Protocol - preTAS - RTI - ID - FY20 - OKU Final Subdit
Protocol - preTAS - RTI - ID - FY20 - OKU Final Subdit
1
Langkah 3 (surveilans) dilakukan untuk monitor tingkatan infeksi selama 5 tahun
setelah penghentian POPM.
Langkah 4 (validasi) termasuk asesmen terhadap riwayat program secara rinci dan
bukti-bukti epidemiologi terhadap tidak adanya penularan.
Kabupaten Ogan Komering Ulu, atau biasa disebut kabupaten OKU, berlokasi di
provinsi Sumatera Selatan, terdiri dari 13 kecamatan. Kabupaten ini dialiri dua
sungai besar, yaitu Sungai Ogan dan sungai Komering, sehingga topografinya
sebagian besar adalah Daerah Aliran Sungai. Dinyatakan sebagai salah kabupaten
endemis filariasis setelah ditemukannya mf rate sebesar 3.6% di desa Pandan Sari,
sehingga Kabupaten OKU melaksanakan Pengobatan Pencegahan Massal (POPM)
Filariasis sejak tahun 2015 hingga 2019 sebanyak total 5 kali putaran di seluruh
kabupaten dengan cakupan minum obat di atas 65%.
Dalam panduan WHO untuk program eliminasi LF salah satu syarat kelayakan
pelaksanaan TAS adalah survei pemeriksaan mikrofilaria berbasis masyarakat di
desa sentinel dan spot check (survei LF SS/SC) yang dikenal sebagai Pre-
Transmission Assessment Survei /Pre-TAS, enam bulan setelah POPM di tahun
2019, yang sedikitnya dilakukan di dua lokasi, yaitu lokasi Sentinel dan Spotcheck.
Seharusnya lokasi desa sentinel yang dipilih adalah desa yang memiliki mf rate
tertinggi saat pemetaan, yaitu Pandan Sari. Namun pada tahun 2003, kabupaten
OKU mekar menjadi kabupaten OKU Timur, di mana desa Pandan Sari terletak di
wilayah kabupaten OKU Timur. Oleh karena itu kabupaten OKU tidak memiliki desa
sentinel. Sebagai penggantinya, harus dipilih 2 desa Spot-check. Nama-nama desa
spot-check beserta alasan pemilihan desa dibahas dalam Sub Bab III a tentang
Penetapan Desa Survei.
Hasil pre-TAS akan menentukan apakah Kabupaten OKU dapat lanjut ke tahapan
berikutnya yaitu Transmission Assessment Survei (TAS) atau harus melakukan
tambahan putaran POPM.
Tabel 1. Hasil Cakupan Minum Obat Kabupaten OKU, 2015-2019
POPM OKU 2015 2016 2017 2018 2019
Epi Coverage OKU 2015 -
85% 84% 87% 88% 88%
2019
*Cakupan berdasarkan data Indonesia_TAS_EPIF_2020
2
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 telah membawa
dampak sangat besar terhadap pelaksanaan program eliminasi filariasis nasional,
termasuk pelaksanaan survei pre-TAS. Pelaksanaan survei di lapangan saat ini
harus mengikuti protokol kesehatan yang telah diatur dalam Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Corona Virus Disease - 19 (COVID-19) revisi kelima tahun 2020
untuk pencegahan penularan COVID-19, baik terhadap petugas pelaksana survei
maupun di masyarakat yang berpartisipasi menjadi sampel dalam survei. Protokol
Kesehatan ini diitegrasikan dengan pedoman yang diadopsi dari pedoman WHO
tentang COVID-19 oleh kelompok kerja di RTI pusat.
Catatan: agar tercapai besaran sampel yang diharapkan, jika memungkinkan pilih desa spot-check * *
yang memiliki penduduk minimal 500 orang.
