BAB I
EPIDEMIOLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi
yaitu eliminasi kusta tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta
pada tahun 2000, namun demikian berdasarkan data yang dilaporkan,
jumlah penderita baru, proporsi cacat tingkat 2 dan anak sampai saat ini
belum menunjukkan adanya penurunan yang bermakna.
1
Modul UPK 2012
Kondisi ini juga terjadi di negara-negara lain di Dunia, sehingga pada tahun
2009 ILEP/WHO mengeluarkan “ Penguatan Strategi Global untuk terus
menurunkan beban akibat Penyakit Kusta (2011-2015)”.
Sejak tahun 2011, strategi ini sudah diadopsi dalam menentukan kebijakan
Nasional pengendalian penyakit kusta di Indonesia.
2
Modul UPK 2012
CDR 2011
3
Modul UPK 2012
JUMLAH KASUS BARU KUSTA, CASE DETECTION RATE (CDR),
KECACATAN, DAN PROPORSI KASUS PADA ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN 201
4
Modul UPK 2012
Central
Kalimanta
n 2.250.539 61 55 6 2 16 102 0 100 54,4 2,71 90,16 9,84 3,28 26,23 0,27 1,67
South
Kalimanta
n 3.696.903 185 170 27 11 57 254 3 93,3 75,4 5,00 91,89 14,59 5,95 30,81 0,73 1,37
East
Kalimanta
n 3.686.640 183 157 7 19 51 172 0 86,7 65,0 4,96 85,79 3,83 10,38 27,87 0,19 0,94
North
Sulawesi 2.298.489 394 345 21 46 152 401 0 96,2 87,8 17,14 87,56 5,33 11,68 38,58 0,91 1,02
Central
Sulawesi 2.685.024 320 251 8 46 116 318 2 94,6 91,0 11,92 78,44 2,50 14,38 36,25 0,30 0,99
South 94,
Sulawesi 8.124.645 1.338 1.128 162 83 527 1.252 11 9 84,7 16,47 84,30 12,11 6,20 39,39 1,99 0,94
South
East
Sulawesi 2.277.864 321 272 13 23 135 329 1 93,9 89,6 14,09 84,74 4,05 7,17 42,06 0,57 1,02
100,
Bali 3.972.385 114 84 4 5 37 117 3 0 100,0 2,87 73,68 3,51 4,39 32,46 0,10 1,03
W Nusa 100,
Tenggara 4.550.546 370 246 21 92 170 331 0 0 94,0 8,13 66,49 5,68 24,86 45,95 0,46 0,89
E.Nusa 100,
Tenggara 4.778.348 282 210 9 27 151 315 0 0 62,9 5,90 74,47 3,19 9,57 53,55 0,19 1,12
Maluku 1.575.642 671 523 32 86 300 717 3 91,5 79,9 42,59 77,94 4,77 12,82 44,71 2,03 1,07
Papua 2.984.580 1515 899 38 399 643 2.053 21 48,6 52,5 50,76 59,34 2,51 26,34 42,44 1,27 1,36
Banten 10.922.177 500 441 75 72 211 947 17 89,7 94,9 4,58 88,20 15,00 14,40 42,20 0,69 1,89
Gorontalo 1.063.131 187 177 23 16 69 199 1 93,3 84,5 17,59 94,65 12,30 8,56 36,90 2,16 1,06
North 57,
Maluku 1.063.187 597 409 23 94 261 681 0 5 94,1 56,15 68,51 3,85 15,75 43,72 2,16 1,14
Bangka
Belitung 1.261.065 34 27 1 1 15 30 2 88,9 88,9 2,70 79,41 2,94 2,94 44,12 0,08 0,88
West 76, 105,4
Papua 788.233 831 456 4 240 321 782 3 9 46,8 3 54,87 0,48 28,88 38,63 0,51 0,94
5
Modul UPK 2012
West
Sulawesi 1.189.097 159 121 6 34 49 177 0 90,0 85,0 13,37 76,10 3,77 21,38 30,82 0,50 1,11
Riau 100
Ilands 1.761.385 17 10 0 2 7 24 0 ,0 42,9 0,97 58,82 0,00 11,76 41,18 0,00 1,41
6
Modul UPK 2012
7
Modul UPK 2012
8
Modul UPK 2012
1 Penyebab
Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium Leprae dimana
untuk pertama kali ditemukan oleh G.H.Armauer Hansen pada
tahun 1873.
M.Leprae hidup dalam sel dan mempunyai afinitas yang besar
pada sel saraf (Schwan Cell)dan sel dari sistem retikulo endotelial.
Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2 – 3 minggu. Di luar tubuh
manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dari sekret nasal
dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal in vivo
kuman kusta pada tikus adalah 27-30°C.
2 Sumber Penularan.
Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap
sebagai sumber penularan walaupun kuman kusta dapat hidup
pada armadillo, simpanse dan pada telapak kaki tikus yang tidak
mempunyai kelenjar thymus (Athymic nude mouse).
4 Cara Penularan
Kuman kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2 – 5 tahun,
akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila
M. Leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan
masuk kedalam tubuh orang lain.
9
Modul UPK 2012
10
Modul UPK 2012
11
Modul UPK 2012
- Vaksinasi
- Kemoprofilaksis
(Masih dalam
pengembangan)
Pengobatan
MDT
Menjadi sakit dan tubuh
mereka menjadi tempat
perkembangan
Mycobacterium leprae
Tuan Penderita
rumah/Host: Kusta
yang menjadi
kekebalannya sumber
kurang penularan
12
Modul UPK 2012
BAB II
DIAGNOSIS & KLASIFIKASI
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. DIAGNOSIS KUSTA
Diagnosis penyakit kusta hanya dapat didasarkan pada penemuan tanda
utama (Cardinal sign); yaitu :
13
Modul UPK 2012
Bahan pemeriksaan BTA diambil dari kerokan kulit (skin smear) asal
cuping telinga (rutin) dan bagian aktif suatu lesi kulit. Untuk tujuan
tertentu kadang jaringan diambil dari bagian tubuh tertentu (biopsi).
