Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh
hampir semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat
beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi
keperawatan,khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan intensif (intensif
care unit/ICU.

Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien yang
memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup mereka,
diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump, dll. Dengan
adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang
perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu menggunakan teknologi
yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi
pasien selama 24 jam.Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan
dua proses yaitu transfer dan transform teknologi dari teknologi medis
menjadi teknologi keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang
mengacu pada tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan
oleh satu kelompok profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform
(perubahan) teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi bagian dari
teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan dan
hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal dengat
ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan
kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan.
Perawat pemula yang pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan
menganggap ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa
melakukan monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat
yang sudah berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai

1
bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada
pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif terhadap profesi keperawatan.
Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk
mengontrol pekerjaannya. Hal tersebut tentu saja akan menghemat tenaga, dan
membuat pekerjaan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan serta diatur. Misalnya
perawat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai mesin ventilasi
mekanik, hal tersebut akan membantu perawat menghemat tenaganya dalam
mengawasi pernafasan pasien, karena tugasnya mengawasi secara langsung keadaan
pasien sudah dilakukan oleh mesin ventilasi. Bahkan apabila ada keterbatasan tenaga
perawat, maka 1 orang perawat dapat mengawasi dua atau lebih pasien yang juga sama-
sama menggunakan mesin ventilasi mekanik. Jelaslah bahwa penguasaan teknologi
menjadi suatu kebutuhan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perawatan pasien dengan menggunakan ventilator
mekanik
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Pengertian Ventilasi Mekanik
2. Tujuan Pemasangan Ventilasi Mekanik
3. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
4. Pemantauan Ventilasi Mekanik
5. Perawatan pasien dengan Ventilasi Mekanik

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Ventilator
Ventilasi Mekanik (Ventilator) adalah suatu alat system bantuan nafas secara
mekanik yang di desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernafasan. Ventilator
merupakan alat bantupernafasan yang digunakan untuk pasien yangmengalami gagal
nafas atau tidak mampu bernafas secara mandiri. Ventilator akan membantu
memberikan oksigen segar dengantekanan tertentu ke dalam paru-paru pasien untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien yang terganggu. Ventilator dianggap sebagai
terapi suportif fisiologis yang utama karena dapat memberikan dukungan ventilasi
ketika mengalami gagal nafas dan mendapatkan terapi definitif untuk penyakit yang
mendasarinya.

2.2. Tujuan Ventilator

a. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk


mempertahankan ventilasi yang fisiologis.
b. Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk
memperbaiki efisiensi ventilasi dan oksigenasi.
c. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.

2.3. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik

a. “Respiratory Rate” lebih dari 35 x/menit.


b. “Tidal Volume” kurang dari 5 cc/kg BB.
c. PaO2 kurang dari 60, dengan FiO2 “room air”
d. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
Alat-alat yang disedikan
a. Ventilator
b. Spirometer
c. Air viva (ambu bag)
d. Oksigen sentral

3
e. Perlengkapan untuk mengisap sekresi
f. Kompresor Air
2.4. Setting Ventilator
1. Tentukan “Minute Volume” (M.V.) yaitu
a. M.V = Tidal Volume (T.V) x Respiratory Rate (R.R)
b. Normal T.V = 10 – 15 cc/kg BB
c. Normal R.R = - pada orang dewasa = 10 – 12 x/menit
d. Pada pasien dengan COPD, T.V lebih kecil, yaitu 6 – 8 cc/kg BB.
2. Modus
Tergantung dari keadaan klinis pasien, Bila mempergunakan “IMV”, harus
dikombinasikan dengan “PEEP”.
3. PEEP
Ditentukan tergantung dari keadaan klinis pasien.
Pada pasien dengan edema paru, PEEP dimulai dengan 5 mmHg.
Pada pasien tidak dengan edema paru, PEEP dimulai dari nol, tetapi FiO2
dinaikan sampai 50%. Bila FiO2 tidak naik, baru diberikan PEEP mulai dari 5
mmHg.
2.5. Pemantauan
1. Periksa analisa gas darah tiap 6 jam, kecuali ada perubahan seting, analisa
gas darah diperiksa 20 menit setelah ada perubahan seting.
Nilai standar : PCO2 = 35 – 45 mmHg
Saturasi O2 = 96 – 97 %
PaO2 = 80 – 100 mmHg
Bila PaO2 lebih dari 100 mmHg, maka FiO2 diturunkan bertahap 10 %.
Bila PCO2 lebih besar dari 45 mmHg, maka M.V dinaikkan.
Bila PCO2 lebih kecil dari 35 mmHg, maka M.V diturunkan.
2. Buat foto torax setiap hari untuk melihat perkembangan klinis, letak ETT
dan komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Ventilator.
3. Observasi keadaan kardiovaskuler pasien : denyut jantung, tekanan darah,
sianosis, temperatur.

4
4. Auskultasi Paru
5. Periksa keseimbangan cairan setiap hari
6. Air Way Pressure tidak boleh lebih dari 40 mmHg
7. Perhatikan ada tidaknya “tension pneumothorax” dengan melihat tanda-
tanda sebagai berikut :
a. Gelisah, kesadaran menurun
b. Sianosis
c. Distensi vena leher
d. Trachea Terdorong Menjauh Lokasi “Tension Pneumothorax”
e. Salah Satu Dinding Torak Jadi Mengembang
2.6. Perawatan Ventilasi Mekanik
1. Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada
keluarganya bagi pasien yang tidak sadar.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, untuk
mencegah infeksi.
3. “Breathing circuit” sebaiknya tidak lebih tinggi dari ETT, agar
pengembunan air yang terjadi tidak masuk ke paru pasien.
4. Perhatikan permukaan air di “humidifier”, jaga jangan sampai habis, air
diganti tiap 24 jam.
5. Fiksasi ETT dengan plester dan harus diganti tiap hari, perhatikan jangan
sampai letak dan panjang tube berubah. Tulis ukuran dan panjang tube pada
“flow sheet”
6. Cegah terjadinya kerusakan trachea dengan cara :
Tempatkan tubing yang dihubungkan ke ETT sedemikian rupa sehingga
posisinya berada diatas pasien. Tubing harus cukup panjang untuk
memungkinkan pasien dapat menggerakkan kepala.
7. Memberikan posisi yang menyenangkan bagi pasien, dengan merubah
posisi tiap 2 jam. Selain itu perubahan posisi berguna untuk mencegah
terjadinya dekubitus.

5
8. Teknik mengembangkan “cuff” :
a. kembangkan “cuff” dengan udara sampai tidak terdengar suara bocor.
b. “cuff” dibuka tiap 2 jam selama 15 menit.
2.7. Hal-hal yang Harus diperhatikan
1. Humidifasi dan Suhu
Ventilasi Mekanik yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
ditambahkan pelembab (Humidifier) dengan pengontrol suhu dan diisi air sebatas level
yang sudah ditentukan (system boiling water) terjadi Kondensasi air dengan penurunan
suhu untuk mencapai suhu 370 C pada ujung sirkuit ventilasi mekanik. Pada
kebanyakan kasus suhu udara ± sama dengan suhu tubuh.
Pada kasus hypotermi suhu dapat dinaikkan lebih dari 370 C - 380 C.
Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan tingginya suhu inhalasi
menyebabkan luka bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya pengentalan sekresi dan
akibatnya obstruksi jalan nafas bisa terjadi. Sebaliknya apabila suhu ke pasien kurang
dari 360 derajat membuat kesempatan untuk tumbuhnya kuman.
Humidifikasi yang lain yaitu system Heating wire dimana kehangatan udara
dialirkan melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi kondensasi air.
Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat tidak lagi menggunakan kedua
system diatas, tetapi humidifasi jenis Moisture echanger yang di pasang pada ujung
sirkuit Ventilasi Mekanik.
2. Perawatan jalan nafas
Perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban adequate, perubahan posisi
dan penghisapan sekresi penghisapan di lakukan hanya bila perlu, karena tindakan ini
membuat pasien tidak nyaman dan resiko terjadinya infeksi, perhatikan sterilitas.
Selanjutnya selain terdengar adanya ronkhi (auscultasi) dapat juga dilihat dari adanya
peningkatan tekanan inspirasi (Resp. rate) yang menandakan adanya
perlengketan/penyempitan jalan nafas oleh sekresi ini indikasi untuk dilakukan
pengisapan.