3
a. Penetapan desa survei
Penentuan desa survei ini tidak dilakukan di seluruh wilayah desa/kelurahan, tetapi
hanya dilakukan pada desa-desa terpilih. yaitu di satu Desa Sentinel (Sentinel Site)
dan satu Desa Spot (Spot-check Site). Desa Sentinel adalah desa yang terpilih
sebagai Desa Sentinel pada Survei Data Dasar Prevalensi Mikrofilaria sebelum
pelaksanaan POPM Filariasis, dan tidak boleh diganti dengan desa lain. Sedangkan
Desa Spot dipilih di antara desa-desa yang masuk dalam daerah pelaksanaan
POPM Filariasis dan belum pernah dilakukan Survei Darah Jari. Apabila jumlah
penduduk di kabupaten/kota endemis filariasis lebih dari 1 juta jiwa, maka Desa
Sentinel dan Desa Spot perlu disesuaikan jumlahnya. Namun perkecualian untuk
kabupaten OKU, di mana desa sentinel sudah tidak berada di wilayah kabupaten
OKU lagi sejak 2003, tetapi masuk ke dalam kabupaten pemekarannya yaitu
kabupaten OKUT, maka tidak ada desa sentinel di Kabupaten OKU, sehingga harus
dipilih 2 (dua) desa sebagai desa Spot-check.
Penetapan desa-desa survei telah dikoordinasikan oleh Subdit Filariasis dan
Kecacingan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan
Kabupaten OKU yang lebih mengetahui kondisi wilayahnya. Secara umum,
karakteristik bagi penetapan desa spot-check adalah sebagai berikut:
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, desa Saung Naga dipilih sebagai desa Spot-
check pertama karena memenuhi butir ke-3 yaitu densitas nyamuk sebagai vector
filariasis tinggi. Sedangkan Desa Batumarta II dipilih sebagai desa spot-check kedua
4
karena sesuai dengan butir ke-4 yaitu berbatasan dengan desa Pandan Sari, desa
Sentinel dengan mf rate >1% saat survei data dasar (lihat Tabel 2). Pada masa
pandemic COVID-19 ini, syarat pemilihan desa juga harus mempertimbangkan
bahwa desa tersebut masuk ke dalam zona hijau, yaitu aman/bebas dari penularan
COVID-19.
Dataran Densitas
Spot- Tanjung Batu Raja
Saung Naga 7,485 tinggi, nyamuk
check Agung Barat
perbukitan yang tinggi
Berbatasan
Ogan dengan
Sumatera September
Komering desa
Selatan Dataran 2020
Ulu (OKU) Spot- Batumarta Batumar Batu Raja Pandan Sari
7,323 rendah,
check II ta II Timur (desa
perkebunan
Sentinel
saat survei
data dasar)
Apabila sampel tidak mencukupi di satu desa yang sudah ditentukan, maka
pengambilan sampel boleh dilanjutkan ke desa tetangga, asal masih dalam satu
wilayah kecamatan yang sama. Penentuan desa tambahan tersebut harus
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada kepala pengawas tim pengumpul data
pre-TAS di lapangan.
b. Pemilihan responden
Di setiap desa, pendekatan yang dipilih biasanya adalah pendekatan pos
pengambilan darah, di mana tim survei LF SS/SC (Pre-TAS) mengumpulkan sampel
di tempat yang sudah ditetapkan, seperti di balai desa, pendopo kelurahan, rumah
kepala desa atau fasilitas kesehatan setempat. Warga diminta untuk datang ke
tempat tersebut untuk diambil darahnya. Apabila jumlah warga yang datang tidak
memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menerapkan metoda ini, maka
anggota-anggota tim pre-TAS diminta untuk melakukan kunjungan rumah ke rumah
untuk mengambil darah jari sampai jumlah sampel terpenuhi.
5
Penduduk yang dipilih sebagai responden harus memenuhi persyaratan yaitu
penduduk tetap di desa-desa spot-check ada dalam rentang usia ≥5 tahun-60 tahun
(mengikuti protocol COVID – 19).
Catatan: 1. Apabila terdapat kasus klinis LF dalam suatu keluarga, sebaiknya
dapat meyakinkan orang-orang yang ada di dalam rumah penderita
tersebut dan orang-orang yang ada daerah sekitarnya untuk langsung
dimasukkan dalam sampel. Ini mungkin berarti tim survei LF SS/SC
(Pre-TAS) harus mengirim anggota tim ke rumah keluarga ybs untuk
mengambil sampel jika mereka tidak datang ke tempat berkumpul
yang ditentukan.
2. Sampel dipengaruhi oleh distribusi usia dan jenis kelamin sampel,
sehingga proporsi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin pria/
wanita harus diupayakan seseimbang mungkin.
Sebagai tambahan, kader (Kepala Desa, bidan desa, atau kader Posyandu) bisa
dilibatkan untuk memberikan informasi dan mengadakan sosialisasi di tingkat
keluarga untuk mengajak masyarakat mau berpartisipasi dalam survei, termasuk
dalam mensosialisasikan protokol kesehatan untuk pencegahan COVID-19 pada
saat berpartisipasi menjadi sampel survei, seperti mencuci tangan, memakai masker
dan selalu menjaga jarak satu sama lain. Dalam melakukan sosialisasi ke
masyarakat, para kader harus menerapkan semua protokol kesehatan tersebut,
sekaligus menjadi contoh bagi masyarakatnya. Langkah sosialisasi ini sangat
membantu untuk mendapatkan jumlah sampel yang diharapkan namun tetap aman
dari penularan COVID-19. Penyuluhan dan pemberian informasi oleh kader
sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum survei dilaksanakan.
7
Penjelasan tentang bagaimana tata cara pelaksanaan survei di masa
pandemi ini, yang berbeda dibandingkan survei-survei sebelumnya. Sebagai
contoh:
o Informasi tentang bagaimana harus mengantri sebelum mendapat
giliran diambil darah dan tetap menjaga jarak (social distancing),
sedikitnya 2 meter satu sama lain/antar rumah yang dikunjungi.
o Jika memungkinkan, rumah yang dikunjungi (pada kunjungan door-to-
door) dapat menyediakan air untuk cuci tangan para tim survei.
o Survei dianjurkan dilakukan di luar ruangan (jika cuaca
memungkinkan) dan jika tempat duduk disiapkan untuk para peserta
survei, harus ditata agar berjarak sekurangnya 2 meter satu dengan
lainnya.
o Jaminan bahwa seluruh tim survei memakai masker medis.
o Seluruh peserta survei diminta untuk memakai masker kain.
Tekankan kepada masyarakat bahwa survei ini adalah untuk mengetahui
apakah penularan filariasis masih terjadi, dan BUKAN survei untuk COVID-
19!
Tekankan kepada masyarakat bahwa seluruh protokol kesehatan harus
dilaksanakan dan dipatuhi selama survei berlangsung dan juga di kegiatan-
kegiatan lainnya untuk mencegah penularan COVID-19 di masyarakat.
Jika ada informasi yang diterima tentang adanya kasus suspek/kasus
konfirmasi COVID-19 pada saat survei sedang berlangsung, harus segera
dikomunikasikan kepada Gugus Tugas COVID-19 atau yang sederajat di
Kabupaten OKU. Keputusan akan diambil, apakah survei dapat dilanjutkan
atau harus segera dihentikan/ditunda.
8
2. Dimulai dari tempat yang paling dicurigai sebagai tempat dengan risiko
penularan Filariasis paling tinggi (rawa, dsb).
Kelebihan dari metode Sediaan Apus Darah Jari untuk mendeteksi mikrofilaraemia
adalah ketersediaan bahan logistik dan tenaga terlatih di banyak kabupaten/kota
endemik LF. Metode pemeriksaan ini memastikan spesimen positif "dikonfirmasi
secara parasitologis". Sedangkan kelemahan metode ini adalah waktu pengambilan
sampel dan pembuatan sediaan harus dilakukan pada malam hari (karena
keberadaan mikrofilaria dalam darah tepi, waktu puncaknya adalah tengah malam,
yaitu antara pukul 10 malam sampai 2 pagi). Kelemahan lain metode adalah lebih
banyak waktu dan upaya yang dibutuhkan yang sejak saat persiapan, pembuatan
untuk menjamin kualitas sediaan, dan waktu pembacaan sediaan apus yang lebih
lama (beberapa minggu sampai didapatkan hasil pembacaan).
V. Organisasi Survei
a. Susunan Tim Pre-TAS
Tim pre-TAS terdiri atas:
10
1. Staf Nasional/Pusat (bisa berasal dari Subdit Filariasis dan Kecacingan, BTKL,
Lokalitbang atau Universitas) 2 orang yang akan berperan sebagai Kepala
Pengawas.
