1 7
Abstrak - Heatrig merupakan alat yang digunakan untuk
pengamatan atau pengukuran sensor suhu. Selain itu, heatrig suhunya sama dengan suhu ruang.Suhu yang dihasilkan
juga dapat digunakan untuk kalibrasi sensor suhu. Suhu yang heatrig tidak stabil. Ketidakstabilan suhu terjadi karena
dihasilkan heatrig disetiap bagian cekungan alumunium gangguan yang berasal dari suhu lingkungan sekitar, misalnya
berbeda-beda dan tidak stabil. Oleh karena itu dibuatkan alat suhu dalam ruangan, suhu AC (Air Conditioner) yang terdapat
yang dapat mengatasi permasalahan ketidakstabilan suhu yang didalam ruangan dan arus listrik yang tidak stabil serta
dihasilkan heatrig dikarenakan faktor suhu lingkungan dan pembebanan. Selama ini heatrig yang ada pada laboratorium
arus listrik. Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan instrumentasi bekerja tanpa kontrol sehingga menyebabkan
kestabilan suhu dan efisiensi kerja heatrig. ketidakstabilan suhu dan memungkinkan terjadinya banyak
Dalam pembuatan alat ini menggunakan metode kontrol kesalahan (error).
PID yang ditanamkan dalam mikrokontroller ATMega16 Berdasarkan permasalahan yang ada akan dirancang sebuah
untuk mengontrol aktuator berupa heater yang mendapatkan alat yang mampu mengendalikan suhu untuk menstabilkan
umpan balik dari sensor LM35. Perancangan untuk proses suhu heatrig. Dengan dirancangnya alat ini diharapkan
stabilisasi suhu heatrig menggunakan kontrol PID dengan memberikan keunggulan dalam meningkatkan efisiensi kerja
metode Tuning Ziegler-Nichols kurva reaksi adalah Kp = 10.8, heatrig, diantaranya yaitu dapat mengurangi error suhu yang
Ki = 150, Kd = 37.5 mampu menjaga suhu sesuai dengan set dihasilkan, serta meningkatkan ketahanan proses dan
point dengan baik. Dari hasil pengujian 5 set point suhu yang konsistensi output.
berbeda, diperoleh hasil yang terbaik pada set point suhu 40°C
karena waktu yang cepat untuk mencapai set point yaitu
sekitar 2.4 menit, seetling time 13.7 menit, dan error steady II. TINJAUAN PUSTAKA
state 0.5%.
2.1 Heatrig
Kata Kunci : Heatrig, Heater, Kestabilan Suhu, Kontrol PID. Heatrig merupakan salah satu alat yang terdapat pada
laboratorium instrumentasi. Heatrig berfungsi untuk
pengamatan atau pengukuran sensor suhu. Selain itu, Heatrig
I. PENDAHULUAN juga dapat digunakan untuk kalibrasi sensor suhu.
Gambar 3 . Bentuk Fisik Matrix Keypad 4x4 2.6 Heater (Elemen Pemanas)
Heater atau alat pemanas banyak digunakan pada
2.3 Sensor Suhu (LM35) perangkat elektronik yang sering digunakan untuk memenuhi
Sensor suhu LM35 yaitu salah satu komponen elektronika kebutuhan sehari-hari. Prinsip kerja dari alat pemanas (heater)
yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi adalah mengkonversikan energi listrik menjadi energi panas.
besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor suhu LM35 Pada peralatan pemanas tertentu, diperlukan pengaturan
berfungsi untuk melakukan pendeteksian terhadap suhu yang terhadap suhu panas yang dihasilkan oleh peralatan tersebut,
akan diukur, sensor ini mempunyai jangkauan pengukuran sehingga perlu adanya pengontrolan terhadap suhu sesuai
suhu antara 0–100°C dengan kenaikan 10 mV/°C yang berarti dengan kebutuhan.
bahwa setiap kenaikan suhu (°C) maka akan terjadi kenaikan
tegangan sebesar 10 mV, dimana output dari LM35 ini yang 2.7 Metode PID (Proportional Integral Derivative)
menyatakan kondisi perubahan dari suhu lingkungan. Setiap Kontrol PID (Proportional Integral Derivative)
terjadi perubahan suhu maka akan menyebabkan terjadinya merupakan suatu sistem kontrol yang digunakan untuk
perubahan data output yang dihasilkan, dimana perubahan menentukan kontrol presisi suatu sistem instruentasi dengan
tersebut berupa perbedaan tegangan yang dihasilkan karakteristik adanya umpan balik (feedback) pada sistem
tersebut. Gambar blok diagram kontroler PID ditunjukkan
pada Gambar 7.