6
Fisioterapi dada sangat mendukung untuk mengurangi atelektasis dan dapat
mempermudah pengambilan sekresi, bisa dengan cara melakukan clapping, fibrasing
perubahan posisi tiap 2 jam perlu dikerjakan untuk mengurangi pelengketan sekresi.
3. Perawatan selang Endotrakeal
Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah terjadinya
migrasi, kinking dan terekstubasi, oleh sebab itu fiksasi yang adequate jangan
diabaikan. Penggantian plesterfiksasi minimal 1 hari sekali harus dilakukan karena ini
merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi
pada kulit atau pinggir bibir dilokasi pemasangan selang endotrakeal.
Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai
ukuran, ini gunanya agar selang endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga memudahkan
untuk melakukan pengisapan sekresi. Penggunaan pipa penyanggah sirkuit pada
Ventilasi Mekanik dapat mencegah tertariknya selang endotrakeal akibat dari beban
sirkuit yang berat.
4. Tekanan cuff endotrakeal
Tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah kelebihan
inflasi dan kelebihan tekanan pada dinding trakea. Pada pasien dengan Ventilasi
Mekanik, tekanan terbaik adalah paling rendah tanpa adanya kebocoran/penurunan
tidal volume. Cuff kalau memungkinkan di kempeskan secara periodik untuk
mencegah terjadinya nekrosis pada trakea.
5. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi harus
diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya efek
samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan komplikasi paru
dan kematian. Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat
diberikan melalui Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan melakukan test
feeding terlebih dahulu, terutama pada pasien dengan post laparatomy dengan reseksi
usus.

7
6. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata itu sangat
penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian tetes
mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks berkedip hilang,
kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi kornea, kering dan trauma. edema
sclera dapat terjadi pada pasien dengan Ventilasi Mekanik bila tekanan vena meningkat
2.8. SOP Ventilasi Mekanik
1. Pengertian
Adalah tindakan pemasangan ventilasi mekanik (ventilator) yang
dilakukan pada pasien yang mengalami kegawatan pernafasan, baik kegawatan yang
berkaitan dengan kelainan pada paru-paru mis.COPD, ARDS atau kegawatan di luar
paru-paru mis.depresi nafas akibat obat atau gangguan neuromuskuler.

2. Tujuan
a. Memberikan kekuatan mekanisme pada sytem pernafasan untuk
mempertahankan ventilasi yang fisiologis
b. Manipulasi air way pressure dan corak ventilasi untuk memperbaiki efisiensi
dan oksigenasi
c. Mengurangi kerja miocard dengan cara mengurangi kerja nafas
3. Persiapan Alat
a. Hypavix
b. Gunting
c. Satu set tubing ventilator steril
d. Set Intubasi
e. Resusitator manual ( ambu bag )
f. Sarung tangan
g. Stetoskop
h. Cuff Inflator
i. Set suction
j. Kateter suction no 14

8
4. Prosedur Perawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik
Bagian Pertama :
a. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan
b. Beritahu dan jelaskan ( bila pasien sadar ) tentang tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien
c. Atur posisi pasien setengah duduk ( semifowler ), atau senyaman
mungkin dan jaga posisi ETT jangan sampai tertekuk ataupun tercabut
d. Alirkan NGT
e. Lakukan suction sesuai prosedur. Untuk ETT lakukan suction dengan
tehnik tertutup agar ETT selalu bersih sehingga tidak muncul plak pada
selang ETT dan untuk mulut gunakan suction dengan kateter no 14
f. Lakukan pengempesan cuff sesuai prosedur, selanjutnya dilakukan tiap
6 jam
g. Selalu perhatikan batas pemasangan ETT yang masuk kedalam mulut
h. Bila plester pada ETT terlihat kotor, gantilah dengan plester hypavix
dan hati-hati jaga agar posisi ETT tidak berubah
i. Lakukan pergantian posisi ETT ke ujung bibir kanan atau kiri setiap
pagi hari ( bila memungkinkan )
j. Periksa posisi ETT dengan stetoskop, cek kesamaan bunyi napas di paru
kanan dan kiri
k. Amati pergerakan dada pasien untuk mengetahui pengembangan ke
dua paru jika ingin mengetahui secara adekuat auskultasi ke dua sisi
dada pasien
l. Observasi secara teratur kerja dari ventilator serta posisi dari tubing
ventilator
m. Jaga level air dan temperatur dalam humidifier agar tetap adekuat ( air
dalam humidifier jangan sampai kosong ataupun terlalu penuh )
n. Perhatikan secara rutin air yang ada di tubing ventilator, jika water trap
sudah terisi air harus segera dibuang

9
o. Perhatikan alarm yang berbunyi dari ventilator, segera lakukan tindakan
kalau diperlukan
p. Lakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi secara berkala
sesuai pesanan dokter untuk mengetahui perkembangan pasien
q. Sebelum dilakukan tindakan/perawatan ini dilakukan dulu
tindakan oral higiene.
Bila tubing sudah harus diganti: (maksimal 2x24jam)

a. Lepaskan sambungan tubing ventilator dari ETT pasien


b. Lakukan resusitasi manual dengan ambu bag
c. Ganti tubing ventilator yang sudah dipakai dengan tubing ventilator
yang steril dan lakukan SST dan kalibrasi sehingga mesin ventilator siap
pakai kemudian kembalikan seting ventilator ke seting awal
d. Sambungkan kembali ventilator ke ETT pasien
e. Amati setiap perubahan yang terjadi pada pasien dan setting ventilator
dan buatlah pencatatan
f. Perawat melepas sarung tangan dan mencuci tangan

Bagian Kedua :

1. Pantau Oksigenasi/Ventilasi Pasien


a. Kaji suara nafas dengan auskultasi
b. Lakukan suction sesuai indikasi
c. Berikan oksigen 100% (tekan menu suction pada ventilator)
d. Pantau airway dan volume tidal pasien
e. Berikan nebulizer sesuai indikasi dokter
f. Pantau saturasi dan CO2
g. Cek analisa gas darah
h. Kaji keefektifan ventilator dan pola nafas pasien
i. Catat kedalaman endotracheal pada posisi batas bibir

10
j. Lakukan thoraks foto untuk mengevaluasi posisi endotracheal tube
setelah intubasi
k. Lakukan chest fisioterapi dan clapping punggung bila tidak ada
kontraindikasi 3 kali sehari
2. Perawat Memantau Sirkulasi

a. Memantau perubahanj hemodinamik (BP,HR,CVP,saturasi) dan


memonitor gambaran EKG setiap jam
b. Observasi akral pada tangan dan kaki setiap jam

3. Pantau Cairan dan Elektrolit

a. Monitor dan berikan cairan parenteral sesuai indikasi


b. Monitor intake dan output
c. Cek elektrolit dalam darah setiap pagi
d. Buang urine setiap 2-3 jam
4. Mobilisasi
a. Berikan posisi kepala elevasi 30-40 derajat dan rubah posisi pasien
miring kanan, kiri an telentang tiap 2 jam bila tidak ada kontraindikasi
b. Memasang antidekubitus untuk mencegah decubitus
5. Psikososial
a. Memfasilitasi pasien sadar untuk berkomunikasi dengan menulis di
kertas
b. Menjelaskan kepada pasien jadwal harian (personal hygiene )
6. Dokumentasi

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama.
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara
alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan
tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator
tekanan-positif.
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator mekanis.
Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam harmoni” dengan mesin.
Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume
ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada
sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar
karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka ventilasi mekanis
kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah toraks atau abdomen, takar lajak
obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan
multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi
mekanis
3.2. Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai
teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-mesin penunjang kehidupan yang
digunakan oleh pasien-pasiennya. Penguasaan teknologi di ruang kritis merupakan tantangan
bagi profesi keperawatan. Perawat pemula ataupun perawat berpengalaman akan
memanfaatkan teknologi dengan cara yang berbeda, namun hal ini tetap mempunyai implikasi
yang sama terhadap praktek keperawatan yaitu mengembangkan cara-cara baru dalam
melakukan asuhan keperawatan.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan transform
teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak hanya di area

12
keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan
meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun sayangnya masih ada perawat
yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area keperawatan merupakan suatu tambahan
pekerjaan bagi perawat.

13
SOP TERAPI OKSIGEN

Deskripsi :

Oksigen adalah suatu zat yamg tidak berbau, tidak terasa, tidak berwarna dan tidak
terlihat. Mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan komponen udara lainnya.

