Anda di halaman 1dari 106

LAMPIRAN 4

INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG SARANA : RUANG PERACIKA 120


No. Jenis Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
Fasilitas
2 ALAT A. Harus mempunyai
“Fire Alarm Detector”
PENUNJANG
antara lain :
- Smoke Detector
- Fixed Temperature Detector
Yang rutin dilakukan
pengecekan setiap 6
bulan sekali
B. Harus ada alat
pemadam kebakaran :
- Alat Pemadam Api
Ringan
- Hydrant
C.Tersedia alat pelindung
diri seperti masker, topi,
baju kerja, sepatu, kaos
tangan
D. Tersedia tempat
sampah yang cukup
memadai sesuai kebutuhan
yang tertutup dan cara
membukanya dengan
injakan kaki
E. Tersedia cairan
pencuci tangan antara
lain : sabun cair
desinfektan dan
tissue/alat pengering
tangan (hand drier)

3 SDM - Perlu ditunjang gizi


yang cukup
- Perlu pemeriksaan
kesehatan secara rutin
2006
612.62
Ind
p H

PEDOMAN
KES EHATAN DAN KES ELAMATAN
KERJA INS TALAS I FARMAS I
RUMAH S AKIT
(K3 - IFRS )

DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN


KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
DEPKE
S RI
No. Jenis Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
Fasilitas
saluran limbah RS serta
tertutup
F. Luas mencukupi
untuk kegiatan
peracikan
G. Ventilasi memberikan
sirkulasi udara yang
cukup dengan adanya
exhaust fan atau AC
H. Tingkat kebisingan
maksimum 85 DB
I. Instalasi listrik terisolasi
dengan baik dengan
panel yang jelas dan
aman
J. Penerangan harus
cukup terang, daya listrik
harus cukup dengan
kebutuhan pemakaian
peralatan peracikan
K. Kelembaban lebih kecil
atau sama dengan 60
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI %, temperatur ruangan
lebih kecil atau sama
Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Direktorat dengan 25 ºC
613.62
Jenderal Bina Kefarmasian dan alat kesehatan.
Ind. L. Sumber air cukup
Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja instalasi bersih, mempunyai debit
p air cukup, berasal dari
farmasi rumah sakit (K3-IFRS. -- Jakarta :
PAM atau air tanah
Departe- men Kesehatan RI, 2006.
M. Wastafel/bak cuci harus
1. Judul 1. OCCUPATIONAL HELATH mempunyai lebar dan
2. OCCUPATIONAL SAFETY tinggi y an g c uk u p

1 i
LAMPIRAN 4 KATA PENGANTAR
INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG SARANA : RUANG PERACIKA
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha
1 RUANGAN A.LANTAI Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya, Buku
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi
Rata, tidak bergelombang,
Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS) telah diselesaikan.
tidak licin
B.DINDING Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat
Rata, mudah dibersihkan, Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah
tidak mudah terbakar, menyusun suatu pedoman kesehatan dan keselamatan
berwarna terang kerja instalasi farmasi rumah sakit untuk dapat
melengkapi pedoman kesehatan dan keselamatan kerja
C.PINTU yang sudah ada. Buku ini memuat uraian mengenai
Harus mudah dibuka bagaimana pekerja di rumah sakit khususnya di instalasi
dari dalam dan membuka farmasi rumah sakit dalam mengelola dan menggunakan
keluar dengan handle sediaan farmasi, mengetahui bahaya potensial yang ada
pintu yang panjang di IFRS, manajemen K3 IFRS dan pengendalian K3-IFRS.
Dibuat dengan lebar dan Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan
tinggi yang cukup ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
(minimum lebar 90 cm berkontribusi dalam penyusunan buku pedoman ini.
dan tinggi 200 cm)
Bahan pintu sebaiknya Akhir kata semoga buku ini dapat bermanfaat sebagai
dari bahan yang pedoman dalam melaksanakan program kesehatan dan
mudah keselamatan kerja.
dibersihkan (kaca/stainless
steel)
D.ATAP
Jakarta, April 2006
Atap/Plafon terbuat dari Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
bahan yang berkualitas
baik dan tidak mudah
terjadi kebocoran
E.DRAINASE
Saluran pembuangan air
limbah harus lancar dan Drs. Abdul Muchid, Apt, NIP. 140088411
sudah terintegrasi dengan

1
No. Jenis Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
Fasilitas
4. Vaksin disimpan
terpisah dengan obat
5 PENANDA- Fire alarm detector :
AN KE- a. Adany
BAKARAN a smoke
detector
b. Adan
ya fixed
temperature detector
c. Adanya fire springkel
d. Ada
nya alat
6. PENYEDI- pemadam api ringan
AAN AIR
BERSIH 1. Sumber air dari
PAM/PDAM atau air
tanah
2. Kualitas air bersih
bebas dari fisika,
7 PENANG- kimia, mikrobiologi
dan radioaktif
GULANGAN
TERHADAP 1 . Adanya
KECELAKA- protap tentang
pertolongan
AN pertama pada
kecelakaan
2. A d a n y a
perlengkapan
pelindung petugas
3. A d a n y a
perlengkapan
pertolongan pertama
pada kecelakaan
1 i
1
LAMPIRAN 3 KATA SAMBUTAN
INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG PRASARANA
Dalam pembangunan nasional yang bertitik fokus pada sumber
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket daya manusia, upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. LISTRIK 1. Penerangan ruangan (K3) merupakan upaya yang melekat dan tak terpisahkan
cukup, tidak gelap dalam setiap karya pembangunan. Tujuan dari penerapan
upaya K3 adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
2. Peralatan penunjang produktivitas kerja seluruh pekerja ditempat kerjanya.
keselamatan listrik Sebagaimana disebutkan dalam UU No. 23 tahun 1992
(sarung tangan, sepatu tentang Kesehatan.
isolasi, helm)
Keselamatan dan Kesehatan merupakan salah satu kegiatan
3. Penyalur petir max 10 yang menunjang terciptanya keluaran yang optimal, oleh
ohm karena upaya kesehatan kerja merupakan upaya
2. GENSET penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
Penggantian aliran listrik lingkungan kerja.
jika listrik mati
3. PENGKON
Upaya K3 perlu diselenggarakan disemua tempat kerja,
1. Temperatur udara khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
DISIAN kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
18- 28ºC
UDARA karyawan paling sedikit 10 orang.
2. Kelembaban udara Rumah sakit yang memiliki kriteria tempat kerja seperti
40%- 60% yang tersebut diatas, maka upaya K3 merupakan hal yang
4. PENYIMPA mutlak dilaksanakan.
NAN PER- 1 . B a h a n b e r b a h a y a Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang merupakan
disimpan pada ruang
BEKALAN yang terpisah sesuai bagian/unit dari rumah sakit yang mempunyai risiko
FARMASI dengan spesifikasi barang bahaya fisika, kimia,biologi, dan psikososial, maka Apoteker
perlu mempunyai pemahaman tentang K3 IFRS yang
2. Tiap penyimpanan bahan sama, dengan demikian perlu dibuat Pedoman K3 IFRS.
berbahaya dilengkapi
dengan persyaratan yang Semoga pedoman ini dapat berguna dalam mengembangkan
memenuhi syarat, program Kesehatan dan Keselamatan Kerja IFRS untuk
spt label, tanda bahaya, mencapai tujuannya yaitu pekerja IFRS yang sehat dan
serta penanggulangan produktif
terhadap kecelakaan
3. Perbekalan farmasi yang Jakarta, April 2006
harus disimpan
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dalam suhu dibawah
15ºC disimpan dalam dan Alat Kesehatan
lemari pendingin
(kulkas)

1 i
Drs. Richard
Panjaitan,
Apt., SKM
NIP. 470
034 655

1
No. Jenis Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
Fasilitas
8. SANITAIR 1. Closet, urinoir dan
wastavel terdiri dari
b a h a n y a n g
berkualitas baik,
berfungsi serta
mudah dibersihkan
2. Kran air terdiri dari
bahan yang
berkualitas baik serta
berfungsi dengan
baik
3. Ketinggian closet
duduk 45-50 cm
4. Ketinggian urinoir 60-
70 cm
5. Ketinggian wastavel
70-80 cm
6. Keperluan air cukup
7.Lubang saluran
pembuangan
ditempatkan pada
permukaan lantai
yang paling rendah,
dan berhubungan
langsung dengan
saluran pembuangan,
serta berfungsi baik

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
1 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
No. Jenis Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
Fasilitas DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT
4. JENDELA 1. Jendela terbuat dari
H
KESEHATAN
bahan berkualitas Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
baik dan bertralis Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203

2. Ketinggian jendela 70 KEPUTUSAN


cm dari lantai DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN
3. Jendela harus mudah DAN ALAT KESEHATAN
di buka, di tutup Nomor : HK. 00. DJ. IV. 697
dan dibersihkan
TENTANG
5. ATAP 1. Atap d ari ba h an PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN
berkualitas baik PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2. K e m i r i n g a n a t a p DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (K3-IFRS)
disesuaikan dengan DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN
bahan yang digunakan DAN ALAT KESEHATAN
dan tidak bocor
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang
3. Talang terbuat dari kelancaran pelaksanaan Program
bahan berkualitas Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
baik dan mampu Klinik Ditjen Binfar dan Alkes Depkes RI,
menyalurkan perlu dilakukan dengan berbagai
curahan air upaya;
6. PLAFON
1. Bahan plafon dari b. bahwa untuk menyatukan pengertian,
kualitas baik persepsi, dan kesamaan pandangan
2. Tinggi plafon minimal tentang kesehatan dan keselamatan
260 cm dari lantai kerja bidang kefarmasian perlu
adanya Pedoman Kesehatan dan
3. Plafon berwarna terang Keselamatan Kerja (K3) di IFRS;
7. VENTILASI dan mudah
dibersihkan c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
1. V e n t i l a s i alam dan b perlu menetapkan Keputusan
memberikan sirkulasi Dirjen Binfar dan Alkes tentang
udara yang cukup Pembentukan Tim Penyusunan
2. Ventilasi utama berupa Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan
fan, exh aus t, AC Kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(K3-IFRS).
Mengingat : 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992

1
tentang Kesehatan

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
1 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I LAMPIRAN 2
DIREKTORAT JENDERAL BINA INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG SARANA
H KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900 No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
1. LANTAI 1. Lantai ruangan dari
2. Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun bahan berkualitas baik,
2005 tentang Kedudukan, Tugas, kedap air, permukaan
Fungsi, Susunan Organisasi dan rata, tidak licin dan
Tata Kerja Kementerian Negara RI; mudah dibersihkan
3. Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2. Lantai sekitar pintu
2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas masuk tidak boleh ada
Eselon I Kementerian Negara RI; perbedaan tinggi,
kecuali kamar mandi
4. Permenkes No. 6 Tahun 1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan 3. Lantai rabat mempunyai
Kesehatan Kerja; kemiringan keluar, tidak
l i c i n dan m u d a h
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. dibersihkan
351 / Menkes / SK /III/ 2003 tentang
Komite K3 Sektor Kesehat an; 4. Lantai kamar mandi
harus mempunyai
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. kemiringan 2 derajat ke
1575 / Menkes / Per /XI/ 2005 tentang arah saluran
Organisasi dan Tata Kerja Departemen 2. DINDING pembuangan
Kesehatan;
1. Dinding dari bahan
MEMUTUSKAN berkualitas baik,
tidak mudah terbakar,
Menetapkan : KEPUTUSAN DIRJEN BINA tidak mudah bobol
KEFARMASIAN DAN ALAT 2. Permukaan dinding
K E S E H A T A N T E N T A N G harus rata, berwarna
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN terang, dan mudah
P E D O M A N K E S E H A T A N DAN dibersihkan
KESELAMATAN KERJA DI IFRS (K3- 3. PINTU
IFRS). 3. Dinding KM/WC dari
bahan kuat dan kedap
PERTAMA : Membentuk Tim Penyusunan Pedoman air
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3- 1. Pintu terbuat dari
IFRS) Tahun 2006 dengan susunan bahan kualitas baik
sebagai berikut : 2. Lebar pintu minimum
Penanggung jawab : Drs. Abdul Muchid, Apt
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
1
LAMPIRAN 1
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
KALIMAT PERINGATAN KEAMANAN UNTUK PEKERJA DAN DIREKTORAT JENDERAL BINA
PEMAKAI BAHAN BERBAHAYA KEFARMASIAN DAN ALAT
H KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
a. Pada waktu menggunakan jangan makan, minum, atau
merokok / diperlakukan
b. Pada waktu membuka wadah / memindahkan, o. Gantilah udara dengan baik selama penggunaan di dalam
mengencerkan atau mancampur / menyemprotkan / ruangan / dalam rumah kaca / dan sebagainya.
memfumigasi / menggunakan, pakailah alat / pakaian /
sarung tangan / sepatu boot / apron / alat pernafasan /
topeng debu /hood dengan air suply/ tutup muka /
kacamata / hood averall dari karet alam / plastik
c. Cucilah dengan sabun tangan / kulit yang kena, sebelum
makan, minum, atau merokok / sebelum makan dari
setelah bekerja / setelah menggunakan
d. Jangan menggunakan sebagai kabut / debu
e. Jangan mengisap gas / uap / asap / kabut / debu
f. Jangan kena kulit / mata / mulut
g. Pakaian jangan kena kabut / debu / bubuk
h. Jangan tumpah atau menyiprat
i. Cucilah segera dengan sabun/bahan pekat / cipratan /
debu, dari kulit
j. Siramlah segera bahan pekat / cipratan / debu dari
mata dengan air banyak
k. Bukalah segera pakaian dan sepatu yang kena berat
l. Setelah digunakan bersihkanlah alat / pakaian / sarung
tangan (terutama bagian dalamnya) / sepatu boot /
apron
/ alat pernapasan / topeng debu embusan / tutup muka
dengan baik
m. Alat penyemprot / pendebu, benda-benda / tanah /
lantai
/ permukaan yang kena, harus dicuci yang bersih dengan
air / cara yang dianjurkan
n. Gantilah udara dengan baik selama (sebutkan jangka
waktunya) sebelum masuk ruangan yang telah
difumigasi
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
1 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
Ketua : Dra. Nur Ratih Purnama,
Apt., M.Si Sekretaris : Fitra Budi Astuti,
S.Si., Apt Anggota : 1. Dra. Rida
Wurjati, Apt., M.KM
2. Dra. Chusun, Apt., M.Kes
3. Dra. Siti Nurul Istiqomah, Apt
4. Dra. Rostilawati Rahim, Apt
5. Drs. Masrul, Apt
6. Dr. Retnosari Andrajati, Apt, Ph.D
7. Dra. Masfiah, Apt
8. Drs. Dadang Haeruman Apt,MM,Sp.FRS
9. Dra Eti Rosilawati, Apt
10. Dra. Laswety Bakar, Apt., M.Epid
11. Dra. Idayanti, MARS
12. Dra. Rita Hayati, Apt
13. Dra. Farida Idyastuti, Apt, SE, MM
14. Drs. Masrial Mahyudin, Apt., MM
15. Dr. Sabhartini Nadzir, MPH
16. Dra. Sri Sulistyati, Apt
17. Dra. Indrati,
Apt, MM Sekretariat : 1. Dra.
Farida Adelina
2. Yeni, AMF

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
1
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I DAFTAR PUSTAKA
DIREKTORAT JENDERAL BINA
H KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9
Jakarta 12950
Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203 1. Buku Pedoman Upaya Kesehatan Kerja di Pabrik
Farmasi, Depkes RI, 1998
KEDUA : Tugas-tugas Tim yaitu mengadakan rapat
persiapan dan koordinasi dengan pihak 2. Buku Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di
terkait, menyusun Draft Pedoman Rumah Sakit, Depkes RI, 2001
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. WHO, Why Consider Psychosocial Factors in The
di IFRS.
Workplace in Occupat ional Hazard, 1994
KETIGA : Dalam menjalankan tugas-tugasnya Tim
dapat mengundang organisasi profesi 4. WHO, Stress and Adverse Psychological Factors at
atau pihak-pihak lain yang terkait Work in Occupational Health, A Manual for Primary
untuk mendapatkan masukan guna Health Care Worker. WHO Regional Office for
memperoleh hasil yang maksimal. Eastern Mediterranian, Cairo 2001.
KEEMPAT : Dalam m elakukan tugasnya Tim 5. Leka S, A Griffiths, T Cox, Work Organization &
bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Stress in Protecting Worker Health Series no. 3,
Kesehatan. WHO 2004.
KELIMA : Dana berasal dari Darftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Peningkatan
Pembinaan Farmasi Komunitas dan Klinik
tahun 2006.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
apabila ada kesalahan atau kekeliruan

Ditetapkan di :JAKART
A pada tanggal : 17 April
2006
--------------------------------------------------
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
1 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
DRS. RICHARD PANJAITAN, APT., SKM.
NIP. 470 034 655

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) :
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) :
1
BAB V DAFTAR ISI
PENUTUP
Kata Pengantar i
Kata Sambutan iii
Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, Keputusan Dirjen Binfar & Alkes tentang Pembentukan
pembinaan upaya kesehatan kerja yang selama ini sudah Tim Penyusun v
dijalankan dapat ditingkatkan hasilnya.
DAFTAR ISI ix
Untuk pekerja di instalasi farmasi rumah sakit, diharapkan
buku pedoman ini dapat membantu mereka dalam BAB I. PENDAHULUAN
memahami masalah-masalah kesehatan kerja di instalasi I.1 Latar Belakang 1
farmasi rumah sakit dan dapat melakukan upaya-upaya II.2 Tujuan 3
antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkannya II.3 Pengertian 3
sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.
BAB II. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 6
II.1 Ruang Lingkup 6
Tentu saja buku pedoman ini masih belum
menggambarkan permasalahan dan cara II.2 Dasar Hukum 8
penanggulangan yang lengkap. II.3 Potensial Bahaya 10
II.4 Upaya/Langkah-langkah Pengendalian K3 12

Kepada para pembaca yang berminat dalam bidang BAB III. MANAJEMEN K3 DI IFRS 15
kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi III.1 Tujuan 15
rumah sakit diharapkan bantuan dan masukan yang III.2 Fungsi 15
berharga bagi penyempurnaan buku pedoman ini di III.3 Organisasi 20
masa mendatang.
III.4 Tahapan Pelaksanaan K3 IFRS 21
III.5 Prosedur K3 IFRS 23

BAB IV. PENGENDALIAN K3 IFRS 32


IV.1 Bahaya Biologi 32
IV.2 Bahaya Fisika 43

ix
110
IV.3 Bahaya Kimia 60 sampai mendidih. Air mendidih ditandai
IV.4 Bahaya Ergonomi 73 dengan keluarnya uap dari tutup, kecilkan
IV.5 Bahaya Psikososial dan Stres 80 api, jaga agar uap masih tetap keluar
(tanda masih mendidih).
IV.6 Prosedur Pemeriksaan Tenaga Kerja
dan Kesehatan Kerja 86 5. Pertahankan sampai 20 menit, gunakan
timer untuk mencatat.
IV.7 Kewaspadaan Universal 91
6. Lepaskan nampan yang berisi sarung
tangan, goyangkan untuk membuang
BAB V. PENUTUP 110
kelebihan air. Jangan meletakkan nampan
langsung (selalu diatas nampan air)
DAFTAR PUSTAKA 111 karena ada lobang yang
memungkinkan kontaminasi.
LAMPIRAN 112 7. Gunakan segera, atau biarkan kering di
udara selama 4-6 jam

c. Sterilisasi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan
seluruh mikroorganisme dari alat
kesehatan termasuk endospora bakteri.
Macam-macam Sterilisasi :
- Fisik, seperti pemanasan atau
radiasi, filtrasi
- Kimiawi, menggunakan bahan kimia
dengan cara merendam (mis: dalam
larutan glutardehid) dan menguapi
dengan gas kimia (diantaranya
dengan gas etilen oksida)

x 109
3. Pisahkan peralatan yang terdiri dari BAB I
beberapa bagian, buka tutup (kalau
ada). Rendam alat kesehatan sedemikian PENDAHULUAN
rupa, sehingga seluruhnya berada
dibawah permukaan larutan.
Tempatkan mangkok dan wadah I.1 LATAR BELAKANG
menghadap ke atas, bukan kebawah Era globalisasi dan Pasar Bebas Afta 2003, Kesehatan
dan diisi larutan.
dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan prasyarat
4. Tutup wadah dan biarkan alat kesehatan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi dan jasa
terendam selama 20 menit. Jangan yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,
mengambil atau menambahkan peralatan termasuk Indonesia. Berbagai penyakit yang
dalam kurun waktu ini. berhubungan dengan pencemaran lingkungan
5. Keluarkan alat kesehatan dengan penjepit maupun penyakit-penyakit yang diperoleh dari
yang telah di DTT dan kering. tempat kerja, diperkirakan akan meningkat baik
kualitas maupun intensitasnya. Untuk itu diperlukan
6. Bilas dengan air yang telah dididihkan,
perencanaan dan pengembangan sarana pelayanan
untuk menghilangkan sisa-sisa larutan
kimia pada peralatan, bahan residu ini yang mempunyai kemampuan dan mutu pelayanan
bersifat toksik terhadap kulit dan dalam satu kerangka rujukan yang komprehensif
jaringan. dan diperlukan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3). Berdasarkan
7. Gunakan peralatan segera atau paradigma baru di dunia Internasional telah
disimpan dalam wadah yang telah di dikembangkan beberapa sistem manajemen
DTT dalam keadaan kering dan tertutup sebagai berikut :
paling lama 1 minggu
- Sistem Manajemen Mutu (ISO seri 9000)
DTT Sarung Tangan dengan uap - Sistem Manajemen Lingkungan (ISO Seri 14000)
1. Isi dandang paling bawah dengan air, - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
tempatkan angsang/kukusan diatasnya. Kerja/ SMK3 (ISO seri 18000)
2. Lipat sarung tangan berpasangan, bagian Rumah sakit sebagai tempat kerja juga mempunyai
pangkal dibalik untuk menyatukan. Isi 5- risiko bahaya kesehatan dan keselamatan kerja. Dari
15 pasang sarung tangan pada satu hasil penelitian di sarana kesehatan rumah sakit,
nampan, jika diatur dalam 2 lapisan atau sekitar 1505 tenaga kerja wanita di rumah sakit Paris
lebih, tumpuk secara silang untuk mengalami gangguan muskuloskeletal 16% dimana
memungkinkan aliran uap mengenahi 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di
semua permukaan.
daerah tulang punggung dan pinggang. Dan
3. Letakkan nampan berisi sarung tangan dilaporkan juga pada 5057 perawat wanita di 18
diatas angsang. rumah sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya
4. Tut up d a n d a n g dan p a n a s k a n hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi
9 1
dengan gejala
neuropsikologi

2 9
antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, kram 5. Ketika air mulai mendidih, mulai catat
pada lengan dan tangan. waktu, tunggu selama 20 menit. Pada saat
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan : itu, dilarang mengambil atau
menambahkan alat kesehatan lainnya
f Falck dkk, th 1979 melaporkan bahwa perawat yang atau air ke dalamnya.
bekerja pada bangsal kemoterapi tanpa
6. Kecilkan api dan pertahankan air mendidih
perlindungan yang memadai menunjukkan
secara halus selama 20 menit, kemudian
aktivitas mutagenik yang signifikan lebih besar dari
keluarkan alat kesehatan dengan penjepit
pada control subject. yang kering dan sudah di DTT.
f Tahun 1983 Sotaniemi, dkk melaporkan adanya 7. Taruh peralatan pada nampan atau
kerusakan liver pada 3 (tiga) orang perawat yang wadah yang sudah di DTT. Biarkan kering
bekerja pada bangsal perawatan kanker. di udara sebelum dilakukan
f Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian penyimpanan. Jangan biarkan alat
ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam kesehatan tertinggal pada air yang
urine perawat dan staf farmasi yang tidak berhenti mendidih, karena dapat
mengikuti peraturan khusus dalam menangani menyebabkan terkontaminasi kembali.
obat-obat kanker. 8. Gunakan peralatan segera atau
disimpan dalam wadah yang telah di
f Taxis, K., Barber, W., 2003, terdapat 249 kesalahan DTT dalam keadaan kering dan tertutup
perawat dalam penyiapan obat intravena (iv) dari paling lama 1 minggu.
430 sediaan iv (55,3%) baik dalam hal penyiapan
maupun pemberian kepada pasien.
Prosedur DTT dengan bahan kimia
1. Jika menggunakan larutan glutaraldehyde
Hal-hal yang merupakan penyebab belum diterapkannya
K3 di rumah sakit adalah : Siapkan glutaraldehid sesuai dengan
instruksi dari pabrik; atau gunakan larutan
1. Belum tersosialisasinya upaya K3 dijajaran yang sudah disiapkan sebelumnya
pengelola rumah sakit secara baik sepanjang masih tampak jernih (tidak
keruh) dan belum melewati batas
2. Masih kurangnya dana yang tersedia untuk
kadaluarsa. Tempatkan larutan dalam
menerapkan K3 di rumah sakit wadah bersih yang ada tutupnya. Tuliskan
3. Belum tersedianya data tentang kondisi kesehatan tanggal penyiapan larutan dan tanggal
dan keselamatan kerja di rumah sakit kadaluarsanya.
4. Masih terbatasnya sumber daya manusia yang 2. Jika menggunakan larutan klorin :
memahami penerapan K3 di rumah sakit Larutan klorin harus disiapkan setiap
5. Belum adanya organisasi yang terstruktur dalam hari (bahkan lebih cepat, jika larutan
penerapan di rumah sakit menjadi keruh). Siapkan larutan dalam
wadah yang ada tutupnya.
9 3
Desinfeksi dan Sterilisasi : Masalah-masalah di atas perlu diantisipasi melalui
Desinfeksi adalah : suatu proses untuk kebijakan yang mendorong terselenggaranya
menghilangkan sebagian atau semua penerapan K3 Rumah Sakit.
mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS) adalah suatu
endospora bakteri.
bagian/unit/divisi atau yang bertanggung jawab
Macam dan cara desinfeksi : terhadap pengelolaan perbekalan farmasi di rumah
1. Desinfektan Kimiawi : alkohol, klorin dan sakit yang meliputi : obat, alkes, reagensia, gas
ikatan klorin, formaldehid, glutardehid, medis, radiofarmaka, dan merupakan tempat yang
hydrogen peroksida, yodifora, asam berpotensi menimbulkan risiko terhadap
parasetat, fenol, ikatan ammonium kesehatan dan keselamatan pegawai IFRS
kuartener. khususnya dan pegawai rumah sakit pada umumnya,
maka perlu disosialisasikan upaya Kesehatan &
2. Cara desinfeksi lainnya : radiasi sinar
Keselamatan Kerja IFRS dengan penyusunan buku
ultraviolet, pasteurisasi, mesin pencuci.
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) yaitu IFRS
dilakukan apabila sterilisator tidak tersedia
atau tidak mungkin dilaksanakan.
DTT d a p a t m e m b u n u h s e m u a I.2 TUJUAN
mikroorganisme termasuk hepatitis B Sebagai acuan dalam pelaksanaaan pelayanan
dan HIV, namun tidak dapat kefarmasian yang baik yang selaras dengan upaya
membunuh endospora dengan kesehatan dan keselamatan kerja di IFRS.
sempurna seperti tetanus atau gas
gangrene.
I.3 PENGERTIAN
Prosedur DTT dengan merebus Kesehatan kerja adalah :
1. Isi panci atau alat pemanas dengan air Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
2. Buka penutup alat kesehatan dan yang memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja
lepaskan komponennya secara sehat dengan produktivitas yang optimal
tanpa membahayakan diri, keluarga,
3. Masukkan alat dan peralatan lainnya masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
hingga terendam seluruhnya (supaya air
dapat mengenahi semua permukaan alat) Pekerja adalah :
dalam air. Taruh mangkok dan wadah Setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk
menghadap keatas (bukan telungkup) dan
menghasilkan barang dan atau jasa di tempat
terisi air
tertentu baik yang mendapat imbalan upah
4. Tutup panci, panaskan perlahan-lahan maupun yang tidak.
sampai mendidih

4 9
Kapasitas kerja adalah : Prosedur Pencucian Peralatan Menurut Jenisnya
Kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan Alat Prosedur Pencucian
pekerjaannya pada suatu tempat kerja dalam waktu
tertentu. Alat yang - Cuci alat dengan detergen dan air
dipakai ulang hangat untuk menghilangkan semua
Beban kerja adalah : partikel yang melekat
Beban fisik maupun non fisik yang ditanggung - Bersihkan bekuan kotoran dengan
oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan menggunakan kawat halus
pekerjaannya. - Bilas alat menggunakan air bersih
Lingkungan kerja adalah : dengan cara disemprotkan sedikitnya
tiga kali
Kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
- Keringkan alat dengan cara diangin-
kondisi fisik, biologik, faali (ergonomik) dan
anginkan
psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. - Pisahkan dengan peralatan lain
Sarung - Cuci sarung tangan dengan detergen
Memproduksi adalah : dan air hangat
tangan
Membuat, mengolah, mengubah bentuk, mengubah - Bilas dengan air bersih sampai semua
wadah, mengubah kemasan atau penandaan detergen hilang
untuk diedarkan
- Cek adanya lubang dengan
Peredaran adalah : meniupkan udara lalu memegangnya
dalam air, atau mengisi sarung tangan
Pengadaan, pemberian, penyerahan, pengangkutan, dengan air lalu lihat apakah ada air
penjualan, dan penyediaan ditempat, serta yang keluar
penyimpanan untuk penjualan
- Keringkan bagian dalam dan luar
Wadah adalah : dengan handuk/kain yang bersih atau
Barang yang dipakai untuk mewadahi bahan diangin-anginkan
berbahaya yang berhubungan langsung dengan Permukaan - Permukaan meja, dinding, lantai dan
bahan berbahaya termasuk tutupnya. lainnya yang kemungkinan
terkontaminasi dengan darah atau
Etiket adalah : cairan tubuh atau bahan berbahaya
Tanda yang berupa tulisan dengan atau tanpa lainnya, segera didekontaminasi dengan
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
gambar yang dilekatkan, dicetak, atau diukir pada
wadah, pembungkus dan kemasan. - Setelah 10 menit lakukan pencucian
dengan detergen
Tanda bahaya adalah :
- Bilas dengan air sampai bersih,
Gambar dengan atau tanpa lukisan yang terdapat keringkan dengan kain bersih.

9 5
Prosedur Dekontaminasi pada wadah dan kemasan yang menunjukkan
Meja Kerja jenis bahaya dari bahan berbahaya yang
- Prosedur sama dengan bersangkutan.
dekontaminasi tumpahan
Bahan berbahaya adalah :
darah.
Bahan yang selama pembuatan, pengolahan,
b. Pencucian pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan dapat
menimbulkan atau membebaskan uap/gas, ledakan,
Tujuan : korosif, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah
- menghilangkan segala yang memungkinkan gangguan kesehatan orang
kotoran yang kasat mata dari yang bersangkutan dengannya atau
benda dan permukaan menyebabkan kerusakan.
benda dengan sabun atau
detergen , air, sikat.
- menurunkan jumlah
mikroorganisme yang potensial
menjadi penyebab infeksi
melalui alat kesehatan atau
suatu permukaan benda

6 9
BAB II (tersedia klorin 5 %) ambil
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 100 ml encerkan dengan air
sampai satu liter.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu Prosedur Dekontaminasi


bagian dari perlindungan bagi tenaga kerja dan bertujuan Tumpahan Darah/Cairan
untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan Tubuh :
dan penyakit akibat kerja dan di dalamnya termasuk :
- Pakai sarung tangan rumah
1. Menjamin para pekerja dan orang lain yang ada tangga (masker,
disekitar tempat kerja selalu dalam keadaan sehat kacamata/pelindung wajah
dan selamat. bila perlu).
2. Menjaga agar sumber-sumber produksi digunakan - Serap darah/cairan tubuh
secara aman dan efisien. sebanyak-banyaknya
3. Menjamin kelancaran proses produksi yang dengan kertas/koran
merupakan faktor penting dalam meningkatkan bekas/tisu
produktivitas. - Buang kertas penyerap
Kesehatan kerja bertujuan pada pemeliharaan dan bersama sampah medis
pencegahan serta risiko gangguan kesehatan fisik, mental dalam kantong yang kedap
dan sosial pada semua pekerja yang disebabkan oleh cairan
kondisi dan lingkungan kerja sehingga diharapkan - Tuangi atau semprot area
produktivitas pekerja dapat dipertahankan dan apabila si bekas tumpahan darah
pekerja telah memasuki usia pensiun maka yang dengan natrium hipoklorit
bersangkutan dapat menikmati hari tuanya tanpa 0,5
mengalami gangguan penyakit akibat hubungan kerja % bi ar ka n 10 menit
kemudian bersihkan.
II.1 RUANG LINGKUP - Bilas dengan lap basah
yang b er si h hi ng ga
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian k lo r i n terangkat
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal - Buka sarung tangan,
cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang masukkan dalam wadah
bertujuan untuk : sem ent ar a menunggu
dekontaminasi sarung
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tangan d an proses
kerja masyarakat pekerja di semua lapangan selanjutnya.
kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya. - Cuci tangan.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada

9 7
Prosedur Dekontaminasi Alkes masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
: keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
- Kenakan sarung tangan 3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi
rumah tangga, celemek pekerja di dalam pekerjaannya dari
kedap air atau pelindung kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
wajah kalau perlu faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
- Rendam alat kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu
segera setelah dipakai
lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
dalam larutan klorin 0,5 % kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
selama 10 menit (bila lebih,
dapat memudahkan korosi
alat). Seluruh alat harus II.1.1 Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan
terendam larutan klorin Kerja
- Segera bilas dengan air
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
hingga bersih dan lanjutkan
merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan
d en ga n p e m b e r s i h a n
kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara
- Apabila alat kesehatan tidak ketiga komponen tersebut akan menghasilkan
langsung dicuci, rendam kesehatan kerja yang baik dan optimal.
dalam ember atau wadah
plastik berisi air bersih Kapasitas kerja yang baik seperti status
setelah dikontaminasi kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar
- Buka sarung tangan, seseorang pekerja dapat melakukan
masukkan dalam wadah pekerjaannya dengan baik.
sem ent ar a menunggu
dekontaminasi dan proses Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai
selanjutnya (modal) awal seseorang untuk melakukan
pekerjaan harus pula mendapat perhatian.
- Cuci tangan Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat
Catatan : dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja
- Larutan klorin hanya bertahan dan lain-lain.
24 jam, buat larutan segar Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun
setiap hari dan ganti dengan mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
yang baru bila perlu, misalnya, kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
bila menjadi keruh, mengakibatkan seorang pekerja menderita
terkontaminasi berat dengan gangguan atau penyakit akibat kerja.
darah atau cairan tubuh.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas,
- Cara membuat klorin 0,5 % bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat
yaitu: larutan Natrium hipoklorit merupakan beban tambahan terhadap pekerja.

8 9
Beban-beban
tambahan
tersebut secara
sendiri-sendiri
atau

9 9
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan Sepatu khusus sebaiknya
atau penyakit akibat kerja. terbuat dari bahan yang mudah
dicuci dan tahan tusukan misalnya
karet atau plastik.
II.1.2 Lingkungan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
Yang Ditimbulkan
Penyakit akibat dan atau berhubungan dengan IV.7.3 Pengelolaan Alat Kesehatan :
pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di tujuannya adalah untuk mencegah
lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat penyebaran infeksi melalui alat
kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang kesehatan, atau untuk menjamin
bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan alat tersebut dalam kondisi steril dan
dan usaha- usaha untuk mencegahnya. siap pakai
Misalnya antara penyakit yang sudah jelas Proses penatalaksanaan peralatan
penularannya dapat melalui darah dan pemakaian dilakukan melalui 4 (empat) tahap
jarum suntik yang berulang-ulang, atau kegiatan :
perlindungan yang belum baik pada para
pekerja rumah sakit dengan kemungkinan a. Dekontaminasi
terpajan melalui kontak langsung. b. Pencucian
Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka c. Sterilisasi atau DTT
langkah awal yang penting untuk melakukan
upaya K3 adalah pengenalan/identifikasi bahaya d. Penyimpanan
yang bisa timbul dan di evaluasi, kemudian
dilakukan pengendalian
a. Dekontaminasi : yaitu
menghilangkan mikroorganisme
II.1.3 Perilaku Pekerja pathogen dan kotoran dari suatu
benda sehingga aman untuk
Perilaku dan sikap para pekerja yang tidak sesuai
dengan prinsip kesehatan dapat mempengaruhi pengelolaan selanjutnya dan
status kesehatan pekerja yang bersangkutan, dilakukan sebagai langkah
sehingga di dalam pelaksanaan upaya kesehatan pertama bagi pengelolaan alat
kerja diperlukan langkah-langkah mengubah kesehatan bekas pakai.
prilaku pekerja untuk keberhasilan program. Tujuan : mencegah infeksi melalui
alat kesehatan atau permukaan
II.2 DASAR HUKUM benda, mis HIV, HBV atau
kotoran lain yang tidak tampak
Pemberlakuan K3 untuk seluruh Perusahaan di sehingga dapat melindungi
Indonesia wajib mematuhi Undang-undang dan petugas atau pasien.

1 9
c. Penutup Kepala : Peraturan-peraturan yang telah
yaitu m encegah jat uhnya ditetapkan/dikeluarkan/ diberlakukan mengenai
mikroorganisme yang ada di Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terangkum
rambut dan kulit petugas terhadap sebagai berikut :
alat-alat/daerah steril juga 1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2)
sebaiknya untuk melindungi menyatakan bahwa ”Setiap Warga Negara
kepala/rambut petugas dari berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
percikan bahan-bahan dari pasien. layak bagi kemanusiaan”. Atas dasar pasal
tersebut maka telah disusun :
d. Gaun/Baja Pelindung : a. UU No.1 th.1951 tentang Pernyataan
berlakunya UU Kerja th. 1948 No.12
tujuannya yaitu untuk melindungi
petugas dari kemungkinan b. UU No.3 th.1969 tentang Persetujuan
genangan atau percikan darah Konvensi ILO no.120 mengenai Higiene dalam
atau cairan tubuh lain yang dapat Perniagaan dan Kantor-kantor
mencemari baju atau seragam. c. UU No.14 th.1969 tentang Pokok-Pokok
Gaun pelindung harus dipakai mengenai Tenaga Kerja sebagai pelaksanaan
apabila ada indikasi , misalnya dari Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 tersebut di
pada saat membersihkan luka, Pasal 9 UU No.14 th.1969 yang menyatakan
melakukan irigasi, melakukan ”Setiap tenaga kerja berhak mendapat
tindakan draenase, menuangkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
cairan terkontaminasi ke dalam pemeliharaan moril kerja serta perlakukan
lubang pembuangan/ w.c/toilet sesuai dengan harkat dan martabat manusia
dan moral agama ” dan di pasal 10
menyatakan Pemerintah membina
e. Sepatu Pelindung : perlindungan kerja yang
mencakup :
tujuannya adalah melindungi kaki
petugas dari tumpahan/percikan f Norma keselamatan kerja
darah atau cairan tubuh lainnya f Norma kesehatan kerja
dan bahan berbahaya lainnya dan
mencegah dari kemungkinan f Norma kerja
tusukan benda tajam atau f Pemberian ganti kerugian, perawatan, dan
kejatuhan alat kesehatan. rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
Sepatu harus menutupi seluruh 2. Undang-undang no.1 tahun 1970 tentang
ujung dan telapak kaki dan tidak Keselamatan Kerja, cakupan materinya termasuk
dianjurkan untuk menggunakan pula masalah kesehatan kerja.
sandal atau sepatu terbuka.
3. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan.
9 1
4. Permenkes No. 453/Menkes/Per/XI/1992 tentang kesehatan antara lain adalah gas
Persyaratan Keselamatan Lingkungan Rumah anestetik (halotan, nitro
Sakit.
5. Permenaker No. 5/Menaker/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

II.3 POTENSIAL BAHAYA


Ancaman bahaya di rumah sakit terdiri atas :
ancaman bahaya biologi, ancaman bahaya kimia,
ancaman bahaya fisika, ergonomi, ancaman bahaya
psikososial, keselamatan dan kecelakaan kerja di
rumah sakit.

II.3.1 Ancaman Bahaya Biologi


Bahaya biologi adalah penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus,
riketsia, parasit dan jamur.
Yang termasuk ancaman biologi di rumah
sakit :
G Infeksi nosokomial
G Tuberkulosis
G Hepatitis B
G AIDS
G Dan lain-lain

II.3.2 Ancaman Bahaya Kimia


Adanya bahan-bahan kimia di rumah sakit
dapat menimbulkan bahaya bagi penderita
maupun para pekerjanya. Kecelakaan akibat
bahan- bahan kimia dapat menyebabkan
keracunan kronik. Bahan-bahan kimia yang
mempunyai risiko mengakibatkan gangguan

1 9
- Pada akhir setelah hampir di ujung jari,
maka secara bersamaan dan dengan
sangat hati-hati sarung tangan tadi
dilepas.
- Perlu diperhatikan bahwa tangan
yang terbuka hanya boleh
menyentuh bagian dalam sarung
tangan .
- Cuci tangan setelah sarung tangan
dilepas, ada kemungkinan sarung
tangan berlubang namun sangat kecil
dan tidak terlihat. Tindakan mencuci
tangan setelah melepas s a r u n g
t a n g a n ini akan memperkecil
risiko terpajan.

b. Pelindung wajah :
Pelindung wajah terdiri dari masker dan
kaca mata
Pelindung wajah ini digunakan untuk
maksud :
- Untuk melindungi selaput lendir
hidung, mulut dan mata selama
m e la ku ka n t indakan atau
perawatan pasien yang
memungkinkan terjadi percikan
darah dan cairan tubuh lain,
termasuk tindakan bedah ortopedi atau
perawatan gigi.
- Masker tanpa kacamata hanya
digunakan pada saat tertentu
misalnya m erawat pasien
tuberkulosis terbuka tanpa luka
dibagian kulit/pendarahan .
- Masker digunakan bila berada
dalam jarak 1 meter dari pasien.

9 1
- Pasang sarung tangan yang ke - Demikian dilakukan secara bergantian.
dua dengan cara memasukkan
jari-jari tangan yang belum
memakai sarung tangan,
kemudian luruskan lipatan, dan
atur posisi sarung tangan,
sehingga terasa pas dan enak di
tangan .

Pelepasan Sarung Tangan :


- Masukkan sarung tangan yang
masih dipakai ke dalam larutan
klorin, gosokkan untuk
mengangkat bercak darah atau
cairan tubuh lainnya, atau kotoran-
kotoran lainnya yang menempel.
- Pegang salah satu sarung
tangan pada lipatan lalu tarik ke
arah ujung jari-jari tangan
sehingga bagian dalam dari
sarung tangan pertama menjadi
sisi luar.
- Jangan dibuka sampai terlepas
sama sekali, biarkan sebagian
masih berada pada tangan
sebelum melepas sarung tangan
yang ke dua. Hal ini penting
untuk mencegah terpajannya kulit
tangan yang terbuka dengan
permukaan sebelah luar
sarung tangan.
- Biarkan sarung tangan yang
pertama sampai sekitar jari-jari,
lalu pegang sarung tangan yang
ke dua pada lipatannya lalu tarik
ke arah ujung jari hingga bagian
dalam sarung tangan menjadi
sisi luar.

1 9
oksida, etil eter), Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari
formaldehid, perilaku manusia dalam kaitan dengan
etilen oksida, pekerjaan mereka. Tujuan ergonomi adalah
merkuri dan menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi tubuh
debu. manusia melalui upaya : penyesuaian ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh,
pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
II.3.3 Ancaman Bahaya Fisika yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
Faktor fisika manusia.
merupakan Untuk dapat mengidentifikasi masalah ergonomi
beban tambahan di rumah sakit, perlu dipelajari dasar-dasar
bagi pekerja di ergonomi antara lain : antropometri, kerja otot,
rumah sakit kelelahan, ketrampilan, perencanaan ruang
yang apabila kerja, perancangan ruang kerja,
tidak dilakukan pencahayaan dan warna, kebosanan,
upaya-upaya kejenuhan, hubungan manusia dengan
penanggulangan mesin, kemampuan mata dan alat
nya dapat pendengaran dan lain-lain.
menyebabkan
Contoh : Pekerja yang sebagian besar waktu
penyakit akibat
kerjanya dalam posisi duduk, perlu disediakan
kerja. Faktor
kursi yang sesuai dengan prinsip ergonomi
fisika di rumah
supaya tidak menimbulkan kelelahan otot
sakit seperti
tertentu.
bising, panas,
getaran, radiasi,
cahaya dan
listrik. Contoh :
pekerja yang
bekerja di ruang
generator, perlu
disadari dapat
memberi
dampak negatif
pada
pendengaran
dan non
pendengaran.

II.3.4 Ergonomi

9 1
II.3.5 Ancaman Bahaya Psikososial tangan ini dapat digunakan lagi
Pekerjaan dapat merupakan sumber setelah dicuci dan dibilas bersih.
kebahagiaan atau sumber kesengsaraan. Faktor
psikososial yang dapat menimbulkan P r o s e d u r P e m a k a i a n dan
kabahagiaan atau kesengsaraan di rumah Pel epasan Sarung Tangan
sakit antara lain : pekerjaan yang menghasilkan
upah yang kurang dari kebutuhan, yang tidak Pemakaian Sarung Tangan Steril :
sesuai dengan minat, bakat dan yang tidak - Cuci tangan
sesuai dengan bekal pengetahuan akan
lebih memungkinkan terjadinya stress. - Siapkan area yang cukup luas,
Sementara suasana kekeluargaan, gotong bersih dan kering untuk membuka
royong, tidak kaku, akan mendukung paket sarung tangan. Perhatikan
terjaminnya kerja yang dapat memacu hasil tempat menaruhnya (Steril atau
kerja yang optimal. minimal DDT)
- Buka pembungkus sarung tangan,
minta bantuan petugas lain untuk
II.3.6 Keselamatan dan Kecelakaan Kerja di membuka pembungkus sarung
Rumah Sakit tangan, letakkan sarung tangan
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang dengan bagian telapak tangan
berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses menghadap ke atas.
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya - Ambil salah satu sarung tangan
serta cara-cara melakukan pekerjaan. dengan memegang pada sisi
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak sebelah dalam lipatannya, yaitu
terduga dan tidak diharapkan. Di rumah sakit bagian yang akan bersentuhan
kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dengan kulit tangan saat dipakai.
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan - Posisikan sarung tangan setinggi
pekerjaan. Dalam hal ini terdapat dua pinggang dan menggantung ke
permasalahan yang penting yaitu : kecelakaan lantai, sehingga bagian lubang jari-
akibat langsung dari pekerjaan atau kecelakaan jari tangannya terbuka.
pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Masukkan tangan jaga sarung
Sebagai contoh kecelakaan langsung dari tangan supaya tetap tidak
pekerjaan adalah paparan sinar/energi radio menyentuh permukaan.
aktif bagi pekerja di instalasi radiologi.
Sementara kecelakaaan pada saat - Ambil sarung tangan ke dua
pekerjaan sedang dilakukan adalah perawat dengan cara menyelipkan jari-jari
yang tertusuk jarum pada saat melakukan tangan yang sudah memakai
penyuntikan pada pasien. sarung tangan ke bagian lipatan,
yaitu bagian yang tidak akan
bersentuhan dengan kulit tangan
saat dipakai.
1 9
d. Gaun pelindung (baju kerja/ Sarung
celemek)
e. Sepatu pelindung (sturdy foot
wear)

a. Sarung Tangan :
Sarung tangan harus selalu
dipakai pada saat melakukan
tindakan yang kontak atau
diperkirakan akan terjadi kontak
dengan darah, cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak
utuh, selaput lendir p a s i e n
dan be nd a yang
terkontaminasi.

Hal harus diperhatikan pada


penggunaan sarung tangan :
yaitu cuci tangan harus selalu
dilakukan pada saat sebelum
memakai dan sesudah melepas
sarung tangan.

Dikenal tiga jenis sarung tangan :


1). Sarung tangan bersih :
digunakan sebelum tindakan
rutin pada kulit dan selaput lendir
dan sekali pakai harus dibuang.
2). Sarung tangan steril : digunakan
jika akan melakukan tindakan
steril, sarung tangan ini bisa
disterilisasi ulang.
3). Sarung tangan rumah tangga :
dipakai pada waktu akan
membersihkan alat kesehatan,
permukaan meja kerja dll.

9 1
II.4 UPAYA / LANGKAH-LANGKAH dilengkapi dengan alat deteksi paparan zat
PENGENDALIAN K3 radiasi serta ruang dibuat sesuai dengan
standar yang berwenang.
Untuk mengatasi
ancaman bahaya di
rumah sakit terdiri atas II.4.2 Evaluasi Lingkungan Kerja
: ancaman bahaya
biologi, ancaman Penilaian karakteristik dan besarnya potensi-
bahaya kimia, potensi bahaya yang mungkin timbul di
ancaman bahaya lingkungan kerja. Sebagai contoh : lingkungan
fisika, ergonomi, kerja secara berkala dinilai apakah ada
ancaman bahaya kebocoran zat berbahaya bagi kesehatan.
psikososial,
keselamatan dan
kecelakaan kerja di II.4.3 Pengendalian Lingkungan Kerja
rumah sakit, langkah- Pengendalian dibedakan atas pengendalian
langkah yang perlu lingkungan dan pengendalian perorangan.
dilakukan adalah : Pengendalian lingkungan meliputi perubahan
dari proses kerja dan/atau lingkungan kerja
dengan maksud untuk pengendalian terhadap
II.4.1 Pengenalan/Identifikasi bahaya kesehatan baik dengan meniadakan
Lingkungan Kerja atau mengurangi serta mencegah kontak.
Informasi yang Pengendalian ancaman bahaya kesehatan dapat
perlu diketahui
adalah : pekerja
yang terlibat,
proses kerja
dan limbah/sisa
buangan,
potensi bahaya
yang mungkin
ada dan bahaya
kecelakaan
kerja. Sebagai
contoh
: pekerja yang
bekerja di ruang
radiologi,
sebaiknya bukan
orang sedang
hamil, pekerja

1 9
dilakukan pencegahan dengan peraturan- Untuk menggosok kulit dapat
peraturan, standar, pengawasan serta pendidikan digunakan spons steril sekali pakai
dan latihan untuk mencegah ancaman-ancaman
tersebut. - Proses cuci tangan berlangsung
3 (tiga) hingga 5 (lima) menit
dengan prinsip sependek mungkin
II.4.4 Pelayanan Kesehatan Kerja tapi cukup memadai untuk
mengurangi jumlah bakteri yang
Meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, menempel di tangan.
kuratif dan rehabilitatif. Bentuk kegiatan dapat
berupa pemberian informasi pencegahan - Selama cuci tangan jaga agar
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja letak tangan lebih tinggi dari siku
atau berupa klinik yang dilengkapi dengan alat agar air mengalir dari arah
deteksi dini kemungkinan terjadi penyakit tangan ke wastafel
akibat kerja, pengobatan dan pemulihan - Jangan sentuh wastafel, kran,
yang berkaitan dengan penyakit dan atau gaun pelindung
kecelakaan akibat kerja. Contoh : ada
prosedur kerja tentang cara pengamanan - Keringkan tangan dengan lap steril
pekerja pengambil contoh darah di - Gosok dengan alkohol 70% atau
laboratorium klinik, atas kemungkinan Hepatitis campuran alkohol 70% dengan
serta terapi dan rehabilitasi karena Hepatitis. klorheksedin 0,5 % selama 5
(lima) menit dan keringkan
kembali.
- Kenakan gaun pelindung dan
sarung tangan steril.

IV.7.2 Alat Pelindung :


Digunakan untuk melindungi kulit dan
selaput lendir petugas dari risiko
pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien.
Macam-macam alat pelindung :
a. Sarung tangan
b. Pelindung wajah/Masker/Kaca
mata
c. Penutup kepala

9 1
- Yaitu buat campuran 100 ml lain oleh karena dapat melukainya.
alkohol 70% dengan 1-2 ml
gliserin
10%
- Caranya : gosoklah kedua cairan
pada kedua tangan secara
merata.

Cuci Tangan Aseptik :


Prosedur sama dengan cuci tangan
higienis hanya saja bahan deterjen
atau sabun diganti dengan
antiseptik dan setelah mencuci
tangan tidak boleh menyentuh
bahan yang tidak steril

Cuci Tangan Bedah :


- Nyalakan kran
- Basahi tangan dan lengan
bawah dengan air
- Taruh sabun antiseptik dibagian
telapak tangan yang telah basah.
Buat busa secukupnya tanpa
percikan.
- Sikat bagian bawah kuku dengan
sikat lembut
- Buat gerakan mencuci tangan
seperti cuci tangan biasa dengan
waktu lebih lama. Gosok tangan
dan lengan satu persatu secara
bergantian dengan gerakan
melingkar.
- Sikat lembut hanya digunakan
untuk membersihkan kuku saja
bukan untuk menyikat kulit yang

2 9
B bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian secara menyeluruh di rumah sakit
A
dengan ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi,
B pelayanan farmasi klinik dan produksi perbekalan farmasi.

I III.1 TUJUAN
I III.1.1 TUJUAN UMUM
I Terlaksananya kesehatan dan keselamatan
kerja di IFRS agar tercapai pelayanan
kefarmasian dan produktivitas kerja yang
M optimal.
A
N III.1.2 TUJUAN KHUSUS

A 1. Memberikan perlindungan kepada pekerja


f armasi, pasien dan pengunjung
J
2. Mencegah kecelakaan kerja,
E paparan/pajanan bahan berbahaya,
M kebakaran dan pencemaran lingkungan

E 3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku


dan hasil produksi
N
4. Menciptakan cara bekerja yang baik dan
benar
K
3 III.2 FUNGSI
III.2.1 Perencanaan K3 IFRS
I Tahapan Perencanaan :
F 1. Analisa situasi kesehatan dan
R keselamatan kerja di IFRS
S

Farmasi rumah sakit


merupakan unit pelaksana
fungsional yang
9 2
Analisa situasi merupakan langkah pertama Prosedur Cuci Tangan :
yang harus dilakukan, dengan melihat
sumber daya yang kita miliki, sumber Cuci Tangan Higienis/Rutin :
dana yang tersedia dan bahaya potensial - Basahi tangan setinggi
apa yang mengancam IFRS. pertengahan lengan bawah
2. Identifikasi masalah kesehatan dan dengan air mengalir
keselamatan kerja IFRS - Taruh sabun dibagian telapak
Identifikasi masalah kesehatan dan tangan yang telah basah. Buat
keselamatan kerja dapat dilakukan busa secukupnya tanpa percikan
dengan mengadakan inspeksi tempat - Gerakan cuci tangan terdiri dari
kerja dan mengadakan pengukuran gosokan kedua telapak tangan,
lingkungan kerja. Dari kegiatan ini kita gosokan telapak tangan kanan di
dapat menentukan m asalah- m asalah atas punggung tangan kiri dan
Kesehat an dan Keselamatan Kerja. sebaliknya, gosok kedua telapak
3. Alternatif rencana upaya penanggu- tangan dengan jari saling mengait,
langannya gosok kedua ibu jari dengan
menggenggam dan memutar,
Dari masalah-masalah yang ditemukan gosok pergelangan tangan.
dicari alternatif upaya
penanggulangannya berdasarkan dana - Proses berlangsung selama 10-15
dan daya yang tersedia detik
Out put yang diharapkan dari kegiatan - Bilas kembali dengan air sampai
perencanaan adalah : bersih.
1. Adanya denah lokasi bahaya potensial - Keringkan tangan dengan
handuk atau kertas yang bersih
2. Rumusan alternatif rencana upaya atau tisu atau handuk katun
penang- gulangannya sekali pakai
- Matikan kran dengan kertas atau
III.2.2 Penggerakan Pelaksanaan K3 IFRS tisu
1. Pemeriksaan kesehatan awal dan - Pada cuci tangan aseptik/bedah
p em er ik sa an ke se ha t a n ber kala. diikuti larangan menyentuh
permukaan yang tidak steril
Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi
semua pekerja rumah sakit, dilakukan
setidak-tidaknya sekali setahun, bahkan Alternatif Cuci Tangan Higienis
dibeberapa bagian seyogyanya dilakukan
setiap 6 bulan. - Dilakukan bila tidak ada air
mengalir.

2 9
aseptik dengan menggunakan pada kulit.
antiseptik.
3). Cuci tangan bedah : dilakukan
sebelum melakukan tindakan
bedah cara aseptik dengan
antiseptik dan sikat steril.

Sarana Cuci Tangan :


- air mengalir : dapat berupa kran
atau dengan cara mengguyur
dengan gayung, namun cara
mengguyur dengan gayung
memiliki risiko cukup besar untuk
terjadinya pencemaran, baik
melalui gagang gayung maupun
percikan air bekas cucian
kembali ke bak penampung air
bersih. Air kran bukan berarti
harus dari PAM, namun
diupayakan secara
sederhana dengan tangki
berkran di ruang pelayanan agar
mudah dijangkau oleh para
petugas kesehatan yang
memerlukan.
- sabun dan detergen : bahan
ter sebut tidak m embunuh
mikroorganisme tetapi
menghambat dan mengurangi
jumlah mikroorganisme dengan
tegangan permukaan sehingga
mikroorganisme terlepas dari
permukaan kulit dan mudah
terbawa air.
- larutan antiseptik : dipakai pada
kulit atau jaringan hidup lainnya
untuk menghambat aktivitas atau
membunuh mikroorganisme

9 2
2. Pemberian paket tentang kesehatan dan keselamatan
penanggulangan kerja
anemia. Pada 5. Pelaksanaan upaya penanggulangan
penelitian-
bahaya potensial
penelitian
terdahulu Memberikan penyuluhan kesehatan,
diketahui banyak sehingga meningkatkan kepedulian petugas
tenaga kerja kesehatan dan meningkatkan penggunaan
perempuan yang alat pelindung, dll.
menderita anemia, Alat pelindung tubuh antara lain :
sedangkan pekerja
IFRS pada - pelindung pernafasan : masker
umumnya lebih - pelindung mata : kaca mata
banyak tenaga - pelindung pendengaran : tutup telinga
kerja - pakaian kerja khusus : jas lab
perempuannya.
- sarung tangan
3. Pemberian paket - pelindung kepala (safety helmets)
pertolongan gizi.
Paket ini - pelindung kaki : sepatu booth/karet
merupakan 6. Pelaksanaan Cara Pelaksanaan Kerja yang
makanan Baik (CPKB)
tambahan yang
Diharapkan setiap bagian sudah mempunyai
diberikan di luar
makanan utama.
4. Upaya-upaya yang
dilakukan
sehubungan
dengan
kapasitas dan
beban kerja :
G pengaturan kerja bergilir
(shift work)
G penempatan
petugas pada
jabatannya (fit to
job)
G pendidikan dan
pelatihan
petugas IFRS
2 9
Prosedur Tetap (Protap) atau Standard IFRS dari hasil pengisian kuesioner.
Operating Procedure (SOP) yang
tergantung di dinding, sehingga setiap
petugas dapat membaca dan
mentaatinya.
7. Pengorganisasian dan pembagian tugas
yang jelas
Untuk pengorganisasian ini mengacu
pada edaran Dirjen Pelayanan Medik
No. HK.00.06.6.4.01497 tahun 1995
tentang perlunya pembentukan Panitia
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit. Pokja/PK3-IFRS
merupakan salah satu bagian dari PK3-
RS
Out put yang diharapkan :
1. Adanya jadwal kegiatan pelaksanaan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja di IFRS
baik secara keseluruhan maupun ditiap
bagian.
2. Adanya bagan struktur organisasi PK3-IFRS
(Panitia Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Instalasi Farmasi Rumah
Sakit).
3. Terpampangnya bagan Cara Pelaksanaan
Kerja yang Baik (CPKB) ditiap unit kerja
IFRS.

III.2.3 Pemantauan Dan Evaluasi K3 IFRS


1. Terkirimnya form identifikasi K3 IFRS ke
PK3-IFRS yang bersangkutan
Formulir ini terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab untuk
mendapatkan gambaran pelaksanaan
kegiatan K3 di IFRS
2. Adanya umpan balik dari PK3-RS ke PK3-
9 2
- Perlu tindak lanjut dari segi dengan kebutuhan, yaitu :
pekerjaannya, bila kelainan
1). Cuci tangan higienik atau rutin:
ditemukan akan
yaitu untuk mengurangi kotoran
mengganggu keselamatan
dan flora yang ada di tangan
kerja.
dengan menggunakan sabun atau
detergen.
IV.7 KEWASPADAAN 2). Cuci tangan aseptik: dilakukan
UNIVERSAL ( sebelum tindakan aseptik pada
UNIVERSAL pasien atau melakukan
PRECAUTION = UP) pekerjaan
Prinsip utama prosedur
kewaspadaan universal
pelayanan kesehatan
adalah menjaga hygiene
sanitasi individu, hygiene
sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tersebut dijabarkan
menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung
diantaranya pemakaian
sarung tangan guna
mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksi
yang lain,
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum suntik
dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

IV.7.1 Cuci Tangan


Ada tiga cara cuci
tangan yang
dilaksanakan sesuai
2 9
- Sehat Hasil umpan balik ini berupa prosentase
- Perlu tindak lanjut untuk kelainan kegiatan Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
medis yang ditemukan IFRS yang sudah dilaksanakan.
- Perlu tindak lanjut dari segi 3. Terkirimnya formulir check list 6 bulanan
pekerjaannya, bila kelainan Formulir tentang status perkembangan K3
ditemukan akan mengganggu IFRS ini dikirimkan ke PK3-RS setiap
keselamatan kerja. bulan Januari dan Juli tahun berjalan
4. Terselenggaranya kegiatan evaluasi
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Evaluasi ini dilakukan baik secara umum
yaitu dimaksudkan untuk menilai adanya maupun spesifik.
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap Untuk ini digunakan check list 6 bulanan
tenaga kerja atau golongan tenaga kerja
keberhasilan kegiatan UKK-IFRS sebagai
tertentu.
tolok ukurnya
Pemeriksaan ini dilakukan pada keadaan :
- Tenaga kerja yang telah mengalami III.2.4 Pembinaan K3 IFRS
kecelakaan atau penyakit yang Pembinaan diarahkan agar :
memerlukan perawatan lebih dari dua
minggu. 1. IFRS melakukan upaya-upaya K3 sehingga
dicapai nihil kecelakaan dan nihil penyakit
- Tenaga kerja yang diduga menderita akibat kerja.
gangguan kesehatan tertentu.
2. Indikator keberhasilan K3 IFRS adalah :
- Bila terdapat keluhan diantara tenaga
kerja, atau atas pengamatan - Nihil kecelakaan
pengawas kesehatan dan - Nihil penyakit akibat kerja
keselamatan kerja. - Terlaksananya proses kesehatan dan
- Atas permintaan pihak-pihak tertentu keselamatan kerja di IFRS
(pengadilan). - Tersedianya masukan sumber daya yang
- Pindah kerja atau bila hubungan kerja memadai (fasilitas dan tenaga)
putus (pensiun,PHK) 3. Mengingat beberapa indikator masih sulit
dicapai, pemantauan diutamakan pada :
Kesimpulan hasil pemeriksaan berkala - kasus kecelakaan
digolongkan menjadi : - proses terlaksananya kegiatan kesehatan
- Sehat dan keselamatan kerja di IFRS
- masukan sumber daya manusia
- Perlu tindak lanjut untuk kelainan medis
yang ditemukan
9 2
III.3 ORGANISASI Bagan 1 : contoh Bagan Organisasi K3 IFRS
Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik
Depkes No.HK.00.06.6.4.01407 tahun 1995, bentuk
organisasi K3 di RS berupa Panitia K3-RS (PK3-
RS), yang bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Medik. Pokja IFRS adalah bagian dari Organisasi
K3 RS.
K3 di IFRS mempunyai fungsi :
1. Mengatur dan berkoordinasi dalam upaya
pencega- han dan penanggulangan musibah,
misal :
- kebakaran dan peledakan
- bahan-bahan berbahaya dll di IFRS
2. Melaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit
(melalui Pokja K3 Rumah Sakit) bila terjadi
bencana
Struktur organisasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit, contoh dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

TIM K3RS

Sekretaris

Pokja Pokja Pokja IFRS Pokja


............ ............ ............

Pokja IFRS
Ketua
Sekretaris
Seksi kebakaran
Seksi kewaspadaan bencana
Seksi lainnya sesuai kebutuhan

2 9
Kesimpulan hasil pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja digolongkan menjadi :
- Fit for duty : dapat melakukan segala
macam pekerjaan dan tidak ada kelainan
fisik atau cacat.
- Fit for duty with minor correctable defect:
dapat melakukan tugas/pekerjaan dengan
kelainan ringan yang dapat dikoreksi,
misalnya gangguan ketajaman
penglihatan, gigi berlubang.
- Fit for selected/limited duty : dapat
melakukan pekerjaan atau tugas tertentu
yang terbatas karena adanya defek atau
penyakit yang menetap.
- Unfit for duty : tidak dapat diperkerjakan
pada saat ini, misalnya sedang
menderita penyakit menular akut,
gangguan jiwa, dan sebagainya.

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala


yaitu dimaksudkan untuk mempertahankan
derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh dari
pekerjaan sedini mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha pencegahan,
dan sekurang-kurangnya dilakukan satu
tahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi:
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, foto rontgen paru, laboratorium
rutin dan pemeriksaan lain yang dianggap
perlu.
Kesimpulan hasil pemeriksaan berkala
digolongkan menjadi :

9 2
kepentingan pengajuan kompensasi, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
apabila dikemudian hari terjadi suatu
penyakit/gangguan kesehatan sebagai
akibat dari pekerjaannya.
Adapun pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja meliputi :
- Identitas : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, status perkawinan, riwayat
pekerjaan terdahulu, serta rencana
penempatan/jenis pekerjaan.
- Anamnesis : ditujukan untuk mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya mengenai
kemungkinan adanya penyakit yang
diderita saat ini, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit keluarga
serta adanya pemaparan faktor risiko
lingkungan kerja sebelumnya, dan pada
tenaga kerja wanita harus ditanyakan
pula riwayat kehamilan, persalinan. Dari
anamnesa yang lengkap ini
dihar apkan dapat diket ahui
kemungkinan penyakit degenaratif,
penyakit keturunan serta gangguan
kesehatan yang dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaannya.
- Pemeriksaan fisik: yaitu pemeriksaan
keadaan umum, tanda vital,
pemeriksaan ketajaman penglihatan,
THT, pemeriksaan jantung, paru, perut
dan organ gerak.
- Pemeriksaan penunjang: meliputi
pemeriksaan foto rontgen, laboratorium
rutin serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu .
- Jika seorang tenaga kerja 3 bulan
sebelumnya telah menjalani
pemeriksaan kesehatan oleh dokter yang
berkompeten, dan tidak ada keragu-
raguan, maka tidak perlu dilakukan

3 9
III.4 TAHAPAN PELAKSANAAN K3 IFRS - sesudah pulih dari penyakit infeksi
pada saluran pernafasan (TBC) dan
Untuk terlaksananya K3
penyakit menular lain
IFRS secara optimal
maka perlu dilakukan - terhadap pekerja yang terpapar di
tahapan sebagai berikut suatu lingkungan dimana terjadi
: wabah, dan
- apabila dicurigai terkena penyakit
akibat kerja
III.4.1 Identifikasi, Pengukuran dan
Analisis 2. Sifat dan beban kerja
Identifikasi, Beban kerja adalah beban fisik dan mental
pengukuran dan yang harus dipikul oleh pekerja dalam
analisis sumber- melakukan pekerjaannya. Sedangkan
sumber yang lingkungan kerja yang tidak mendukung
dapat merupakan beban tambahan bagi pekerja
menimbulkan tersebut.
risiko terhadap
kesehatan dan
keselamatan
kerja, seperti :
1. Kondisi fisik pekerja
Hendaklah
dilakukan
pemeriksaa
n kesehatan
sebagai
berikut
terhadap
pekerja
:
a. Sebelum dipekerjakan
b. Secara
berkala,
paling
sedikit
setahun
sekali
c. Secara khusus, yaitu :
9 3
3. Kondisi lingkungan kerja tersebut harus mendapat persetujuan
Lingkungan kegiatan IFRS dapat terlebih dahulu dari direktorat/pejabat
mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 Departemen Tenaga kerja dan
bentuk yaitu kecelakaan kerja dan Transmigrasi.
penyakit akibat kerja. 3. Pedoman pemeriksaan kesehatan tenaga
a. Kecelakaan kerja di IFRS kerja tersebut dikembangkan sesuai
dengan kemampuan perusahaan dan
bahaya kecelakaan yang ada di kemajuan ilmu kedokteran dalam bidang
lingkungan IFRS dapat dijabarkan dalam keselamatan kerja.
setiap tempat dan proses antara lain :
4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan
- terpeleset, tersengat listrik, terjepit kesehatan tenaga kerja maka dalam
pintu waktu selambat-lambatnya 2 (dua)
- di tangga : terpeleset, tersandung, bulan, pengusaha wajib membuat
terjatuh laporan kepada Direktorat Jenderal
- di gudang : terpeleset, tersandung, Binwasnaker Departemen Tenaga
terjatuh, kejatuhan barang Kerja.
- di ruang pelayanan : terpeleset,
tersandung, terjatuh, tersengat listrik IV.6.2 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja :
- di ruang produksi : luka bakar,
Sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri
ledakan, kebakaran
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-
- di ruang penanganan sitostatik 02/MEN/1980, maka pemeriksaan kesehatan
- di ruang TPN (Total Parenteral tenaga kerja terdiri dari:
Nutrition) 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja.
b. Penyakit akibat kerja di rumah sakit yaitu pemeriksaan kesehatan yang
- tertular pasien dilakukan oleh dokter pada seorang
- alergi obat tenaga kerja sebelum diterima untuk
melakukan pekerjaannya.
- keracunan obat
- resistensi obat Tujuan:
- Agar tenaga kerja yang akan diterima
III.4.2 Pengendalian berada dalam kondisi kesehatan
setinggi- tingginya, tidak mempunyai
1. Legislatif kontrol penyakit menular yang akan mengenai
2. Administratif kontrol tenaga kerja lainnya dan cocok untuk
3. Medikal kontrol pekerjaan yang akan dilakukan.
4. Engenering kontrol - Sebagai data medis dasar yang dapat
dipakai sebagai pertimbangan untuk

3 9
pencegahan stres di beberapa RS. kesehatan tenaga kerja dan pedoman
Program yang dilakukan adalah :
1. Edukasi pekerja dan
manajemen mengenai stres
kerja.
2. Perubahan kebijakan dan
prosedur RS untuk mengurangi
stres yang bersumber pada
organisasi.
3. Melaksanakan program
membantu pekerja.
Perubahan yang terjadi pada satu
RS adalah penurunan kesalahan
medikasi sebanyak 5%. Hasil dari
22 RS menunjukkan penurunan
malpraktek sebanyak 70% dan
pada
22 RS pembanding yang tidak
menerapkan program tersebut tidak
terjadi penurunan malpraktek.

IV.6 PROSEDUR PEMERIKSAAN TENAGA KERJA


DAN KESEHATAN KERJA

IV.6.1 Prosedur Pemeriksaan Tenaga Kerja :


Prosedur pemeriksaan tenaga kerja telah
diatur sebagai berikut :
1. Semua perusahaan sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang no.1
tahun 1970 harus melakukan pemeriksaan
kesehatan bagi tenaga kerja dan wajib
membuat perencanaan untuk pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, berkala dan
khusus.
2. Pengurus/pengusaha dan dokter wajib
menyusun pedoman pemeriksaan

9 3
III.5 PROSEDUR K3 IFRS 1. Jangan panik
2. Jangan berteriak.......” Kebakaran”
III.5.1 Kebakaran : 3. Matikan listrik, amankan semua gas
III.5.1.1 Upaya Pencegahan Kebakaran G Bila terjadi kebakaran kecil,
panel listrik yang menuju
1. Dilarang merokok kelokasi kebakaran dimatikan
dan membuang
G Bila terjadi kebakaran besar,
puntung rokok berapi
aliran listrik diseluruh gedung
2. Dilarang dimatikan
membiarkan orang 4. Selamatkan dahulu jiwa manusia
lain main api
3. Dilarang menyalakan
lampu pelita maupun
lilin
4. Dilarang memasak
baik dengan
coockplat listrik
maupun kompor gas
5. Dilarang membakar
sampah atau sisa-
sisa bahan
pengemas lainnya
6. Dilarang lengah
menyimpan bahan
mudah terbakar :
elpiji, bensin,
aceton dll.
7. Dilarang
membiarkan orang
yang tidak
berkepentingan
berada ditempat
yang peka terhadap
bahaya kebakaran

III.5.1.2 Penanggulangan bila terjadi


kebakaran
3 9
5. Dapatkan APAR (alat pemadam d. Gas CO2
api ringan), buka segel & e. Cairan kimia (Halon)
padamkan api
6. Jauhkan barang-barang yang
mudah terbakar dari api
7. Tutup pintu gudang tahan api
8. Kosongkan koridor & jalan
penghubung dan atur agar jalan-
jalan menuju pintu bebas
hambatan
9. Bukalah pintu darurat
10. Bila mungkin selamatkan
dokumen- dokumen penting
11. Siapkan evakuasi obat bius,
injeksi, obat–obat resusitasi &
cairan intravena
12. Catat nama staf yang bertugas
13. Hubungi posko
14. Siapkan kebutuhan obat dan alat
kesehatan untuk kebutuhan
darurat

III.5.1.3 Mencegah meluasnya kebakaran


1. Semua pekerja menyiapkan alat
pemadam api dan peralatan
lainnya sesuai kebutuhan
2. Lakukan tindakan dengan
menggunakan alat pemadam
kebakaran bila dianggap api
merembet bangunan di unit kerjanya
3. Sekali lagi cek kesiapan alat
pemadam kebakaran
Jenis alat kebakaran yang
digunakan
a. Air : Hydrant
b. Busa (foam)
c. Serbuk kimia kering

9 3
IV.5.4.1 Terapi stres, efek pada kesehatan dan
organisasi/Pencega kemampuan/ ketrampilan untuk
han stres mengurangi stres.
Hal ini adalah cara Cara ini mudah untuk diterapkan
langsung untuk tetapi ada kelemahannya yaitu
mengurangi stres di hanya berkonsentrasi pada
tempat kerja. individu sehingga sering akar
Pendekatan yang masalah penyebab stres
dilakukan adalah : terabaikan. Sehingga stres akan
muncul lagi.
• Mengidentifikasi
penyebab stres Kombinasi dari kedua pendekatan
(stressor) ini akan lebih efektif untuk
mencegah terjadinya stres
• Mengembangkan
ditempat kerja. Beberapa
strategi untuk
penelitian di Amerika dilakukan
menurunkan atau
untuk mengetahui efek
menghilangkan
penyebab stres
tersebut.
Metode ini sering
tidak disukai
pimpinan karena
dapat
mempengaruhi
rutinitas jadwal kerja
atau bahkan
dapat mengubah
struktur organisasi.
IV.5.4.2 Terapi individu/Pengelolaan stres
Pendekatan ini adalah
pendekatan yang
berfokus pada individu
dan cara untuk
mengatasi sesuai
dengan kebutuhan
melalui penyusunan
program pengelolaan
stres. Pekerja belajar
dari program tersebut
mengenai sifat, sumber

3 9
• Merasa lelah, tertekan dan III.5.2 Bahan-Bahan Berbahaya
terganggu.
• Sulit/gangguan tidur
III.5.2.1 Upaya pencegahan kecelakaan
• Histeri dan gangguan psikiatri oleh bahan berbahaya adalah
• Bunuh diri dengan cara :
IV.5.3.2Masalah fisik yang mungkin a. Memasang LABEL
muncul akibat stres b. Memasang TANDA BAHAYA
· Penyakit kardiovaskuler seperti memakai LAMBANG/ Peringatan
peningkatan tekanan darah c. Melaksanakan KEBERSIHAN
• Gangguan saluran cerna seperti d. Melaksanakan PROSEDUR TETAP
dispepsia, ulkus peptikus.
e. Ventilasi Umum dan setempat
• Gangguan neuro-musculoskeletal harus baik
seperti sakit punggung/
pinggang, sakit kepala. f. Kontak dengan Bahan Korosif harus
ditiadakan/ dicegah/ ditekan
• Kanker sekecil mungkin
IV.5.3.3 Pengaruh stres pada organisasi/ g. Menggunakan alat proteksi diri lab
rumah sakit jas, pakaian kerja, pelindung kaki,
• Sering tidak masuk tangan dan lengan (sarung
tangan) serta masker
• Komitmen bekerja menurun
h. Seluruh tenaga kerja harus
• Produktivitas menurun memperoleh penjelasan yang cukup
• Peningkatan terjadinya i. Untuk pertolongan pertama, air
kecelakaan kerja untuk mandi, cuci dan air
• Peningkatan ketidakpuasan untuk m e m b e r s i h k a n m ata
pelanggan per lu disediakan.
• Merusak citra j. Penggunaan larutan penetral
sebaiknya tidak dilakukan.
IV.5.4 Pencegahan dan Pengelolaan Stres
Adanya masalah stres di tempat kerja III.5.2.2 Penanggulangan kecelakaan oleh
merupakan tantangan organisasi untuk bahan berbahaya
menyehatkan organisasi dan pekerjanya. Ada a. Melaksanakan upaya preventif yaitu
dua hal yang dapat dilakukan oleh mengurangi volume atau bahan
organisasi yaitu : berbahaya yang dikeluarkan ke

9 3
lingkungan atau “Minimasi Bahan Tujuan dan struktur organisasi
Berbahaya“. yang tidak jelas.
G Mengubah cara pembelian dan IV.5.2.9 Lingkungan kerja
pengendalian bahan berbahaya
Tidak nyaman, berbahaya, bising,
G Mengganti bahan berbahaya
polusi.
dengan bahan yang kurang
bahayanya IV.5.2.10 Lain-lain
G Mengurangi volume bahan Konflik antara beban tugas di
berbahaya dari sumbernya tempat kerja dan di rumah.
b. Mengurangi volume, konsentrasi Tidak adanya dukungan di tempat
toksisitas dan tingkat bahaya dari kerja bila ada masalah di rumah
bahan berbahaya melalui proses atau sebaliknya.
kimia, fisika dan atau hayati dengan
cara menetralkan dengan bahan IV.5.3 Akibat Dari Stres
penetral, mengencerkan volume Pengaruh stress pada setiap orang berbeda.
dengan air atau udara atau zat Perubahan yang timbul akibat stres dapat
netral lain, membiarkan bahan b e r u p a p e r u b a h a n p e r i l a k u dan
berbahaya dalam tempat tertentu mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
agar tereduksi secara alami oleh Stres yang berkepanjangan dapat
sinar matahari maupun zat menyebabkan masalah psikologis yang
organik yang ada mengarah ke psikiatri penyalahgunaan
c. Melaksanakan pembersihan bahan obat, minum alkohol dan kemudian tidak
berbahaya yang menyebabkan datang untuk bekerja. Stres juga dapat
kontaminasi ruangan dengan menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mengamankan petugas mudah terserang infeksi.
kebersihan terlebih dahulu IV.5.3.1 Masalah psikologis yang
G Petugas menggunakan masker mungkin muncul akibat stres.
G Petugas menggunakan sarung • Lebih mudah tersinggung atau
tangan karet dan sepatu karet sedih
G Menyiapkan air atau zat penetral • Makan berlebihan
lain dalam rangka menetralkan • Tidak dapat berkonsentrasi
bahan berbahaya tersebut atau santai
G Melaksanakan penetralan bahan • Sulit berfikir secara logis dan
berbahaya tersebut. sulit mengambil keputusan
G Mengemas bahan berbahaya sisa
• Sulit menikmati pekerjaan dan
agar aman dan tidak menjadi
tidak patuh
sumber kontaminasi susulan

3 9
Tidak adanya kontrol dalam sistem d. Melaporkan terjadinya kontaminasi
kerja misalnya jam kerja, jam kepada Kepala Instalasi Farmasi
lembur.
IV.5.2.5 Pengembangan karir, status dan
pembayaran III.5.2.3 Pertolongan pertama pada kecelakaan
Posisi kerja yang tidak didukung a. Singkirkan racun dari sentuhan
atau tidak aman. dengan korban
Tidak adanya prospek promosi. b. Jika korban pingsan atau hampir
Promosi yang kurang atau pingsan, baringkan korban dengan
berlebihan. posisi telungkup, kepala dimiringkan,
dan mulut ditarik ke depan
Nilai sosial kerja rendah.
Sistem penggajian yang tidak c. Hangatkan korban dalam posisi
memuaskan. terbaring
Sistem evaluasi yang tidak adil. d. Jika korban menunjukkan tanda-
tanda kesukaran nafas, lakukan
Tugas tidak sesuai dengan pertolongan pertama dengan
kemampuan, terlalu tinggi atau nafas buatan .
terlalu rendah.
e. Jangan diberi alkohol, kecuali atas
IV.5.2.6 Peran di organisasi saran dokter. Alkohol dapat
Peran tidak jelas. meningkatkan penyerapan beberapa
Peran yang menimbulkan masalah. racun.
Terlalu besar tanggung jawab. Pertolongan pertama pada kecelakaan
dapat dibedakan atas :
Terus menerus menyelesaikan
masalah. 1. Pertolongan pertama bila
korban tertelan racun
IV.5.2.7 Hubungan antar individu
Hubungan antar sesama, antar a. Segera berikan 2 hingga 4
posisi tidak baik. gelas air. Jika air tidak tersedia
dapat diberikan susu atau putih
Tidak ada dukungan. telur
Terisolasi atau pekerjaan yang Perhatian : Tidak boleh
terisolasi. memberikan sesuatu melalui
Pelecehan termasuk pelecehan mulut jika korban pingsan
seks, dijahati, ditekan. b. Lakukan segera tindakan
IV.5.2.8 Kultur organisasi pemuntahan dengan cara :
Kepemimpinan dan komunikasi yang G Memasukkan telunjuk jari
buruk. korban ke dalam mulut

9 3
bagian

4 9
belakang, gosokkan ke kiri pakaian yang
dan ke kanan atau
G Memberikan air garam dapur
hangat kuku sebanyak-
banyaknya (1 st garam dapur
+ 1 gelas air hangat) atau
G Memberikan 1 st soda roti + 1
gelas air hangat atau
G 1/2 st serbuk mustar + 1 gelas
air hangat atau 1/4 st serbuk
tawas + 1 gelas air hangat
c. Lakukan tindakan pemuntahan
berulang-ulang hingga cairan
muntah itu jernih
d. Jika identifikasi racun tidak dapat
dilakukan, berikan 15 gr atau 1
sendok makan norit + 1/2 gelas
air hangat
e. Sedapat mungkin dilakukan
pengambilan sampel muntah.

2. Pertolongan pertama bila


korban terhirup gas beracun
a. Penolong harus menggunakan
masker yang tepat, jika tidak ada
masker yang tepat, penolong
harus dapat menahan nafas
selama masa penyelamatan.
b. Usahakan untuk dapat
mengiden- tifikasi gas racun
yang dicurigai
c. Korban harus segera dibawa ke
tempat udara segar. Jika
tempat itu ruangan berjendela,
buka semua jendela yang
ada. Longgarkan semua

9 4
yang berlebihan atau tidak dapat dikelola maka
menimbulkan dapat m enim bulkan str ess.
akibat jangka
panjang.
IV.5.2 Penyebab Stres di Tempat Kerja.
Definisi lain
stres yang IV.5.2.1 Bentuk tugas
berkaitan Monoton, tugas yang tidak berarti,
dengan kerja tidak ada variasi, tugas yang tidak
adalah respons menyenangkan, tugas yang tidak
yang timbul disukai.
pada
seseorang IV.5.2.2 Beban dan kecepatan kerja
akibat tidak Terlalu banyak atau terlalu sedikit
seimbangnya dan bekerja dibawah tekanan waktu.
beban kerja
atau tekanan IV.5.2.3 Jam kerja
dengan Jadual kerja yang ketat dan tidak
pengetahuan fleksibel.
dan
Jam kerja yang panjang
kemampuan.
Jam kerja yang tidak dapat
Tekanan pada diprediksi.
tempat kerja
adalah sesuatu Rancangan sistem shift yang buruk.
yang tidak IV.5.2.4 Kontrol dan partisipasi
dapat dihindari
karena Tidak b er pa r t i si pa si dalam
kebutuhan di penentuan kebijakan.
tempat kerja.
Walaupun
sebenarnya
tekanan kerja
dapat memberi
motivasi untuk
belajar atau
bekerja lebih
giat, tetapi hal
ini sangat
bergantung
pada individu.
Bila tekanan
tersebut
4 9
• ukuran dari peralatan dan tempat kerja Stres dapat didefinisikan sebagai reaksi yang
disebabkan oleh stresor (penyebab stres)
• suhu di tempat kerja
Cara yang paling efektif untuk mencatat hasil
evaluasi adalah dengan menggunakan cek-
list ergonomi.
c. Gejala pada pekerja (survei/wawancara)
Pada saat mengadakan evaluasi, tanyakanlah
:
• Apakah mereka mengalami rasa sakit atau
rasa tak nyaman ketika melakukan
pekerjaan
• Aktivitas apa yang mendatangkan rasa sakit
Hubungan antara rasa sakit atau rasa tidak
nyaman dengan suatu aktivitas dapat
membantu menemukan tugas, tempat kerja,
atau peralatan yang mungkin mengakibatkan
cedera yang berhubungan dengan ergonomi.
Pengumpulan informasi bisa melalui
wawancara pribadi atau daftar pertanyaan
tertulis bagi pekerja atau survei.

IV.5 BAHAYA PSIKOSOSIAL DAN STRES

IV.5.1 Pendahuluan dan Konsep Dasar


Pekerja yang bekerja di rumah sakit seperti
pekerja juga ditempat lain dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikososial
yang dapat mempengaruhi kesehatan,
baik pengaruh positif maupun pengaruh
negatif. Faktor-faktor psikososial adalah
faktor psikologi individu misalnya faktor
personalitas dan perilaku, sedangkan
faktor sosial dalam kelompok misalnya
pola interaksi dalam kelompok/dalam
keluarga. Pengaruh negatif dari bahaya
psikososial ini adalah memacu terjadinya
stres.

9 4
ketat pada tubuh korban a. Memeriksa wadah dan pengemas.
d. Jika korban susah Kemasan yang diterima harus
bernafas, beri nafas dalam bentuk asli dan dalam
buatan terus menerus keadaan utuh serta
hingga dianggap cukup. mencantumkan :
e. Jaga korban tetap G nama sediaan atau nama
hangat, hindarkan barang
korban menggigil, jika
perlu korban diselimuti
rapat-rapat
f. Jagalah agar korban
setenang mungkin.
g. Tidak boleh
memberikan alkohol
dalam bentuk apapun

III.5.3 Pengelolaan Perbekalan


Farmasi Dan Bahan-Bahan
Berbahaya
III.5.3.1 Prosedur Perencanaan
Sesuai Standard Operating
Procedure (SOP)
Perencanaan di Instalasi
Farmasi
III.5.3.2Prosedur Pengadaan Bahan Berbahaya
a. Barang harus
bersumber dari
distributor utama/resmi
b. Mempunyai sertifikat
analisa dari pabrik
c. Melampirkan MSDS
(Material Safety Data
Sheet)
III.5.3.3 Prosedur Penerimaan Bahan
Berbahaya

4 9
G isi/bobot netto dalam menghilangkan risiko ergonomi.
G komposisi isinya dalam nama Pengendalian teknik yang bisa dilakukan adalah
kimia memodifikasi, mendesain kembali tata ruang
G nomor registrasi atau mengganti tempat kerja,
G petunjuk cara penggunaan bahan/objek/desain tempat penyimpan dan
pengoperasian peralatan di instalasi farmasi.
G petunjuk cara penanganan
untuk mencegah bahaya b. Pengendalian administratif yang berhubungan
G tanda peringatan lainnya dengan bagaimana pekerjaan disusun, seperti
: jadwal kerja, penggiliran kerja dan waktu
G nama dan alamat pabrik yang istirahat, program pelatihan dan serta program
memproduksi perawatan dan perbaikan.
G cara pertolongan pertama
akibat bahan berbahaya c. Pengendalian cara kerja yang berfokus pada
cara pekerjaan dilakukan, yakni : menggunakan
b. Memperhatikan label berupa mekanik tubuh yang baik dan menjaga tubuh
simbol, gambar dan atau tulisan untuk berada pada posisi netral.
berupa kalimat peringatan
bahaya misalnya : “bahan 5. Mengevaluasi pekerjaan
peledak”, “bahan racun”, “bahan Untuk mengevaluasi pekerjaan, pisahkan bagian-
korosif”, “bahan berbahaya”, bagian pekerjaan menjadi bagian yang sekecil
“bahan iritasi”, “bahan mudah mungkin, sehingga evaluasi bisa spesifik dan
terbakar”, dll. detil. Evaluasi tersebut harus mencakup tiga
bagian :

III.5.3.4 Prosedur Penyimpanan Bahan Berbahaya a. Gambaran pekerjaan

Menyimpan bahan berbahaya Kumpulkan informasi untuk menggambarkan


sesuai dengan keterangan pada tiap tugas, pekerjaan, tempat kerja, dan
pengemas, misalnya : peralatan yang dievaluasi.

G Harus terpisah dari bahan b. Pengamatan dan pengukuran (membuat cek-


makanan, bahan pakaian dan list)
bahan lainnya Evaluator harus memperhatikan :
G Tidak menimbulkan interaksi antar • bagaimana pekerja bergerak
bahan berbahaya satu dengan
• posisi ketika bekerja
yang lain
• berapa lama seseorang melakukan suatu
G Bahan yang mudah menguap harus
aktivitas
disimpan dalam wadah tertutup
rapat • berat dari benda-benda yang dipegang
atau dipindahkan
G Bahan yang mudah menyerap uap

9 4
Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi a. Pengendalian teknik adalah metoda yang
semua pekerja di instalasi farmasi, dilakukan lebih diutamakan karena lebih permanen
setidak- tidaknya sekali setahun, bahkan dan efektif
dibeberapa bagian seyogyanya dilakukan
setiap 6 bulan.
b. Upaya yang dilakukan sehubungan dengan
kapasitas dan beban kerja :
• Pengaturan kerja bergilir (shift work)
• Penempatan petugas pada jabatannya (fit
to job)
• Pendidikan dan pelatihan petugas Instalasi
Farmasi tentang cara kerja yang
ergonomik.
c. Pelaksanaan upaya penanggulangan bahaya
potensial, misalnya dengan memberikan
penyuluhan yang berhubungan dengan
permasalahan ergonomik di tempat kerja,
sehingga meningkatkan kesadaran para pekerja,
meningkatkan penggunaan alat pelindung, dll.
d. Pelaksanaan CPKB (Cara Pelaksanaan Kerja
yang Baik).
Diharapkan setiap bagian sudah mempunyai
Standar Prosedur Tetap (SOP) dan
tergantung di dinding, sehingga setiap
pekerja dapat membaca dan mentaatinya.
4. Pengendalian ergonomik
Pengendalian ergonomik dipakai untuk
menyesuaikan tempat kerja dengan pekerja.
Pengendalian ergonomik berusaha mengatur
agar tubuh pekerja berada di posisi yang baik
dan mengurangi risiko kerja. Pengendalian ini
harus dapat mengakomodasi segala macam
pekerja. Pengendalian ergonomik
dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yang
disusun sesuai dengan metoda yang lebih baik
dalam mencegah dan mengendalikan risiko
ergonomik.

4 9
air harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat yang berisi zat
penyerap lembab
G Bahan yang mudah menyerap CO2
harus disimpan dengan pertolongan
kapur tohor
G Bahan yang harus terlindung dari
cahaya disimpan dalam wadah
yang buram atau kaca dari kaca
hitam, merah, hijau, atau coklat tua
G Bahan yang mudah mengoksidasi
harus disimpan di tempat yang
sejuk dan mendapat pertukaran
udara yang baik
G Bahan yang mudah terbakar harus
disimpan di tempat terpisah dari
tempat penyimpanan perbekalan
farmasi lain, mudah dilokalisir bila
terjadi kebakaran, tahan gempa
dan dilengkapi dengan Pemadam
Api
G Bahan beracun harus disimpan
ditempat yang sejuk, mendapat
pertukaran udara yang baik, tidak
kena sinar matahari langsung dan
jauh dari sumber panas
G Bahan korosif harus disimpan
ditempat yang dilengkapi dengan
sumber air untuk mandi dan
mencuci
G Bahan yang mudah meledak
dijauhkan dari bangunan yang
menyimpan oli, gemuk, api yang
menyala

9 4
BAB IV daya yang dimiliki, sumber dana yang tersedia
PENGENDALIAN K3 IFRS dan bahaya potensial ergonomik apa yang
frekeuensinya sungguh mengancam para
pekerja di instalasi farmasi RS.
Penyakit akibat kerja di rumah sakit umumnya berkaitan b. Identifikasi masalah ergonomik di instalasi
dengan faktor biologi (kuman patogen yang umumnya farmasi RS beserta bahaya yang mungkin
berasal dari pasien), faktor kimia (antiseptik pada kulit, gas terjadi.
anestesi), faktor ergonomik (cara duduk yang salah, cara
mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil dan Identifikasi masalah ergonomik dapat
terus menerus ( p a n a s p a d a k u l i t , r a d i a s i p a d a dilakukan dengan mengadakan inspeksi
sistem reproduksi/pemproduksi darah), faktor tempat kerja dan mengadakan survei
psikososial (ketegangan di kamar bedah, penerimaan ergonomik (ergonomic hazard assessment)
pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa) di tempat kerja. Dari kegiatan ini diharapkan
dapat menemukan permasalahan ergonomik
secara menyeluruh.
IV. 1 BAHAYA BIOLOGI c. Alternatif rencana upaya penanggulangannya.
Bahaya Biologi adalah penyakit atau gangguan Dari masalah-masalah yang ditemukan dicari
kesehatan yang diakibatkan oleh mikroorganisme alternatif upaya penanggulangannya,
hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan jamur. berdasarkan dana dan daya yang tersedia.
Sedangkan infeksi nosokomial adalah suatu
Hasil yang ingin diharapkan dari kegiatan
keadaan infeksi yang diperoleh dari dalam perencanaan adalah adanya peta/denah
lingkungan rumah sakit, dapat merupakan suatu lokasi bahaya potensial ergonomik dan
infeksi endogen yang berasal dari penderita sendiri rumusan alternatif rencana upaya
atau suatu infeksi eksogen yang berasal dari penanggulangannya. Adanya denah/peta
luar penderita. lokasi bahaya potensial ergonomik akan
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kefarmasian memberikan gambaran kepedulian akan
di rumah sakit didasarkan atas tuntutan pasien dan risiko ergonomik yang timbul terhadap
masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian, maka pekerjanya.
IFRS diharuskan mengadakan perubahan
pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke 2. Pengorganisasian kegiatan
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi
pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian). Hal ini Dimaksudkan untuk lebih terarahnya
tentunya sangat menguntungkan pasien dan penanganan risiko ergonomik yang dilakukan di
masyarakat, namun dari segi negatifnya petugas instalasi farmasi. Pengorganisasian kegiatan bisa
farmasi juga akan rentan tertular penyakit pasien dilakukan melalui pembentukan kelompok kerja
karena petugas farmasi akan berhubungan langsung ergonomi instalasi farmasi yang merupakan
dengan pasien atau masyarakat terutama pada saat perpanjangan tugas dan tanggung jawab
memberikan konseling kepada pasien maupun kelompok kerja ergonomi rumah sakit.
pada saat visite ke ruangan. Oleh karena itu agar 3. Penggerakkan pelaksanaan kegiatan
petugas farmasi tidak mudah tertular
4 9
a. Pemeriksaan kesehatan awal dan
pemeriksaan kesehatan berkala

9 4
dalam rangka pendistribusian, bahaya potensial penyakit perlu memperhatikan upaya pencegahan
ergonomik yang terjadi adalah cidera punggung infeksi terutama di rumah sakit.
dan leher, gangguan otot rangka seperti
pengapuran dan peradangan. Pekerjaan yang Upaya pencegahan infeksi di rumah sakit terdiri dari
dilakukan dengan posisi duduk terus-menerus penerapan 2 tingkat kewaspadaan, yaitu
tanpa disertai istirahat yang cukup, misalnya kewaspadaan universal dan kewaspadaan khusus.
petugas administrasi dll. Bahaya potensial Kewaspadaan Universal :
ergonomik yang muncul yakni; melembeknya
otot-otot perut dan melengkungnya tulang. Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal
pelayanan kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi
3. Permasalahan ergonomik lainnya adalah yang individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
berhubungan dengan lingkungan kerja seperti peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan
display unit, yaitu penataan ruang kerja termasuk menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
pencahayaan dan warna nya yang apabila tidak
ergonomik akan menimbulkan masalah dan 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
kecelakaan kerja. 2. Pemakaian alat pelindung diantaranya
pemakaian sarung tangan guna mencegah
4. Permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah
kontak dengan darah serta cairan infeksius yang
masalah manajemen waktu dan hubungan antar
lain,
manusia dilingkungan pekerjaannya.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk
Pengaturan Risiko Ergonomik
mencegah perlukaan
Secara umum pengaturan ergonomik di instalasi
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
farmasi rumah sakit bertujuan untuk tercapainya
kemampuan hidup sehat para pekerja yang bekerja
di instalasi farmasi. Selain itu agar tersusunnya Kewaspadaan khusus terdiri dari tiga jenis
rencana kegiatan, terlaksananya dan terpantau kewaspadaan yaitu :
serta terevaluasinya kegiatan yang berhubungan
dengan risiko ergonomik di instalasi farmasi 1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
rumah sakit. (airborne)
Dalam pengaturan untuk mengurangi dan 2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
meminimalisir risiko ergonomik maka perlu percikan (droplet)
beberapa tahapan sesuai dengan tujuan yang 3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
diinginkan semula : kontak.
1. Perencanaan
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
a. Analisa situasi yang berpotensi menimbulkan (airborne)
risiko ergonomik di instalasi farmasi RS.
Yaitu digunakan untuk menurunkan penularan
Analisa situasi merupakan langkah pertama penyakit melalui udara baik yang berupa bintik
yang harus dilakukan dengan melihat sumber

5 9
percikan di udara (ukuran 5 µm atau lebih kecil) meningitis, pneumonia dan sepsis.
atau partikel kecil yang berisi agen infeksi pada
pasien yang diketahui atau diduga menderita
penyakit serius dengan penularan melalui percikan
halus di udara.
Penyakit yang dapat ditularkan melalui udara
antara lain :
- Campak
- Varisela
- Tuberkulosis.
2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
percikan (droplet)
Kewaspadaan ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit dari pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit serius
dengan penularan percikan partikel besar
(diameter
> 5 µm) dari orang yang terinfeksi mengenai
lapisan mukosa hidung, mulut atau konjungtiva
mata orang yang rentan.
Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang
berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu
pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi atau
bronkhoskopi.
Transmisi melalui percikan besar berbeda
dengan transmisi penularan melalui udara
karena pada transmisi percikan memerlukan
kontak yang dekat antara sumber dengan
penerima, karena percikan besar tidak dapat
bertahan lama di udara dan hanya dapat
berpindah dari dan ke tempat yang dekat.
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui
droplet diantaranya :
1. Haemophyllus Influenza invasive type B,
termasuk meningitis, pneumonia dan sepsis.
2. Neisseria Meningitis invasive, termasuk

9 5
permasalahan ergonomik di instalasi- Dalam pekerjaan pendistribusian alat kesehatan
instalasi rumah sakit lainnya. Masalah sekali pakai dan penggunaan, risiko ergonomiknya
yang berkaitan dengan postur, biasanya adalah beban berat, maksudnya beban
kekuatan dan frekuensi (posture, force, fisik yang berlebihan selama kerja misalnya
and frequency) adalah permasalahan menarik, mendorong dll. Semakin banyak daya
ergonomik yang mendasar yang terjadi yang harus dikeluarkan, semakin berat beban
di tempat kerja manapun. Begitu bagi tubuh.
juga permasalahan ergonomik yang 2. Permasalahan ergonomik yang umum terjadi di
ada di instalasi farmasi rumah sakit. rumah sakit, seperti dalam hal mengangkut
Permasalahan ergonomik di instalasi beban atau peralatan kefarmasian yang tidak
farmasi rumah sakit bisa diidentifikasi ergonomik
berdasarkan :
1. Rutinitas dari pekerjaan yang
dilakukan di instalasi tersebut,
misalnya dalam pekerjaan
penyimpanan, risiko ergonomik
biasanya postur yang kaku, berarti
menekuk atau memutar bagian
tubuh, beban statis yang berarti
bertahan lama pada satu postur
sehingga menyebabkan kontraksi
otot. Risiko ergonomik lainnya
antara lain tekanan, artinya tubuh
tertekan pada suatu permukaan
atau tepian saat bekerja.
Dalam pekerjaan sediaan farmasi
(Produk jadi dan pembuatan),
risiko ergonomik yang muncul
diantaranya; gerakan pengulangan
yang banyak dan sering dalam hal
penyediaan farmasi atau obat-
obatan, artinya menjalankan
gerakan yang sama secara
berulang-ulang, lalu organisasi
kerja yang buruk, maksudnya
termasuk bekerja dengan irama
mesin, istirahat yang tidak cukup,
kerja yang monoton, beberapa
pekerjaan yang harus dikerjakan
dalam satu waktu.
5 9
ada juga risiko bahaya ergonomik, yang merupakan 3. Staphylococcus Pneumonia invasive multidrug
hasil dari ketidak sesuaian antara pekerja dengan resisten, termasuk meningitis pneumonia,
cara kerja dan lingkungan kerjanya. Saat ini bahaya sinusitis, dan otitis media.
dan permasalahan ergonomik tidak hanya dirasakan
oleh para pekerja di industri/perusahaan saja, akan 4. Bakteri infeksi saluran nafas lain dengan
tetapi permasalahan ergonomik sesungguhnya ada transmisi droplet :
dimana – mana termasuk di instalasi farmasi rumah a. Diptheria (faringeal)
sakit secara umum. Para pekerja di instalasi farmasi b. Mycoplasma pneumonia
rumah sakit antara lain apoteker, asisten apoteker,
dan tenaga administrasi dimana pekerja tersebut juga c. Pertusis
berisiko terhadap bahaya ergonomik. d. Pneumonia plague
e. Streptococcal pharingitis, fever pada bayi
Biasanya pekerjaan rutinitas kefarmasian yang dan anak, pneumonia, atau scarlet
dilaksanakan oleh para pekerja di Instalasi Farmasi 5. Infeksi virus serius dengan transmisi percikan,
Rumah Sakit, diantaranya berhubungan dengan : termasuk :
1. Penyimpanan obat, vaksin, anti koagulan, reagensia dll a. Adenovirus
2. Sediaan Farmasi (produk jadi dan pembuatan) b. Influenza
c. Mumps
3. Distribusi dan penggunaan
d. Parvovirus B 19
Dari pekerjaan rutin tersebut, sedikit banyaknya
akan membawa risiko ergonomik di tempat kerja. e. Rubella
Oleh sebab itu perlu pengidentifikasian 3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
terhadap permasalahan ergonomik di instalasi kontak
farmasi rumah sakit khususnya dan secara umum
upaya kesehatan kerja yang menyeluruh di Digunakan untuk mencegah penularan penyakit
lingkungan rumah sakit termasuk di unit instalasi dari pasien yang diketahui atau diduga menderita
farmasi, sangat diperlukan. Upaya kesehatan kerja penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung
yang menyeluruh yang dimaksudkan akan (misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit) yang
berkaitan dengan pekerja, cara/metode kerja, terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak
alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. langsung (persinggungan) dengan benda di
Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, lingkungan pasien.
pengobatan dan pemulihan. Sedangkan konsep Contoh penyakit yang ditularkan melalui kontak
dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah adalah :
: identifikasi permasalahan, evaluasi dan dilanjutkan
dengan tindakan pengendalian. 1. Infeksi gastrointestinal, respirasi, kulit luka
atau kolonisasi bakteri yang multidrug resisten
sesuai pedoman pr o g r a m
Permasalahan Ergonomik pemberantasan.
Secara umum permasalahan ergonomik di instalasi 2. Infeksi interik dengan dosis infeksi rendah
farmasi rumah sakit hampir sama dengan atau berkepanjangan termasuk :
9 5
a. Clostridium difficile • Catat jenis obat yang tertumpah
b. Enterohemorrhagic E. Coli, Shigella,
• Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
hepatitis A, atau rotavirus pada pasien
inkontenensia. • Laporkan ke supervisor
3. RSV, virus para influenza, atau infeksi • Lengkapi format kecelakaan
enteroviral pada bayi dan anak-anak.
4. Infeksi kulit yang sangat menular atau yang Transportasi dan Pembuangan Limbah
biasa timbul pada kulit kering, termasuk :  Petugas membawa dengan troli khusus
a. Difteri (kulit) untuk obat sitostatik
b. Herpes sim pleks ( n eo na t u s atau  Pembuangan limbah sitostatik harus
mukoneonatus) dalam wadah terpisah, untuk limbah
c. Impetigo tajam masukkan dalam container
d. Abses besar, selulitis atau dekubitus khusus yang tidak tembus benda tajam
e. Pedikulosis  Semua limbah kemoterapi harus dibakar
f. Skabies dalam incenerator
g. Stapilococcal furunculosis pada bayi dan
anak-anak
IV.4 BAHAYA ERGONOMI
h. Stapilococcal scalded skin syndrome
i. Zoster (diseminata atau Instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu
immunocompromised host) instalasi yang berada di rumah sakit. Seperti halnya
instalasi-instalasi yang lainnya di rumah sakit, tentu
5. Viral hemorrhagic conjungtivitis ada risiko dari pajanan bahaya di lingkungan tempat
6. Viral hemorrhagic fever (demam lessa atau kerja dimana seharusnya ada kewaspadaan dari
virus Marburg) masing-masing pihak yang terlibat di instalasi
tersebut. Kewaspadaan ini bisa berupa
pengaturan atau manajemen yang baik terhadap
Ketentuan Umum Pencegahan : risiko yang timbul di lingkungan tempat kerja di
instalasi farmasi di rumah sakit. Dengan kata lain,
1) Tempatkan pasien pada tempat yang terpisah faktor-faktor penyebab risiko bahaya kerja ditempat
atau bersama pasien lain dengan infeksi aktif tersebut, harus dikendalikan melalui upaya
organisme yang sama dan tanpa infeksi lain. pencegahan dan penanggulangan yang benar
2) Melaksanakan kewaspadaan universal. sehingga kasus-kasus kejadian penyakit dan
kecelakaan akibat kerja dapat dihindari, direduksi dan
3) Perawatan lingkungan yaitu dengan atau diminimalkan.
membersihkan setiap hari peralatan dan
permukaan lain yang sering tersentuh oleh
pasien. Risiko bahaya kerja yang dimaksud, selain faktor fisik,
biologik, kimia dan psikososial di instalasi farmasi,
5 9
• Catat jenis obat dan kemungkinan cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9 %
disiapkan antidot khusus
• Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
• Laporkan ke supervisor
• Lengkapi format kecelakaan
B. Kulit Tertusuk Jarum Berisi Obat Kanker
• Jangan segera mengangkat jarum, tarik
kembali plungger untuk menghisap
obat-obat yang mungkin telah
terinjeksi.
• Angkat jarum dari kulit dan tutup
jarum, kemudian buang.
• Tanggalkan sarung tangan
• Bilas area dengan air hangat
• Cuci dengan air sabun, bilas dengan
air hangat
• Catat jenis obat dan perkiraan berapa
banyak yang terinjeksi
• Tanggalkan semua pakaian pelindung
• Laporkan ke supervisor
• Lengkapi format kecelakaan
• Suntikkan antidot yang spesifik
• Segera konsultasikan ke dokter

C. Tumpahan Obat Sitostatika pada Mata


• Minta pertolongan (Call For Help)
• Tanggalkan sarung tangan
• Segera rendam dan bilas mata
terbuka dengan air hangat selama
5 menit
• Letakkan tangan sekitar mata dan

9 5
4) Peralatan perawatan penanganan dan pengolahan limbah dengan
pasien gunakan cara yang benar, khususnya limbah infeksi.
terpisah satu sama lain, 6) Memberikan pengobatan yang adekuat pada
jika terpaksa harus
penderita.
digunakan satu sama
lain secara bersama
maka peralatan tersebut IV.1.1 Tuberkulosis Paru :
harus selalu dibersihkan
dan didesinfeksi Adalah penyakit infeksi yang disebabkan
sebelum digunakan oleh kuman Mycobacterium Asam
pada yang lain. (BTA). Penularan penyakit ini dapat
melalui droplet- droplet yang dibawa oleh
udara tuberkulosis yang berbentuk batang
Tindakan yang harus dilakukan : (basil) dan disebut pula Basil Tahan Asam
dari seseorang yang terinfeksi dengan
1) Tempatkan pasien
tuberkulosis. Kecurigaan adanya
pada ruang tersendiri
tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4
atau bersama pasien
minggu, dahak bercampur darah, nyeri
lain dengan ruang kerja
dada, nafsu makan menurun, berat badan
lainnya.
2) Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
bekerja pada air
yang mengalir
atau alcuta.
3) Menggunakan alat
pelindung kerja
seperti masker, gaun
pelindung dan sarung
tangan.
4) Melakukan tindakan
desinfeksi,
dekontaminasi dan
sterilisasi, terhadap
berbagai peralatan yang
digunakan, meja kerja,
lantai dan lain-lain
terutama yang sering
tersentuh oleh pasien.
5) Melaksanakan
5 9
menurun, berkeringat pada malam hari, • Cuci dasar cytogard dengan detergent
demam dan sesak nafas. dan bilas dengan aquadest
• Buang semua sarung tangan dan lap
Ketentuan Umum Pencegahan : yang terkena kontaminasi obat
sitostatik
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur tetap (SOP). Prosedur Pembersihan Tumpahan Obat
Sitostatik (di luar BSC)
- Memberikan penyuluhan kesehatan
melalui pertemuan berkala, seminar ilmiah, • Isolasi daerah yang terkontaminasi agar
selebaran, poster dan lain- lain. jangan dilewati orang
- Melaksanakan kewaspadaan universal • Gantilah sarung tangan dan baju yang
(Universal Precaution = UP) terkena tumpahan dan letakkan dalam
kantong khusus
- Melaksanakan kewaspadaan khusus,
dengan cara menempatkan pasien pada • Gunakan pakaian pelindung lengkap
tempat tersendiri dengan tekanan tinggi • Angkat pecahan benda tajam dengan
terpantau, minimal pergantian udara pinset dan masukkan dalam wadah
enam kali setiap jam, pembuangan udara buangan khusus
keluar memadai.
• Jika tumpahan berupa liquid, hisap
- Melakukan pemeriksaan kesehatan dengan flannel kering
sebelum bekerja dan pemeriksaan
kesehatan berkala. • Jika tumpahan berupa serbuk, hisap
dengan flannel basah
Tindakan yang harus dilakukan :
• Pel lantai dengan detergent dan bilas
1) Mengupayakan ventilasi dan dengan aquadest
pencahayaan yang baik dalam ruang
perawatan, ruang konseling dan ruang • Buang semua sarung tangan dan lap
kerja lainnya. yang terkena kontaminasi obat
sitostatik
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja pada air yang mengalir atau
alcuta. Tindakan Bila Terjadi Keterpaparan Akibat
3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti Kecelakaan Kerja
masker dan sarung tangan. A. Tumpahan Mengenai Kulit
4) Melakukan tindakan desinfeksi, sterilisasi, • Tanggalkan sarung tangan
dan dekontaminasi terhadap berbagai
peralatan yang digunakan, meja kerja, • Bilas kulit dengan air hangat
lantai dan lain-lain terutama bila terkena • Jika kulit tidak sobek seka area
bahan infeksi. dengan kassa yang dibasahi larutan

9 5
chlorin 5 %. Jika kulit
sobek pakai larutan
H2O2 3%

5 9
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dengan flannel basah
secara periodik setiap 6 bulan, jika terdapat
kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih
dalam.
Pemeriksaan laboratorium juga harus
dilakukan jika terjadi paparan obat
sitostatik.
Semua hasil harus didokumentasikan
Formulir Permintaan Rekonstitusi terdiri
dari :
• Nama & No. MR
• Jenis obat dan dosis
• Jenis dan jumlah pelarut yang digunakan
• Tgl Persiapan
• Tgl kadaluarsa
Obat sitostatik yang telah direkonstitusi harus
dikemas yang aman untuk dibawa ke ruang
perawatan, dan diberi label peringatan obat
berbahaya.
Prosedur Pembersihan Tumpahan Obat
Sitostatik (di dalam BSC)
• Pastikan bahwa cytogard berjalan dengan
baik pada saat kejadian
• Nyalakan exhaust fan
• Gantilah sarung tangan dan baju yang
terkena tumpahan dan letakkan dalam
kantong khusus
• Gunakan pakaian pelindung lengkap
• Angkat pecahan benda tajam dengan
pinset dan masukkan dalam wadah
buangan khusus
• Jika tumpahan berupa liquid, hisap
dengan flannel kering
• Jika tumpahan berupa serbuk, hisap
9 5
5) M elaksanakan batuk, hidung berair yang mungkin menetap
penanganan selama 1-2 minggu setelah gejala lain
dan pengolahan hilang.
limbah dengan
cara yang benar,
khususnya Ketentuan Umum Pencegahan :
limbah infeksi. - Melakukan pekerjaan sesuai dengan
6) Melaksanakan prosedur tetap (SOP).
pemeriksaan - Memberikan penyuluhan kesehatan
kesehatan melalui pertemuan berkala, seminar ilmiah,
secara berkala leaflet/brosur, poster dan lain-lain.
termasuk
pemeriksaan - Melakukan pemeriksaan kesehatan
radiologi. sebelum bekerja dan pemeriksaan
kesehatan berkala .
7) Memberikan
pengobatan yang - Melakukan pengaturan/pemisahan
adekuat pada penderita untuk menghindari terjadinya
penderita. penularan.

IV.1.2 Influenza :
Adalah penyakit
infeksi saluran nafas
atas yang
disebabkan oleh
virus influenza, yang
penularannya dapat
melalui batuk,
bersin, dan tangan
yang tidak dicuci
setelah kontak
dengan cairan
hidung/mulut.
Gejala-gejala influenza dapat
berupa :
demam,
kedinginan, mata
kemerahan,
otot/tulang sakit,
6 9
- Melaksanakan kewaspadaan universal oleh virus Hepatitis B (HBV), yang manifestasinya
(Universal Precaution =UP).
- Instruksikan pada pasien untuk tutup
mulut saat batuk/bersin.

Tindakan yang harus dilakukan :


1) Mengupayakan ventilasi dan
pencahayaan yang baik dalam ruang
perawatan, ruang konseling. Tempatkan
pasien pada ruang tersendiri dan atau
bersama pasien lain dengan ruang kerja
lainnya.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja pada air yang mengalir atau
alcuta.
3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti
masker N 95 bila berada/bekerja dengan
jarak kurang dari 1 m dari pasien, dan
sarung tangan.
4) M elakukan tindakan desinf eksi,
dekontaminasi dan sterilisasi, terhadap
berbagai peralatan yang digunakan,
meja kerja, lantai dan lain-lain terutama
bila terkena bahan infeksi.
5) M elaksanakan penanganan dan
pengolahan limbah dengan cara yang
benar, khususnya limbah infeksi.
6) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
secara berkala termasuk pemeriksaan
radiologi.
7) Memberikan pengobatan yang adekuat
pada pasien.

IV.1.3 Hepatitis
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan

9 6
• Pass Box adalah jendela antara 3. Renal Function Test
ruang administrasi dan clean
room (barrier) berfungsi sebagai
keluar masuk obat ke clean room

Perlengkapan Pelindung :
• Pakaian/Baju Pelindung
• Tutup Kepala
• Masker dan Kaca Mata
• Sarung tangan
• Kaos Kaki dan Sepatu

Personal
• Personal yang akan terlibat
dalam preparasi obat
sitostatika harus mendapatkan
pelatihan yang memadai tentang
teknik aseptik dan penanganan
obat sitostatika.
• Petugas wanita yang sedang hamil
atau merencanakan untuk hamil tidak
dianjurkan untuk terlibat dalam
rekonstitusi obat sitostatika.
• Petugas yang sedang sakit
atau mengalami infeksi pada
kulit harus diistirahatkan dari
tugas ini.
• Setiap petugas yang akan terlibat
dalam rekonstitusi seminggu
sebelumnya harus mendapat
pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan Laboratorium pada Petugas :


1. Complete blood count
2. Liver Function Test

6 9
Fasilitas Ruangan : dapat sebagai Hepatitis B akut maupun
• Clean room dalam bentuk sebagai pengidap (karier)
kronik HBsAg. Cara penularannya dapat
• Area penyimpanan melalui darah atau cairan tubuh lainnya dari
• Area administrasi penderita HBV maupun pengidap HBsAg.
Gejala penyakitnya dapat berupa demam,
• Area cuci lemah, mual/muntah, rasa tak enak di
• Area ganti pakaian epigastrium dan kem ungkinan diser tai
ikterik.
• Ruang antara
• Pass box
Ketentuan Umum Pencegahan :
• Laminar Air Flow (LAF)/Biological Safety
Cabinet (BSC) - Melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur tetap (SOP).
- Memberikan penyuluhan kesehatan
Clean Room : melalui pertemuan berkala, seminar ilmiah,
• 25 % - 30 % dari total area selebaran, poster dan lain- lain.
• Konstruksi khusus, dinding mudah - Melakukan pemeriksaan kesehatan
dibersihkan sebelum bekerja dan pemeriksaan
kesehatan berkala .
• Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100,
1000, 10.000 partikel/lt udara - Melakukan pengaturan/pemisahan pasien
untuk menghindari terjadinya penularan.
• Aliran udara diketahui dan terkontrol
- Tutuplah luka bila ada.
• Tekanan ruangan diatur
• Suhu dan kelembaban udara terkontrol
Tindakan yang harus dilakukan :
Suhu : 18º - 22º C
1) M eningkat kan pengetahuan dan
Kelembaban : 35-50 %
kepedulian petugas farmasi terhadap
• Dilengkapi HEPA filter penyakit hepatitis B dan penularannya.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
Fasilitas Ruangan bekerja pada air yang mengalir atau
• Ruang antara : Ruang yang terletak alcuta.
antara ruang cuci tangan dan clean room 3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti
(barrier) pada ruangan ini petugas masker dan sarung tangan.
menggunakan perlengkapan steril
4) Melakukan tindakan desinfeksi, sterilisasi,
dan dekontaminasi terhadap berbagai

9 6
peralatan yang
digunakan, meja kerja,

6 9
lantai dan lain-lain terutama bila terkena Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi
bahan infeksi. pada transportasi, penyimpanan,
5) M elaksanakan penanganan dan pendistribusian, preparasi, dan pemberian
pengolahan limbah dengan cara yang obat sitostatika.
benar, khususnya limbah infeksi.
Potensial paparan pada petugas
6) Memberikan vaksinasi kepada petugas. pemberian sitostatika telah banyak diteliti.
7) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
secara berkala termasuk pemeriksaan Tujuan Safe Handling Cytostatic
radiologi.
• Produk terlindung dari kontaminasi
8) Memberikan pengobatan yang adekuat
mikroba (teknik aseptis) sehingga mutu
pada penderita.
terjamin
• Personal dan lingkungan yang terlibat,
IV.1.4 Resistensi
terlindung dari paparan bahan
Adalah suatu keadaan dimana mikroba berbahaya
sudah tidak peka lagi terhadap antimikroba
• Efisiensi biaya dan efisiensi waktu
pada pemberian yang rasional.
perawatan
Resistensi di instalasi farmasi dapat
terjadi karena kita menghirup atau
terpajan antimikroba atau sitostatika dalam Cara terpaparnya obat sitostatika ke dalam
pembuatan dan peracikan obat. Ciri-ciri tubuh
resistensi adalah bila kita terinfeksi - inhalasi
dengan mikroba tertentu kemudian diberi
antimikroba yang sesuai namun tidak - absorbsi
memberikan respon yang positif. - ingestion

Ketentuan Umum Pencegahan : Standar Prosedur Kerja meliputi :


- Melakukan pekerjaan sesuai dengan • Fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk
prosedur tetap (SOP). melindungi operator dan produk
- Melakukan pekerjaan dengan sarana • Perlengkapan pelindung yang
dan prasarana yang memenuhi melindungi operator dan produk
syarat. • Personal yang mengerjakan
- Memberikan pengetahuan tentang • Prosedur rekonstitusi obat dan teknik
resistensi serta bahaya resistensi terhadap khusus yang diperlukan
tubuh.
• Prosedur pembuatan label,
- Melakukan pemeriksaan kesehatan pengemasan, transportasi dan
sebelum bekerja dan sesudah bekerja pembuangan limbah sitostatika
secara berkala.
9 6
• Prosedur penanganan kecelakaan

6 9
- harus dijauhkan dari risiko yang tidak diinginkan.
suhu/panas yang tinggi
karena bisa meledak
jika terkena panas
yang tinggi.
- harus dijauhkan dari zat-
zat yang dapat
menyebabkan terjadinya
karatan atau kerusakan.
Sifat-sifat :
- TCLo (manusia)
terhirup 100 pph,
selama 14 jam.
- Stabil pada suhu dan
tekanan normal.
- Berbentuk gas atau cair.
- Bersifat oksidator,
membantu pembakaran.
- Tidak berwarna, sedikit
berbau dan tidak
berasa.
- Berat molekul =
31,9988 gr/mol.
- Titik Didih pada 1 Atm.
= - 182,92oC
- Spesifikasi gravity gas
(21,11 o C, 1 atm) =
1,1053
- Berat jenis (21,11oC, 1
atm) = 1,3265 gr/lt.
- Dapat larut di alkohol.

IV.3.2 Penanganan Obat Kanker


Prosedur penanganan obat sitostatika yang
aman perlu dilaksanakan untuk mencegah

9 6
Tindakan yang harus dilakukan : sebagai suara yang dapat menurunkan
1) Cuci tangan sebelum bekerja. pendengaran baik secara kuantitatif
(peningkatan ambang pendengaran) maupun
2) Gunakan alat
kualitatif (penyempitan spektrum
pelindung diri seperti
pendengaran), berkaitan dengan faktor
sarung tangan,
intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
masker, baju lab,
tutup kepala Di rumah sakit, bising merupakan masalah
sebelum bekerja. di power house/generator, ruangan AHU (Air
3) Bekerja pada Handling Unit), sumber bising lain dapat
tempat yang berasal dari ruang cuci piring, mesin cuci
memenuhi syarat. pakaian, mesin pompa air, dan mesin
potong rumput.
4) Laporkan hasil pemeriksaan
berkala.
5) Jika terjadi kelainan
maka perlu dilakukan
tindak lanjut
pekerjaan.
6) Berikan
pengobatan sesuai
dengan standar
medis.

IV.2 BAHAYA FISIKA


Faktor fisika merupakan salah
satu beban tambahan bagi
pekerja di rumah sakit yang
apabila tidak dilakukan upaya-
upaya penanggulangannya dapat
menyebabkan penyakit akibat
kerja.
Faktor fisika di IFRS terdiri dari
bising, listrik, panas, getaran
radiasi dan cahaya.

IV.2.1 BISING
Dalam kesehatan
kerja, bising diartikan
6 9
IV.2.1.1 Identifikasi Pertolongan Pertama :
Bising tinggi dapat menyebabkan bawa penderita ke tempat
dampak negatif baik yang bersifat yang segar dan
auditorial maupun non auditorial istirahatkan.
a. Non auditorial
Pemaparan : Kulit
Antara lain m engganggu
komunikasi, gangguan tidur, Gejala Akut : kulit
gangguan perilaku, gangguan melepuh atau luka/beku
fisiologis antara lain ditandai karena pengaruh
dengan sakit kepala, mual, dingin jika terkena O2
berdebar. cair.
b. Auditorial Pencegahan :
Dikenal sebagai Occupational - Pakai sarung tangan,
hearing loss termasuk trauma sepat u p e l i n d u n g .
akustik dan Noise Induce - Hindari kontak kulit
Hearing Loss (NIHL). dengan O2 cair.
Pertolongan Pertama :
Trauma akustik disebabkan siram dengan air hangat
oleh bising impulsif dengan (30-400C) pada bagian
intensitas yang sangat tinggi, kulit yang terbakar atau
biasanya melebihi 140 desibel luka .
(dB), bisa hanya terjadi satu kali
pajanan. Energi suara yang
dihasilkan melampaui batas Pemaparan : Mata
kemampuan fisiologis Gejala akut : penglihatan
s t r u k t u r a l a t pendengaran, kabur atau iritasi ke mata.
sehingga dapat merusak organ
corti di telinga dalam, juga Pencegahan : pakai
dapat merusak membran perlindungan mata saat
timpani dan tulang menangani O2 cair.
pendengaran di telinga tengah. Pertolongan Pertama :
Kejadiannya dramatis, sehingga bilas mata dengan air
penderita ingat betul permulaan bersih ± 15 Menit
terjadinya, misalnya terpapar
suara ledakan boiler. Penyimpanan :

Berbeda dengan trauma - harus dijauhkan dari


akustik, NIHL terjadi karena minyak oli, gemuk dan
pajanan bahan lain yang mudah

9 6
terbak
ar.

7 9
Pencegahan : jauhkan bising yang relatif rendah (85
dari minyak, oli, gemuk, dB atau lebih), dalam waktu
api dan zat-zat lain yang yang lama. Jadi terdapat efek
mudah terbakar. kumulatif dan bertingkat. Di
Tindakan : jika terjadi lingkungan kerja pada
kebakaran gunakan umumnya dan di Instalasi
pemadam api: Dr y Farmasi Rumah Sakit pada
Chemical, CO2, khususnya yang sering terjadi
semprotkan air pada adalah NIHL.
silinder O2 yang ada
disekitarnya supaya dingin.
Type Bahaya : Ledakan IV.2.1.2 Pengukuran
Bahaya : bisa Untuk mengetahui intensitas bising di
m e n i m b u l k a n lingkungan kerja, digunakan Sound Level
ledakan/pecahnya tabung Meter. Bila memungkinkan idealnya
silinder. dengan menggunakan Octave Band
Analyzer untuk mengetahui
Pencegahan : spektrum/frekuensi dari bising tersebut.
- Jauhkan dari api atau
sumber panas lainnya. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih
tepat digunakan Noise Dose Meter karena
- Pasang safety. pekerja umumnya tidak menetap pada
- Tabung silinder Oksigen suatu tempat kerja selama 8 jam ia
bertekanan tinggi (150 bekerja.
Atm.) dapat meledak
atau pecah terkena Nilai ambang batas intensitas bising adalah
panas yang tinggi. 85 dB. Dengan mengatur waktu kerja
pekerja didapatkan tabel sbb :
Pemaparan : Inhalasi a. Mengatur jam kerja, sbb :
Gejala Akut :
menyebabkan iritasi,
pusing jika terhirup
Oksigen murni
dalam jumlah besar.
Pencegahan :
- Hindari hirup O2 dalam
jumlah besar.
- Pindahkan, jika ada
tabung bocor.

9 7
Waktu kerja maksimum
Intensitas (dB)
per hari (jam)
85 8
90 4
95 2
100 1
105 1/2
110 1/4

7 9
b. Mengatur jumlah impuls per hari maksimal Sifat-sifat :
Waktu kerja maksimum - Bersifat narkotik dalam
Intensitas (dB)
per hari (jam) konsentrasi yang tinggi
140 100 - Dapat m em be nt uk
130 1.000 campuran yang explosif
120 10.000
dengan udara.
- TCLo (m anusia) :
IV.2.1.3 Evaluasi 24 mg/kg/2 Jam.
Secara sosial NIHL dapat menganggu - Stabil pada suhu dan
keharmonisan baik antar teman sekerja tekanan normal.
maupun dengan keluarga, karena yang
- Berbentuk gas/cair.
bersangkutan sulit berkomunikasi dan sering
berbicara dengan suara keras tanpa disadari - Bersifat oksidator,
karena kurang dengar, yang sering disalah membantu pembakaran.
artikan oleh lawan bicara sebagai bentakan - Tidak berwarna, sedikit
atau kemarahan. Juga menurunkan berbau dan berasa
kualitas hidupnya, antara lain kemampuan manis.
mendengar musik, kesigapan terhadap
tanda bahaya bunyi. - Berat molekul = 44,013
gr/mol.
Secara ekonomi dapat sangat merugikan
karena bersifat kontra produktif bagi - Titik Didih pada 1 Atm.
lingkungan kerja, selain biaya tanggungan = - 88,52oC
penyakit akibat kerja yang besar, yang - Spesifikasi gravity gas
lebih merugikan adalah organisasi ( 0oC, 1 atm) = 1,529
terpaksa kehilangan pekerja terampil
akibat dimutasi. - Berat jenis ( 21,11oC,
1 atm) = 1,84 gr/lt.
IV.2.1.4 Pengendalian : - Dapat larut di alkohol,
ether.
Yang terpenting adalah mengurangi dosis
pemajanan dengan memperhatikan 3 (tiga) IV.3.2 Gas O2
unsur :
a. Sumber : mengurangi intensitas bising Type Bahaya : Kebakaran.
- Desain akustik Bahaya : bersifat oksidator
- Menggunakan mesin/alat yg kurang membantu proses
bising pembakaran/ memperbesar
- Merubah metoda proses nyala api.

9 7
Pemaparan : Kulit b. Media : mengurangi transmisi bising
Gejala Akut : kulit melepuh - Menjauhkan sumber dari pekerja
atau luka Pencegahan :
- Mengabsorpsi dan mengurangi
- pakai sarung tangan, pantulan bising secara akustik pada
sepat u p e l i n d u n g . dinding, langit-langit dan lantai
- hindari kontak kulit - Menutup sumber bising dengan barier
dengan N2O.
c. Pekerja : mengurangi penerimaan bising
Pertolongan Pertama :
siram dengan air hangat - Alat pelindung diri
(30-400C) pada bagian Berupa sumbat telinga (ear plug)
kulit yang terbakar. yang dapat menurunkan pajanan
sebesar 6
– 30 dB atau penutup telinga (ear
Pemaparan : Mata muff) yang dapat menurunkan 20 –
Gejala akut : penglihatan 40 dB
kabur atau beku ke mata. - Ruang isolasi untuk istirahat
Pencegahan : pakai - Rotasi pekerja untuk periode waktu
perlindungan mata saat tertentu antara lingkungan kerja yang
menangani N2O. bising dengan yang tidak bising
Pertolongan Pertama : - Pengendalian secara administratif
bilas mata dengan air dengan menggunakan jadwal kerja
bersih ± 15 menit. sesuai Nilai Ambang Batas (NAB)
Penyimpanan : IV.2.2 LISTRIK
- N2O dijauhkan dari Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
minyak oli, gemuk dan pemanfaatan aliran listrik digunakan untuk
bahan lain yang mudah penerangan dan penggerak peralatan.
terbakar, metal garam, Namun jika penggunanya tanpa
metal oksida, didukung pengetahuan listrik yang
peroksida dan basa. memadai dapat menimbulkan kecelakaan
- Tabung N2O harus terhadap listrik. Ada dua tingkatan listrik
dijauhkan dari panas yang berbahaya yaitu makroshok dan
yang tinggi dan suhu mikroshok.
silinder harus dijaga
tidak boleh melampaui
52oC. Timbulnya aliran listrik akibat perbedaan
potensial antara 2 (dua) kutub yang

7 9
bermuatan listrik. Aliran
listrik ini dapat berupa
arus searah (DC) atau
arus bolak balik (AC).

9 7
IV.2.2.1 Identifikasi semprotkan air pada
Keluhan : silinder N2O yang ada
- Terasa panas dan kedutan disekitarnya supaya dingin.
Walk through survey :
- Adanya aliran listrik yang tidak Type Bahaya : Ledakan
terpelihara Bahaya : bisa
Efek Kesehatan : menimbulkan ledakan atau
- Luka bakar ditempat tersengat pecahnya tabung Silinder
aliran listrik Pencegahan :
- Kaku pada otot ditempat yang - jauhkan dari api atau
tersengat listrik sumber panas lainnya.
- Tahanan tubuh membesar
- pasang safety .
- tabung silinder N2O
IV.2.2.2 Pengendalian
bertekanan tinggi (70
1. Enginering Atm.) dapat meledak
- Pemasangan grounding atau pecah bila terkena
(pertanahan) sesuai ketentuan. panas yang tinggi.

- Pengukuran jaringan/instalasi
listrik Pemaparan : Inhalasi
- NAB bocor arus 50 miliamper, G e j a l a A k u t :
60 Hz (sakit) menyebabkan iritasi, pusing
- Pemasangan pengamanan/alat jika terhirup dan dapat
pengamanan sesuai ketentuan membius pada konsentrasi
N2O tertentu (70%).
- Pemasangan tanda-tanda
bahaya dan indikator Pencegahan :

2. Administrasi - hindari hirup N2O


dalam jumlah besar.
- Penempatan petugas sesuai
dengan keterampilan - pindahkan jika ada
tabung bocor.
- Waktu kerja petugas digilir
Pertolongan Pertama :
3. Interfensi medan elektro magnetis bawa penderita ke tempat
terhadap alat-alat elektronis yang segar dan
4. Memakai sepatu isolasi istirahatkan.

7 9
- Pengaturan jumlah jam pekerja IV.2.3 PANAS
- Pemeriksaan kesehatan secara
Secara umum panas dirasakan bila suhu
berkala. udara diatas suhu nyaman, suhu nyaman
di Indonesia berkisar antara 26oC-28oC
IV.3 BAHAYA KIMIA dengan
Relative Humidity (kelembaban) antara 60-
Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat 70 %.
menimbulkan bahaya bagi para penderita maupun
para pekerjanya, baik bagi para dokter, perawat, Lingkungan suhu nyaman adalah kombinasi
teknisi dan semua yang berkaitan dengan dari suhu udara, kelembaban, kecepatan
pengelolaan rumah sakit maupun perawatan aliran udara dan suhu radiasi. Bekerja
penderita. ditempat yang panas akan menyebabkan
ketidaknyamanan, bahkan dapat
Walaupun orang menyadari arti bahan-bahan kimia mengganggu kesehatan.
dan bahayanya, kecelakaan bahan-bahan kimia terjadi
semata-mata karena kurang hati-hati dan kurang
peduli terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Hal-hal IV.2.3.1 Identifikasi
tersebut dapat menyebabkan keracunan kronik Ditempat kerja yang panas, pekerja
akibat tumpahan-tumpahan, kebocoran tempat akan mengeluh :
penyimpanan dan ventilasi yang tidak baik. Bahan
- Rasa tidak enak, serba salah
kimia yang mempunyai risiko mengakibatkan
gangguan kesehatan antara lain adalah gas zat-zat - Mudah marah
anestetik (halotan, nitro oksida, etil eter), - Suhu kulit panas/basah karena
formaldehid, etilen oksida, merkuri, dan debu. berkeringat atau kering karena
keringat terus menguap
IV.3.1 Gas Nitrogen Oksida - Lelah, mual, sakit kepala urine
berkurang.
Type Bahaya : Kebakaran.
Bahaya : bersifat oksidator Pada walk trough survey, akan
dirasakan suhu ruang kerja yang
membantu proses
panas, ditemukan sumber panas;
pembakaran atau pekerja berkeringat dengan
memperbesar nyala api beberapa keluhan seperti diatas.
Pencegahan : jauhkan
dari minyak, oli, gemuk, Akibat terpajan panas yang tinggi,
api dan zat-zat lain yang maka suhu badan akan naik,
mudah terbakar. kenaikan suhu tubuh badan tersebut
tidak dapat diimbangi dengan
Tindakan : jika terjadi pendinginan melalui penguapan.
kebakaran gunakan
pemadam a p i : Dr y Dapur; salah satu tempat kerja di
Chemical, CO2, rumah sakit yang menimbulkan
bahaya panas.

9 7
Pengaturan ventilasi dan IV.2.6.1 Identifikasi
penyediaan air minum merupakan
alternatif pencegahan dampak Keluhan :
panas. - Orang yang terpajan akan
Efek panas terhadap kesehatan gangguan pencahayaan akan
yang ringan adalah heat syncope, mengeluh kelelahan mata.
yaitu pingsan karena panas. Walk trough survey :
Penyebabnya adalah terjadi
hipostasis aliran darah, karena Ruangan/tempat kerja dengan
terjadi pooling di pembuluh darah penerangan yang kurang.
yang melebar, pada kulit dan tubuh Efek Kesehatan
bagian bawah, sehingga suplai
darah ke otak berkurang. - Iritasi (conjunctivitis)
Sedangkan Heat Disorder, adalah - Penglihatan rangkap
kumpulan gejala yang berhubungan - Sakit kepala
dengan kenaikan suhu tubuh dan
mengakibatkan kekurangan cairan - Ketajaman penglihatan terganggu
tubuh a.l. : - Akomodasi dan konvergensi
1. Heat stress/Heat exhaustion, menurun
terasa panas dan tidak nyaman, IV.2.6.2 Pengukuran
karena dehidrasi, tekanan
darah turun menyebabkan gejala Satuan penting yang digunakan adalah :
pusing dan mual. - Untuk intensitas cahaya: Candela
2. Heat cramps, adalah spasme (Cd)
otot yang disebabkan cairan
- Untuk Flux cahaya : lumen (lm)
dengan elektrolit yang rendah,
masuk ke dalam otot, akibat - Untuk intensitas perorangan : lux
banyak cairan tubuh keluar (lx)
melalui keringat, sedangkan - Untuk sudut ruangan : steradian (Str)
penggantinya hanya berupa air
minum biasa tanpa elektrolit.
3. Heat Stroke, disebabkan IV.2.6.3 Pengendalian
kegagalan bekerja SSP dalam Adanya pelindung bagi pekerja :
mengatur pengeluaran keringat,
suhu tubuh dapat mencapai - Pemakaian kaca mata yang cocok
40,5C. Selain itu gangguan - Pemasangan tabir antara pekerja
perilaku bisa sangat menonjol dengan sumber cahaya
akibat perasaan kepanasan dan
- Adakan rotasi pekerja
gangguan fisiologis SSP.

7 9
IV.2.6.CAHAYA IV.2.3.2 Pengendalian
Pencahayaan di instalasi farmasi rumah a. Terhadap lingkungan
sakit berkaitan langsung dengan
keselamatan pasien dan petugas instalasi 1). Terhadap suhu udara yang
farmasi rumah sakit, peningkatan tinggi (memperkecil panas
pencermatan, kesehatan yang lebih baik konveksi)
dan suasana yang nyaman. Pemilihan a). Isolasi dari peralatan yang
sistem penerangan/ pencahayaan yang menimbulkan panas.
baik, ditentukan oleh beberapa penerangan b). Menyempurnakan sistem
umum dalam ruangan, biaya instalasi, ventilasi
biaya pemakaian energi dan biaya
pergantian termasuk pergantian lampu- - Ventilasi yang ditempatkan
lampu. diatas sumber panas yang
bertujuan untuk menarik
Pedoman pencahayaan di rumah sakit udara panas keluar
memuat beberapa teori pencahayaan r u a n g a n ( d a p a t
serta kategori pencahayaan pada dipergunakan kipas angin
ruangan- ruangan di rumah sakit yang di langit-langit ruangan).
sesuai dengan bidang kerjanya. - Ventilasi lokal untuk tiap-
Kategori pencahayaan diberikan nilai tiap tenaga kerja dengan
dengan notasi huruf A, B, C, D, E, F, G, menghembuskan udara
H dan I. Masing- masing notasi huruf dingin.
mempunyai nilai intensitas penerangan 3 - Pemasangan alat
(tiga) macam yaitu nilai minimal, nilai pendingin
yang diharapkan dan nilai maksimal. - Pakaian kerja khusus yang
Kategori LUX diberi ventilasi untuk
Penerangan Minimal Yang diharapkan Maksimal lingkungan kerja yang
A 20 30 50 sangat panas.
B 50 75 100
C 100 150 200
2). Terhadap kelembaban
D 200 300 500
(mempengaruhi panas
E 500 700 1.000 penguapan).
F 1.000 1.500 2.000 a). Menutup kebocoran uap air
G 2.000 3.000 5.000 atau sumber lain yang
H 5.000 7.500 10.000 mempengaruhi kelembaban.
I 10.000 15.000 20.000
b). Menyempurnakan ventilasi
umum.
c.) Pengurangan kelembaban
dilakukan dengan
penggunaan alat
9 7
dehumidifier.

8 9
d). Pakaian dengan sistem - Operator harus dilindungi dari
ventilasi (ventilasi suits) paparan
untuk kondisi yang sangat
lembab. 2. Administrasi :
3). Umum - Penggantian operator X-ray bila film
badge telah mencapai NAB.
a) Pemasangan AC hanya
efisiensi pada ruang kerja 3. Alat Pelindung Diri :
yang tidak luas (misal : - Apron
panel operation room).
b. Radiasi non pengion
b) Menyediakan tempat
istirahat yang memenuhi Radiasi yang tanpa ada pelepasan
syarat untuk recovery elektron t er ga nt un g panjang
g el om ba ng
b. Pengendalian terhadap pekerja
Termasuk disini :
1). Menyediakan persediaan air
minum dekat tempat kerja - Sinar ultraviolet (A, B dan C)
yang cukup dan memenuhi - Sinar yang bisa dilihat (sinar biru
syarat dan kalau perlu yang berbahaya, sinar laser)
disediakan extra salt (harus
dengan pengawasan dokter). - Sinar dengan gelombang pendek
(extra salt : 250 gr NaCl, 7 gr (microwave).
CaCl2, 100 gr Citric Acid, 32 Keluhan :
gr KCl, 100 gr gula, 50 gr
Vinegar dalam 100 l air). Bervariasi tergantung intensitas sinar, jenis
sinar dan waktu pemaparan.
2). Pada k o n d i s i d i m a n a
lingkungan kerja mempunyai Efek Kesehatan
tingkat radiasi rendah, (1) Efek kesehatan negatif :
dianjurkan dengan pakaian - Gangguan pada mata,
kerja yang menutup seluruh kebutaan sementara sampai
permukaan kulit dan berwarna permanen
putih.
- Gangguan pada kulit (terbakar)
3). Hindarkan tenaga kerja yang
(2) Efek kesehatan positif :
harus bekerja dilingkungan
panas apabila : - Dapat digunakan untuk terapi
a. Berbadan gemuk sekali Pengendalian
b. Menderita suatu penyakit Menggunakan alat pelindung mata :
cardiovaskuler Sunglasses, Filter untuk mikroskop
elektron, dan pelindung mata untuk sinar
9 8
laser.

8 9
Radiasi dibagi menjadi : (beton-Fb)
a. Radiasi pengion
Radiasi pengion mempunyai
kemampuan untuk melepas elektron dari
orbitnya pada suatu atom membentuk
suatu ion.
Termasuk disini :
- Sinar X
- Sinar Gamma
- Sinar Kosmis
Sifat radioaktifitas yang berasal dari mineral

Efek Kesehatan
Efek radiasi terhadap kesehatan dapat
akut atau kronik
1. Radiasi yang akut dapat menimbulkan
:
- Sindrom sistem syaraf pusat
- Gangguan gastrointestinal
- Gangguan sistem hemopeoetik
2. Radiasi yang kronik menimbulkan :
- Leukomogenesis
- Karsiogenesis
- Kerusakan genetik
Efek kesehatan ini tergantung dosis dan
waktu pemajanan mulai dari gejala akut
ringan sampai kematian .
Pengendalian
1. Enginering :
- Peralatan ditaruh pada ruang isolasi

9 8
- P emeriksaan kesehatan
e sebelum bekerja
r - Periodic medical
l e x a m i n a t i o n /
u
pemeriksaan kesehatan
berkala.
p
r c. Pengendalian secara administratif
e Pengaturan waktu kerja dan
istirahat berkaitan dengan suhu
e ruangan.
m
p Pengaturan waktu Suhu ruang (oC) & Beban kerja
l (kkal/jam)
o Ringan Sedang Berat
Kerja Istirahat
< 200 200 - 400 > 400
y
m 100 % 0% 30,0 26,7 25,0
e 75 % 25 % 30,6 28,0 25,9
50% 50 % 31,4 29,4 27,9
n
25% 75 % 32,2 31,1 30,1
t
m
e IV.2.4. GETARAN
d
i Getaran/vibrasi adalah faktor fisik yang
c ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan
a osilasi.
l Mesin, peralatan atau perkakas kerja yang
e bergetar dapat memajani pekerja melalui
x transmisi/penjalaran, baik getaran yang
a mengenai seluruh tubuh misalnya waktu
m duduk dalam kendaraan berjalan atau
i getaran mesin diesel maupun getaran
n setempat yang merambat melalui tangan
a atau lengan operator alat bergetar.
t
i
IV.2.4.1 Identifikasi
o
n Penyakit akibat getaran, dari ringan

/
p
8 9
sampai berat, gejala yang ditimbulkan Getaran juga dapat menyebabkan pendarahan mikro, test
secara keseluruhan disebut sebagai viscositas dan
sindrom vibrasi.
Efek Kesehatan
Penyakitnya dikenal sebagai penyakit
Raynaud atau White Finger, terutama
terjadi pada ruangan yang dingin.
Keluhan :
a. Gejala dini berupa rasa
kesemutan jari tangan waktu
bekerja atau sesaat setelah
berhenti bekerja.
b. Fase selanjutnya ujung jari
kadang- kadang memucat yang
disertai rasa nyeri, gejala hilang
setelah tangan dipanaskan 15–30
menit.
c. Fase lebih lanjut, seluruh jari
memucat secara paroksismal yang
dapat terjadi pada suhu udara
biasa, umumnya tidak mengenai
ibu jari.
Lebih lanjut lagi pekerja mengeluh
parese, kepekaan rasa raba
terganggu, namun nekrosis hampir
tidak pernah terjadi.

Test diagnosis dilakukan dengan


mencelupkan kedua lengan bawah ke
dalam air es selama ±10 menit, bila
positif akan timbul gejala White finger.
Pemeriksaan penunjang lain berupa
Finger Pletysmography, pemeriksaan
mikroskopik kapiler, pengukuran suhu
kulit dengan termometer atau
termografi.

9 8
plasma yang dijinjing diganti dengan alat
cydic yang didorong.
nucleotid Terhadap pekerja, tidak ada
e sangat
pelindung khusus, hanya
berguna d i a n j u r k a n menggunakan sarung
mendete
tangan untuk menghangatkan tangan
ksi dini terutama dalam suhu tinggi untuk
fenomen
perlindungan terhadap gangguan
a vaskular.
Raynaud
.
IV.2.5. RADIASI
IV.2.4.2 Pengendalian Sebagaimana diketahui bahwa radiasi
disamping bermanfaat juga dapat
Terhada menimbulkan bahaya bagi umat manusia.
p
sumber, Radiasi dapat digunakan untuk
diusaha pemeriksaan (radiodiagnostik) maupun
kan untuk pengobatan (radioterapi).
menurun Agar radiasi dapat dimanfaatkan dengan
kan baik, pemberian dosis kepada pasien harus
getaran tepat dan para pekerja radiasi dilengkapi
dengan dengan alat monitor yang biasa disebut film
bantalan bagde.
anti
vibrasi/is Film bagde tersebut diperiksa secara
olator berkala. Apabila pekerja telah menerima
dan paparan radiasi diatas Nilai Ambang
pemeliha Batas yang ditentukan (diketahui dari film
raan bagde pekerja) maka pekerja ditempat
mesin radiasi dipindahkan.
yang
baik.
Menggan
ti proses
gerinda
menjadi
proses
menggili
ng. Alat

8 9
LAMPIRAN 5
TANDA-TANDA BAHAYA

Korosif
Eksplosif

ToxicRacun
Radioaktif

121
OKSIDATOR
IRITASI

M u d a hM enyala

Anda mungkin juga menyukai