Laporan Survei Pegaf - Rev e
Laporan Survei Pegaf - Rev e
DINAS KESEHATAN
Kompleks Kantor Gubernur Papua Barat, Jl. Brigjen Abraham Oktavianus Atururi, Arfai, Manokwari 98315
Nomor : /DK-PB/VIII/2
Lampiran : 1 (Satu) Berkas Yang Terhormat
Perihal : Pengiriman Laporan Hasil Kepala Dinas Kesehatan
kegiatan Tim Pemetaan Pegunungan Arfak
Reseptivitas dan larvasiding Di-
Kabupaten Pegunungan Arfak
Ulong
Tahun 2023
Kepala Dinas,
A. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia. Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Data Kementerian Kesehatan terkait situasi malaria di
Indonesia tahun 2022 bahwa tiga peringkat atas provinsi tertinggi penyumbang
malaria adalah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Barat. Di daerah
transmigrasi dimana terdapat terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis, di daerah endemis malaria masih sering munculnya
KLB (Kejadian Luar Biasa) malaria. Sehingga KLB ini menyebabkan insiden rate
penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut. Transmisi malaria di Indonesia
masih terjadi, laporan WHO menunjukkan penemuan kasus tertinggi ditahun 2022.
Hingga akhir tahun 2022 terdapat 790.568 total kasus malaria di Indonesia, 10,7%
masyarakat Indonesia masih tinggal didaerah endemik menengah dan tinggi.
Menurut data SISMAL tahun 2022, jumlah kasus malaria Provinsi Papua
Barat sebanyak 13.079 kasus dengan API adalah 13,12 perseribu penduduk, tercatat
56% penyumbang kasus dari Kabupaten Manokwari. Provinsi Papua Barat selama
tahun 2009-2021 dengan angka kejadian malaria cenderung menurun yaitu tahun
2009 dari 50.766 kasus malaria turun menjadi 13.079 kasus di tahun 2022, dan hingga
Agustus 2023 tercatat 9.743 kasus malaria di Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Angka ini masih di atas angka nasional yang di targetkan sehingga diperlukan strategi
yang baik untuk menurunkan kasus malaria di bawah angka API 1 per seribu
penduduk. Namun, tren penurunan kasus malaria di Papua Barat dari tahun ke tahun
diikuti oleh tren pemeriksaan malaria yang meningkat, dan juga tidak terlepas dari
inovasi yang selama ini sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat serta peran dari berbagai pihak dan
lintas sektor.
Eliminasi malaria di Provinsi Papua Barat ditargetkan dapat dicapai pada
tahun 2027, sesuai dengan kesepakatan yang ditandatangani oleh gubernur beserta
bupati dan DPR kabupaten kota se Provinsi Papua Barat tanggal 9 Agustus 2017,
untuk itu upaya-upaya percepatan diperlukan agar Eliminasi Malaria di Provinsi
Papua Barat pada tahun 2027 dapat terwujud. Salah satu kabupaten di Papua Barat
yang berpotensi untuk eliminasi malaria, didukung oleh tiga tahun berturut turut tidak
ada kasus lokal adalah Kabupaten Pegunungan Arfak. Menurut data sismal Kabupaten
Pegunungan Arfak tahun 2020 (19 kasus dengan API 0,63 perseribu penduduk), tahun
2021 (9 kasus dengan API 0.37 perseribu penduduk), dan tahun 2022 (20 kasus
dengan API 0.61 perseribu penduduk), dan hingga bulan Agustus 2023 tercatat 74
kasus malaria.
Suatu wilayah atau daerah bisa dinyatakan bebas malaria (eliminasi) jika
memenuhi beberapa persyaratan yaitu masing-masing wilayah dapat membuktikan
bahwa wilayahnya telah bebas dari penularan lokal (kasus indigenous) malaria selama
tiga tahun terakhir, memiliki sistem yang baik untuk memastikan atau menjamin tidak
ada penularan kembali, tingkat positifitas (positivy rate) kurang dari 5 %, API
(Annual Parasite Incidence) atau jumlah penderita malaria kurang dari 1 per 1.000
penduduk dan setiap wilayah harus memiliki peta reseptif malaria (Permenkes RI.
