Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

DINAS KESEHATAN
Kompleks Kantor Gubernur Papua Barat, Jl. Brigjen Abraham Oktavianus Atururi, Arfai, Manokwari 98315

Manokwari, 28 Agustus 2023

Nomor : /DK-PB/VIII/2
Lampiran : 1 (Satu) Berkas Yang Terhormat
Perihal : Pengiriman Laporan Hasil Kepala Dinas Kesehatan
kegiatan Tim Pemetaan Pegunungan Arfak
Reseptivitas dan larvasiding Di-
Kabupaten Pegunungan Arfak
Ulong
Tahun 2023

Bersama ini Kami kirimkan hasil kunjungan tim Pemetaan


Reseptivitas ( Tempat perindukan Nyamuk) Anopheles malaria Pegunungan Arfak
yang telah dilaksanakan pada 23 – 26 Agustus tahun 2023 , Diharapkan dokumen
laporan ini sebagai bagian dokumen penguat dalam penilaian eliminasi malaria
Pegunungan Arfak Tahun 2023.

Demikian surat pemberitahuan ini Kami buat , atas perhatian dan


Kerjasama yang baik Kami ucapkan terima kasih.

Kepala Dinas,

Otto Parorrongan, SKM. M.Mkes

NIP. 19671004 199312 1 003


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT
DINAS KESEHATAN
Kompleks Kantor Gubernur Papua Barat, Jl. Brigjen Abraham Oktavianus Atururi, Arfai, Manokwari 98315

LAPORAN HASIL KEGIATAN


PEMETAAN SURVEI RESEPTIVITAS VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN
PEGUNUNGAN ARFAK TAHUN 2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia. Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Data Kementerian Kesehatan terkait situasi malaria di
Indonesia tahun 2022 bahwa tiga peringkat atas provinsi tertinggi penyumbang
malaria adalah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Barat. Di daerah
transmigrasi dimana terdapat terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis, di daerah endemis malaria masih sering munculnya
KLB (Kejadian Luar Biasa) malaria. Sehingga KLB ini menyebabkan insiden rate
penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut. Transmisi malaria di Indonesia
masih terjadi, laporan WHO menunjukkan penemuan kasus tertinggi ditahun 2022.
Hingga akhir tahun 2022 terdapat 790.568 total kasus malaria di Indonesia, 10,7%
masyarakat Indonesia masih tinggal didaerah endemik menengah dan tinggi.
Menurut data SISMAL tahun 2022, jumlah kasus malaria Provinsi Papua
Barat sebanyak 13.079 kasus dengan API adalah 13,12 perseribu penduduk, tercatat
56% penyumbang kasus dari Kabupaten Manokwari. Provinsi Papua Barat selama
tahun 2009-2021 dengan angka kejadian malaria cenderung menurun yaitu tahun
2009 dari 50.766 kasus malaria turun menjadi 13.079 kasus di tahun 2022, dan hingga
Agustus 2023 tercatat 9.743 kasus malaria di Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Angka ini masih di atas angka nasional yang di targetkan sehingga diperlukan strategi
yang baik untuk menurunkan kasus malaria di bawah angka API 1 per seribu
penduduk. Namun, tren penurunan kasus malaria di Papua Barat dari tahun ke tahun
diikuti oleh tren pemeriksaan malaria yang meningkat, dan juga tidak terlepas dari
inovasi yang selama ini sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat serta peran dari berbagai pihak dan
lintas sektor.
Eliminasi malaria di Provinsi Papua Barat ditargetkan dapat dicapai pada
tahun 2027, sesuai dengan kesepakatan yang ditandatangani oleh gubernur beserta
bupati dan DPR kabupaten kota se Provinsi Papua Barat tanggal 9 Agustus 2017,
untuk itu upaya-upaya percepatan diperlukan agar Eliminasi Malaria di Provinsi
Papua Barat pada tahun 2027 dapat terwujud. Salah satu kabupaten di Papua Barat
yang berpotensi untuk eliminasi malaria, didukung oleh tiga tahun berturut turut tidak
ada kasus lokal adalah Kabupaten Pegunungan Arfak. Menurut data sismal Kabupaten
Pegunungan Arfak tahun 2020 (19 kasus dengan API 0,63 perseribu penduduk), tahun
2021 (9 kasus dengan API 0.37 perseribu penduduk), dan tahun 2022 (20 kasus
dengan API 0.61 perseribu penduduk), dan hingga bulan Agustus 2023 tercatat 74
kasus malaria.
Suatu wilayah atau daerah bisa dinyatakan bebas malaria (eliminasi) jika
memenuhi beberapa persyaratan yaitu masing-masing wilayah dapat membuktikan
bahwa wilayahnya telah bebas dari penularan lokal (kasus indigenous) malaria selama
tiga tahun terakhir, memiliki sistem yang baik untuk memastikan atau menjamin tidak
ada penularan kembali, tingkat positifitas (positivy rate) kurang dari 5 %, API
(Annual Parasite Incidence) atau jumlah penderita malaria kurang dari 1 per 1.000
penduduk dan setiap wilayah harus memiliki peta reseptif malaria (Permenkes RI.
2022).
Reseptif adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dan terdapat faktor
lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria. Setiap
Kabupaten dan Puskesmas harus memiliki peta reseptif malaria sebagai salah satu
syarat dalam penilaian eliminasi malaria. Peta reseptif bertujuan untuk menerangkan
suatu wilayah atau kampung memiliki vektor malaria atau tidak, dengan kategori
daerah reseptif dan daerah non reseptif. Fungsi pemetaan daerah reseptif ini adalah
pengendalian terhadap penyakit malaria.
Dalam rangka persiapan Kabupaten Pegunungan Arfak untuk penilaian
eliminasi malaria oleh kementerian kesehatan, maka Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Barat akan melaksanakan survei reseptivitas malaria pada kampung kampung yang
mendominasi kasus malaria ditiga tahun terakhir (2021-2023) di Kabupaten
Pegunungan Arfak. Berdasarkan data SISMAL selama tiga tahun berturut-turut
bahwa terdapat 11 kampung yang mendominasi kasus positif ditiga wilayah kerja
Puskesmas Anggi, Puskesmas Anggi Gida, dan Puskesmas Taige, sehingga pemetaan
reseptivitas vektor akan dilakukan kampung tersebut, selain itu, tim juga akan
melakukan survei vektor di wilayah kerja Puskesmas Menyambouw, yaitu wilayah
perbatasan Kabupaten Pegunungan Arfak.
B. Tujuan Pelaksanaan
a. Tujuan Umum
Membuat pemetaan wilayah reseptif malaria berbasis faktor lingkungan habitat
nyamuk yang berkaitan dengan wilayah endemis di Kabupaten Pegunungan Arfak

b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan survei reseptivitas kampung dengan kasus malaria paling banyak
2. Mengidentifikasi nyamuk yang ditemukan pada saat survei
3. Mengidentifikasi lingkungan yang berpengaruh pada sebaran dan kepadatan
populasi larva dan nyamuk dewasa Anopheles sp.
4. Memberikan rekomendasi pengendalian vektor malaria jika ditemukan
C. Metode
Metode pelaksanaan menggunakan metode cidukan (Dipping). Metode dipping
umumnya digunakan untuk pengambilan sampel jentik pada tempat
perkembangbiakan yang relatif luas, misalnya rawa, sungai sawah dan
parit/selokan/saluran air dengan menggunakan cidukan/gayung.
Adapun prosedur pelaksanaan Survei adalah sebagai berikut :

1. Menentukan dan mengidentifikasi tipe dan karakteristik tempat perindukan (TP).


Tipe TP dapat berupa: lagun yang permanen, tambak, genangan air pasang, rawa-
rawa, sawah, saluran irigasi, mata air, rawa, kolam, dan lain-lain. Sedangkan
karakteristik TP, ditentukan oleh keadaan fisik (cahaya, aliran, kedalaman, keruh,
dll), kimia (salinitas, pH), dan biologik (adanya jenis-jenis hewan dan tanaman).
2. Pengambilan titik koordinat pada tempat potensial perindukan larva/nyamuk
Anopheles sp
3. Melakukan pencidukan larva pada tempat perindukan yang telah ditentukan dengan
menggunakan alat penciduk dengan kemiringan 45 derajat ke arah kumpulan
larva/jentik
4. Selanjutnya masukan larva ke dalam botol kecil (vial bottle) dari cidukan dengan
menggunakan pipet
5. Vial diberi label yang berisi data-data : lokasi dimana jentik diambil, tanggal, tipe
tempat perkembang biakan dan nama kolektor/pengambil.
6. Mengisi formulir survei jentik Anopheles yang telah disiapkan.
7. Identifikasi jentik di laboratorium dengan menggunakan mikroskop compound.
Adapun mekanisme identifikasi adalah sebagai berikut :
a. Jentik dimatikan dan diawetkan dengan cara :
- Siapkan petridisk berisi larva dengan air sedikit mungkin
- Masukkan air hangat 600C atau panaskan dengan lilin sampai jentik mati
- Jentik yang telah mati dimasukkan ke dalam vial kecil berisi alcohol 70%
b. Melakukan identifikasi pada jentik Anopheles :
- Anopheles tidak memiliki Siphon (pipa udara)
- Saat bernafas tubuh jentik berhimpit dengan permukaan air
D. Tim Survei Reseptivitas Vektor Malaria
1. Kasie P2PM Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat
2. Pengelola Program P2 Vektor Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat
3. Staff Entomolog KKP Kelas III Manokwari
4. Pengelola Program Malaria HAKLI Papua Barat
5. Kasie P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Arfak
6. Pj Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Arfak
7. Kepala Puskesmas Anggi Gida
8. Pj Malaria Puskesmas Anggi
9. Pj Malaria Puskesmas Taige
10. Pj Malaria Puskesmas Menyambouw

E. Kerangka Konsep Survei Reseptivitas Malaria

Positif Jentik Anopheles Reseptif

Peta

Negatif Jentik Non


Habitat Jentik Anopheles
Anopheles Reseptif

Memenuhi Syarat
Indeks Habitat Jentik

Tidak Memenuhi
Syarat
Gambar 1 Kerangka Konsep

F. Populasi dan Sampel


a. Populasi dalam survei ini adalah semua habitat jentik Anopheles di wilayah
kerja Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw.
b. Sampel dalam survei ini adalah semua habitat jentik Anopheles di wilayah
kerja Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw.
G. Metode Pangumpulan Data
a. Data Primer
Data primer yaitu habitat jentik Anopheles di wilayah kerja kerja Puskesmas
Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw. Data primer dikumpulkan
langsung oleh Tim Survei dengan menggunakan formulir survei habitat jentik
nyamuk Anopheles dan kondisi kingkungan habitat.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kerja Puskesmas Anggi, Anggi
Gida, Taige, dan Menyambouw terkait jumlah kasus dan situasi malaria
selama 3 tahun terakhir.
H. Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan pemberitahuan
2) Persiapan formulir survey jentik, fotmulir survei kondisi lingkungan
b. Tahap Pelaksanaan Melakukan survey yang bertujuan untuk mengumpulkan
data habitat jentik Anopheles.
1) Teknik survey jentik Anopheles :
a) Menentukan dan mengidentifikasi tipe dan karakteristik tempat
perindukan (TP). Tipe tempat perindukan dapat berupa lagun yang
permanen, tambak, genangan air pasang, rawa-rawa, sawah,
saluran irigasi, mata air, rawa, kolam, dan lain-lain.
b) Mempersiapkan bahan dan peralatan antara lain :
- Cidukan gayung
- Pipet plastik
- Botol kecil
- Formulir survey jentik dan kondisi lingkungan
- Hp Android : GPS Essentials
- Alat tulis
- Alat ukur pH dan suhu air
c) Melakukan pencidukan larva pada tempat perindukan yang telah
ditentukan dengan menggunakan alat penciduk dengan kemiringan
45 derajat ke arah kumpulan larva/jentik.
d) Selanjutnya masukan jentik ke dalam botol kecil (vial bottle) dari
cidukan dengan menggunakan pipet
e) Menghitung indeks habitat jentik adalah :

*Jika Index Habitat jentik Anopheles Tinggi atau terdapat infestasi


baru dari luar daerah pengawasan, segera lakukan pengendalian.
I. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan survey reseptivitas vektor malaria berupa survei jentik Anopheles sp
dilaksanakan selama 4 (Empat) hari yaitu pada tanggal 23 – 26 Agustus 2023
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Situasi Malaria di Kabupaten Pegunungan Arfak


Malaria di Kabupaten Pegunungan Arfak selama tiga tahun berturut-turut
(2021-2023) tidak terdapat kasus lokal (indigenous) dengan data kasus lengkap pada
Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Kasus, API, PR, dan ABER Kabupaten Pegunungan Arfak

TAHUN KASUS API PR ABER

2021 9 0,37 17,65% 0,21%

2022 20 0,61 5,38% 1,14%

AGUSTUS 2023 74 - 3,66% 5,53%

Terdapat 10 puskesmas di Kab Pegunungan Arfak antara lain Puskesmas


Anggi, Puskesmas Anggi Gida, Puskesmas Catubouw, Puskesmas Didohu, Puskesmas
Hingk, Puskesmas Membey, Puskesmas Menyambouw, Puskesmas Sururey,
Puskesmas Taige, dan Puskesmas Taige . Kasus paling tinggi hingga Agustus 2023
berada di Puskesmas Anggi (26 kasus) dan Puskesmas Anggi Gida (22 kasus). Data
Kasus malaria berdasarkan puskesmas dapat dilihat pada Gambar 2.

30
26
25
22
20
16
15

10
7 7
6
5 3 4 4
3
2
1 1 1
0 PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS
ANGGI ANGGI GIGA CATUBUOW DIDOHU HINGK MEMBEY MENYAMBOUW SU RUREY TAIGE TESTEGA

Sum of 2021 Sum of 2022 Sum of 2023

Gambar 2. Grafik kasus malaria berdasarkan Puskesmas (Kab. Pegunungan Arfak)


Kasus malaria per Agustus tahun 2023, jumlah kasus malaria yang terjadi pada
laki-laki (62%), dan perempuan (38%). 48 kasus ditemukan dari kegiatan PCD (Pasif
case detection) (48 kasus), MBS (3 kasus), Kunjungan Rumah (10 kasus), Pusling (2
kasus), dan Surveilans Migrasi (1 kasus). 62% kasus didominasi Plasmodium
falcifarum.

B. Kondisi Lingkungan Survei Habitat


Survei reseptivitas malaria dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas Anggi
(Kampung Imbay, Igimbay, Ullong, Hungku. Suteibey, Susi), Puskesmas Anggi Gida
(Kampung Tombrok, Tuabiam, dan Itkau), Puskesmas Taige (Kampung Taige), dan
Puskesmas Menyambouw (Kampung Menyambouw).

Tabel 2. Kondisi Lingkungan Titik Survei Reseptivitas Vektor Malaria Kab. Pegunungan Arfak

TITIK KORODINAT
KARAKTERISTIK
SALINI pH SUHU
NO PUSKESMAS KAMPUNG LOKASI TEMPAT
TAS (‰) AIR AIR (°C)
LATITUDE LONGITUDE (P/TP)

1 ANGGI IMBAI 1 -1.326541 133,91487 PARIT/P 0 8,1 25,6


2 ANGGI IMBAI 2 -1.318151 133,92357 GENANGAN/TP 0 5,9 23,9
3 ANGGI ULLONG 1 -1.267057 133,87639 GENANGAN/TP 0 6,4 25,3
4 ANGGI ULLONG 2 -1.266960 133,87689 GENANGAN/TP 0 7,12 24
5 ANGGI ULLONG 3 -1.265744 133,874954 GENANGAN/TP 0 6,1 26,67
6 ANGGI ULLONG 4 -1.271837 133,8793 TAMPUNGAN AIR 0 6,9 20,4
7 ANGGI IGIMBAY 1 -1.324455 133,91742 GENANGAN/TP 0 6,2 23,4
8 ANGGI SUSI 1 -1.306359 133,90273 RAWA/P 0 6,3 22,9
9 ANGGI SUSI 2 -1.315763 133,90356 SALURAN IRIGASI/P 0 6,6 17
10 ANGGI SUSI 3 -1.322732 133,90949 SALURAN IRIGASI/P 0 7,2 21,4
11 ANGGI HUNGKU 1 -1.324244 133,90018 SALURAN IRIGASI/P 0 6,1 19,8
12 ANGGI SUTEIBEY 1 -1.314088 133,9261 GENANGAN/TP 0 8,1 15,2
13 ANGGI GIDA TOMBROK 1 -1.367496 133,95853 GENANGAN/TP 0 7,5 21,9
14 ANGGI GIDA TOMBROK 2 -1.367842 133,95856 PARIT/P 0 7,5 23
15 ANGGI GIDA TOMBROK 3 -1.369793 133,95723 GENANGAN/TP 0 8,2 23,4
16 ANGGI GIDA TOMBROK 4 -1.370062 133,95743 KOLAM/P 0 7,9 22,7
17 ANGGI GIDA TOMBROK 5 -1.370222 133,95769 SALURAN IRIGASI/P 0 7,3 22,3
18 ANGGI GIDA ITKAU 1 -1.397298 133,9319 PARIT/P 0 7,7 21
19 ANGGI GIDA ITKAU 2 -1.397414 133,93175 SALURAN IRIGASI/P 0 7,5 22,2
20 ANGGI GIDA ITKAU 3 -1.397130 133,93193 DANAU/P 0 7,1 21,8
21 ANGGI GIDA TUABIAM 1 -1.382135 133,93982 PARIT/P 0 7,9 23
22 TAIGE TAIGE 1 -1.286966 133,86575 GENANGAN/TP 0 7,3 20
23 TAIGE TAIGE 2 -1.310168 133,85397 SALURAN IRIGASI/P 0 6,9 19,6
24 TAIGE TAIGE 3 -1.309253 133,85667 SALURAN IRIGASI/P 0 6,6 19,8
25 TAIGE TAIGE 4 -1.309056 133,85695 GENANGAN/TP 0 7,1 20,3
26 TAIGE TAIGE 5 -1.298127 133,86108 SALURAN IRIGASI/P 0 6,9 22,9
MENYAMBOU
27 MENYAMBOUW 1 -1.183404 133,87268 INJAKAN TERNAK/TP 0 7,5 22,8
W
MENYAMBOU
28 MENYAMBOUW 2 -1.156318 133,87871 GENANGAN/TP 0 7 21,5
W
MENYAMBOU
29 MENYAMBOUW 3 -1.121899 133,86632 GENANGAN/TP 0 6,9 22,9
W
* P : Permanen/TP : Tidak Permanen

Peta Titik Koordinat Survei Receptivitas Malaria Kabupaten Pegunugan Arfak 2023

Kampung kampung terpilih ini diambil berdasarkan analisa data kasus tiga tahun
terakhir dengan persentase jumlah kasus 3-45% kasus terjadi di kampung kampung tersebut
selama tiga tahun terakhir. Keadaan lingkungan dan hasil survei yang dilakukan pada 29 titik
dapat dilihat pada Tabel 2 diatas.

Hasil pengamatan lingkungan yang dilakukan ke 65 tititk diperoleh rata rata pH air
7,09 dan suhu air 21,9 °C, dan salinitas 0 ‰. Karakteristik tempat beragam dari parit,
genangan, galian kecil, rawa, saluran irigasi, danau, parit, galian, hingga injakan ternak. 41%
karakteristik tempat didominasi genangan, dan 28% didominasi saluran irigasi. Pada semua
titik survei tidak ditemukan jentik Anopheles, atau tidak terdapat breeding site/ habitat
jentik Anopheles spp (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Tipe Habitat Potensial Perindukan Nyamuk Anopheles spp. di wilayah
kerja
Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw
JUMLAH LOKASI
TIPE HABITAT Teramati Positif Larva Anopheles sp.
n % n %
DANAU 1 3% 0 0,00
GENANGAN 12 41% 0 0,00
INJAKAN TERNAK 1 3% 0 0,00
KOLAM 1 3% 0 0,00
PARIT 4 14% 0 0,00
RAWA 1 3% 0 0,00
SALURAN IRIGASI 8 28% 0 0,00
TAMPUNGAN AIR 1 3% 0 0,00
JUMLAH 29 100% 0 0%

Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di genangan air bersih dan tidak
terkena polusi, tetapi habitat lokasi berkembang biak tidak sama. Beberapa habitat jentik
Anopheles dapat hidup di kolam kecil, kolam besar dan genangan air yang bersifat sementara
atau di rawa-rawa yang permanen. Tempat perindukan nyamuk Anopheles adalah tempat air
yang besar dan sedang, berupa genangan air yang tetap yaitu air tawar atau air payau yang
meliputi rawa, muara sungai, lubang bekas galian, tambak yang terbengkalai. Sedangkan
genangan sementara bersifat alamiah meliputi genangan air hujan, air tepi sungai dan
kubangan. Genangan sementara adalah parit, irigasi dan lubang bekas galian (Setyaningrum
2020). Sehingga dominasi karekteristik tempat survey yang dilakukan oleh tim survei vektor
malaria Kabupaten Pegunungan Arfak sudah sesuai dengan karakteristik tempat perindukan
nyamuk Anopheles.

Suhu air mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk vektor malaria, pada penelitian


yang dilakukan oleh Setyaningrum (2008) didapatkan berkisar antara 32-33 °C dan pH
berkisar 6-8. Sedangkan menurut DepKes RI (2008) suhu berkisar antara 25-27°C untuk
perkembangbiakan nyamuk. Kabupaten Pegunungan Arfak memiliki suhu udara yang
cenderung rendah dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Papua Barat,
berdasarkan hasil survei tim juga menemukan bahwa rata rata suhu air pada tempat survei
21,9 °C dengan kisaran 15,2°C hingga 26,67°C, hal ini juga berkaitan dengan waktu
dilaksanakan survei pagi hari, siang hari, dan sore hari. Sedangkan pH air rata rata 7,09 pada
saat survei dengan kisaran 5,9 hingga 8,2.

Menurut Depkes RI (2003 dalam Susana 2011) kadar garam dapat mempengaruhi
perkembangbiakan vektor. Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar
garamnya berkisar antara 12-18‰ dan tidak dapat berkembang pada kadar garam di atas
40‰ keatas. Walaupun di beberapa tempat di Sumatera Utara spesies ini ditemukan pula di
air tawar. Menurut Susana (2011) Larva tidak dapat hidup pada medium dengan salinitas
35‰, salinitas optimumnya yaitu 10‰ dengan lama perkembangan hingga mencapai imago
antara 6-8 hari. Pada penelitian Pangastuti et al. (2015) di Lampung Selatan, salinitas air
berkisar 10 - 28.7‰ yang menunjukkan larva dapat hidup di air payau. Salinitas yang
diperoleh pada semua titik survei tim di Kabupaten Pegunungan Arfak adalah 0‰.

Tabel 4. Indeks Habitat wilayah kerja Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan
Menyambouw
WILAYAH KERJA PERINDUKAN INDEKS HABITAT NILAI BAKU
PUSKESMAS POSITIF (KATEGORI) MUTU
ANGGI 0 0,00% (Rendah) 0
ANGGI GIDA 0 0,00% (Rendah) 0
TAIGE 0 0,00% (Rendah) 0
MENYAMBOUW 0 0,00% (Rendah) 0

Dari perhitungan density, berdasarkan standar baku mutu Permenkes No. 50 Tahun 2017
tentang pengendalian vektor diketahui bahwa indeks Habitat jentik Anopheles sp di wilayah
Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw yaitu adalah 0% (Nilai baku mutu
0%) sehingga masuk dalam kategori rendah.

C. Hasil Pengamatan Prilaku Masyarakat dimalam

Berdasarkan pengamatan perilaku masyarakat sekitar cenderung tidak beraktivitas


diluar rumah pada malam hari, terdapat beberapa orang dari jam 18.00 sd 20.00 yang pergi ke
warung, akan tetapi menggunakan lengan Panjang, celana Panjang dan tutup kepala , hal ini
disebabkan karena suhu malam hari diluar rumah terdeteksi 14 °C, didalam rumah pada
malam hari 17°C. Pada pengamatan di Puskesmas Anggi juga teramati suhu air mencapai
16°C, dapat disimpulkan dari faktor prilaku aktifitas masyarakat di malam hari tidak menjadi
faktor resiko penularan malaria.

KESIMPULAN

1. Survei reseptivitas vektor malaria yang dilakukan di Kabupaten Pegunungan Arfak


wilayah kerja Puskesmas Anggi (Kampung Imbay, Igimbay, Ullong, Hungku.
Suteibey, Susi), Puskesmas Anggi Gida (Kampung Tombrok, Tuabiam, dan Itkau),
Puskesmas Taige (Kampung Taige), dan Puskesmas Menyambouw (Kampung
Menyambouw) dengan 29 titik survei tidak ditemukan vektor jentik nyamuk
Anopheles. Sehingga wilayah tersebut dikatakan non reseptif, hal ini dapat
didukung oleh faktor lingkungan seperti suhu air, pH air, dan salinitas yang
diamati. Non reseptif pada hasil survei juga sebanding dengan data sekunder yang
dianalisa bahwa API Kabupaten Pegunungan Arfak tiga tahun berturut-turut
kurang dari 1 perseribu penduduk serta dari hasil penyelidikan epidemologi tidak
ditemukan penularan setempat.
2. Faktor prilaku aktifitas masyarakat dimalam hari tidak menjadi faktor resiko
penularan malaria disebakan karena malam hari diluar rumah terdeteksi 14 °C,
didalam rumah pada malam hari 17°C sehingga masyarakat kecendrungan berada
di dalam rumah dan menggunakan pakaian yang tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman


Penatalakasanaan Kasus Malaria di Indonesia. 2008. Jakarta (ID) : Departemen
Kesehatan RI

Pangastuti RL, Kurniawan B, Rosa E. 2015. Characteristic Anopheles sp Larvae Breeding


Place in the Village of Way Muli South Lampung. J Major. 2015;4(1):57–68.

Setyaningrum E. 2020. Mengenal Malaria dan Vektornya. Lampung (ID) : Pustaka Ali
Imron.

Setyaningrum, E, Murwani E. Rosa K, Andananta. 2008. Studi Ekologi Perindukan Nyamuk

Vektor Malaria di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.


Seminar
Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat.Unila. 292–299.

Susana D. 2011. Dinamika Penularan Malaria. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia (UI-
Press).
DOKUMENTASI

WILAYAH PUSKESMAS ANGGI


WILAYAH PUSKESMAS ANGGI GIDA
WILAYAH PUSKESMAS TAIGE
WILAYAH PUSKESMAS MENYAMBOUW

Anda mungkin juga menyukai