Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Fisika Flux

Volume 17, Nomor 1, Februari 2020


ISSN : 1829-796X (print); 2514-1713(online)
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/f/

Kontrol Kecepatan dan Temperatur dengan Teknik Pulse Width


Modulation untuk Aplikasi Hotplate Stirrer Berbasis Arduino
Junaidi*), Hesti Wahyu Handani, Amir Supriyanto, dan Sri Wahyu Suciyati
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung, Bandar Lampung-Indonesia, 35145

*) Email korespodensi : Junaidi.1982@fmipa.unila.ac.id

DOI: https://doi.org/10.20527/flux.v17i1.6634
Submited: 12 Juli 2019; Accepted: 17 Janauri 2020

ABSTRACT− In this research, design and realization of temperature and speed control instrument using
thermocouple and pulse width modulation based on arduino for hotplate stirrer aplication have been carried
out. This instrument is laboratory tool used for stiring and heating a chemical liquid with capability up to 1200
rpm and 300 oC, respectively. The main components used in the manufacture of hotplate stirrer are Arduino
mega, DC motor, tubular heater, LM393 optocoupler sensor, MAX6675 type-K thermocouple, and sevent
segment. The hotplate stirrer has a tolerance of rotational speed measurement of ±5 rpm and a tolerance of
temperature measurement of ±5 oC. The accuracy of temperature and rotating speed measurement in this
instrument about 0,25 oC and 2 rpm. Based on its capabilities, this instrument can be applied to research on
synthesis of material at the micro and nano scale.
KEYWORDS : hotplate stirrer; Arduino; thermocouple; optocoupler; DC motor

PENDAHULUAN dalam melakukan riset memberi peluang


Laboratorium merupakan ruang dalam pembuatan alat ukur atau alat kontrol
penelitian yang terdiri berbagai macam dengan memanfaatkan kelebihan piranti
instrumen pendukung penelitian. Instrumen elektronik yang biasanya telah tersedia di
tersebut berfungsi sebagai alat ukur dan kontrol laboratorium.
ketika penelitian dilakukan. Alat ukur Salah satu alat yang sering digunakan
merupakan suatu instrumen yang berfungsi oleh peneliti bidang material adalah magnetic
mengukur besaran fisis, seperti panjang, massa, microstirrer, yaitu suatu alat pencampur fluida
waktu, temperatur, kuat arus, intensitas cahaya, dalam skala mikro. Desain pengaduk tersebut
dan jumlah zat. Alat kontrol merupakan suatu terinspirasi dari pengaduk magnet bar skala
instrumen yang dapat mengendalikan besar. Medan magnet yang berputar
kecepatan putar, mengontrol temperatur, dan menyebabkan satu batang magnet tunggal
mengontrol pergerakan lainnya. Beberapa alat atau susunannya untuk diputar dengan cepat
laboratorium yang sering digunakan untuk dalam lingkungan cairan (Lu, Ryu & Liu,
sistesis material adalah inkubator, ultrasonic 2002). Penelitian lainnya juga dilakukan untuk
cleaner, tanur, oven, pembakar bunsen, dan membuat alat magnetic stirrer yang dilengkapi
pengaduk (stirrer) yang dilengkapi dengan dengan kontrol waktu (timer). Timer
pemanas (hotplate) (Ziangqiang & Shijun, 2013; digunakan untuk mengatur lamanya proses
Ariffudin & Wuladari 2014). pengadukan serta dapat memudahkan
Instrumen tersebut pada umumnya pengguna dalam melakukan penelitian (Faisal,
masih sederhana dan belum bekerja secara Wildian & Yusfi, 2013; Junaidi, 2013).
otomatis, sehingga dalam penggunaannya Magnetic stirrer juga dikembangkan dan
masih belum efisien. Efisiensi dan kendala dirancang dengan sistem pengaduk yang

