Anda di halaman 1dari 31

1

B A B 3

Ikatan
Kimia
KIMIA
CHEMISTRY

Departemen Kimia | ITS


2

IKATAN IONIK

• Ikatan ionik terbentuk jika salah satu atom yang membentuk


ikatan melepas elektron dan atom lainnya menangkap elektron

• Atom yang dapat melepas elektron mempunyai potensial ionisasi


yang rendah.

• Atom yang mempunyai kemampuan cukup besar untuk


menangkap electron memiliki afinitas electron yang cukup besar.

Departemen Kimia | ITS


3

IKATAN IONIK
• Atom I dan II mempunyai beda elektronegatifitas besar. Contoh,
molekul NaCl dari atom Na dan Cl. Ada 3 tahap pembentukan
NaCl dalam fasa gas:
Na(g) → Na+ + e- ∆H1 = 495 kJ/mol
½ Cl2(g) + e- → Cl- ∆H2 = - 349,0 kJ/mol

Departemen Kimia | ITS


4

IKATAN KOVALEN

• Terjadi penggunaan bersama pasangan elektron dari atom-atom


yang membentuk ikatan.
• Ikatan kovalen terbentuk jika atom-atom yang membentuk ikatan
mempunyai elektronegatifitas sama atau berbeda sedikit.
• Pasangan elektron dapat berasal dari kedua atom yang
membentuk ikatan atau dari salah satu atom.

Departemen Kimia | ITS


5

STRUKTUR LEWIS

Jika pasangan e⁻ bebas digambarkan pada atom Cl dalam struktur


molekul HCl, maka penulisan tersebut disebut penulisan Struktur Lewis.

Tahapan penulisan struktur Lewis


1. Tentukan kerangka atom yang akan berikatan sesimetri mungkin
dengan syarat:
• Pilih atom pusat:unsur yang kurang elektronegatif, kecuali atom H
• Atom O tidak diikatkan dengan atom O lain kecuali dalam senyawa
O₂ ,O₃ ,O₂²¯, O₂¯
• Untuk asam oksi, atom H diikatakan ke atom O, bukan ke atom
pusat.

Departemen Kimia | ITS


6

2. Jumlahkan semua e¯ yang diperlukan (N) untuk mencapai aturan


oktet.
3. Hitung jumlah e¯ yang tersedia (e¯ valensi)/A untuk semua atom.
Jika berupa ion negatif, tambahkan muatan total yang ada. Jika
berupa ion positif, kurangi dengan jumlah muatan yang ada.
4. Kurangkan jumlah e¯ pada langkah 2 dan 3 (N – A) = S sebagai Σ e¯
ikatan.
5. Letakkan sisa e¯ sebagai elektron bebas untuk menuju oktet. Jika
atom pusat tidak oktet, maka dapat dibentuk ikatan rangkap 2 atau
3. Ikatan rangkap 2 terbentuk antara atom-atom C,N,O,S. Ikatan
rangkap 3 biasanya hanya ada pada atom-atom C,N dan O.
6. Tempatkan e¯ yang tersisa sebagai pasangan e¯bebas.

Departemen Kimia | ITS


7

• Contoh : struktur Lewis pada H₂SO₄


1. Kerangka: O
H O S O H
O
2. Jumlah e¯ yang diperlukan (N):
N = 2 x 2 (atom H) + 1 x 8 (atom S) + 4 x 8 (atom O)
= 4 + 8 + 32 = 44 e¯
3. Jumlah e¯ yang tersedia /e⁻ valensi (A):
A = 2 x 1 (atom H) + 1 x 6 (atom S) + 4 x 6 (atom O)
= 2+6+24= 32
4. Jumlah e¯ yang akan dipasangkan sebagai ikatan/jumlah elektron
ikatan :
S = N – A = 44 – 32 = 12 (6 pasang e¯)

Departemen Kimia | ITS


8

Struktur H₂SO₄ dengan pasangan e⁻ ikatan


O
H O S O H
O

5. Letakkan sisa e¯ sebagai pasangan e¯ bebas (A – S)


32 – 12 = 20 (10 pasang elektron bebas)

O
H O S O H
O
Departemen Kimia | ITS
9

Beberapa Keadaan dimana Aturan Oktet Tak Terpenuhi

1. Molekul dengan elektron gasal pada atom pusat


O
N N O
O
2. Molekul yang kekurangan elektron pada atom pusat
Contoh : BF₃ ; BCl₃ ; BeF₂

3. Molekul dengan perluasan kulit valensi pada atom pusat


Contoh : PX₅ (PF₅)

