Anda di halaman 1dari 21

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

TELEMEDICINE

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh


Program Pendidikan Profesi Dokter

Dosen Penguji:
dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, Sp.FM(K)

Residen Pembimbing:
dr. Edgar Rogate Parulian S

Disusun Oleh:
Muhammad Naufal Widyatmaka 22010119220056 UNDIP
Amelia Putri 22010119220126 UNDIP
Hafidh Bagus Aji Prasetyo 22010119220137 UNDIP
Ramadhan Conny Sulistiyono 22010119220191 UNDIP

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN DEPARTEMEN FORENSIK DAN STUDI MEDIKOLEGAL FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Periode 11 – 24 Mei 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Referat Berjudul

Telemedicine

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program Pendidikan

Profesi Dokter

Penyusun:

Telah dipresentasikan pada tanggal 20 Mei 2020


Mengetahui,

Dosen Penguji Residen Pembimbing

dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, Sp.FM(K) dr. Edgar Rogate Parulian S

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, karunia,

dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul “Telemedicine” ini

tepat waktu.

Adapun referat ini disusun sebagai tugas bersama dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Forensik

dan Medikolegal. Penyusun berharap, referat ini dapat memberi informasi yang berguna sebagai

bahan untuk pembelajaran bersama.

Dengan rasa hormat, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnyaatassegalabimbinganyangtelahdiberikandalampenyelesaianreferatini kepada:

1. dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, Sp.FM(K) selaku dosen penguji

2. dr. Edgar Rogate Parulian S selaku residen pembimbing

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu

penyusun mohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan atau kata- kata yang kurang berkenan.

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat membantu sebagai masukan bagi penyusun

di kemudian hari.

Semarang, 18 Mei 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 4


2.1 Pengertian Telemedicine ................................................................................................... 4
2.2 Sejarah Telemedicine ........................................................................................................ 4
2.3 Praktik Telemedicine di Berbagai Negara ........................................................................ 5
2.4 Jenis-Jenis Telemedicine................................................................................................... 8
2.5 Contoh dan Alur Layanan Telemedicine .......................................................................... 9
2.6 Aspek Medikolegal pada Telemedicine ......................................................................... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi saat ini adalah bagian penting dalam manajemen
informasi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat berdampak besar dalam
seluruh aspek kehidupan dan membawa manusia masuk ke dalam era globalisasi, pada era
globalisasi ini manusia memerlukan informasi yang terbaru dengan cepat, praktis, efisien dan
akurat serta dapat diandalkan, salah satunya adalah pada bidang kesehatan. Kesehatan merupakan
salah satu kebutuhan dasar setiap manusia. Semakin banyak dan beragamnya penyakit yang
diderita manusia yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang dipengaruhi oleh kemajuan
jaman, menyebabkan kebutuhan manusia akan pelayanan kesehatan semakin meningkat.1

Telemedicine merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan dasar. Tele-medisin menggunakan information and communication
technologies (ICT) untuk mengatasi hambatan geografis, dan meningkatkan akses ke pelayanan
kesehatan, serta sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat pedesaan di negara berkembang yang
kurang mendapat akses ke pelayanan kesehatan.2 Telemedicine dapat digambarkan sebagai dua
orang professional di bidang kesehatan yang saling berdiskusi dari jarak jauh secara real time.
Untuk melakukan diskusi tersebut dua orang professional tersebut menggunakan telepon, ataupun
teknologi yang lebih canggih seperti teknologi satelit dan peralatan video conference. Secara
umum telemedicine merujuk pada penggunaan alat komunikasi dan teknologi informasi untuk
mengirim perawatan kesehatan. 1,3

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar urutan keenam di dunia yakni mencapai
203.456.005 jiwa, dengan jumlah penduduk miskinnya sebanyak 13,3% (tahun 2010), Telah
menyebabkan permasalahan kesehatan menjadi salah satu isu utama di Indonesia. Hal ini terlihat
dari masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, masih rendahnya kualitas sanitasi dan air
bersih, laju penularan HIV/AIDS yang kian sulit dikendalikan, serta meningkatnya beban utang
luar negeri yang kian menumpuk.1 Adanya kesenjangan pelayanan kesehatan, persebaran dokter
di Indonesia yang tidak merata, apalagi dokter spesialis, merupakan kendala yang sulit diatasi.

1
Terlepas dari semua permasalahan diatas, animo masyarakat Indonesia untuk berobat keluar negeri
juga cukup tinggi. 3

Untuk menanggapi krisis kesehatan di daerah pedesaan dan perbatasan di Indonesia seperti
yang dijelaskan diatas maka diperlukan satu cara yang dapat mengatasi persoalan itu secara efektif
dan efisien. Strategi yang ditempuh merupakan model pelayanan kesehatan yang tidak biasa yakni
antara dokter dan pasien tidak bertemu secara langsung melainkan dihubungkan dengan teknologi
informasi dan komunikasi yang disebut dengan Telemedicine.3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah pengertian Telemedicine?