37
38 Jurnal Fisika Flux, vol. 17, no. 1, Februari 2020 (37-43)

diputar oleh motor DC dan magnet yang METODE PENELITIAN


berputar diletakkan di dalam wadah (chamber) Alat dan bahan yang digunakan dalam
(Barsoum & Moidi, 2014). Alat magnetic stirrer penelitian ini adalah: Arduino mega, motor DC
dengan pengaturan kecepatan pengaduk dan 19 V, termokopel tipe K, modul MAX6675,
pengaturan waktu ini dapat melakukan optocoupler LM393, heater 300 oC, modul
pengadukan sampel dengan kecepatan seven segment TM1367, keypad 4x4, relay, dan
pengaduk hingga 3000 rpm dan pengatur power supply 9 V. Perangkat lunak (software)
waktu selama 60 menit. Pada riset ini, hanya yang digunakan adalah Arduino IDE 1.6.8.,
sebatas membuat alat pengaduk dengan Visio, Proteus, dan Kaleidagraph 4.0.
pengaturan waktu dan kecepatan Pada penelitian ini, perangkat keras
menggunakan potensiometer (Irsyad, disusun dalam sebuah diagram blok seperti
Yudianingsih & Lestari , 2016). pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan
Berdasarkan teori pengadukan, untuk bahwa tegangan AC 220 V digunakan sebagai
mempercepat proses pelarutan, diperlukan sumber utama dari alat hotplate stirrer yang
keterlibatan pemanas (heater). Pada beberapa akan terhubung langsung dengan catu daya 9
magnetic stirrer belum dilengkapi dengan volt dan heater. Catu daya 9 V digunakan
kontrol suhu (pemanas). Oleh sebab itu, pada sebagai power supply untuk arduino dan motor
penelitian dilakukan pembuatan alat DC. Keypad 4x4 digunakan untuk memasukan
pengaduk (stirrer) yang dilengkapi dengan alat nilai kecepatan putar, timer, dan temperatur.
kontrol temperatur. Elemen elektrik yang Kecepatan putar diditeksi oleh sensor
digunakan sebagai sumber panas yaitu heater optocoupler LM393 dengan mendeteksi
dengan panas maksimal 300 oC. Untuk alat lubang di rotary encoder yang berada di motor
pengaduk digunakan motor DC dengan DC. Motor DC dikendalikan oleh Pulse Width
kecepatan mencapai 1200 rpm. Parameter nilai Modulation (PWM) arduino melalui driver
kecepatan, suhu, dan waktu ditampilkan pada motor.
seven segment dengan masing-masing 4 digit. Nilai temperatur dapat dideteksi oleh
Sebagai media antar muka (masukan) termokopel tipe-K yang terkoneksi dengan
parameter kecepatan, temperatur, dan waktu modul MAX6675 yang memiliki kemampuan
digunakan keypad berukuran 4x4. Hasil rentang pengukuran dari -200 oC sampai 1200
pengukuran ketiga parameter di atas oC. Media pemanas pelat yang digunakan

selanjutnya diverifikasi atau dikalibrasi yaitu heater dengan suhu maksimal 300 oC dan
menggunakan alat standar sebagai kalibrator. dikendalikan oleh sebuah driver berupa relay.
Temperatur akan ditampilkan dengan seven
segment 4 digit. Rangkaian-rangkaian yang
dibutuhkan pada pembuatan alat hotplate
stirrer dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Rangkaian Catu Daya (Penyearah)
Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC (Gambar
2). Pada Gambar 2, masukan tegangan AC
sebesar 220 V akan diubah menjadi tegangan

Gambar 1 Diagram blok hotplate stirrer berbasis


arduino Gambar 2 Rangkaian penyearah dan catu daya
Junaedi et al., Kontrol Kecepatan dan Temperatur dengan.... 39