Departemen Kimia | ITS


10

MUATAN FORMAL
Adalah muatan hipotetik pada setiap atom, dimana jumlah muatan formal sama
dengan jumlah muatan senyawa kovalen tersebut. Muatan formal dapat dihitung
sebagai berikut:
Muatan formal (MF) = elektron valensi - ½ (jumlah elektron ikatan) -
jumlah elektron yang tak berpasangan

Contoh, MF dalam H₂SO₄


O O
• Setiap H = 1 - ½(2) – 0 = 0
• Setiap O ki/ka = 6-H
½(4)O– 4 S
=0 O H H O S O H
• Setiap O ats/bwh = 6 - ½(2) – 6 O
=-1 O
• MF S = 6 - ½(8)
(1) 4–ikatan
0 = +2 S-O (2) 2 ikatan S-O
• MF total = 2x0(H) + 2x0(O) + 2x(-1)[O] + 1x2(S) = 0 2 ikatan S=O
Departemen Kimia | ITS
11

BILANGAN STERIK
• Bilangan sterik (SN) dapat digunakan untuk menentukan bentuk
geometri molekul.
SN = Σ atom yang terikat pada atom pusat + Σ pasangan e¯ bebas
pada atom pusat.
• Contoh, untuk H₂SO₄, nilai SN = 4 + 0 = 4
• SN bervariasi dari 2 – 6, umumnya 2, 3, 4
• SN menggambarkan besar sudut ikat pada atom pusat
• SN = 2 ≈ 2 ikatan, sudut ikat = 180⁰ (linear)
• SN = 3 ≈ 3 ikatan, sudut ikat = 120⁰ (∆ planar)
• SN = 4 ≈ 4 ikatan, sudut ikat = 109⁰ (tetrahedral)
• SN hanya memberi gambaran penataan ruang pasangan ikatan

Departemen Kimia | ITS


12

IKATAN KOVALEN POLAR DAN NON POLAR

Ikatan kovalen dapat bersifat polar atau non polar.


1. Ikatan Kovalen Non Polar
Terbentuk akibat distribusi elektron antara dua atom yang
berikatan tepat sama untuk masing masing atom atau densitas
elektronnya simetri diantara kedua inti atom. Momen dipol
molekul memiliki total sama dengan nol.
Contoh : Ikatan pada molekul H2, O2, N2, F2, dan Cl2

Departemen Kimia | ITS


13

2. Ikatan Kovalen Polar


Terbentuk akibat distribusi elektron antara dua atom yang
berikatan tidak sama untuk masing masing atom atau densitas
elektronnya tidak simetri diantara kedua inti atom. Momen
dipol molekul memiliki total tidak sama dengan nol.

Departemen Kimia | ITS


14

HIBRIDISASI MOLEKUL

Hibridisasi orbital-orbital atom dapat dibedakan menjadi 2


macam, yaitu hibridisasi pada ikatan kovalen dan
hibridisasi pada senyawa koordinasi
Hibridisasi pada Ikatan Kovalen
Suatu atom berikatan tanpa didahului terjadinya ionisasi, contoh : CH4

Departemen Kimia | ITS


15

Hibridisasi pada Senyawa Koordinasi


• Hibridisasi senyawa koordinasi = ikatan kovalen. F

Yang membedakan sebelum terjadi hibridisasi,


F
atom pusat mengalami ionnisasi dan yang Co
F
F
terhibridisasi adalah orbital² yang akan berikatan F

dengan ligan.
F
• Contoh, ion {CoF₆}³¯ dan {Co(NH₃)₆}³⁺
NH3
• ₂₇Co : [Ar] 3d⁷ 4s² 4p⁰ Co³⁺ : [Ar] 3d⁶ 4s⁰ 4p⁰
4d⁰ NH3
NH3
Co
• Jika ion Co³⁺ mengikat 6 ion F¯, orbital hibrida
H3N
NH3
yang di pakai adalah orbital hibrida sp³d²
dengan geometri oktahedral, pasangan e¯ ligan
NH3

menempati orbital hibrida.

Departemen Kimia | ITS


16
ION {Co(F₆) ³-}
Untuk ion {Co(F₆) ³-}, ligan F- bersifat mendorong e¯, orbital 3d yang terisi
6e¯ mengalami penataan dan orbital hibrida yang digunakan d²sp³. Bentuk
geometrinya tetap oktahedral.
Co³⁺ : [Ar] 3d⁶ 4s⁰ 4p⁰ 4d⁰

Adanya e¯ tak berpasangan dalam ion kompleks menyebabkan perbedaan


sifat magnetik. Hubungan jumlah e¯ tak berpasangan dengan sifat magnet
adalah µ
Departemen Kimia | ITS
17