2. Bagaimana sejarah perkembangan Telemedicine?
3. Bagaimana praktik Telemedicine di berbagai negara?
4. Apa saja jenis-jenis Telemedicine?
5. Bagaimana contoh dan alur layanan Telemedicine?
6. Apa aspek medikolegal Telemedicine?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


Mengetahui pengertian Telemedicine
1.3.2 Tujuan khusus
• Mengetahui sejarah perkembangan Telemedicine
• Mengetahui praktik Telemedicine di berbagai negara
• Mengetahui jenis-jenis Telemedicine
• Mengetahui contoh dan alur layanan Telemedicine?
• Mengetahui aspek medikolegal Telemedicine?

1.4 Manfaat

I.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa


1. Menambah pengetahuan serta wawasan yang berhubungan dengan Telemedicine
2
2. Menambah pengetahuan mengenai peran dokter dalam pelaksanaan Telemedicine
I.4.2 Manfaat bagi Institusi
1. Menambah wawasan mengenai Telemedicine di fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas maupun rumah sakit.
I.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan serta wawasan yang berhubungan dengan Telemedicine
khalayak umum.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Telemedicine


Menurut Fong, istilah telemedika berasal dari deskripsi sederhana yaitu kata 'tele' yang
berarti jarak atau jauh dari bahasa Yunani, sehingga telemedika adalah memberikan pelayanan
kesehatan dari jarak jauh.1
Telemedicine adalah praktek kesehatan dengan memakai komunikasi audio, visual dan
data, termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan
diskusi ilmiah jarak jauh. 4
Dalam praktek pelaksanaannya, telemedicine diterapkan dalam dua konsep, yaitu realtime
(synchronous) dan store-and-forward (asynchronous). Telemedicine secara real-time
(synchronous telemedicine) bisa berbentuk sedarhana seperti penggunaan telepon, atau kompleks
seperti penggunaaan robot rendah. Synchronous telemedicine memerlukan kehadiran kedua pihak
pada waktu yang sama. Telemedicine dengan store-and-forward (asynchronous telemedicine)
mencakup pengumpulan data medis dan pengiriman data ini ke seorang dokter (specialist) pada
waktu yang tepat untuk evaluasi secara offline. Jenis telemedicine ini tidak memerlukan kehadiran
kedua belah pihak dalam waktu yang sama.1

2.2 Sejarah Telemedicine


Ide tentang pemeriksaan dan evaluasi kesehatan dengan menggunakan perangkat jaringan
telekomunikasi bukanlah hal yang baru. Setelah diperkenalkan pesawat telepon, percobaan
telemedicine telah dilakukan pertama kali dengan men-transmisi-kan rekaman ekg melalui
jaringan telepon sistem analog. Walaupun jarak tempuh transmisi hanya beberapa kilometer,
namun nilai klinisnya tidak begitu bermakna. Setelah itu, beberapa kali dicoba untuk melakukan
transmisi suara jantung dan napas antar dokter dan pasien.5
Setelah Perang Dunia ke-II (1945), teknik transmisi foto dikembangkan oleh militer di
eropa. Pengalaman tersebut memberikan inspirasi para pioner kedokteran dalam mengembangkan
teknik pengiriman gambar-gambar medis tentang penyakit dan kelainan dari pasien ke dokter.
Sejumlah peneliti kedokteran pada saat itu telah melakukan kegiatan pendidikan, interprestasi dan
menegakkan diagnosis serta melakukan pengobatan psikiatri, dan radiologi jarak jauh.5

4
Sejalan dengan kemajuan teknologi komputer dan sistem digital saat ini, perkembangan
telemedicine semakin berkembang. Peralatan kedokteran dapat menghasilkan gambar digital
secara langsung, selain itu juga dapat mengubah citra video menjadi citra digital. Kini, penggunaan
telemedicine sangat luas sampai sekarang diaplikasikan di Amerika Yunani, Israel, Jepang, Italia,
Denmark, Belanda, Norwegia, Jordan, India, dan Malaysia.6
Di Indonesia telemedika sudah berkembang cukup signifikan belakangan ini. Penggunaan
telemedika di Indonesia telah dimulai sejak tahun 90an. Pada era tersebut, perkembangan dunia
telemedika masih menggunakan teknologi telepon standar. Di era sekarang telemedika sudah
berkembang lebih pesat. Penggunaan ICT dalam dunia telemedika tidak terbatas pada saat pasien
di rawat di ruangan. Makin berkembangnya dunia telemedika dan makin banyaknya pemilik ICT
dan alat pendukungnya, makin luasnya area jangkauan ICT dalam dunia telemedika merupakan
suatu tantangan dan sekaligus peluang dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan bagi pasien.1