Tujuan :

Untuk mempertahankan kadar oksigen yang adekuat didalam darah arteri pada kondisi
paru dan jantung yang bermasalah serta peningkatan fungsi metabolik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Berikan O₂ dengan dosis yang tepat sesuai program medik


2. Metode pemberian disesuaikan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan
3. Antisipasi efek terapi Oksigen pada klien sesuai dengan durasi dan frekuensi
pemakaian
4. Perhatikan kelancaran jalan nafas
5. Rawat mulut 3-4 jam
6. Cegah infeksi
7. Batasi aktifitas klien
8. Monitor hasil analisa gas darah

Pemberian O₂ :

1. Atas anjuran dokter


2. Tindakan perawat pada keadaan darurat, konsentrasi tidak >1-2 L/m

Jenis-jenis Terapi Oksigen :

JENIS KEUNTUNGAN KERUGIAN


Kateter Nasal  Pasien bebas bergerak  Teknik memasukkan
Aliran : 1-6 L/m, makan dan berbicara kateter lebih sulit dari
Konsentrasi 23-44%.  Alatnya mudah pada nasal kanul
Jarang digunakan digunakan, efektif

14
dibandingkan dengan untuk pemberian  Kateter mudah
nasal kanul oksigen dengan kadar tersumbat oleh secret
rendah  Dapat terjadi distensi
lambung dan iritasi
selaput lendir
nasofaring
Nasal Kanul  Klien dapat bebas  Tidak dapat digunakan
Aliran : 1-6 L/m, bergerak, makan dan pada obstruksi hidung
Konsentrasi 23-44% berbicara  Menyebabkan
 Sederhana dan aman, membran mukosa
mudah ditoleransi oleh hidung menjadi kering
klien  Mudah dilepaskan oleh
 Efektif untuk klien
konsentrasi rendah  Dapat menyebabkan
 Alat murah dan iritasi kulit terutama
disposible pada hidung dan
 Dapat diberikan dalam belakang telinga tempat
jangka waktu yang tali binasal
lama
Simple Face Mask  O₂ yang diperoleh >  Dapat menyebabkan
Aliran : 6-8 L/m, tinggi dari pada nasal iritasi kulit sekitar
konsentrasi 40-60% kanul masker
 Efektif untuk  Lembab
pernafasan mulut dan  Klien tidak dapat
obstruksi hidung makan, minum, batuk,
 Tidak dipengaruhi oleh berbicara
udara luar

15
Partial Rebreather  Meberikan oksigen  Kantung penampung
Mask konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
Aliran : 8-12 L/m,  Tidak menyebabkan obstruksi aliran oksigen
konsentrasi 60-80% membran mukosa  Kantung penampung
kering dapat kolaps
Non Rebreather Mask  Klien tidak dapat
Aliran : 12-15 L/m, makan, dapat
konsentrasi 80-100% menyebabkan iritasi
kulit sekitar masker

Prosedur :

No KOMPONEN RASIONAL
A. Pengkajian
 Kaji program medik  Oksigen merupakan obat yang
pemberiannya berdasarkan
instruksi dokter
 Kaji pengetahuan klien tentang  Untuk meningkatkan kerjasama
prosedur yang akan dilakukan
 Kaji pola nafas klien kecepatan,  Menentukan kebutuhan klien
kedalam dan ritme akan oksigen
 Kaji warna kulit (pucat dan
sianosis) dan membran mukosa

 Monitor hasil AGD dan saturasi


 Nilai AGD secara objektif akan
oksigen menunjukkan perubahan O₂ dan
 Auskultasi suara nafas : CO₂ yang mempengaruhi
keseimbangan asam basa
wheezing, rales  Sekresi akan menganggu
ventilasi dan difusi

16
 Kaji area belakang telinga, pipi  Untuk melihat tanda iritasi kulit
atau tempat lain dimana kontak
kulit dan alat terapi oksigen
 Monitor status hemodinamik :  Perubahan status hemodinamik
TD, Nadi merupakan indikator terjadinya
hipoksia
 Monitor perubahan perilaku :  Perubahan perilaku merupakan
tingkat kesadaran klien, indikator terjadinya hipoksia
kecemasan, penurunan
konsentrasi, kelelahan dan
dizzines
B. Diagnosa
 Gangguan pertukaran gas  Penurunan ekspansi paru
berhubungan dengan : mengurangi jumlah oksigen ke
a. Menurunnya ekspansi paru paru dan mengurangi jumlah
b. Menurunnya tingkat aliran ke arteri
kesadaran  Penurunan tingkat kesadaran
c. Penumpukan sekresi di jalan dan kesulitan bernafas,
nafas disebabkan penurunan jumlah
oksigen kejaringan sel
 Penurunan jumlah sekret pada
jalan nafas memudahkan
transfer oksigen ke alveoli

 Pola nafas tidak efektif


 Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Resiko injuri
 Resiko kerusakan integritas kulit

17
 Intoleransi aktifitas
C. Perencanaan
Persiapan Alat :
1. Tabung oksigen lengkap dengan  Persiapan alat harus sesuai dan
flow meter, humidifer dan papan cepat
dengan tulisan dilarang merokok
2. Nasal kateter/kanul/masker
3. Alat pencatat/alat tulis
4. Vaselin/jelly steril
5. Stetoskop
6. Cairan aquades steril

Persiapan Klien :  Menurunkan kecemasan klien


Menjelaskan prosedur yang akan dan konsumsi oksigen.
dilakukan Meningkatkan kerjasama klien
D. Pelaksanan
1. Mencuci tangan  Mengurangi transmisi
2. Mengontrol flow meter dan mikroorganisme
humidifer  Humidifikasi penting mencegah
3. Mengontrol apakah peralatan kekeringan pada membran
berfungsi mukosa hidung, mulut dan
4. Mengikuti instruksi yang tertulis melembabkan jalan nafas
pada alat tersebut

Cara pemberian Nasal Kateter :

18
1. Mengukur jarak dari lubang  Jarak yang tepat dari ujung
hidung-telinga dan diberi tanda hidung sampai ke oropharynx
2. Melumasi kateter dengan  Menurunkan gesekan dan
jelly/vaselin memudahkan saat memasukkan
3. Memasukkan kateter ke dalam kateter
lubang hidung sampai batas
tanda
4. Pindahkan kateter kelubang
hidung lain maksimal setiap 8
jam atau lebih sering
Cara pemberian Nasal Kanule :  Secara berlangsung mengalirkan
1. Pasang nasal kanul secara tepat udara kesaluran nafas klien
pada hidung
2. Kencangkan tali fiksasi
dibelakang telinga dan dagu
3. Cek lubang hidung setiap 8 jam
k/p beri jelly/vaselin steril
Cara pemberian Oksigen melalui
Masker :  Tekanan dari masker dapat
1. Pasang masker pada wajah klien, mengakibatkan iritasi dan
pastikan alat metal pada masker mengurangi kenyamanan
terpasang dengan tepat  Kantung penampung yang collaps
2. Kaji kulit sekitar area menunjukkan insufisiensi oksigen
pemasangan masker, k/p beri yang dapat mengakibatkan
kasa pada sekitar area akumalasi CO₂ di masker dan
pemasangan masker kantong
3. Pada klien yang menggunakan
rebreather mask, pastikan
kantung penampung (reservoir)

19
berfungsi (berisi udara) dan tidak
terlipat.
Berikan posisi semi fowler, kontrol
volume oksigen, cek aliran oksigen
setiap 4 jam.
E. Evaluasi
a. Kaji respon klien  Mengetahui apakah hipoksia
b. Kaji status respirasi klien, berkurang atau tidak
setelah prosedur dilakukan
c. Monitor hasil AGD dan saturasi
oksigen
d. Auskultasi suara nafas klien
F. Dokumentasi
Catat :
a. Jumlah liter oksigen yang  Dokumentasi untuk
digunakan, tanggal dan waktu memudahkan dalam mengoreksi
pemberian terapi oksigen terapi oksigen. Sebagai bukti
b. Jenis alat yang digunakan untuk untuk validasi pada saat perawat
mengalirkan oksigen laporan pergantian shift dan
c. Tanda-tanda vital, warna kulit, mengetahui respon klien
suara nafas terhadap terapi.
d. Respon klien sebelum dan
sesudah terapi diberikan

20
DAFTAR PUSTAKA

Yunita, 2015. Pengaruh Open Suction System terhadap Kolonisasi Staphylococcus


aureus pada Pasien dengan Ventilator Mekanik di Ruang Intensive Care
Unit(ICU) RSD dr. Soebandi Jember(The Effect of Open Suction System on
Staphylococcus aureus Colonization in Patients with MechanicalVentilation at
Intensive Care Unit RSD dr. Soebandi Jember. 3(1)
Smeltzer, Suzanne, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta: EGC
Hudak, Carolyn dkk.1997. Keperawatan Kritis Volume 1. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai