Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN PRE-TAS

(Pre-Transmission Assessment Survei)


LYMPHATIC FILARIASIS
DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU),
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Subdit Filariasis dan Kecacingan, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI


Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan Kabupaten OKU
RTI-Act|East
2020
Tata Cara Pre-TAS Penyakit Lymphatic Filariasis dengan
Metode Survei Darah Jari di Kabupaten OKU

I. Latar Belakang Survei


Lymphatic Filariasis (LF) disebabkan oleh cacing filaria yang sangat kecil dari jenis-
jenis; Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang ditularkan oleh
nyamuk. Masyarakat luas mengenal penyakit ini penyakit kaki gajah yang
diperkirakan menjangkiti setidaknya 128 juta orang di seluruh dunia.
Saat ini, negara ketiga di dunia yang paling banyak dijangkiti penyakit ini (setelah
India dan Nigeria) adalah Indonesia. Pada tahun 1997, Majelis Kesehatan Dunia
(the World Health Assembly) menargetkan pemberantasan penyakit kaki gajah
dengan strategi pemberian obat pencegahan secara massal (POPM). Strategi
pengobatan massal ini merupakan rekomendasi terkini bagi masyarakat yang
memiliki prevalensi LF berupa mikrofilaraemia (di daerah cacing Brugia) atau
antigenaemia (di daerah cacing Bancrofti) lebih besar atau sama dengan 1%. Status
infeksi LF pada umumnya diukur dari ditemukannya mikrofilaria, serta kepadatannya
di dalam sampel darah.
Program eliminasi LF secara umum memiliki empat langkah:
Langkah pertama (pemetaan) dilakukan untuk menentukan apakah penularan aktif
LF masih berlangsung di satu kabupaten.
Langkah kedua (Pemberian obat pencegahan masal/POPM), termasuk tiga
pendekatan untuk memonitor pelaksanaan intervensi:
 Laporan cakupan pengobatan setelah dilakukan POPM untuk monitor
implementasi, melalui survei cakupan pengobatan yang berdasarkan ingatan
responden survei (respondent recall) dilakukan setidaknya setelah putaran
pertama POPM
 Asesmen desa sentinel dan spot-check yang dilakukan sebelum
pelaksanaan POPM putaran pertama, setelah POPM putaran ketiga
(opsional), dan setelah POPM putaran kelima, untuk menentukan efektifitas
POPM; dan
 Transmission Assessment Survei (TAS) setelah minimal POPM kelima
dengan cakupan efektif untuk menentukan tingkatan infeksi telah berhasil
diturunkan ke tingkat di mana penularan tidak lagi terjadi.

1
Langkah 3 (surveilans) dilakukan untuk monitor tingkatan infeksi selama 5 tahun
setelah penghentian POPM.
Langkah 4 (validasi) termasuk asesmen terhadap riwayat program secara rinci dan
bukti-bukti epidemiologi terhadap tidak adanya penularan.

Kabupaten Ogan Komering Ulu, atau biasa disebut kabupaten OKU, berlokasi di
provinsi Sumatera Selatan, terdiri dari 13 kecamatan. Kabupaten ini dialiri dua
sungai besar, yaitu Sungai Ogan dan sungai Komering, sehingga topografinya
sebagian besar adalah Daerah Aliran Sungai. Dinyatakan sebagai salah kabupaten
endemis filariasis setelah ditemukannya mf rate sebesar 3.6% di desa Pandan Sari,
sehingga Kabupaten OKU melaksanakan Pengobatan Pencegahan Massal (POPM)
Filariasis sejak tahun 2015 hingga 2019 sebanyak total 5 kali putaran di seluruh
kabupaten dengan cakupan minum obat di atas 65%.

Dalam panduan WHO untuk program eliminasi LF salah satu syarat kelayakan
pelaksanaan TAS adalah survei pemeriksaan mikrofilaria berbasis masyarakat di
desa sentinel dan spot check (survei LF SS/SC) yang dikenal sebagai Pre-
Transmission Assessment Survei /Pre-TAS, enam bulan setelah POPM di tahun
2019, yang sedikitnya dilakukan di dua lokasi, yaitu lokasi Sentinel dan Spotcheck.
Seharusnya lokasi desa sentinel yang dipilih adalah desa yang memiliki mf rate
tertinggi saat pemetaan, yaitu Pandan Sari. Namun pada tahun 2003, kabupaten
OKU mekar menjadi kabupaten OKU Timur, di mana desa Pandan Sari terletak di
wilayah kabupaten OKU Timur. Oleh karena itu kabupaten OKU tidak memiliki desa
sentinel. Sebagai penggantinya, harus dipilih 2 desa Spot-check. Nama-nama desa
spot-check beserta alasan pemilihan desa dibahas dalam Sub Bab III a tentang
Penetapan Desa Survei.
Hasil pre-TAS akan menentukan apakah Kabupaten OKU dapat lanjut ke tahapan
berikutnya yaitu Transmission Assessment Survei (TAS) atau harus melakukan
tambahan putaran POPM.
Tabel 1. Hasil Cakupan Minum Obat Kabupaten OKU, 2015-2019
POPM OKU 2015 2016 2017 2018 2019
Epi Coverage OKU 2015 -
85% 84% 87% 88% 88%
2019
*Cakupan berdasarkan data Indonesia_TAS_EPIF_2020

2
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 telah membawa
dampak sangat besar terhadap pelaksanaan program eliminasi filariasis nasional,
termasuk pelaksanaan survei pre-TAS. Pelaksanaan survei di lapangan saat ini
harus mengikuti protokol kesehatan yang telah diatur dalam Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Corona Virus Disease - 19 (COVID-19) revisi kelima tahun 2020
untuk pencegahan penularan COVID-19, baik terhadap petugas pelaksana survei
maupun di masyarakat yang berpartisipasi menjadi sampel dalam survei. Protokol
Kesehatan ini diitegrasikan dengan pedoman yang diadopsi dari pedoman WHO
tentang COVID-19 oleh kelompok kerja di RTI pusat.

II. Tujuan Survei

Tujuan umum: Menilai efektivitas POPM Filariasis setalah 5 putaran pengobatan,


dalam menurunkan risiko penularan filariasis di masa pandemi dengan menerapkan
protokol kesehatan. Tujuan khusus:
1. Mengetahui angka microfilaria rate di kabupaten OKU pasca POPM di masa
pandemi.
2. Mengetahui angka kepadatan mikrofilaria di kabupaten OKU pasca POPM di
masa pandemi
Di daerah-daerah tempat berkembang biaknya Brugia malayi, salah satu syarat
kelayakan (eligibilitas) TAS adalah hasil pemeriksaan mikrofilaraemia di semua desa
sentinel atau spot check <1% .

III. Metoda dan Besaran Sampel


Survei LF SS/SC (Pre-TAS) ini merupakan pemeriksaan cross-sectional yang
melibatkan pengumpulan data pada waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
menentukan dampak pengobatan dengan menggunakan mikrofilaraemia melalui
pemeriksaan darah jari.

Sampel yang dibutuhkan setidaknya 300 penduduk dari desa Spot-check 1


dan 300 penduduk dari desa Spot-check 2 di Kabupaten OKU

Catatan: agar tercapai besaran sampel yang diharapkan, jika memungkinkan pilih desa spot-check * *
yang memiliki penduduk minimal 500 orang.

3
a. Penetapan desa survei
Penentuan desa survei ini tidak dilakukan di seluruh wilayah desa/kelurahan, tetapi
hanya dilakukan pada desa-desa terpilih. yaitu di satu Desa Sentinel (Sentinel Site)
dan satu Desa Spot (Spot-check Site). Desa Sentinel adalah desa yang terpilih
sebagai Desa Sentinel pada Survei Data Dasar Prevalensi Mikrofilaria sebelum
pelaksanaan POPM Filariasis, dan tidak boleh diganti dengan desa lain. Sedangkan
Desa Spot dipilih di antara desa-desa yang masuk dalam daerah pelaksanaan
POPM Filariasis dan belum pernah dilakukan Survei Darah Jari. Apabila jumlah
penduduk di kabupaten/kota endemis filariasis lebih dari 1 juta jiwa, maka Desa
Sentinel dan Desa Spot perlu disesuaikan jumlahnya. Namun perkecualian untuk
kabupaten OKU, di mana desa sentinel sudah tidak berada di wilayah kabupaten
OKU lagi sejak 2003, tetapi masuk ke dalam kabupaten pemekarannya yaitu
kabupaten OKUT, maka tidak ada desa sentinel di Kabupaten OKU, sehingga harus
dipilih 2 (dua) desa sebagai desa Spot-check.
Penetapan desa-desa survei telah dikoordinasikan oleh Subdit Filariasis dan
Kecacingan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan
Kabupaten OKU yang lebih mengetahui kondisi wilayahnya. Secara umum,
karakteristik bagi penetapan desa spot-check adalah sebagai berikut:

 Desa yang rendah cakupan pengobatannya.


 Desa yang memiliki kasus kronis filaria terbanyak.
 Desa dengan kepadatan vektor penyebar utama penyakit LF yang
tinggi, misalnya; nyamuk Mansonia, ditunjang oleh situasi
lingkungan yang mendukung adanya tempat-tempat perindukan
nyamuk, seperti rawa-rawa, persawahan, hutan.
 Desa yang berbatasan dengan kabupaten endemik atau daerah
yang ditinggali pendatang dari kabupaten-kabupaten endemik
 Desa yang memiliki latar belakang sejarah penyakit kaki gajah dari
survei-survei yang dilakukan sebelumnya
 Desa tertinggal secara sosio-ekonomi

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, desa Saung Naga dipilih sebagai desa Spot-
check pertama karena memenuhi butir ke-3 yaitu densitas nyamuk sebagai vector
filariasis tinggi. Sedangkan Desa Batumarta II dipilih sebagai desa spot-check kedua

4
karena sesuai dengan butir ke-4 yaitu berbatasan dengan desa Pandan Sari, desa
Sentinel dengan mf rate >1% saat survei data dasar (lihat Tabel 2). Pada masa
pandemic COVID-19 ini, syarat pemilihan desa juga harus mempertimbangkan
bahwa desa tersebut masuk ke dalam zona hijau, yaitu aman/bebas dari penularan
COVID-19.

Tabel 2. Lokasi Survei pre-TAS di Kabupaten OKU


Tanggal
Puskesm Alasan Rencana
Provinsi Kabupaten Tipe desa Desa Kecamatan Populasi Topografi
as pemilihan Pelaksanaan
Pre-TAS

Dataran Densitas
Spot- Tanjung Batu Raja
Saung Naga 7,485 tinggi, nyamuk
check Agung Barat
perbukitan yang tinggi
Berbatasan
Ogan dengan
Sumatera September
Komering desa
Selatan Dataran 2020
Ulu (OKU) Spot- Batumarta Batumar Batu Raja Pandan Sari
7,323 rendah,
check II ta II Timur (desa
perkebunan
Sentinel
saat survei
data dasar)

Apabila sampel tidak mencukupi di satu desa yang sudah ditentukan, maka
pengambilan sampel boleh dilanjutkan ke desa tetangga, asal masih dalam satu
wilayah kecamatan yang sama. Penentuan desa tambahan tersebut harus
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada kepala pengawas tim pengumpul data
pre-TAS di lapangan.

b. Pemilihan responden
Di setiap desa, pendekatan yang dipilih biasanya adalah pendekatan pos
pengambilan darah, di mana tim survei LF SS/SC (Pre-TAS) mengumpulkan sampel
di tempat yang sudah ditetapkan, seperti di balai desa, pendopo kelurahan, rumah
kepala desa atau fasilitas kesehatan setempat. Warga diminta untuk datang ke
tempat tersebut untuk diambil darahnya. Apabila jumlah warga yang datang tidak
memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menerapkan metoda ini, maka
anggota-anggota tim pre-TAS diminta untuk melakukan kunjungan rumah ke rumah
untuk mengambil darah jari sampai jumlah sampel terpenuhi.

5
Penduduk yang dipilih sebagai responden harus memenuhi persyaratan yaitu
penduduk tetap di desa-desa spot-check ada dalam rentang usia ≥5 tahun-60 tahun
(mengikuti protocol COVID – 19).
Catatan: 1. Apabila terdapat kasus klinis LF dalam suatu keluarga, sebaiknya
dapat meyakinkan orang-orang yang ada di dalam rumah penderita
tersebut dan orang-orang yang ada daerah sekitarnya untuk langsung
dimasukkan dalam sampel. Ini mungkin berarti tim survei LF SS/SC
(Pre-TAS) harus mengirim anggota tim ke rumah keluarga ybs untuk
mengambil sampel jika mereka tidak datang ke tempat berkumpul
yang ditentukan.
2. Sampel dipengaruhi oleh distribusi usia dan jenis kelamin sampel,
sehingga proporsi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin pria/
wanita harus diupayakan seseimbang mungkin.

c. Sosialisasi sebelum survei


Sosialisasi survei ditujukan untuk menggerakkan masyarakat dan penyuluhan
kesehatan diperlukan agar masyarakat mau berpartisipasi aktif dalam survei darah
jari Pre-TAS.
Sosialisasi survei dianjurkan untuk dilaksanakan beberapa hari sebelum survei
dimulai. Untuk menjamin masyarakat bisa menerima informasi yang tepat,
disarankan agar ada penyuluhan mengenai penyakit LF/kaki gajah, program
pengobatan dan tujuan dari survei tersebut ini diberikan oleh staf Dinas Kesehatan
Kabupaten OKU. Penggunaan materi KIE, misalnya lembar balik, poster dan film
mengenai penyakit LF/kaki gajah, cukup efektif untuk dilakukan dalam tahapan ini.
Staf Dinas Kesehatan kabupaten OKU bersama staf Puskesmas desa-desa Spot-
check berkomunikasi dengan para Kepala Desa untuk menentukan waktu dan lokasi
pelaksanaan survei, sekaligus menjelaskan kriteria masyarakat yang bisa ikut dalam
survei. Kepala desa beserta perangkat desa bertanggung jawab untuk
mensosialisaikan tentang waktu dan lokasi pelaksanaan survei kepada
masyarakatnya beberapa hari sebelum pelaksanaan survei. Informasi tambahan
tentang pandemi COVID-19 yang masih mewabah sampai saat ini dan perubahan-
perubahan perilaku masyarakat untuk mengurasi risiko penularan COVID-19, harus
dikomunikasikan secara jelas, sebelum maupun pada saat pelaksanaan survei. Jalur
komunikasi yang transparan harus ditinjau agar sesuai dengan situasi terkini dan
6
diupayakan membangun kepercayaan antara pihak pelaksana survei dengan
masyakat yang disurvei

Sebagai tambahan, kader (Kepala Desa, bidan desa, atau kader Posyandu) bisa
dilibatkan untuk memberikan informasi dan mengadakan sosialisasi di tingkat
keluarga untuk mengajak masyarakat mau berpartisipasi dalam survei, termasuk
dalam mensosialisasikan protokol kesehatan untuk pencegahan COVID-19 pada
saat berpartisipasi menjadi sampel survei, seperti mencuci tangan, memakai masker
dan selalu menjaga jarak satu sama lain. Dalam melakukan sosialisasi ke
masyarakat, para kader harus menerapkan semua protokol kesehatan tersebut,
sekaligus menjadi contoh bagi masyarakatnya. Langkah sosialisasi ini sangat
membantu untuk mendapatkan jumlah sampel yang diharapkan namun tetap aman
dari penularan COVID-19. Penyuluhan dan pemberian informasi oleh kader
sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum survei dilaksanakan.

Pesan-pesan komunikasi yang wajib disampaikan kepada masyarakat:


 Survei pre-TAS tetap aman untuk dilaksanakan karena semua protokol
kesehatan telah dipenuhi.
 Anggota masyakat yang berumur lebih dari 60 tahun dan/atau memiliki
riwayat penyakit seperti diabetes, darah tinggi, kanker, penyakit jantung,
merupakan kelompok yang dapat mengalami kondisi parah jika tertular
COVID-19, sehingga tindakan pencegahan yang lebih ketat harus dilakukan
untuk mengurangi risiko tertular dari orang yang telah terinfeksi. Usahakan
agar kelompok masyarakat risiko tinggi ini tidak diikutkan survei, terutama jika
survei di lakukan di pos pengumpulan sampel.
 Orang-orang yang memiliki risiko tinggi dapat menularkan COVID-19 kepada
orang lain tidak boleh berpartipasi dalam survei. Yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah orang-orang dengan gejala-gejala COVID-19, orang-
orang yang pernah berkontak langsung dengan penderita COVID-19
(misalnya, tinggal serumah dengan penderita COVID-19), dan orang-orang
yang baru tiba 14 hari yang lalu dari wilayah zona merah (wilayah dengan
tingkat infeksi yang tinggi).

7
 Penjelasan tentang bagaimana tata cara pelaksanaan survei di masa
pandemi ini, yang berbeda dibandingkan survei-survei sebelumnya. Sebagai
contoh:
o Informasi tentang bagaimana harus mengantri sebelum mendapat
giliran diambil darah dan tetap menjaga jarak (social distancing),
sedikitnya 2 meter satu sama lain/antar rumah yang dikunjungi.
o Jika memungkinkan, rumah yang dikunjungi (pada kunjungan door-to-
door) dapat menyediakan air untuk cuci tangan para tim survei.
o Survei dianjurkan dilakukan di luar ruangan (jika cuaca
memungkinkan) dan jika tempat duduk disiapkan untuk para peserta
survei, harus ditata agar berjarak sekurangnya 2 meter satu dengan
lainnya.
o Jaminan bahwa seluruh tim survei memakai masker medis.
o Seluruh peserta survei diminta untuk memakai masker kain.
 Tekankan kepada masyarakat bahwa survei ini adalah untuk mengetahui
apakah penularan filariasis masih terjadi, dan BUKAN survei untuk COVID-
19!
 Tekankan kepada masyarakat bahwa seluruh protokol kesehatan harus
dilaksanakan dan dipatuhi selama survei berlangsung dan juga di kegiatan-
kegiatan lainnya untuk mencegah penularan COVID-19 di masyarakat.
 Jika ada informasi yang diterima tentang adanya kasus suspek/kasus
konfirmasi COVID-19 pada saat survei sedang berlangsung, harus segera
dikomunikasikan kepada Gugus Tugas COVID-19 atau yang sederajat di
Kabupaten OKU. Keputusan akan diambil, apakah survei dapat dilanjutkan
atau harus segera dihentikan/ditunda.

d. Cara mengumpulkan sampel dengan menerapkan protokol Kesehatan


COVID-19:
Sebelum pelaksanaan survei evaluasi mikrofilaria, koordinasi harus dilakukan
dengan Pimpinan Daerah/Gugus Tugas COVID-19/LPLS.
Pengumpulan sampel dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Dengan mendatangi atau mengumpulkan penduduk sasaran survei yang
tinggal di sekitar kasus kronis atau di desa-desa Spot-check.

8
2. Dimulai dari tempat yang paling dicurigai sebagai tempat dengan risiko
penularan Filariasis paling tinggi (rawa, dsb).

Pengumpulan sampel dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan, yaitu:


1. Untuk petugas kesehatan: Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), terdiri dari
masker, goggle/face shield, apron/gown dan sarung tangan. Membawa hand
sanitizer, tisu kering dan tisu basah
2. Kader: Menggunakan masker (boleh menggunakan masker kain atau masker
bedah)
3. Masyarakat: Hanya masyarakat dalam kondisi sehat yang boleh mengikuti survei
evaluasi mikrofilaria. Menggunakan masker (boleh menggunakan masker kain atau
masker bedah)

Apabila pelaksanaan pengumpulan sampel dilakukan dengan mengumpulkan


penduduk sasaran, maka petugas kesehatan dan kader harus dapat memastikan
tidak terjadi kerumunan masyarakat. Penduduk yang hadir tetap menjaga jarak
(sekitar 2 meter), serta mengatur jumlah dan waktu kehadiran masyarakat
Jika pengumpulan sampel harus dilakukan dengan kunjungan rumah ke rumah,
harus dipastikan anggota keluarga di dalam rumah yang dikunjungi dalam kondisi
sehat. Petugas Kesehatan tetap menggunakan APD lengkap dan kader yang
mengantarkan menggunakan masker. Anggota keluarga yang diambil sampelnya
juga harus menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum diambil darahnya.
Catatan: Sebaiknya keluarga yang akan berpartisipasi dalam survei telah terlebih
dulu di data oleh kepala desa sehingga pelaksanaan pengambilan sampel dapat
lebih efektif dan efisien untuk dapat memenuhi persyaratan protokol Kesehatan
COVID-19.

e. Sosialisasi kepada masyarakat setelah survei


• Lakukan pertemuan dengan pemangku masyarakat/kepala desa setelah survei
selesai dilaksanakan. Pastikan dalam kelompok yang kecil saja, jga jarak aman,
bertemu di luar ruangan dan pastikan memakai masker.
• Dengarkan komentar dan pendapat mereka mengenai survei yang baru selesai
dilaksanakan, dan beri apresiasi terhadap peran aktif masyarakat desa
berpartisipasi dalam survei.
9
• Tekankan untuk tetap konsisten menjalankan protokol Kesehatan untuk
pencegahan COVID-19 di masyarakat desa.
• Diskusi tentang langkah tindak lanjut setelah survei.

IV. Uji Diagnostik


Sediaan Apus Darah Jari
Sediaan apus darah jari (atau dikenal sebagai SDJ) adalah sediaan apus darah tipis
yang digunakan untuk menemukan keberadaan mikrofilaria dalam darah, diwarnai
oleh pewarnaan Giemsa dan diperiksa menggunakan mikroskop.
Cara pembuatan sediaan apus darah jari adalah dengan mengambil 60 L darah jari
untuk dijadikan sediaan tipis pada gelas obyek/slide, diwarnai, dan diperiksa dengan
mikroskop sesuai dengan prosedur standar. Sediaan apus darah jari akan bisa
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan mikrofilaria Brugia malayi.
Pemeriksaan dilakukan pada pukul 22:00 malam - 02:00 dini hari untuk daerah-
daerah dengan parasit ‘periodik nocturnal’ dan ‘sub periodic nokturnal'. Lihat
Lampiran2 untuk informasi yang lebih spesifik tentang cara pengumpulan,
pewarnaan dan pemeriksaan.

Kelebihan dari metode Sediaan Apus Darah Jari untuk mendeteksi mikrofilaraemia
adalah ketersediaan bahan logistik dan tenaga terlatih di banyak kabupaten/kota
endemik LF. Metode pemeriksaan ini memastikan spesimen positif "dikonfirmasi
secara parasitologis". Sedangkan kelemahan metode ini adalah waktu pengambilan
sampel dan pembuatan sediaan harus dilakukan pada malam hari (karena
keberadaan mikrofilaria dalam darah tepi, waktu puncaknya adalah tengah malam,
yaitu antara pukul 10 malam sampai 2 pagi). Kelemahan lain metode adalah lebih
banyak waktu dan upaya yang dibutuhkan yang sejak saat persiapan, pembuatan
untuk menjamin kualitas sediaan, dan waktu pembacaan sediaan apus yang lebih
lama (beberapa minggu sampai didapatkan hasil pembacaan).

