Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERRENCE

MONITORING EVALUASI DAN SUPERVISI PROGRAM GANGGUAN INDERA DAN


FUNGSIONAL
TAHUN 2022

A. Latar Belakang

Gangguan penglihatan dan kebutaan, gangguan pendengaran dan ketulian, serta


gangguan fungsional (disabilitas) masih menjadi masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia. Gangguan indera dan fungsional dapat terjadi pada seluruh
kelompok umur, karena luasnya penyebab dan faktor risiko terjadinya gangguan.
Gangguan penglihatan dan pendengaran memiliki implikasi yang multidimensional baik
secara fisik yaitu dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup (quality of live),
bahkan sampai pada berkurangnya produktifitas seseorang dalam melakukan
pekerjaan ataupun aktivitas harian (acitivites of daily living).

Tujuan terlaksananya penanggulangan gangguan indera dan fungsional adalah


terwujudnya kualitas hidup manusia Indonesia yang produktif, sehat, mandiri, dan
berdaya saing. Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran seringkali diabaikan
karena dianggap tidak berpotensi menimbulkan kematian, padahal dampak kecacatan
yang ditimbulkan justru lebih membebani negara dan mempengaruhi fungsi sosial
ekonomi dan psikologis penyandang. Gangguan penglihatan dan pendengaran yang
tidak ditangani dapat menyebabkan kebutaan dan ketulian, dimana kondisi tersebut
termasuk dalam disabilitas karena berdampak pada fungsional tubuh.

Dalam rangka mengatasi permasalahan gangguan indera dan fungsional,


Pemerintah mengutamakan upaya promotif-preventif melalui pendekatan : (1)
pengendalian faktor risiko, (2) kegiatan skrining atau deteksi dini gangguan penglihatan
dan kebutaan pada kelompok berisiko, serta (3) penguatan akses masyarakat pada
layanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. Hal ini juga tidak lepas dari upaya
kuratif rehabilitatif yang menunjang keberhasilan program.

Dalam rangka peningkatan capaian indikator program penanggulangan gangguan


indera yaitu kab/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada paling
sedikit 40% populasi, maka diperlukan monitoring dan evaluasi program dan bimbingan
teknis yang bertujuan untuk memberikan input sebagai masukan dan rekomendasi
kepada daerah dalam pencapaian indikatornya. Kegiatan ini juga diharapkan dapat
mensinergikan kegiatan antar lintas program/lintas sektor terkait dan meningkatkan
jejaring kerja dalam penanggulangan gangguan indera.

Pelaksanaan deteksi dini gangguan indera perlu diperkuat dengan pencatatan


dan pelaporan secara rutin dan lengkap. Sarana surveilans, pencatatan pelaporan
program GIF bersumber pada aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) dan Sistem Informasi
Penyakit Tidak Menular (SIPTM). Namun masih terdapat kendala dalam operasional
ASIK, dimana banyak pengelola program belum melakukan pencatatan dan pelaporan
melalui ASIK. Untuk penggunaan SIPTM, sampai saat ini masih menjadi alternatif
pencatatan dan pelaporan pengelola program di daerah, jika ada kendala di ASIK. Oleh
karena itu, masih perlu dilakukan asistensi pencatatan dan pelaporan deteksi dini untuk
program dan supervisi pelaksanaannya di daerah demi mencapai target indikator untuk
penanggulangan gangguan indera dan fungsional.
1
B. Tujuan
1. Monitoring data capaian deteksi dini PTM prioritas (gangguan indera) di
kabupaten/kota
2. Mengetahui permasalahan deteksi dini PTM prioritas (gangguan indera) di
kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan capaian rencana strategis Direktorat
P2PTM.
3. Memberi alternatif solusi dalam rangka pemecahan masalah deteksi dini PTM
prioritas (gangguan indera) di kabupaten/kota
4. Meningkatkan capaian indikator rencana strategi Kementerian Kesehatan untuk
penanggulangan gangguan indera.

C. Strategi Pencapaian Keluaran


1. Pelaksana
a. Direktorat P2PTM
b. Dinas Kesehatan Provinsi
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
d. Puskesmas

2. Kegiatan
Monitoring evaluasi dan supervisi deteksi dini PTM prioritas (gangguan indera)
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
a. Pertemuan dengan penanggung jawab dan pemegang program PTM di
kabupaten/kota dalam rangka mengetahui pelaksanaan deteksi dini gangguan
indera di kabupaten/kota.
b. Pemantauan dan bimbingan teknis pelaksanaan deteksi dini di Puskesmas
dalam wilayah kerja kabupaten/kota.
c. Melakukan kroscek hasil capaian deteksi dini PTM (SIPTM dan ASIK)
d. Identifikasi masalah dan merumuskan alternatif solusi
e. Pencatatan dan pelaporan
f. Kunjungan ke Puskesmas terpilih

