Anda di halaman 1dari 60

RUMAH SAKIT UMUM VENTILATOR

KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

PENGERTIAN

1. Fisiologis :
a. Memperbaiki ventilasi alveoli
b. Memperbaiki oksigenasi arteri
c. Menambah volume paru-paru
d. Mengurangi work of breathing
TUJUAN 2. Klinis :
a. Memperbaiki Hypoksemia
b. Mencegah fatique
c. Mencegah/mengatasi altelektasis
d. Mengurangi kerja jantung

KEBIJAKAN
1. Gangguan Ventilasi
a. Disfungsi otot pernafasan
b. Penyakit neuromuscular
c. Sumbatan jalan nafas
d. Peningkatan tahanan jalan nafas.
2. Gangguan oksigenasi
a. Hipoksia yang refrakter
INDIKASI b. Perlu PEEP
c. Peningkatan kerja nafas
3. Indikasi yang lain :
a. Pemberian sedasi berat atau obat pelumpuh otot
b. Menurunkan kebutuhan oksigen baik sistematik atau miokard
c. Menurunkan TIK
d. Mencegah altelektasis.

1. Alat :
a. Ventilator
b. Tubing ( dewasa atau anak-anak ) lengkap dengan lung test.
c. Humidifier lengkap dengan filter.
PERSIAPAN
d. Aquadest steril
e. Sumber oksigen (tabung) lengkap dengan regulator.
2. Pasien
Pasien sudah terpasang Endo Tracheal Tube (ETT)
PELAKSANAAN 1. Hubungkan ventilator kesumber oksigen dengan menggunakan
regulator oksigen dengan posisi kran oksigen tabung masih
tertutup.
2. Bila sudah terpasang, buka kran oksigen tabung dengan hati-hati
sambil dicek apakah ada kebucoran.
3. Bila terjadi kebocoran segera tutup kembali kran oksigen segera
diperbaiki dengan member isolasi atau bila tidak diganti dengan
tabung oksigen yang baru dengan prosedur yang sama seperti
yang diatas
4. Atur tekanan oksigen pada 2,7-6 bar 40-87 psi
5. Catat isi tabung oksigen
6. Hubungkan kesumber listrik (AC) dan bila menggunakan baterai
internal cek kekuatan baterai
7. Pasang ventilator dengan rangkaian tubing dan lung test
8. Isi air humidifier yang sudah dipasang filter dengan aquadest steril
menggunakan selang infuse atau tranfusi , sebatas garis yang ada
dialat humidifier jangan melebihi batas ( minimal dan maksimal )
tersebut, hubungkan dengan sumber listrik
9. Hidupkan power dan seting humidifier untuk penggunaan Endo
Tracheal Tube
10. Hidupkan power ventilator dengan menekan main switch keposisi
on, satu kali jangan berulang-ulang. Biarkan mesin
mengkalibrasi sendiri, bila mesin selesai mengkalibrasi, seting
mode dengan parameter yang lain yang diinginkan sesuai
dengan kondisi yang diinginkan.
Seting awal Ventilasi mekanik:
a. Tentukan mode sesuai dengan program
b. FiO2 mulai 100 %
c. VT 6-10 cc/kg BB
d. Tentukan Frekwensi nafas dan ventilasi semenit dengan
target PH
e. PEEP +3
f. Evaluasi blod gas dan poto thorak
11. Cek apakah ada terjadi kebocoran dalam sirkuit
12. Cek apakah Ventilator sudah bekerja sesuai dengan seting
yang diinginkan
13. Cek apakah humidifier sudah bekerja sesuai dengan seting
14. Bila ventilator sudah bekerja sesuai dengan seting dan tidak
terjadi kebocoran, ventilator bias disambungkan dengan pasien
melalui konektor ETT.
15. Awasi reaksi dan kondisi pasien setelah terpasang ventilator.
16. Cek apakah mesin bekerja sesuai seting.
RUMAH SAKIT UMUM INFUSION PUMP
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

PENGERTIAN

Memberikan cairan intravena secara terus menerus selama priode


TUJUAN tertentu dalam jumlah dan dosis yang lebih akurat

KEBIJAKAN
1. Alat
a. Infusion Pump
b. Infus Set dan cairai Infus
2. Pasien
a. Pasien sudah terpasang IV Kateter Perifer atau sentral.

TINDAKAN :
1. Hubungkan alat dengan sumber listrik (AC) dan bila
menggunakan baterai cek kekuatan baterai
2. Infus set yang sudah terpasang pada cairan infus isi chamber
dengan cairan sampai batas garis dengan posisi klem ditutup.
Setelah terisi baru cairan dialirkan dengan menaikan ujung jarum
infuse set sejajar dengan batas cairan pada chamber.
3. Bila sudah terisi penuh dan tidak ada udara yang tersisa klem
kembali
PELAKSANAAN
4. Hubungkan dengan IV kateter perifer atau sentral
5. BUka pintu alat infuse pump dan lepaskan alat penjepit slang dan
pasang slang infuse set pada jalurnya dan pastikan slang sudah
berada pada posisinya, kemudian tutup pintu dan pastikan sudah
dalam kondisi terkunci
6. Pasang sensor drop pada posisi diatas batas cairan pada chamber
7. Hidupkan power dengan menekan tombol power selama 1 detik
8. Hitung jumlah pemberian cairan yang akan diberikan dalam 1 jam
dengan memperhatikan factor tetesan dari masing-masing set
infuse yang digunakan
9. Seting kecepatan pemberian dalam 1 jam, limit pemberian cairan
10. Buka klem slang infuse
11. Jalankan alat dengan menekan tombol star
12. Untuk menghentikan alat tekan tombol stop

UNIT TERKAIT Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Petugas Apotek, Dokter


Penulis Resep dan Poliklinik.
RUMAH SAKIT UMUM SPIROMETRI INTENSIF
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Terapi latihan pernapasan dengan menggunakan alat ukur untuk


PENGERTIAN
menambah kemampuan inspirasi pernapasan pasien
Terapi untuk mencegah atelektasis, meningkatkan oksigenasi dan
TUJUAN
expansi paru
KEBIJAKAN
1. Cuci tangan
2. Beritahu pasien
3. Persiapkan pasien dan beri posisi yang nyaman ( lebih
diutamakan posisi duduk atau semifowler)
4. Instrusikan pasien untuk meletakan selang spirometri dimulut
dan tarik nafas selama 3 detik
PELAKSANAAN 5. Instrusikan pasien untuk expansi secara lambat dan bernapas
secara normal kembali
6. Instruksikan pasien untuk nafas dalam kembali dan usahakan
agar kekuatan inspirasi bertambah 100 ml – 250 ml tiap kali
napas dalam
7. Setelah volume maksimum tercapai instruksikan pasien untuk
latihan napas dalam 10 kali.
Instalasi farmasi
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM INHALASI
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………
Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Terapi penghisapan droplet partikel yang mengandung obat selama


PENGERTIAN
inspirasi pernafasan
1. Hidrasi dan pembersihan jalan napas dengan pengenceran
TUJUAN secret
2. Pemberian obat
KEBIJAKAN
1. Persiapan
1.1. Alat
1.1.1. Hansel mask
1.1.2. Mesin nebulizer
1.1.3. Oksigen
1.1.4. Flow meter
1.1.5. Obat bronchodilator / mukolitik
1.1.6. Aqua for injection
1.2. Pasien dan keluarga
1.2.1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan kepada
pasien
1.2.2. Keluarga di anjurkan mengambil posisi sehingga
dapat memperhatikan tindakan yang dilakukan
1.2.3. Posisi pasien duduk atau setengah duduk
2. Langkah langkah
2.1. Cek instruksi terapi inhalasi
PELAKSANAAN 2.2. Perawat mencuci tangan
2.3. Tempatkan obat pada reservoir maker (obat tertentu
memerlukan pengenceran dengan aqua for injection)
2.4. Sambungkan selaNG oksigen ke flow meter dan alirkan
oksigen 6 – 8 lt/mnt, atau sambungkan ke mesin nebulizer dan
hidupkan mesin
2.5. Cek adanya pengupan obat dan pasangkan masker ke pasien.
Instrusikan pasien untuk nafas dalam sehingga droplet obat
terhirup
2.6. Observasi respon pasien
2.7. Setelah obat habis lepaskan masker dan lakukan fisioterapi
dada
2.8. Perawat cuci tangan
2.9. Catat prosedur yang dilakukan dan respon pasien
3. Hal yang harus di perhatikan
3.1. Respon pasien
3.2. Ketetapan pemberian
Laboratorium, instalasi farmasi
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM SUCTIONING
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
ditetapkan :
………………

dr. Abram Sidi Winasis


NIP. 1976082 200801 1 022

Suctioning merupakan tindakan mengangkat sekresi yang terdapat


PENGERTIAN pada dinding bronchus dan trachea. Tindakan ini dilakukan pada
pasien yang terpasang ET, TT
1. Mengangkat secret yang tidak bisa di keluarkan sendiri atau
dibatukan oleh pasien
TUJUAN 2. Mengurangi penumpukan co2 di paru-paru
3. Mencegah terjadinya bronchopneumonia
4. Memperlancar sierkulasi dan perfusi keseluruh jaringan
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan alat
1.1. Peralatan oksigen air viva, oksigen + slang
1.2. Peralatan suction yang lengkap : suction dinding, selang
suction, tubing/kateter suction steril yang sesuai dengan usia
dan no,or endotrakheal/trakheostomi
1.3. Sarung tangan steril dan pinset steril
1.4. Ember yang berisi larutan savlon untuk tempat suction kath
bekas
1.5. Handuk untuk alas dada
2. Cara kerja
2.1. Cuci tangan
2.2. Jelaskan prosedur kepada pasien
2.3. Observasi saturasi, nadi, pernafasan, tekanan darah,
monitoring ekg
2.4. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui air viva
atau ventilator
2.5. Atur tekanan pada suction. Bayi = 60 – 100 mmHg ; dewasa
= 120 -200 mmHg
2.6. Gunakan sarungan tangan atau pinset steril
2.7. Pilih kateter suction yang sesuai dengan umur pasien dan
ukuran ETT/TT (1/3 diameter ETT/TT)
2.8. Sambungkan katetr suctioning pada selang suction
2.9. Lakukan ventilasi dengan air viva 3 x, dengan oksigen 12 –
15
2.10. Masukan kateter dalam keadaan terbuka, jika ada reflex
trachea angkat kateter dengan memutar ( lama tindakan 5 –
15 detik)
2.11. Berikan kembali oksigen dengan konsentrasi tinggi 12 – 15
lt/mnt melalui air viva
2.12. Perasat ini boleh diulang sampai sekresi benar benar sudah
bersih/ banyak berkurang
2.13. Monitor kemabli hemodinamik dan tanda vital sign pasien
2.14. Jika akan suction hidung dan mulut lakukan suctioning
ETT/TT dahulu samapai selesai kemudian suctioning
hidung dan terakhir adalah mulut
2.15. Bilas kateter dengan air yang ada di ember, matikan suction
dan buang suction pada ember panampungan tersebut
2.16. Alat alat di rapikan kembali dan dokumentasikan
Instalasi farmasi labiratorium
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM


KELAS D KOTA BRONCHIAL WASHING
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
ditetapkan :
………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Bronchial washing adalah tindakan untuk membantu mengencerkan


sekresi yang terdapat pada dinding bronchus dengan menggunakan
PENGERTIAN
cairan NaCl 0,9%, perasat ini dikerjakan pada pasien yang memakai
ETT/TT
1. Membantu mengencerkan sputum yang kental, untuk
mempermudah mengeluarkan sputum dari paru-paru
2. Mengurangi penumpukan O2 di paru-paru sehingga mencegah
TUJUAN
obstruksi jalan napas
3. Mencegah terjadinya bronchopneumonia
4. Memperlancar sirkulasi dan perfusi keseluruh jaringan
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan alat
1.1. Peralatan oksigen → self inflangting bag
1.2. Spuit cuff
1.3. Cairan NaCl 0,9%
1.4. Peralatan suction yang lengkap
1.5. Pinset, bengkok
1.6. Ember yang berisi larutan salvon untuk tempat suction
kateter bekas
1.7. Handuk untuk alas dada
2. Cara kerja
2.1. Sebelum melakukan brochial washing harus observasi
dahulu: saturasi, nadi, pernafasan tekanan darah dan
EKG
2.2. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui air
viva
2.3. Tuang NaCl 0,9% yang ada dalam spuit kedalam
bronchus melalui ETT/TT sebanyak 5cc dan pada waktu
memasukan cairan, posisi pasien fowler
2.4. Lakukan secepatnya pemompaan dengan air viva
beberapa kali supaya cairan menyebar pada bagian
bronchus
2.5. Buat posisi drainase (bila pasien memungkinkan)
kemudian lakukan penghisapan secepatnya
2.6. Berikan kembali oksigen dengn konsentrasi tinggi
melalui air viva
2.7. Parasat ini di ulang sampai sekresi benar-benar sudah
bersih
2.8. Pada penghisapan terakhir kita kempeskan isi cuff,
lamanya pemasangan cuff sesuai dengan diisi kembali
secukupnya
2.9. Setelah parasat iniselesai cuff diisi kembali secukupnya
2.10. Kalau ada ukur volume dengan menggunakan wright
spirometer
2.11. Alat alat dirapikan kembali
3. Hal hal yang harus diperhatikan
3.1. Bronchial washing dilakukan setelah fisioterapi dada
3.2. Perawat harus cuci tangan
3.3. Dikerjakan sebelum makan
3.4. Dukerjakan oleh tiga orang perawat
3.4.1. Memasukan cairan NaCl 0,9 % dan melkukan
suction
3.4.2. Memompa dengan self inflating bag setelah cairan
masuk
3.4.3. Merubah posisi tempat tidur pasien
Instalasi farmasi
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM


KELAS D KOTA FISIOTERAPI DADA
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
ditetapkan :
………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu tindakan yang diberikan pada penderita dengan jalan latihan


bernafas, menepuk daerah dinding dada serta menghisap sekresi yang
dikeluarkan untukmemperlancar pernafsan
Indikasi:
1. Pasien denganventilator
2. Pasien dengan retensi sputum/reflek batuk, tidak baik namun
tidak aktif
PENGERTIAN
3. Pasien tidak aktif
Kontra indikasi
1. Pasien dalam keadaan shock
2. Relative: fraktur iga
3. Pasien dengan TIK meningkat
4. Pasien dengan miocard infark

1. Untuk mempertahankan , memperbaiki dan mencapai


keefektifan dari seluruh bagian paru
2. Mencegah kolaps paru yang disebabkan karena terlambatnya
sekresi untuk keluar
TUJUAN
3. Menghindarkan terjadinya komplikasi, missal :
bronchopneumonia
4. Untuk mempertahankan kelancaran sirkulasi darah
5. Untuk mencegah atropi otot
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Cara kerja
1.1. Cuci tangan
1.2. Beritahu pasien
1.3. Jika pasien sadar, anjurkan pasien untuk latihan napas dalam
dengan cara memegang perut pasien dengan kedua tangan
kemudian tarik nafas dalam leawat hidung, tahan kemudian
keluarkan leawat mulut. Lakukan tindakan tersebut minimal
10 kali. Jika pasien masih mampu lakukan dalam 1 periode
( 10 kali)
1.4. Auskultasi seluruh lapang paru
1.5. Posisikan pasien tidur miring kiri atau kanan
1.6. Tempatkan handuk di atas dada pasien
1.7. Lakukan penepukan dengan dua tangan diseluruh lapang paru
dalam waktu 1-3 manit
1.8. Lakukan vibrasi pada saat pasien ekperasi dalam waktu 1- 3
menit
1.9. Lakukan claping dan vibrasi pada dada yang satu dengan
lama waktu yang sama
1.10. Jika pasien sadar lakukan postural drainage dan posisikan
pasien sesuai daerah paru dimana secret dialirkan
1.11. Jika pasien mampu batuk efektif, anjurkan pasien untuk batuk
efektif
1.12. Jika pasien tidak mampu batuk efektif lakukan suctioning
dengan tekanan 60-100mmHg untuk bayi, 100-120 mmHg
umntuk anak anak, 100-300 mmHg untuk dewasa, jika pasien
dengan VM berikan O2 100 pre, post dan diantara tindakan
suctioning
2. Hal yang harus diperhatikan
Didalam melkuakn fisioterapi dada harus melihat keadaan umum
penderita, sehingga kita dapat mencegah komplikasi lebih lanjut
3. Tindakan yang berhubungan dengan fisioterapi
3.1. Latihan bernapas
3.2. Penepukan
3.3. Menggetarkan
3.4. Dranage posisi
3.5. Penghisapan
Rehabilitasi medis IPSRS
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM ASISTENSI PEMASANGAN CVC DAN PEMANTAUAN CVP


KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
ditetapkan :
………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu trindakan pemasangan kateter vena sentral dan pengukuran


tekanan darah di atrium kanan dan vena cava dengan menggunakan
kateter vena. Tekanan vena sentral diukur dalam mmHt dengan
PENGERTIAN menggunakan tranduser tekanan.
Nilai normal CVP (napas spontam)
4 sampai 15 cm H2O
3 sampai 11 mmHg
Untuk mengetahui secara tidak langsung keadaan:
1. Hipovolemik
TUJUAN 2. Hipervolemik
3. Gagal jantung
4. Tamponade jantung
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan
1.1. Daerah pemasangan
1.1.1. Vena jugularis
1.1.2. Vena subklavia
1.1.3. Vena femoralis
1.1.4. Vena antekubital/brachialis
1.2. Persiapan alat
1.2.1. Pemasangan CVC
1.2.1.1. Kateter dengan ukuran sesuai dareh pemasangan
1.2.1.2. Cairan NaCl 0.9 %
1.2.1.3. Infuse set
1.2.1.4. Xylocain 2%
1.2.1.5. Spuit 2,5 cc ; 20cc
1.2.1.6. Cairan anti septic
1.2.1.7. Kapas alcohol
1.2.1.8. Kassa steril
1.2.1.9. Duk steril
1.2.1.10.Gunting
1.2.1.11.Standar cairan
1.2.1.12.Cvp manometer
1.2.1.13.Three way stopcock
1.2.1.14.Masker sarung tangan
1.2.1.15.Benang steril dan jarum
1.2.1.16.Bila memakai system transduser siapkan :
monitor, tranduser, manometer line pressur bag
1.2.2. Pencabutan CVC
1.2.2.1. Gunting
1.2.2.2. Pinset anatomi
1.2.2.3. Pinset cirurgi
1.2.2.4. Kasa steri
1.2.2.5. Kasa alcohol
1.2.2.6. Plester
1.2.2.7. Sarung tangan steril
2. Cara kerja
2.1. Pemasangan CVC
2.1.1. Prosedur dikerjakan denganteknik asptek setelah dokter
memakai sarung tangan, bersihkan lokasi penusukan
dengan cairan antiseptic
2.1.2. Lakuakan local anastesi, pasang duk lobang steril
2.1.3. Kepala pasien dimiringkan kea rah yang berlawanan
2.1.4. Dokter melakukan dengan fungsi vena
2.1.5. Jarum intraduser dicabut dan dihubungkan kateter
dengan cairan dan infuse set
2.1.6. Perhatikan tanda perdarahan selama pemasangan
2.1.7. Fiksasi dan tutup dengn kasa steril dan saleb tutup
dengn dengan plester ( hipafix)
2.1.8. Foto thorax untuk mengetahui posisi kateter
2.2. Pemantauan CVP
2.2.1. Posisi pasien terlentang, tentukan titik nol dengan
membuat garis setinggi atrium kanan yaitu garis mid
axialaris daerah interkosta ke 5 atau kurang lebih 5 cm
dibawah sternum kemudian samakan garis atrium kanan
dengan titik nol pada manometer dengan water ring
2.2.2. Isi manometer dengan cairan NaCl 0,9% sambil
membuka three way stopcock ke saen dibuka
2.2.3. Nilai CVP diambil pada keadaan cairam dalam
manometer stabil, nilai sambil diperhatikan fluktuasi
cairan manometer
2.2.4. Undulasi fluktuasi cairan dalam manometer dipengaruhi
irama pernafasan
2.2.5. Perubahan nilai CVP harus diimpretasikan sesuai
dengan gambaran klinis pasien
2.2.6. Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap perubahan posisi
pasien
3. Hal yang harus diperhatikan
Pneumothorak/hemothorak disritmia, infeksi, emboli udara,
thrombophelbitis, tamponade pericard lesi saraf
Intalasi farmasi, radiologi
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM PEMASANGANTIKAR HIPOTERMI


KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
DAN HIPERTERMI

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
ditetapkan :
………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Peralatan non invasive untuk mempertahankan suhu tubuh sesuai nilai


