Anda di halaman 1dari 18

PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,
RSUD KABUPATEN
SUMEDANG

STANDAR dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes


PROSEDUR NIP. 19630827 199002 1 001
OPERASIONAL

1. Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi


PENGERTIAN
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan,digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Brunner dan Suddart,
2002)
2. Perawatan ventilator adalah cara perawatan pada pasien yang
telah terintubasi dan terpasang ventilator
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
Sebagai pedoman bagi pegawai dalam melakukan pemasangan dan
TUJUAN
perawatan ventilator untuk :

1. Memperbaiki ventilasi alveolar (PCO2 dan Ph) ; memperbaiki

oksigen arteri (PCO2, saturasi dan CaO2); meningkatkan kapasitas

residu fungsional; menurunkan kerja otot-otot pernafasan.

2. Perbaikan hipoksemia ; perbaikan asidosis respiratorik akut.

Pemulihan gawat nafas ; pencegahan / perbaikan atelectasis ; upaya

mengistirahatkan otot-otot pernapasan ; pengurangan konsumsi

oksigen sistemik, konsumsi oksigen miokardium, atau keduanya ;

penurunan tekanan intra kranial dan stabilisasi dinding dada.

3. Menjadi acuan perawatan pasien dengan ventilator


4. Terlaksananya persamaan pendapat untuk perawatan pasien
dengan ventilator
KEBIJAKAN Keputusan direktur RSUD kabupaten sumedang no.
445/kep-052-PP/2013 tentang kebijakan pelayanan keperawatan
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
PROSEDUR A. PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
1. Persiapan alat
a. Pulse oxymetri
b. Manual resuscitation bag (ambu bag)
c. Ventilator lengkap
d. Oksigen sentral
e. Alat-alat penghisap lendir
f. Aqua steril dan perfusor
g. Alcohol swab
h. Handscoon onsteril

2. Persiapan pasien
a. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang prosedur
pemasangan ventilator.
b. Meminta persetujuan pasien dan keluarga (Informed Consent)
tentang tindakan pemberian bantuan ventilasi mekanik
c. Jelaskan manfaat dari pemasangan ventilator dan
kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul.

3. Pelaksanaan menyiapkan kelengkapan dan pemasangan


ventilator
a. Pencahayaaan yang cukup
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
b. Alat-alat didekatkan
c. Cuci tangan
d. Pakai Handscoon onsteril
e. Siapkan set ventilator, desinfektan sambungan inspirasi,
ekspirasi, sensor suhu, sambungan heater wire yang ada
diventilator dengan alcohol swab
f. Sirkuit ventilator dan komponennya dirangkai sesuai standar
g. Memasang / sambungkan kabel listrik ke stop kontak
h. Memasang selang / konektor oksigen ke regulator oksigen
(oksigen sentral)
i. Nyalakan ventilator dengan menekan tombol ON.
- Untuk ventilator SIARETRON tunggu sampai ventilator
melakukan Self test yang akan berakhir dengan otomatis
( semua lampu akan menyala kemudian akan mati sendiri)
ventilator siap dipakai sesuai kebutuhan.
- Untuk ventilator C2 pilih neonatal atau adult. Untuk
pemilihan neonatal klik menu weigh sesuai BB pasien. Untuk
adult klik famele atau male kemudian klik menu hight.
- Klik start
j. Kalibrasi C2 ; pilih menu system menu test dan kalibrasi.
Kalibrasi thygness, flow sensor dan O2 cell, kalibrasi sukses
sampai muncul ceklis hijau.
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
k. Setting mode ventilator sesuai dengan advis dokter dan
kebutuhan pasien
l. Sambungkan sirkuit ventilator ke test lung
m. Cek pengebangan test lung sesuai dengan TV yang sudah
diatur
n. Identifikasi pasien
o. Buka test lung hubungkan sirkuit ventilator dengan EET yang
telah dipasang pada pasien
p. Pasien dalam posisi yang aman dan nyaman
q. Buka handscoon
r. Cuci tangan