D. Analisis Situasi

Jumlah
Jumlah
Deteksi Jumlah Total
Deteksi
Dini Deteksi Deteksi Total
Jumlah Dini
No Provinsi (ASIK) Dini Dini Capaian
Sasaran (SIPTM)
Mei - (KOMDAT (Jan-Sept
Jan- Sept
Sept KESMAS) 2022)
2022
2022

1 Provinsi Aceh 4.918.573 92.199 92.137 184.336 3,75

2 Provinsi Sumatera Utara 13.490.414 374.200 86.477 76.570 537.247 3,98

3 Provinsi Sumatera Barat 5.055.508 128.928 72.851 18.173 219.952 4,35

4 Provinsi Riau 6.422.313 14.252 73.517 87.769 1,37

2
5 Provinsi Jambi 3.314.027 68.483 15.234 83.717 2,53

6 Provinsi Sumatera Selatan 7.842.119 113.956 62.362 176.318 2,25

7 Provinsi Bengkulu 1.836.575 31.392 29.592 60.984 3,32

8 Provinsi Lampung 7.843.286 216.703 234.806 55.126 506.635 6,46


Provinsi Kep Bangka
9 Belitung 1.356.645 42.276 7.561 49.837 3,67

10 Provinsi Kep Riau 2.173.532 104.672 13331 118.003 5,43

11 Provinsi DKI Jakarta 9.684.494 883.694 1.368 885.062 9,14

12 Provinsi Jawa Barat 45.932.084 1.493.104 94.632 333.803 1.921.539 4,18

13 Provinsi Jawa Tengah 30.630.216 434.682 325.751 4.634 765.067 2,50

14 Provinsi DI Yogyakarta 3.681.602 31.330 4.714 36.044 0,98

15 Provinsi Jawa Timur 37.032.932 3.518.296 381.490 1.802 3.901.588 10,54

16 Provinsi Banten 11.933.972 406.430 215.362 621.792 5,21

17 Provinsi Bali 4.143.897 26.732 24.597 3.632 54.961 1,33


Provinsi Nusa Tenggara
18 Barat 4.775.367 969.620 14.244 983.864 20,60
Provinsi Nusa Tenggara
19 Timur 4.960.245 322.633 36.925 359.558 7,25

20 Provinsi Kalimantan Barat 4.691.900 326.925 12.675 339.600 7,24


Provinsi Kalimantan
21 Tengah 2.487.370 54.740 42.671 24.607 122.018 4,91
Provinsi Kalimantan
22 Selatan 3.922.098 183.122 53.834 112.842 349.798 8,92

23 Provinsi Kalimantan Timur 3.389.392 284.833 13.353 298.186 8,80

24 Provinsi Kalimantan Utara 657.871 9.141 8.062 17.203 2,61

25 Provinsi Sulawesi Utara 2.316.781 128.588 42.052 170.640 7,37

26 Provinsi Sulawesi Tengah 2.820.094 158.927 36.100 195.027 6,92

27 Provinsi Sulawesi Selatan 8.179.933 336.904 186.031 522.935 6,39

28 Provinsi Sulawesi Tenggara 2.464.574 153.229 15.346 168.575 6,84

29 Provinsi Gorontalo 1.090.357 79.474 17.695 97.169 8,91

30 Provinsi Sulawesi Barat 1.255.058 26.369 16.775 2.856 46.000 3,67

31 Provinsi Maluku 1.622.905 6.953 2.869 9.822 0,61

32 Provinsi Maluku Utara 1.145.479 22.433 15.810 38.243 3,34

3
33 Provinsi Papua Barat 915.670 22.474 6.183 28.657 3,13

34 Provinsi Papua 3.104.033 11.784 7.981 2.470 22.235 0,72

NASIONAL 247.091.316 11.079.478 2.264.388 636.515 13.980.381 5,66

E. Jadwal dan Lokasi Kegiatan


Pelaksanaan monitoring evaluasi dan supervisi program penanggulangan gangguan
indera dijadwalkan pelaksanaan (tentatif) sebagai berikut :

No. Lokasi Waktu Pelaksanaan


1. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan 2 – 4 November 2022
Bangka Belitung
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 31 Oktober – 2 November 2022
3. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa 2 – 4 November 2022
Tenggara Timur
4. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan 9 – 11 November 2022
Timur
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 14 – 16 November 2022
Tengah
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 23 – 25 November 2022
Tenggara
7. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu 23 – 25 November 2022
8. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku 23 – 25 November 2022

9. Dinas Kesehatan Provinsi Banten 21 – 23 November 2022


10. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 21 – 23 November 2022

F. Biaya
Biaya kegiatan dibebankan pada DIPA Satuan Kerja Direktorat P2PTM Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2022.

Jakarta, 24 Oktober 2022


Penanggung Jawab Kegiatan
Ketua Tim Kerja
Gangguan Indera dan Fungsional

Anda mungkin juga menyukai