Fase Perkembangan Telemedicine


FASE PERKEMBANGAN RENTANG WAKTU
Telegram dan Telepon 1840-1920
Radio 1920-1950
Televisi/teknologi ruang angkasa 1950-1980
Teknologi digital 1990an-sekarang

2.3 Praktik Telemedicine di Berbagai Negara


India telah memiliki Undang-Undang tentang Telemedicine dengan nama Telemedicine
Act 2003. Sementara itu di Negara Bagian California Amerika Serikat berdasarkan persetujuan
Gubernur California, Brown, pada tanggal 7 Oktober 2011, Senat telah mengesahkan Telehealth
Advancement Act of 2011 untuk menggantikan Telemedicine Development Act of 1996.7

Adapun praktik telemedicine di India, awal mula kelompok rumah sakit Apollo adalah
pelopor dalam memulai proyek percontohan di sebuah rumah sakit tingkat menengah di sebuah
desa bernama Aragonda 16 km dari Chitoor (populasi 5000, proyek Aragonda) di Andhra Pradesh.
Mulai dari kamera web sederhana dan saluran telepon ISDN, saat ini rumah sakit desa memiliki
sistem konferensi video mutakhir dan satelit VSAT (Very Small Aperture Terminal) yang
dipasang oleh ISRO (Indian Space Research Organization). Ditambah dengan ini adalah proyek
Pusat Antariksa Sriharikota (130 km dari Chennai) yang merupakan landasan peluncuran penting

5
dari Indian Space Research Organization di bidang ini. Di India, program telemedicine didukung
secara aktif oleh:
1) Departemen Teknologi Informasi (DIT)
2) Organisasi Penelitian Ruang Angkasa India
3) Program Telemedicine NEC untuk negara bagian Utara- Timur
4) Rumah Sakit Apollo
5) Asia Heart Foundation
6) Pemerintah negara bagian
7) Teknologi telemedika juga didukung oleh beberapa organisasi swasta lainnya.

Di India sendiri sistem telemedika telah dipasang di School of Tropical Medicine (STM),
Kolkata dan dua Rumah Sakit Distrik. Di Bengal Barat, dua rumah sakit dimana pusat telemedicine
didirikan adalah Unit Perawatan Koroner Pertama yang diresmikan di Rumah Sakit Siliguri,
Siliguri, Bengal Barat pada tanggal 24 Juni 2001 dan Rumah Sakit Bankura Sammilani, Bankura,
Bengal Barat diresmikan pada tanggal 21 Juli 2001. Proyek Telemedika Kedua telah dilaksanakan
oleh Webel ECS di dua Pusat Referral (Rumah Sakit Nil Ratan Sircar dan Rumah Sakit Burdwan
MC) dan empat Pusat Nodal (Rumah Sakit Distrik Midnapore, Rumah Sakit Behrampur, Rumah
Sakit Suri dan RSUD Purulia). Proyek ini menggunakan saluran leased 512 kbps dan Jaringan
Lebar Negara Bagian Benggala Barat (WBSWAN) (2 Mbps fiber optic link) sebagai tulang
punggung. Saat ini Apollo Telemedicine merupakan penyedia layanan Telemedicine terbesar di
india dengan lebih dari 125 cabang di India dan 10 di luar negeri Berbagai bidang kedokteran yang
menerapkan Telemedicine antara lain kardiologi, neurologi, dermatologi, dan oftalmologi.8

Sedangkan di California, Telemedicine berawal dari tahun 1992 ketika The University of
California-Davis membentuk hubungan pemantauan telefetal antara UC Davis Medical Center dan
sebuah rumah sakit komunitas di Colusa. Sejak itu, telemedicine di California telah berkembang
secara dramatis. Untuk memenuhi permintaan layanan seperti itu, legislator California dan Dewan
Medis Negara Bagian telah masuk untuk memberikan dukungan dan panduan peraturan seputar
praktik telemedicine. Berbeda dengan India, di negara bagian California tidak hanya
mengedepankan sisi kemajuan teknologi telemedicine, tetapi juga diikuti dengan perkembangan
aspek legalnya dapat dilihat dari segi peraturan hukumnya melalui senat telah mengesahkan
Telehealth Advancement Act of 2011 untuk menggantikan Telemedicine Development Act of