B. MODE VENTILATOR
1. Volume control
a.Semua pemenuhan TV, MV, RR dibantu sepenuhnya oleh
mesin. Pasien tidak diberi kesempatan untuk nafas spontan.
b.Target memenuhi TV / MV melalui pemberian volume secara
langsung.
c.Indkasi :
 Untuk PS yang tidak mampu lagi memenuhi TV dengan
usaha nafas sendiri / tidak ada nafas
 Kelainan di cranial bukan di paru-paru
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
d.Setting :
 TV = (6-8 x BB)
 F = 10-12 x / menit ( sesuai penyakit yang mendasarinya)
 PEEP = 5-20 cmH2O ( tidak boleh < 5)
 I : E = 1 : 2 ( sesuai kondisi penyakit / hasil AGD)
 FiO2 = paska intubasi mulai hiperoksigenasi dengan FiO2
100%, berangsur diturunkan dengan acua nilai saturasi > 95
% dan PaO2 80-100 mmHg.
 Trigger = dibuat tidak sensitive / lebih rendah – 20 cmH2O
atau dibuat off. ( Agar usaha nafas tidak terdeteksi mesin).

2. Model Assist-Control
a. Pilihan mandatory atau kontrol, jika pasien ingin bernafas lebih
cepat.
b. Dapat memicu ventilator dan menerima pernafasan dengan
volume penuh. Digunakan secara keseluruhan untuk
mendukung pasien.
c. Indikasi :
PS baru diintubasi atau jika pasien tersebut terlalu lemah untuk
melakukan kerja pernafasan (misal pada pasien saat baru
sadar dari pengaruh anastesia).
d. Setting : TV, RR, PEEP, I:E, FIO2, TRIGGER on / off.
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
e. Pasien diberi obat-obatan sedasi dan pelumpuh otot nafas
(relaksan), supaya tidak terjadi fighting

3. Model Pressure Control Ventilator (PCV)


a. Target untuk memenuhi TV / MV dengan pemberian tekanan
inspirai dan RR
b. Model PVC digunakan untuk mengontrol tekanan plateu
c. Indikasi :
 ARDS / ARDS berat, yakni ketika komplians paru menurun
dan beresiko tinggi
 terjadi barotrauma.
 Alat ini digunakan ketika pasien mengalami masalah
oksigenasi yang menetap
 Oedema paru akut
 Digunakan untuk membatasi tekanan plateu yang dapat
menyebabkan barotrauma
d.Setting :
 IPL = 6-20 cmH2O ( harus > PEEP)
 F = 10-12 x/menit
 FiO2 = paska intubasi mulai hiperoksigenasi dengan FiO2
100%, berangsur diturunkan dengan acua nilai saturasi > 95
% dan PaO2 80-100 mmHg.
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
 Trigger = dibuat tidak sensitive / lebih rendah – 20 cmH2O
atau dibuat off. ( Agar usaha nafas tidak terdeteksi mesin).
 Pengaturan IPL disesuaikan dengan TV dan PIP ( tekanan
puncak) di layar (display ventilator). PIP tidak boleh lebih
dari 30 cmH2O.
 Upper pressure limit = 30-35 cmH2O
e. Pasien diberi obat-obatan sedasi dan pelumpuh otot nafas
(relaksan), supaya tidak terjadi fighting

4. Model SIMV + PS
a. Model gabungan SIMV dan PS, bantuan ang diberian berupa
Volume dan tekanan
b. Indikasi :
 Umumnya untuk perpindahan dari mode control.
 Untuk pasien dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah
c. Setting :TV, MV, IPL, RR, PEEP, FiO2, trigger on sensitif, alarm
batas atas dan bawah MV dan Upper pressure limit.

5. Model Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation


(SIMV)
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
a. SIMV adalah bantuan sebagian dengan target volume.
b. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas spontan
memicu mesin ventilator.
c. Jika usaha nafas pasien tidak bias memicu mesin maka
ventilator tetap member bantuan sesuai jumlah RR yang diatur.
d. Indikasi : kerap digunakan sebagai model ventilasi awal dan
untuk penyapihan.
e. Setting : TV, MV, frekuensi nafas, PEEP, FiO2, trigger dibuat
sensitive ( mendekati standard / lebih tinggi), upper pressure
level (PIP) dan alarm batas atas dan bawah MV.