JURNAL ELKOLIND, MEI 2019, VOL.06, N0. 1 9
III. METODOLOGI
Mulai
Tabel 1 Aturan Tuning Ziegler-Nichols Metode Kurva Reaksi
(Sumber: Ogata Katsuhiko, 2010)
Pembuatan Mekanik
metode kurva reaksi terdapat dua parameter yang harus dicari IV. HASIL DAN ANALISA
yaitu nilai T (waktu tunda) dan L (konstanta waktu). Dua
parameter tersebut, dapat digunakan untuk menentukan nilai 4.1 Pengujian Sensor Suhu LM35
Kp, Ki, dan Kd (konstanta tuning controller). Berikut adalah Terdapat beberapa pengambilan data yang dilakukan
kurva reaksi yang dihasilkan oleh heater : dalam pengujian sensor suhu LM35. Berikut adalah
pengambilan data yang dilakukan:
1. Pengambilan Data Sensor LM35
Tabel 2. Pengujian Sensor LM35
No. Termometer Avometer Error
1. 25°C 260 mV 4%
2. 31°C 310 mV 0.0%
3. 35°C 340 mV 2.9%
4. 40°C 392 mV 2.0%
5. 45°C 410 mV 8.9%
6. 50°C 490 mV 2.0%
Gambar 13 Grafik Respon Heatrig Tanpa Kontroller 7. 55°C 538 mV 2.2%
8. 60°C 584 mV 2.7%
Kurva reaksi dengan suhu maksimal dapat digunakan
9. 65°C 650 mV 0.0%
untuk menentukan nilai Kp, Ki, dan Kd. Pada Gambar 8 dapat 10. 70°C 700 mV 0.0%
diketahui bahwa : 11. 75°C 760 mV 1.3%
T = 750 – 75 = 675 12. 80°C 810 mV 1.2%
L = 75 13. 85°C 867 mV 2.0%
Dengan meggunakan rumus pada Tabel 1, maka 14. 90°C 910 mV 1.1%
Error Rata-rata(%) 2.2%
dapat dihitung nilai Kp, Ki, dan Kd sebagai berikut :
2. Pengambilan Data Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Kp = 1.2 = 1.2 ( ) = 10.8 Tabel 3. Pengujian Rangkaian Pengkondisi Sinyal Sensor
Ki = 2 L = 2 × 75 = 150 LM35
Kd = 0.5 L = 0.5 × 75 = 37.5 No. Termometer Avometer
Setelah dilakukan perhitungan nilai Kp, Ki, Kd untuk 1. 25°C 0.08 V
respon sistem heater, maka diperoleh nilai Kp = 10.8 ; Ki =
2. 30°C 0.44 V
150 ; Kd = 37.5.
3. 35°C 0.77 V
3.7 Perancangan Software 4. 40°C 1.18 V
Gambar 14 merupakan flowchart perancangan software 5. 45°C 1.49 V
yang menjelaskan tentang alur sistem kerja alat. 6. 50°C 1.85 V
7. 55°C 2.25 V
Mulai
8. 60°C 2.66 V
Keypad = PB0 – PB7 9. 65°C 3.03 V
LM35 = PA0
LCD = PC0 – PC7 10. 70°C 3.42 V
Heater = PD7 11. 75°C 3.82 V
12. 80°C 4.22 V
Baca Keypad 13. 85°C 4.62 V
14. 90°C 5.05 V
Tidak
Start = 1 ?
Ya 3. Pengambilan Data Sensor LM35 pada LCD
Tabel 4. Pengujian Sensor LM35 pada LCD
Baca Sensor
No. Termometer LCD Error (%)
Proses PID 1. 27°C 26°C 3.7%
2. 30°C 28°C 3.3%
Pengaktifan Heater 2.8%
3. 35°C 34°C
4. 40°C 39°C 2.5%
Tidak
Stop = 1 ? 2.2%
5. 45°C 44°C
Ya 2.0%
6. 50°C 49°C
Selesai
7. 55°C 54°C 1.8%
Gambar 14 Flowchart Perancangan Software
8. 60°C 59°C 1.6%
9. 65°C 64°C 1.5%
10. 70°C 69°C 1.4%
JURNAL ELKOLIND, MEI 2019, VOL.06, N0. 1 12
11. 75°C 74°C 1.3% Pengujian tanpa gangguan dilakukan dengan memasukkan
12. 80°C 79°C 1.2% nilai set point yang berbeda sehingga akan memberikan respon
13. 85°C 85°C 0.0% yang berbeda-beda pula. Berikut adalah hasil pengujian
0.0%
dengan set point 40°C, 50°C, 60°C, 70°C, 80°C.