V. Organisasi Survei
a. Susunan Tim Pre-TAS
Tim pre-TAS terdiri atas:

10
1. Staf Nasional/Pusat (bisa berasal dari Subdit Filariasis dan Kecacingan, BTKL,
Lokalitbang atau Universitas) 2 orang yang akan berperan sebagai Kepala
Pengawas.
2. Staf Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri atas 2 orang yang
berpengalaman/ terlatih (1 orang per site).
3. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten OKU sebagai Koordinator Lapangan (4 orang,
2 orang per site)
4. Tenaga Kesehatan Puskesmas sebagai Pengambil Darah (2 orang per site)
5. Kader desa dari kalangan masyarakat sebagai Petugas Pendaftaran dan
penggerak masyarakat (5 orang per site, disarankan terdiri dari: 1 kepala desa, 1
bidan/perawat desa, 3 orang penduduk sebagai kader) (lihat Lampiran 6)

b. Tugas dan Tanggung jawab


Supervisor Pusat bertugas i) mengawasi jalannya survei pre-TAS dan memastikan
tim survei dan masyarakat mengikuti protocol COVID-19, ii) memberikan pelatihan di
tempat (on-the-job training), iii) menjawab pertanyaan yang muncul di lapangan dan
memberi jawaban/penjelasan/jalan keluar, iv) melakukan proses pewarnaan sediaan
darah sesuai protokol. Bertanggung jawab terhadap kendali mutu dari sampel-
sampel yang dikumpulkan sebelum meninggalkan desa survei dan setiap pagi hari
harus memimpin tim untuk memeriksa sampel-sampel yang dikumpulkan pada
malam sebelumnya, apakah sudah sesuai standar mutu yang telah ditetapkan.
Tanggung jawab pengawasan secara keseluruhan berada di bawah Supervisor
Pusat sebagai pimpinan dari Tim Pre-TAS. Supervisor Pusat wajib mengisi formulir
supervisi jalannya kegiatan pre-TAS (lihat lampiran 5).

Staf Dinas Kesehatan Provinsi bertugas untuk memberi informasi kepada


kabupaten/kota di dalam wilayah kerjanya mengenai tanggal pelaksanaan survei
dan harus memastikan bahwa desa-desa survei (2 desa spot-check) sudah dipilih
dan disiapkan sebelum kedatangan tim pre-TAS. Staf Dinas Kesehatan Provinsi
yang dilibatkan dalam kegiatan pre-TAS, sebaiknya yang memiliki pengalaman
melakukan survei dan/ atau keahlian di bidang laboratorium.

Selain itu, staf Dinas Kesehatan Provinsi bertugas membantu Supervisor Pusat:

11
i) mengawasi jalannya survei pre-TAS, ii) memberikan pelatihan di tempat (on-the-
job training), iii) menjawab pertanyaan yang muncul di lapangan dan memberi
jawaban/penjelasan/jalan keluar, iv) mengawasi langsung proses pewarnaan
sediaan darah sesuai pedoman/SOP.

Mereka bertanggung jawab terhadap kendali mutu dari sampel-sampel yang


dikumpulkan sebelum meninggalkan desa survei dan setiap pagi hari harus
memimpin tim untuk memeriksa sampel-sampel yang dikumpulkan pada malam
sebelumnya, apakah sudah sesuai standar mutu yang telah ditetapkan. Bertugas
membantu Supervisor Pusat melakukan entry data responden ke dalam format
Excel setiap hari, sekaligus memeriksa kecocokan dan kelengkapan data responden
dengan specimen yang terkumpul. Tanggung jawab pengawasan secara
keseluruhan berada di bawah Supervisor Pusat sebagai pimpinan dari Tim Pre-TAS.

Staf Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sebagai Koordinator Lapangan staf Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Staf Dinas Kesehatan
Provinsi tentang kesiapan kabupaten/kota dan situasi lapangan sebelum survei
berlangsung, mengawasi pelaksanaan pre-TAS dan melakukan mobilisasi sosial.
Sebagai Koordinator Lapangan, harus melakukan koordinasi dengan staf
puskesmas dan kepala desa serta diharapkan bisa melaksanakan penyuluhan
kesehatan bagi penduduk sasaran yang terpilih. Sebelum tanggal pelaksanaan, staf
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus memberikan informasi kepada desa-desa
yang ditunjuk tentang akan diadakannya survei tersebut dan memastikan bahwa
puskesmas telah menyiapkan penduduk untuk berpartisipasi dalam survei. Staf
kabupaten/kota yang dilibatkan dalam kegiatan pre-TAS ini sebaiknya yang
berpengalaman melakukan survei dan/atau mempunyai keahlian laboratorium.

Staf Puskesmas, sebagai Pengambil Darah, bertugas untuk mengumpulkan darah


dan membuat sediaan apus darah jari di lapangan. Staf harus benar-benar mampu
melakukan pengambilan darah jari agar dapat menghasilkan sediaan apus yang
berkualitas. Staf puskesmas bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi dengan
kepala-kepala desa sehubungan dengan tujuan dari survei dan tanggal
pelaksanaannya. Hal yang penting di sini adalah memastikan tempat untuk

12
melakukan pengumpulan sampel darah dan memastikan mengundang anggota
masyarakat dengan usia yang sesuai persyaratan (lihat metoda survei).

Kader membantu di lapangan sebagai Petugas Pendaftaran dan mengelola


pendaftaran penduduk yang menjadi responden. Mereka harus memobilisasi
anggota masyarakat terlebih dahulu. Pesan-pesan utama yang harus diberikan oleh
kader kepada masyarakat adalah waktu pelaksanaan (tanggal, hari dan jam) dan
perlunya kedatangan mereka pada jam pelaksanaan survei yang telah ditentukan.
Jika dibutuhkan, kader mendampingi tim pre-TAS untuk melakukan pengambilan
sampel dari rumah ke rumah, walau pun sangat disarankan untuk melakukan
mengumpulan responden di pos pengambilan darah. Kader bisa terdiri dari Kepala
Desa, bidan/perawat desa, maupun penduduk desa setempat yang cukup dikenal
oleh masyarakat setempat.

c. Timeline kegiatan
Dua minggu sebelum survei
• Staf puskesmas dan kader menginformasikan kepada penduduk desa tentang
kegiatan pre-TAS dan mulai memberikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit LF/Kaki Gajah. Memasukkan materi tentang COVID-19 seperti telah
dijelaskan pada Bab III sub-bab c. Sosialisasi sebelum survei.

Sehari sebelum atau pada hari survei


• Tim pre-TAS (Tim Nasional/Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
dan Kabupaten OKU) tiba di desa survei dengan semua perlengkapan alat dan
bahan yang diperlukan.
• Tim Nasional meminta kembali kepastian mengenai desa-desa yang terpilih
untuk survei pre-TAS kepada staf Dinkes Kabupaten OKU.
• Supervisor Pusat melakukan on-the-job training bagi seluruh anggota survei Pre-
TAS, dilakukan di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten OKU atau di tempat yang
ditentukan kemudian dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 yang
akan dijelaskan pada BAB IV.
• Supervisor Pusat harus memastikan pos pengambilan sampel sudah
dipersiapkan mengikuti standar protokol kesehatan COVID-19, seperti: apakah
mampu menampung peserta survei dengan mengindahkan jaga jarak (social
13
distancing). Jika akan dilaksanakan di dalam ruangan, apakah ventilasi udara
ruangan memenuhi syarat, meskipun dianjurkan untuk dilaksanakan di luar
ruangan, susunan tempat duduk yang berjarak minimal 2 meter satu sama lain,
merencanakan dengan Kepala Desa dan aparat desa untuk mengatur
masyarakat yang akan berpartisipasi agar tidak hadir dalam waktu bersamaan
guna menghindari kerumunan yang padat.
• Mengatur posisi area pengambilan sampel, seperti menentukan di mana tempat
untuk masyarakat menunggu. Pastikan jumlah maksimum orang yang akan
menunggu di sana (jika perlu, tentukan tempat tunggu cadangan). Kalau perlu
gunakan tanda di tanah/lantai, di mana boleh berdiri dalam antrian.
• Atur meja pendaftaran, tempat cuci tangan dan hand-sanitizer, meja untuk
pengambilan darah dan pemrosesan specimen slide. Tunjuk aparat desa untuk
membantu mengawasi setiap posisi yang telah ditentukan tersebut pada hari
pelaksanaan.
• Tempelkan poster berisi informasi tentang COVID-19 di pos pengambilan darah.

Hari/malam Survei (jika dipakai pendekatan pos pengambilan darah)


 Seluruh tim pre-TAS harus diukur suhu tubuhnya sebelum berangkat ke desa
survei. Hanya yang sehat yang boleh mengikuti survei.
 Tim pre-TAS berangkat ke desa survei dengan kendaraan yang telah
disediakan. Pastikan anggota tim berangkat dalam kondisi sehat.
Pertimbangkan jumlah penumpang dalam satu kendaraan dengan
menyisakan 1 tempat duduk kosong di antara 2 penumpang. Contoh:
o Untuk kendaraan dengan kapasitas 5 penumpang, hanya boleh
ditumpangi 3 penumpang saja (4 termasuk supir).
o Untuk kendaraan dengan kapasitas 8 penumpang, hanya boleh
ditumpangi 5 penumpang saja (6 termasuk supir).
o Untuk kendaraan dengan kapasitas 12 penumpang, hanya boleh
ditumpangi 7 penumpang saja (8 termasuk supir).
o Jika menggunakan kenadaraan dengan kapasitas penumpang besar,
seperti bis, susunan penumpang akan diartur oleh Supervisor Pusat dan
penanggung jawab dari Dinkes Kabupaten.

14
Contoh posisi duduk dalam kendaraan:

• Pastikan supir sudah mencuci tangan sebelum mengendarai kendaraan dan


memakai masker selama mengendarai kendaraan. Jika kondisi memungkinkan,
jendela kendaraan sebaiknya selalu dalam keadaan terbuka (tidak menyalakan
AC).
• Seluruh penumpang harus mencuci tangan dan memakai masker selama
perjalan menuju desa survei. Usahakan untuk tidak makan dan minum di dalam
kendaraan, kecuali jika tersedia air kemasan.
• Sesampai di lokasi survei dan turun dari kendaraan, sebelum menemui
masyarakat, jika masker telah basah, maka wajib untuk mengganti dengan yang
baru. Pastikan masker bekas dibuang ke dalam plastik bio-hazard yang telah
disediakan.
• Di lokasi pengambilan sampel, seluruh petugas kesehatan, kader dan
masyarakat harus menggunakan alat pelindung diri dan selalu menjaga jarak
satu sama lain (sekitar 2 meter).
• Petugas kesehatan dan kader menyediakan tempat cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun atau menyediakan hand-sanitizer di pos pengambilan
sampel. Petugas kesehatan mencuci tangan sebelum menggunakan sarung
tangan. Petugas kesehatan menggunakan sarung tangan saat lakukan
pengambilan sediaan darah.
• Pastikan seluruh masyarakat yang datang dalam keadaan sehat (minimal cek
suhu tubuh) dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau
menggunakan hand-sanitizer setibanya di pos pengambilan sampel dan setelah

15
selesai pengambilan sampel. Pastikan responden memakai masker pada saat
datang ke pos, dan siapkan masker jika responden tidak memakai. Pastikan
tidak ada masyakarat yang tidak berkepentingan (tidak akan menjadi responden)
ikut hadir di lokasi.
• Petugas Pendaftaran mendaftar para warga desa/responden yang akan
diperiksa dan mencatat informasi pribadi yang diperlukan dalam formulir survei,
seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, kode sediaan (lihat Lampiran 3).
Pendaftar mencatat informasi setiap responden sesuai dengan yang tertera di
formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS.
• Responden duduk di depan petugas pengambil darah.
• Pengambilan darah jari untuk sediaan apus darah jari:
- Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil atau
spidol. Jangan ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!
- Kode unik terdiri atas tiga karakter untuk singkatan Kabupaten OKU, dua
karakter untuk singkatan nama desa survei dan tiga angka untuk nomor
urut sampel. Contoh: OKU/XX/001 (desa spot-check 1) dan OKU/XY/001
(desa spot-check 2).
- Petugas pengambil darah mengambil 60 L darah dengan menggunakan
tabung kapiler non-heparin yang telah dikalibrasi (Lampiran 2).
- Darah kemudian diteteskan di tiga titik pada permukaan slide yang bersih,
setiap tetes sebanyak 20 L. Jangan teteskan darah dalam satu baris
yang sama, tetapi tempatkan pada titik yang berseling. Tarik setiap tetes
darah membentuk garis lurus memanjang, sehingga terbentuk 3 garis
lurus panjang yang paralel (Lihat lampiran 5 gambar A 1.2). Proses ini
harus diawasi oleh Kepala Pengawas.
- Preparat darah harus diangin-anginkan sampai kering di folder/map slide
sebelum menyimpannya di kotak slide pada saat survei selesai malam itu
oleh petugas pembuat sediaan darah. Kepala pengawas bertanggung
jawab memastikan bahwa semua slide telah dalam keadaan kering dan
lengkap sesuai dengan jumlah responden pada malam itu.
Catatan: sediaan harus benar-benar kering agar tidak berjamur!!

16
 Prosedur pengumpulan dan pembuangan bahan berbahaya sisa survei harus
patuhi setiap hari.
 Seluruh petugas survei harus kembali dicek suhu tubuhnya sebelum
meninggalkan lokasi pengambilan sampel. Protokol COVID-19 selama
berkendara harus kembali dijalankan pada perjalanan pulang ke penginapan.

Sehari setelah survei


 Kepala Pengawas/Dinkes Provinsi memasukkan informasi dari formulir survei ke
dalam database dalam format Excel.
 Kepala Pengawas memimpin rapat bersama dengan anggota-anggota tim untuk
melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang diperoleh malam sebelumnya,
memperbaiki permasalahan yang ada, dan merencanakan kegiatan-kegiatan
malam berikutnya. Jika timbul permasalahan, Kepala Pengawas dapat
menghubungi atau menelpon ke Subdit Filariasis dan Kecacingan di nomor
telepon: 085313292712 atau e-mail ke filschisto@yahoo.com (dr Ajie
Mulia); atau ke RTI-Act|East di nomor telepon: 021 39830621 (Wita Larasati)
atau e-mail ke rlarasati@rti.org
 Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, sesuai arahan Subdit Filariasis dan
Kecacingan, memberikan pengobatan kepada orang-orang dengan hasil mf
positif beserta seluruh angggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan dosis yang disarankan.

Dua hari setelah survei


• Kepala Pengawas mengawasi/atau melakukan sendiri proses pewarnaan slide-
slide sesuai dengan tata cara di Lampiran 2.
• Staf Dinas Kesehatan Provinsi harus memastikan kelengkapan sediaan slides
sudah sesuai dengan daftar nama responden pada formulir pencatatan dan
pelaporan.

