadi


Alamat : Villa Ciomas Indah Blok Q9 no 6, Bogor
Bertindak untuk dan atas nama DENTATA Workshop selaku Penerima Kontrak,
selanjutnya disebut “Pihak Kedua”.

Kedua belah pihak dengan ini menyatakan persetujuannya untuk mengikat diri
dalam perjanjian pemborongan upah kerja dan pengawasan pekerjaan/manajemen
proyek (cost and fee) renovasi ruko milik Pihak Pertama yang berada di Sentra
Niaga Bintara, Jl. Bintara, Bekasi.
Persyaratan dan ketentuan yang menyangkut pekerjaan tersebut diatur dalam pasal-
pasal sebagai berikut :

Pasal 1
Lingkup Pekerjaan

Pihak Pertama memberikan kontrak pekerjaan pemborongan upah kerja dan


pengawasan/manajemen proyek (cost and fee) kepada pihak kedua dan pihak
kedua bersedia menerima kontrak pemborongan upah kerja dan pengawasan
pekerjaan tersebut, yaitu pekerjaan pembangunan renovasi ruko milik pihak
pertama yang terletak di yang berada di Sentra Niaga Bintara, Jl. Bintara,
Bekasi.
Adapun detail lingkup pekerjaan borong kerja meliputi:
1. Pekerjaan Struktur
2. Pekerjaan Arsitektur
3. Pekerjaan Plumbing
4. Pekerjaan Instalasi Listrik

Adapun detail lingkup pekerjaan pengawasan meliputi:


1. Mengawasi mutu dan volume material serta pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana.
2. Mengatur biaya proyek agar tidak meleset dari RAB.
3. Mengatur waktu proyek agar sesuai /tidak meleset dari jadwal yang
direncanakan
4. Melakukan pengadaan tenaga kerja (tukang)
5. Mengawasi dan mengatur pekerja
6. Membantu Pihak pertama mengatur pembelian dan pengiriman material ke
lokasi.
7. Mengatur dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan sub kontraktor.
8. Design Advisor (jika terdapat perubahan desain yang perlu dilakukan)

Pasal 2
Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan dalam kontrak dan


lampiran-lampirannya.
Lampiran-lampiran yang merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak terdiri
dari :
a. Gambar Perencanaan yang telah disetujui oleh pihak pertama, yang terdiri
dari: gambar kerja arsitektur,struktur, mekanikal dan elektrikal.
b. Spesifikasi Teknis & Spesifikasi Bahan yang telah disetujui oleh pihak
pertama, yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pasal 3
Nilai dan Jenis Kontrak
Adapun nilai pekerjaan yang direncanakan sesuai RAB adalah senilai
Rp236.000.000,- (Dua Ratus Tiga Puluh Enam Juta Rupiah) dengan perincian
pekerjaan sesuai yang tercantum dalam RAB, gambar perencanaan dan spesifikasi
teknis & bahan yang telah di setetujui bersama.
1. Nilai pekerjaan meliputi semua biaya langsung, biaya tidak langsung dan
biaya lain yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan dan besifat
tidak tetap dan tidak mengikat tergantung harga pasar.
2. Nilai dan jenis kontrak ini merupakan harga menyeluruh yang tidak tetap
(cost plus price fee). Harga dipengaruhi oleh perubahan dan kenaikan
harga material di pasaran. Pihak pertama menanggung semua biaya proyek
termasuk material, peralatan kerja, uang keamanan, transportasi, mobilisasi
proyek serta biaya lain secara tidak tetap dan secara langsung. Ditambah
upah kerja yang nilainya sesuai dengan waktu pelaksanaan dan fee
pengawasan yang nilainya tetap.
3. Fee pengawasan yang disepakati yaitu sebesar 12% dari total pengeluaran
(pengeluaran material dan upah) seusai laporan keuangan yang disampaikan
Pihak kedua kepada Pihak Pertama setiap akhir bulannya).