6
1996. Berdasarkan hukum mereka yang belaku di negara bagian California telah menggantikan
istilah hukum "telemedicine" yang sudah ketinggalan zaman dengan "telehealth". Telemedicine
berdasarkan terminologi hukum lama didefinisikan sebagai praktik kedokteran melalui koneksi
video langsung antara pasien dan penyedia layanan di lokasi yang terpisah, atau melalui
"komunikasi data". Karena kemajuan teknologi menghasilkan opsi perawatan telehealth baru,
definisi hukum ini menjadi usang dan menjadi hambatan untuk menerapkan kemajuan ini.
Telehealth sebagai istilah hukum baru, mengacu pada penyediaan layanan kesehatan yang
memungkinkan teknologi secara umum daripada praktik medis tertentu. Pergeseran ini
memungkinkan jangkauan layanan yang jauh lebih luas daripada hukum lama, dan mencakup
teknologi telehealth masa depan dalam definisi inovatif dan menyeluruhnya.7

Di Jepang, perkembangan Telemedicine sudah muncul sejak tahun 1997 dalam pernyataan
Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesehatan dalam “Pemeriksaan Kesehatan
menggunakan Telemedicine”, yang kemudian diperbarui pada tahun 2015 untuk beradaptasi
dengan berbagai perubahan seperti perkembangan teknologi. Kemudian pada tahun 2005 dibentuk
Japanese Telemedicine and Telecare Association (JTTA). Hal-hal yang melatarbelakangi
perkembangan Telemedicine di Jepang antara lain penurunan angka kelahiran dan banyaknya
penduduk usia lanjut di Jepang, distribusi tenaga medis yang tidak merata, banyaknya wilayah
terpencil, dan karena perkembangan peralatan medis dan teknologi komunikasi. Praktik
Telemedicine di Jepang mencakup Teleradiologi, Telepatologi, Telemonitoring Vital Sensors,
Telemedicine for Pregnant Women, Telenursing, kesehatan komunitas, dan lain-lain.9,10 Saat ini
telah dikembangkan layanan konsultasi online gratis dengan dokter melalui aplikasi Mediplat.

Praktik Telemedicine di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20


Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.11 Di Indonesia sendiri perkembangan telemedicine belum sepesat di negara lain. Ada
beberapa hal yang memengaruhi, diantaranya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang
menguasai bidang kesehatan dan teknologi informasi secara terpadu, dan masih minimnya
infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan kesehatan yang menjadi suatu
permasalahan yang harus menjadi perhatian.1 Salah satu contoh praktik Telemedicine di Indonesia
adalah Telemedicine Indonesia (Temenin) yang dikembangkan oleh Kementrian Kesehatan
dengan 4 layanan telemedis yang tersedia yaitu radiologi, USG, elektrokardiografi, dan konsultasi.

7
2.4 Jenis-Jenis Telemedicine
Adapun Jenis-jenis telemedicine dalam pelaksanaannya diterapkan dalam dua konsep yaitu
real time (synchronous) dan store-and-forword (asynchronous). Telemedicine secara real time
(synchronous telemedicine) bisa berbentuk sederhana seperti penggunaan telepon atau bentuk
yang lebih kompleks seperti penggunaan robot bedah. Synchronous telemedicine memerlukan
kehadiran kedua pihak pada waktu yang sama, untuk itu diperlukan media penghubung antara
kedua belah pihak yang dapat menawarkan interaksi real time sehingga salah satu pihak bisa
melakukan penanganan kesehatan. Bentuk lain dalam Synchronous telemedicine adalah
penggunaan peralatan kesehatan yang dihubungkan ke komputer sehingga dapat dilakukan
inspeksi kesehatan secara interaktif. Contoh penggunaan teknologi ini adalah tele-otoscope yang
memberikan fasilitas untuk seorang dokter melihat kedalam pendengaran seorang pasien dari jarak
“jauh‟. Contoh yang lain adalah telestethoscope yang membuat seorang dokter mendengarkan
detak jantung pasien dari jarak jauh. 3
Telemedicine dengan store-and-forword (asynchronous telemedicine) mencakup
pengumpulan data medis dan pengiriman data ini ke seorang dokter (specialist) pada waktu yang
tepat untuk evaluasi secara offline. Jenis telemedicine ini tidak memerlukan kehadiran kedua belah
pihak dalam waktu yang sama. Dermatolog, radiolog, dan patalog adalah spesialis yang biasanya
menggunakan asynchronous telemedicine ini. Rekaman medis dalam struktur yang tepat
seharusnya adalah komponen dalam transfer ini. 12
Telemedicine Indonesia (Temenin), sebuah layanan yang dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan. Dalam laman resmi Temenin disebutkan terdapat 4 layanan telemedis yang disediakan
yaitu radiologi, USG, elektrokardiografi, dan konsultasi. Dari laman yang sama, dijelaskan bahwa
telekonsultasi dimaksudkan untuk mempertemukan pasien dengan dokter ahli untuk
konsultasi online, mengetahui kondisi pasien, dan membuat rekomendasi pengobatan.11
Pelayanan Telemedicine yang diberikan mencakup 4 pelayanan utama :
A. Teleradiology
Teleradiologi merupakan pelayanan radiologi diagnostic dengan menggunakan transmisi
elektronik image dari semua modalitas radiologi beserta data pendukung dari Fasyankes
Peminta Konsultasi ke Fasyankes Pemberi Konsultasi, untuk mendapatkan Expertise
dalam hal penegakan diagnosis.
B. Teleelektrokardiografi