PENGERTIAN
yang dinginkan
1. Untuk menaikkan/menurunkan suhu tubuh pasien
2. Untuk mengurangi metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen
menurunkan suhu tubuh ( terapi hipotermi)
TUJUAN 3. Menghangatkan tubuh untuk mencapai suhu normal (terapi
hipertermi)
4. Pada terapi hipertermi untuk mencapai suhu normal sehingga
dapat aktifitas otak (menevaluasi batang otak)
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan alat
1.1. Blankentrol model CSZ Cincinnati
1.2. Thermometer konektor kabel listrik
1.3. Tempat tidur rata
1.4. Sprei
2. Cara kerja
2.1. Cek bnyaknya air penampung
2.2. Hubungkan konektor kabel ke listrik
2.3. Letakkan tikar blankentrol dibawah penderita dengan kain di
tasnya
2.4. Sambungkan tikar blankentrol ke blankentrol, lepas semua
klem
2.5. Nyalakan power pada posisi on
2.6. Tentukan indicator suhu yang diinginkan menekan suhu
tombol indicator suhu
2.7. Tentukan mode operasional yang diinginkan automatic atau
manual
2.8. Set suhu tikar/air dengan menekan tombol “t set” kemudian
tombol panah atau turun untuk menaikkan atau menurunkan
pada pembacaan indicator suhu yang diinginkan
2.9. Tekan tombol “manual control” control otomatis
2.10. Masukan probe suhu seri Y=SI 400 ke pasien
2.11. Sambungkan probesuhu ke probe jack pada sisi samping
blanked
2.12. Set suhu dengan menekan tombol “temperature set”
kemudian tekan juga panah naik atau panah turun untuk
menaikan atau menurunkan suhu pada pembacaan indicator
suhu yang diinginkan
2.13. Tekan tombol auto control
2.14. Monitoring suhu pasien
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Tikar tidak boleh terkena benda tajam, api, atau benda yang
merusak lainnya
3.2. Selang dan tikar tidak boleh tertekuk saat digunakan
3.3. Air blankentrol jangan sampai kosong dan air diganti dengan
steril tiap bulan ( 14liter)
3.4. Angkat grille front dan condenser dan bersaihkan tiap 6 bulan
3.5. Jika aliran berbunyi cek layar status yang menginformasikan
adanya masalah dan lakuakan pembetulan dengan
mengaktifkan alarm selama 5 menit dengan menekan tombol
silence alarm
Instalasi farmasi IPSRS
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM


KELAS D KOTA KOREKSI NATRIUM BIKARBONAT
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
ditetapkan :
………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Menambahkan sejumlah Na bicarbonate ke dalam tubuh untuk mencapai


PENGERTIAN
nilai normal Na bicarbonate dalam darah. Nilai normal = 22-26.
TUJUAN Untuk memperbaiki keseimbangan asam basa dalam darah
KEBIJAKAN
1. Hitung kekurangan buffer tubuh dengan rumus : 1/3 x BB x BE (base
deficit).
2. Berikan ½dosis atau sesuai instruksi dokter (dosis maksimal dewasa
100 mEq/hr)
3. Jika Na bicarbonate dalam kemasan 25 cc = 25 mEq, sedot obat
tersebut dengan spuit sesuai dengan jumlah yang dikehendaki
kemudian campurkan dengan cairan pengencer dalam plabot atau
masukkan dalam botol/plabot steril tanpa pengenceran.
PELAKSANAAN
4. Jika obat dalam kemasan botol siap pakai (produk 100 cc = 100
mEq) cek dan tentukan jumlah yang akan diberikan.
5. Sambungkan kemasan obat dengan CVC atau vena besar.
6. Atur tetesan pemberian. Berikan minimal dalam waktu 30 menit dan
tidak di bolus.
7. Monitor tensi, nadi, pernafasan serta keadaan pasien secara
keseluruhan.
8. Dokumentasikan pemberian obat dan rapikan peralatan.
Instalasi Farmasi, Laboratorium
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT
UMUM KELAS PEMBERIAN DOPAMIN
D KOTA
PALANGKA
RAYA No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Revisi : Halaman :
…………….. …………………… 1 dari 1
Ditetapkan Oleh,
Tanggal ditetapkan : Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR ………………
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

PENGERTIAN Suatu pemberian obat dopamine dengan dosis tertentu menggunakan syringe pump.
1. Untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas otot jantung.
TUJUAN
2. Memperbaiki fungsi ginjal
KEBIJAKAN
1. Persiapan Alat
1.1. Obat dopamine 200 mg
1.2. Spuit 50 cc : 2
1.3. Extention tube 1
1.4. D 5%, RL, atau NaCl
1.5. Syringe pump
2. Cara Kerja
2.1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam hitungan
milliliter/jam
2.2. Sambungkan infuse set/selang perfusor dengan CVP atau vena besar
2.3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infuse/perfusor
2.4. Monitor hemodinamik pasien
2.5. Dokumentasikan tindakan dan rapikan peralatan pasien
Nama Pasien :………………………… Nama Pasien :……………………………
BB :………… KG BB : …………….KG
DOPAMIN 200 mg/50 cc DOPAMIN 400 mg/50 cc
PELAKSANAA 1 cc = 200 mg/50 = 4 mg = 4000 mcg 1 cc = 400 mg/50 = 8 mg = 8000 mcg
N DOSIS = mcg/kgBB/menit DOSIS = mcg/kgBB/menit
1 xBBx 60 1 xBBx 60
1 mcg= =… cc / jam 1 mcg= =… cc / jam
4000 8000
2 xBBx 60 2 xBBx 60
2 mcg= =… cc / jam 2 mcg= =… cc / jam
4000 8000
3 xBBx 60 3 xBBx 60
3 mcg= =… cc / jam 3 mcg= =… cc / jam
4000 8000
4 xBBx 60 4 xBBx 60
4 mcg= =… cc / jam 4 mcg= =… cc / jam
4000 8000
5 xBBx 60 5 xBBx 60
5 mcg= =… cc / jam 5 mcg= =… cc / jam
4000 8000
6 xBBx 60 6 xBBx 60
6 mcg= =… cc / jam 6 mcg= =… cc / jam
4000 8000
Dst…. Dst…
TTD TTD
Instalasi Farmasi, IPSRS
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM


PEMBERIAN DOBUTAMIN
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu pemberian obat dobutamine dengan dosis tertentu menggunakan


PENGERTIAN
syringe pump.
1. Untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas otot jantung (intotropik
TUJUAN jantung
2. Memperbaiki perfusi ginjal
KEBIJAKAN
1. Persiapan Alat
1.1. Obat dobutamine 250 mg
1.2. Spuit 50 cc : 2
1.3. Extention tube 1
1.4. D 5%, RL, atau NaCl
1.5. Syringe pump
2. Cara Kerja
2.1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien
dalam hitungan milliliter/jam
2.2. Sambungkan infuse set/selang perfusor dengan CVP atau
vena besar
2.3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada
infuse/perfusor
2.4. Monitor hemodinamik pasien
2.5. Dokumentasikan tindakan dan rapikan peralatan pasien

Nama Pasien : Nama Pasien :


PELAKSANAAN
BB : KG BB : KG
DOBUTAMIN 250 mg/50 cc DOBUTAMIN 500 mg/50 cc
1 cc = 250 mg/50 = 5 mg = 5000 mcg 1 cc = 500 mg/50 = 10 mg = 10000 mcg
DOSIS =………..mcg/kgBB/menit DOSIS =………..mcg/kgBB/menit
1 xBBx 60 1 xBBx 60
1 mcg= =… cc / jam 1 mcg= =… cc / jam
5000 10000
2 xBBx 60 2 xBBx 60
2 mcg= =… cc / jam 2 mcg= =… cc / jam
5000 10000
3 xBBx 60 3 xBBx 60
3 mcg= =… cc / jam 3 mcg= =… cc / jam
5000 10000
4 xBBx 60 4 xBBx 60
4 mcg= =… cc / jam 4 mcg= =… cc / jam
5000 10000
5 xBBx 60 5 xBBx 60
5 mcg= =… cc / jam 5 mcg= =… cc / jam
5000 10000
6 xBBx 60 6 xBBx 60
6 mcg= =… cc / jam 6 mcg= =… cc / jam
5000 10000
Dst…. Dst….

TTD TTD
Instalasi Farmasi, IPSRS
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM


KELAS D KOTA PEMBERIAN ADRENALIN
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu pemberian obat adrenalin dengan dosis tertentu menggunakan syringe


PENGERTIAN
pump
1. Untuk meningkatkan resistensi vaskuler
TUJUAN
2. Untuk meningkatkan kontraktilitas jantung
KEBIJAKAN
1. Persiapan Alat
1.1. Obat adrenalin 1 mg/ampul. Diperlukan 4 ampul
1.2. Spuit 50 cc : 2
1.3. Extention tube 1
1.4. D 5%, RL, atau NaCl
1.5. Syringe pump
2. Cara Kerja
2.1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien
dalam hitungan milliliter/jam
PELAKSANAAN 2.2. Sambungkan infuse set/selang perfusor dengan CVP atau
vena besar
2.3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada
infuse/perfusor
2.4. Monitor hemodinamik pasien
2.5. Dokumentasikan tindakan dan rapikan peralatan pasien

Instalasi Farmasi, IPSRS


UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA PEMBERIAN NORADRENALIN
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu pemberian obat noradrenalin dengan dosis tertentu menggunakan


PENGERTIAN
syringe pump
TUJUAN Untuk meningkatkan resistensi vaskuler
KEBIJAKAN
1. Persiapan Alat
1.1. Obat noradrenalin 4 mg
1.2. Spuit 50 cc : 2
1.3. Extention tube 1
1.4. D 5%, RL, atau NaCl
1.5. Syringe pump
2. Cara Kerja
PELAKSANAAN
2.1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam
hitungan milliliter/jam
2.2. Sambungkan infuse set/selang perfusor dengan CVP atau vena
besar
2.3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infuse/perfusor
2.4. Monitor hemodinamik pasien
2.5. Dokumentasikan tindakan dan rapikan peralatan pasien
Instalasi Farmasi, IPSRS
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA KOREKSI ALBUMIN
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Menambahkan sejumlah albumin ke dalam tubuh untuk mencapai kadar


PENGERTIAN
normal albumin dalam darah (nilai normal > 2,5 gr%)
Untuk mengikat dan membawa sari makanan dan kompartemen yang lain
TUJUAN dalam tubuh yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh/faal tubuh

KEBIJAKAN
1. Persiapan
1.1. Pasien dipasang infus
1.2. Cairan albumin
1.3. Jarum udara
2. Cara Kerja
2.1. Cuci tangan kemudian beritahu pasien
PELAKSANAAN 2.2. Cek kondisi dan tanggal kadaluwarsa albumin
2.3. Cairan albumin dipasang dan dihubungkan ke infuse set
2.4. Pasang jarum udara pada tutup botol albumin
2.5. Atur tetesan infus, kecepatan infus max 2 cc/menit atau 4 jam/botol
2.6. Monitor pasien adanya reaksi alergi pada albumin
2.7. Rapikan peralatan dan dokumentasikan tindakan

Instalasi Farmasi, IPSRS


UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA KOREKSI KALIUM
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Memberikan sejumlah kalium ke dalam tubuh untuk mencapai kadar normal


PENGERTIAN
kalium dalam darah (nilai normal = 3,5-5,5 mEq/ml)
Untuk mencegah terjadinya gangguan listrik jantung dan gangguan sistemik
TUJUAN
lain
KEBIJAKAN
1. Hitung kekurangan kalium dengan rumus  Delta K x BB x 1/3
2. Encerkan KCl dalam D 5% (pengenceran disesuaikan) atau jika
memakai syringe pump tidak perlu diencerkan
3. Berikan KCl dalam cairan D 5% drip/dalam syringe pump
4. Sambungkan selang infus/perfusor yang berisi KCl pada CVP atau vena
besar, hindari pemberian pada vena kecil
PELAKSANAAN 5. Atur kecepatan pemberian max 20 mEqKCl/jam, pemberian konstan
6. Apabila deficit  30 mEqKCl, berikan dalam cairan 150 cc D 5% selama 2
jam
7. Monitor nadi, tekanan darah dan cek adanya phlebitis/terbakarnya vena
8. Labeling KCl pada infus set/perfusor
9. Dokumentasikan pemberian dan rapikan peralatan

Instalasi Farmasi, IPSRS


UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA CHALLENGE TEST
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Penambahan cairan ekstra untuk meningkatkan volume cairan tubuh/preload


PENGERTIAN yang identik dengan tekanan atrium kanan sebagai testing atas keadaan
hemodinamik
Untuk mengukur kekurangan/defisit cairan melalui tekanan vena sentral
Indikasi :
Hypovolemik karena kehilangan banyak cairan atau darah atau juga oleh
karena pemberian obat-obatan vasodilator
TUJUAN
Kontra Indikasi :
1. Dekompensasi jantung
2. Edema paru (relatif)
3. Ada instruksi medis melakukan challenge test

KEBIJAKAN

1. Persiapan Alat :
Cairan koloid/kristaloid
2. Cara Kerja
Memberikan cairan infus selama 10 menit
2.1. Bila CVP 8 cmH2O guyur cairan (RL) 200 cc
PELAKSANAAN 2.2. Bila CVP 8-14 cmH2O guyur cairan (RL) 100 cc
2.3. Bila CVP  14 cmH2O guyur cairan (RL) 50 cc
3. Hal yang harus diperlukan
3.1. Bila CVP naik 0-2 cmH2O, guyur sebanyak jumlah semula
3.2. Bila CVP naik 2-5 cmH2O, guyur1/2 dosis
3.3. Bila CVP naik 5 cmH2O, tidak perlu

Instalasi Farmasi, IPSRS


UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA UJI AIR
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

PENGERTIAN Uji air adalah suatu test abstorbsi terhadap gastro intestinal
Untuk mengetahui fungsi paralitikusus
Indikasi :
1. Pada penderita dengan penurunan kesadaran
TUJUAN 2. Pada penderita setelah dipuaskan pada waktu tertentu
3. Pada penderita yang sesudah dilakukan tindakan operasi
4. Pada penderita yang terpasang ventilasi mekanik invasive

KEBIJAKAN
1. . Persiapan Alat
1.1. NGT
1.2. Spuit 50 cc
1.3. Air putih
1.4. Lap makan
2. Cara Kerja
2.1. Cek posisi NGT
2.2. Aspirasi isi lambung
2.3. Berikan pada :
- Jam I, 30 ml air putih (dextrose 5%)
- Jam II, 30 ml air putih (dextrose 5%)
PELAKSANAAN
- Jam III, 30 ml air putih (dextrose 5%)
- Jam IV, 30 ml air putih (dextrose 5%)
2.4. Klem NGT, tunggu 1 jam – aspirasi, bila
- Jumlah residu  60 ml, tunda enteral
- Jumlah residu  60 ml, coba enteral 25 ml/jam selama 4 jam
2.5. Klem NGT, tunggu 1 jam – aspirasi bila
- Cairan aspirasi  50 ml, stop enteral
- Cairan aspirasi  50 ml, teruskan enteral
2.6. Tingkatkan enteral sesuai kebutuhan gizi

Instalasi Gizi
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA PEMANTAUAN TEKANAN INVASIF
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Pemantauan tekanan invasive adalah pengukuran secara langsung tekanan


PENGERTIAN
darah atau cairan terhadap dinding dari suatu ruangan atau pembuluh
Untuk mengukur tekanan dari pasien dan memproduksi signalnya secara
TUJUAN
visual pada layar monitor dengan distorsi yang minimal
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN . 1. Pemantauan tekanan arteri
Daerah pemasangan kateterarteri
- Arteriradialis
- Arteri brachialis
- Arterifemoralis
1.1. Persiapan alat
1.1.1. Tranduser
1.1.2. Holtertranduser
1.1.3. Monitor tekanan
1.1.4. Diafragma Dome
1.1.5. Flush device
1.1.6. Pressure bag
1.1.7. Cairan NaCl 0,9%
1.1.8. Cairan anti septic
1.1.9. Kapas alkohol
1.1.10. Sarung tangan steril
1.1.11. Kasa steril
1.1.12. Benang, jarum
1.1.13. Administration set
1.1.14. Manometer lina
1.1.15. Three way stop cock
1.1.16. Kateterangiocath
1.1.17. Xylocain 2%
1.1.18. Heparin
1.1.19. Spuit 2,5 cc, 1 cc
1.1.20. Salep antiseptic
1.1.21. Gunting
1.1.22. Spalk
1.1.23. Duk Steril
1.2. Cara Kerja
1.2.1. Kerjakan dengan aseptis
1.2.2. Lakukan desinfeksi di daerah pemasangan dengan
cairan antiseptic
1.2.3. Pasang duk steril
1.2.4. Anasthesi dengan xylocain 2%
1.2.5. Masukkan dalam arteri secara perkutan, kemudian
jarum ditarik, biasanya kateter terletak 4-6 cm dalam arteri
1.2.6. Hubungkan kateterarteri dengan system tranduser
1.2.7. Fiksasi kateter kemudian ditutup dengan kassa yang
diberi salep antiseptic
1.3. Hal-hal yang harus diperhatikan
1.3.1. Pantau tekanan arteri setiap jam atau setiap ada
perubahan
1.3.2. Ganti system tranduser setiap 24 jam
1.3.3. Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap ada perubahan
posisi
1.3.4. Observasi adanya komplikasi
1.4. Komplikasi
1.4.1. Trombosis
1.4.2. Kehilangan darah
1.4.3. Emboli udara
1.4.4. Infeksi sistemik
1.4.5. Spasmearteri
1.4.6. Hematom
2. Pemantauan tekanan vena sentral (CVP) 1. Pemantauan
tekanan arteri
Daerah pemasangan kateterarteri
- Arteriradialis
- Arteri brachialis
- Arterifemoralis
1.1. Persiapan alat
1.1.1. Tranduser
1.1.2. Holtertranduser
1.1.3. Monitor tekanan
1.1.4. Diafragma Dome
1.1.5. Flush device
1.1.6. Pressure bag
1.1.7. Cairan NaCl 0,9%
1.1.8. Cairan anti septic
1.1.9. Kapas alkohol
1.1.10. Sarung tangan steril
1.1.11. Kasa steril
1.1.12. Benang, jarum
1.1.13. Administration set
1.1.14. Manometer lina
1.1.15. Three way stop cock
1.1.16. Kateterangiocath
1.1.17. Xylocain 2%
1.1.18. Heparin
1.1.19. Spuit 2,5 cc, 1 cc
1.1.20. Salep antiseptic
1.1.21. Gunting
1.1.22. Spalk
1.1.23. Duk Steril
1.2. Cara Kerja
1.2.1. Kerjakan dengan aseptis
1.2.2. Lakukan desinfeksi di daerah pemasangan dengan
cairan antiseptic
1.2.3. Pasang duk steril
1.2.4. Anasthesi dengan xylocain 2%
1.2.5. Masukkan dalam arteri secara perkutan, kemudian
jarum ditarik, biasanya kateter terletak 4-6 cm dalam arteri
1.2.6. Hubungkan kateterarteri dengan system tranduser
1.2.7. Fiksasi kateter kemudian ditutup dengan kassa yang
diberi salep antiseptic
1.3. Hal-hal yang harus diperhatikan
1.3.1. Pantau tekanan arteri setiap jam atau setiap ada
perubahan
1.3.2. Ganti system tranduser setiap 24 jam
1.3.3. Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap ada perubahan
posisi
1.3.4. Observasi adanya komplikasi
1.4. Komplikasi
1.4.1. Trombosis
1.4.2. Kehilangan darah
1.4.3. Emboli udara
1.4.4. Infeksi sistemik
1.4.5. Spasmearteri
1.4.6. Hematom
2. Pemantauan tekanan vena sentral (CVP)

Instalasi Gizi
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA
RESUSITASI JANTUNG PARU
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu tindakan emergensi untuk mengatasi keadaan henti jantung dan / atau
PENGERTIAN
henti nafas.
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau respirasi melalui pengenalan
dan intervensi segera.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi
TUJUAN melalui RJP.
3. Memberikan oksigenasi kepada otak, jantung, dan organ vital lainnya
serta mengembalikan fungsi jantung dan ventilasi yang normal

KEBIJAKAN
1. Pastikan adanya henti nafas atau henti jantung.
2. Mintalah pertolongan.
3. Posisikan pasien terlentang.
4. Pasang pengalas kepala.
5. Atur posisi penolong :
a. Penanganan airway (posisi pada bagian atas)
b. Penanganan sirkulasi (posisi bagian samping bahu kanan
pasien)
c. Penyedia obat (posisi dekat emergensi troly)
PELAKSANAAN
d. Leader
6. Beri bantuan nafas dengan ambubag.
7. Lakukan kompresi jantung dengan laju 100 kali permenit.
8. Berikan bantuan nafas dengan ambubag 12 kali permenit.
9. Berikan obat- obat emergensi sesuai algoritme irama jantung
10. Lakukan tindakan sesuai algoritme.
11. Jika berhasil siapkan penanganan lebih lanjut.
12. Dokumentasikan tiap langkah kegiatan.

Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA
DEFIBRILASI EKSTERNAL
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Defibrilasi (eksternal) adalah suatu tindakan terapi dengan cara


memberikan aliran listrik yang kuat ke jantung pasien melalui
PENGERTIAN
electrode (pedal) yang ditempatkan dipermukaan dinding dada
pasien.
1. Menghilangkan ancaman kematian karena fibrilasi ventrikel.
2. Mengembalikan irama jantung dan cardiac output yang hilang
karena VF/VT non pulse dan mengembalikan oksigenasi dan
TUJUAN
perfusi jaringan.
Indikasi :
1. Pasien dengan VF
2. Pasien dengan VT non pulse

KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan
1.1. Perawat
Perawat harus paham akan :
1.1.1. Anatomi dan fisiologi kardiovaskuler
1.1.2. Interpretasi gambaran EKG
1.1.3. Prinsip- Prinsip BCLS dan ACLS
1.1.4. Prinsip – prinsip keamanan terhadap listrik
1.2. Peralatan
1.2.1. DC shock dengan electrode (pedal) nya
1.2.2. Elektrolit jelly
1.2.3. Ambubag dengan face mask
1.2.4. Oksigen
1.2.5. Papan resusitasi
1.2.6. Obat – obatan emergensi
1.3. Pasien
1.3.1. Posisi supine diatas papan yang rata dan keras (papan
resusitasi)
1.3.2. Singkirkan semua besi yang menempel langsung ke
pasien
1.3.3. Ambil gigi palsu atau protesa yang lain dari pasien
2. Cara kerja
2.1. Cuci tangan dan keringkan
2.2. Siapkan pasien dan alat – alat yang diperlukan untuk RKP
dan DC shock
2.3. Dekatkan defibrillator ke pasien sehingga kabel pedal tidak
tertarik
2.4. Pasang EKG monitor, bila belum terpasang pastikan
gambaran EKG pasien VF/VT non pulse
2.5. Hidupkan defibrillator (posisi asynkronise)
2.6. Berikan elektrolit jelly pada pedal secukupnya (seluruh
permukaan pedal dan agak tebal)
2.7. Tempatkan pada energy 360 joule
2.8. Tempat pedal : 1 di apex jantung dan 1 disebelah kanan
sternum dibawah klavikula
2.9. Charge dan tunggu sampai energy yang diperlukan tercapai
2.10. Berikan sedikit tekanan pada pedal ke dinding dada
2.11. Nyatakan bahwa DC shock telah siap dan aman, baik bagi
pasien, perawat maupun pemberi bantuan nafas (kalau ada)
2.12. Tekan kedua tombol DC shock secara bersama-sama dan
jangan sampai terangkat
2.13. Lihat gambaran EKG post DC shock di monitor, berubah
irama atau tidak VF/VT
2.14. Bila tetap, ulangi lagi dengan energy 360 joule. Bila tetap
belum berhasil lanjutkan dengan RKP
2.15. Bila setelah DC shock (bila yang I,II,III) terjadi perubahan
irama, lanjutka perawatan pasien sesuai irama yang muncul
2.16. Matikan defibrillator dan bersihkan pedal dan jelly pada
tubuh pasien, kembalikan ke tempat semula
2.17. Cuci tangan dan dokumentasikan
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Rekam EKG sesuai kebutuhan
3.2. Monitor EKG dan haemodinamik secara continue
Perawatan luka bakar bila timbul
UNIT TERKAIT IPSRS, Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA
ASISTENSI INTUBASI
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan pipa endotrachea ke dalam trachea


1. Membebaskan jalan nafas.
TUJUAN 2. Untuk pemberian pernafasan mekanik.
3. Untuk mempermudah penghisapan sekresi
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan alat
1.1. Laryngoscope dengan bilah yang sesuai
1.2. Magillas untuk membantu memasukkan pipa
1.3. Mandarin (bila ada kesulitan saat memasukkan tube)
1.4. OTT/NTT sesuai dengan kebutuhan pasien
1.5. Xylocain jelly
1.6. Sarung tangan
1.7. Obat-obatan untuk persiapan intubasi antara lain : sedasi :
midazolam, propofol, pentotal; muscle relaxant : succinyl
choline, rocuronium, atracurium, vecuronium
1.8. Xylocain semprot/ spray
1.9. Pressure cuff/ spuit cuff
1.10. Guedel / mayo
1.11. Stethoscope
1.12. Suction catheter untuk menghisap lender
1.13. Emergency troly yang berisi obat-obatan emergency
1.14. Air viva, face mask untuk oksigenasi
1.15. Plester / pita untuk fiksasi
1.16. Suction dinding/ sentral
2. Cara kerja
2.1. Cuci tangan
2.2. Jelaskan prosedur pada pasien
2.3. Cek suction sentral dan atur tekanan antara 100- 200
mmHg dan sambungkan selang catheter steril
2.4. Nilai kesadaran pasien, bila sadar diberitahu
2.5. Bersihkan jalan nafas dengan cara suctioning
2.6. Sambungkan pasien ke EKG monitor dan ukur tensi, nadi,
dan pernafasan ulang, saturasi oksigen
2.7. Posisi terlentang / flat dan ekstensikan leher pasien
(sesuaikan dengan kondisi pasien)
2.8. Bantu tindakan intubasi sesuai tahapannya
2.9. Ikat selang trachea/ tracheostomy dengan plester
2.10. Bereskan peralatan dan dokumentasikan tindakan
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Keadaan umum pasien, terutama tensi, nadi, pernafasan,
dan saturasi oksigen
3.2. Monitoring EKG
3.3. Pengisian cuff (balon)
3.4. Fiksasi
4. Penghisapan sekresi dengan tehnik yang semestinya
UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA
WEANING PADA T- PIECE DINDING
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

proses weaning pada T- piece dinding adalah salah satu usaha


PENGERTIAN penyapihan dari respirator, dimana pasien langsung dilepas dari alat
bantu nafas tetapi tube masih terpasang.
1. Menghindarkan pasien dari rasa ketergantungannya terhadap
alat bantu nafas. Melatih pasien agar dapat bernafas sendiri
TUJUAN
secara spontan.
2. Mengembalikan pasien pada keadaan semula.
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan
1.1. Pasien
1.1.1. Siapkan alat-alat yang akan dipakai
1.1.2. Jangan melakukan weaning apabila pasien kelihatan
lemah karena habis dimandikan, fisioterapi atau habis
foto thorax
1.1.3. Terangkan pada pasien dan tenangkan jiwanya bila
pasien sebelumnya sudah memakai alat bantu nafas
dalam jangka lama karena pasien akan merasa takut
untuk dilepas dari alat bantu nafas
1.1.4. Atur posisi pasien (posisi tidur) supaya
pengembangan paru lebih bagus
1.1.5. Terangkan bahwa dengan proses weaning ini akan
membantu pasien agar dapat bernafas seperti
sediakala
1.1.6. Sebelum tindakan dikerjakan ambil pemeriksaan
analisa gas darah untuk lebih menyakinkan lagi
1.2. Alat
1.2.1. Spirometri untuk mengukur volume tidal
1.2.2. Humidifier untuk O2 dan udara
1.2.3. Selang inspirasi
1.2.4. Kantong plastic untuk penampung
1.2.5. Konektor ke tube
2. Cara kerja
2.1. Beritahu pasien tentang tindakan apa yang akan dilakukan
2.2. Ukur tidal volume
2.3. Observasi tanda vital pasien : tensi, nadi, suhu dan
pernafasan
2.4. Alat-alat dicek apakah sudah siap dipakai
2.5. Sekresi atau sumbatan lainnya dibersihkan
2.6. Setelah pemasangan selesai pasien diobservasi kembali
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Penyakit utama sudah teratasi
3.2. Pasien merasa kuat (tidak lemah) jalan nafas bebas dari
sumbatan, apabila pasien dengan tracheostomy dalam
keadaan baik
3.3. Suhu badan dalam normal, apabila suhu badan mengalami
kenaikan makan kebutuhan O2 akan meningkat
3.4. Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekresi
3.5. Frekuensi nafas kurang dari 30 kali permenit
3.6. Tidak ada gejala hypoxia / kebingungan
3.7. Test fungsi paru normal, tidal volume mencukupi
3.8. Hasil analisa gas darah normal
3.9. Pasien dapat bernafas secara spontan

Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
RUMAH SAKIT UMUM
KELAS D KOTA
EKSTUBASI
PALANGKA RAYA

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL ditetapkan :
……………… dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022
PENGERTIAN Sesuatu tindakan penganfkatan pipa endotracheal
1. Sebagai tahap akhir proses penyapihan dari ventilator
2. Pasien sudah tidak mengalami sumbatan (potensi sumbatan jalan
nafas)
TUJUAN 3. Supaya pasien dapat bernafas seperti semula
4. Dapat berbicara dan menelan seperti biasanya
5. Supaya pasien dapat batuk dengan efektif dan dapat
mengeluarkan sputum sendiri
KEBIJAKAN
1. Persiapan alat
1.1. Laringoscope
1.2. Peralatan suction lengkap
1.3. Spuit cuff
1.4. Pinset, spirometer
1.5. Alat-alat untuk memberikan pelembaban dan oksigen, missal
: O2 + NRM, O2 + binasal
1.6. Peralatan lengkap untuk intubasi
2. Cara kerja
2.1. Ukur nadi, tensi, suhu, pernafasan, dan kesadaran
2.2. Ukur TTV pasien
2.3. Periksa AGD
2.4. Bila ada instruksi dikter (misal dexametason)
PELAKSANAAN 2.5. Beritahu pasien untuk pengangkatan pipa pernafasan
2.6. Lakukan penghisapan sekresi sampai bersih cuff
dikompreskan
2.7. Lepaskan fiksasi tube
2.8. Waktu pengangkatan tube, suction catheter yang baru harus
berada didalam sambil tube diangkat (jangan dipakai suction
catheter bekas untuk membersihkan mulut)
2.9. Selesai pengangkatan tube pasang NRM
2.10. Satu jam kemudian periksa AGD ulang
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Terutama kesadaran umum pasien
3.2. Ukur tensi, nadi, pernafasan, kesadaran
3.3. Perhatikan apakah ada stridor dan kelainan pernafasan yang
lain
UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT UMUM PERAWATAN BALON (CUFF) DI ENDOTRACHEA (ETT) ATAU
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA TRACHEOSTOMI (TT)

No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :


…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Pengertian perawatan balon pipa trachea adalah cara untuk


PENGERTIAN mempertahankan tekanan pada balon ETT atau TT tetap normal (15-
25 mmHg).
1. Mempertahankan posisi tube dan oksigen jaringan
TUJUAN
2. Mencegah aspirasi dan kerusakan jaringan mukosa sekitar cuff.
KEBIJAKAN
1. Persiapan
1.1. Cuff inflator (protex)
1.2. Selang konektor (dipakai untuk monitoring tekanan cuff
secara kontinyu
2. Cara kerja
2.1. Pengisian balon ETT
2.1.1. Cuci tangan
2.1.2. Suctioning pasien dan suruh pasien untuk batuk
2.1.3. Sambungkan katup pilot balon dengan alat cuff inflator,
kempeskan cuff dengan menekantombol merah sampai
mencapai nilai nol
2.1.4. Untuk pengisian balon ETT, pompakan alat cuff inflator
sampai mencapai angka dibawah tanda merah (30 mmHg).
Kemudian turun sedikit sampai pada angka normal
(tekanan normal 15-25 mmHg)
PELAKSANAAN 2.2. Monitoring tekanan balon ETT (cuff) secara terus menerus
2.2.1. Cuci tangan
2.2.2. Sambungkan katup pilot balon dari pipa tracheostomy
atau endotracheal ke selang konektor
2.2.3. Sambungkan ujung selang konektor lainnya ke alat cuff
inflator
2.2.4. Pompakan cuff inflator secara cepat sampai batas nilai
normal (tanda hijau 15-25 mmHg) kemudian lepaskan
2.2.5. Gunakan pengait belakang cuff inflator untuk
menempatkan cuff inflator pada tempat yang aman dan
untuk dimonitor
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Untuk mengempeskan balon ETT, tekan tombol merah
untuk menurunkan tekanan
3.2. Pada tekanan cuff diatas 25 mmHg dapat menyebabkan
iskemik jaringan sekitar cuff
Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

RUMAH SAKIT UMUM


SET VENTILATOR INTER 5 PLUS
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu tindakan mempersiapkan ventilator (inter 5 plus) dan


PENGERTIAN
perlengkapannya yang akan digunakan oleh pasien.
1. Tujuan fisiologis
1.1. Memperbaiki ventilasi alveoli
1.2. Memperbaiki oksigenasi arteri
1.3. Meningkatkan inflasi paru akhir respirasi
1.4. Meningkatkan FRC (kapasitas residu fungsional)
1.5. Menurunkan kerja otot-otot pernafasan (work of breathing)
2. Tujuan klinis
2.1. Koreksi asidosis respiratorik akut (life threatening academia)
TUJUAN
Pa0₂ > 60 mmHg, untuk mencegah hipoksia jaringan
2.2. Menghilangkan “ respiratory distress”
2.3. Mencegah dan mengembalikan atelectasis
2.4. Menghilangkan kelelahan otot bantu nafas
2.5. Untuk fasilitas oksigen miocard atau sistematik (ARDS, syok
kardiogenic)
2.6. Menurunkan tekanan intracranial (hiperventilasi) pada
trauma kepala tertutup
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Pasang pasien sircuit, pastikan pemasangannya sudah benar
dengan flow sensor terpasang
2. Sambungkan test lung (balloon ke circuit)
3. Isi air aquades ke chamber humidifier
4. Pasang kabel power ventilator, humidifier, compressor ke stop
kontak PLN.
5. Pasang konektor O₂ ventilator ke central gas.
6. On-kan compressor, ventilator, dan humidifier.
7. Set Ventilator :
 Pilih mode setting Volume control
a. Untuk dewasa dan anak (adult & pediatric)
a.1. Set volume (TV), setiap 1kg berat pasien : 8 cc TV
a.2. Set RR, banyaknya nafas dalam 1 menit. Biasanya 12
s/d 24 kali
a.3. Set I :E ratio, dengan mengukur control flow
 Pilih mode setting Time Cycle
b. Untuk bayi dan anak (neonatal & pediatric)
b.1. Set flow, setiap 1 kg berat badan : 11 LPM flow,
kompensasi pasien circuit, infant 1 LPM dan adult
pasien circuit 4 LPM
b.2. Set RR. Banyaknya nafas dalam 1 menit. Biasanya 25
s/d 40 kali
b.3. Set I : E. ratio dengan mengatur inspirator time.
8. Set PEEP. Pressure support dan apnea alarm PEEP = 2, press
support = 20, apnea = 10
9. Set alarm low & high pressure (low = 5, high = 35)
10. Jika telah selesai di set semuanya, amati ventilator. Jika telah
berfungsi semuanya lepas test lung lalu sambungkan circuit kr
pasien.
11. Jika telah selesai digunakan lepas circuit untuk disterilkan. Buang
air dalam chamber humidifier lalu sterilkan hingga siap untuk
digunakan kembali.
== Catatan :
Pemasangan pasien circuit
1. Hubungkan port gas output dari main unit ke IN humidifier.
2. OUT humidifier melalui water trap di hubungkan ke patient
manifold
3. Jalur rkspirasi, dari patien manifold melalui water trap
dihubungkan ke port exahalation valve.
4. Hubungkan slang dari port proximal pressure (dimain unit) ke
patient manifold.

UNIT TERKAIT IPSRS

RUMAH SAKIT UMUM


PENGOPRASIAN VENTILATOR NPB 760
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu tindakan mempersiapkan ventilator NPB 760 dan perlengkapan


PENGERTIAN
yang akan digunakan oleh pasien.
1. Tujuan fisiologis
1.1. Memperbaiki ventilasi alveoli
1.2. Memperbaiki oksigenasi arteri
1.3. Meningkatkan inflasi paru akhir respirasi
1.4. Meningkatkan FRC (kapasitas residu fungsional)
1.5. Menurunkan kerja otot – otot pernafasan (work of breathing)
2. Tujuan klinis
2.1. Koreksi asidosis respiratorik akut (life threatening academia)
TUJUAN PaO₂ > 60 mmHg, untuk mencegah hipoksia jaringan
2.2. Menghilangkan “ respiratory distress”
2.3. Mencegah dan mengembalikan atelectasis
2.4. Menghilangkan kelelahan otot bantu nafas
2.5. Untuk fasilitas oksigen miocard atau sistematik (ARDS, syok
kardiogenic)
2.6. Menurunkan tekanan intracranial (hiperventilasi) pada trauma
kepala tertutup

KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Siapkan / sesuaikan aksesoris yang digunakan dengan jenis
pasiennya (adult, pediatric, neonatal)
2. Hubungkan alat dengan sumber tegangan PLN
3. Hubungkan alat dengan sumber gas medis (oksigen).
4. Tekan saklar utama untuk menyalakan alat.
5. Lakukan SST.
6. Pilih MODE yang akan digunakan (A/C, SIMV, SPONT,kemudian
pilih MANDATORIY BREATH-nya (VCV, PCV)
7. Masukan nilai-nilai parameternya sesuai dengan kondisi pasien. (I:
E, VT, RR, PEEP, dll):
8. Atur APNEA PARAMETER.
9. Sesuaikan parameter untuk alarmnya.
10. Hubungkan alat dengan pasien

LANGKAH- LANGKAH SST PADA VENTILATOR NPB- 760


1. Hidupkan alat secara normal/ hidupkan alat sambil menekan
tombol menu.
2. Lepas tombol menu bila sudah ada perintah yang ditampilkan
pada display (layar).
3. Tekan tombol menu kembali bila alat sudah selesai melakukan
post test.
4. Pilih menu no.3 (self test) kemudian accept.
5. Pilih short self test dengan mrnggunakan rotary knob, kemudian
tekan accept.
6. Pada display alat akan tampil waktu untuk warming up alat selama
10 menit. (bisa di by pass dengan menekan tombol clear).
7. Setelah warm up selesai pilih tubing yang akan digunakan (adult
atau ediatric) menggunakan rotary knob tekan accept.
8. Pilih jenis ETT yang dipakaki menggunakan rotary knob tekan
accept.
9. Ikuti petunjuk pada display alat sampai proses SST selesai,
kemudian tekan accept.

ISTILAH- ISTILAH DALAM PROSES SST VENTILATOR NPB- 760


1. IS PT DISCONECTED
Alat menyanyakan apakah Y- piece dari ventilator sudah tidak
terhubung pasien atau apapun.
2. BLOK WYE
Operator harus menutup Y- piece dengan STOPPER.
3. HUMIDIFICATION DEVICE TYPE
Operator harus memilih jenis pemanasan udara yang diberikan ke
pasien menggunakan apa. (HME, NO HEATED WIRE, DUAL HEATED
WIRE).
4. TUBING TYPE
Operator harus memilih jenis reathing untuk pasien (ADULT,
PEDIATRIC).
5. ET SIDE
Operator harus memilih jenis ETT yang nantinya akan digunakan
akan digunakan.
6. DISCONECT I TUBING
Operator harus melepaskan inspirasi tubing dari filternya.
7. RECONECT I TUBING
Operator harus memasang kembali inspirasi tubing dari filternya.
8. DISCONECT E TUBING
Operator harus melepaskan ekspirasi tubing dari filternya.
9. RECONECT E TUBING
Operator harus memasang kembali rkspirasi tubing dari filternya.
10.UNLOK WYE
Operator harus membuka/ melepas STOPPER yang menutup Y-
piece.
UNIT TERKAIT IPSRS

RUMAH SAKIT UMUM


KELAS D KOTA
PENGUKURAN VOLUME TIDAL DAN TEKANAN
PALANGKA RAYA NEGATIF INSPIRASI
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Merupakan cara untuk mengukur kapasitas tidal paru dan tekanan


PENGERTIAN negative inspirasi pasien saat bernafas dengan menggunakan alat
ukur.
1. Mengevaluasi kekuatan otot- otot pernafasan pasien.
2. Mengevaluasi adekuasi volume tidal.
3. Mengkaji kemampuan nafas spontan, misalnya pada pasien post
TUJUAN
operasi.
4. Menentukan apakah pasien memerlukan intubasi dengan dan atau
menggunakan ventilator mekanik.
KEBIJAKAN
1. Persiapan alat
Spirometer portable (respirometer portable)
2. Langkah kerja
2.1. Cuci tangan
2.2. Sambungkan konentor ke jalan nafas pasien
2.3. Hubungkan spirometer portable ke jalan nafas pasien
2.4. Anjurkan pasien untuk nafas dalam sebisa mungkin, dan 0
(nol) kan spirometer dan suruh pasien untuk mengeluarkan
PELAKSANAAN
nafas
2.5. Untuk menempatkan jarum pada titik 0 tekan tombol yang
berwarna putih
2.6. Untuk mengunci hasik pengukuran yang didapat, tekan
tombol merah
2.7. Umtuk mengembalikan jarum pengukuran setelah pengucian
(menekan tombol merah) tekan tombol hijau sehingga
spirometer dapat mengukur kembali
UNIT TERKAIT IPSRS

RUMAH SAKIT UMUM


PENGAMBILAN DARAH ARTERI
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

PENGERTIAN
Suatu tindakan pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan AGD.

1. Diagnostic.
2. Mengetahui oksigenasi dan CO₂.
3. Membedakan status keseimbangan asam basa tubuh pasien.

Indikasi :
Pemeriksaan AGD diambil pada pasien yang mengalami gangguan
TUJUAN pernafasan dan keseimbangan asam basa.

Kontra Indikasi :
1. Pasien dengan terapi antikoagulan.
2. Riwayat gangguan pembekuan darah.
3. Penyakit pembuluh darah perifer yang berat.

KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan
1.1. Persiapan etiket
1.1.1. Nama pasien
1.1.2. Tanggal dan jam pengambilan
1.1.3. Pemakaian O₂ pada waktu penganbilan AGD
1.2. Persiapan alat
1.2.1. Spuit ukuran 2 ½ cc (untuk dewasa) jarum ukuran 23
G
1.2.2. Karet atau jenis lainnya
1.2.3. Desinfektan : kapas alcohol 70% steril
1.2.4. Heparin

2. Cara kerja
2.1. Cuci tangan.
2.2. Spuit terlebih dahulu dibasahi dengan heparin, kemudian
heparin di keluarkan dari spuit.
2.3. Lakukan allen test.
2.4. Tentukan tempat penusukan/ pengambilan darah arteri.
2.5. Desinfeksi daerah tusukan dengan alcohol 70% steril.
2.6. Darah arteri yang diambil cukup ½ - 1 cc.
2.7. Kemudian setelah cukup, jarum langsung dicabut, keluarkan
udara yang ada dalam spuit, posisi Jrum di atas tegak lurus
(cara mengeluarkan harus hati – hati, jangan tercampur
dengan udara luar atau memasukkan udara luar ke spuit
dengan mempengaruhi hasil, terutama PCO₂), langsung
tutup dengan karet.
2.8. Pada arteri bekas tusukan pengambilan langsung ditekan
dengan kapas alcohol 70% steril dalam waktu lebih kurang 5
menit tekan yang lebih kuat, sampai darah berhenti keluar.
2.9. Beri etiket kuat, spuit yang berisi darah arteri tersebut
kemudian diperiksa.
3. Hal yang harus diperhatikan
3.1. Lokasi :
Arteri radialis (diutamakan), arteri brakhialis, arteri
femoralis, arteri dorsopedis.
3.2. Bila darah bisa diperiksa setelah lebih dari 15 menit maka
darah harus disimpan dulu di lemari es atau tremos es, agar
komponen darah tidak rusak dan mencapai hasil yang actual.
UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi, Laboratorium

RUMAH SAKIT UMUM PENERIMAAN PASIEN


KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu tata cara menerima pasien yang mengalami kekritisan untuk


PENGERTIAN
dirawat di ICU.
Pasien yang mengalami kekritisan terancam jiwanya sewaktu-waktu
TUJUAN agar dapat memperoleh pengobatan, perawatan dan pemantauan
intensif sesuai dengan kondisi yang dialami pasien.
KEBIJAKAN
1. Ruangan yang mempunyai pasien kritis melakukan konsul
tertulis ke ICU.
2. Dokter ICU memeriksa pasien konsultasi dan menentukan
indikasi/tidak indikasi masuk ICU setelah melaporkan keadaan
ke Dokter Spesialis.
3. Jika indikasi masuk ICU ruangan yang akan mengirim pasien
memberitahu terlebih dahulu ke ICU bahwa akan ada pasien
masuk dan dokter ICU memberi persetujuan.
4. Menyiapkan peralatan pasien dan bed ICU dilengkapi dengan
status pasien dan trolley emergency.
5. Menerima pasien, timbang terima veserta catatan medis
lengkap dengan dokter dan perawat pengirim.
6. Dokter ICU melakukan pengkajian dan mengisi resume pasien
PELAKSANAAN masuk dan menentukan program pengobatan.
7. Perawat melakukan pengkajian dan menentukan rencana
keperawatan.
8. Dokter ICU dan perawat melakukan tindakan masalah hasil
pengkajian.
9. Cek kepatenan seluruh alat yang telah terpasang.
10. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian ICU.
11. Mengambil sampel pemeriksaan laboratorium.
12. Memberitahuka keluarga tentang keadaan pasien dan
informasi tentang tata tertib di ICU.
13. Memasukkan catatan register pasien.
14. Menyiapkan CVC dan asistensi pemasangannya.
15. Mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien minimal
sekali sehari (pada waktu kunjungan keluarga).
UNIT TERKAIT IGD, IRNA, OK, IRJ
RUMAH SAKIT UMUM PEMINDAHAN PASIEN DARI ICU KE IRNA
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Ditetapkan Oleh,
Tanggal Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ditetapkan :
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu prosedur memindahkan pasien dari ICU ke IRNA pada pasien


PENGERTIAN
yang telah terbebsa dari kekritisan.
1. Pasien mendapatkan pengobatan dan perawatan lanjut di ruang
rawat inap.
TUJUAN 2. Perlu diupayakan kelangsungan proses pengobatan dan
perawatan di ruang rawat inap berkesinambungan dengan
pengobatan dan perawatan di ICU.
KEBIJAKAN
1. Memberitahu rawat inap, bahwa akan ada pasien pindan dari
ICU dan menerima persetujuan ruang rawat inap.
2. Meminta konfirmasi rawat inap tentang waktu kesiapan
menerima pasien dari ICU.
3. Menyiapkan pasien dan kelengkapannya.
4. Pasien ditransport ke ruang rawat inap dengan
memperhatikan syarat-syarat transportasi pasien.
5. Melakukan serah terima pasien dengan perawat ruang rawat
inap, tentang:
PELAKSANAAN
5.1 Kelengkapan catatan pasien
5.2 Masalah yang perlu diperhatikan dalam pengobatan
dan perawatan selanjutnya sehingga dapat dilakukan
deteksi dini apabila timbul kekritisan kembali.
5.3 Semua hasil pemeriksaan.
6. Terapi dan perawatan lanjutan sesuai dengan catatan medik
dan perawatan.
7. Perawat ruang rawat menghubungi ICU kembali jika terdapat
hal-hal yang belum jelas atau terjadi kekritisan ulang.
UNIT TERKAIT IRNA
RUMAH SAKIT UMUM PEREKAMAN EKG
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Tanggal Ditetapkan Oleh,


ditetapkan : Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ………………
OPERASIONAL

dr. Abram Sidi Winasis


NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu tindakan merekam perubahan potensi listrik jantung dengan


PENGERTIAN
menggunakan alat elektrograf.
Dengan EKG diketahui :
1. Penyakit jantung koroner
2. Gangguan irama jantung/aritmia
TUJUAN
3. Hipertropi dari atrium dan ventrikel.
4. Gangguan elektrolit (hipokalemi atau hiperkalemia)
5. Efek obat jantung (digitalis)
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan
1.1.Persiapan Pasien
1.1.1. Penerangan tujuan pemeriksaan
1.1.2. Reaksi selama pemeriksaan
- Hindari gerakan-gerakan anggota tubuh
- Tidak diajak bicara
1.1.3. Persiapan sebelum pencatatan
- Kulit → dibersihkan dari lemak dan rambut
1.2. Persiapan Alat
1.2.1. Mesin EKG
1.2.2. Kertas grafik/kertas EKG
1.2.3. Plat ekstremitas electrode
1.2.4. Jelly
1.2.5. Tissue
1.2.6. Tempat tidur
1.2.7. Pena/spidol
2. Cara Kerja
2.1. Cuci tangan
2.2. Siapkan peralatan dan lingkungan, jaga privasi pasien.
2.3. Jelaskan prosedur pada pasien
2.4. Instruksikan pasien tidur rilex (tangan, tungkai tidak
besentuhan)
2.5. Instruksikan pasien tidak menyentuh tepi tempat tidur
2.6. Pasang plat dan elektrode pada dada pasien dengan
ketentuan :
- Kabel merah (R) : pasang di tangan kanan (RA)
- Kabel kuning (K) : pasang di tangan kiri (LA)
- Kabel hijau (F) : pasang di tungkai kiri (RL)
Kabel dapat dipasang lain bila ada petunjuk
khusus dari alat EKG yang dipakai.
- Kabel hitam (G) : pasang di tungkai kanan
(Grounding)
V1 : ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2 : ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3 : ditengah antar V2 dan V4
V4 : ruang interkostal V garis midklavikula
V5 : setinggi V4 garis aksila depan kiri
V6 : setinggi V4 garis aksila tengah kiri
V7 : setinggi V4 garis aksila belakang kiri
V8 : setinggi V4 garis scapula kiri
V9 : setinggi V4 garis columma vetebra kiri
V3R : sama seperti V3 tapi sebelah kanan
2.7. Mesin di “on” kan → untuk pemanasan
2.8. Mulai kalibrasi
2.9. Pilih lead selector diputar pada hantaran : I, II, III, ARF,
AVF, V1, sampai V6, minimal direkam 3-4 komplek QRS.
2.10. Setrlah selesai kalibrasi kembali
2.11. Lepaskan kabel dan electrode dari tubuh pasien,
bersihkan tubuh pasien dari jeli/air.
2.12. Jika perlu → voltage diperkecil atau diperbesar (beri
tanda sebelum dan sesudahnya dengan kalibrasi)
2.13. Beri :
- Nama lead masing-masing
- Nama pasien
- Tanggal dan pembuatan
- Nama pembuat rekaman
2.14. Rapikan peralatan dan dokumentasikan tindakan.
UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi, IPSRS
RUMAH SAKIT UMUM PENGGUNAAN MONITOR
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Tanggal Ditetapkan Oleh,


ditetapkan : Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ………………
OPERASIONAL

dr. Abram Sidi Winasis


NIP. 1976082 200801 1 022

Suatu alat yang digunakan untuk monitor keadaan pasien secara


PENGERTIAN keseluruhan meliputi irama EKG, tekanan darah, saturasi oksigen,
respirasi dan suhu pasien.
Untuk mengetahui dan monitor secara terus menerus status
TUJUAN
haemodinamik.
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Tekan tombol power unit solar 8000 (terletak di belakang unit
solar 8000).
2. Tekan tombol power monitor solar 8000 (terletak di depan
monitor).
3. Setelah tampilan awal solar 8000 timbul, ada pilihan (next
windows).
4. Pilih close windows.
5. Berikutnya akan tampil layar pemeriksaan berupa waveform
dan parameter.
6. Pasangkan kabel EKG ke pasien.
7. Apabila tertera tulisan ALL alarm OFF, menunjukkan pasien
tersebut belum dimasukkan datanya.
8. Untuk memasukkan data pasien dari more menus pilih admidt
menu.
9. Setelah keluar menu pasien (admitted) dan (discharged),
berikutnya pasien bisa dipilih (admitted) dengan memutar trim
knop sehingga kembali ke (more menus).
10. Bila ingin mengisikan data pasien pada monitor maka dari
(more menus) dipilih <admid menu< lalu putar trim knop
sehingga bergeser menuju <charge admit info>.
11. Pilih <charge admid info> dengan menekan trim knop
sehingga pada layar akan timbul window untuk mengisi data
pasien seperti nama, identitas, jenis kelamin, dll.
12. Untuk mengisikan data tersebut putar trim knop sehingga
kursor berpindah dari tulisan <return> menuju <last nama>
dan tekan krim knop.
13. Putar trim knop sekali sehingga white blank bergeser untuk
menginginkan huruf pertama <last namee> yang bisa dilihat
pada kotak dibawahnya.
14. Tekan trim knop untuk mencari huruf yang diinginkan, dimana
untuk putaran ke kanan adalah huruf dan putaran ke kiri
adalah angka yang akan timbul.
15. Bila huruf yang diinginkan tampil maka tekan trim knop untuk
memilihnya, lalu putar kembali untuk menggerakkan white
blank huruf kedua dan lakukan seperti langkah sebelumnya
16. . Bila sudah selesai, kembalikan white blank dengan
menggeser trim knop menuju <change last name> lalu tekan
trim knop maka last nmae akan tertera di windows di atasnya.
Lakukan dengan langkah yang sama untuk <first name>.
17. Bila sudah terisi semua atau hanya <last name> dan first
name> kembalikan kursor dengan memutar trip knop menuju
<return> lalu tekan trim knop kembali.
18. Apabila pengisian nama sudah terisi maka akan tampil di sudut
kanan atas monitor solar 8000 nama pasien dengan nama
belakang pasien terlebih dahulu.
UNIT TERKAIT IPSRS
RUMAH SAKIT UMUM PEMAKAIAN SYRINGE PUMP DAN INFUS PUMP
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Tanggal Ditetapkan Oleh,


ditetapkan : Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR ………………
OPERASIONAL

dr. Abram Sidi Winasis


NIP. 1976082 200801 1 022

Merupakan alat pengontrol pemberian infus secara volume yang


PENGERTIAN menggunakan tekanan positif dalam mengalirkan cairan ke tubuh
pasien (non grafitasi).
Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada pasien
dengan tepat
Indikasi :
1. Pemberian cairan atau obat-obat secara infus dengan kecepatan
TUJUAN konstan dan akurat
2. Memfiltrasi obat-obatan/cairan
3. Pemberian cairan atau obat-obatan dalam jumlah yang sangat
kecil
4. Pemberian infus jangka lama.
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN Prosedur :
1. Syringe Pump
1.1. Cek instruksi dokter tentang cairan atau obat-obatan
yang akan diberikan
1.2. Cuci tangan
1.3. Oplos obat dan tempatkan obat atau cairan pada
syringe unkuran 20, 30, 50 ml sesuai dengan
kebutuhan khusus untuk perfusor Braun gunakan
syring Braun 50cc
1.4. Sambungkan syringe ke tube/selang syringe
1.5. Sambungkan perfusor se sumber listrik
1.6. Tekan tombol ON/OFF pada bagian belakang perfusor
untuk menghidupkan alat pada layar akan tampak
pengaman FT (syringe type printer setelah alat
berfungsi)
1.7. Lepaskan knop putar, letakkan syringe dan kunci knop
putar
1.8. Sambungkan selang syringe ke jalur inter vena
1.9. Tentukan kecepatan pemberian obat/cairan dengan
menekan tombol angka sesuai nilai yang diinginkan,
kemudian tekan tombol START/STOP untuk memulai
pemberian obat
1.10. Bandingkan nilai masukan dengan nilai yang tertera
pada layar perfusor
1.11. Untuk mengganti/membatalkan volume obat/cairan
yang akan diberikan tekan tombol START/STOP,
kemudian tekan tombol C sampai tampak nilai 00,0 di
layar. Tekan tombol angka untuk menentukan volume
yang akan diberikan kemudian tekan tombol
STRAT/STOP

1.12. Untuk memastikan alat tekan tombol ON/OFF

1.13. Fungsi-fungsi spesial :


 Suatu alaram yang akan berbunyi selama 2 menit
 Pakai untuk penggunaan eksternal
 Gambaran/member informasi mengenai cairan
yang telah masuk
2. Infuse pump
2.1. Cek instruksi dokter tentang obat/cairan yang akan
diberikan
2.2. Cuci tangan
2.3. Sambungkan infus set le botol dan isi infuse dan infus
set dengan cairan tersebut untuk menghilangkan udara
kemudian klem infus set (gunakan infus set/intravix
khusus untuk infus pump jika menggunakan infusomat
Braun)
2.4. Buka infus pump, masukkan Chamber Drop (bilik
tetesan dari infus set) ke dalam sensor tetesan dari
infus pump (khusus untuk infusomat Braun)
2.5. Sambungkan infus pump ke sumber listrik
2.6. Gunakan tombol ON/OFF untuk menyalakan alat
2.7. Sambungkan set infus ke pasien
2.8. Tetapkan kecepatan pemberian tetesan dengan
menekan tombol angka (lihat nilainya pada layar infus
pump)
2.9. Gunakan tombol START/STOP untuk memulai
pemberian infus
2.10. Jika alarm berbunyi tekan tombol alarm yang dapat
berbunyi selama 2 menit
2.11. Jika ingin mengubah/membatalkan cairan yang akan
diberikan tekan tombol STAR/Stop kemudian tekan
tombol C sampai tampak angka 0000 pada layar atas.
Kemudian tekan tombol untuk menentukan kecepatan
pemberian cairan yang baru.
2.12. Untuk mematikan alat ini tekan dan tahan tombol
ON/OFF selama beberapa detik.
3. Fungsi Khusus
3.1. Layar bahwa yang akan menginformasikan data jika
tombol dibawah ini difungsikan
3.2. Tombol ml (volume), digunakan untuk memasukkan
data volume cairan yang akan diberikan dengan cara
3.3. Tombol time, digunakan untuk memasukkan data
waktu yang dibutuhkan untuk pemberian cairan,
caranya : tekan tombol time, kemudian tekan tombol
angka untuk menentukan waktu yang dibutuhkan (jika
waktu yang dibutuhkan 3 jam, 30 menit maka tekan
angka 330 sedangkan jika waktu yang dibutuhkan 1
jam 7 menit akan tekan angka 107)
3.4. Tombol ml/h, digunakan untuk memastikan volume
cairan yang diberikan perjamnya
3.5 Tombol fungsi/model khusus, digunakan untuk fungsi :
3.5.1.Stand by
3.5.2.Seleksi obat
3.5.3.Mode CC
3.5.4.Adanya tekanan karena sumbatan
3.5.5.Kontrol tetesan
3.5.6.Kapasitas akumulator
3.5.7.Mengunci data
UNIT TERKAIT IPSRS
RUMAH SAKIT UMUM MONITOR SATURASI OKSIGEN
KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA
No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Tanggal Ditetapkan Oleh,


ditetapkan : Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022
Monitor saturasi oksigen merupakan tehnik monitoring non invasive
PENGERTIAN untuk mengukur saturasi oksigen atreri dan fungsi hemoglobin. Nilai
normal 97-99%.
1. Menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan bagian
pengkajian oksigenasi.
2. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering berubah
TUJUAN terutama pada keadaan kritis.
3. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas oksigenasi
pasien seperti suction, reposisi, merubah konsentrasi O2,
merubah PEEP, dll.
KEBIJAKAN
1. Persiapan alat
Pulse oximeter beserta sensorny
2 Prosedur
2.1. Cuci tangan
2.2. Lokasi tempat sensor diberikan dari darah/kotoran lain
2.3. Pilih sensor yang tepat sesuai lokasi tempat sensor
2.4. Sambungkan oximeter ke sumber listrik dan kabel
sensor ke pasien
2.5. Hidupkan oximeter dengan menekan tombol power
on/off
PELAKSANAAN
2.6. Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya
2.7. Untuk mematikan tekan kembali tombol power on/off
2.8. Sambungkan sensor lempeng/klip pada
tangan/kaki/telinga
3 Hal yang harus diperhatikan
Lokasi tempat penempelan sensor
3.1. Sensor klip ditempatkan pada jari telunjuk tangan atau
telinga
3.2. Sensor lempengan ditempatkan pada jari-jari, ibu jari
kaki, hidung
UNIT TERKAIT IPSRS

RUMAH SAKIT UMUM TERAPI OKSIGEN


KELAS D KOTA
PALANGKA RAYA No. Dokumen : Tanggal dan Nomor Halaman :
…………….. Revisi : 1 dari 1
……………………

Tanggal Ditetapkan Oleh,


ditetapkan : Direktur RSU Kelas D Kota Palangka Raya
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL ………………
dr. Abram Sidi Winasis
NIP. 1976082 200801 1 022
Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
PENGERTIAN
mempertahankan oksigenasi.
1. Mengatasi keadaan hipoksia.
2. Menurunkan kerja pernapasan.
3. Menurunkan beban kerja otot jantung (miocard).
Indikasi :
1. Pasien dengan kadar O2 yang diketahui melalui hasil AGD.
2. Pasien dengan peningkatan kerja nafas dimana tubuh berespon
terhadap keadaan hipoksia melalui peningkatan laju dan dalam
pernafasan, serta adanya otot-otot tambahan pernafasan.
TUJUAN
3. Pasien dengan peningkatan kerja jantung dimana jantung
berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan
laju pompa jantung yang lebih kuat.
4. Pada pasien selama dan sesudah pembedahan.
Kontra indikasi :
1. Mutlak tidak ada.
2. Untuk PPOM barat pemberian O2 dimulai dengan O2
konsentrasi terendah dinaikkan secera bertahap.
KEBIJAKAN
PELAKSANAAN 1. Persiapan
1.1. Sentral oksigen, flow meter, humidifier
1.2. Catheter nasal/kanul nasal/sungkup muka
sederhana/sungkup muka dengan kantong
udara/sungkup muka dengan parsial rebreathing
2. Langkah-langkah
1. Kateter nasan/nasal kanul
2. Cuci tangan
3. Memberi tahu pasien
4. Isi tabung humidifier dengan water for irrigation batas yang
tertera
5. Menghubungkan flow meter dengan tabung
oksigen/sentral oksigen
6. Cek fungsi flow meter dengan tabung oksigen/sentral
oksigen.
7. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar
pengaturan konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya
gelembung udara dalam tabung flow meter.
8. Menghubungkan cateter nasal/kanul nasal dengan flow
meter.
9. Kateter nasal dengan aliran 1-6 lt/menit.
10. Kanul nasal dengan aliran 1-6 lt/menit.
11. Cek aliran kateter nasal/kanul nasal pada pasien.
12. Tanyakan pada pasien apakah oksigenasi telah mengalir
sesuai yang diinginkan
13. Cuci tangan
14. Rapikan peralatan kembali.
15. Dokumentasi pada status pasien.
16. Sungkup muka sederhana
17. Cuci tangan
18. Memberi tahu pasien
19. Isi tabung humidifier dengan water for irrigation batas yang
tertera.
20. Menghubungkan flow meter dengan tabung
oksigen/sentral oksigen.
21. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar
pengatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya
gelembung udara dalam tabung flow meter.
22. Menghubungkan sungkup muka sederhana dengan flow
meter.
23. Alirkan oksigen ke sungkup muka sederhana 6-8 lt/menit.
24. Pasang sungkup muka sederhana pada pasien.
25. Tanyakan pada pasien apakah oksigen telah mengalir
sesuai yang diinginkan.
26. Cuci tangan.
27. Rapikan peralatan kembali.
28. Dokumentasikan pada status pasien.
29. Sungkup rebreathing/non rebreathing
30. Cuci tangan
31. Memberi tahu pasien.
32. Isi tabung humidifier dengan water for irrigation batas yang
tertera.
33. Menghubungkan flow meter dengan tabung
oksigen/oksigen sentral.
34. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar
pengatur konsentrasi O2.
35. Menghubungkan sungkup rebreathing/non rebreathin
dengan flow meter.
36. Alirkan oksigen ke sungkup rebreathing/non rebreathing 8-
12 lt/menit.
37. Pasang sungkup rebreathing/non rebreathing pada pasien
38. Tanyakan pada pasien apakah apakah oksigen telah
mengalir sesuai yang diinginkan.
39. Cuci tangan.
40. Rapikan peralatan kembali.
41. Dokumentasikan pada status pasien.
3. Hal yang harus diperhatikan
1. Bandingkan hasil PaO2, SaO2, SpO2 pasien sebelum dan
sesudah pemberian O2.
2. Kaji dan bandingkan status pernafasan sebelum dan
sesudah pemberian O2.
3. Cek kulit dan membran mukosa pasien.
4. Cek kepatenan O2.
5. Observasi adanya keluhan terutama mual dan muntah.
6. Tanyakan kenyamanan terhadap terapi O2.

UNIT TERKAIT IPSRS, Instalasi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai