Anda di halaman 1dari 5

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Pendahuluan
Keselamatan kerja adalah proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan
dalam bekerja (Hadiguna 2009). Keselamatan kerja hendaknya menjadi satu kesatuan yang
utuh dan penting dalam proses praktikum dan penelitian. Bekerja di laboratorium harus teliti
dan selalu berhati-hati. Perlu diperhatikan bahwa setiap orang yang bekerja di laboratorium
harus selalu menganggap seluruh alat dan bahan berbahaya serta dapat menyebabkan
kecelakaan kerja di laboratorium, sehingga kewaspadaan perlu ditigkatkan selama bekerja di
laboratorium.

Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja di laboratorium


Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor manusia.
Aspek-aspek yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja di laboratorium dari kedua faktor
tersebut adalah:
1. Faktor Lingkungan
• Kesalahan konstruksi, contohnya: lantai tidak rata.
• Tata letak yang kurang menguntungkan, contohnya: ruang penyimpanan alat,
pencucian alat dan tempat mengolah bahan pangan berjauhan, letak antara lemari asam
dan zat kimia yang bersifat asam berjauhan.
• Penempatan peralatan dan bahan yang kurang baik, contohnya: sembarangan
meletakkan pisau, gas, atau zat kimia yang mudah terbakar dan mudah meledak
berdekatan dengan oven.
• Peralatan yang tidak memenuhi standard an tidak berfungsi dengan baik, contohnya:
alat rusak masih digunakan atau alat tidak terstandar SNI.
• Penerangan yang kurang baik.
• Ventilasi yang tidak cukup.
• Jumlah mahasiswa/peneliti yang melebihi batas tamping laboratorium.
• Lantai yang licin.
• Tidak tersedianya cara menggunakan alat (manual practice) yang baik dan benar.
2. Faktor Manusia
• Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
• Cacat tubuh yang tidak kentara.
• Kesalahan dalam menggunakan peralatan baik yang elektronik maupun non elektronik.
• Kesalahan dalam menggunakan api dan alat pemanas.
• Tidak memahami prosedur praktikum / penelitian dengan baik dan benar.
• Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.
• Tidak memahami prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium.
• Tidak mengetahui dan tidak membaca simbol-simbol keselamatan kerja di
laboratorium.
• Bekerja terlalu tergesa-gesa sehingga dapat menyebabkan terpeleset.
• Menggunakan sepatu dan baju yang tidak aman.
• Bekerja sendiri tanpa ditemani oleh teknisi laboratorium.
• Sengaja tidak peduli terhadap apa yang dikerjakan.
• Bersikap meremehkan pekerjaan.
• Menggunakan laptop, notebook, atau alat komunikasi telepon genggam pada saat
bekerja di laboratorium dapat mengganggu konsentrasi bekerja.
• Menggunakan perhiasan di jari ataupun di tangan seperti cincin, gelang, jam tangan,
dan sebagainya.

Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja yang Mungkin Terjadi di Laboratorium Kimia dan