ION {Co(NH₃)₆}³⁺

Untuk ion {Co(NH₃)₆}³⁺, ligan NH₃ bersifat mendorong e¯, orbital 3d


yang terisi 6e¯ mengalami penataan dan orbital hibrida yang
digunakan d²sp³. Bentuk geometrinya tetap oktahedral.
Co³⁺ : [Ar] 3d⁶ 4s⁰ 4p⁰ 4d⁰

Departemen Kimia | ITS


18

Momen Magnetik

Hubungan antara elektron tak berpasangan dengan momen


kemagnetan suatu ion kompleks adalah:
µ = 𝑛 (𝑛 + 2) ................................................... (3.3)
Dengan : µ adalah jumlah elektron yang tidak berpasanga
µ adalah momen kemagnitan dalam Bohr Magneton (BM)

Jika µ sama dengan nol (µ =0) bersifat diamagnetik dan jika harga µ
lebih besar dari 0 (µ > 0) bersifat paramagnetik.

Departemen Kimia | ITS


19

Sehingga untuk ion kompleks yang mempunyai elektron tak


berpasangan sebanyak:
1. Besarnya momen magnetik (µ) = 1 (1 + 2) = 1,7 BM

2. Besarnya momen magnetik (µ) = 2 (2 + 2) = 2,33 BM

3. Besarnya momen magnetik (µ) = 3 (3 + 2) = 3,9 BM


dan seterusnya

Departemen Kimia | ITS


20

TEORI ORBITAL MOLEKUL

Tiap orbital molekul dicirikan oleh empat bilangan kuantum, yaitu


bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum momen sudut (l),
bilangan kuantum magnetik (m) dan bilangan kuantum spin (s).

Nilai masing-masing bilangan kuantum :


n : 1,2,3,4,5,….dst.
l : (n-1)
m : -l,…,…,+l
s : -½ dan +½

Departemen Kimia | ITS


21

TEORI ORBITAL MOLEKUL

Tiap orbital molekul dicirikan oleh empat bilangan kuantum, yaitu


bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum momen sudut (l),
bilangan kuantum magnetik (m) dan bilangan kuantum spin (s).

Nilai masing-masing bilangan kuantum :


n : 1,2,3,4,5,….dst.
l : (n-1)
m : -l,…,…,+l
s : -½ dan +½

Departemen Kimia | ITS


22

Linear Combination of Atomic Orbital

Bonding Orbital

Anti Bonding Orbital

Departemen Kimia | ITS


23
Untuk molekul dwiatom homonuklir

Departemen Kimia | ITS


24
Orde Ikatan

Yaitu setengah dari selisih jumlah electron dalam orbital ikatan


dengan jumlah elektron dalam orbital anti ikatan

Departemen Kimia | ITS


25

POLARITAS IKATAN

• Distribusi elektron diantara atom-atom yang mengadakan


ikatan kimia sangat tergantung pada nilai elektronegatifitas
masing-masing atom.
• Perbedaan distribusi elektron mengakibatkan terjadinya
polarisasi

Departemen Kimia | ITS


26

IKATAN LOGAM, IKATAN HIDROGEN,


DAN IKATAN VAN DER WAALS

Ikatan Logam

Logam bersifat kurang elektronegatif sehingga elektron valensi relative terikat lemah yang
menyebabkan electron valensi bergerak bebas diseluruh sistem logam. Interaksi antara
ion positif dari logam dan electron valensinya menghasilkan Ikatan Logam.

Departemen Kimia | ITS


27

IKATAN LOGAM, IKATAN HIDROGEN,


DAN IKATAN VAN DER WAALS

Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen adalah ikatan antara hidrogen yang terikat pada atom yang bersifat
elektronegatif dengan atom yang bersifat elektronegatif dari molekul lain atau molekul yang
sama

Departemen Kimia | ITS


28

Ikatan van der Waals


Terjadi antara molekul-molekul yang berikatan secara kovalen (misal: gas) yang
disebabkan oleh gaya tarik antar molekul.

Departemen Kimia | ITS


29

RESONANSI

Perpindahan pasangan elektron (PEB/π) dari satu tempat ke tempat lain yang
berdekatan.

1 2

Departemen Kimia | ITS Gambar 3… Resonansi Molekul SO2


Referensi 30

• Brady, J.E., 1990, “General Chemistry: Principles and Structure”, 5th


Edition, New York, USA: John Wiley and Sons (WIE)
• Chang, R., 2010, “Chemistry”, 10th Edition, New York, USA: McGraw
Hill
• Petrucci, R.H., Harwood, W.S. dan Herring, F.G., 2002, “General
Chemistry: Principles and Modern Application”, 8th Edition, USA:
Prentice Hall

Departemen Kimia | ITS


31

TERIMA KASIH

Departemen Kimia | ITS

Anda mungkin juga menyukai