Pemeriksaan kerokan kulit hanya dilakukan pada kasus yang
meragukan.
14
Modul UPK 2012
Jika diagnosis kusta masih belum dapat ditegakkan, tindakan yang dapat
dilakukan adalah :
- Rujuk
- Pikirkan kemungkinan penyakit kulit lain (seperti panu, kurap,
kudis, frambusia) dan obati.
- Tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya mati rasa, jika lesi
kulit tersebut benar kusta maka dalam periode tersebut mati rasa
harusnya menjadi jelas dan kita dapat memulai MDT.
Jika tidak ditemukan adanya mati rasa yang jelas maupun penebalan
saraf namun ada tanda-tanda mencurigakan seperti nodul,
pembengkakan pada wajah atau cuping telinga, atau infiltrasi pada kulit,
perlu dilakukan pemeriksaan kerokan kulit (skin smear). Pengambilan
apusan harus dilakukan oleh petugas terlatih. Pewarnaan dan
pemeriksaan dapat dilakukan di Puskesmas yang memiliki tenaga serta
fasilitas untuk pemeriksaan BTA.
Catatan:
Pada daerah endemik rendah, pengobatan MDT baru diberikan
hanya setelah konfirmasi diagnosis ditegakkan oleh petugas terlatih
(Wasor kabupaten/petugas Puskesmas PRK).
15
Modul UPK 2012
d. Dyschromia Nutrisional
Lesi hipopigmentasi di daerah wajah yang disebabkan kurang
seimbangnya nutrisi dalam diet sehari-hari seringkali terlihat pada anak-
anak. Sering dihubungkan dengan parasit usus halus dan gangguan
saluran cerna. Fungsi sensasi kulit di daerah yang terkena dan saraf-saraf
perifer di lokasi tersebut normal.
b. Tinea circinata
Ringworm atau tinea circinata sering ditemukan di negara-negara tropis
dan sangat menyerupai kusta tuberculoid. Lesinya gatal dan jamur terlihat
lewat pemeriksaan kerokan kulit. Pinggirnya yang meninggi sering
16
Modul UPK 2012
c. Psoriasis
Infiltrat plak eritem berbatas tegas, terutama menyerupai kusta tipe
tuberkuloid jika sisiknya menghilang karena pengobatan. Pada psoriasis,
tidak ditemukan cardinal sign untuk kusta dan jika sisiknya diangkat akan
timbul titik-titik perdarahan. Lesi psoriasis umumnya gatal, banyak dan
simetris.
B. KLASIFIKASI
DASAR KLASIFIKASI
Penyakit kusta dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa hal yaitu :
TUJUAN KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit kusta penting karena berhubungan dengan beberapa
hal :
17
Modul UPK 2012
JENIS KLASIFIKASI
Dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta yang cukup menyulitkan,
misalnya Klasifikasi Madrid. Ada pula klasifikasi Ridley-Jopling dan
klasifikasi WHO.
Kekebalan Seluler
PB MB W H
O
Klasifikasi ini dikembangkan oleh kelompok ahli WHO pada tahun 1982
dan khusus dimaksudkan untuk pengobatan pada kondisi lapangan.
Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe
yaitu tipe Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB). Dasar dari
klasifikasi ini adalah gambaran klinis dan hasil pemeriksaan BTA melalui
pemeriksaan kerokan kulit
18
Modul UPK 2012
Tanda Utama PB MB
Bercak kusta Jumlah 1 – 5 Jumlah lebih dari 5
BTA negatif
Sediaan apusan BTA positif
19
Modul UPK 2012
TANDA UTAMA
Tanda utama
PB MB
Rujuk
20
Modul UPK 2012
BAB III
PEMERIKSAAN DAN CHARTING
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional umum
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta akan dapat melakukan
pemeriksaan yang sistematis,lengkap dan benar .
A. TAHAPAN PEMERIKSAAN
Anamnesis :
- Nama, alamat, daerah asal
- Riwayat tanda-tanda kulit/saraf yang dicurigai
21
Modul UPK 2012
Pemeriksaan Klinis
a. Kulit
Tahap Pemeriksaan
Pemeriksaan Pandang
22
Modul UPK 2012
Saraf tepi
Pemeriksaan saraf harus sistematis : Saraf Auricularis magnus di
belakang telinga, saraf Ulnaris pada siku, saraf Radialis di lengan
atas, saraf Medianus di pergelangan tangan, saraf Peroneus
communis (atau poplitea lateralis) di belakang lutut dan saraf
Tibialis posterior di mata kaki sebelah dalam (lihat gambar berikut
ini).
23
Modul UPK 2012
Saraf Facialis
Saraf
Auricularis
Magnus
Saraf Medianus
Saraf Radialis
Saraf cutaneus
Saraf Ulnaris radialis
24
Modul UPK 2012
Palpasi Saraf
- Meraba atau palpasi sedemikian rupa jangan sampai menyakiti
atau penderita mendapat kesan kurang baik.
- Bandingkan selalu waktu melakukan perabaan saraf antara yang
kanan dan kiri.
Syarat-syarat :
Catatan :
Untuk dapat membedakan dengan mudah apakah ada penebalan/
pembesaran diperlukan pengalaman palpasi saraf yang normal
pada orang sehat.
25
Modul UPK 2012
Cara memeriksa :
Pasien diminta untuk memalingkan wajah dari sisi yang akan
diperiksa dengan memandang ke arah bahu. Bila memang
dengan inspeksi tidak ditemukan penebalan saraf ini, telusuri
daerah sisi leher bagian atas dibelakang m.
Sternocleidomastoideus dengan meraba dari arah craniolateral ke
caudomedial.
2. Saraf Ulnaris
a. Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah
penderita dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga
lengan penderita relaks.
b. Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa
mencari sambil meraba saraf Ulnaris di dalam sulkus nervi
ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolan tulang siku dan
tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis).
c. Dengan memberi tekanan ringan pada saraf Ulnaris sambil
digulirkan dan menelusuri ke atas dengan halus sambil
melihat mimik / reaksi penderita apakah tampak kesakitan
atau tidak.
d. Kemudian dengan prosedur sama memeriksa saraf Ulnaris
kiri.
26
Modul UPK 2012
27
Modul UPK 2012
28
Modul UPK 2012
Fungsi
Saraf
Motorik Sensorik & Otonom
Memper-sarafi Tidak diperiksa di lapangan
Facialis
kelopak mata
agar bisa
menutup
Memper-sarafi Rasa raba serta serta fungsi otonom telapak tangan : separuh
Ulnaris
Memper-sarafi Rasa raba dan fungsi otonom telapak tangan bagian ibu jari,
Medianus
pergelang-an
tangan
communis
pergelang-an
Kaki
29
Modul UPK 2012
30
Modul UPK 2012
b. Tangan
Fungsi Sensorik (Saraf Ulnaris dan Medianus)
31
Modul UPK 2012
Keterangan :
- Bila terasa ------------ >
- Bila tidak terasa ------------ > X
c. Kaki
Fungsi Sensorik (Saraf Tibialis Posterior)
Keterangan :
- Bila terasa ------------ >
- Bila tidak rasa ------------ > X
d. Tangan
Fungsi Motorik (Saraf Ulnaris, Medianus dan Radialis)
32
Modul UPK 2012
Penilaian :
Bila ada tahanan : Kuat / K
Bila tahanan lemah atau kelingking
terdorong : Lemah/Sedang/S
Bila tidak bisa menahan dorongan : Lumpuh / L
Tes Konfirmasi
Penderita diminta menjepit sehelai kertas yang diletakkan di
antara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa
menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan
/ jepitan terhadap kertas tersebut.
Penilaian :
Bila ada tahanan kuat : Kuat / K
Bila tahanan lemah : Lemah/Sedang/S
Bila tidak bisa menjepit kertas : Lumpuh / L
33
Modul UPK 2012
Catatan :
34
Modul UPK 2012
Keterangan :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat : Kuat / K
Bila ada gerakan dan tahanan lemah :
Lemah/Sedang/ S
Bila tidak ada gerakan : Lumpuh / L
(Pergelangan tangan tidak bisa ditegakkan ke atas)
e. Kaki
Fungsi motorik : Saraf Peroneus (= Poplitea Lateralis)
35
Modul UPK 2012
36
Modul UPK 2012
B. CHARTING
(=MENGGAMBAR SIMBOL KELAINAN KUSTA)
Mati rasa
Nodul /Benjolan
Penebalan saraf
37
Modul UPK 2012
Hidung pelana
Ulkus
Tangan lunglai (Drop hand, drop wrist) / kaki semper ( drop foot)
Catatan :
Bila ada kelainan kusta yang ditemukan pada tubuh penderita namun
tidak ada simbol yang disepakati untuk kelainan tersebut cukup
tuliskan bentuk kelainannya.
38
Modul UPK 2012
BAB IV
PENGOBATAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
39
Modul UPK 2012
Dewasa
- Pengobatan bulanan adalah dosis hari pertama dari blister MDT yang
diminum di depan petugas dan terdiri atas:
Dua kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg)
Satu tablet Dapson (DDS) 100 mg
Minum di
Rifampisi 300
450 mg/bln 600 mg/bln depan
n mg/bln
petugas
Berdasarka
n Minum di
25 100
Berat 50 mg/hari depan
mg/hari mg/hari
Badan petugas
DDS
25 Minum di
50 mg/hari 100 mg/hari
mg/hari rumah
40
Modul UPK 2012
Dewasa
- Pengobatan bulanan adalah dosis hari pertama dari blister MDT yang
diminum di depan petugas dan terdiri atas:
Dua kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg)
Tiga kapsul Lampren @ 100 mg (300 mg)
Satu tablet Dapson (DDS) 100 mg
Minum di depan
Rifampisin 300 mg/bln 450 mg/bln 600 mg/bln
petugas
Minum di depan
25 mg/bln 50 mg/bln 100 mg/bln
petugas
Dapson Berdasarka
(DDS) n
Berat 25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di rumah
Badan
Minum di depan
100 mg /bln 150 mg/bln 300 mg/bln
Clofazimin petugas
e
50 mg 2 kali 50 mg
50 mg/hari Minum dirumah
seminggu setiap 2 hari
41
Modul UPK 2012
Rifampisin
Rifampisin jarang menimbulkan efek samping,tetapi tetap perlu
diwaspadai karena dapat menimbulkan :
- Sindroma perut seperti rasa nyeri, mual, muntah dan diare. Hal ini
sering terjadi jika rifampisin diminum saat perut kosong.
42
Modul UPK 2012
Dapson (DDS)
- Secara umum, reaksi alergi akibat dapson (DDS) dapat menimbulkan
reaksi alergi pada kulit mulai ruam gatal pada kulit hingga
mengelupas (dermatitis exfoliatif), hingga sindrom Stevens-Johnson.
Reaksi alergi terhadap dapson dapat terjadi segera maupun
kemudian. Namun lesi kulit/bercak kusta pada pasien tidak pernah
terasa gatal atau terbakar. Tanda dan gejala awal mirip infeksi virus
sehingga pasien seringkali menghentikan pengobatan, tetapi jika
petugas menemui penderita seringkali tidak ada lagi tanda atau
gejala yang bisa dilihat. Jika petugas tidak memperhatikan riwayat
tersebut maka kemungkinan besar paparan kedua akan jauh lebih
membahayakan.
43
Modul UPK 2012
44
Modul UPK 2012
Lampren (Clofazimine)
45
Modul UPK 2012
- Anemia Dapson
Serius :
- Ruam kulit yang gatal Dapson
- Alergi, urtikaria Dapson atau Rifampisin
- Ikterus (kuning) Rifampisin
- Shock, purpura, gagal Rifampisin
ginjal
-
46
Modul UPK 2012
Monitoring Pengobatan
Default(er)
Jika seorang penderita PB tidak mengambil/minum obatnya lebih dari
3 bulan (tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan
47
Modul UPK 2012
48
Modul UPK 2012
Relaps (Kambuh)
Penderita dinyatakan Relaps, bila setelah dinyatakan RFT timbul tanda-
tanda utama baru atau aktif kembali (bercak di kulit, nodul atau
kerusakan saraf). Untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasikan ke
bagian rujukan. (Petugas kusta Kabupaten). Bila setelah dikonfirmasi
dinyatakan relaps, maka penderita diobati MDT ulang.
49
Modul UPK 2012
Keadaan Khusus
Penderita dengan keadaan khusus
51
Modul UPK 2012
BAB V
REAKSI KUSTA
TUJUAN PEMBELAJARAN
52
Modul UPK 2012
f. Kurang Gizi
B. JENIS REAKSI
Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu reaksi
tipe 1 dan reaksi tipe 2.
a. Reaksi Tipe I
(= Reaksi Reversal = Reaksi Up Grading = Reaksi Borderline )
53
Modul UPK 2012
54
Modul UPK 2012
Gejala Reaksi Tipe I dibagi dua menurut keadaannya yaitu Reaksi Berat dan
Reaksi Ringan .
2 Saraf tepi Tidak ada nyeri tekan saraf Nyeri tekan, dan/atau
dan gangguan fungsi gangguan fungsi, misalnya
kelemahan otot.
Bila ada reaksi pada kelainan kulit yang dekat dengan lokasi saraf,
dikategorikan sebagai reaksi berat.
55
Modul UPK 2012
Gejala Reaksi tipe II dibagi dua menurut keadaannya yaitu Reaksi Ringan dan
Reaksi Berat
1. Kelainan kulit Nodul merah yang nyeri Benjol (nodul) nyeri tekan,
tekan jumlah sedikit, ada yang pecah (Ulseratif),
biasanya hilang sendiri jumlah banyak, berlangsung
dalam 2 – 3 hari lama
3. Saraf tepi Tidak ada nyeri raba Ada nyeri raba, dan atau
ataupun gangguan fungsi gangguan fungsi
Terjadi peradangan pada
4. Organ tubuh Tidak ada gangguan organ-organ tubuh
Mata = Iridosiklitis
Testis = Epididymoorchitis
Ginjal = Nefritis
Sendi = Artritis
Kelenjar Limfe=
Limfadenitis
56
Modul UPK 2012
6. Tipe Kusta Dapat terjadi pada kusta tipe Hanya pada kusta
PB maupun MB tipe MB
57
Modul UPK 2012
58
Modul UPK 2012
* : Bila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan lokasi saraf,
dikategorikan sebagai reaksi berat.
59
Modul UPK 2012
Kekebalan seluler
Respon
kekebalan
humoral
Jumlah Bakteri
PB MB
WHO
60
Modul UPK 2012
Form ini rutin diisi pada setiap kali kunjungan penderita ke Puskesmas
saat mengambil obat. Hasil kesimpulan pemeriksaan selanjutnya akan
menentukan penanganan lebih lanjut terhadap kerusakan saraf yang
terjadi. Pada kasus dimana terjadi nyeri dan gangguan saraf yang baru,
diperlukan pengisian form lain yaitu form evaluasi pengobatan reaksi
berat. Form ini akan diisi rutin setiap 1-2 minggu untuk mengevaluasi
kondisi penderita.
Kebanyakan kasus reaksi dapat ditangani oleh petugas pengelola program
kusta di Puskesmas, namun sebaiknya semua kasus reaksi berat harus
dirujuk ke dokter puskesmas untuk mendapatkan konfirmasi dan arahan.
Hal tersebut tergantung pada :
61
Modul UPK 2012
MATA
TANGAN
a. Setelah meraba saraf ulnaris, jika penderita merasa nyeri, lingkarilah
jawaban ya pada Nyeri tekan saraf ulnaris, atau tidak bila tidak
ditemukan nyeri tekan.
b. Kekuatan Otot
Penilaian :
- Bila jari kelingking penderita tidak dapat mendekat atau menjauh dari
jari lainnya berarti sudah lumpuh. Lingkari L.
- Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan pemeriksa
berarti lemah.Lingkari S
- Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorongan jari pemeriksa
berarti masih kuat. Lingkari K
62
Modul UPK 2012
Tes Kekuatan Otot Ibu Jari (= Tes Kekuatan Otot untuk saraf
Medianus)
Mampu menahan dorongan pemeriksa berarti Kuat / K.
Bila gerakan ibu jari keatas ada, tetapi tidak dapat menahan dorongan
pemeriksa, berarti Lemah/Sedang/S.
Bila tidak bisa gerakan ibu jari keatas berarti Lumpuh / L.
Lingkarilah pilihan jawaban K / S / L di lembaran form PFS sesuai hasil
pemeriksaan.
63
Modul UPK 2012
KAKI
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
64
Modul UPK 2012
4). Jika dalam pengobatan, MDT tetap diberikan dengan dosis tidak
diubah.
5). Reaksi tipe 1 dan tipe 2 berat diobati dengan prednison sesuai
skema
7).Reaksi tipe 2 berat berulang dan tipe 2 berat setelah RFT diobati
dengan prednison dan lampren
65
Modul UPK 2012
Pada Anak
Contoh:
66
Modul UPK 2012
Catatan :
67
Modul UPK 2012
- Demam
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Malaise
Pemberian terus-menerus:
- Mudah infeksi
- Osteoporosis
Pemberian Lampren
Hanya diberikan pada:
68
Modul UPK 2012
69
Modul UPK 2012
- Ibu hamil
Catatan :
70
Modul UPK 2012
71
Modul UPK 2012
Catatan :
72
Modul UPK 2012
BAB VI
KECACATAN KUSTA
TUJUAN PEMBELAJARAN
73
Modul UPK 2012
Jari-jari Infeksi
Luka Infeksi bengkok/kaku Luka
Luka Infeksi
74
Modul UPK 2012
Fungsi
Saraf
Motorik Sensorik Otonom
Facialis Kelopak mata tidak
bisa menutup
Ulnaris jari tangan ke 4 dan Mati rasa telapak
ke 5 tangan bagian jari Kekeringan dan
lemah/lumpuh/kitin ke 4 & 5 kulit retak akibat
g kerusakan
Medianu ibu jari, jari 2 dan 3 Mati rasa telapak kelenjar
s lemah/lumpuh/kitin tangan bagian ibu keringat, minyak
g jari, jari ke 2 & 3 dan aliran darah
Radialis tangan lunglai
►Tangan diperiksa apakah ada lunglai, mati rasa pada telapak, luka
atau ulkus akibat mati rasa, pemendekan jari atau kelemahan
otot.
75
Modul UPK 2012
76
Modul UPK 2012
0 ► Jika mata, tangan atau kaki tetap utuh, maka diberi tingkat
cacat 0
1 ► Jika ada cacat pada tangan atau kaki akibat kerusakan saraf
karena penyakit kusta, tetapi cacat itu tidak kelihatan, maka
diberi tingkat cacat 1
2 ► Kalau ada cacat akibat kerusakan saraf dan cacat itu kelihatan
(borok, luka, jari kiting, lunglai, pemendekan, mata tidak dapat
menutup erat, luka pada cornea), maka diberi tingkat cacat 2
77
Modul UPK 2012
RFT
BAB VII
PENCEGAHAN CACAT & PERAWATAN DIRI
TUJUAN PEMBELAJARAN
78
Modul UPK 2012
79
Modul UPK 2012
80
Modul UPK 2012
81
Modul UPK 2012
82
Modul UPK 2012
Pegang ibu jari dengan tangan lain dan gerakkan sendi supaya
tidak kaku.
83
Modul UPK 2012
84
Modul UPK 2012
85
Modul UPK 2012
Sering berhenti dan memeriksa kaki dengan teliti apakah ada luka
atau memar atau lecet yang kecil sekalipun.
Kalau ada luka, memar atau lecet kecil, langsung rawat dan
istirahatkan bagian kaki itu sampai sembuh, yaitu istirahatkan kaki
(jangan sekali-kali diinjakkan) !
Bila di sekitar luka ada kulit mati yang sangat menebal, yang
dengan digosok batu apung hanya membawa sedikit perubahan,
maka untuk mencegah terjadinya luka dan mempercepat
pertumbuhan kulit baru maka petugas dianjurkan untuk melakukan
trimming (eksisi kulit mati) di sekitar ulkus plantaris menggunakan
skalpel.
Gambar:
86
Modul UPK 2012
Gambar :
Empuk di dalam
Keras di bagian bawah supaya benda tajam tidak dapat
tembus
Tidak mudah terlepas (ada tali di belakang)
Tidak perlu sepatu khusus jika bisa memilih sepatu/sandal di
pasar dengan memperhatikan persyaratan di atas, atau
lakukan modifikasi jika perlu.
87
Modul UPK 2012
88
Modul UPK 2012
X √
Seringkali ada pasien yang sudah menyelesaikan pengobatan
(RFT), kemudian mendapat luka atau borok pada telapak kakinya
dan mereka menganggap bahwa penyakit kustanya tersebut
kambuh. Hal itu tidaklah benar. Luka pada kaki yang mati rasa
BUKAN disebabkan oleh Mycobacterium leprae, jadi tidak perlu
mengulangi pemberian MDT atau DDS.
Jika pada ulkus tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas,
sakit), berarti tidak ada infeksi sekunder oleh bakteri lain
sehingga antibiotik tidak perlu diberikan.
89
Modul UPK 2012
BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
90
Modul UPK 2012
A. Pencatatan
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas untuk mencatat hasil-
hasil kegiatan program P2 Kusta
91
Modul UPK 2012
Kartu Penderita
Kartu pencatatan penderita disimpan di puskesmas atau UPK
dimana penderita berobat dengan tujuan :
1) Identifikasi pasien
2) Mencatat diagnosis yang telah ditegakkan
3) Mengetahui cara penemuan pasien
4) Mengetahui riwayat penyakit
5) Mengetahui tanda kelainan tubuh pada waktu diperiksa
pertama kali
6) Mengetahui keadaan cacat
7) Mengetahui keteraturan pengobatan
8) Mengetahui hasil pemeriksaan kontak
9) Mengetahui riwayat reaksi kusta
10) Mengetahui hasil pemeriksaan ulang
92
Modul UPK 2012
- Pemeriksaan Kontak
93
Modul UPK 2012
- : Bukan kusta
94
Modul UPK 2012
Register Kohort PB
Formulir ini disimpan di puskesmas/UPK dimana penderita
mendapat pengobatan dan tujuannya adalah :
95
Modul UPK 2012
Kolom Isi
1 No Urut
2 Tanggal Registrasi
3-4 Nomor Registrasi terdiri atas:
Nomor Desa/Kelurahan
Nomor urut pasien
Nomor desa
77 :pasien dari luar Puskesmas
88 : pasien dari luar kab/kota
99 : pasien dari luar provinsi
5 Nama Pasien lengkap dengan nama ibu kandung
6 Alamat lengkap sesuai KTP
7 Status Pasien baru diisi pada kolom yang sesuai :
S : Sukarela
K : Kontak
A : Aktif survey
AS: survey Anak sekolah
8 Status Pasien Lama/ulangan, diisi pada kolom yang sesuai:
R : Relaps
MK: Masuk Kembali setelah Default
G : Ganti tipe
P : Pindahan dari UPK lain
9-10 Umur , diisi pada kolom anak atau dewasa dengan umur yang
sesuai
11 Kontak yang diperiksa
96
Modul UPK 2012
Sasaran
Yang sudah diperiksa
12 Jenis kelamin, diisi pada kolom yang sesuai
13-16 Tingkat cacat pada awal MDT dan akhir MDT diisi lengkap
berdasarkan pemeriksaan pemantauan fungsi saraf tepi
Awal : Saat diagnosis ditegakkan
Akhir : Pada saat dinyatakan RFT
Nilai cacat :
Umum : diisi dengan tingkat cacat tertinggi
Skor : diisi dengan penjumlahan semua nilai cacat
18-29 Pengobatan pasien :
Pengisian dimulai dari tahun pertama
Diisi dengan tanggal pengambilan obat
Pengambilan MDT 2 kali dalam 1 bulan maka tanggal tersebut
dipisahkan dengan tanda koma.
Jika pasien mengambil MDT sekaligus untuk beberapa bulan
maka ditulis sesuai bulan
- Bila pasien mengalami reaksi berat, beri tanda lingkaran
pada tanggal dan bulan pengambilan obat
Bila pasien mengalami reaksi ENL berat berulang, beri tanda X
pada tanggal dan bulan pengambilan obat
30 Keterangan diisi tanggal RFT atau Default, pindahan dari mana
dan sudah minum obat berapa kali, pindah kamana dan tanggal
berapa dll
Suspect Diisi sesuai jumlah pemeriksaan yang dilakukan tiap tribulan
yang Sukarela
diperiks Kontak
a Anak Sekolah
Aktif lain
Stok Diisi dengan jumlah blister/obat sesuai dengan kolom
Obat
97
Modul UPK 2012
Isian Catatan :
untuk Lembar warna putih : arsip di puskesmas
Reaksi Lembar warna merah : dikirim ke kabupaten untuk
Berat tribulan 1
pasca Lembar warna kuning : dikirim ke kabupaten untuk
RFT tribulan 2
Lembar warna biru : dikirim ke kabupaten untuk tribulan
3
Lembar warna hijau : dikirim ke kabupaten untuk tribulan
4
Untuk penderita yang masih menjalani pengobatan pada tahun
berikutnya, kirim fotocopy arsip puskesmas ke kabupaten.
Register Kohort MB
1) Untuk mengetahui jumlah penderita MB secara kumulatif
dalam jangka waktu tertentu
2) Untuk mengetahui keteraturan pengobatan menurut kohort,
3) Untuk mengetahui jumlah penderita Default
4) Untuk mengetahui jumlah penderita pindah
5) Untuk mengetahui jumlah penderita meninggal
6) Untuk menghitung RFT Rate
98
Modul UPK 2012
Nomor desa
77 :pasien dari luar Puskesmas
88 : pasien dari luar kab/kota
99 : pasien dari luar provinsi
5 Nama Pasien lengkap dengan nama ibu kandung
6 Alamat lengkap sesuai KTP
7 Status Pasien baru diisi pada kolom yang sesuai :
S : Sukarela
K : Kontak
A : Aktif survey
AS: survey Anak sekolah
8 Status Pasien Lama/ulangan, diisi pada kolom yang sesuai:
R : Relaps
MK: Masuk Kembali setelah Default
G : Ganti tipe
P : Pindahan dari UPK lain
9-10 Umur , diisi pada kolom anak atau dewasa dengan umur yang
sesuai
11 Kontak yang diperiksa
Sasaran
Yang sudah diperiksa
12 Jenis kelamin, diisi pada kolom yang sesuai
13-16 Tingkat cacat pada awal MDT dan akhir MDT diisi lengkap
berdasarkan pemeriksaan pemantauan fungsi saraf tepi
Awal : Saat diagnosis ditegakkan
Akhir : Pada saat dinyatakan RFT
Nilai cacat :
Umum : diisi dengan tingkat cacat tertinggi
Skor : diisi dengan penjumlahan semua nilai cacat
18-29 Pengobatan pasien :
Pengisian dimulai dari tahun pertama
Diisi dengan tanggal pengambilan obat
Pengambilan MDT 2 kali dalam 1 bulan maka tanggal tersebut
99
Modul UPK 2012
Cara Pengisian :
100
Modul UPK 2012
Nomor Isi
* Coret yang tidak perlu, sesuaikan dengan wilayah kerja
B. Pelaporan
Adalah penyampaian hasil-hasil kegiatan pelaksanaan Program P2 Kusta
di suatu wilayah kerja pada jangka waktu tertentu dengan benar dan
tepat waktu.
101
Modul UPK 2012
102
Modul UPK 2012
BAB IX
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum
A.Visi
“Masyarakat sehat bebas kusta yang mandiri dan
berkeadilan”.
B.Misi
a) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat
madani
103
Modul UPK 2012
C.Strategi
a) Peningkatan penemuan kasus secara dini di masyarakat.
b) Pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi,
diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
c) Penyebarluasan informasi tentang kusta di masyarakat.
d) Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta
dan keluarganya.
e) Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam
berbagai aspek kehidupan dan penguatan partisipasi mereka
dalam upaya pengendalian kusta.
f) Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan.
g) Peningkatan dukungan kepada program kusta melalui
penguatan Advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia
layanan lainnya untuk meningkatkan dukungan terhadap
program kusta.
h) Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemisitas
kusta.
D.Sasaran strategis
Pengurangan angka cacat tingkat 2 sebesar 35% pada tahun 2015
dibandingkan data tahun 2010.
E.Kegiatan Pokok
a) Tata laksana pasien
1) Penemuan pasien
2) Diagnosis dan klasifikasi
3) Pengobatan dan pengendalian pengobatan
4) Pencegahan cacat dan perawatan diri
5) Rehabilitasi medik
b) Tata laksana program
1) Perencanaan
2) Pelatihan
3) Penyuluhan dan advokasi
4) Supervisi
5) Pencatatan dan pelaporan
6) Monitoring dan evaluasi
7) Pengelolaan logistik
104
Modul UPK 2012
1. Indikator Utama
a. Angka penemuan pasien baru ( CDR =Case Detection Rate)
Rumus :
1) RFT Rate MB
105
Modul UPK 2012
Rumus :
1) RFT Rate PB
Rumus :
------------------------------------------------------------------------x 100%
Jumlah seluruh pasien baru PB yang mulai MDT pada periode
kohort yang sama
Rumus :
Jumlah pasien kusta terdaftar pada suatu saat tertentu
____________________________________________ x 10.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
106
Modul UPK 2012
Rumus:
Rumus:
Jumlah pasien baru anak (0-<15 tahun) yang ditemukan pada
periode 1 thn
___________________________________________________ x 100 %
Jumlah seluruh pasien baru ditemukan dalam periode
107
Modul UPK 2012
c. Proporsi MB
Rumus :
d. Proporsi Perempuan
Rumus:
108
Modul UPK 2012
Rumus :
Rumus:
109
Modul UPK 2012
Rumus:
Jumlah pasien yang skor kecacatannya bertambah saat RFT
diantara pasien baru pada periode kohort yang sama.
_______________________________________________ x 100 %
110
Modul UPK 2012
BAB X
PENYULUHAN DAN KONSELING
TUJUAN PEMBELAJARAN
A.PENYULUHAN
Dalam mempersiapkan penyuluhan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan mengingat adanya keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Tujuan Penyuluhan
Penting untuk menentukan tujuan dilaksanakannya penyuluhan
dalam mempersiapkan penyuluhan. Karena dari sinilah isi
pesan penyuluhan dikembangkan.
- Apa problem utama yang harus dibahas?
- Susunlah hal-hal yang akan disampaikan secara sistematis.
Utamakan hal-hal yang mendukung tujuan anda.
- Apa yang anda inginkan setelah sasaran mendengarkan
anda?
(Mereka mengerti, memahami dan melakukan apa yang
diinginkan oleh penyuluh).
Sasaran penyuluhan
Sasaran penyuluhan bisa siapa saja : penderita, keluarga,
masyarakat umum, petugas kesehatan, guru sekolah, murid, orang
tua murid, tokoh masyarakat atau orang yang diharapkan dapat
mengambil keputusan dan berpengaruh. Isi pesan penyuluhan
harus disesuaikan dengan sasaran penyuluhan. Jangan sampai
111
Modul UPK 2012
INTI PESAN
Ada beberapa inti pesan yang perlu disampaikan
Pada pasien
- Meyakinkan bahwa pasien bisa sembuh
- Memotivasi penderita untuk berobat teratur
- Memberi pesan untuk segera kembali bila mengalami keluhan
- Mengajarkan cara perawatan diri
Pada Keluarga
112
Modul UPK 2012
Pada Masyarakat
- Penyebab, sumber dan cara penularan kusta
- Tanda-tanda dini kusta
- Resiko bila terlambat diobati dapat menimbulkan kecacatan
- Tempat pengobatan yang tepat
- Kusta bisa disembuhkan dan obatnya gratis
113
Modul UPK 2012
- Berpenampilan berantakan
- Bersikap menjaga jarak
- Sombong, tinggi hati
- Kasar
- Angkuh
114
Modul UPK 2012
115
Modul UPK 2012
B. KONSELING.
Meskipun program kusta telah berhasil menyembuhkan ribuan pasien
kusta, namun beban psikis akibat kusta pada klien (pasien, keluarga, dan
masyarakat) masih sangat tinggi. Keadaan ini berdampak pada timbulnya
stigma dan diskriminasi di masyarakat.
Pengertian
Konseling adalah tindakan / upaya untuk membantu klien
menghadapi kenyataan dengan bimbingan dan penyuluhan untuk
menyelesaikan masalahnya melalui pelepasan masalah emosional
(katarsis) maupun hubungan interpersonal dengan pemahaman
terhadap fakta, harapan dan kebutuhan yang dihadapinya saat ini.
Lay Konselor
Lay konselor adalah konselor yang dilatih untuk melakukan
konseling dengan prasyarat tertentu yang berasal dari masyarakat
non profesional.
Lay konselor dapat berasal dari petugas kesehatan, misalnya:
dokter kusta propinsi/kabupaten, wasor kusta propinsi/kabupaten
dan juru kusta puskesmas; atau LSM, organisasi keagamaan, dan
orang yang pernah mengalami kusta, yang telah mengikuti
pelatihan. Lay konselor yang berasal dari kader, organisasi
keagamaan, atau LSM terutama dapat melakukan konseling pada
individu yang diduga menderita kusta atau yang mengalami situasi
khusus. Sedangkan yang berasal dari petugas kesehatan terutama
memberikan konseling pada pasien yang baru didiagnosis kusta.
116
Modul UPK 2012
Sasaran Konseling
Sasaran konseling adalah orang yang terdampak kusta,
yang membutuhkan bantuan untuk dicarikan pemecahan
masalah yang dihadapinya baik yang sedang menjalani
pengobatan (pasien), orang yang pernah mengalami kusta,
keluarga, maupun masyarakat.
Proses Konseling
Proses konseling dikatakan sudah berjalan baik, jika uraian di bawah ini
terlaksana:
Sudah terbinanya hubungan yang akrab dan setara antara konselor dan
klien
117
Modul UPK 2012
Greet = SALAM
a. Salam
Konselor dapat memberi salam sambil menjabat tangan, merangkul
atau menepuk pundak klien dan mengucapkan :
1
“Selamat pagi, apa kabar, selamat datang di Puskesmas, silahkan
duduk”.
b. Perkenalan
Konselor memperkenalkan diri sebaik mungkin dan buat klien
merasa nyaman.
2
“Perkenalkan nama saya Ani, saya adalah petugas puskesmas.”
118
Modul UPK 2012
Ask = TANYA
Tanyakan klien tentang alasan mereka untuk datang.
“Apa saja yang Bapak/Ibu ketahui mengenai penyakit dan masalah yang
sedang di hadapi? Coba ceritakan masalahnya.”
Tell = UNGKAPKAN
Untuk membuat keputusan yang baik, klien membutuhkan informasi yang
jelas, tepat, dan spesifik tentang berbagai pilihan yang mereka miliki.
Berikan pengetahuan tentang kusta yang jelas dan akurat untuk
membantu klien.
Help = BANTU
1
Beritahu klien bahwa mereka yang membuat pilihan untuk mereka
sendiri. Hindari membuat keputusan untuk klien.
119
Modul UPK 2012
Contoh :
“Apa yang Bapak/Ibu pikirkan untuk mencegah supaya kecacatan ini tidak
bertambah parah?”.
Explain = JELASKAN
Setelah klien membuat pilihan, maka:
1
Jelaskan kemungkinan dampak yang terjadi dan apa yang harus dilakukan
jika hal itu terjadi.
Contoh :
“Jika kamu sudah memutuskan untuk mau memeriksakan bercak kulitmu
ke petugas kesehatan, maka kamu bisa pergi ke Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan tersebut.”
120
Modul UPK 2012
Ajak klien untuk membuat rencana tindakan yang ingin dikerjakan sampai
sebelum pertemuan selanjutnya.
Beritahu klien untuk kembali kapan pun mereka inginkan, dengan atau
tanpa alasan medis/psikis.
Contoh:
“Saya melihat Bapak/Ibu sudah bisa lebih memahami diri sendiri dan bisa
membuat rencana yang baik.”
“Bila ada hal yang ingin dibicarakan setelah ini, Anda dapat menghubungi
saya di Puskesmas, pada jam kerja.”
Rujukan
Pada beberapa kondisi seorang lay konselor sebaiknya merujuk klien
kepada profesional seperti psikolog atau psikiater (dokter ahli jiwa) untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut, antara lain:
1
Kecemasan: takut, kecenderungan marah/menyerang (agitasi), berdebar-
debar, tangan gemetar.
121
Modul UPK 2012
122
Modul UPK 2012
LAMPIRAN 2
Tanggung Jawab:
Tugas:
123
Modul UPK 2012
KEPUSTAKAAN
14. Konseling.........
124
Modul UPK 2012
DAFTAR ISI
BAB I EPIDEMIOLOGI...............................................................................................1
Tujuan Pembelajaran.....................................................................................................1
Tujuan Instruksional Umum......................................................................................1
Tujuan Instruksional Khusus.....................................................................................1
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KUSTA........................................................................2
DISTRIBUSI PENYAKIT KUSTA...............................................................................2
Distribusi penyakit kusta menurut geografi..............................................................2
Distribusi menurut waktu..........................................................................................7
Distribusi menurut orang...........................................................................................8
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TERJADINYA SAKIT KUSTA.........9
Penyebab....................................................................................................................9
Sumber Penularan......................................................................................................9
Cara keluar dari Pejamu (Host).................................................................................9
Cara Penularan...........................................................................................................9
Cara masuk kedalam pejamu.....................................................................................9
Pejamu (Tuan rumah = Host)..................................................................................10
UPAYA PENGENDALIAN ATAU PEMUTUSAN MATA RANTAI PENULARAN
.....................................................................................................................................11
BAB II DIAGNOSIS & KLASIFIKASI.....................................................................13
Tujuan Pembelajaran...................................................................................................13
Tujuan Instruksional Umum....................................................................................13
Tujuan Instruksional Khusus...................................................................................13
DIAGNOSIS KUSTA.................................................................................................13
TANDA-TANDA MUNGKIN KUSTA (SUSPEK):...................................................14
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS KUSTA ( DIAGNOSIS BANDING KUSTA )........15
125
Modul UPK 2012
126
Modul UPK 2012
127
Modul UPK 2012
128
Modul UPK 2012
Pengertian..............................................................................................................112
Tujuan dan Sasaran Konseling..............................................................................112
Proses Konseling...................................................................................................113
Lampiran....................................................................................................................118
KEPUSTAKAAN......................................................................................................120
129