14. 90°C 90°C
Error Rata-rata (%) 1.8%
1. Pengujian Set Point Suhu 40°C
4 40% 88 130 69 44 31
5 50% 110 160 73 47 32
6 60% 132 180 78 49 32.5
7 70% 154 200 84 51 33
Dari hasil pengambilan data pengujian driver heater tanpa Gambar 17 Grafik Respon Sistem Suhu 50°C
metode kontrol PID pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa
semakin kecil duty cycle akan menyebabkan tegangan yang Gambar 17 menunjukkan grafik respon sistem dengan set
dihasilkan driver heater juga semakin kecil. Apabila tegangan point suhu 50°C. Karakteristik keluaran sistem dapat dilihat
yang dihasilkan driver heater kecil, maka daya heater yang pada Tabel 7.
dihasilkan juga kecil, sehingga suhu heater akan rendah. Tabel
4 menunjukkan bahwa heater pada plant ini dapat Tabel 7. Spesifikasi Respon Sistem Suhu 50°C
dikendalikan oleh driver heater. No. Spesifikasi Hasil
1. Rise time (Tr) 3.4 menit
4.4 Pengujian Tanpa Gangguan 2. Delay time (Td) 2.1 menit
Pengujian tanpa gangguan dilakukan dengan tuning 3. Peak time (Tp) 5 menit
controller Kp ,Ki, dan Kd sesuai dengan perhitungan yang 4. Settling time (Ts) 46.9 menit
dilakukan sebelumnya pada perancangan kontrol PID
5. Peak overshoot (Mp) 12 %
menggunakan metode kurva reaksi (Ziegler-Nichols Tipe 1).
6. Error steady state (ESS) 0.8 %
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai
Kp=10.8 Ki=150 dan Kd=37.5.
JURNAL ELKOLIND, MEI 2019, VOL.06, N0. 1 13
Gambar 18 menunjukkan grafik respon sistem dengan set Gambar 20 Grafik Respon Sistem Suhu 80°C
point suhu 60°C. Karakteristik keluaran sistem dapat dilihat
pada Tabel 8. Gambar 20 menunjukkan grafik respon sistem dengan set
point suhu 80°C. Karakteristik keluaran sistem dapat dilihat
Tabel 8. Spesifikasi Respon Sistem Suhu 60°C pada Tabel 10.
No. Spesifikasi Hasil
1. Rise time (Tr) 4.7 menit Tabel 10. Spesifikasi Respon Sistem Suhu 80°C
2. Delay time (Td) 2.8 menit No. Spesifikasi Hasil
3. Peak time (Tp) 5.9 menit 1. Rise time (Tr) 8.4 menit
4. Settling time (Ts) 33.8 menit 2. Delay time (Td) 4.1 menit
5. Peak overshoot (Mp) 7.6 % 3. Peak time (Tp) 12.4 menit
6. Error steady state (ESS) 1% 4. Settling time (Ts) 79.4 menit
5. Peak overshoot (Mp) 15 %
6. Error steady state (ESS) 3.8 %
4. Pengujian Set Point Suhu 70°C
Dari kelima grafik respon sistem dengan set point yang
berbeda 40°C, 50°C, 60°C, 70°C, 80°C, dapat membuktikan
bahwa kontrol PID dapat bekerja dengan baik. Pada pengujian
sistem yang telah dilakukan selama 2 jam, diperoleh hasil
yang terbaik yaitu pada set point 40°C untuk menstabilkan
suhu heatrig. Pada set point 40°C, grafik respon sistem pada
Gambar 16, menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai set point sekitar 2.4 menit. Namun sistem
tidak berhenti pada suhu 40°C saja, suhu heater naik hingga
45.6ºC sehingga menyebabkan terdapat maximum overshoot
sebesar 14%. Sedangkan untuk error steady state pada waktu
Gambar 19 Grafik Respon Sistem Suhu 70°C sampling 2000 termasuk kecil yaitu sebesar 0.5%.