6. Model pressure support ventilation (PSV)


a. PSV bantuan sebagian dengan target tekanan
b. Setiap ada usaha nafas spontan, ventilator akan segara
memberikan bantuan tekanan.
c. Indikasi : untuk pasien dengan kekuatan inspirasi yang sudah
cukup kuat.
d. Setting : IPL, PEEP, FiO2, RR, trigger on sensitif, batas atas
dan batas bawah MV, upper pressure level.
e. Jika IPL sudah bias diturunkan mendekati 6 cmH2O serta TV /
MV yang dihasilkan terpenuhi optimal, maka dapat weaning ke
mode CPAP.
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001

C. PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR

1.Cek Mode Dan Seting Ventilator


a. Ketika menerima pasien cek tanda vital, saturasi oksigen, kaji
suara nafas, catat perubahan kondisi pasien, kaji ulang skala
nyeri dan tingkat kecemasan pasien.
b. Baca kembali informasi dan instruksi seting ventilator
c. Bandingkan instruksi seting mode ventilator dengan seting mode
mesin ventilator yang tersedia
d. Pahami bunyi alarm ventilator dan cara mengatasinya ketika
alarm ventilator berbunyi.
e. Dekatkan alat suction dan pasang closed suction
f. Pahami bagaimana cara untuk membuat pasien menjadi
hiperventilasi, hipoventilasi dan dan hiperoksigenasi

2. Suction
a. Suction dilakukan ketika dibutuhkan, jangan terpaku pada jadwal
b. Berikan fio2 100% (hiperoksigen) pada saat sebelum dan
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
h. Pada pasien dengan tracheostomy kaji posisi tube,perdarahan
dan infeksi. Untuk mengkaji hal tersebut periksa lokasi insersi
tube, suara nafas dan perubahan PIP. Lapor pada dokter
penanggung jawan pasien
i. Lakukan pembersihan dan perawatan secara rutin pada pasien
terpasang tracheostomy sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku

3. Kaji Nyeri Dan Kebutuhan Pemberian Sedasi


a. Ketika pasien tidak dapat mengekpresikan secara verbal
kebutuhannya, maka lakukan pengkajian skala nyeri dengan
menggunakan skala yang tepat. Mengingat nyeri yang timbul dan
dirasakan oleh pasien, maka harus segera ditangangani
b. Dokumentasikan pengkajian nyeri dengan menggunakan urutan
nyeri numeric atau skala serupa apabila memungkinkan
c. Skala penilaian yang dapat membantu mengevaluasi level sedasi
pasien adalah GCS
d. Berikan analgesia jika tepat, catat keefektifan obat setiap sesudah
pemberian dosis
e. Pasien dengan ventilator tidak selalu harus terpasang restrain
untuk mengatasi agitasi dan pencegahan extubasi. Menurut
penelitian menunjukan self-extubation dapat terjadi meskipun
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
2) Berikan sedasi setiap hari dan kaji kesiapan untuk ekstubasi
dengan melihat indikasi dari tanda vital dan hasil analisa gas
darah sampai dengan batas nilai normal serta pasien mampu
bernafas sendiri.
3) Berikan peptic ulcer disease prophilaxis dengan histamine-2
blocker seperti famotidine.
4) Berikan deep vein thrombosis prophylaxis secara intermiten
5) Lakukan oral hygiene dengan larutan clorhexidine moutwash
setiap 1-4 jam / hari.