2022).
Reseptif adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dan terdapat faktor
lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria. Setiap
Kabupaten dan Puskesmas harus memiliki peta reseptif malaria sebagai salah satu
syarat dalam penilaian eliminasi malaria. Peta reseptif bertujuan untuk menerangkan
suatu wilayah atau kampung memiliki vektor malaria atau tidak, dengan kategori
daerah reseptif dan daerah non reseptif. Fungsi pemetaan daerah reseptif ini adalah
pengendalian terhadap penyakit malaria.
Dalam rangka persiapan Kabupaten Pegunungan Arfak untuk penilaian
eliminasi malaria oleh kementerian kesehatan, maka Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Barat akan melaksanakan survei reseptivitas malaria pada kampung kampung yang
mendominasi kasus malaria ditiga tahun terakhir (2021-2023) di Kabupaten
Pegunungan Arfak. Berdasarkan data SISMAL selama tiga tahun berturut-turut
bahwa terdapat 11 kampung yang mendominasi kasus positif ditiga wilayah kerja
Puskesmas Anggi, Puskesmas Anggi Gida, dan Puskesmas Taige, sehingga pemetaan
reseptivitas vektor akan dilakukan kampung tersebut, selain itu, tim juga akan
melakukan survei vektor di wilayah kerja Puskesmas Menyambouw, yaitu wilayah
perbatasan Kabupaten Pegunungan Arfak.
B. Tujuan Pelaksanaan
a. Tujuan Umum
Membuat pemetaan wilayah reseptif malaria berbasis faktor lingkungan habitat
nyamuk yang berkaitan dengan wilayah endemis di Kabupaten Pegunungan Arfak
b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan survei reseptivitas kampung dengan kasus malaria paling banyak
2. Mengidentifikasi nyamuk yang ditemukan pada saat survei
3. Mengidentifikasi lingkungan yang berpengaruh pada sebaran dan kepadatan
populasi larva dan nyamuk dewasa Anopheles sp.
4. Memberikan rekomendasi pengendalian vektor malaria jika ditemukan
C. Metode
Metode pelaksanaan menggunakan metode cidukan (Dipping). Metode dipping
umumnya digunakan untuk pengambilan sampel jentik pada tempat
perkembangbiakan yang relatif luas, misalnya rawa, sungai sawah dan
parit/selokan/saluran air dengan menggunakan cidukan/gayung.
Adapun prosedur pelaksanaan Survei adalah sebagai berikut :
Peta
Memenuhi Syarat
Indeks Habitat Jentik
Tidak Memenuhi
Syarat
Gambar 1 Kerangka Konsep
Tabel 1. Jumlah Kasus, API, PR, dan ABER Kabupaten Pegunungan Arfak
30
26
25
22
20
16
15
10
7 7
6
5 3 4 4
3
2
1 1 1
0 PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS
ANGGI ANGGI GIGA CATUBUOW DIDOHU HINGK MEMBEY MENYAMBOUW SU RUREY TAIGE TESTEGA
Tabel 2. Kondisi Lingkungan Titik Survei Reseptivitas Vektor Malaria Kab. Pegunungan Arfak
TITIK KORODINAT
KARAKTERISTIK
SALINI pH SUHU
NO PUSKESMAS KAMPUNG LOKASI TEMPAT
TAS (‰) AIR AIR (°C)
LATITUDE LONGITUDE (P/TP)
Peta Titik Koordinat Survei Receptivitas Malaria Kabupaten Pegunugan Arfak 2023
Kampung kampung terpilih ini diambil berdasarkan analisa data kasus tiga tahun
terakhir dengan persentase jumlah kasus 3-45% kasus terjadi di kampung kampung tersebut
selama tiga tahun terakhir. Keadaan lingkungan dan hasil survei yang dilakukan pada 29 titik
dapat dilihat pada Tabel 2 diatas.
