STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
Sebagai pedoman bagi pegawai dalam melakukan pemasangan dan
TUJUAN
perawatan ventilator untuk :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
PROSEDUR A. PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
1. Persiapan alat
a. Pulse oxymetri
b. Manual resuscitation bag (ambu bag)
c. Ventilator lengkap
d. Oksigen sentral
e. Alat-alat penghisap lendir
f. Aqua steril dan perfusor
g. Alcohol swab
h. Handscoon onsteril
2. Persiapan pasien
a. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang prosedur
pemasangan ventilator.
b. Meminta persetujuan pasien dan keluarga (Informed Consent)
tentang tindakan pemberian bantuan ventilasi mekanik
c. Jelaskan manfaat dari pemasangan ventilator dan
kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul.
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
b. Alat-alat didekatkan
c. Cuci tangan
d. Pakai Handscoon onsteril
e. Siapkan set ventilator, desinfektan sambungan inspirasi,
ekspirasi, sensor suhu, sambungan heater wire yang ada
diventilator dengan alcohol swab
f. Sirkuit ventilator dan komponennya dirangkai sesuai standar
g. Memasang / sambungkan kabel listrik ke stop kontak
h. Memasang selang / konektor oksigen ke regulator oksigen
(oksigen sentral)
i. Nyalakan ventilator dengan menekan tombol ON.
- Untuk ventilator SIARETRON tunggu sampai ventilator
melakukan Self test yang akan berakhir dengan otomatis
( semua lampu akan menyala kemudian akan mati sendiri)
ventilator siap dipakai sesuai kebutuhan.
- Untuk ventilator C2 pilih neonatal atau adult. Untuk
pemilihan neonatal klik menu weigh sesuai BB pasien. Untuk
adult klik famele atau male kemudian klik menu hight.
- Klik start
j. Kalibrasi C2 ; pilih menu system menu test dan kalibrasi.
Kalibrasi thygness, flow sensor dan O2 cell, kalibrasi sukses
sampai muncul ceklis hijau.
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
k. Setting mode ventilator sesuai dengan advis dokter dan
kebutuhan pasien
l. Sambungkan sirkuit ventilator ke test lung
m. Cek pengebangan test lung sesuai dengan TV yang sudah
diatur
n. Identifikasi pasien
o. Buka test lung hubungkan sirkuit ventilator dengan EET yang
telah dipasang pada pasien
p. Pasien dalam posisi yang aman dan nyaman
q. Buka handscoon
r. Cuci tangan
B. MODE VENTILATOR
1. Volume control
a.Semua pemenuhan TV, MV, RR dibantu sepenuhnya oleh
mesin. Pasien tidak diberi kesempatan untuk nafas spontan.
b.Target memenuhi TV / MV melalui pemberian volume secara
langsung.
c.Indkasi :
Untuk PS yang tidak mampu lagi memenuhi TV dengan
usaha nafas sendiri / tidak ada nafas
Kelainan di cranial bukan di paru-paru
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
d.Setting :
TV = (6-8 x BB)
F = 10-12 x / menit ( sesuai penyakit yang mendasarinya)
PEEP = 5-20 cmH2O ( tidak boleh < 5)
I : E = 1 : 2 ( sesuai kondisi penyakit / hasil AGD)
FiO2 = paska intubasi mulai hiperoksigenasi dengan FiO2
100%, berangsur diturunkan dengan acua nilai saturasi > 95
% dan PaO2 80-100 mmHg.
Trigger = dibuat tidak sensitive / lebih rendah – 20 cmH2O
atau dibuat off. ( Agar usaha nafas tidak terdeteksi mesin).
2. Model Assist-Control
a. Pilihan mandatory atau kontrol, jika pasien ingin bernafas lebih
cepat.
b. Dapat memicu ventilator dan menerima pernafasan dengan
volume penuh. Digunakan secara keseluruhan untuk
mendukung pasien.
c. Indikasi :
PS baru diintubasi atau jika pasien tersebut terlalu lemah untuk
melakukan kerja pernafasan (misal pada pasien saat baru
sadar dari pengaruh anastesia).
d. Setting : TV, RR, PEEP, I:E, FIO2, TRIGGER on / off.