5. Pencegahan Hemodinamik Tidak Stabil


a. Monitoring tekanan darah pasien setiap 2 sampai 4 jam setelah
seting ventilator dirubah atau dinaikan
b. Ventilasi mekanik menyebabkan tekanan intra torakal meningkat
pada saat inspirasi, juga dapat memberikan tekanan di pembuluh
darah dan dapat mengurangi aliran darah ke jantung sehingga
hasilnya tekanan darah menjadi drop
c. Untuk memelihara hemodinamik stabil dibutuhkan meningkatkan
intake cairan intravena atau memberikan obat seperti dopamin
atau norepinephrine jika dibutuhkan
d. Peningkatan level tekanan inspirasi dengan PSV dan PEEP dapat
meningkatkan resiko barotrauma dan pneumothorax. Untuk
mengetahui komplikasi tersebut dilakukan dengan cara mengkaji
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
d. Lakukan suction jika dibutuhkan
e. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi melalui pemeriksaan
klinis atau sinar x dada
f. Ganti tracheostomy tube dan tali pengaman dan untuk endo
tracheal tube bersihkan jika kotor dan reposisi jika longgar.
Dampingi tindakan tersebut dengan rekan yang lebih
berpengalaman, karena jika dilakukan dengan tehnik yang tidak
sesuai, dapat menyebabkan accidental extubation

7. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pasien


a. Untuk mendapat hasil yang maksimal pasien dengan ventilator
harus memiliki status gizi yang baik dan harus segera diberikan
nutrisi enteral atau parenteral dimulai 48 jam intubasi
b. Konsultasi dengan dokter gizi untuk pengkajian dan rekomendasi
kebutuhan metabolic
c. Pantau pemberian nutrisi harian yang sesungguhnya dengan
perhitungan I:O
d. Cara yang lebih baik dianjurkan melalui feeding tube dengan
ukuran selang nasogastric tube medium, pemberian diet cair per
sonde diberikan secara perlahan dengan menggunakan enteral
feeding bag / intermittent feeding dengan syringe pump . Hal ini
dilakukan untuk mecegah terjadinya resiko terjadinya refluks
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
3) Dorong pengunjung untuk berkomunikasi dengan pasien
menggunakan nada suara dan topik percakapan yang normal
4) Ajarkan pengunjung untuk membantu latihan rentang gerak
sendi dan kativitas perawatan lain yang sederhana untuk
memfasilitasi pola interaksi yang normal

9. Perawatan Integritas Kulit


a) Kaji dan catat integritas kulit sedikitnya setiap pergantian shift
b) Miringkan tubuh pasien setiap 2 jam : kaji kembali area tulang
yang menonjol untuk melihat tanda-tanda cedera akibat tekanan
c) Ketika pasien bangun dari tempat tidur ke kursi, beri pereda
tekanan di permukaan duduk sedikitnya satu jam sekali
d) Lepaskan alat perlindungan diri dari pergelangan tangan, dan
pantau kulit berdasarkan kebijakan rumah sakit.

10. Mobilitas
a. Lakukan mobilisasi progresif secara bertahap mulai dari Level I
sampai dengan Level V
b. Bantu pasien dalam melakukan latihan rentang gerak sendi
untuk seluruh ekstremitas, setidaknya setiap pergantian jam
kerja
c. Kolaborasi dengan dokter/staf ahli terapi okupasi untuk
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
mendorong upaya/partisipasi pasien guna meningkatkan
mobilitas

11. EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA


a. Beri penjelasan kepada pasien / orang terdekat pasien tentang :
rasional penggunaan ventilasi mekanis
b. Setiap saat kita berinteraksi dengan pasien, jelaskan apa yang
akan kita lakukan. Perjelas mengapa dilakukan beberapa
pengkajian dan tindakan pada pasien, seperti dilakukan
pemeriksaan X-rays, pemeriksaan tes lab dan prosedur lainnya.
c. Komunikasikan hasil yang diinginkan dan perkembangan pasien
pada keluarga, agar pasien dan keluarga dapat aktif berpartisipasi
dalam perencanaan perawatan.
d. Rencana dan tindak lanjut perawatan hingga penyapihan dan
ekstubasi
e. Lakukan kerja social dini untuk menyaring kebutuhan, sumber-
sumber, dan sistem dukungan yang ada
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
INSTALASI TERKAIT Instalasi Anestesiologi danTerapi intensif
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

Nomor Revisi Halaman


01 1-20
TANGGAL Ditetapkan
TERBIT DirekturUtama,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001

Anda mungkin juga menyukai