Hasil pengamatan lingkungan yang dilakukan ke 65 tititk diperoleh rata rata pH air
7,09 dan suhu air 21,9 °C, dan salinitas 0 ‰. Karakteristik tempat beragam dari parit,
genangan, galian kecil, rawa, saluran irigasi, danau, parit, galian, hingga injakan ternak. 41%
karakteristik tempat didominasi genangan, dan 28% didominasi saluran irigasi. Pada semua
titik survei tidak ditemukan jentik Anopheles, atau tidak terdapat breeding site/ habitat
jentik Anopheles spp (Tabel 3).
Tabel 3. Distribusi Tipe Habitat Potensial Perindukan Nyamuk Anopheles spp. di wilayah
kerja
Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw
JUMLAH LOKASI
TIPE HABITAT Teramati Positif Larva Anopheles sp.
n % n %
DANAU 1 3% 0 0,00
GENANGAN 12 41% 0 0,00
INJAKAN TERNAK 1 3% 0 0,00
KOLAM 1 3% 0 0,00
PARIT 4 14% 0 0,00
RAWA 1 3% 0 0,00
SALURAN IRIGASI 8 28% 0 0,00
TAMPUNGAN AIR 1 3% 0 0,00
JUMLAH 29 100% 0 0%
Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di genangan air bersih dan tidak
terkena polusi, tetapi habitat lokasi berkembang biak tidak sama. Beberapa habitat jentik
Anopheles dapat hidup di kolam kecil, kolam besar dan genangan air yang bersifat sementara
atau di rawa-rawa yang permanen. Tempat perindukan nyamuk Anopheles adalah tempat air
yang besar dan sedang, berupa genangan air yang tetap yaitu air tawar atau air payau yang
meliputi rawa, muara sungai, lubang bekas galian, tambak yang terbengkalai. Sedangkan
genangan sementara bersifat alamiah meliputi genangan air hujan, air tepi sungai dan
kubangan. Genangan sementara adalah parit, irigasi dan lubang bekas galian (Setyaningrum
2020). Sehingga dominasi karekteristik tempat survey yang dilakukan oleh tim survei vektor
malaria Kabupaten Pegunungan Arfak sudah sesuai dengan karakteristik tempat perindukan
nyamuk Anopheles.
Menurut Depkes RI (2003 dalam Susana 2011) kadar garam dapat mempengaruhi
perkembangbiakan vektor. Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar
garamnya berkisar antara 12-18‰ dan tidak dapat berkembang pada kadar garam di atas
40‰ keatas. Walaupun di beberapa tempat di Sumatera Utara spesies ini ditemukan pula di
air tawar. Menurut Susana (2011) Larva tidak dapat hidup pada medium dengan salinitas
35‰, salinitas optimumnya yaitu 10‰ dengan lama perkembangan hingga mencapai imago
antara 6-8 hari. Pada penelitian Pangastuti et al. (2015) di Lampung Selatan, salinitas air
berkisar 10 - 28.7‰ yang menunjukkan larva dapat hidup di air payau. Salinitas yang
diperoleh pada semua titik survei tim di Kabupaten Pegunungan Arfak adalah 0‰.
Tabel 4. Indeks Habitat wilayah kerja Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan
Menyambouw
WILAYAH KERJA PERINDUKAN INDEKS HABITAT NILAI BAKU
PUSKESMAS POSITIF (KATEGORI) MUTU
ANGGI 0 0,00% (Rendah) 0
ANGGI GIDA 0 0,00% (Rendah) 0
TAIGE 0 0,00% (Rendah) 0
MENYAMBOUW 0 0,00% (Rendah) 0
Dari perhitungan density, berdasarkan standar baku mutu Permenkes No. 50 Tahun 2017
tentang pengendalian vektor diketahui bahwa indeks Habitat jentik Anopheles sp di wilayah
Puskesmas Anggi, Anggi Gida, Taige, dan Menyambouw yaitu adalah 0% (Nilai baku mutu
0%) sehingga masuk dalam kategori rendah.
KESIMPULAN
Setyaningrum E. 2020. Mengenal Malaria dan Vektornya. Lampung (ID) : Pustaka Ali
Imron.
Susana D. 2011. Dinamika Penularan Malaria. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia (UI-
Press).
DOKUMENTASI