Pasal 4
Waktu Pelaksanaan

1. Waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai atau serah terima ke-1
Sesuai kurva S dijadwalkan kurang lebih selama 30 hari, dan dimulai 20
Oktober 2022 dan target diselesaikan hingga 18 November 2022
2. Pihak pertama dibantu pihak Pihak kedua harus menjaga ketersediaan
material dilapangan agar tidak menggangu progress pekerjaan.
3. Pihak kedua harus memperhitungkan kondisi cuaca, sehingga pelaksanaan
pekerjaan dan penyerahan kepada pihak pertama dapat sesuai dengan
jadwal.
Pasal 5
Sistem Pembayaran

A. Sistem pembayaran upah kerja


1. Adapun sistem pembayaran upah borong kerja ini dibayarkan berdasarkan
absensi tukang setiap minggunya,dan sisa borongan (jika ada sisa)
dibayarkan setelah selesai pekerjaan.
2. Pihak Pertama harus membayar jasa upah kerja kepada Pihak kedua setiap
hari sabtu sore setiap minggunya atas pekerjaan yang sudah dikerjakan
dengan dasar absensi dan man hour selama seminggu.

3. Adapun satuan upah (man hour) sebagai berikut:


1. Kepala Tukang/mandor = Rp.200.000/hari (pukul 08.00-16.00)
2. Tukang biasa = Rp.160.000/hari (pukul 08.00-16.00)
3. Laden/pembantu tukang = Rp.140.000/hari (pukul 08.00-16.00)
4. Tukang Finishing = Rp180.000/hari (pukul 08.00-16.00)
5. Tukang Listrik = Rp.60.000/titik
6. Upah lembur Tukang = Rp.19.000/jam
7. Upah lembur Laden = Rp16.000/jam

4. Tukang/tenaga kerja berhak mengajukkan cashbon/pinjaman untuk


keperluan THR lebaran, transport, biaya tempat tinggal atau hal-hal
mendesak lainnya, yang besarnya proporsional dengan persentase pekerjaan
yang sudah dikerjakan, dan cashbon ini memotong nilai borongan.
5. Pihak Kedua mencatat dan melaporkan segala pengeluaran upah tukang,
dan laporan keuangan ini disampaikan Pihak kedua kepada Pihak Pertama
setiap akhir minggu dan akhir bulan
6. Sisa borongan (jika terdapat sisa borongan ) harus dibayarkan oleh Pihak
Pertama maksimum 7 hari setelah pekerjaan dinyatakan selesai (serah
terima ke 1) kepada Pihak kedua.
B. Sistem pembayaran jasa pengawasan /manajemen proyek
1. Adapun sistem pembayaran jasa pengawasan ini yaitu berdasar persentase
pekerjaan yang sudah dikerjakan yang dilihat dari laporan pengeluaran
bulanan.
2. Pihak Pertama membayarkan jasa pengawasan kepada Pihak kedua setiap
awal bulan sebesar fee pengawasan yang disepakati yaitu 12% dari total
pengeluaran (pengeluaran material dan upah) seusai laporan keuangan yang
disampaikan Pihak kedua kepada Pihak Pertama setiap akhir bulannya.
3. Sisa borongan jasa pengawasan (jika terdapat sisa borongan ) harus
dibayarkan oleh Pihak Pertama maksimum 7 hari setelah pekerjaan
dinyatakan selesai (serah terima ke 1) kepada Pihak kedua .

C. Sistem pembayaran material dan alat kerja.


1. Pihak Pertama membayar material dan alat kerja (alat kerja yang tidak dimiliki
pekerja) yang sudah dikirim untuk kebutuhan proyek kepada pihak
penjual/supplier yang direkomendasikan oleh Pihak kedua secara tunai,
melalui uang yang dititipkan ke Pihak kedua.
2. Pihak Kedua mencatat dan melaporkan segala pengeluaran pembelian
material dan alat ini, dan laporan keuangan ini disampaikan Pihak kedua
kepada Pihak Pertama setiap akhir minggu dan akhir bulan.

D. Sistem pembayaran pekerjaan Sub Kontraktor.


1. Pihak Pertama membayar secara langsung down payment dan pelunasan
borongan pekerjaan yang berada diluar lingkup pekerjaan Pihak kedua
kepada oleh pihak sub kontraktor yang direkomendasikan oleh Pihak kedua.
2. Pihak Kedua mencatat dan melaporkan segala pengeluaran pekerjaan Sub
Kontraktor ini, dan laporan keuangan ini disampaikan Pihak kedua kepada
Pihak Pertama setiap akhir minggu dan atau setiap akhir bulan

E. Penitipan Uang Proyek


1. Dalam upaya memudahkan proses pembayaran yang di harus dibayarkan
pihak pertama ke pada pihak lain, pihak kedua berkewajiban untuk
membantu pemenuhan transaksi tersebut, dengan sejumlah uang yang
dititipkan dari pihak pertama setiap minggunya.
2. Adapun jumlah uang yang dititipkan pihak pertama kepada pihak kedua
setiap minggunya yaitu sebesar nilai proyek yang tertuang di RAB dibagi 4
minggu.
Rp. 236.000.000/4 = Rp59.000.000 (Lima Puluh Sembilan Juta Rupiah)
3. Penitipan uang proyek diserahkan pihak pertama kepada pihak kedua di awal
proyek (setelah tandatangan kontrak) dan selanjutnya di awal minggu setiap
minggunya, maksimal 3(tiga) hari setelah pihak kedua meenyerahkan laporan
pengeluaran dan pemasukkan proyek di akhir minggu setiap minggunya
kepada pihak pertama.
4. Pihak Kedua mencatat dan melaporkan segala pengeluaran dan pemasukkan
(uang titipan) tersebut yang di rekap ke dalam laporan keuangan bulanan yang
disertai dengan faktur/kwitansi pembayaran dan hasil nya di laporkan kepada
pihak pertama.
5. Setiap penyerahan titipan uang harus disertai tanda bukti/berita acara/ bukti
transfer yang dikeluarkan dan di tanda tangani oleh pihak pertama.
6. Pihak Kedua wajib mengembalikan uang tititpan tersebut,jika di akhir proyek
terdapat sisa atau kelebihan.

Pasal 6
Permulaan Pekerjaan

Pihak Kedua harus memulai pelaksanan pekerjaan selambat-lambatnya 30 (tiga


puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Surat Perjanjian
Pekerjaan Borong Kerja dan Pengawasan Cost and Fee.

Pasal 7
Perintah Perubahan Pekerjaan atau Pengehentian Pekerjaan

1. Pihak Pertama berhak mengeluarkan perintah perubahan pekerjaan


sehubungan dengan kehendak Pihak Pertama , dan pihak kedua wajib
melaksanakan perintah perubahan pekerjaan tersebut.
2. Apabila perintah perubahan pekerjaan tersebut akan mengakibatkan
perubahan nilai kontrak khususnya nilai kontrak borong upah kerja, maka
perubahan tersebut akan dihitung berdasarkan harga satuan yang disetujui
bersama.
3. Pihak Pertama berhak mengeluarkan perintah penghentian pekerjaan
sehubungan dengan kehendak Pihak Pertama karena pertimbangan biaya
atau suatu hal , dan pihak kedua wajib menghentikan pekerjaan tersebut.
4. Apabila perintah penghentian pekerjaan tersebut akan mengakibatkan
konsekuensi kekurangan pembayaran borong upah kerja berdasarkan
proggress yang sudah dikerjakan di lapangan , maka konsekuensi
pembayaran kekurangan borong upah kerja pembayaran tersebut dibicarakan
dan diselesaikan kedua belah pihak secara mufakat.

Pasal 8
Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
1. Perpanjangan waktu pelaksanaan sebagaimana disyaratkan pada pasal 4
surat perjanjian ini hanya diberikan oleh pihak pertama apabila pihak kedua
dapat memberikan alasan-alasan yang dapat diterima oleh pihak pertama,
misalnya curah hujan cukup tinggi, adanya perubahan perencanaan karena
kehendak pihak pertama.
2. Untuk mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan, pihak kedua harus
mengajukan permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan secara tertulis,
disertai dengan keterangan-keterangan yang lengkap dan alasan-alasan yang
jelas. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus sudah diterima pihak
pertama 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal berakhirnya surat perjanjian.
3. Apabila pihak pertama menyetujui untuk memberikan perpanjangan waktu
pelaksanaan, maka persetujuan itu akan diberikan secara tertulis, lengkap
dengan waktu pelaksanaan pekerjaan yang baru dan tanggal penyelesaian
pekerjaan.

Pasal 9
Serah Terima Pekerjaan dan Masa Pemeliharaan

1. Serah Terima Pekerjaan dibagi 2(dua), yaitu Serah Terima Pertama (ke-1) dan
Serah Terima Kedua (ke-2). Serah Terima Pertama (ke-1) yaitu serah terima
saat pekerjaan yang dilakukan pihak kedua sudah dianggap selesai serta di
terima dengan baik oleh pihak pertama, sedangkan Serah Terima Kedua (ke-
2) yaitu serah terima saat pekerjaan sudah dianggap benar-benar selesai dan
sudah melewati masa pemeliharaan serta sudah di terima dengan baik oleh
pihak pertama dan merupakan akhir proyek.
2. Masa Pemeliharaan (maintenance) merupakan waktu yang diberikan pihak
kedua kepada pihak pertama untuk memelihara, memperbaiki & merawat
bangunan dari kekurangan-kekurangan (jika ada).
3. Lama Masa pemeliharaan (maintenance) yang disepakati adalah selama 3
bulan sejak serah terima pertama.
4. Masa Pemeliharaan (maintenance) ini diberikan pihak kedua kepada pihak
pertama hanya melingkupi jasa tukangnya(jasa pekerjaan) saja, diluar biaya
pembelian material(jika diperlukan), pembelian material pada masa ini masih
tetap menjadi tanggung jawab pihak pertama di bantu di oleh pihak kedua.

Pasal 10
Kelalaian dan Denda

1. Apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat kelalaian pihak


kedua, maka pihak kedua bertanggungjawab penuh atas overhead jasa
borongan tukang.
2. Pihak pertama apabila melalaikan pembayaran kepada pihak kedua pada
akhir proyek atas adanya sisa borongan, maka akan dikenakan denda
sebesar 1% (satu persen) dari sisa pembayaran untuk setiap hari
keterlambatan.
3. Pihak pertama berhak memutuskan perjanjian secara sepihak apabila pihak
kedua tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang diberikan secara
tertulis sebanyak 3 X (tiga kali), untuk segera mengembalikan keadaan
sesuai isi perjanjian

Pasal 11
Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan antara pihak pertama dengan pihak kedua,
maka akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.
2. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan
mufakat maka dibentuk dewan pendamai yang terdiri dari :
1. 1 (satu) orang wakil pihak pertama.
2. 1 (satu) orang wakil pihak kedua.
3. 1 (satu) orang wakil yang tidak ada sangkut pautnya dengan kedua belah
pihak.
Biaya yang timbul sehubungan dengan dibentuknya panitia penyelesaian ini
akan ditanggung oleh masing-masing pihak.
3. Apabila panitia perselisihan ini tidak dapat menyelesaikan perselisihan ini,
maka persoalan ini akan diajukan kepada Panitera Pengadilan Negeri
Jakarta.

Pasal 12
Keadaan Memaksa (Force Majeure)
1. Keadaan memaksa (foce majeure) adalah keadaan luar biasa yang tidak
dapat dikontrol oleh pihak kedua dan pihak pertama yang mempengaruhi
waktu pelaksanaan.
2. Yang digolongkan dalam keadaan memaksa (foce majeure) adalah :
 Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, kebakaran dan lain
sebagainya.
 Gangguan ketertiban umum seperti huru-hara, pemogokan keadaan
perang dan lain sebagainya.
3. Apabila terjadi keadaan memaksa (force majeure), maka pihak kedua dalam
waktu 7X24 jam setelah terjadi keadaan itu wajib memberitahukan kepada
pihak pertama secara tertulis, disertai dengan penjelasan tentang akibatnya
terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan dan perpanjangan waktu
pelaksanaan pekerjaan yang diminta.
4. Pihak pertama akan memeriksa kebenaran pemberitahuan pihak kedua dan
akan segera mengambil keputusan untuk menerima atau menolak permintaan
tersebut.
Pasal 13
Penutup
1. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan ini dan
yang kemudian disepakati oleh kedua belah pihak akan dibuat sebagai
addendum tertulis terhadap surat perjanjian ini. Addendum ini akan
merupakan bagian yang mengikat dan tak terpisahkan dari surat perjanjian
ini.
2. Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaaan ini dibuat dengan bentuk asli dalam
rangkap 2 (dua), masing-masing ditandatangani dan diberi materai yang
cukup sesuai dengan peraturan bea materai yang berlaku.

Bentuk asli yang kesatu dan kedua dari surat perjanjian ini keduanya mempunyai
bunyi dan kekuatan hukum yang sama dan masing-masing satu dipegang oleh
pihak pertama dan pihak kedua.
Salinan surat perjanjian ini dapat dibuat dan dipergunakan sesuai keperluan.

Jakarta, Minggu 16 Oktober 2022

Pihak Kedua. Pihak Pertama,

Galih Dorodjatun Diadi


Pihak kedua Pihak pertama

Anda mungkin juga menyukai