Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PRE-TAS (Pre-Transmission Assessment

Survey) LYMPHATIC FILARIASIS


DI KABUPATEN BENGKALIS,
PROVINSI RIAU

Subdit Filariasis dan Kecacingan, Ditjen P2PL, Kementerian Kesehatan RI


Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis
RTI INTERNATIONAL-ENVISION
2017

1
Tata Cara Pre-TAS Penyakit Lymphatic Filariasis dengan Metode

Survei Darah Jari di Kabupaten Bengkalis

I. Latar Belakang Survei

Lymphatic Filariasis (LF) disebabkan oleh cacing filaria yang sangat kecil dari jenis-
jenis; Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang ditularkan oleh
nyamuk. Masyarakat luas mengenal penyakit ini penyakit kaki gajah yang
diperkirakan menjangkiti setidaknya128 juta orang di seluruh dunia.

Negara kedua di dunia yang paling banyak dijangkiti penyakit ini (setelah India)
adalah Indonesia, kemudian diikuti oleh Nigeria. Pada tahun 1997, Majelis
Kesehatan Dunia (the World Health Assembly) menargetkan pemberantasan
penyakit kaki gajah dengan strategi pemberian obat pencegahan secara massal
(POMP). Strategi pengobatan massal ini merupakan rekomendasi terkini bagi
masyarakat yang memiliki prevalensi LF berupa mikrofilaraemia (di daerah cacing
Brugia) atau antigenaemia (di daerah cacing Bancrofti) lebih besar atau sama
dengan 1%. Status infeksi LF pada umumnya diukur dari ditemukannya mikrofilaria,
serta kepadatannya di dalam sampel darah.

Program eliminasi LF secara umum memiliki empat langkah:

Langkah pertama (pemetaan) dilakukan untuk menentukan apakah penularan aktif


LF masih berlangsung di satu kabupaten.

Langkah kedua (Pemberian obat pencegahan masal/POPM), termasuk tiga


pendekatan untuk memonitor pelaksanaan intervensi:

 Laporan cakupan pengobatan setelah dilakukan POPM untuk monitor


implementasi, melalui survei cakupan pengobatan yang berdasarkan ingatan
responden survei (respondent recall) dilakukan setidaknya setelah putaran
pertama POPM
 Asesmen desa sentinel dan spot-check yang dilakukan sebelum
pelaksanaan POPM putaran pertama, setelah POPM putaran ketiga
(opsional), dan setelah POPM putaran kelima, untuk menentukan efektifitas
POPM; dan

2
 Transmission Assessment Survey (TAS) setelah minimal POPM kelima
dengan cakupan efektif untuk menentukan tingkatan infeksi telah berhasil
diturunkan ke tingkat dimana penularan tidak lagi terjadi.

Langkah 3 (surveilans) dilakukan untuk monitor tingkatan infeksi selama 5 tahun


setelah penghentian POPM.

Langkah 4 (verifikasi) termasuk asesmen terhadap riwayat program secara rinci dan
bukti-bukti epidemiologi terhadap tidak adanya penularan.

Kabupaten Bengkalis telah selesai melakukan POPM selama 5 putaran dengan


cakupan minum obat yang cukup baik di 5 putaran POPM dan siap melakukan
Transmission Assessment Survey (TAS) atau survei untuk melihat apakah rantai
penularan filariasis telah terputus dengan telah dilaksanakannya POPM selama 5
tahun berturut-turut di satu kabupaten. Namun sebelum TAS dapat dilaksanakan,
harus dilakukan survei pemeriksaan mikrofilaria berbasis masyarakat di desa
sentinel dan spot check (survei LF SS/SC (Pre-TAS)).

CAKUPAN POPM KABUPATEN BENGKALIS


MDA Bengkalis 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Minum Obat 394574 381215 404269 440508 451748
Jumlah Penduduk Estimasi Pusdatin 534063 552801 536138 543987 551683
Jumlah Sasaran POPM 450194 428562 462336 485867 480868
Epi Coverage Bengkalis 2012 - 2016 73.88% 68.96% 75.40% 80.98% 81.89%
Program Coverage Bengkalis 2012 - 2016 87.65% 88.95% 87.44% 90.66% 93.94%

*Cakupan berdasarkan data populasi PUSDATIN 2016

Cacing filaria yang endemis di Kabupaten Bengkalis adalah jenis Brugia malayi, dan
TAS1 berbasis sekolah akan memakai pemeriksaan antibodi dengan Brugia Rapid
test, sesuai dengan standar yang diberikan dalam panduan WHO.

II. Tujuan Survei

Tujuan dari survei LF SS/SC (Pre-TAS) ini adalah untuk menentukan efektifitas
POPM di Kabupaten Bengkalis yang sudah melakukan 5 putaran pengobatan.

3
Di daerah-daerah tempat berkembang biaknya Brugia malayi, Brugia timori atau
yang dicurigai sebagai tempat berkembang biaknya kedua jenis parasit tersebut
(termasuk Wuchereria bancrofti), salah satu syarat kelayakan (eligibilitas) TAS
adalah hasil pemeriksaan mikrofilaraemia di semua desa sentinel atau spot check
<1% .

III. Metoda dan Besaran Sampel

Survei LF SS/SC (Pre-TAS) ini merupakan pemeriksaan cross-sectional yang


melibatkan pengumpulan data pada waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
menentukan dampak pengobatan dengan menggunakan mikrofilaraemia melalui
pemeriksaan darah jari.

Sampel yang dibutuhkan setidaknya 300 penduduk dari desa Sentinel dan
300 penduduk dari desa Spot-check di Kabupaten Bengkalis.

Catatan: agar tercapai besaran sampel yang diharapkan, jika memungkinkan pilih desa spot-check
yang memiliki penduduk minimal 500 orang.

a. Penetapan desa survei

Penetapan desa-desa survei dikoordinasikan oleh Subdit Filariasis dan Kecacingan


bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan Kabupaten Bengkalis yang
lebih mengetahui kondisi wilayahnya. Karakteristik bagi penetapan desa spot-check
adalah sebagai berikut:

4
 Desa yang rendah cakupan pengobatannya.
 Desa yang memiliki kasus kronis filaria terbanyak. Semakin muda
usia penderita kasus kronis filaria (berusia 45 tahun atau lebih muda)
menunjukan potensi adanya transmisi baru.
 Desa dengan kepadatan vektor penyebar utama penyakit LF yang
tinggi, misalnya; nyamuk Mansonia, ditunjang oleh situasi
lingkungan yang mendukung adanya tempat-tempat perindukan
nyamuk, seperti rawa-rawa, persawahan, hutan.
 Desa yang berbatasan dengan kabupaten endemik atau daerah yang
ditinggali pendatang dari kabupaten-kabupaten endemik
 Desa yang memiliki latar belakang sejarah penyakit kaki gajah dari
survei-survei yang dilakukan sebelumnya
 Desa teRTI-ENVISIONnggal secara sosio-ekonomi
Apabila sampel tidak mencukupi di satu desa yang sudah ditentukan, maka
pengambilan sampel boleh dilanjutkan ke desa tetangga, asal masih dalam satu
wilayah kecamatan yang sama. Penentuan desa tambahan tersebut harus
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada kepala pengawas tim pengumpul data
pre-TAS di lapangan.

Tabel 1. Lokasi Survei pre-TAS di Kabupaten Bengkalis

Alasan Rencana
Provinsi Kabupaten Tipe desa Desa Puskesmas Kecamatan Populasi Topografi
pemilihan Pre-TAS
Sungai
Sentinel Bengkalis Bengkalis 50,859 Pulau Mf rate 1.5%
Alam 4-10
Riau Bengkalis Spot- Septembe
Bantan Ada 1 orang
Selat Baru Bantan 21,948 Pulau r 2017
check Tengah kasus kronis

b. Pemilihan responden

Di setiap desa, pendekatan yang dipilih biasanya adalah pendekatan pos


pengambilan darah, di mana tim survei LF SS/SC (Pre-TAS) mengumpulkan sampel
di tempat yang sudah ditetapkan, seperti di balai desa, pendopo kelurahan, rumah
kepala desa atau fasilitas kesehatan setempat. Warga diminta untuk datang ke
tempat tersebut untuk diambil darahnya. Apabila jumlah warga yang datang tidak

5
memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menerapkan metoda ini, maka
anggota-anggota tim pre-TAS diminta untuk melakukan kunjungan rumah ke rumah
untuk mengambil darah jari sampai jumlah sampel terpenuhi.

Penduduk yang dipilih sebagai responden harus memenuhi persyaratan yaitu


penduduk tetap di desa sentinel/spot-check ada dalam rentang usia ≥5 – 50 tahun.

Catatan: 1. Apabila terdapat kasus klinis LF dalam suatu keluarga, sebaiknya


dapat meyakinkan orang-orang yang ada di dalam rumah penderita
tersebut dan orang-orang yang ada daerah sekitarnya untuk langsung
dimasukkan dalam sampel. Ini mungkin berarti tim survei LF SS/SC
(Pre-TAS) harus mengirim anggota tim ke rumah keluarga ybs untuk
mengambil sampel jika mereka tidak datang ke tempat berkumpul
yang ditentukan.

2. Sampel dipengaruhi oleh distribusi usia dan jenis kelamin sampel,


sehingga proporsi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin pria/
wanita harus diupayakan seseimbang mungkin.

c. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat


meningkatkan kesehatan mereka melalui peningkatan pengetahuan atau merubah
perilaku masyarakat. Menggerakkan masyarakat dan penyuluhan kesehatan
diperlukan agar masyarakat mau berpartisipasi aktif dalam survei darah jari Pre-
TAS.

Penyuluhan kesehatan dianjurkan untuk dilaksanakan sebelum beberapa hari


sebelum survei dimulai. Untuk menjamin masyarakat bisa menerima informasi yang
tepat, disarankan agar penyuluhan mengenai penyakit LF/kaki gajah, program
pengobatan dan tujuan dari survei tersebut ini diberikan oleh staf Dinas Kesehatan
Kabupaten. Penggunaan materi KIE, misalnya lembar balik, poster dan film
mengenai penyakit LF/kaki gajah, cukup efektif untuk dilakukan dalam tahapan ini.
Sebagai tambahan, kader bisa dilibatkan untuk memberikan informasi dan
mengadakan penyuluhan di tingkat keluarga untuk mengajak masyarakat mau
berpartisipasi dalam survei. Tindakan ini sangat membantu untuk mendapatkan

6
jumlah sampel yang diharapkan. Penyuluhan dan pemberian informasi oleh kader
sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum survei dilaksanakan.

IV. Uji Diagnostik

Sediaan Apus Darah Jari

Sediaan apus darah jari (atau dikenal sebagai SDJ) adalah sediaan apus darah tipis
yang digunakan untuk menemukan keberadaan mikrofilaria dalam darah, diwarnai
oleh pewarnaan Giemsa dan diperiksa menggunakan mikroskop.

Cara pembuatan sediaan apus darah jari adalah dengan mengambil 60 uL darah jari
untuk dijadikan sediaan tipis pada gelas obyek/slide, diwarnai, dan diperiksa dengan
mikroskop sesuai dengan prosedur standar. Sediaan apus darah jari akan bisa
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan mikrofilaria Brugia malayi dan Brugia
timori dan Wuchereria bancrofti. Pemeriksaan dilakukan pada pukul 22:00 malam -
02:00 dini hari untuk daerah-daerah dengan parasit ‘periodik nocturnal’ dan ‘sub
periodic nokturnal'. Lihat Lampiran 2 untuk informasi yang lebih spesifik tentang
cara pengumpulan, pewarnaan dan pemeriksaan.

Kelebihan dari metode Sediaan Apus Darah Jari untuk mendeteksi mikrofilaraemia
adalah ketersediaan bahan logistik dan tenaga terlatih di banyak kabupaten/kota
endemik LF. Metode pemeriksaan ini memastikan spesimen positif "dikonfirmasi
secara parasitologis". Sedangkan kelemahan metode ini adalah waktu pengambilan
sampel dan pembuatan sediaan harus dilakukan pada malam hari (karena
keberadaan mikrofilaria dalam darah tepi, waktu puncaknya adalah tengah malam,
yaitu antara pukul 10 malam sampai 2 pagi). Kelemahan lain metode adalah lebih
banyak waktu dan upaya yang dibutuhkan yang sejak saat persiapan, pembuatan
untuk menjamin kualitas sediaan, dan waktu pembacaan sediaan apus yang lebih
lama (beberapa minggu sampai didapatkan hasil pembacaan).

V. Organisasi Survei
a. Susunan Tim Pre-TAS

Tim pre-TAS terdiri atas:

7
1. Staf Nasional/Pusat (bisa berasal dari Subdit Filariasis dan Kecacingan, BTKL,
Lokalitbang atau Universitas) 2 orang yang akan berperan sebagai Kepala
Pengawas, dalam kegiatan preTAS kali ini yaitu BTKL Batam (1 orang per site).
2. Staf Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang terdiri atas 2 orang yang
berpengalaman/terlatih (1 orang per site).
3. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis sebagai Koordinator Lapangan (4
orang, 2 orang per site)
4. Tenaga Kesehatan Puskesmas sebagai Pengambil Darah (2 orang per site)
5. Kader desa dari kalangan masyarakat sebagai Petugas Pendaftaran dan
penggerak masyarakat (5 orang per site, disarankan terdiri dari: 1 kepala desa, 1
bidan/perawat desa, 3 orang penduduk sebagai kader)
(lihat Lampiran 5)

b. Tugas dan Tanggungjawab

Supervisor Pusat bertugas i) mengawasi jalannya survei pre-TAS, ii) memberikan


pelatihan di tempat (on-the-job training), iii) menjawab pertanyaan yang muncul di
lapangan dan memberi jawaban/penjelasan/jalan keluar, iv) melakukan proses
pewarnaan sediaan darah sesuai. Bertanggung jawab terhadap kendali mutu dari
sampel-sampel yang dikumpulkan sebelum meninggalkan desa survei dan setiap
pagi hari harus memimpin tim untuk memeriksa sampel-sampel yang dikumpulkan
pada malam sebelumnya, apakah sudah sesuai standar mutu yang telah ditetapkan.
Tanggungjawab pengawasan secara keseluruhan berada di bawah Supervisor
Pusat sebagai pimpinan dari Tim Pre-TAS.

Staf Dinas Kesehatan Propinsi bertugas untuk memberi informasi kepada


kabupaten/kota di dalam wilayah kerjanya mengenai tanggal pelaksanaan survei
dan harus memastikan bahwa desa-desa survei (1 desa sentinel dan 1 desa spot-
check) sudah dipilih dan disiapkan sebelum kedatangan tim pre-TAS. Staf Dinas
Kesehatan Provinsi yang dilibatkan dalam kegiatan pre-TAS, sebaiknya yang
memiliki pengalaman melakukan survei dan/atau keahlian di bidang laboratorium.
Selain itu, bertugas:

i) mengawasi jalannya survei pre-TAS, ii) memberikan pelatihan di tempat (on-the-


job training), iii) menjawab pertanyaan yang muncul di lapangan dan memberi

8
jawaban/penjelasan/jalan keluar, iv) mengawasi langsung proses pewarnaan
sediaan darah sesuai pedoman/SOP. Mereka bertanggung jawab terhadap kendali
mutu dari sampel-sampel yang dikumpulkan sebelum meninggalkan desa survei dan
setiap pagi hari harus memimpin tim untuk memeriksa sampel-sampel yang
dikumpulkan pada malam sebelumnya, apakah sudah sesuai standar mutu yang
telah ditetapkan. Tanggungjawab pengawasan secara keseluruhan berada di bawah
Kepala Pengawas sebagai pimpinan dari Tim Pre-TAS.

Staf Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sebagai Koordinator Lapangan staf Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Staf Dinas Kesehatan
Provinsi tentang kesiapan kabupaten/kota dan situasi lapangan sebelum survei
berlangsung, mengawasi pelaksanaan pre-TAS dan melakukan mobilisasi sosial.
Sebagai Koordinator Lapangan, harus melakukan koordinasi dengan staf
puskesmas dan kepala desa serta diharapkan bisa melaksanakan penyuluhan
kesehatan bagi penduduk sasaran yang terpilih. Sebelum tanggal pelaksanaan, staf
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus memberikan informasi kepada desa-desa
yang ditunjuk tentang akan diadakannya survei tersebut dan memastikan bahwa
puskesmas telah menyiapkan penduduk untuk berpartisipasi dalam survei. Staf
kabupaten/kota yang dilibatkan dalam kegiatan pre-TAS ini sebaiknya yang
berpengalaman melakukan survei dan/atau mempunyai keahlian laboratorium.

Staf Puskesmas, sebagai Pengambil Darah, bertugas untuk mengumpulkan darah


dan membuat sediaan apus darah jari di lapangan. Staf harus benar-benar mampu
melakukan pengambilan darah jari agar dapat menghasilkan sediaan apus yang
berkualitas. Staf puskesmas bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi dengan
kepala-kepala desa sehubungan dengan tujuan dari survei dan tanggal
pelaksanaannya. Hal yang penting di sini adalah memastikan tempat untuk
melakukan pengumpulan sampel darah dan memastikan mengundang anggota
masyarakat dengan usia yang sesuai persyaratan (lihat metoda survei).

Kader membantu di lapangan sebagai Petugas Pendaftaran dan mengelola


pendaftaran penduduk yang menjadi responden. Mereka harus memobilisasi
anggota masyarakat terlebih dahulu. Pesan-pesan utama yang harus diberikan oleh
kader kepada masyarakat adalah waktu pelaksanaan (tanggal, hari dan jam) dan
perlunya kedatangan mereka pada jam pelaksanaan survei yang telah ditentukan.
Jika dibutuhkan, kader mendampingi tim pre-TAS untuk melakukan pengambilan

9
sampel dari rumah ke rumah, walau pun sangat disarankan untuk melakukan
mengumpulan responden di pos pengambilan darah. Kader bisa terdiri dari Kepala
Desa, bidan/perawat desa, maupun penduduk desa setempat yang cukup dikenal
oleh masyarakat setempat.

c. Timeline kegiatan

Dua minggu sebelum survei

• Staf puskesmas dan kader menginformasikan kepada penduduk desa kegiatan-


kegiatan pre-TAS dan mulai memberikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit LF/Kaki Gajah.

Sehari sebelum atau pada hari survei

• Tim pre-TAS (Tim Nasional/Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan


Kabupaten Bengkalis) tiba di desa survei dengan semua perlengkapan alat dan
bahan yang diperlukan.

• Tim Nasional meminta kembali kepastian mengenai desa-desa yang terpilih


untuk survei pre-TAS kepada staf Dinkes Kabupaten Bengkalis.
• Kepala pengawas Nasional melakukan on-the-job training bagi seluruh anggota
survei Pre-TAS, dilakukan di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Riau atau di
tempat yang ditentukan kemudian.

Hari/malam Survei (jika dipakai pendekatan pos pengambilan darah)

• Petugas Pendaftaran mendaftar para warga desa/responden yang akan


diperiksa dan mencatat informasi pribadi yang diperlukan dalam formulir survei
(lihat Lampiran 3).

• Pendaftar mencatat informasi setiap responden sesuai dengan yang tertera di


formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS.
• Responden duduk di depan petugas pengambil darah.

• Pengambilan darah jari untuk sediaan apus darah jari:

10
- Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil atau
spidol. Jangan ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!

Kode unik terdiri atas tiga karakter untuk singkatan Kabupaten Bengkalis,
dua karakter untuk singkatan nama desa survei dan tiga angka untuk
nomor urut sampel. Contoh: BKS/SA/001 (desa sentinel) dan
BKS/BT/001 (desa spot-check). Catatan: Pentingnya sebuah kode unik
sampel adalah untuk menghindari terjadinya duplikasi nomer sampel
antara 2 orang yang berbeda atau berasal darii lokasi survei yang
berbeda, karena seharusnya tidak boleh ada dua sampel dengan nomor
yang sama. Implikasinya adalah jika salah satu nomor hasil
pembacaannya adalah positif, akan terjadi kerancuan terhadap individu
yang mana yang berhak atas hasil tersebut, yang berakibat terjadinya
kesalahan diagnosis dan pengobatan.

- Petugas pengambil darah mengambil 60 L darah dengan menggunakan


tabung kapiler non-heparin yang telah dikalibrasi (Lampiran 2).
- Darah kemudian diteteskan di tiga titik pada permukaan slide yang bersih,
setiap tetes sebanyak 20 L. Jangan teteskan darah dalam satu baris
yang sama, tetapi tempatkan pada titik yang berseling. Tarik setiap tetes
darah membentuk garis lurus memanjang, sehingga terbentuk 3 garis
lurus panjang yang paralel (Lihat lampiran 5 gambar A 1.2). Proses ini
harus diawasi oleh Kepala Pengawas.
- Preparat darah harus diangin-anginkan sampai kering di folder/map slide
sebelum menyimpannya di kotak slide pada saat survei selesai malam itu
oleh petugas pembuat sediaan darah. Kepala pengawas bertanggung
jawab memastikan bahwa semua slide telah dalam keadaan kering dan
lengkap sesuai dengan jumlah responden pada malam itu. Catatan:
sediaan harus benar-benar kering agar tidak berjamur!!

Sehari setelah survei

 Kepala Pengawas/Dinkes Provinsi memasukkan informasi dari formulir survei ke


dalam database dalam format Excel.

11
 Kepala Pengawas memimpin rapat bersama dengan anggota-anggota tim untuk
melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang diperoleh malam sebelumnya,
memperbaiki permasalahan yang ada, dan merencanakan kegiatan-kegiatan
malam berikutnya. Jika timbul permasalahan, Kepala Pengawas dapat
menghubungi atau menelpon ke Subdit Filariasis dan Kecacingan di nomor
telepon: 021-426 4533 atau e-mail ke filschisto@yahoo.com) (Helena Ully
Artha/Cahya Ningrum); atau ke RTI-ENVISION di nomor telepon: 021
39830621 (Wita Larasati) atau e-mail ke rlarasati@rti.org
 Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, sesuai arahan Subdit Filariasis dan
Kecacingan, memberikan pengobatan kepada orang-orang dengan hasil mf
positif beserta seluruh angggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan dosis yang disarankan.

Dua hari setelah survei

• Kepala Pengawas mengawasi/atau melakukan sendiri proses pewarnaan slide-


slide sesuai dengan tata cara di Lampiran 2.

• Staf Dinas Kesehatan Provinsi harus memastikan kelengkapan sediaan slides


sudah sesuai dengan daftar nama responden pada formulir pencatatan dan
pelaporan.

Satu bulan setelah survei: Pembacaan sediaan, pelaporan, dan langkah tindak
lanjut

 Sediaan apus darah akan dibaca oleh instansi yang ditunjuk oleh Subdit
Filariasis dan Kecacingan, Kementerian Kesehatan RI. Petugas pembaca harus
mengisi hasil pembacaan pada formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS yang
sudah diisi data dengan lengkap pada saat pelaksanaan pre-TAS (lihat formulir
pada Lampiran 4).
 Jika ada yang hasil positif, ditambah 10% yang negatif, akan dikirimkan ke Subdit
untuk diteruskan ke Departemen Parasitologi FKUI untuk pembacaan cross-
check.
 Subdit Filariasis dan Kecacingan akan menginformasikan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Riau dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis setiap hasil

12
mikrofilaria yang positif melalui surat resmi yang ditandatangani oleh Direktur
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis, Dirjen P2PL. Dinas
Kesehatan Kabupaten Bengkalis akan meneruskan informasi ini kepada pasien
secara rahasia dan langsung mengobati mereka. Untuk subjek dengan hasil
positif dilakukan pengobatan individual yang disarankan yakni DEC (6 mg/kg)
selama 12 hari. Pengobatan untuk anggota keluarga mereka dan tetangga
mereka dengan memberikan albendazole (400 mg) dan DEC (6 mg per-kg berat
badan) dalam waktu satu minggu setelah hasil diterima (tatacara pelaksanaan
pengobatan dan dosisnya harus sesuai petunjuk Subdit Filariasis dan
Kecacingan).
VI. Pelatihan di tempat (On the job training)

Adalah penting bahwa semua anggota tim mendapatkan on-the-job training sebelum
pelaksanaan survei di lapangan. Kepala Pengawas Nasional tidak boleh melewatkan
bagian ini dan harus mengalokasikan waktu untuk itu. Pelatihan ini harus mencakup:

• Penjelasan tentang prosedur survei (memahami secara menyeluruh protokol


pre-TAS) kepada anggota tim pre-TAS dari Dinkes Provinsi Riau dan Dinkes
Kabupaten Bengkalis.

• Sesi demonstrasi untuk melatih cara pengambilan darah dan membuat slide
yang baik dan benar. PENTING DIPERHATIKAN: Kepala pengawas wajib
memastikan bahwa petugas pengambil darah adalah seseorang yang sudah
mahir dan biasa melakukan tugas tersebut sehari-harinya. Sehingga sangat
dianjurkan melibatkan tenaga laboratorium/analis atau perawat di Puskesmas.
Tim Nasional dapat mendatangi Puskesmas terkait untuk melakukan pelatihan
pengambilan darah di Puskesmas terkait.

• Bagaimana melakukan pembuatan apus darah sesuai prosedur, sampai pada


melakukan pewarnaan dengan teknik sesuai SOP.

• Cara mengisi formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS.

• Pemecahan untuk masalah-masalah umum yang mungkin ditemui tim selama


kerja lapangan, seperti jika perolehan sampel yang berkurang jumlahnya pada
hari pertama, masyarakat menolak untuk berparstisipasi, dll.

Catatan: Dianjurkan dilakukan role-play atau scenario tim di lapangan dan saling
berlatih mengambil darah dan membuat sediaan antar sesama anggota tim.
13
Lampiran 1. Cara mengukur prevalensi dan kepadatan mikrofilaria

Prevalensi mikrofilaria (mf %) dihitung berdasarkan jumlah slide darah yang


ditemukan positif mengandung mikrofilaria, contoh: Kepadatan mikrofilaria (mfd)
adalah jumlah rata-rata mikrofilaria dalam slide-slide yang ditemukan positif
mikrofilaria per ml darah (dengan anggapan ada 60 µl darah per slide) dihitung
sebagai berikut:

Jumlah orang yang slide-slidenya positif mengandung mikrofilaria X 100


Jumlah orang yang diperiksa keberadaan mikrofilaria di darahnya

Jumlah mikrofilaria yang dihitung pada slide-slide yang positif X 16.7


Jumlah slide-slide yang positif

Contoh: Anda harus menghitung satu persatu kepadatan mikrofilaria di 10 sampel.


Semua sampel darah yang terkumpul berupa sampel darah 60 μl. Tabel A.1.1).

Tabel A.1.1 Contoh yang menunjukkan penghitungan di 10 slide darah

Nomor urut orang yang dites Jumlah mikrofilaria

1 120

2 0

3 0

4 0

5 60

6 0

7 0

8 0

9 0

10 0

Jumlah mikrofilaria 180

14
Untuk latihan ini ambilah populasi 10 orang, bukannya 500 orang seperti pada
kenyataan di lapangan. Hanya 2 slide yang positif yang mengandung sejumlah 180
mikrofilaria.

Kalau kita terapkan formulanya, maka akan diperoleh:

180 × 16.7/2 = 1503 mf, kita mendapatkan bahwa di desa tersebut rata-rata
kepadatannya adalah 150 mikrofilaria/ml.

15
Lampiran 2. Penyiapan slide untuk pembuatan sediaan apus darah untuk
pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi dan prosedur pewarnaan sediaan

Petugas pengambil darah harus melakukan hal-hal berikut ini:

1. Melakukan kalibrasi tabung kapiler non-heparin. Cara kalibrasi adalah dengan


mengukur sepanjang 5.6 cm dari ujung yang tidak berwarna biru ke arah
ujung yang berwarna biru dan memberi tanda garis dengan spidol anti air.
2. Mengenakan sarung tangan sebelum memulai proses. Peganglah slide
hanya pada pinggirnya. Jangan sekali-sekali menyentuh permukaan slide.
3. Jika slide terlihat kotor atau berminyak, bersihkan slide dengan kapas
beralkohol untuk menghilangkan lapisan/ kotoran minyak. Tetapi jika sudah
terlihat bersih, slide langsung dapat dipergunakan.
4. Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil. Jangan
ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!
5. Dengan telapak tangan kiri pasien mengarah ke atas, pilih jari ketiga atau
keempat. (Ibu jari tidak boleh digunakan baik pada orang dewasa maupun
anak-anak). Gunakan kapas alkohol untuk membersihkan jari tersebut
dengan menggosok kuat-kuat untuk menghilangkan kotoran dan minyak dari
tapak jari. Keringkan jari tersebut dengan sepotong kapas atau tissue yang
bersih.
6. Dengan menggunakan lancet steril (1 lancet hanya bisa untuk menusuk jari
satu orang), tusuklah sisi bagian dalam jari (Gambar A.1.1) dengan menekan
lancet sampai per terasa sudah melepaskan jarum. Buang lancet ke dalam
wadah sampah yang diperuntukkan bagi benda tajam.

Gambar A 1.1 Mengambil darah dan membuat sediaan apus darah

16
7. Tekan jari tersebut dengan lembut dan kumpulkan 60 μl darah ke dalam
tabung kapiler non heparin yang telah dikalibrasi. Posisikan tabung kapiler
secara horizontal (rata) saat Anda mengumpulkan darah.

• Jagalah agar gelembung udara tidak masuk ke dalam tabung kapiler.


Apabila ada gelembung udara yang masuk, maka untuk mengimbanginya
isilah darah sampai sedikit melebihi garis batas.

• Bersihkan darah yang tersisa dengan kapas. Kemudian, minta pasien


untuk memegang kapas kuat-kuat pada jari tersebut sampai aliran darah
berhenti.
8. Selalu pegang slide pada bagian tepinya, atau pada sudutnya, saat membuat
sediaan darah sebagai berikut:

Dengan menggunakan tabung kapiler teteskan di tiga titik untuk


membentuk tiga jalur paralel darah (masing-masing 20 μl per titik)
sepanjang slide. Dengan tutup jarum penusuk buat tiga jalur paralel
seperti gambar di bawah ini.

Gambar A. 1.2 Jalur paralel pada sediaan apus darah

Spesimen darah jari berbentuk 3 garis paralel dengan ukuran setiap garis lebar xpanjang=0.5 x 4 cm (@ 20 uL)

9. Biarkan apus darah pada slide mengering dengan menempatkan slide


tersebut dalam posisi horizontal di tempat yang aman, misalnya di atur di
dalam folder/map slide, sampai pengumpulan darah pada malam itu selesai.
Kemudian dengan hati-hati aturlah semua slide ke dalam kotak slide pada
saat survei berakhir malam itu.

Pewarnaan sediaan apus

Kepala Pengawas harus melakukan mengawasi/atau melakukan sendiri proses


pewarnaan melalui langkah-langkah berikut ini:

17
1. Pewarnaan dilakukan setelah apusan darah mengering sempurna dengan
bantuan udara selama 24 jam (jika Anda mengambil sampel pada malam
pertama, Anda mewarnainya pada waktu pagi di hari ketiga). Secara hati-hati
susunlah slide di dalam rak pewarnaan. Catatan: jika tim pre-TAS perlu
melakukan perjalanan sebelum 24 jam berlalu, maka susun slide dalam
kotaknya dan slide-slide tersebut tetap harus diwarnai setelah 24 jam.
2. Lakukan dehemoglobinasi sediaan darah tersebut menggunakan air distilasi
(dapat juga memakai air kemasan botol merek Aqua atau Ades yang memiliki
rata-rata pH 7.2). Rendam sediaan darah/slide di dalam air (Aqua atau Ades)
sampai air berwarna merah dan jalur darah pada slides menjadi berwarna
putih susu. Kemudian buanglah air dengan hati-hati. Kemudian susun slide
dalam rak pewarnaan dan biarkan mengering di udara (biasanya berlangsung
sekitar 10 menit).
3. Setelah slide mengering, celupkan dalam metanol selama 1 detik.
4. Selanjutnya lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 5% (50 mL Giemsa
stock + 950 mL Aquades) selama 20 menit. Caranya bisa dengan
meneteskan larutan Giemsa ke permukaan slide hingga merata atau dengan
cara merendam slide dalam larutan Giemsa yang dituang ke dalam baki.
Kebutuhan larutan Giemsa untuk sekitar 300 slide adalah sebanyak 300 ml.
Jika inti sel darah putih terwarnai dengan benar, mikrofilaria juga harusnya
terwarnai secara memadai. pH larutan pewarnaan tidak kritis, warna
keseluruhan sediaan darah dapat berkisar antara merah muda sampai ungu
kebiruan.

Catatan: Larutan Giemsa harus baru yang disiapkan segera sebelum


melakukan prosedur pewarnaan.

5. Terakhir bersihkan warna dengan mencelupkannya ke dalam sebaskom air 1x


dan keringkan dengan bantuan udara sampai slide kering sempurna
(pengeringan dapat dilakukan dengan meletakkan slide miring 45 derajat agar
air turun). Setelah slide benar-benar kering, atur slide-slide tersebut di kotak
slide dan siap untuk dibawa ke Jakarta. Pastikan bahwa pengepakan box
slide dilakukan dengan baik sehingga aman untuk proses transport ke
laboratorium.

18
Pembaca slide harus melakukan proses pembacaan melalui langkah-langkah berikut
ini:

1. Memeriksa preparat tersebut dengan menggunakan mikroskop. Pertama


gunakan objektif 10 x 10 untuk menemukan mikrofilaria.
2. Jumlah mikrofilaria yang terlihat diseluruh lapangan pandang dihitung dengan
cara menggeser spesimen. Mulai dari tepi kiri, geser ke kanan sampai tepi
preparat. Kemudian teruskan ke bidang pandang berikutnya dan geser dalam
arah yang berlawanan ke tepi lagi. Dan seterusnya, sampai seluruh sediaan
darah tuntas diperiksa.

Gambar A.1.3 Membaca slide untuk menemukan mikrofilaremia

3. Catat di pinggir slide tentang kepadatan dan spesies dari mikrofilaria yang
diidentifikasi dalam pemeriksaan. Pemeriksa harus membaca 80-100 slide per
hari.
4. Catat pada formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS kepadatan dan
spesies dari mikrofilaria yang ditemukan dari setiap responden.

19
Lampiran 3. Formulir Pencatatan dan Pelaporan Pre-TAS

*) Desa sentinel adalah desa dengan mf tertinggi saat survei baseline/pemetaan dan desa spot-check
adalah desa dengan angka cakupan POPM rendah; Prevalensi kasus klinis; Prevalensi vektor tinggi;
lokasi berbatasan dengan kabupaten endemis; Ada riwayat LF dari survei sebelumnya; Area dengan
status sosio ekonomi rendah.

20
Lampiran 4. Formulir Laporan Pengecekan Silang/cross-check
Formulir laporan pengecekan silang oleh laboratorium acuan

Nama laboratorium _____________________


acuan
Jumlah darah yang
diterima
Nama Desa _____________ Tanggal _______
survei
Nama _____________ Tanggal _______
Puskesmas Penerimaan
Nama _____________ Tanggal _______
Kecamatan pemeriksaan
silang
Nama _____________
Kabupaten/
kota
Nama _____________
Provinsi

Kualitas Hasil Catatan


Nom Kode Sem War Sebagaimana diperiksa Pengecekan silang Kualitas
or Unik ir na oleh lab UI organisasi lain slide
Slide Slide Neg Bm Wb Bt Neg Bm Wb Bt

(TANDA TANGAN LABORATORIUM (TANDA TANGAN PENGECEK


ACUAN UTAMA) ULANG DENGAN TANGGAL)

21
Lampiran 5. Organisasi Tim Pre-TAS

Tim Pre-TAS Kab Kabupaten


Bengkalis

Desa Sungai Alam di Kecamatan Desa Bantan Tengah di Kecamatan


Bengkalis (Sentinel) Bantan (Spot-check)

1 orang tim BTKL Batam 1 orang tim BTKL Batam


1 orang tim pre-TAS Dinkes Prov Riau 1 orang tim pre-TAS Dinkes Prov Riau
2 orang Dinkes Kab Kabupaten Bengkalis 2 orang Dinkes Kab Kabupaten Bengkalis
2 orang Petugas Puskesmas 2 orang Petugas Puskesmas
5 orang Kader masyarakat (Termasuk Kades) 5 orang Kader masyarakat (Termasuk Kades)

22

Anda mungkin juga menyukai