DC yang lebih kecil yaitu 9 V. Langkah- menggunakan termokopel tipe-K yang


langkah dalam mengubah tegangan pada terhubung dengan modul MAX6675. Modul
rangkaian ini yaitu, pertama tegangan AC PLN ini akan mengubah besaran tegangan analog
yang pada umumnya sebesar 220 V masuk ke ke digital dan terkoneksi dengan pin analog to
trafo penurun tegangan, sehingga tegangan digital (ADC) dari arduino (Louis, 2016).
keluaran dari trafo ini menjadi lebih kecil. 3. Rangkaian kontrol kecepatan pengaduk
Tegangan keluaran dari trafo ini masih Rangkaian ini merupakan rangkaian
tegangan AC sehingga diperlukan rangkaian kontrol kecepatan pengaduk dengan input
penyearah berupa jembatan wheatstone. melalui keypad 4x4 seperti pada Gambar 4.
Rangkaian ini terdiri dari 4 buah dioda. Fungsi Rangkaian ini dilengkapi dengan sensor
dari dioda sendiri yaitu menyearahkan optocoupler LM393 yang digunakan untuk
tegangan, sehingga tegangan keluaran dari menghitung kecepatan putar dengan cara
dioda pada rangkaian ini yaitu tegangan DC. mendeteksi lubang yang terdapat pada rotary
2. Rangkaian kontrol temperatur encoder di motor DC.
Rangkaian kontrol temperatur dapat Rangkaian kontrol waktu (timer)
dilihat pada Gambar 3. Sumber panas yang Rangkaian ini merupakan rangkaian
digunakan yaitu heater jenis tubular dengan kontrol waktuan yang dilengkapi oleh
temperatur mencapai 300 oC. Untuk mengatur beberapa komponen seperti, keypad 4x4,
temperatur tetap konstan sesuai dengan input modul seven segment 4 digit TM1637 dan
temperatur yang dibutuhkan, heater buzzer seperti pada Gambar 5. Nilai timer yang
dihubungkan ke tegangan AC 220 volt yang dimasukan pada keypad 4x4 dalam satuan jam
dikendalikan oleh arduino melalui driver heater
penggerak relay dengan metode switching.
Prinsip kerja relay yaitu menggunakan konsep
elektromagnetik untuk menggerakkan kontak
saklar sehingga dengan arus listrik kecil (low
power) dapat menghantarkan listrik yang
bertegangan lebih tinggi (Saleh & Haryanti,
2017).
Apabila temperatur belum mencapai
batas nilai setpoint, maka relay akan
menyambung tegangan AC 220 V. Ketika
temperatur sudah mencapai setpoint, maka
relay akan memutus tegangan AC 220 V secara
berkala dengan jeda waktu yang sudah
ditentukan. Pendeteksian temperatur Gambar 4 Rangkaian kontrol kecepatan

Gambar 3 Rangkaian kontrol temperatur Gambar 5 Rangkaian kontrol waktu (timer)


40 Jurnal Fisika Flux, vol. 17, no. 1, Februari 2020 (37-43)

Gelas Kimia

Plate Stainless Steel


Magnetic Stir Bar

Bahan Keramik

Time
Seven Segment
Tombol Power
4 digit
Temperature

Speed

Bahan Akrilik

Keypad 4x4
Gambar 6 Desain box alat

dan menit. Seven segment menampilkan timer


Gambar 7 Realisasi alat hot plate stirrer
berupa satuan jam dan menit, sehingga timer
yang dimasukkan maksimal selama 60 jam dan media pemanas yaitu stainless 304 dengan
minimal 1 menit. Waktu yang digunakan dimensi 20x11 cm. Box hotplate stirrer dibuat
diambil dari arduino dengan sintaks program menggunakan bahan keramik dengan dimensi
berupa millis(). Sintaks ini digunakan untuk 20x20 cm. Pemilihan bahan keramik ini
menampilkan nilai dalam milli detik sejak bertujuan agar dapat menahan panas dari pelat
arduino mulai diberi tegangan. Selain itu stainless yang mencapai 300 oC. Keramik
terdapat buzzer yang digunakan sebagai alarm cenderung memiliki muai termal yang tinggi
yang bekerja dengan cara berbunyi secara tetapi konduktivitas termal yang rendah.
blink apabila waktu pengadukan telah selesai. Kondisi ini membuat bahan keramik sering
4. Desain box alat terkena kejutan termal (thermal shock), yaitu
Finalisasi dari perancangan dan perubahan suhu lokal secara mendadak yang
pembuatan alat hotplate stirrer ini yaitu membuatnya retak atau remuk (Oxtoby, Gillis
membuat box alat. Desain dari box alat dapat & Nachtrieb 2003) dan sulit untuk dilubangi,
dilihat pada Gambar 6. Box alat didesain sehingga untuk bagian seven segment,
menggunakan bahan keramik. Bahan keramik keypad, dan saklar menggunakan bahan
yang digunakan memiliki dimensi 20 x 20 cm. akrilik.
Bahan keramik ini dipilih karena mampu Pengambilan data temperatur dilakukan
bertahan pada temperatur tinggi. Namun, dengan melakukan kalibrasi pengukuran
kelemahan dari keramik ini adalah sulitnya temperatur dan memantau stabilitas
utuk membuat lubang pada keramik, karena temperatur. Kalibrasi pengukuran temperatur
bahan keramik yang rentan pecah, sehingga dilakukan dengan membandingkan hasil
harus hati-hati dalam proses melubanginya.
Selain itu, untuk pelat yang akan
dipanaskan digunakan 2 buah pelat berbahan
stainless. Pelat ini dipilih karena tahan
terhadap korosi pada temperatur tinggi dan
tidak menghalangi efek medan magnet pada
proses pengadukan. Heater dan pelat dipisah
menggunakan bahan keramik agar tidak
kontak langsung dengan box alat dan
komponen sehingga aman untuk digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Realisasi alat hotplate stirrer seperti pada Gambar 8 Grafik stabilitas temperatur hotplate
Gambar 7. Pelat yang digunakan sebagai stirrer
Junaedi et al., Kontrol Kecepatan dan Temperatur dengan.... 41