Satu bulan setelah survei: Pembacaan sediaan, pelaporan, dan langkah tindak
lanjut
 Pemeriksaan Mikroskopis: Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh tenaga
yang sudah terlatih di Unit Laboratorium Mikroskopis Filariasis B/BTKL,

17
Kabupaten/Kota atau Provinsi. Cross-check dilakukan terhadap semua
sediaan positif mikrofilaria dan - minimal 10 % sediaan negatif mikrofilaria,
yang akan dilakukan oleh Laboratorium Mikroskopis Filariasis di B/BTKLPP
Regional atau Unit lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal P2P,
Kementerian Kesehatan - Unit Laboratorium Mikroskopis Filariasis memilikl
sarana yang memadal dan tenaga terlatih. Lihat pada Jejaring Laboratorium
Mikroskopis Fiiariasis.
 Petugas pembaca harus mengisi hasil pembacaan pada formulir pencatatan
dan pelaporan pre-TAS yang sudah diisi data dengan lengkap pada saat
pelaksanaan pre-TAS (lihat formulir pada Lampiran 4).
 Subdit Filariasis dan Kecacingan akan menginformasikan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU
setiap hasil mikrofilaria yang positif melalui surat resmi yang ditandatangani
oleh Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Dirjen P2P.
Dinas Kesehatan Kabupaten OKU akan meneruskan informasi ini kepada
pasien secara rahasia dan langsung mengobati mereka. Untuk subjek dengan
hasil positif dilakukan pengobatan individual yang disarankan yakni DEC (6
mg/kg) selama 12 hari. Pengobatan untuk anggota keluarga mereka dan
tetangga mereka dengan memberikan albendazole (400 mg) dan DEC (6 mg
per-kg berat badan) dalam waktu satu minggu setelah hasil diterima (tata cara
pelaksanaan pengobatan dan dosisnya harus sesuai petunjuk Subdit
Filariasis dan Kecacingan).

VI. Pelatihan di tempat (On the job training)


Adalah penting bahwa semua anggota tim mendapatkan on-the-job training sebelum
pelaksanaan survei di lapangan. Kepala Pengawas Nasional tidak boleh melewatkan
bagian ini dan harus mengalokasikan waktu untuk itu. Dihadiri oleh seluruh petugas
kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan survei evaluasi mikrofilaria.
Pelaksanaan on the job training dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Seluruh peserta wajib menggunakan masker, goggle/face shield, apron/goggle dan
sarung tangan serta menjaga jarak satu sama lain minimal 2 meter. Sebelum
pelaksanaan on the job training perlu dipastikan seluruh peserta dalam kondisi sehat
(minimal cek suhu tubuh). Untuk petugas yang berasal dari luar daerah harus dapat

18
menunjukkan hasil rapid test atau pemeriksaan PCR non reaktif/negative maksimal
14 hari sebelumnya.
On the job training meliputi:
• Penjelasan tentang prosedur survei (memahami secara menyeluruh protokol
pre-TAS dalam situasi pandemi COVID-19) kepada anggota tim pre-TAS dari
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan dan Dinkes Kabupaten OKU.
• Pembagian tim beserta penanggungjawab dari masing-masing tim dan
pembagian tugas anggota tim
• Persiapan alat dan bahan masing-masing tim, termasuk memberikan
tanda/memberikan garis dengan spidol waterproof di pipet kapiler non heparin
sepanjang 5.6 cm
• Sesi demonstrasi untuk melatih cara pengambilan darah dan membuat slide
yang baik dan benar. PENTING DIPERHATIKAN: Kepala pengawas wajib
memastikan bahwa petugas pengambil darah adalah seseorang yang sudah
mahir dan biasa melakukan tugas tersebut sehari-harinya. Sehingga sangat
dianjurkan melibatkan tenaga laboratorium/analis atau perawat di Puskesmas.
Tim Nasional dapat mendatangi Puskesmas terkait untuk melakukan pelatihan
pengambilan darah di Puskesmas terkait.
• Bagaimana melakukan pembuatan apus darah sesuai prosedur, sampai pada
melakukan pewarnaan dengan teknik sesuai SOP.
• Cara mengisi formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS (lihat Lampiran 3).
• Pemecahan untuk masalah-masalah umum yang mungkin ditemui tim selama
kerja lapangan, seperti jika perolehan sampel yang berkurang jumlahnya pada
hari pertama, masyarakat menolak untuk berparstisipasi, dll.
Catatan: Dianjurkan melakukan role-play atau skenario tim di lapangan yang
menerapkan protokol kesehatan COVID-19, seperti bagaimana mengatur alur
kehadiran masyarakat, mulai dari saat mereka datang ke pos pemeriksaan
(harus memakai masker dan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
mendaftar), mengatur letak meja pendaftaran dan meja pengambilan sampel
darah, dengan memperhatikan jarak antar meja dan jarak antar kursi untuk
masyarakat yang menunggu giliran, alat tulis yang tidak boleh dipakai
bersama anggota tim, cara membuang bahan infeksius sisa survei, dll.
Skenario harus sesuai dengan yang akan diterapkan di lapangan, termasuk
menyiapkan perangkat cuci tangan dan/atau hand-sanitizer dan cadangan
19
masker jika diperlukan. Peserta saling berlatih mengambil darah dan membuat
sediaan antar sesama anggota tim.

20
Lampiran 1. Cara mengukur prevalensi dan kepadatan mikrofilaria

Prevalensi mikrofilaria (mf %) dihitung berdasarkan jumlah slide darah yang


ditemukan positif mengandung mikrofilaria, contoh: Kepadatan mikrofilaria (mfd)
adalah jumlah rata-rata mikrofilaria dalam slide-slide yang ditemukan positif
mikrofilaria per ml darah (dengan anggapan ada 60 µl darah per slide) dihitung
sebagai berikut:

Jumlah orang yang slide-slidenya positif mengandung mikrofilaria X 100


Jumlah orang yang diperiksa keberadaan mikrofilaria di darahnya

Jumlah mikrofilaria yang dihitung pada slide-slide yang positif X 16.7


Jumlah slide-slide yang positif

Contoh: Anda harus menghitung satu persatu kepadatan mikrofilaria di 10 sampel.


Semua sampel darah yang terkumpul berupa sampel darah 60 μl. Tabel A.1.1).

Tabel A.1.1 Contoh yang menunjukkan penghitungan di 10 slide darah


Nomor urut orang yang dites Jumlah microfilaria
1 120
2 0
3 0
4 0
5 60
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
Jumlah mikrofilaria 180

Untuk latihan ini ambilah populasi 10 orang, bukannya 500 orang seperti pada
kenyataan di lapangan. Hanya 2 slide yang positif yang mengandung sejumlah 180
mikrofilaria.
Kalau kita terapkan formulanya, maka akan diperoleh:
180 × 16.7/2 = 1503 mf, kita mendapatkan bahwa di desa tersebut rata-rata
kepadatannya adalah 150 mikrofilaria/ml.

21
Lampiran 2. Penyiapan slide untuk pembuatan sediaan apus darah untuk
pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi dan prosedur pewarnaan sediaan

Petugas pengambil darah harus melakukan hal-hal berikut ini:

22
1. Melakukan kalibrasi tabung kapiler non-heparin. Cara kalibrasi adalah dengan
mengukur sepanjang 5.6 cm dari ujung yang tidak berwarna biru ke arah
ujung yang berwarna biru dan memberi tanda garis dengan spidol anti air.
2. Mengenakan sarung tangan sebelum memulai proses. Peganglah slide
hanya pada pinggirnya. Jangan sekali-sekali menyentuh permukaan slide.
3. Jika slide terlihat kotor atau berminyak, bersihkan slide dengan kapas
beralkohol untuk menghilangkan lapisan/ kotoran minyak. Tetapi jika sudah
terlihat bersih, slide langsung dapat dipergunakan.
4. Tulis kode unik pada ujung slide yang berwarna buram dengan pinsil. Jangan
ditulis pada sisi yang salah/terbalik!!
5. Dengan telapak tangan kiri pasien mengarah ke atas, pilih jari ketiga atau
keempat. (Ibu jari tidak boleh digunakan baik pada orang dewasa maupun
anak-anak). Gunakan kapas alkohol untuk membersihkan jari tersebut
dengan menggosok kuat-kuat untuk menghilangkan kotoran dan minyak dari
tapak jari. Keringkan jari tersebut dengan sepotong kapas atau tissue yang
bersih.
6. Dengan menggunakan jarum penusuk steril (1 jarum penusuk untuk setiap
satu orang), tusuklah sisi bagian dalam jari (Gambar A.1.1) dengan menekan
jarum penusuk sampai per terasa sudah melepaskan jarum. Buang jarum
penusuk ke dalam wadah sampah yang diperuntukkan bagi benda tajam.