8
Teleelektrokardiografi merupakan pelayanan elektrokardiografidengan menggunakan
transmisi elektronik gambar dari semua modalitas elektrokardiografi beserta data
pendukung dari Fasyankes Peminta Konsultasi ke Fasyankes Pemberi Konsultasi, untuk
mendapatkan Expertise dalam hal penegakan diagnosis.
C. Teleultrasonografi
Teleultrasonografi merupakan pelayanan ultrasonografi obstetric dengan menggunakan
transmisi elektronik gambar dari semua modalitas ultrasonografi obstetrik beserta data
pendukung dari Fasyankes Peminta Konsultasi ke Fasyankes Pemberi Konsultasi, untuk
mendapatkan Expertise dalam hal penegakan diagnosis.
D. Telekonsultasi klinis
Telekonsultasi klinis merupakan pelayanan konsultasi klinis jarak jauh untuk membantu
menegakkan diagnosis, dan/atau memberikan pertimbangan/saran tata laksana.
Telekonsultasi klinis dapat dilakukan secara tertulis, suara, dan/atau video. Telekonsultasi
klinis harus terekam dan tercatat dalam rekam medis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

2.5 Contoh dan Alur Layanan Telemedicine


Beberapa layanan telemedicine yang dapat digunakan untuk mengonsultasikan kondisi
kesehatan antara lain Gojek-Halodoc, dan Alodokter. Layanan kesehatan digital tersebut
memberikan kemudahan berkonsultasi mengenai kondisi kesehatan tanpa harus pergi ke rumah
sakit.

Halodoc
Halodoc merupakan sebuah aplikasi yang berfokus tentang kesehatan. Halodoc
menawarkan pengguna aplikasi ini mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan secara mudah.
Dengan memanfaatkan aplikasi Halodoc, seorang pasien dapat mengakses layanan kesehatan yang
sebelumnya berbelit-belit menjadi lebih ringkas. Ia dapat memilih berhubungan dengan dokter
sesuai kebutuhan hanya lewat gadget ataupun laptop. Untuk berkomunikasi dengan dokter
menggunakan aplikasi halodoc konsultasi dokter, pengguna bisa memilih fitur voice, video
call atau chat. Halodoc mempunyai beberapa kelebihan di antaranya sebagai berikut : 4
a. Chat dokter.

9
Bagi yang memiliki masalah kesehatan atau butuh informasi kesehatan tertentu, mereka
bisa melakukan konsultasi langsung dengan dokter umum/spesialis di Halodoc, di mana
dan kapan saja. Dokter yang sedang aktif di aplikasi ditandai lampu hijau di samping
avatar mereka. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan layanan chat tanya dokter ini,
karena ada lebih 16 ribu dokter dari seluruh Indonesia sudah bergabung dengan aplikasi
Halodoc ini.
b. Beli obat
Bagi yang mau membeli obat, vitamin, perawatan wajah dan kulit, atau obat lainnya,
semuanya bisa dipesan melalui aplikasi Halodoc. Obat pesanan kita diantar langsung
dalam kondisi tersegel rapi. Obat pesanan diantarkan dari apotek terpercaya dalam waktu
60 menit. Layanan pengiriman obat tersedia 24 jam.
c. Buat Janji Dengan Dokter
Untuk beberapa kasus tertentu, masalah kesehatan yang di alami oleh pasien tidak hanya
bisa di jelaskan lewat konsultasi saja, harus ada pemeriksaan secara fisik oleh dokter guna
mendiagnosa secara tepat penyakit apa yang diderita pasien. Halodoc mempermudah
pengguna atau pasien buat janji dokter Guna melakukan tatap muka langsung dengan
dokter pengguna tidak perlu mendaftar secara fisik dan mengurus administrasinya yang
terkadang cukup melelahkan karena antrian yang lama.
d. Cek Laboratorium di Rumah
Prodia bekerjasama dengan Halodoc, memberikan layanan ini untuk mempermudah
pasien dalam memperoleh layanan kesehatan. Hasil cek laboratorium nantinya akan di
unggah di akun milik pengguna, sehingga pengguna tidak perlu repot untuk mengambil
hasil cek lab tersebut.
Cara menggunakan Halodoc (Registrasi terlebih dahulu)
1. Download Aplikasi Halodoc di Playstore
2. Klik 'Mulai' dan masukkan nomor HP-mu, lalu klik 'Verifikasi'
3. Masukkan 6 digit kode rahasia (OTP) yang dikirim melalui SMS ke nomor HP yang sudah
kamu daftarkan lalu klik 'Konfirmasi'
4. Selanjutnya lengkapi data dirimu di menu 'Profil' dengan klik icon pensil di kanan atas
5. Setelah kepesertaan sudah tervalidasi, kamu dapat menggunakan layanan dengan cara
berikut ini