pengukuran pada alat kalibrasi dengan


hotpelate stirrer. Alat kalibrasi temperatur
yang digunakan yaitu termokopel tipe-K TM-
902C. Pengambilan data stabilitas temperatur
dilakukan pada 6 titik temperatur dari 50 oC
sampai 300 oC dengan rentang 50 oC.
Pengambilan data dilakukan dengan
melakukan simulasi terhadap alat hotplate
stirrer dengan memasukan nilai timer selama 1
jam sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil terbaik
dari 6 titik temperatur seperti pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat Gambar 9 Grafik repeatabilitas temperatur
hotplate stirrer
bahwa temperatur relatif stabil dengan
toleransi masukan pada temperatur 50 oC yaitu Berdasarkan Gambar 9, dapat dilihat
sebesar ±15 oC, pada temperatur 100 oC sebesar bahwa lama waktu pemanasan di setiap titik
±10 oC, pada temperatur 150 oC sebesar ±15 oC, temperatur berbeda-beda. Pada proses
pada temperatur 200 oC sebesar ±15 oC , pada pemanasan hingga temperatur 100 oC
temperatur 250 oC sebesar ±25 oC serta pada dibutuhkan waktu selama 5 menit. Setelah
temperatur 300 oC sebesar ±25 oC. Berdasarkan mencapai temperatur 100 oC, temperatur
toleransi masukan temperatur yang berbeda- masih mengalami kenaikan hingga 105 oC.
beda, maka rata-rata toleransi masukan yang Pada proses pendinginan hingga mencapai
diperoleh yaitu sebesar ±20 oC. Pada saat temperatur ruang, dibutuhkan waktu selama
melakukan proses pemanasan, alat ini 60 menit. Pada titik temperatur 200 oC, proses
membutuhkan waktu pada tempratur 50 oC, pemanasan membutuhkan waktu selama 7
100 oC, dan 150 oC membutuhkan waktu menit. Temperatur masih mengalami kenaikan
selama 5 menit. Pada temperatur 200 oC hingga mencapai 208 oC. Proses pendinginan
membutuhkan waktu selama 6 menit. Pada pada titik temperatur ini membutuhkan waktu
temperatur 250 oC membutuhkan waktu selama 68 menit. Pada titik temperatur 300 oC,
selama 7 menit. Pada temperatur 300 oC proses pemanasan membutuhkan waktu
membutuhkan waktu selama 9 menit. selama 10 menit. Temperatur masih
Berdasarkan data kalibrasi yang diperoleh, mengalami kenaikan hingga mencapai 305 oC.
toleransi pengukuran temperatur pada alat ini Proses pendinginan pada titik temperatur ini
yaitu sebesar +5 oC (Sami et al., 2016). membutuhkan waktu selama 73 menit.
Selain data kalibrasi dan stabilitas, Pengambilan data kecepatan putar
pengambilan data reapetabilitas temperatur dilakukan dengan melakukan kalibrasi dan
juga dilakukan. Pengambilan data ini dilakukan memantau stabilitas kecepatan putar pada alat
dengan menghidupkan hotplate stirrer dan hotplate stirrer. Kalibrasi pengukuran
melakukan pemanasan hingga mencapai titik- kecepatan putar dilakukan dengan
titik tertentu yaitu 100 oC, 200 oC dan 300 oC. membandingkan hasil pengukuran pada alat
Setelah mencapai titik temperatur tersebut, kalibrasi dengan alat hotplate stirrer. Alat
selanjutnya hotplate stirrer dimatikan hingga kalibrasi kecepatan putar yang digunakan
temperatur kembali ke temperatur semula yaitu yaitu infrared tachometer DT-2234BL.
temperatur ruang. Apabila temperatur telah Pengambilan data kecepatan putar dilakukan
mencapai temperatur ruang, langkah pada 12 titik kecepatan putar dari 100 rpm
selanjutnya yaitu menghidupkan kembali sampai 1200 rpm. Pengambilan data dilakukan
hotplate stirrer dan melakukan hal yang sama dengan melakukan simulasi terhadap alat
sebanyak 3 kali percobaan. Hasil pengambilan hotplate stirrer dengan menginput timer selama
data tersebut selanjutnya diplot dalam grafik 1 jam sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil
seperti pada Gambar 9. terbaik dari 12 titik kecepatan putar seperti
42 Jurnal Fisika Flux, vol. 17, no. 1, Februari 2020 (37-43)

(a) (b)
Gambar 10 Grafik stabilitas kecepatan putar hotplate stirrer (a) 100-600 rpm dan (b) 700-1200 rpm
pada Gambar 10(a) dan Gambar 10(b). lebih besar hingga mencapai 5,70 volt yang
Gambar 10 menunjukkan bahwa ditunjukkan pada Gambar 11.
kecepatan putar relatif stabil dengan toleransi
masukan sebesar ±100 rpm. Pada titik KESIMPULAN
kecepatan putar 1200 rpm, grafik mengalami Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
penyimpangan pada menit ke-13, menit ke-26 diperoleh beberapa kesimpulan yaitu hotplate
dan menit ke-38. Penyimpangan ini terjadi stirrer ini memiliki batas maksimum
karena sensor pengukuran kecepatan putar pengukuran kecepatan putar yaitu 1200 rpm
yaitu optocoupler memiliki batas maksimum dan memiliki ketelitian 2 rpm. Toleransi
pengukuran 1200 rpm. Namun, pada data hasil pengukuran kecepatan putar yaitu sebesar ±5
kalibrasi kecepatan putar, perputaran motor rpm dan toleransi masukan kecepatan putar
DC masih relatif stabil dengan toleransi yaitu sebesar ±100 rpm. Alat ini memiliki
pengukuran yaitu sebesar ±5 rpm. Grafik kemampuan pengukuran temperatur
hubungan antara tegangan output arduino dan mencapai 300 oC dan ketelitian pengukuran
driver motor terhadap input PWM (Muchlas & temperatur yaitu sebesar 0,25 oC. Toleransi
Supri, 2006; Junaidi, Aba & Triyana 2015) . pengukuran temperatur ini yaitu sebesar +5 oC
Pengambilan data PWM pada arduino dan toleransi masukan temperatur yaitu
dilakukan dengan memasukan nilai PWM sebesar ±20 oC.
yang telah dikonversi menjadi satuan rpm.
Untuk memutar motor DC dengan kecepatan UCAPAPAN TERIMA KASIH
900-1200 rpm, membutuhkan tegangan yang Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
pada Masyarakat (LPPM) Universitas
Lampung atas dukungan dana penelitian
melalui hibah prototype dengan nomor
kontrak 2305/UN26.21/PN/2019.