Gambar A1.1 Mengambil darah dan membuat sediaan apus darah

7. Tekan jari tersebut dengan lembut dan kumpulkan 60 μl darah ke dalam


tabung kapiler non heparin yang telah dikalibrasi. Posisikan tabung kapiler
secara horizontal (rata) saat anda mengumpulkan darah.

23
• Jagalah agar gelembung udara tidak masuk ke dalam tabung kapiler.
Apabila ada gelembung udara yang masuk, maka untuk mengimbanginya
isilah darah sampai sedikit melebihi garis batas.
• Bersihkan darah yang tersisa dengan kapas. Kemudian, minta pasien
untuk memegang kapas kuat-kuat pada jari tersebut sampai aliran darah
berhenti.
8. Selalu pegang slide pada bagian tepinya, atau pada sudutnya, saat membuat
sediaan darah sebagai berikut:
Dengan menggunakan tabung kapiler teteskan di tiga titik untuk
membentuk tiga jalur paralel darah (masing-masing 20 μl per titik)
sepanjang slide. Dengan tutup jarum penusuk buat tiga jalur paralel
seperti gambar di bawah ini.

Gambar A. 1.2 Jalur paralel pada sediaan apus darah


MNA/SN/001

MNA/SN/001

Spesimen darah jari berbentuk 3 garis paralel dengan ukuran setiap garis lebar x panjang = 0.5 x 4 cm (@ 20
uL)

9. Biarkan apus darah pada slide mengering dengan menempatkan slide


tersebut dalam posisi horizontal di tempat yang aman, misalnya diatur di
dalam folder/map slide, sampai pengumpulan darah pada malam itu selesai.
Kemudian dengan hati-hati aturlah semua slide ke dalam kotak slide pada
saat survei berakhir malam itu.

Pewarnaan sediaan apus


Kepala Pengawas harus melakukan mengawasi/atau melakukan sendiri proses
pewarnaan melalui langkah-langkah berikut ini:
1. Pewarnaan dilakukan setelah apusan darah mengering sempurna dengan
bantuan udara selama 24 jam (jika Anda mengambil sampel pada malam
pertama, Anda mewarnainya pada waktu pagi di hari ketiga). Secara hati-hati
susunlah slide di dalam rak pewarnaan. Catatan: jika tim pre-TAS perlu

24
melakukan perjalanan sebelum 24 jam berlalu, maka susun slide dalam
kotaknya dan slide-slide tersebut tetap harus diwarnai setelah 24 jam.
2. Lakukan dehemoglobinasi sediaan darah tersebut menggunakan air distilasi
(dapat juga memakai air kemasan botol merek Aqua atau Ades yang memiliki
rata-rata pH 7.2). Rendam sediaan darah/slide di dalam air (Aqua atau Ades)
sampai air berwarna merah dan jalur darah pada slides menjadi berwarna
putih susu. Kemudian buanglah air dengan hati-hati. Kemudian susun slide
dalam rak pewarnaan dan biarkan mengering di udara (biasanya berlangsung
sekitar 10-20 menit).
3. Setelah slide mengering, celupkan dalam metanol selama 1 detik.
4. Selanjutnya lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 3% (30 mL Giemsa
stock + 970 mL Aquades) selama 30 menit. Caranya bisa dengan
meneteskan larutan Giemsa ke permukaan slide hingga merata atau dengan
cara merendam slide dalam larutan Giemsa yang dituang ke dalam baki.
Kebutuhan larutan Giemsa untuk sekitar 300 slide adalah sebanyak 300 ml.
Jika inti sel darah putih terwarnai dengan benar, mikrofilaria juga harusnya
terwarnai secara memadai. pH larutan pewarnaan tidak kritis, warna
keseluruhan sediaan darah dapat berkisar antara merah muda sampai ungu
kebiruan.
Catatan: Larutan Giemsa harus baru yang disiapkan segera sebelum
melakukan prosedur pewarnaan.
1.
2.
3.
4.
5. Terakhir bersihkan warna dengan mencelupkannya ke dalam sebaskom air 1x
dan keringkan dengan bantuan udara sampai slide kering sempurna
(pengeringan dapat dilakukan dengan meletakkan slide miring 45 derajat agar
air turun). Setelah slide benar-benar kering, atur slide-slide tersebut di kotak
slide dan siap untuk dibawa dan diperiksa oleh BTKL Palembang. Pastikan
bahwa pengepakan box slide dilakukan dengan baik sehingga aman
untuk proses transport ke laboratorium.

25
Pembaca slide harus melakukan proses pembacaan melalui langkah-langkah berikut
ini:
1. Memeriksa preparat tersebut dengan menggunakan mikroskop. Pertama
gunakan objektif 10 x 10 untuk menemukan mikrofilaria.
2. Jumlah mikrofilaria yang terlihat di seluruh lapangan pandang dihitung
dengan cara menggeser spesimen. Mulai dari tepi kiri, geser ke kanan
sampai tepi preparat. Kemudian teruskan ke bidang pandang berikutnya dan
geser dalam arah yang berlawanan ke tepi lagi. Dan seterusnya, sampai
seluruh sediaan darah tuntas diperiksa.

Gambar A.1.3 Membaca slide untuk menemukan mikrofilaremia

3. Catat di pinggir slide tentang kepadatan dan spesies dari mikrofilaria yang
diidentifikasi dalam pemeriksaan. Pemeriksa harus membaca 80-100 slide per
hari.
4. Catat pada formulir pencatatan dan pelaporan pre-TAS kepadatan dan
spesies dari mikrofilaria yang ditemukan dari setiap responden.

26
Lampiran 3. Formulir Pencatatan dan Pelaporan Pre-TAS

*) Desa sentinel adalah desa dengan mf tertinggi saat survei baseline/pemetaan dan desa spot-check
adalah desa dengan angka cakupan POPM rendah; Prevalensi kasus klinis; Prevalensi vektor tinggi;
lokasi berbatasan dengan kabupaten endemis; Ada riwayat LF dari survei sebelumnya; Area dengan
status sosioekonomi rendah.

27
Lampiran 4. Formulir Laporan Pengecekan Silang/cross-check
Formulir laporan pengecekan silang oleh laboratorium acuan

Nama laboratorium _____________________


acuan
Jumlah darah yang
diterima
Nama Desa _____________ Tanggal _______
survei
Nama _____________ Tanggal _______
Puskesmas Penerimaan
Nama _____________ Tanggal _______
Kecamatan pemeriksaan
silang
Nama _____________
Kabupaten/
kota
Nama _____________
Provinsi

Kualitas Hasil Catatan


Sem War Sebagaimana diperiksa Pengecekan silang Kualitas
Nom Kode
ir na oleh lab UI organisasi lain slide
or Unik
Neg Bm Wb Bt Neg Bm Wb Bt
Slide Slide

(TANDA TANGAN LABORATORIUM (TANDA TANGAN PENGECEK


ACUAN UTAMA) ULANG DENGAN TANGGAL)

Lampiran 5. Formulir Supervisi Pre-TAS

Indonesia Act|East PreTAS Supportive Supervision Form

Nama Supervisor:

Kabupaten/Kota PreTAS:

28
Jenis mf yang endemis:

Nama lokasi survei dan jenis


lokasi (sentinel/spot-check):

Tanggal pelaksanaan survei:

BAGIAN I: PELATIHAN METODOLOGI SURVEI UNTUK TIM KABUPATEN DAN PUSKESMAS

Mohon diisi dengan melingkari jawaban atau penjabaran yang sesuai dengan keadaan.

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah tim survei Kabupaten dan puskesmas Ya Tidak N/A


dilatih sebelum pelaksanaan PreTAS?

2. Apakah peserta mendapat salinan materi Ya Tidak N/A


pelatihan?

2a. Jika diberi salinan materi pelatihan, tolong dirinci


jenisnya:

3 Bagaimana cara memastikan masyarakat ikut


berpartisipasi dalam survei preTAS ini?

4 Jelaskan tantangan dan hambatan yang dihadapi


oleh Kabupaten atau Puskesmas sebelum dan saat
melaksanakan survei?

BAGIAN II: PERSIAPAN On-the-job TRAINING (OJT) PreTAS SELAMA COVID-19

Checklist sebelum OJT Ya / Tidak Keterangan

1. Apakah ruangan pelatihan cukup besar untuk


menampung semua peserta pelatihan untuk
duduk dengan jarak 2 meter satu sama lain?

2 Apakah kursi dan meja sudah diatur dengan

29
jarak 2 meter?

3. Apakah ruang pelatihan ventilasinya baik?


Apakah pintu dan jendela berfungsi dengan baik
dan terbuka?

4. Apakah ruang pelatihan ditandai untuk


membatasi masuknya orang-orang yang tidak
berkepentingan?

5. Apakah ruang pelatihan dibersihkan dan


didesinfeksi menggunakan pembersih dan
desinfektan yang standar, sebelum dan sesudah
peserta tiba?

6. Apakah WC umum dibersihkan dan didesinfeksi


pagi hari dan diulangi tengah hari?

7. Apakah disediakan tempat cuci tangan yang


dilengkapi air dan sabun yang memadai
sebelum mulai training?

8. Apakah ada petugas khusus yang memonitor


seluruh suplai pembersih dan sanitasi dan
kegiatannya selama pelatihan berlangsung?

9. Apakah tersedia hand-sanitizer berbasis alcohol


untuk semua di tempat-tempat yang memiliki
keterbatasan air?

10. Apakah semua peserta mengenakan masker?


Apakah masker dikenakan dengan benar
(menutupi hidung dan mulut)?

11. Apakah ada petugas khusus untuk


penatalaksanaan screening? Apakah petugas
tersebut membawa checklist tanda dan gejala
COVID-19?

12. Apakah disediakan tempat khusus untuk


screening tanda dan gejala COVID-19 sebelum
masuk ruang pelatihan?

Checklist setelah selesai OJT Ya / Tidak Keterangan

1. Apakah ruang pelatihan dibersihkan dan


didesinfeksi menggunakan pembersih dan
desinfektan standard setelah selesai digunakan?

2. Apakah WC umum dibersihkan dan didesinfeksi

30
setelah OJT selesai?

3. Apakah semua bahan dan alat didesinfeksi


selesai digunakan?

4. Apakah peserta mencuci tangan dengan sabun


atau memakai hand-sanitizer dengan benar jika
mereka harus keluar ruang pelatihan dan masuk
ruangan Kembali?

5. Apakah masker sekali pakai dibuang secara


benar dalam tempat sampah setelah selesai
pelatihan?

6. Apakah setiap peserta ditapis untuk tanda dan


gejala COVID-19 menggunakan checklist dan
thermometer sebelum masuk ruang pelatihan?

7. Jika ada peserta yang memiliki gejala COVID-19,


apakah dilakukan tatalaksana mengikuti
protocol local?

BAGIAN III: PENGAMATAN PELAKSANAAN SURVEI

Mohon diisi dengan melingkari jawaban atau penjabaran yang sesuai dengan keadaan.

No Pertanyaan Jawaban

5. Apa alat diagnosa yang dipergunakan untuk Apus darah FTS Brugia Rapid
PreTAS?

6. Jam mulai pengambilan sampel darah:

7. Jam selesai pengambilan sampel darah:

8. Dimana dilakukan pengambilan sampel darah? Masyarakat dikumpulkan di pos


pengambilan darah.

Rumah ke rumah

Kedua cara di atas

9. Apakah pengambilan darah bisa dilakukan di luar Ya Tidak


ruangan?

31
Jika tidak jelaskan tindakan pencegahan yang
dilakukan.

10. Apakah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh Ya Tidak


masyarakat sebelum didaftar?

10a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

11. Apakah masyarakat yang akan diperiksa mencuci Ya Tidak


tangan dengan sabun atau memakai hand sanitizer
sebelum didaftar?

11a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

12. Apakah masyarakat memakai masker dan menjaga Ya Tidak


jarak minimal 2m saat menunggu pelaksanaan
pengambilan darah?

12a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

13. Apakah dilakukan penyuluhan kepada masyarakat Ya Tidak


sebelum mulai survei termasuk informasi tindakan-
tindakan pencegahan COVID-19 saat dilakukan
pengambilan darah atau saat kunjungan rumah?

13a. Jika tidak, apa tindakan yang dilakukan oleh


supervisor?

14. Apakah semua anggota tim survei ditapis untuk


tanda dan gejala COVID-19 sebelum pelaksanaan
survei. Jika penapisan hasilnya positif apakah Ya Tidak
anggota tim tidak diikutsertakan dan dikembalikan
ke rumah untuk diisolasi?

14a. Jika tidak, apa tindakan yang dilakukan oleh


supervisor?

15. Apakah semua anggota tim survei memakai sarung Ya Tidak


tangan, face shield dan apron/gown selama proses

32
pengambilan darah dan pembuatan apus darah?

15a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

16. Apakah tim survei mencuci tangan dengan sabun Ya Tidak


atau memakai hand sanitizer sebelum berinteraksi
dengan masyarakat?

16.a Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

17. Apakah masyarakat mencuci tangan dengan sabun Ya Tidak


sebelum dan setelah pengambilan darah?

17a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

18. Apakah semua peralatan survei telah didesinfeksi Ya Tidak


menggunakan cairan berbasis alcohol sebelum
dilakukan pengambilan darah dan setelah
bersentuhan dengan masyarakat yang diperiksa?

18a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

19. Apakah tim survei membuang sampah biohazard Ya Tidak


sesuai protocol pemusnahan yang benar?

19a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

20. Apakah tim survei telah mengisi formulir Ya Tidak


pengumpulan data dengan benar dan lengkap?

20a. Jika tidak dilakukan, apa tindakan yang dilakukan


supervisor?

21. Apakah ada pertanyaan yang diajukan oleh


masyarakat saat pelaksanaan survei?

22. Apakah ada hal lain yang teramati yang perlu


disampaikan?

33
Lampiran 6. Organisasi Tim Pre-TAS

asd
Tim Pre-TAS Kabupaten OKU

Desa Batumarta II (Desa Spot-


Desa Saung Naga (Desa Spot-check
check) di Kecamatan Batu Raja
di Kecamatan Batu Raja Barat
Timur

1 orang tim Pusat/BTLKPP Palembang Kasubdit Filariasis


1 orang dan Kecacingan,
tim Pusat/BTKLPP Palembang
1 orang tim pre-TAS Dinkes Prov Sumatera 1 orang tim pre-TAS Dinkes Prov Sumatera
Selatan Selatan
2 orang Dinkes Kabupaten OKU 34 2 orang Dinkes Kabupaten OKU
2 orang Petugas Puskesmas Tanjung Agung 2 orang
Lita RenataPetugas Puskesmas
Sianipar, Batumarta II
SKM, M.Epid
5 orang Kader masyarakat 5 orang Kader masyarakat
NIP 197106261994032001

Anda mungkin juga menyukai