10
6. Klik Hubungi Dokter (Contact Doctor) melalui: chat, voice call, dan video call.
7. Mendapatkan Rekomendasi Obat dari Dokter.
8. Melakukan pembelian obat di aplikasi Halodoc.
9. Obat yang dibeli akan diantarkan ke alamat tujuan.

Contoh Alur Layanan Telemedicine lainnya:


1. Mendaftarkan diri
Pasien melakukan pendaftaran melalui whatsup text di 0853-55**-****
2. Mendapatkan pesan konfirmasi
Pasien akan mendapatkan pesan singkat mengenai syarat – ketentuan, biaya konsultasi dan
biaya administrasi untuk Telemedicine
3. Mengirim bukti Trannsfer
Pasien mengirim bukti transfer ke admin Telemedicine ke wa admin 0853-55**-****
4. Mendapatkan link meeting dan Panduan layanan konsultasi online
Pasien mendapatkan link untuk konsultasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan..
5. Melakukan Telemedicine
Pasien melakukan Telemedicine ( konsultasi Online) dengan dokter.
6. Pengiriman obat gratis
Jika ada obat, petugas akan menginformasikan dan segera bayar melalui rekening yang
diberikan dan kami akan mengirim obat secara gratis sampai ke rumah anda.

2.6 Aspek Medikolegal pada Telemedicine


Saat ini banyak berkembang layanan konsultasi kesehatan online baik
berbasis website maupun aplikasi. Hal ini lebih tepatnya disebut dengan Telemedicine. Pasal 1
ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan (“Permenkes 20/2019”)
menerangkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pelayanan dan
informasi kesehatan, utamanya untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan
meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien.11
Pada ketentuan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 90 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan

11
Terpencil dan Sangat Terpencil, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.11

• Penyelenggara Telemedicine
Pelayanan telemedicine ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki surat izin
praktik di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) penyelenggara. Fasyankes penyelenggara
tersebut meliputi fasyankes pemberi konsultasi dan fasyankes peminta konsultasi. Fasyankes
pemberi konsultasi adalah fasyankes yang menerima permintaan dan memberikan pelayanan
konsultasi telemedicine, yaitu rumah sakit milik pemerintah pusat, daerah, dan swasta. Sedangkan,
fasyankes peminta konsultasi adalah fasyankes yang mengirim permintaan
konsultasi telemedicine, berupa rumah sakit, fasyankes tingkat pertama, dan fasyankes lain. Jenis-
jenis fasyankes tersebut jika merujuk pada Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (“PP 47/2016”) yang terdiri atas:
a. tempat praktik mandiri tenaga kesehatan;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. klinik;
d. rumah sakit;
e. apotek;
f. unit transfusi darah;
g. laboratorium kesehatan;
h. optikal;
i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum; dan
j. fasilitas pelayanan kesehatan tradisional.

• Pelayanan Telemedicine
Merujuk pada Pasal 12 ayat (2) dan (3) Permenkes 20/2019, aplikasi telemedicine
disediakan oleh Kementerian Kesehatan, namun jika pelayanan telemedicine menggunakan
aplikasi yang dikembangkan secara mandiri, aplikasi tersebut harus teregistrasi di Kementerian
Kesehatan.11