Gambar 19 menunjukkan grafik respon sistem dengan set 4.5 Pengujian dengan Gangguan
point suhu 70°C. Karakteristik keluaran sistem dapat dilihat Dari gambar 21 dapat dianalisa bahwa pada pengujian
pada Tabel 9. set point suhu 40°C, sebelum diberi gangguan suhu telah
mencapai set point 40°C. Namun ketika diberi gangguan
Tabel 9. Spesifikasi Respon Sistem Suhu 70°C berupa penambahan air, suhu turun menjadi 30°C.
No. Spesifikasi Hasil Dikarenakan terjadi penurunan suhu akibat gangguan, maka
1. Rise time (Tr) 8.5 menit kontrol PID akan memerintahkan driver heater agar
2. Delay time (Td) 4.1 menit menambah tegangan untuk memanaskan heater sehingga
3. Peak time (Tp) 12.4 menit respon sistem kembali mencapai nilai set point. Hal ini
4. Settling time (Ts) 79.4 menit membuktikan bahwa perencanaan PID yang telah dibuat
5. Peak overshoot (Mp) 15 % berhasil meskipun terdapat gangguan.
6. Error steady state (ESS) 3.8 %
JURNAL ELKOLIND, MEI 2019, VOL.06, N0. 1 14
Gambar 21 Grafik Respon Sistem Suhu 40°C dengan Gambar 26 Tegangan Output pada Oscilloscope dengan Duty
Gangguan Cycle 0%
4.6 Pengecekan Tegangan Output yang Dihasilkan Berdasarkan pengecekan tegangan output yang dihasilkan,
Untuk mengetahui apakah sistem yang bekerja merupakan pada saat diberi masukan set point yang lebih tinggi daripada
sistem PID, maka perlu adanya pengecekan tegangan output suhu yang terbaca sensor, maka duty cycle akan berubah
yang ditampilkan pada oscilloscope. Berikut adalah hasil menjadi 100% (kondisi penuh). Selama proses menuju set
tampilan pada oscilloscope. point, duty cycle semakin berkurang. Setelah suhu yang
terbaca sensor mencapai set point, maka duty cycle akan
mengecil hingga berangsur mati. Proses pengurangan dan
penambahan duty cycle tersebut diatur oleh control.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gambar 22 Tegangan Output pada Oscilloscope dengan Duty Berdasarkan hasil dari perancagan dan pengujian yang
Cycle 100% telah dilakukan pada proses stabilisasi suhu heatrig
menggunakan metode kontrol PID, dapat disimpulkan :
1. Perancangan kontrol PID sebagai pengendali suhu pada
heatrig menggunakan metode Ziegler-Nichols kurva
reaksi, diimplementasikan langsung pada plant. Dari hasil
dari perancangan tersebut, diperoleh nilai Kp = 10.8 , Ki =
150 dan Kd = 37.5.
2. Pembuatan alat yang dapat mengatur suhu pada proses
stabilisasi suhu heatrig secara efektif dan efisien dalam
Gambar 23 Tegangan Output pada Oscilloscope dengan Duty
penggunaannya, dilakukan dengan menggunakan kontrol
Cycle 80%
PID yang ditanamkan pada mikrokontroller ATmega 16
untuk mengatur aktuator berupa heater, dan sensor suhu
LM35 sebagai umpan balik.
3. Penggunaan kontrol PID pada heatrig dapat meningkatkan
efisiensi kerja heatrig, diantaranya yaitu dapat
mengurangi error suhu yang dihasilkan, serta
meningkatkan ketahanan proses dan konsistensi output
sehingga diperoleh suhu heatrig yang stabil. Pada
pengujian sistem tanpa gangguan dengan 5 set point yang
Gambar 24 Tegangan Output pada Oscilloscope dengan berbeda, diperoleh hasil terbaik yaitu pada set point 40ºC
Duty Cycle 40% karena waktu yang cepat untuk mencapai set point yaitu
sekitar 2.4 menit, settling time 13.7 menit, dan error
steady state 0.5%. Sedangkan pada pengujian sistem
dengan gangguan, kontroller masih berjalan dan tetap
kembali pada titik error steady state. Hal ini
membuktikan bahwa kontroller PID yang telah
direncanakan berhasil.
5.2 Saran
Rancangan yang telah dibuat ini masih perlu adanya
Gambar 25 Tegangan Output pada Oscilloscope dengan Duty perbaikan agar dapat bekerja secara optimal. Ada beberapa hal
Cycle 20%4 yang direkomendasikan untuk pengembangan lebih lanjut
diantaranya :
JURNAL ELKOLIND, MEI 2019, VOL.06, N0. 1 15
DAFTAR PUSTAKA