Anda di halaman 1dari 3

KISAH TIGA RAKSASA

MURNI LESTARI SPd.

DAHULU Di Suatu Daerah di Nusantara ada sebuah kerajaan yang di pimpin oleh seorang Raja
Azar bernama prabu Saka Domas bernama Prabu Saka Domas yang memeluk kepercayaan
Animisme dan dinamisme Kepercayaan Animisme Adalah kepercayaan Terhadap Adanya roh- roh
yang memahami benda, Seperti Batu, Sungai Gunung pohon yang besar, dan lain-lain. Sedangkan
Dinamisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa sebuah benda memiliki kekuatan dan
dapat mempengaruhi kehidupan manusia

Raja dan Rakyatnya memiliki kesaktian, Ya itu bisa menghilang dan malih rupa atau merubah
wujud dirinya menjadi seekor binatang, ataupun benda-benda lainya. Banyak Cerita Mistik dan
Kegaiban yang berasal dari kerajaan tersebut. Mereka Menpunyai ilmu kebatinan yang tinggi,
Oleh karenanya orang menyebut daerah itu dengan nama Banten yang berasal dari Kata Batin.

Prabu Saka Domas mempunyai dua orang patih yang sakti bernama Azar Jong dan Ajar Jo Selain
itu Prabu Saka Domas juga mempunyai prajurit-prajurit yang tak kalah saktinya. Diantara prajurit-
prajurit itu ada sepasang suami istri yang dengan setia mengabdi pada Prabu Saka Domas, suami
istri yang sakti itu bernama Azar Ja dan Nyi Ki’am

Pada Tahun 1525 Sultan Maulana Hasanudin putra dari Sunan Cunung Jati yang merupakan salah
seorang dari Wali Songo mengislamkan Banten Utara secara berangsur-angsur, yang tidak masuk
Islam mengungsi ke Parahyangan, Cibeo, Kanekas Baduy, dan Rangkas Bitung. Azar Jong, Azar Jo,
Azar Ja dan Nyi Ki’am masuk Islam. Setelah masuk Islam Azar Jong dan Azar Jo diganti namanya
oleh Sultan Maulana Hasanudin menjadi Mas Jong dan Agus Jo.

Tada suatu ketika Sultan Hasanudin ditantang mengadu ayam jago oleh Prabu Saka Domas dan
ayam Sultan Maulana Hasanudin ternyata kuat dan tangguh sehingga ayam jago Parabu Saka
Domas menyerah kalah. Namun Karena keangkuhan dari Prabu Saka Domas, ia tetap tidak mau
masuk Islam meskipun banyak dari rakya.nya yang telah menjalaninya. Prabu Saka Domas
melarikan diri dan dikejar oleh Mas Jong dan Agus Jo dan Akhirnya tertangkap.

Ketika tertangkap Prabu Saka Domas dipukuli dan dibacakan kalimat-kalimat Allah, ketika itulah
Prabu Saka Domas menghilang, menurut Sultan Maulana Hasanudin Prabu Saka Domas
ditakdirkan Allah SWT masuk ke dalam golongan setan.

Pada Tahun 1548 Sultan Maulana Hasanudin memperluas daerahnya ke. Lampung Pada Tahun
1550 terus meluas ke Sunda Kelapa (Jayakarta) yang sekarang menjadi Jakarta dan dijadikan
sebagai Bandar Banten Ke 2

Pada jaman kekuasaan Sultan Maulana Hasanudin daerah Bandar Banten sangat ramai dan
banyak pedagang-pedagang dari pelayaran lain yang datang dari berbagai negara yang melakukan
perdagangan dengan orang orang di Banten.

Pada tahun 1596 Belanda datang ke Banten yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman, mereka
disambut dengan baik oleh rakyat Banten, dengan harapan mereka akan menjadi mitra dagang.
Namun Belanda menunjukan sikap buruknya dengan memberlakukan monopoli perdagangan,
sehingga pecahlah perang antara Banten dan Belanda. Seluruh rakyat Banten ikut serta berperang
termasuk prajurit dan pasangan suami istri sakti Azar Ja dan Ki’am. Namun rakyat Banten sering
mengalami kekalahan, karena persenjataan Belanda lebih modern Sedangkan rakyat Banten
hanya bersenjata tradisional.

Suatu hari Nyi Ki’am bermimpi. Dalain mimpinya ia bertemu dengan Kanjeng Sunan Gunung Jati
yang memerintahkan kepadanya agar pergi ke suatu daerah yang dihuni oleh tigaraksa sakti untuk
meminta mereka bertiga membantu mengusir Belanda dari tanah Banten. Sedangkan suaminya
diperintahkan agar pergi ke Jayakarta untuk membantu pasukan Jayakarta melawan Belanda yang
juga sedang berperang mempertahankan Jayakarta

Keesokan harinya Nyi Ki’am meminta suaminya agar pergi ke Jayakarta untuk membantu
pasukan Jayakarta melawan pasukan Belanda. Sedangkan Nyi Ki’am sendiri pergi ke daerah yang
dihuni oleh tiga raksasa

Seminggu kemudian sampailah Nyi Ki’am ke tempat yang dituju. Dengan mengamati tempat itu
yang ditumbuhi oleh pohon pohon yang sangat besar. Di sanalah tiga raksasa itu tinggal. Tiga
raksasa itu ternyata terdiri atas dua laki laki dan satu perempuan. Satu raksasa laki laki berbadan
tinggi dan kurus, ia sering sekali merasa tidak percaya din Sedangkan raksasa yang perempuan
senang bersolek dan mandi bunga agar badannya menjadi wangi. Nyi Ki’am menemui ketiga
raksasa tersebut dan ia mengutarakan maksud dari kedatangannya. Setelah mendengarkan cerita
dari Nyi Ki’am, sebagai rakyat yang patuh pada rajanya tiga raksasa itu mau diajak bekerja
melawan pasukan Belanda.

Tatkala mereka berperang melawan Belanda, dengan kesaktiannya ketiga raksasa itu berubah
menjadi tiga peluru meriam, sedangkan Nyi Ki’am berubah menjadi meriamnya. Ketiga Peluru
tersebut ditembakan dengan meriam Nyi Ki'am ke medan pertempuran. Maka ketiga peluru
tersebut berubah kembali menjadi tiga raksasa yang mengamuk, memporakporandakan pasukan
Belanda hingga lari tunggang langgang Dahsyatnya tenaga tiga raksasa tersebut menyebabkan
pohon pohon di sekitarnya tumbang atau rubuh dan menghatam semua pasukan Belanda hingga
tewas. Orang orang mengenal meriam Nyi Ki'am dengan nama Meriam Ki Amuk, kerena pelurunya
yang suka mengamuk.

Pada Suatu hari, Belanda menyerang tiba tiba dan seperti biasa, mereka mendapat perlawan
dari rakyat Banten. Nyi Ki'am dan ketiga raksasa itu pun beraksi. Belanda kabur melewati kebun
durian yang luas Ketiga raksasa itu mengamuk di kebun durian, kemudian pohon durian itu
bertumbangan. Yang kini daerah tersebut diberi nama dengan Kadu Muban yang artinya durian
tumbang atau rubuh, suatu desa yang ada di daerah Pandeglang

Belanda terus berlari dan dikejar oleh dua raksasa. sedangkan raksasa yang paling besar tidak
ikut mengejar, ia sedang asyik memakan buah durian yang pohonnya Tumbang Raksasa besar itu
tidak mempedulikan keadaan sekitar la terus saja melahap buah durian kesukaannya. Sementara
itu dua raksasa terus berjuang melawan Belanda Pasukan Belanda berkeyakinan bahwa kesaktian
orang Indonesia akan hilang apabila ditembak dengan peluru emas Sama seperti Si Pitung yang
mati ditembak Belanda dengan menggunakan peluru emas. Maka Belanda pun menembaki dua
raksasa itu dengan peluru emas.

Dua peluru emas yang ditembakan kepada dua raksasa yang mengejar pasukan Belanda
mengenai dua raksasa tersebut. Namun raksasa tersebut tidak mati, hanya kesaktiannya saja yang
hilang. Selanjutnya kedua raksasa itu lalu ditangkap dan disiksa oleh Belanda Belanda juga dapat
melumpuhkan raksasa besar penggemar buah durian teman dari kedua raksasa yang lebih dulu
dilumpuhkan oleh Belanda. Sedangkan meriam Ki Amuk oleh Belanda disiram dengan air kotor
hingga tidak bisa lagi berubah wujud menjadi manusia biasa Rahasia tersebut dibocorkan oleh
raksasa kurus karena ia Tidak tahan dipukul dan disiksa terus menerus oleh Relanda.

Mendengar istrinya tidak bisa lagi kembali berubah menjadi manusia, Azar Ja pun mengubah
dirinya menjadi Meriam Si Jagur Selanjutnya Meriam Si Jagur memerintahkan salah seorang
prajurit Jayakarta untuk menyiramkan air kotor kepadanya dan Meriam Si Jagur Pun tidak bisa
kembali berubah wujud menjadi Azar Ja sebagai tanda kesetiaannya kepada istri tercinta. Saat ini
Meriam Si Jagui ada di depan Museum Fatahillah. Jakarta Sedangkan Meriam Ki Amuk disimpan di
depan museum Banten

Dalam keadaan kalah dan bersedih, ketiga raksasa itu pergi ke sebuah daerah yang jauh dari
kancah perang Mereka menetap di sana sampai akhir hayatnya.

Raksasa peremuan mencari tempat yang ada kolam besar dan bunganya untuk bersolek dan
mandi bunga. Tempat itu dikenal sebagai Cisoka. Ci artinya air dan soka adalah nama bunga
Raksasa besar penggemar buah durian mencari lahan atau tempat yang banyak duriannya la pun
menemukann tempat itu, di sebuah kebun durian yang sangat luas dengan pohon durian yang
berbuah lebat dan besar besar. Hingga kini tempat itu dinamakan Kaduagung, yang artinya durian
besar.

Sedangkan raksasa kurus, yang sangat menyesal karena telah membocorkan rahasia Nyi Ki’am
kepada Belanda hingga Nyi Ki’am menjadi Ki Anuk untuk selamanya. Raksasa kurus itu mengutuk
dirinya sendiri. La terus masuk ke dalam hutan dan menyebut daerah itu sebagai daerah kutukan,
Seiring dengan perkembangan jaman nama daerah kutukan tersebut dianggap menyeramkan,
karena itu namanya diubah menjadi Kutruk

Pada akhirnya ketiga namna tersebut, yaitu Cisoka, Kaduagung, dan Kutruk yang secara
kebetulan berada di wilayah Kabupaten Tangerang. Untuk mengabadikan nama dari tiga raksasa
itu, maka nama tersebut diubah menjadi Tigaraksa, yakni menjadi daerah yang sangat

Penting sebagai cikal bakal wilayah Kabupaten Tangerang.

Demikianlah akhir dari kisah Tiga Raksasa, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari
cerita tersebut di atas. Dalam hidup kita tidak boleh dan jangan hanya mementingkan kesenangan
sendiri. Dalam keadaan apapun kita harus tetap bisa menjaga rahasia dan amanah demi
mempertahankan harga diri bangsa yang telah diinjak injak oleh bangsa lain Seperti pepatah lama
mengatakan biarlah pecah diperut asal jangan pecah di mulut

Anda mungkin juga menyukai