• Persyaratan Telemedicine

12
Pada pasal 8 menyebutkan “Fasyankes Pemberi Konsultasi dan Fasyankes Peminta Konsultasi
yang menyelenggarakan Pelayanan Telemedicine harus memenuhi persyaratan yang meliputi: a.
sumber daya manusia; b. sarana, prasarana, peralatan; dan c. Aplikasi”11
a. sumber daya manusia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a pada Fasyankes Pemberi Konsultasi terdiri
atas: a. dokter; b. dokter spesialis/dokter subspesialis; c. tenaga kesehatan lain; dan d.
tenaga lainnya yang kompeten di bidang teknologi informatika. Fasyankes Pemberi
Konsultasi dapat memiliki ahli lain di bidang kesehatan. Dokter spesialis/dokter
subspesialis dan ahli lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2)
merupakan sumber daya kesehatan yang memberikan Expertise dan memiliki kompetensi
sesuai dengan jenis Pelayanan Telemedicine.
b. (1) Sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan bangunan/ruang yang
digunakan dalam melakukan Pelayanan Telemedicine, dapat berdiri sendiri atau terpisah
dari area pelayanan.
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b paling sedikit meliputi listrik,
jaringan internet yang memadai, dan prasarana lain yang mendukung Pelayanan
Telemedicine.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b paling sedikit meliputi
peralatan medis dan nonmedis yang menunjang Pelayanan Telemedicine.
(4) Sarana, Prasarana, dan Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan,
dan laik pakai sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Aplikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c merupakan aplikasi Telemedicine
dengan sistem keamanan dan keselamatan data sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh
Kementerian Kesehatan. Dalam hal Pelayanan Telemedicine menggunakan aplikasi yang
dikembangkan secara mandiri, aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
teregistrasi di Kementerian Kesehatan. Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dalam rangka interoperabilitas data secara otomatis dan real time.
Interoperabilitas data sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa data agregat Pelayanan
Telemedicine.

13
• Hak dan Kewajiban dalam Pelayanan Telemedicine
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) dan (2) serta Pasal 18 ayat (1) dan (2) Permenkes
20/2019, dalam memberikan pelayanan telemedicine, fasyankes pemberi maupun peminta
konsultasi memiliki berbagai hak dan kewajiban, antara lain:11

Hukum konsultasi klinis dapat dilihat pada peraturan menteri kesehatan no 20 tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Yang
mengatur bagaimana hak dan kewajiban penyelenggara telemedicine beserta kelengkapan
penyelenggaraannya. Hukum mengenai efek samping pemberian obat dan dapat menimbulkan
reaksi alergi untuk saat ini belum ada hukumnya namun dilihat dari berbagai aspek diantaranya:

1. Dokter menciderai pasien sehingga termasuk malpraktek


2. Dokter memberikan ujaran palsu (akan tetapi yang kena hanya 1 pasien karena alergi)
3. Pasien tidak memberikan keterangan mengenai adanya alergi kepada dokter
4. Pasien tidak tau kalau memiliki alergi
Menimbang dari 4 contoh aspek tersebut, untuk mengetahui apakah termasuk hukum
pidana atau tidak harus melalui pembuktian yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia. Yang nantinya akan diputuskan apakah termasuk dalam pelanggaran atau
tidak. Hal ini dimuat dalam pasal 1 angka 14 UU Praktik Kedokteran yang berbunyi “Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan
ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu
kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi”.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Telemedicine berasal dari istilah telemedika yaitu kata 'tele' dalam Bahasa Yunani yang
berarti jarak atau jauh, sehingga telemedika adalah memberikan pelayanan kesehatan dari
jarak jauh. Telemedicine adalah praktek kesehatan dengan memakai komunikasi audio,
visual dan data, termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran
data medis dan diskusi ilmiah jarak jauh.
2. Percobaan telemedicine telah dilakukan pertama kali dengan mentransmisikan
rekaman EKG melalui jaringan telepon sistem analog. Setelah Perang Dunia ke-II (1945),
dikembangkan teknik pengiriman gambar-gambar medis tentang penyakit dan kelainan dari
pasien ke dokter. Sejumlah peneliti kedokteran pada saat itu telah melakukan kegiatan
pendidikan, interprestasi dan menegakkan diagnosis serta melakukan pengobatan psikiatri,
dan radiologi jarak jauh. Sejalan dengan kemajuan teknologi komputer dan sistem digital
saat ini, perkembangan telemedicine semakin berkembang. Peralatan kedokteran dapat
menghasilkan gambar digital secara langsung, selain itu juga dapat mengubah citra video
menjadi citra digital. Di era sekarang telemedika sudah berkembang lebih pesat. Penggunaan
ICT dalam dunia telemedika tidak hanya terbatas pada saat pasien di rawat di ruangan.
3. Dalam pelaksanaannya, telemedicine diterapkan dalam dua konsep yaitu real time
(synchronous) dan store-and-forword (asynchronous). Synchronous telemedicine
memerlukan kehadiran kedua pihak pada waktu yang sama, untuk itu diperlukan media
penghubung antara kedua belah pihak yang dapat menawarkan interaksi real time sehingga
salah satu pihak bisa melakukan penanganan kesehatan. Telemedicine dengan store-and-
forword (asynchronous telemedicine) mencakup pengumpulan data medis dan pengiriman
data ini ke seorang dokter (specialist) pada waktu yang tepat untuk evaluasi secara offline.
Jenis telemedicine ini tidak memerlukan kehadiran kedua belah pihak dalam waktu yang
sama.
4. Berbagai negara di dunia telah menerapkan Telemedicine, contohnya India, Amerika, dan
Jepang. Di Indonesia sendiri perkembangan telemedicine belum sepesat di negara lain. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh keterbatasan sumber daya manusia yang menguasai bidang

15
kesehatan dan teknologi informasi secara terpadu, dan masih minimnya infrastruktur untuk
menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan kesehatan yang menjadi suatu
permasalahan yang harus menjadi perhatian.
5. Beberapa layanan Telemedicine yang dapat digunakan untuk mengonsultasikan kondisi
kesehatan antara lain Gojek-Halodoc, dan Alodokter. Layanan kesehatan digital tersebut
memberikan kemudahan berkonsultasi mengenai kondisi kesehatan tanpa harus pergi ke
rumah sakit. Layanan yang disediakan beragam mulai dari layanan konsultasi hinga
pemeriksaan laboratorium di rumah. Secara garis besar, langkah-langkah untuk
menggunakan layanan Telemedicine adalah dengan melakukan registrasi terlebih dahulu,
kemudian memilih layanan yang diinginkan kemudian melakukan pembayaran.
6. Dalam pelaksanaannya layanan telemedicine di Indonesia mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan agar
pelaksanaanya berjalan dengan baik dan tertib.

3.2 Saran

Pemerintah dan pemberi layanan kesehatan diharapkan mampu memperbanyak penerapan


Telemedicine dan meningkatkan pemanfaatan Telemedicine melalui peningkatan infrastruktur
jaringan, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, dan pembentukan sistem Telemedicine
agar pelaksanaannya dapat lebih luas dan jangkauannya dapat mencapai berbagai pelosok negeri,
serta memaksimalkan sistem Telemedicine. Dokter diharapkan mampu memanfaatkan berbagai
teknologi dan sumber daya yang ada dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan dan
mampu memberikan layanan kesehatan melalui Telemedicine mulai dari konsultasi hingga
tatalaksana dan edukasi, terutama pada kondisi tidak dapat bertemu dengan pasien secara langsung
seperti pada pandemic COVID-19 ini.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Setiawan Santoso, Medina Rahmah, Trisnanti Setiasari PS. Perkembangan dan masa
depan telemedika di indonesia. Res Gate. 2015;2(100):8.
2. Sianipar BH. Kajian Kebijakan dan Hukum Kedirgantaraan KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN TELE-MEDISIN DI INDONESIA. Kebijak Pengemb Tele-Medisin
di Indones. 2015:1-21.
3. Anwar A. Aspek Hukum Penggunaan Telemedicine. Fiki 2013. 2013.
4. Jamil M, Khairan A, Fuad A. Implementasi Aplikasi Telemedicine Berbasis Jejaring
Sosial dengan Pemanfaatan Teknologi Cloud Computing. J Edukasi dan Penelit Inform.
2015;1(1). doi:10.26418/jp.v1i1.9930
5. Doumbouya MB, Kamsu-Foguem B, Kenfack H, Foguem C. Telemedicine using mobile
telecommunication: Towards syntactic interoperability in teleexpertise. Telemat
Informatics. 2014;31(4):648-659. doi:10.1016/j.tele.2014.01.003
6. Goddard EC, Hicks FC. Materials and Methods of Legal Research. Mich Law Rev.
1924;22(5):507. doi:10.2307/1278287
7. World Health Organization. Telemedicine: Opportunities and Developments in Member
States: Report on the Second Global Survey on EHealth 2009 (Global Observatory for
EHealth Series, Volume 2). Vol 18.; 2010. doi:10.4258/hir.2012.18.2.153
8. Mathur P, Srivastava S, Lalchandani A, Mehta JL. Evolving Role of Telemedicine in
Health Care Delivery in India. Prim Heal Care Open Access. 2017;07(01).
doi:10.4172/2167-1079.1000260
9. Ito J, Edirippulige S, Aono T, Armfield NR. The use of telemedicine for delivering
healthcare in Japan: Systematic review of literature published in Japanese and English
languages. J Telemed Telecare. 2017;23(10):828-834. doi:10.1177/1357633X17732801
10. Japanese Telemedicine and Telecare Association. Telemedicine in Japan. Japanese
Telemed Telecare Assoc. 2013. doi:10.1001/jama.1891.02410760029003
11. Menteri Kesehatan R. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2019 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. 2019:1-97.
12. Wang Z, Gu H, Zhao D, Wang W. A wireless medical information query system based on
Unstructured Supplementary Service Data (USSD). Telemed e-Health. 2008;14(5):454-
460. doi:10.1089/tmj.2007.0069

17

Anda mungkin juga menyukai