1
Tata Cara Pre-TAS Penyakit Lymphatic Filariasis dengan Metode
Lymphatic Filariasis (LF) disebabkan oleh cacing filaria yang sangat kecil dari jenis-
jenis; Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang ditularkan oleh
nyamuk. Masyarakat luas mengenal penyakit ini penyakit kaki gajah yang
diperkirakan menjangkiti setidaknya128 juta orang di seluruh dunia.
Negara kedua di dunia yang paling banyak dijangkiti penyakit ini (setelah India)
adalah Indonesia, kemudian diikuti oleh Nigeria. Pada tahun 1997, Majelis
Kesehatan Dunia (the World Health Assembly) menargetkan pemberantasan
penyakit kaki gajah dengan strategi pemberian obat pencegahan secara massal
(POMP). Strategi pengobatan massal ini merupakan rekomendasi terkini bagi
masyarakat yang memiliki prevalensi LF berupa mikrofilaraemia (di daerah cacing
Brugia) atau antigenaemia (di daerah cacing Bancrofti) lebih besar atau sama
dengan 1%. Status infeksi LF pada umumnya diukur dari ditemukannya mikrofilaria,
serta kepadatannya di dalam sampel darah.
2
Transmission Assessment Survey (TAS) setelah minimal POPM kelima
dengan cakupan efektif untuk menentukan tingkatan infeksi telah berhasil
diturunkan ke tingkat dimana penularan tidak lagi terjadi.
Langkah 4 (verifikasi) termasuk asesmen terhadap riwayat program secara rinci dan
bukti-bukti epidemiologi terhadap tidak adanya penularan.
Cacing filaria yang endemis di Kabupaten Bengkalis adalah jenis Brugia malayi, dan
TAS1 berbasis sekolah akan memakai pemeriksaan antibodi dengan Brugia Rapid
test, sesuai dengan standar yang diberikan dalam panduan WHO.
Tujuan dari survei LF SS/SC (Pre-TAS) ini adalah untuk menentukan efektifitas
POPM di Kabupaten Bengkalis yang sudah melakukan 5 putaran pengobatan.
3
Di daerah-daerah tempat berkembang biaknya Brugia malayi, Brugia timori atau
yang dicurigai sebagai tempat berkembang biaknya kedua jenis parasit tersebut
(termasuk Wuchereria bancrofti), salah satu syarat kelayakan (eligibilitas) TAS
adalah hasil pemeriksaan mikrofilaraemia di semua desa sentinel atau spot check
<1% .
Sampel yang dibutuhkan setidaknya 300 penduduk dari desa Sentinel dan
300 penduduk dari desa Spot-check di Kabupaten Bengkalis.
Catatan: agar tercapai besaran sampel yang diharapkan, jika memungkinkan pilih desa spot-check
yang memiliki penduduk minimal 500 orang.
4
Desa yang rendah cakupan pengobatannya.
Desa yang memiliki kasus kronis filaria terbanyak. Semakin muda
usia penderita kasus kronis filaria (berusia 45 tahun atau lebih muda)
menunjukan potensi adanya transmisi baru.
Desa dengan kepadatan vektor penyebar utama penyakit LF yang
tinggi, misalnya; nyamuk Mansonia, ditunjang oleh situasi
lingkungan yang mendukung adanya tempat-tempat perindukan
nyamuk, seperti rawa-rawa, persawahan, hutan.
Desa yang berbatasan dengan kabupaten endemik atau daerah yang
ditinggali pendatang dari kabupaten-kabupaten endemik
Desa yang memiliki latar belakang sejarah penyakit kaki gajah dari
survei-survei yang dilakukan sebelumnya
Desa teRTI-ENVISIONnggal secara sosio-ekonomi
Apabila sampel tidak mencukupi di satu desa yang sudah ditentukan, maka
pengambilan sampel boleh dilanjutkan ke desa tetangga, asal masih dalam satu
wilayah kecamatan yang sama. Penentuan desa tambahan tersebut harus
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada kepala pengawas tim pengumpul data
pre-TAS di lapangan.
Alasan Rencana
Provinsi Kabupaten Tipe desa Desa Puskesmas Kecamatan Populasi Topografi
pemilihan Pre-TAS
Sungai
Sentinel Bengkalis Bengkalis 50,859 Pulau Mf rate 1.5%
Alam 4-10
Riau Bengkalis Spot- Septembe
Bantan Ada 1 orang
Selat Baru Bantan 21,948 Pulau r 2017
check Tengah kasus kronis
b. Pemilihan responden
5
memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menerapkan metoda ini, maka
anggota-anggota tim pre-TAS diminta untuk melakukan kunjungan rumah ke rumah
untuk mengambil darah jari sampai jumlah sampel terpenuhi.
c. Penyuluhan Kesehatan
6
jumlah sampel yang diharapkan. Penyuluhan dan pemberian informasi oleh kader
sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum survei dilaksanakan.
Sediaan apus darah jari (atau dikenal sebagai SDJ) adalah sediaan apus darah tipis
yang digunakan untuk menemukan keberadaan mikrofilaria dalam darah, diwarnai
oleh pewarnaan Giemsa dan diperiksa menggunakan mikroskop.
Cara pembuatan sediaan apus darah jari adalah dengan mengambil 60 uL darah jari
untuk dijadikan sediaan tipis pada gelas obyek/slide, diwarnai, dan diperiksa dengan
mikroskop sesuai dengan prosedur standar. Sediaan apus darah jari akan bisa
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan mikrofilaria Brugia malayi dan Brugia
timori dan Wuchereria bancrofti. Pemeriksaan dilakukan pada pukul 22:00 malam -
02:00 dini hari untuk daerah-daerah dengan parasit ‘periodik nocturnal’ dan ‘sub
periodic nokturnal'. Lihat Lampiran 2 untuk informasi yang lebih spesifik tentang
cara pengumpulan, pewarnaan dan pemeriksaan.
Kelebihan dari metode Sediaan Apus Darah Jari untuk mendeteksi mikrofilaraemia
adalah ketersediaan bahan logistik dan tenaga terlatih di banyak kabupaten/kota
endemik LF. Metode pemeriksaan ini memastikan spesimen positif "dikonfirmasi
secara parasitologis". Sedangkan kelemahan metode ini adalah waktu pengambilan
sampel dan pembuatan sediaan harus dilakukan pada malam hari (karena
keberadaan mikrofilaria dalam darah tepi, waktu puncaknya adalah tengah malam,
yaitu antara pukul 10 malam sampai 2 pagi). Kelemahan lain metode adalah lebih
banyak waktu dan upaya yang dibutuhkan yang sejak saat persiapan, pembuatan
untuk menjamin kualitas sediaan, dan waktu pembacaan sediaan apus yang lebih
lama (beberapa minggu sampai didapatkan hasil pembacaan).
V. Organisasi Survei
a. Susunan Tim Pre-TAS
7
1. Staf Nasional/Pusat (bisa berasal dari Subdit Filariasis dan Kecacingan, BTKL,
Lokalitbang atau Universitas) 2 orang yang akan berperan sebagai Kepala
Pengawas, dalam kegiatan preTAS kali ini yaitu BTKL Batam (1 orang per site).
2. Staf Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang terdiri atas 2 orang yang
berpengalaman/terlatih (1 orang per site).
3. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis sebagai Koordinator Lapangan (4
orang, 2 orang per site)
4. Tenaga Kesehatan Puskesmas sebagai Pengambil Darah (2 orang per site)
5. Kader desa dari kalangan masyarakat sebagai Petugas Pendaftaran dan
penggerak masyarakat (5 orang per site, disarankan terdiri dari: 1 kepala desa, 1
bidan/perawat desa, 3 orang penduduk sebagai kader)
(lihat Lampiran 5)
8
jawaban/penjelasan/jalan keluar, iv) mengawasi langsung proses pewarnaan
sediaan darah sesuai pedoman/SOP. Mereka bertanggung jawab terhadap kendali
mutu dari sampel-sampel yang dikumpulkan sebelum meninggalkan desa survei dan
setiap pagi hari harus memimpin tim untuk memeriksa sampel-sampel yang
dikumpulkan pada malam sebelumnya, apakah sudah sesuai standar mutu yang
telah ditetapkan. Tanggungjawab pengawasan secara keseluruhan berada di bawah
Kepala Pengawas sebagai pimpinan dari Tim Pre-TAS.
9
sampel dari rumah ke rumah, walau pun sangat disarankan untuk melakukan
mengumpulan responden di pos pengambilan darah. Kader bisa terdiri dari Kepala
Desa, bidan/perawat desa, maupun penduduk desa setempat yang cukup dikenal
oleh masyarakat setempat.
c. Timeline kegiatan
10
- Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil atau
spidol. Jangan ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!
Kode unik terdiri atas tiga karakter untuk singkatan Kabupaten Bengkalis,
dua karakter untuk singkatan nama desa survei dan tiga angka untuk
nomor urut sampel. Contoh: BKS/SA/001 (desa sentinel) dan
BKS/BT/001 (desa spot-check). Catatan: Pentingnya sebuah kode unik
sampel adalah untuk menghindari terjadinya duplikasi nomer sampel
antara 2 orang yang berbeda atau berasal darii lokasi survei yang
berbeda, karena seharusnya tidak boleh ada dua sampel dengan nomor
yang sama. Implikasinya adalah jika salah satu nomor hasil
pembacaannya adalah positif, akan terjadi kerancuan terhadap individu
yang mana yang berhak atas hasil tersebut, yang berakibat terjadinya
kesalahan diagnosis dan pengobatan.
11
Kepala Pengawas memimpin rapat bersama dengan anggota-anggota tim untuk
melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang diperoleh malam sebelumnya,
memperbaiki permasalahan yang ada, dan merencanakan kegiatan-kegiatan
malam berikutnya. Jika timbul permasalahan, Kepala Pengawas dapat
menghubungi atau menelpon ke Subdit Filariasis dan Kecacingan di nomor
telepon: 021-426 4533 atau e-mail ke filschisto@yahoo.com) (Helena Ully
Artha/Cahya Ningrum); atau ke RTI-ENVISION di nomor telepon: 021
39830621 (Wita Larasati) atau e-mail ke rlarasati@rti.org
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, sesuai arahan Subdit Filariasis dan
Kecacingan, memberikan pengobatan kepada orang-orang dengan hasil mf
positif beserta seluruh angggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan dosis yang disarankan.
Satu bulan setelah survei: Pembacaan sediaan, pelaporan, dan langkah tindak
lanjut
Sediaan apus darah akan dibaca oleh instansi yang ditunjuk oleh Subdit
Filariasis dan Kecacingan, Kementerian Kesehatan RI. Petugas pembaca harus
mengisi hasil pembacaan pada formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS yang
sudah diisi data dengan lengkap pada saat pelaksanaan pre-TAS (lihat formulir
pada Lampiran 4).
Jika ada yang hasil positif, ditambah 10% yang negatif, akan dikirimkan ke Subdit
untuk diteruskan ke Departemen Parasitologi FKUI untuk pembacaan cross-
check.
Subdit Filariasis dan Kecacingan akan menginformasikan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Riau dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis setiap hasil
12
mikrofilaria yang positif melalui surat resmi yang ditandatangani oleh Direktur
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis, Dirjen P2PL. Dinas
Kesehatan Kabupaten Bengkalis akan meneruskan informasi ini kepada pasien
secara rahasia dan langsung mengobati mereka. Untuk subjek dengan hasil
positif dilakukan pengobatan individual yang disarankan yakni DEC (6 mg/kg)
selama 12 hari. Pengobatan untuk anggota keluarga mereka dan tetangga
mereka dengan memberikan albendazole (400 mg) dan DEC (6 mg per-kg berat
badan) dalam waktu satu minggu setelah hasil diterima (tatacara pelaksanaan
pengobatan dan dosisnya harus sesuai petunjuk Subdit Filariasis dan
Kecacingan).
VI. Pelatihan di tempat (On the job training)
Adalah penting bahwa semua anggota tim mendapatkan on-the-job training sebelum
pelaksanaan survei di lapangan. Kepala Pengawas Nasional tidak boleh melewatkan
bagian ini dan harus mengalokasikan waktu untuk itu. Pelatihan ini harus mencakup:
• Sesi demonstrasi untuk melatih cara pengambilan darah dan membuat slide
yang baik dan benar. PENTING DIPERHATIKAN: Kepala pengawas wajib
memastikan bahwa petugas pengambil darah adalah seseorang yang sudah
mahir dan biasa melakukan tugas tersebut sehari-harinya. Sehingga sangat
dianjurkan melibatkan tenaga laboratorium/analis atau perawat di Puskesmas.
Tim Nasional dapat mendatangi Puskesmas terkait untuk melakukan pelatihan
pengambilan darah di Puskesmas terkait.
Catatan: Dianjurkan dilakukan role-play atau scenario tim di lapangan dan saling
berlatih mengambil darah dan membuat sediaan antar sesama anggota tim.
13
Lampiran 1. Cara mengukur prevalensi dan kepadatan mikrofilaria
1 120
2 0
3 0
4 0
5 60
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
14
Untuk latihan ini ambilah populasi 10 orang, bukannya 500 orang seperti pada
kenyataan di lapangan. Hanya 2 slide yang positif yang mengandung sejumlah 180
mikrofilaria.
180 × 16.7/2 = 1503 mf, kita mendapatkan bahwa di desa tersebut rata-rata
kepadatannya adalah 150 mikrofilaria/ml.
15
Lampiran 2. Penyiapan slide untuk pembuatan sediaan apus darah untuk
pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi dan prosedur pewarnaan sediaan
16
7. Tekan jari tersebut dengan lembut dan kumpulkan 60 μl darah ke dalam
tabung kapiler non heparin yang telah dikalibrasi. Posisikan tabung kapiler
secara horizontal (rata) saat Anda mengumpulkan darah.
Spesimen darah jari berbentuk 3 garis paralel dengan ukuran setiap garis lebar xpanjang=0.5 x 4 cm (@ 20 uL)
17
1. Pewarnaan dilakukan setelah apusan darah mengering sempurna dengan
bantuan udara selama 24 jam (jika Anda mengambil sampel pada malam
pertama, Anda mewarnainya pada waktu pagi di hari ketiga). Secara hati-hati
susunlah slide di dalam rak pewarnaan. Catatan: jika tim pre-TAS perlu
melakukan perjalanan sebelum 24 jam berlalu, maka susun slide dalam
kotaknya dan slide-slide tersebut tetap harus diwarnai setelah 24 jam.
2. Lakukan dehemoglobinasi sediaan darah tersebut menggunakan air distilasi
(dapat juga memakai air kemasan botol merek Aqua atau Ades yang memiliki
rata-rata pH 7.2). Rendam sediaan darah/slide di dalam air (Aqua atau Ades)
sampai air berwarna merah dan jalur darah pada slides menjadi berwarna
putih susu. Kemudian buanglah air dengan hati-hati. Kemudian susun slide
dalam rak pewarnaan dan biarkan mengering di udara (biasanya berlangsung
sekitar 10 menit).
3. Setelah slide mengering, celupkan dalam metanol selama 1 detik.
4. Selanjutnya lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 5% (50 mL Giemsa
stock + 950 mL Aquades) selama 20 menit. Caranya bisa dengan
meneteskan larutan Giemsa ke permukaan slide hingga merata atau dengan
cara merendam slide dalam larutan Giemsa yang dituang ke dalam baki.
Kebutuhan larutan Giemsa untuk sekitar 300 slide adalah sebanyak 300 ml.
Jika inti sel darah putih terwarnai dengan benar, mikrofilaria juga harusnya
terwarnai secara memadai. pH larutan pewarnaan tidak kritis, warna
keseluruhan sediaan darah dapat berkisar antara merah muda sampai ungu
kebiruan.
18
Pembaca slide harus melakukan proses pembacaan melalui langkah-langkah berikut
ini:
3. Catat di pinggir slide tentang kepadatan dan spesies dari mikrofilaria yang
diidentifikasi dalam pemeriksaan. Pemeriksa harus membaca 80-100 slide per
hari.
4. Catat pada formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS kepadatan dan
spesies dari mikrofilaria yang ditemukan dari setiap responden.
19
Lampiran 3. Formulir Pencatatan dan Pelaporan Pre-TAS
*) Desa sentinel adalah desa dengan mf tertinggi saat survei baseline/pemetaan dan desa spot-check
adalah desa dengan angka cakupan POPM rendah; Prevalensi kasus klinis; Prevalensi vektor tinggi;
lokasi berbatasan dengan kabupaten endemis; Ada riwayat LF dari survei sebelumnya; Area dengan
status sosio ekonomi rendah.
20
Lampiran 4. Formulir Laporan Pengecekan Silang/cross-check
Formulir laporan pengecekan silang oleh laboratorium acuan
21
Lampiran 5. Organisasi Tim Pre-TAS
22