DAFTAR PUSTAKA
Ariffudin, S. D. & Wuladari, D. (2014).
Perancangan Sistem Pemanas Pada
Rancang Bangun Mesin Pengaduk
Bahan Baku Sabun Mandi Cair. Jurnal
Gambar 11 Grafik hubungan antara tegangan Rekayasa Mesin, 1(2), 52–57.
output arduino dan driver motor terhadap Barsoum, N. & Moidi, I. F. B. (2014). DC Motor
input PWM
Speed Control Using SMS Application.
Junaedi et al., Kontrol Kecepatan dan Temperatur dengan.... 43

Intelligent Control and Automation, 5, Lu, L.H., Ryu K.S., & Liu, C. (2002). A Magnetic
205-212. Microstirrer and Array for Microfluidic
Faisal, H., Wildian & Yusfi, M. (2013). Rancang Mixing. Journal of Microelectromechanical
Bangun Magnetik Stirrer berbasis Systems. 11(5), 462-469.
Mikrokontroler AT89S52 dengan Muchlas & Supri. (2006). Pengendali Motor
Pengaturan Waktu Melalui Keypad. Induksi 1 Fasa dengan Metode PWM
Jurnal Fisika Unand, 2(3), 148-154. Sinusoida berbasis Mikrokontroler
Irsyad, L. P., Yudianingsih & Lestari, S. (2016). 68HC11. Telkomnika, 4(3), 167-174.
Perancangan Alat Magnetic Stirrer Saleh, M. & Haryanti, M. (2017). Rancang
dengan Pengaturan Kecepatan Bangun Sistem Keamanan Rumah
Pengaduk dan Pengaturan Waktu menggunakan Relay. Jurnal Teknologi
Pengadukan. Jurnal Infact, 1(2), 22-29. Elektro, 8(3), 181-186.
Junaidi. (2013). Komputerisasi Alat Ukur V-R Sami, K., Lavanya, M., Arivalagan, M. &
Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Harsya, Y.S. (2016). Temperature
Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110. Jurnal Controlled based cooler Pad using
Teori dan Aplikasi Fisika, 1(1), 59-64. Arduino. Journal of Chemical and
Junaidi, Aba, L. & Triyana, K. (2015). An Pharmaceutical Sciences, 5, 216-220.
automatic data acquisition system for Oxtoby, D. W., Gillis, H. P. & Nachtrieb, N. H.
optical characterization of PEDOT:PSS- (2003). Prinsip-prinsip Kimia Modern
based gas sensor. AIP Conference edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Proceedings, 1656, 040001. Ziangqiang, L. & Shijun, Z. (2013).
Louis, L. (2016). Working Principle of Arduino Development of a thermocouple sensor
and Using It as a Tool for Study and using tool coating and its substrate to
Research. International Journal of measure metal turning temperatures.
Control, Automation, Communication and International Journal of Materials and
Systems, 1(2), 21-29. Product Technology, 46(1), 71-80.

Anda mungkin juga menyukai