2. Staf Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri atas 2 orang yang
berpengalaman/ terlatih (1 orang per site).
3. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten OKU sebagai Koordinator Lapangan (4 orang,
2 orang per site)
4. Tenaga Kesehatan Puskesmas sebagai Pengambil Darah (2 orang per site)
5. Kader desa dari kalangan masyarakat sebagai Petugas Pendaftaran dan
penggerak masyarakat (5 orang per site, disarankan terdiri dari: 1 kepala desa, 1
bidan/perawat desa, 3 orang penduduk sebagai kader) (lihat Lampiran 6)
Selain itu, staf Dinas Kesehatan Provinsi bertugas membantu Supervisor Pusat:
11
i) mengawasi jalannya survei pre-TAS, ii) memberikan pelatihan di tempat (on-the-
job training), iii) menjawab pertanyaan yang muncul di lapangan dan memberi
jawaban/penjelasan/jalan keluar, iv) mengawasi langsung proses pewarnaan
sediaan darah sesuai pedoman/SOP.
12
melakukan pengumpulan sampel darah dan memastikan mengundang anggota
masyarakat dengan usia yang sesuai persyaratan (lihat metoda survei).
c. Timeline kegiatan
Dua minggu sebelum survei
• Staf puskesmas dan kader menginformasikan kepada penduduk desa tentang
kegiatan pre-TAS dan mulai memberikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit LF/Kaki Gajah. Memasukkan materi tentang COVID-19 seperti telah
dijelaskan pada Bab III sub-bab c. Sosialisasi sebelum survei.
14
Contoh posisi duduk dalam kendaraan:
15
selesai pengambilan sampel. Pastikan responden memakai masker pada saat
datang ke pos, dan siapkan masker jika responden tidak memakai. Pastikan
tidak ada masyakarat yang tidak berkepentingan (tidak akan menjadi responden)
ikut hadir di lokasi.
• Petugas Pendaftaran mendaftar para warga desa/responden yang akan
diperiksa dan mencatat informasi pribadi yang diperlukan dalam formulir survei,
seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, kode sediaan (lihat Lampiran 3).
Pendaftar mencatat informasi setiap responden sesuai dengan yang tertera di
formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS.
• Responden duduk di depan petugas pengambil darah.
• Pengambilan darah jari untuk sediaan apus darah jari:
- Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil atau
spidol. Jangan ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!
- Kode unik terdiri atas tiga karakter untuk singkatan Kabupaten OKU, dua
karakter untuk singkatan nama desa survei dan tiga angka untuk nomor
urut sampel. Contoh: OKU/XX/001 (desa spot-check 1) dan OKU/XY/001
(desa spot-check 2).
- Petugas pengambil darah mengambil 60 L darah dengan menggunakan
tabung kapiler non-heparin yang telah dikalibrasi (Lampiran 2).
- Darah kemudian diteteskan di tiga titik pada permukaan slide yang bersih,
setiap tetes sebanyak 20 L. Jangan teteskan darah dalam satu baris
yang sama, tetapi tempatkan pada titik yang berseling. Tarik setiap tetes
darah membentuk garis lurus memanjang, sehingga terbentuk 3 garis
lurus panjang yang paralel (Lihat lampiran 5 gambar A 1.2). Proses ini
harus diawasi oleh Kepala Pengawas.
- Preparat darah harus diangin-anginkan sampai kering di folder/map slide
sebelum menyimpannya di kotak slide pada saat survei selesai malam itu
oleh petugas pembuat sediaan darah. Kepala pengawas bertanggung
jawab memastikan bahwa semua slide telah dalam keadaan kering dan
lengkap sesuai dengan jumlah responden pada malam itu.
Catatan: sediaan harus benar-benar kering agar tidak berjamur!!
16
Prosedur pengumpulan dan pembuangan bahan berbahaya sisa survei harus
patuhi setiap hari.
Seluruh petugas survei harus kembali dicek suhu tubuhnya sebelum
meninggalkan lokasi pengambilan sampel. Protokol COVID-19 selama
berkendara harus kembali dijalankan pada perjalanan pulang ke penginapan.