Pencegahannya
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia meliputi bahan-bahan
kimia berbahaya yang perlu dikenal jenis, sifat, cara penanganan dan penyimpanan; teknik
percobaan seperti pencampuran bahan, distilasi, ekstraksi, reaksi kimia dan; sarana
laboratorium seperti gas, air, listrik, lemari asam, dan sebagainya.
1. Kecelakaan karena teknik percobaan
Teknik percobaan seperti pencampuran bahan kimia, distilasi, ekstraksi, destruksi dan lain
sebagainya dapat menyebabkan keccelakaan kerja di laboratorium kimia. Hal ini dapat
diminimalkan dnegan cara sebelum bekerja, mahasiswa/peneliti harus benar-benar
mengetahui bahan-bahan kimia yang digunakan serta prosedur yang baik dan benar.
2. Kecelakaan karena bahan kimia
Banyaknya bahan-bahan kimia di laboratorium menjadikan bahan ini sebagai faktor risiko
terbesar terjadinya kecelakaan kerja. Setiap bahan kimia memeiliki efek negative yang
berbeda-beda. Beberpa kecelakaan kerja yang mungkin terjadi karena bahan kimia antara
lain (Imamkhasani 1986):
a) Keracunan, akibat masukanya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru, mulut,
dan kulit. Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang kesadaran atau gangguan
kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun bekerja.
b) Iritasi, akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya peradangan pada kulit,
mata, dan saluran pernapasan.
c) Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif.
Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja oleh bahan kmia dapat dihindari melalui:
✓ Mengetahui cara penggunaan alat yang baik dan benar seperti penggunaan pipet dan
sebagainya.
✓ Menggunakan alat-alat yang spesifikasinya sesuai dengan bahan kimia yang digunakan,
seperti menggunakan alat gelas yang gelap untuk bahan kimia yang mudah rusak oleh
cahaya.
✓ Penanganan bahan-bahan kimia berbahaya dnegan baik dan benar. Hati-hati dalam
menyimpan bahan kimia. Jangan pernah menyimpan bahan-bahan kimia yang tidak
kompatibel berdekatan, misalnya asam asetat dengan asam nitrat, asam aseton dnegan
asam sulfat pekat atau asam nitrat.
✓ Selalu menganggap seluruh bahan kimia berbahaya, dan berhati-hati dalam
menggunakannya.
✓ Simpan bahan kmia dalam jumlah/volume sesedikit mungkin dan secukupnya di atas
meja kerja.
✓ Jangan letakkan bahan kimia di tempat yang memungkinkan terjatuh.
✓ Jangan sekali-sekali memipet bahan kimia dengan mulut.
✓ Jangan membuang bahan kimia di sembarang tempat. Sebelum membuang bahan kimia
yang bersifat asam atau basa kuat sebelumnya harus dilakukan pengenceran dengan air
terlebih dahulu.
✓ Penggunaan bahan kimia yang membahayakan pernapasan seperti kloroform, hydrogen
sulfide, dan bahan lainnya harus di ruang asam atau tempat yang ventilasinya baik.
✓ Mengetahui simbol atau arti simbol yang tertera pada bahan kimia.
3. Luka Bakar
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas yang kering misalnya oven atau pan yang
panas, maupun oleh panas yang kering misalnya air panas atau uap panas. Kedua
jenis panas ini dapat menyebabkan luka yang serius dan menimbulkan rasa sakit.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar
adalah:
✓ Gunakan jas lab berlengan panjang. Apabila lengan baju terlalu panjang, lipat hingga
pergelangan tangan. Pada saat ingin mengangkat alat ataupun larutan panas, lipat
lengan jas lab hingga setengah siku.
✓ Selalu gunakan lap kering atau gegep penjepit jika hendak mengambil, mengangkat,
atau membawa alat dan bahan kimia yang panas.
✓ Jangan meletakkan atau menyimpan larutan panas pada rak di atas garis pandang mata.
✓ Buka pintu oven panas sedikit demi sedikit dengan hati-hati.
✓ Hati-hati pada waktu menyaring atau menuang cairan panas.
4. Luka Tergores atau Terpotong Benda Tajam
Alat gelas yang pecah atau retak dapat menyebabkan luka tergores. Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka tergores adalah:
✓ Gunakan alas atau rak tabung bila membawa alat gelas/porselen.
✓ Pergunakan sapu dan pengki untuk membersihkan pecahan yang besar dan gunakan lap