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
e. Pasien diberi obat-obatan sedasi dan pelumpuh otot nafas
(relaksan), supaya tidak terjadi fighting
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
Trigger = dibuat tidak sensitive / lebih rendah – 20 cmH2O
atau dibuat off. ( Agar usaha nafas tidak terdeteksi mesin).
Pengaturan IPL disesuaikan dengan TV dan PIP ( tekanan
puncak) di layar (display ventilator). PIP tidak boleh lebih
dari 30 cmH2O.
Upper pressure limit = 30-35 cmH2O
e. Pasien diberi obat-obatan sedasi dan pelumpuh otot nafas
(relaksan), supaya tidak terjadi fighting
4. Model SIMV + PS
a. Model gabungan SIMV dan PS, bantuan ang diberian berupa
Volume dan tekanan
b. Indikasi :
Umumnya untuk perpindahan dari mode control.
Untuk pasien dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah
c. Setting :TV, MV, IPL, RR, PEEP, FiO2, trigger on sensitif, alarm
batas atas dan bawah MV dan Upper pressure limit.
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
a. SIMV adalah bantuan sebagian dengan target volume.
b. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas spontan
memicu mesin ventilator.
c. Jika usaha nafas pasien tidak bias memicu mesin maka
ventilator tetap member bantuan sesuai jumlah RR yang diatur.
d. Indikasi : kerap digunakan sebagai model ventilasi awal dan
untuk penyapihan.
e. Setting : TV, MV, frekuensi nafas, PEEP, FiO2, trigger dibuat
sensitive ( mendekati standard / lebih tinggi), upper pressure
level (PIP) dan alarm batas atas dan bawah MV.
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
2. Suction
a. Suction dilakukan ketika dibutuhkan, jangan terpaku pada jadwal
b. Berikan fio2 100% (hiperoksigen) pada saat sebelum dan
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
h. Pada pasien dengan tracheostomy kaji posisi tube,perdarahan
dan infeksi. Untuk mengkaji hal tersebut periksa lokasi insersi
tube, suara nafas dan perubahan PIP. Lapor pada dokter
penanggung jawan pasien
i. Lakukan pembersihan dan perawatan secara rutin pada pasien
terpasang tracheostomy sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
2) Berikan sedasi setiap hari dan kaji kesiapan untuk ekstubasi
dengan melihat indikasi dari tanda vital dan hasil analisa gas
darah sampai dengan batas nilai normal serta pasien mampu
bernafas sendiri.
3) Berikan peptic ulcer disease prophilaxis dengan histamine-2
blocker seperti famotidine.
4) Berikan deep vein thrombosis prophylaxis secara intermiten
5) Lakukan oral hygiene dengan larutan clorhexidine moutwash
setiap 1-4 jam / hari.
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
d. Lakukan suction jika dibutuhkan
e. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi melalui pemeriksaan
klinis atau sinar x dada
f. Ganti tracheostomy tube dan tali pengaman dan untuk endo
tracheal tube bersihkan jika kotor dan reposisi jika longgar.
Dampingi tindakan tersebut dengan rekan yang lebih
berpengalaman, karena jika dilakukan dengan tehnik yang tidak
sesuai, dapat menyebabkan accidental extubation
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
3) Dorong pengunjung untuk berkomunikasi dengan pasien
menggunakan nada suara dan topik percakapan yang normal
4) Ajarkan pengunjung untuk membantu latihan rentang gerak
sendi dan kativitas perawatan lain yang sederhana untuk
memfasilitasi pola interaksi yang normal
10. Mobilitas
a. Lakukan mobilisasi progresif secara bertahap mulai dari Level I
sampai dengan Level V
b. Bantu pasien dalam melakukan latihan rentang gerak sendi
untuk seluruh ekstremitas, setidaknya setiap pergantian jam
kerja
c. Kolaborasi dengan dokter/staf ahli terapi okupasi untuk
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
mendorong upaya/partisipasi pasien guna meningkatkan
mobilitas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001
INSTALASI TERKAIT Instalasi Anestesiologi danTerapi intensif
PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. HILMAN TAUFIK WS, M.Kes
NIP. 19630827 199002 1 001