Satu bulan setelah survei: Pembacaan sediaan, pelaporan, dan langkah tindak
lanjut
Pemeriksaan Mikroskopis: Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh tenaga
yang sudah terlatih di Unit Laboratorium Mikroskopis Filariasis B/BTKL,
17
Kabupaten/Kota atau Provinsi. Cross-check dilakukan terhadap semua
sediaan positif mikrofilaria dan - minimal 10 % sediaan negatif mikrofilaria,
yang akan dilakukan oleh Laboratorium Mikroskopis Filariasis di B/BTKLPP
Regional atau Unit lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal P2P,
Kementerian Kesehatan - Unit Laboratorium Mikroskopis Filariasis memilikl
sarana yang memadal dan tenaga terlatih. Lihat pada Jejaring Laboratorium
Mikroskopis Fiiariasis.
Petugas pembaca harus mengisi hasil pembacaan pada formulir pencatatan
dan pelaporan pre-TAS yang sudah diisi data dengan lengkap pada saat
pelaksanaan pre-TAS (lihat formulir pada Lampiran 4).
Subdit Filariasis dan Kecacingan akan menginformasikan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU
setiap hasil mikrofilaria yang positif melalui surat resmi yang ditandatangani
oleh Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Dirjen P2P.
Dinas Kesehatan Kabupaten OKU akan meneruskan informasi ini kepada
pasien secara rahasia dan langsung mengobati mereka. Untuk subjek dengan
hasil positif dilakukan pengobatan individual yang disarankan yakni DEC (6
mg/kg) selama 12 hari. Pengobatan untuk anggota keluarga mereka dan
tetangga mereka dengan memberikan albendazole (400 mg) dan DEC (6 mg
per-kg berat badan) dalam waktu satu minggu setelah hasil diterima (tata cara
pelaksanaan pengobatan dan dosisnya harus sesuai petunjuk Subdit
Filariasis dan Kecacingan).
18
menunjukkan hasil rapid test atau pemeriksaan PCR non reaktif/negative maksimal
14 hari sebelumnya.
On the job training meliputi:
• Penjelasan tentang prosedur survei (memahami secara menyeluruh protokol
pre-TAS dalam situasi pandemi COVID-19) kepada anggota tim pre-TAS dari
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan dan Dinkes Kabupaten OKU.
• Pembagian tim beserta penanggungjawab dari masing-masing tim dan
pembagian tugas anggota tim
• Persiapan alat dan bahan masing-masing tim, termasuk memberikan
tanda/memberikan garis dengan spidol waterproof di pipet kapiler non heparin
sepanjang 5.6 cm
• Sesi demonstrasi untuk melatih cara pengambilan darah dan membuat slide
yang baik dan benar. PENTING DIPERHATIKAN: Kepala pengawas wajib
memastikan bahwa petugas pengambil darah adalah seseorang yang sudah
mahir dan biasa melakukan tugas tersebut sehari-harinya. Sehingga sangat
dianjurkan melibatkan tenaga laboratorium/analis atau perawat di Puskesmas.
Tim Nasional dapat mendatangi Puskesmas terkait untuk melakukan pelatihan
pengambilan darah di Puskesmas terkait.
• Bagaimana melakukan pembuatan apus darah sesuai prosedur, sampai pada
melakukan pewarnaan dengan teknik sesuai SOP.
• Cara mengisi formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS (lihat Lampiran 3).
• Pemecahan untuk masalah-masalah umum yang mungkin ditemui tim selama
kerja lapangan, seperti jika perolehan sampel yang berkurang jumlahnya pada
hari pertama, masyarakat menolak untuk berparstisipasi, dll.
Catatan: Dianjurkan melakukan role-play atau skenario tim di lapangan yang
menerapkan protokol kesehatan COVID-19, seperti bagaimana mengatur alur
kehadiran masyarakat, mulai dari saat mereka datang ke pos pemeriksaan
(harus memakai masker dan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
mendaftar), mengatur letak meja pendaftaran dan meja pengambilan sampel
darah, dengan memperhatikan jarak antar meja dan jarak antar kursi untuk
masyarakat yang menunggu giliran, alat tulis yang tidak boleh dipakai
bersama anggota tim, cara membuang bahan infeksius sisa survei, dll.
Skenario harus sesuai dengan yang akan diterapkan di lapangan, termasuk
menyiapkan perangkat cuci tangan dan/atau hand-sanitizer dan cadangan
19
masker jika diperlukan. Peserta saling berlatih mengambil darah dan membuat
sediaan antar sesama anggota tim.
20
Lampiran 1. Cara mengukur prevalensi dan kepadatan mikrofilaria
Untuk latihan ini ambilah populasi 10 orang, bukannya 500 orang seperti pada
kenyataan di lapangan. Hanya 2 slide yang positif yang mengandung sejumlah 180
mikrofilaria.
Kalau kita terapkan formulanya, maka akan diperoleh:
180 × 16.7/2 = 1503 mf, kita mendapatkan bahwa di desa tersebut rata-rata
kepadatannya adalah 150 mikrofilaria/ml.
21
Lampiran 2. Penyiapan slide untuk pembuatan sediaan apus darah untuk
pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi dan prosedur pewarnaan sediaan
22
1. Melakukan kalibrasi tabung kapiler non-heparin. Cara kalibrasi adalah dengan
mengukur sepanjang 5.6 cm dari ujung yang tidak berwarna biru ke arah
ujung yang berwarna biru dan memberi tanda garis dengan spidol anti air.
2. Mengenakan sarung tangan sebelum memulai proses. Peganglah slide
hanya pada pinggirnya. Jangan sekali-sekali menyentuh permukaan slide.
3. Jika slide terlihat kotor atau berminyak, bersihkan slide dengan kapas
beralkohol untuk menghilangkan lapisan/ kotoran minyak. Tetapi jika sudah
terlihat bersih, slide langsung dapat dipergunakan.
4. Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil. Jangan
ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!
5. Dengan telapak tangan kiri pasien mengarah ke atas, pilih jari ketiga atau
keempat. (Ibu jari tidak boleh digunakan baik pada orang dewasa maupun
anak-anak). Gunakan kapas alkohol untuk membersihkan jari tersebut
dengan menggosok kuat-kuat untuk menghilangkan kotoran dan minyak dari
tapak jari. Keringkan jari tersebut dengan sepotong kapas atau tissue yang
bersih.
6. Dengan menggunakan jarum penusuk steril (1 jarum penusuk untuk setiap
satu orang), tusuklah sisi bagian dalam jari (Gambar A.1.1) dengan menekan
jarum penusuk sampai per terasa sudah melepaskan jarum. Buang jarum
penusuk ke dalam wadah sampah yang diperuntukkan bagi benda tajam.
23
• Jagalah agar gelembung udara tidak masuk ke dalam tabung kapiler.
Apabila ada gelembung udara yang masuk, maka untuk mengimbanginya
isilah darah sampai sedikit melebihi garis batas.
• Bersihkan darah yang tersisa dengan kapas. Kemudian, minta pasien
untuk memegang kapas kuat-kuat pada jari tersebut sampai aliran darah
berhenti.
8. Selalu pegang slide pada bagian tepinya, atau pada sudutnya, saat membuat
sediaan darah sebagai berikut:
Dengan menggunakan tabung kapiler teteskan di tiga titik untuk
membentuk tiga jalur paralel darah (masing-masing 20 μl per titik)
sepanjang slide. Dengan tutup jarum penusuk buat tiga jalur paralel
seperti gambar di bawah ini.
MNA/SN/001
Spesimen darah jari berbentuk 3 garis paralel dengan ukuran setiap garis lebar x panjang = 0.5 x 4 cm (@ 20
uL)
24
melakukan perjalanan sebelum 24 jam berlalu, maka susun slide dalam
kotaknya dan slide-slide tersebut tetap harus diwarnai setelah 24 jam.
2. Lakukan dehemoglobinasi sediaan darah tersebut menggunakan air distilasi
(dapat juga memakai air kemasan botol merek Aqua atau Ades yang memiliki
rata-rata pH 7.2). Rendam sediaan darah/slide di dalam air (Aqua atau Ades)
sampai air berwarna merah dan jalur darah pada slides menjadi berwarna
putih susu. Kemudian buanglah air dengan hati-hati. Kemudian susun slide
dalam rak pewarnaan dan biarkan mengering di udara (biasanya berlangsung
sekitar 10-20 menit).
3. Setelah slide mengering, celupkan dalam metanol selama 1 detik.
4. Selanjutnya lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 3% (30 mL Giemsa
stock + 970 mL Aquades) selama 30 menit. Caranya bisa dengan
meneteskan larutan Giemsa ke permukaan slide hingga merata atau dengan
cara merendam slide dalam larutan Giemsa yang dituang ke dalam baki.
Kebutuhan larutan Giemsa untuk sekitar 300 slide adalah sebanyak 300 ml.
Jika inti sel darah putih terwarnai dengan benar, mikrofilaria juga harusnya
terwarnai secara memadai. pH larutan pewarnaan tidak kritis, warna
keseluruhan sediaan darah dapat berkisar antara merah muda sampai ungu
kebiruan.
Catatan: Larutan Giemsa harus baru yang disiapkan segera sebelum
melakukan prosedur pewarnaan.
1.
2.
3.
4.
5. Terakhir bersihkan warna dengan mencelupkannya ke dalam sebaskom air 1x
dan keringkan dengan bantuan udara sampai slide kering sempurna
(pengeringan dapat dilakukan dengan meletakkan slide miring 45 derajat agar
air turun). Setelah slide benar-benar kering, atur slide-slide tersebut di kotak
slide dan siap untuk dibawa dan diperiksa oleh BTKL Palembang. Pastikan
bahwa pengepakan box slide dilakukan dengan baik sehingga aman
untuk proses transport ke laboratorium.
25
Pembaca slide harus melakukan proses pembacaan melalui langkah-langkah berikut
ini:
1. Memeriksa preparat tersebut dengan menggunakan mikroskop. Pertama
gunakan objektif 10 x 10 untuk menemukan mikrofilaria.
2. Jumlah mikrofilaria yang terlihat di seluruh lapangan pandang dihitung
dengan cara menggeser spesimen. Mulai dari tepi kiri, geser ke kanan
sampai tepi preparat. Kemudian teruskan ke bidang pandang berikutnya dan
geser dalam arah yang berlawanan ke tepi lagi. Dan seterusnya, sampai
seluruh sediaan darah tuntas diperiksa.
3. Catat di pinggir slide tentang kepadatan dan spesies dari mikrofilaria yang
diidentifikasi dalam pemeriksaan. Pemeriksa harus membaca 80-100 slide per
hari.
4. Catat pada formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS kepadatan dan
spesies dari mikrofilaria yang ditemukan dari setiap responden.
26
Lampiran 3. Formulir Pencatatan dan Pelaporan Pre-TAS
*) Desa sentinel adalah desa dengan mf tertinggi saat survei baseline/pemetaan dan desa spot-check
adalah desa dengan angka cakupan POPM rendah; Prevalensi kasus klinis; Prevalensi vektor tinggi;
lokasi berbatasan dengan kabupaten endemis; Ada riwayat LF dari survei sebelumnya; Area dengan
status sosioekonomi rendah.
27
Lampiran 4. Formulir Laporan Pengecekan Silang/cross-check
Formulir laporan pengecekan silang oleh laboratorium acuan
Nama Supervisor:
Kabupaten/Kota PreTAS:
28
Jenis mf yang endemis:
Mohon diisi dengan melingkari jawaban atau penjabaran yang sesuai dengan keadaan.
No Pertanyaan Jawaban
29
jarak 2 meter?
30
setelah OJT selesai?
Mohon diisi dengan melingkari jawaban atau penjabaran yang sesuai dengan keadaan.
No Pertanyaan Jawaban
5. Apa alat diagnosa yang dipergunakan untuk Apus darah FTS Brugia Rapid
PreTAS?
Rumah ke rumah
31
Jika tidak jelaskan tindakan pencegahan yang
dilakukan.
32
pengambilan darah dan pembuatan apus darah?
33
Lampiran 6. Organisasi Tim Pre-TAS
asd
Tim Pre-TAS Kabupaten OKU