basah untuk pecahan kecil.
✓ Pisahkan sampah pecahan alat gelas dengan sampah lainnya.
✓ Jangan menggunakan alat gelas/porselen atau alat lain yang sudah retak maupun pecah.
5. Kebakaran
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran
adalah:
✓ Jangan pernah menyalakan api di dalam laboratorium kimia.
✓ Selalu sediakan alat-alat pemadam api rinagan (APAR) atau fire extinguisher.
✓ Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
✓ Ketahui aturan penanggulangan kebakaran pada laboratorium kimia.
✓ Ketahui letak APAR.
✓ Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar.
✓ Matikan aliran listrik bila tidak digunakan.
✓ Jangan merokok di dalam laboratorium.
Standar Operasional Bekerja di Laboratorium Kimia Departemen Gizi Masyarakat
untuk Pencegaham Kecelakaan Kerja
Terdapat standar operasional bekerja di laboratorium kimia sebagai upaya pencegahan
kecelakan kerja, di antaranya adalah:
1. Wajib mengenal lingkungan kerja
Mahasiswa/peneliti yang akan dan/atau sedang bekerja di laboratorium kimia harus
mengenali lingkungan kerjanya serta menaati seluruh pedoman-pedoman keselamatan
kerja serta peraturan di laboratorium kimia.
2. Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri yang digunakan di laboratorium kimia mencakup perlengakapan
pakaian yang ditentukan oleh pengunaan sarung tangan pada waktu tertentu.
3. Letakkan tas dan benda lain yang tidak diperlukan pada tempat yang telah disediakan.
4. Sebelum bekerja, pastikan seluruh jendela terbuka lebar dan alat sirkulasi udara dalam
kondisi menyala.
5. Sebelum memulai percobaan/eksperimen, perlu diperiksa apakah tersedia waktu yang
cukup untuk menyusun percobaan/eksperimen sesuai alokasi waktu. Jika tidak maka perlu
diputuskan waktu percobaan dapat dihentikan dengan aman pada selang waktu tertentu
tanpa memberikan kerugian.
6. Dilarang bermain-main atau bercanda di laboratorium.
7. Cucilah tangan baik-baik dengan air dan sabun sebelum dan sesudah bekerja di
laboratorium.
8. Tangan tidak boleh menyentuh mulut dan bibir selama bekerja menggunakan bahan kimia.
9. Tidak boleh terlalu sering berbicara selama bekerja.
10. Dilarang makan, merokok, dan minum di laboratorium kimia.
11. Jika bekerja dengan asam kuat seperti HCl, bahan-bahan yang bersifat toksik atau korosif
dan/atau gas, uap atau aerosol, bekerjalah di tempat khusus (lemari asam).
12. Pastikan lemari asam bekerja dnegan baik sebelum digunakan dan matikan kembali setelah
digunakan.
13. Jika ada bahan kimia yang tumpah, bersihkan segera dan menyeluruh dengan lap atau
kertas tissue. Jika tidak mampu mengatasi keadaan, laporkan kepada teknisi laboratorium,
asisten, atau dosen.
14. Berilah label yang jelas pada setiap larutan atau zat kimia yang disiapkan. Cantumkan nama
larutan dan tanggal larutan tersebut dibuat. Bagi yang akan menggunakan zat kimia
hendaknya dilakukan secara hati-hati. Dilarang keras mengambil zat kimia tanpa seijin atau
tanpa sepengetahuan teknisi laboratorium/penanggung jawab lan.
15. Dilarang keras membuang zat kimia secara sembarangan. Semua zat kimia hasil
praktikum/penelitian harus dibuang pada tempat nya agar tidak mencemari lingkungan.
16. Apabila terjadi kecelakaan kerja hendaknya segera ditangani sesuai dengan prosedur, dan
segera melaporkan kepada teknisi laboratorium, asisten, dosen, atau pegawai bersangkutan.
17. Apabila terjadi kerusakan alat selama praktikum/penelitian harus segera dilaporkan kepada
kepala teknisi laboratorium atau asisten. Apabila kerusakan disebabkan karena
kecerobohan pada saat praktikum/penelitian, maka biaya kerusakan ditanggung oleh
mahasiswa/peneliti yang bersangkutan.
18. Jangan tinggalkan alat bekerja sendiri tanpa ada pengawasan.
19. Baca prosedur manual penggunaan alat sebelum menggunakannya.
20. Jaga agar lingkungan kerja selalu rapi dan bersih.
21. Bersihkan meja kerja setiap selesai praktikum/penelitian.
22. Letakkan kembali alat-alat dan bahan-bahan praktikum/penelitian termasuk zat kimia pada
tempatnya.
23. Buanglah sampah di tempat yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai